Top Banner
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Guna Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana Disusun Oleh: JULIANA SARI DEWI 09.860.0136 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN 2013
99

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

Sep 07, 2018

Download

Documents

lekhue
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

0

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA

AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM

MENIKAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Guna Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat

Untuk Mendapat Gelar Sarjana

Disusun Oleh:

JULIANA SARI DEWI 09.860.0136

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN 2013

Page 2: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

i

JUDUL SKRIPSI : PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH

MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH

NAMA MAHASISWA : JULIANA SARI DEWI

NIM : 09.860.0136

BAGIAN : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

MENYETUJUI

KOMISI PEMBIMBING

(Dr. Nefi Darmayanti, M.si) (Azhar Aziz, S. Psi. MA)

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui

Kepala Bagian Dekan

(Laili Alfita, S. Psi, MM) (Prof.Dr.H. Abdul Munir, M.Pd)

Tanggal Sidang Skripsi

30 November 2013

Page 3: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

ii

DIPERTAHANKAN DI DEPAN DEWAN PENGUJI SKRIPSI FAKULTAS

PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA DAN DITERIMA UNTUK

MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT GUNA MEMPEROLEH

GELAR SARJANA (S1) PSIKOLOGI

Pada tanggal

30 November 2013

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Universitas Medan Area

Dekan

(Prof. Dr. H. Abdul Munir, M.Pd)

Dewan Penguji

1. Ketua : Istiana, S.Psi, M.Pd :

2. Penguji I : Dr. Nefi Darmayanti, M.Si :

3. Penguji II : Azhar Aziz , S.Psi. MA :

4. Penguji III : Salamiah Sari Dewi, S.Psi, M.Psi:

5. Sekretaris : Nurmaida Irawani S, M.Psi :

Page 4: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini adalah

benar adanya dan merupakan hasil karya saya sendiri. Segala kutipan karya pihak

lain telah saya tulis dengan menyebutkan sumbernya. Apabila dikemudian hari

ditemukan adanya plagiasi maka saya rela gelar kesarjanaan saya dicabut.

Medan, November 2013

Penulis

Juliana Sari Dewi

NIM.098600136

Page 5: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

iv

Motto

“ Believe your dream…!!!

Nothing is impossible, if you try

And never give up to make it come true..

When you are on your way

Just trust what you feel..

My dream.. My power..”

(Jorge Lorenzo)

“life is a roller coaster..

It has its ups and down

But it’s you choice to scream

Or enjoy the ride..”

(Jorge Lorenzo)

Page 6: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya sederhana ini kepada kedua orang tuaku tercinta, ayahanda M.Said (Alm.) terima kasih yang tak terhingga atas jerih payah & kasih sayangnya, terima kasih sudah menjadi

bulan & langit yang selalu menemaniku di kala malam tiba. Kepada ibunda Samiah Ramud, terima kasih atas segala kasih sayang & pengorbanannya yang tak terbatas, yang bunda curahkan selama

ini kepadaku, terima kasih sudah menjadi matahari & bumi yang selalu menerangi & memberi kehangatan di kala siang tiba.

Ini hanyalah persembahan sederhana yang tak bisa dibandingkan dengan apa yang sudah ayah dan bunda berikan selama ini

“Tetaplah menjadi matahari dan bulan di dalam kehidupannku” I love you so much Ayah & Bunda, you are the reason why I wake up

every morning.. Thanks to Allah yang sudah memberikan orang tua seperti mereka…

Page 7: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan lahir bathin kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi

Universitas Medan Area.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih benar-benar jauh

dari kesempurnaan disamping itu, masih banyak kekurangan serta kejanggalan

disana-sini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menginginkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan tulisan ini

nantinya.

Dalam hal ini penulis, dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya di dalam memberi pengarahan serta mengarahkan

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta mohon maaf atas segala kekurangan

di dalam penulisan skripsi ini kepada :

1. Yayasan H.Agus Salim UMA yang telah mendirikan Universitas Medan Area

tempat penulis menimba ilmu.

2. Bapak Prof.Dr.H.Ali Yakub Matondang, M.A, selaku Rektor UMA

3. Bapak Prof.Dr.H.Abdul Munir, M.Pd selaku Dekan Fakultas Psikologi

4. Ibu Dr. Nefi Darmayanti, M.Si sebagai pembimbing I, terima kasih yang tak

terhingga telah bersedia begitu banyak memberi arahan dan bimbingannya

untuk membuat penulis lebih baik lagi.

Page 8: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

vii

5. Bapak Azhar Aziz , S.Psi. MA, selaku pembimbing II, atas perhatian dan

arahan yang diberikan.

6. Ibu Istiana, S.Psi, M.Pd atas kesediaan menjadi ketua sidang peneliti dan

saran-saran yang dikemukakan.

7. Ibu Salamiah Sari Dewi, S.Psi, M.Psi, selaku dosen tamu, terima kasih atas

saran dan kritikan yang diberikan untuk menyempurnakan skripsi ini.

8. Ibu Nurmaida Irawani Siregar, S. Psi M.Psi sebagai sekretaris dan dosen wali

peneliti.

9. Ibu Rahmi Lubis, terima kasih banyak atas semua bimbingan serta arahannya

dalam menyelesaikan proposal penulis, terima kasih setiap coretan dan

lipatan proposal yang salah dan karena coretan itu semua penulis mampu

menyelesaikan tulisan ini sampai tahap skripsi.

10. Para dosen Fakultas Psikologi yang selama ini telah memberikan banyak ilmu

dan pembelajaran yang sangat berharga.

11. Kepada seluruh staff tata usaha peneliti (bang mimi, bang janer, bang wanda,

bang putra, kak pida dan yang lain) mengucapkan terima kasih atas bantuan

dalam memperlancar segala urusan administrasi selama penulis kuliah disini.

12. Terima kasih untuk masyarakat dewasa awal dikelurahan bandar selamat

lingkungan VI yang telah bersedia membantu peneliti mengisi angket

penelitian.

13. Terima kasih yang tak terhingga Ibu ku tercinta yang sudah banyak memberi

semangat, dorongan, motivasi, kasih sayang dan do’a yang tak henti-hentinya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

viii

14. Thanks to my brother Edi Syahputra yang telah meluangkan sedikit

waktunya membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan thanks a lot

buat abang angkasa, bang juar, dan bang sukri atas support kalian selama ini.

15. Terima kasih kepada sahabat terbaik ku zesy sylfia dan ayu nindyah putri

yang telah membantu peneliti dalam pengeditan dan semangat dari awal

pembuatan proposal sampai penyelesaian skripsi penelitian ini.

16. Terima kasih kepada nurbaiti siregar yang telah bersedia memberi tumpangan

hujan-hujanan untuk setiap bimbingan kerumah dosen dan selalu membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Betti tetaplah jadi sahabat, teman yang

selalu perduli terhadap sahabat dan temannya yang lagi kesusahan.

17. Buat sahabat yang paling special dhayu isni ambiya, thank you very much for

all yu. Selalu ada kemana pun penulis butuhkan. Thanks to Allah yang sudah

kasih banyak sahabat salah satunya dia.

18. Buat adik-adik di kost, nazzla putri utari, nurhayati, litha ginting mejile,

nursyakbaniyah, darlia sharif, dan mifta. Tetap semangat ya adik-adik

kesayangan kakak, terima kasih atas perhatian dan support kalian selama ini.

19. Buat mamak-mamak ku di kampus, dewi puspita sari, risky azahra, gita

nirwana, rizky syahfitri, suci maulida, wiwit wulan sari, libriani, misvi

rahmadani, risky arira, dewi sarinta, dan buat faadhil dan josep. Makasih

udah buat hari-hari yang sulit terasa ringan karena canda tawa dan support

kalian. Jangan kalian lupakan sahabat kalian yang satu ini ya.

Page 10: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

ix

20. Buat sahabat kelas B yang selalu mendukung peneliti elfi, beby, yuni, aan,

ayu, fira, ipul, rizki, bg jonerson, thank you very much. Tetap semangat ya

menjalani semua walau kita udah menjalani hidup masing-masing nanti.

21. Buat teman-teman seperjuangku stambuk 09 dan kelas B khususnya yang tak

mungkin penulis sebutkan satu persatu disini, terima kasih atas support dan

do’anya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya kepada Allah SWT

penulis serahkan segalanya, yang dapat membalas segala kebaikan yang telah

penulis terima, Amin.

Medan, November 2013

Penulis,

Juliana Sari Dewi

Page 11: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

x

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA DEWASA AWAL

YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH

ABSTRAK

Subjective well-being (kebahagiaan) adalah keadaan sejahtera dan kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu individu terpenuhi. Subjective well-being dipengaruhi oleh aspek positif, aspek negatif, dan aspek kepuasan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh mana perbedaan subjective well being ditinjau dari status pernikahan pada wanita dewasa awal yang bekerja. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini ialah purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang di di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatann Medan Tembung. Metode analisis data yang digunakan ialah metode analisis t-test. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan Subjective well-being pada wanita dewasa awal yang sudah menikah dan yang belum menikah dengan koefisien perbedaan t-test sebesar 0,608 dengan p > 0,05. Sejalan dengan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar (1) masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan diri dan status ekonomi agar masyarakat walau belum menikah tetap bisa memiliki kesejahteraan diri yang baik, dan (2) peneliti selanjutnya seharusnya dapat meningkatkan kualitas skala ukur.

Kata Kunci : Subjective Well Being, Status Pernikahan, Dewasa Awal.

Page 12: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

xi

THE DIFFERENCE OF SUBJECTIVE WELL-BEING FROM MARRIAGE STATUS OF EARLY ADULT WOMEN

ABSTRACT

Subjective well-being (happiness) is a prosperous state and satisfaction, which is a delightful satisfaction had arise when an individual's specific needs and expectations has been coming. Subjective well-being has influenced by the positive aspects and the negative aspects and satisfaction aspects of life. This research aims to look at how far where the subjective well being has differences in terms of marital status on a mature woman had been working. Research on the sampling technique was purposive sampling, with the total sample as many as 80 people at the Kelurahan Bandar Selamat Kecamatann Medan Tembung. Methods of data analysis used the T-test analysis method. Results of the study revealed that there was no difference in Subjective well-being in early mature women who has married and unmarried with the coefficient differences t-test of 0,608 > with p 0.05. In line with the results of the study, the researchers suggest that (1) the community should be able to improve the welfare of themselves and to the community in spite of the economic status of unmarried can still have yourself a good welfare, and (2) the next researcher should be able to improve the quality of the measuring scale. Keywords: Subjective Well Being, Merriage, Early Adult

Page 13: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iii

MOTTO ..................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

ABSTRAK .................................................................................................. x

ABSTRACT ............................................................................................... xi

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. .......................................................................................... Latar

Belakang Masalah .................................................................. 1

B. ........................................................................................... Ident

ifikasi Masalah ........................................................................ 6

C. ........................................................................................... Batas

an Masalah ............................................................................. 6

D. .......................................................................................... Rum

usan Masalah ......................................................................... 6

Page 14: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

xiii

E. ........................................................................................... Tuju

an Penelitian ........................................................................... 7

F. ........................................................................................... Manf

aat Penelitian .......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8

A. .......................................................................................... Dew

asa Awal ................................................................................ 8

1. ...................................................................................... Peng

ertian Dewasa Awal .......................................................... 8

2. ...................................................................................... Tuga

s Perkembangan Dewasa Awal ......................................... 9

3. ...................................................................................... Ciri-

ciri Dewasa Awal ............................................................. 11

B. ........................................................................................... Subje

ctive Well-Being ..................................................................... 18

1. ...................................................................................... Peng

ertian Subjective Well-Being ............................................. 18

2. ...................................................................................... Aspe

k-aspek Subjective Well-Being .......................................... 19

3. ...................................................................................... Fakto

r yang Mempengaruhi Subjective Well-Being .................... 21

C. ........................................................................................... Perni

kahan ..................................................................................... 24

Page 15: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

xiv

1. ...................................................................................... Peng

ertian Pernikahan .............................................................. 24

2. ...................................................................................... Tuju

an Pernikahan Menurut Perundangan ................................ 26

D. .......................................................................................... Perbe

daan Subjective Well-Being Dewasa Awal yang Sudah Menikah dan

yang Belum Menikah ............................................................. 27

E. ........................................................................................... Kera

ngka Konseptual...................................................................... 28

F. ........................................................................................... Hipot

esis ......................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 29

A. .......................................................................................... Ident

ifikasi Variabel Penelitian ...................................................... 29

B. ........................................................................................... Defe

nisi Operasional Variabel Penelitian ....................................... 29

C. ........................................................................................... Popu

lasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 30

D. .......................................................................................... Meto

de Pengumpulan Data ............................................................. 32

E. ........................................................................................... Valid

itas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................ 33

Page 16: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

xv

1. ...................................................................................... Valid

itas Alat Ukur ................................................................... 33

2. ...................................................................................... Relia

bilitas Alat Ukur ............................................................... 35

F. ........................................................................................... Meto

de Analisis Data ..................................................................... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 38

A. .......................................................................................... Orien

tasi Kancah Penelitian ............................................................ 38

1. ...................................................................................... Orien

tasi Kancah ....................................................................... 38

2. ...................................................................................... Persi

apan Penelitian ................................................................. 38

3. ...................................................................................... Uji

Coba Alat Ukur Penelitian ................................................ 41

B. ........................................................................................... Pelak

sanaan Penelitian .................................................................... 42

C. ........................................................................................... Hasil

Penelitian ............................................................................... 43

1. ...................................................................................... Uji

Asumsi ............................................................................. 44

Page 17: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

xvi

a. ................................................................................. Uji

Normalitas Sebaran ..................................................... 44

b.................................................................................. Uji

Homogenitas Varians .................................................. 45

2. ...................................................................................... Hasil

Perhitungan Analisis t-test ................................................ 45

3. ...................................................................................... Hasil

Perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik ............... 47

D. .......................................................................................... Pemb

ahasan ................................................................................... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 52

A. .......................................................................................... Kesi

mpulan ................................................................................... 52

B. ........................................................................................... Saran

............................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 54

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Page 18: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

xvii

Tabel 1 : Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan Skala

Subjective Well-Being Sebelum Uji Coba ................................. 40

Tabel 2 : Distribusi Penyebaran Butir-Butir Pernyataan Aspek

Subjective Well-Being Sebelum Uji Coba ................................ 42

Tabel 3 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas ............................................ 44

Tabel 4 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ......................................... 45

Tabel 5 : Rangkuman Hasil Analisis t-test .............................................. 46

Tabel 6 : Statistik Induk ........................................................................... 46

Tabel 7 : Hasil Penghitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik ........ 48

DAFTAR LAMPIRAN

Page 19: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

xviii

A. ......................................................................................................... Hasil

Data Mentah ...................................................................................... 57

B. ......................................................................................................... Hasil

Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 78

C. ......................................................................................................... Anal

isis Data Penelitian ............................................................................ 81

D. ......................................................................................................... Anal

isis Statistik Uji t-test ........................................................................ 88

E. ......................................................................................................... Skal

a Penelitian ........................................................................................ 90

F. .......................................................................................................... Sura

t Keterangan Bukti Penelitian .......................................................... 98

G. ......................................................................................................... Sura

t Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...................................... 99

Page 20: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

xix

Page 21: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan

yang berbeda pada masing-masing tahapannya. Pada masa dewasa merupakan

masa yang paling lama dialami individu dalam rentang kehidupan, salah satunya

pada tahap masa dewasa awal. Individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan

tanggung jawabnya tentu bertambah besar. Individu tidak lagi bergantung secara

ekonomi, sosiologi ataupun psikologis pada orang tua. Berbagai pengalaman, baik

yang berhasil maupun yang gagal dalam menghadapi suatu masalah dapat

dijadikan pelajaran berharga untuk membentuk pribadi yang lebih matang,

tangguh dan bertanggung jawab terhadap masa depannya. Secara fisik, dewasa

awal menampilkan pribadi yang sempurna dalam arti pertumbuhan dan

perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Dewasa awal

memiliki daya tahan serta taraf kesehatan yang prima sehingga untuk melakukan

berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat dan proaktif.

Kehidupan psikososial pada masa dewasa awal bertambah kompleks

karena selain memasuki dunia kerja, individu juga menghadapi berbagai macam

tugas perkembangan, salah satunya adalah menikah dan membina kehidupan

rumah tangga. Menurut Havighurst (dalam Dewinta, 2012) tugas perkembangan

merupakan tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan setiap

individu. Bila individu berhasil dalam tugas tersebut maka akan membawa

Page 22: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

2

keberhasilan untuk menyelesaikan tugas berikutnya, tetapi apabila gagal akan

menimbulkan kesulitan dalam menghadapi tugas berikutnya.

Individu pada usia dewasa awal ini biasanya sudah mulai memikirkan

masa depannya, mulai dari pendidikan yang tinggi, bekerja, memilih pasangan

hidup dan memilih untuk menikah atau tidak. Dewasa awal sendiri merupakan

periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan

sosial baru. Orang dewasa awal diharapkan mampu memainkan peran baru,

seperti peran suami/istri, orang tua, pencari nafkah, mengembangkan sikap-sikap

baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.

Penyesuaian diri ini menjadikan periode ini suatu periode khusus dan sulit dari

rentang hidup seseorang. Periode ini sangat sulit, sebab sejauh ini sebagian besar

anak mempunyai orang tua, guru, teman atau orang-orang lain yang bersedia

menolong mereka mengadakan penyesuaian diri. Sekarang, sebagai orang dewasa

mereka diharapkan mengadakan penyesuaian diri secara mandiri. Apabila mereka

menemui kesulitan-kesulitan yang sukar diatasi, mereka ragu-ragu untuk minta

pertolongan dan nasehat orang lain karena enggan kalau-kalau dianggap “belum

dewasa” (Hurlock, 2002).

Bila individu dewasa awal belum menjalani tugas perkembangannya

sebagaimana mestinya dan sesuai dengan usia, maka ia cenderung akan

mengalami masalah pribadi dan sosial. Hal ini mungkin disebabkan karena

individu tersebut merasa terlambat dibandingkan dengan individu dewasa lainnya

dan juga merasa belum memenuhi harapan masyarakat. Kegagalan dalam

menguasai tugas perkembangan masa dewasa awal akan mengakibatkan tidak

Page 23: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

3

terpenuhinya harapan sosial yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan

sosial seseorang. Di lingkungan sosial orang sering membandingkan standar

kehidupan mereka dengan standar kehidupan orang lain atau dengan

kesejahteraan mereka sebelumnya. Sedangkan perasaan pribadi seperti

kebahagiaan, keamanan, keterlibatan dan kepuasan, ikut menyumbang

kesejahteraan subyektif secara keseluruhan. Penyesuaian pribadi lebih kepada

bagaimana individu mampu menempatkan diri dilingkungan masyarakat dan

kehidupan baru yang dijalani setelah menikah. Penyesuaian inilah yang nantinya

membawa dampak positif atau negatif dan sejahtera atau tidaknya individu itu

dalam menjalankan peran barunya baik sebagai pasangan atau masyarakat sosial

dilingkungannya. Kesejahteraan diri juga sangat berperan dalam tugas

perkembangan individu dewasa awal dimana orang dewasa melakukan apa pun

untuk bisa mencapai kesejahteraan diri tersebut, baik dalam hal pekerjaan,

keluarga dan sosialisasi terhadap lingkungan masyarakat tempat tinggal.

Subjective well-being (kesejahteraan diri) itu sendiri sangat penting untuk

diteliti lebih jauh dimana fenomena yang terjadi di lingkungan peneliti dan

kehidupan modern saat ini adalah orang hanya mementingkan kehidupan materil

berkarir untuk mendapakan kebutuhan fisik dibandingkan kesejahteraan diri yang

sangat memberi efek positif bagi kehidupan mereka ke depan. Di mana efek

positif itu sendiri merupakan akan dapat menimbulkan perilaku seseorang yang

selalu bersemangat, memiliki minat dalam melakukan aktifitas dan merasa

bahagia.

Page 24: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

4

Subjective well-being itu sendiri merupakan istilah yang sangat berkaitan

dengan istilah happiness (kebahagiaan). Diener (2009) menambahkan, lebih tinggi

frekuensi munculnya aspek positif dari pada aspek negatif dapat memberikan

perasaan nyaman dan riang (joyful), sehingga pemaknaan individu akan hidupnya

pun akan makin positif. Demikian pula individu yang dapat mencapai tujuan dan

merasa puas akan semua pencapaiannya, maka pemaknaan mengenai hidupnya

akan baik pula. Diener dan Suh (2000) mendefinisikan subjective well-being

adalah suatu keadaan yang didapatkan dari menggabungkan antara aspek afektif

dan kognitif. Aspek afektif yang diharapkan untuk meraih subjective well-being

adalah perasaan bahagia akan hidupnya, sedangkan aspek kognitif yang

diharapkan adalah individu mempunyai pemikiran bahwa berbagai aspek

kehidupannya, seperti keluarga, karir, dan komunitasnya adalah hal-hal yang

memberikan kepuasan hidup.

Rendahnya subjective well-being pada orang dewasa di antaranya adalah

dengan menunda pernikahan. Pernikahan itu merupakan sebuah peristiwa di mana

sepasang mempelai atau sepasang calon suami– istri dipertemukan secara formil

di hadapan penghulu atau kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin,

untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami-isteri dengan upacara dan

ritual-ritual tertentu. Pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang

bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Pernikahan memerlukan kematangan dan

persiapan fisik dan mental karena menikah adalah sesuatu yang sakral dan dapat

menentukan jalan hidup seseorang (dalam Huda, 2012).

Page 25: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

5

Pernikahan itu sendiri mengandung makna bahwa pernikahan ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang sejahtera dan

kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa (Hadikusuma, 2007). Pernikahan

memberikan jaminan bahwa pria yang sudah menjadi suami seorang wanita tidak

seenaknya hidup bersama tanpa tanggung jawab. Demikian juga wanita dengan

adanya pernikahan, maka tidak seenaknya akan lari dan meninggalkan

pasangannya. Pernikahan juga berarti pendorong bagi pasangan pria dan wanita

atau suami istri untuk berusaha sekuat tenaga untuk saling mementingkan

kewajiban dalam rumah tangga atau keluarga, agar masing-masing anggota

keluarga dapat merasakan kesejahteraan dan ketenangan lahir batin (Hasan,

1988).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa subjective well-

being adalah kesejahteraan utuh yang dialami individu, di mana individu dapat

memiliki perasaan yang positif mengenai hidupnya, sebagai hasil dari evaluasi

afektif, dan memiliki kepuasaan hidup atas apa yang ia capai, baik dalam hal

karir, keluarga, dan komunitasnya, sebagai hasil evaluasi kognitifnya (dalam

Nabila, 2011).

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti merasa penting untuk

meneliti apakah orang yang sudah menikah benar memiliki kesejahteraan diri

yang baik? Dan belum tentu yang belum menikah tidak memiliki kesejahteraan

diri yang baik pula. Dengan demikian peneliti ingin melakukan penelitian dengan

Page 26: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

6

judul “Perbedaan Subjective Well-Being pada Dewasa Awal yang Sudah

Menikah dan yang Belum Menikah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikatakan bahwa

status pernikahan akan berpengaruh pada subjective well-being orang dewasa

awal. Orang yang sudah menikah kesejahteraan dirinya selain ada pada dirinya

juga terdapat pada pasangan dan anak-anaknya. Memiliki keluarga yang baik dan

harmonis merupakan sumber kesejahteraan diri setiap pasangan pernikahan.

Sedangkan kesejahteraan diri yang belum menikah ada pada hubungan dengan

orang tua, sahabat, relasi dan lingkungan sosial yang mendukung merupakan

sumber kesejahteraan diri yang baik.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini menekankan pada masalah perbedaan subjective well-

being (kesejahteraan diri) pada dewasa awal yang sudah menikah dan yang belum

menikah. Oleh sebab itu peneliti memfokuskan perhatian pada aspek-aspek SWB

yaitu meliputi aspek negatif, aspek positif, dan kepuasaan hidup.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan

masalahnya adalah apakah terdapat perbedaan subjective well-being pada dewasa

awal yang sudah menikah dan yang belum menikah?

Page 27: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

7

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan subjective well-

being pada dewasa awal yang sudah menikah dan yang belum menikah.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini ialah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi

wacana perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi

perkembangan terutama yang berhubungan dengan perbedaan subjective

well-being yang sudah menikah dengan yang belum menikah dan agar

dapat memberi pengetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat tentang

Subjective Well-Being (kesejahteraan) pada orang dewasa awal.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

masukkan dan informasi, agar masyarakat tau bahwasannya

kesejahteraan diri itu didapat dengan adanya hubungan pernikahan. Bagi

orang dewasa juga, agar mereka mengerti bahwa pernikahan itu awal

dari kesejahteraan diri dan kebahagiaan. Untuk itu perencanaan yang

baik dalam pernikahan penting dilakukan agar orang dewasa menjadi

sejahtera baik secara psikologis dan fisiologis.

Page 28: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dewasa Awal

1. Pengertian Dewasa Awal

Masa dewasa awal dimulai pada kisaran usia 18 tahun sampai 40 tahun,

saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya

kemampuan reproduktif (Hurlock, 2002). Masa dewasa awal merupakan periode

penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial

baru. Orang dewasa awal diharapkan memainkan peran baru, seperti peran

suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru,

keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.

Penyesuaian diri ini menjadikan periode khusus dan sulit dari rentang hidup

seseorang. Periode ini sangat sulit sebab sejauh ini sebagian besar anak

mempunyai orang tua, guru, teman atau orang-orang lain yang bersedia menolong

mereka mengadakan penyesuaian diri. Oleh karena itu, orang dewasa adalah

individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima

kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock,

2002).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa ini individu sudah mempunyai tugas

perkembangan yang lebih banyak dalam menjalani kehidupannya sebagai

masyarakat dan warga negara. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu

Page 29: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

9

yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam

masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Ada lima tugas perkembangan pada dewasa awal yang akan dibahas

sebagai berikut (Hurlock, 2002):

1. Efisiensi fisik

Puncak efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan dua puluhan,

sesudah terjadi penurunan hingga awal usia empat puluhan. Dengan

demikian dalam periode penyesuaian, secara fisik orang mampu

menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang selain sukar juga paling

banyak jumlahnya dalam periode ini.

2. Kemampuan motorik

Orang-orang muda mencapai puncak kekuatannya antara usia dua puluhan

dan tiga puluhan. Kecepatan respon maksimal terdapat antara usia dua

puluh dan dua puluh lima tahun dan sesudah itu kemampuannya ini sedikit

demi sedikit menurun. Dalam belajar menguasai keterampilan-

keterampilan motorik yang baru, orang-orang muda usia dua puluhan lebih

mampu dari pada mereka yang mendekati usia setengah umur. Selain itu

orang-orang muda dapat mengandalkan kemampuan motorik ini dalam

situasi-situasi tertentu, hal mana tidak dapat mereka lakukan semasa

remaja karena pertumbuhan yang cepat dan tidak seimbang saat itu

menyebabkan mereka kurang luwes dan kaku.

Page 30: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

10

3. Kemampuan mental

Kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan

menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru, seperti misalnya mengingat

hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berfikir kreatif,

mencapai puncaknya pada usia dua puluhan, kemudian sedikit demi

sedikit menurun. Meskipun orang-orang muda ini tidak belajar secepat

dulu kualitas belajarnya tidak merosot.

4. Motivasi

Apabila remaja mencapai usia dewasa secara hukum, mereka berkeinginan

kuat untuk dianggap sebagai orang-orang dewasa yang mandiri oleh

kelompok sosial mereka. Hal ini menjadi motivasi bagi orang-orang muda

ini untuk menguasai tugas-tugas perkembangan yang diperlukan agar

dapat dianggap mandiri.

5. Model peran

Remaja bekerja setelah menamatkan sekolah lanjutan mempunyai model

peran untuk diteladani karena berinteraksi dengan orang dewasa. Mereka

memperoleh motivasi untuk melihat perilaku sesuai garis-garis yang

dianut masyarakat dewasa, agar mereka sendiri juga dianggap dewasa.

Sebaliknya, remaja yang tetap bersekolah atau kuliah sesudah mereka

secara hukum dewasa masih berada dalam lingkungan teman-teman

sebaya mereka, dan akan tetap mengikuti garis-garis perilaku remaja dan

bukan pola perilaku dewasa. Jika mereka tetap dalam status

Page 31: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

11

ketergantungan ini, mereka hampir tidak memperoleh kesempatan atau

motivasi untuk menguasai tugas-tugas perkembangan orang dewasa.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa tugas perkembangan masa

dewasa awal sebagai masa perubahan baik dari efisiensi fisik, kemampuan

motorik, kemampuan mental, motivasi, dan model peran. Pada masa ini, dewasa

awal diharapkan mampu menjalankan tugasnya sebagai anggota masyarakat dan

karirnya ke depan.

3. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal

Ada sepuluh ciri-ciri masa dewasa awal yang dialami manusia di dalam

rentang kehidupannya yaitu sebagai berikut (Hurlock, 2002) :

a. Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan

Masa dewasa merupakan masa ”pengaturan” (settle down). Generasi-

generasi terdahulu berpandangan bahwa jika anak laki-laki dan wanita

mencapai usia dewasa secara sah, hari-hari kebebasan mereka telah

berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggung jawab sebagai

orang dewasa. Ini berarti bahwa pria muda mulai membentuk bidang

pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda

diharapkan mulai menerima tanggung jawab sebagai ibu dan pengurus

rumah tangga.

Sekarang diakui bahwa penjajakan terlalu singkat sering mengakibatkan

bibit-bibit ketidakpuasan karena terlalu cepat memilih pekerjaan atau

pasangan hidup. Sementara itu, banyak juga pemuda yang mencoba

mendekati beberapa wanita untuk menemukan apakah mereka itu

Page 32: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

12

merupakan wanita yang bisa menjadi istri yang akan mendampingi seumur

hidup. Demikian juga wanita muda sekarang ini, mereka berpacaran,

sering lebih dari satu orang pria sebelum menentukan pasangan hidup

yang dirasanya cocok untuknya. Untuk mencoba berbagai pola kehidupan

dan berganti-ganti pacar agar dapat memilih pola hidup dan pasangan

hidup yang dirasa cocok, sudah tentu memerlukan waktu. Rata-rata

pemuda dewasa sekarang mulai menentukan pola hidup dan memilih

pasangan hidupnya sekitar umur tiga puluhan, walaupun banyak juga yang

sudah mulai mantap pada usia yang lebih muda.

b. Masa dewasa awal usia reproduktif

Orang tua (parenthood) merupakan salah satu peran yang paling penting

dalam hidup orang dewasa. Orang yang menikah berperan sebagai orang

tua pada saat berusia dua puluhan atau pada awal tiga puluhan, beberapa

sudah menjadi kakek atau nenek sebelum masa dewasa awal berakhir.

Orang yang belum menikah hingga menyelesaikan pendidikan atau telah

memulai kehidupan kariernya, tidak akan menjadi orangtua sebelum ia

merasa bahwa ia mampu berkeluarga. Perasaan ini biasanya terjadi

sesudah umur tiga puluhan. Demikian pula jika wanita ingin berkarier

sesudah menikah, ia akan menunda mempunyai anak sampai usia tiga

puluhan. Dengan demikian, baginya hanyalah masa terakhir dari masa

dewasa awal yang merupakan “usia reproduktif”. Bagi orang yang cepat

mempunyai anak dan mempunyai kelurga besar pada awal masa dewasa

Page 33: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

13

atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan seluruh

masa dewasa ini merupakan masa reproduksi.

c. Masa dewasa awal ini sebagai masa bermasalah

Dalam tahun-tahun awal dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi

seseorang. Masalah-masalah baru ini dari segi utamanya berbeda dari

masalah-masalah yang sudah dialami sebelumnya. Dengan menurunnya

tingkat usia kedewasaan secara hukum, anak-anak muda telah banyak

menghadaɰi masalah dan mereka tidak siap untuk mengatasinya.

Meskipun mereka sekarang dapat memberi suaranya, memiliki harta

benda, menikah tanpa persetujuan orang tua, serta dapat melakukan

berbagai hal yang tidak dapat dilakukan orang muda ketika ketentuan usia

dewasa secara hukum masih 21 tahun. Jelas pula bahwa “kebebasan baru

ini menimbulkan masalah-masalah yang tidak dapat diramalkan oleh orang

dewasa awal itu sendiri maupun oleh kedua orang tuanya”. Penyesuaian

diri terhadap masalah-masalah masa dewasa awal menjadi lebih intensif

dengan diperpendeknya masa remaja, sebab masa transisi untuk menjadi

dewasa menjadi sangat pendek sehingga anak-anak muda hampir-hampir

tidak mempunyai waktu untuk membuat peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa.

Ada banyak alasan mengapa penyesuaian diri terhadap masalah-masalah

pada masa dewasa begitu sulit. Tiga di antaranya khususnya bersifat

umum sekali. Pertama, sedikit sekali orang muda yang mempunyai

persiapan untuk menghadapi jenis-jenis masalah yang perlu diatasi sebagai

Page 34: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

14

orang dewasa. Kedua, mencoba menguasai dua atau lebih keterampilan

serempak biasanya menyebabkan kedua-duanya kurang berhasil. Ketiga,

dan mungkin yang paling berat dari semuanya, orang-orang muda itu tidak

memperoleh bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-

masalah mereka.

d. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional

Sekitar awal atau pertengahan umur tiga puluhan, kebanyakan orang muda

telah mampu memecahkan masalah-masalah mereka dengan cukup baik

sehingga menjadi stabil dan tenang secara emosional. Apabila emosi yang

menggelora yang merupakan ciri tahun-tahun awal kedewasaan masih

tetap kuat pada usia tiga puluhan, maka hal ini merupakan tanda bahwa

penyesuaian diri pada kehidupan orang-orang dewasa belum terlaksana

secara memuaskan.

Apabila ketegangan emosi terus berlanjut sampai usia tiga puluhan, hal itu

umumnya nampak dalam bentuk keresahan. Apa yang diresahkan orang-

orang muda itu tergantung dari masalah-masalah penyesuaian diri yang

harus dihadapi saat itu dan berhasil tidaknya mereka dalam upaya

penyelesaian itu.

e. Masa dewasa awal sebagai masa keterasingan sosial

Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam

pola kehidupan orang dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga,

hubungannya dengan teman-teman kelompok sebaya masa remaja menjadi

renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan

Page 35: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

15

kelompok di luar rumah akan terus berkurang. Sebagai akibatnya, untuk

pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan yang populer pun,

akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut Erikson

sebagai “krisis keterasingan”.

Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat

kuat untuk maju dalam karir. Dengan demikian, keramahtamahan masa

remaja diganti dengan persaingan dalam masyarakat dewasa dan mereka

juga harus mencurahkan sebagian besar tenaga mereka untuk pekerjaan

mereka, sehingga mereka hanya dapat menyisihkan waktu sedikit untuk

sosialisasi yang diperlukan untuk membina hubungan-hubungan yang

akrab. Akibatnya, mereka jadi egosentris dan ini tentunya menambah

kesepian mereka.

f. Masa dewasa awal sebagai masa komitmen

Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan

tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada

orang tua menjadi orang dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola

hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-

komitmen baru. Meskipun pola-pola hidup, tanggung jawab dan

komitmen-komitmen baru ini mungkin akan berubah juga. Pola-pola ini

menjadi landasan yang akan membentuk pola hidup, tanggung jawab dan

komitmen-komitmen di kemudian hari.

Page 36: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

16

g. Masa dewasa awal sering merupakan masa ketergantungan

Meskipun telah resmi mencapai status dewasa pada usia delapan belas

tahun, dan status ini memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang

muda yang masih agak tergantung atau bahkan sangat tergantung pada

orang-orang lain selama jangka waktu yang berbeda-beda. Ketergantungan

ini mungkin pada orang tua, lembaga pendidikan yang memberikan

beasiswa sebagian atau penuh atau pada pemerintah karena mereka

memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka. Ada orang-

orang muda yang membenci ketergantungan ini, walaupun mereka

menyadari bahwa hal itu perlu agar mereka memperoleh pendidikan yang

dibutuhkan bagi pekerjaan pilihan mereka.

h. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai

Banyak nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman

dan hubungan sosial yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda

usia dan karena nilai-nilai itu kini dilihat dari kacamata orang dewasa.

Orang dewasa yang tadinya menganggap sekolah itu suatu kewajiban yang

tidak berguna, kini sadar akan nilai pendidikan sebagai batu loncatan

untuk meraih keberhasilan sosial, karir dan kepuasan pribadi.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan perubahan nilai pada masa

dewasa awal, di antaranya yang sangat umum adalah, pertama, jika orang

muda dewasa ingin diterima oleh anggota-anggota kelompok orang

dewasa, mereka harus menerima nilai-nilai kelompok ini, seperti juga

waktu kanak-kanak dan remaja mereka harus menerima nilai-nilai

Page 37: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

17

kelompok teman sebaya. Kedua, orang-orang muda itu segera menyadari

bahwa kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai

konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku seperti juga

halnya dalam hal penampilan. Ketiga, orang-orang muda menjadi bapak-

ibu tidak hanya cenderung mengubah nilai-nilai mereka lebih cepat

daripada mereka yang tidak menikah atau tidak punya anak, tetapi mereka

juga bergeser kepada nilai-nilai yang lebih konservatif dan lebih

tradisional.

i. Masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru

Di antara berbagai penyesuaian diri yang harus dilakukan orang muda

terhadap gaya hidup baru, yang paling umum adalah penyesuaian diri pada

pola peran seks atas dasar persamaan derajat yang menggantikan

pembedaan pola peran seks tradisional, serta pola-pola baru bagi

kehidupan keluarga, termasuk perceraian, keluarga berorangtua tunggal,

dan berbagai pola baru ditempat pekerjaan khususnya pada unit-unit kerja

yang besar dan impersonal di bidang bisnis dan industri.

Menyesuaikan diri pada suatu gaya hidup memang selalu sulit, terlebih-

lebih bagi kaum muda zaman sekarang karena persiapan yang mereka

terima sewaktu masih anak-anak dan dimasa remaja biasanya tidak

berkaitan atau bahkan tidak cocok dengan gaya-gaya hidup baru ini.

Demikian pula orang-orang dewasa masa kini jarang sekali dipersiapkan

agar mampu memikul tanggung jawab sebagai orang tua tunggal atau

tugas ganda sebagai orangtua dan pencari nafkah diluar rumah.

Page 38: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

18

j. Masa dewasa awal sebagai masa kreatif

Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah ia dewasa akan tergantung

pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan

keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-

besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang

menyalurkan melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dewasa awal merupakan

tahap perubahan individu dari remaja menjadi dewasa, di mana perubahan ini

akan banyak membuat individu mengalami proses dan perubahan tanggung jawab

yang dialaminya baik dari segi pengaturan diri, kemampuan menghadapi masalah,

kemampuan membawa diri dalam lingkuangan sosial, kemampuan untuk

berkomitmen baik untuk karir ataupun kehidupan berumah tangga. Pada masa ini

lah proses awal kedewasaan manusia akan terjadi sesuai dengan tugas

perkembangannya.

B. Subjective Well-Being

1. Pengertian Subjective well-being

Subjective well-being (kesejahteraan) adalah keadaan sejahtera dan

kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang timbul bila kebutuhan

dan harapan tertentu individu terpenuhi. Diener (2009) menambahkan, lebih

tinggi frekuensi munculnya afek positif daripada afek negatif dapat memberikan

perasaan nyaman dan riang (joyful), sehingga pemaknaan individu akan hidupnya

pun akan makin positif. Demikian pula individu yang dapat mencapai tujuan dan

Page 39: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

19

merasa puas akan semua pencapaiannya, maka pemaknaan mengenai hidupnya

akan baik pula. Diener dan Suh (2000) mendefenisikan subjective well-being

adalah suatu keadaan yang didapatkan dari menggabungkan antara aspek afektif

dan kognitif. Aspek afektif yang diharapkan untuk meraih subjective well-being

adalah perasaan sejahtera akan hidupnya, sedangkan aspek kognitif yang

diharapkan adalah individu mempunyai pemikiran bahwa berbagai aspek

kehidupannya, seperti keluarga, karir, dan komunitasnya adalah hal-hal yang

memberikan kepuasan hidup.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa subjective well-

being adalah kesejahteraan utuh yang dialami individu, di mana individu dapat

memiliki perasaan yang positif mengenai hidupnya, sebagai hasil dari evaluasi

afektif, dan memiliki kepuasaan hidup atas apa yang ia capai, baik dalam hal

karir, keluarga, dan komunitasnya, sebagai hasil evaluasi kognitifnya.

2. Aspek- aspek Subjective Well-Being

Menurut Diener (Eid dan Larsen, 2008) mengangkat studi mengenai

subjective well-being. Studi tersebut menyebutkan ada tiga komponen yang

menyertai subjective well-being individu, yaitu aspek positif, aspek negatif dan

kepuasaan hidup. Penjelasannya sebagai berikut:

a. Aspek positif

Individu yang berhasil mencapai subjective well-being umumnya ditandai

dengan tingginya perasaan positif/bahagia. Subjective well-being adalah di

mana evaluasi afektif individu menghasilkan bahwa aspek positifnya

memiliki jumlah yang lebih besar (mayoritas) dari pada aspek negatifnya.

Page 40: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

20

Keadaan ini juga tidak hanya menunjukkan bahwa kecil/rendahnya faktor

aspek negatif, tetapi lebih menekankan pada kesehatan mental individu

yang adekuat.

Menurut Diener, dkk. (1999) aspek positif individu yang mempengaruhi

level subjective well-being adalah hal-hal yang mencakup keringanan

(joy), rasa suka cita (elation), kepuasan (contentment), harga diri (pride),

mempunyai rasa kasih sayang (affection), kebahagiaan (happiness), dan

kegembiraan yang sangat (ecstasy).

b. Aspek negatif

Diener (2009) menyatakan bahwa meskipun aspek positif dan negatif

terlihat saling mempengaruhi, namun kedua tipe aspek ini mempunyai

hubungan yang independen antara satu dengan yang lain. Selain itu,

menurut Diener, dkk. (1991), intensitas aspek positif dan negatif tidak

terlalu mempengaruhi level tinggi rendahnya subjective well-being,

sebaliknya frekuensi aspek positif atau negatif sangat mempengaruhi level

tinggi rendahnya subjective well-being, yaitu tingginya level subjective

well-being disebabkan oleh tingginya frekuensi aspek positif dan negatif.

Menurut Diener, dkk. (1999), beberapa aspek negatif individu yang

mempengaruhi level subjective well-being, yaitu rasa bersalah dan malu

(guilt and shame), kesedihan (sadness), kecemasan dan kekhawatiran

(anxiety and worry), kemarahan (anger), tekanan (stress), depresi

(depression) dan kedengkian (envy).

Page 41: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

21

c. Kepuasan hidup

Kepuasan hidup, menurut Eid dan Larsen (2008), merupakan hal yang

dinilai secara holistik, memuat keseluruhan dari kehidupan individu atau

total penilaian kehidupan pada periode hidupnya. Hal ini mencerminkan

bahwa tidak hanya total kuantitas hal-hal yang menyejahterakan

kehidupan individu pada waktu tertentu saja, tetapi juga mengenai kualitas

penyalurannya, apakah hal itu dapat membawa kesejahteraan individu di

waktu selanjutnya lebih permanen atau tidak. Menurut Diener (1999)

beberapa kepuasan hidup individu yang mempengaruhi level subjective

well-being, yaitu hasrat untuk mengubah hidup (desire to change life),

kepuasan pada kehidupan saat ini (statisfaction with current life),

kepuasan pada kehidupan masa lalu (statisfaction with fast), kepuasan

pada kehidupan masa depan nanti (statisfaction with future), dan pendapat

orang-orang terdekat mengenai hidupnya (significant others’ views of one

life) (dalam Nabila, 2011).

Berdasarkan pernyataan di atas disimpulkan bahwa aspek subjective

well-being, yaitu aspek positif, negatif, dan kepuasaan hidup. Di mana ketiga

aspek tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan saling

mempengaruhi dalam mencapai kesejahteraan diri yang baik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Subjective well-being

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being adalah

sebagai berikut (dalam Ariati, 2010) :

Page 42: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

22

a. Harga diri positif

Campbell menyatakan bahwa harga diri merupakan prediktor yang

menentukan kesejahteraan subjektif. Harga diri yang tinggi akan

menyebabkan seseorang memiliki kontrol yang baik terhadap rasa marah,

mempunyai hubungan yang intim dan baik dengan orang lain, serta

kapasitas produktif dalam pekerjaan. Hal ini akan menolong individu

untuk mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal yang baik dan

menciptakan kepribadian yang sehat.

b. Kontrol diri

Kontrol diri diartikan sebagai keyakinan individu bahwa ia akan mampu

berperilaku dengan cara yang tepat ketika menghadapi suatu peristiwa.

Kontrol diri ini akan mengaktifkan proses emosi, motivasi, perilaku dan

aktivitas fisik serta mampu mengatasi konsekuensi dari keputusan yang

telah diambil serta mencari pemaknaan atas peristiwa tersebut.

c. Ekstrovert

Individu dengan kepribadian ekstrovert akan tertarik pada hal-hal yang

terjadi di luar dirinya, seperti lingkungan fisik dan sosialnya. Penelitian

Diener dkk. (1999) mendapatkan bahwa kepribadian ekstrovert secara

signifikan akan memprediksi terjadinya kesejahteraan individual. Orang-

orang dengan kepribadian ekstrovert biasanya memiliki teman dan relasi

sosial yang lebih banyak, mereka pun memiliki sensitivitas yang lebih

besar mengenai penghargaan positif pada orang lain.

Page 43: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

23

d. Optimis

Secara umum, orang yang optimis mengenai masa depan merasa lebih

bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi

dirinya dalam cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik terhadap

hidupnya, sehingga memiliki impian dan harapan yang positif tentang

masa depan.

e. Relasi sosial yang positif

Relasi sosial yang positif akan tercipta bila adanya dukungan sosial dan

keintiman emosional. Hubungan yang di dalamnya ada dukungan dan

keintiman dalam kehidupan pernikahan akan membuat individu mampu

mengembangkan harga diri, meminimalkan masalah-masalah psikologis,

kemampuan pemecahan masalah yang adaptif, dan membuat individu

menjadi sehat secara fisik.

f. Memiliki arti dan tujuan dalam hidup

Dalam beberapa kajian, arti dan tujuan hidup sering dikaitkan dengan

konsep religiusitas. Penelitian melaporkan bahwa individu yang memiliki

kepercayaan religi yang besar, memiliki kesejahteraan psikologis yang

besar.

Berdasarkan pernyataan di atas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi subjective well-being adalah harga diri positif yang berpengaruh

pada kesejahteraan diri individu tersebut, kontrol diri yang baik, kepribadian

yang terbuka agar lebih mampu melakukan interaksi dengan lingkungan sosial

dan memiliki relasi yang lebih luas, serta optimis dalam menghadapi setiap

Page 44: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

24

rintangan dan masalah yang dihadapi akan mampu membawa individu memiliki

kesejahteraan diri positif yang memiliki arti dan tujuan hidup yang baik.

C. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Menurut undang-undang No. 1 Tahun 1974 dalam bab 1 pasal 1

dijelaskan bahwa pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa

(Hadikusuma, 2007). Dari rumusan tersebut dapat dipahami bahwasanya

pernikahan mengandung beberapa pengertian nikah bukan hanya sekedar

selembar surat ijin untuk menggunakan panggilan papa, mama, melainkan

mengandung pengertian sebagai kunci pembuka kunci keluarga dan rumah tangga

yang sah.

Pernikahan memberikan jaminan bahwa pria yang sudah menjadi suami

seorang wanita tidak seenaknya hidup bersama tanpa tanggung jawab. Demikian

juga wanita dengan adanya pernikahan, maka tidak seenaknya akan lari dan

meninggalkan pasangannya. Pernikahan juga berarti pendorong bagi pasangan

pria dan wanita atau suami istri untuk berusaha sekuat tenaga untuk saling

mementingkan kewajiban dalam rumah tangga atau keluarga, agar masing-masing

anggota keluarga dapat merasakan kebahagiaan dan ketenangan lahir batin

(Hasan, 1988).

Page 45: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

25

Pernikahan merupakan suatu ikatan janji setia antara suami dan istri yang

didalamnya terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belah pihak. Janji setia

yang terucap merupakan suatu yang tidak mudah diucapkan. Perlu suatu

keberanian besar bagi seseorang ketika memutuskan untuk menikah. Pernikahan

yang dilandasi rasa cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda,

2009).

Sligman (2003) mendefinisikan perkawinan sebagai sebuah hubungan

antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan dikenal dengan suami istri.

Dalam hubungan tersebut terdapat peran serta tanggung jawab dari suami dan istri

yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih

sayang, pemenuhan seksual, dan menjadi orang tua.

Menurut Dariyo (2003) perkawinan merupakan ikatan kudus antara

pasangan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah menginjak atau

dianggap telah memiliki umur cukup dewasa. Pernikahan dianggap sebagai ikatan

kudus (holly relationship) karena hubungan pasangan antara seorang laki-laki dan

seorang perempuan telah diakui secara sah dalam hukum agama.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan definisi

pernikahan adalah ikatan lahir dan batin yang suci antara pria dan wanita yang

melibatkan hubungan seksual, hak pengasuhan anak dan adanya pembagian peran

suami–istri serta adanya keintiman, komitmen, persahabatan, cinta dan kasih

sayang, pemenuhan seksual, pertemanan dan kesempatan untuk pengembangan

emosional antara suami dan istri.

Page 46: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

26

2. Tujuan Pernikahan Menurut Perundangan

Pasal 1 UU no. 1-1994 dikatakan bahwa yang menjadi tujuan pernikahan

sebagai suami istri adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya dijelaskan

bahwa suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing

dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan

spiritual dan material. Dengan demikian yang menjadi tujuan pernikahan menurut

perundangan adalah sebagai berikut (Hadikusuma, 2007) :

a. Untuk kebahagiaan suami istri

Kebahagiaan dalam pernikahan sangatlah penting dalam menjalani

kehidupan berumah tangga. Kebahagiaan suami istri akan mampu

menjadi pondasi pernikahan yang sejahtera baik secara fisik dan

psikologis. Saling menyayangi, saling menghormati, menjaga

komunikasi yang baik serta saling menerima antara suami dan istri akan

membuat kehidupan pernikahan akan lebih baik ke depannya.

b. Untuk mendapatkan keturunan

Tujuan pernikahan juga bukan hanya untuk mencari kebahagiaan pada

pasangan saja, melainkan untuk mendapatkan keturunan. Anak nantinya

akan menjadi sumber kebahagian dalam pernikahan setiap pasangan

suami istri, dan menjadi penerus dan harapan orang tua di kehidupan

mendatang.

Page 47: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

27

c. Untuk menegakkan keagamaan

Pernikahan bukan hanya tanggung jawab terhadap pasangan saja,

melainkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan keyakinan (agama) setiap

kepercayaan yang mereka yakini. Agama disini sebagai norma atau

aturan yang membuat pernikahan menjadi sejahtera dengan pasangan

pernikahan yang sah. Pernikahan di sini sebagai penegak yang menjadi

tujuan agama karena dengan menikah berarti sudah menjalankan

sebagian perintah agama. (Hadikusuma, 2007)

Dari pernyataan di atas dapat diambil simpulan bahwa tujuan pernikahan

bukan hanya sebagai sumber kebahagiaan melainkan untuk mendapatkan

keturunan dan menegakkan keagamaan setiap individu agar mereka menjadi

sejahtera baik secara psikologis dan fisiologis.

D. Perbedaan Subjective Well-Being Dewasa Awal yang Sudah Menikah dan

yang Belum Menikah

Pernikahan adalah ikatan lahir dan batin yang suci antara pria dan wanita

yang melibatkan hubungan seksual, hak pengasuhan anak dan adanya pembagian

peran suami – istri serta adanya keintiman, komitmen, persahabatan, cinta dan

kasih sayang, pemenuhan seksual, pertemanan dan kesempatan untuk

pengembangan emosional antara suami dan istri (dalam Safira, 2012). Sedangkan

belum menikah adalah belum adanya hubungan antara pria dan wanita yang

diakui dan diatur dalam seperangkat pranata sosial dan disahkan dalam norma

hukum dan agama (dalam Huda, 2012).

Page 48: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

28

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan

subjective well-being orang yang sudah menikah dengan yang belum menikah.

Orang yang sudah menikah kesejahteraan dirinya selain ada pada dirinya juga

terdapat pada pasangan dan anak-anaknya. Memiliki keluarga yang baik dan

harmonis merupakan sumber kesejahteraan diri setiap pasangan pernikahan.

Sedangkan kesejahteraan diri yang belum menikah ada pada hubungan dengan

orang tua, sahabat, relasi, dan lingkungan sosial yang mendukung merupakan

sumber kesejahteraan diri yang baik.

E. Kerangka Konseptual

F. Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

mengajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya yaitu, terdapat perbedaan

antara subjective well-being dewasa awal yang sudah menikah dan yang belum

menikah di mana orang yang sudah menikah lebih tinggi Subjective Well-Being

nya dari pada yang belum menikah.

Masa Dewasa

Belum Menikah Sudah Menikah

SWB Aspek-aspek:

Aspek negatif Aspek positif Kepuasan hidup

SWB Aspek-aspek:

Aspek negatif Aspek positif Kepuasan hidup

Page 49: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Salah satu hal yang paling penting diharapkan dari sebuah penelitian

adalah diperolehnya hal yang dapat dipertanggung jawabkan. Atas dasar itu,

dalam bab ini akan diuraikan mengenai (a) Identifikasi variabel, (b) Defenisi

oprasional, (c) Populasi dan sampel, (d) Metode pengambilan data, validitas, dan

reliabilitas alat ukur, dan (e) Metode analisis data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk menguji hipotesis penelitian ini, terlebih dahulu didefinisikan

variabel-variabel utama yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:

1. Variabel bebas (X) : status pernikahan:

a) sudah menikah

b) belum menikah

2. Variabel terikat(Y) : subjective well-being

B. Definisi Variabel Oprasional

Definisi variable oprasional penelitian bertujuan untuk mengarahkan

variabel penelitian agar sesuai dengan pengukuran yang telah disiapkan. Adapun

definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Status Pernikahan (yang sudah menikah dan yang belum menikah)

Status pernikahan merupakan ikatan atau hubungan pernikahan yang

membedakan status seseorang, antara yang sudah menikah dan yang

Page 50: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

30

belum menikah. Data mengenai status pernikahan ini diungkap melalui

identitas diri yang tertera pada skala, yang dinyatakan dengan “menikah”

dan “belum menikah”.

b. Subjective well-being

Subjective well-being (kebahagiaan) adalah keadaan sejahtera dan

kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang timbul bila

kebutuhan dan harapan tertentu individu terpenuhi yang meliputi aspek

positif, aspek negatif, dan aspek kepuasan hidup. Data mengenai

Subjective Well-Being diungkap melalui jumlah skor pada skala Subjective

Well-Being. Semakin tinggi skor pada skala Subjective Well-Being maka

semakin tinggi Subjective Well-Being. Sebaliknya semakin rendah skor

pada skala Subjective Well-Being maka semakin rendah pula Subjective

Well-Being.

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya

orang, tetapi juga objek benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan

sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi

seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu. Satu orang

pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai

karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul,

Page 51: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

31

kepemimpinannya dan lain-lain (Sugiono, 2008). Populasi dari penelitian ini

adalah wanita dewasa awal yang bekerja baik yang sudah menikah dan yang

belum menikah yang ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan

Tembung dengan jumlah 412 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari popualsi harus betul-betul

representatif (mewakili) (Sugiono, 2008). Sampel yang diambil pada penelitian ini

berjumlah 80 responden dengan perincian 40 orang yang sudah menikah dan 40

orang yang belum menikah.

Penelitian ini menggunakan Teknik Purposive Sampling yaitu pemilihan

sekelompok subjek yang didasarkan atas ciri-ciri yang berhubungan erat dengan

populasi.

Adapun ciri-ciri sampel dalam penelitian ini adalah :

1. wanita dewasa awal yang berusia 18 sampai 40 tahun

2. wanita dewasa awal yang bekerja

3. wanita dewasa awal yang sudah menikah dan yang belum menikah

Berdasarkan ciri-ciri sampel di atas, maka jumlah dewasa awal yang

menjadi sampel penelitian ini adalah berjumlah 80 orang.

Page 52: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

32

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan skala. Menurut (Hadi, 2002), skala merupakan metode

penyelidikan yang berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau setidaknya

pada pengetahuan dan keyakinan pribadi atau diri sendiri. Alasan digunakannya

skala pada penelitian ini seperti yang dikemukakan oleh (Hadi, 2002), yaitu :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

2. Apa yang dikatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat

dipercaya

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan sama

dengan apa yang dimaksud oleh peneliti

Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari skala Subjective

Well-Being yang disusun penulis berdasarkan aspek-aspek positif, aspek negatif,

dan kepuasan hidup. Skala akan dibagikan kepada dewasa awal wanita yang

usianya 18 tahun sampai 40 tahun kemudian dibandingkan Subjective Well-Being

antara kedua kelompok tersebut.

Skala yang digunakan menggunakan model skala likert dengan 4 (empat)

pilihan jawaban, berisikan item positif (favourable) dan item negatif

(unfavourable). Suatu skala dikatakan favourable apabila item-item tersebut

memuat pernyataan yang bersifat mendukung, sedangkan item unfavourable

memuat pernyataan yang bersifat tidak mendukung. Penilaian yang diberikan

kepada masing-masing jawaban subjek pada setiap item adalah untuk item yang

Page 53: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

33

favourable jawaban Sangat Sesuai (SS) mendapat nilai 4, jawaban Sesuai (S)

mendapat nilai 3, jawaban Tidak Sesuai (TS) mendapat nilai 2, dan jawaban

Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat nilai 1. Untuk jawaban unfavourable maka

penilaian yang diberikan adalah sebaliknya, jawaban Sangat Sesuai (SS)

mendapat nilai 1, jawaban Sesuai (S) mendapat nilai 2, jawaban Tidak Sesuai

(TS) mendapat nilai 3, dan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat nilai 4.

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian sosial, khususnya

psikologi adalah cara memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi

sangat penting, artinya bahwa kesimpulan penelitian akan dapat dipercaya apabila

didasarkan pada informasi yang juga dapat dipercaya (Azwar, 2007). Dengan

memperhatikan kondisi ini, tampak bahwa alat pengumpul data memiliki peranan

penting. Baik atau tidaknya suatu alat pengumpul data dalam mengungkap kondisi

yang akan diukur, tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan

digunakan.

1. Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata “validity” yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan (mampu mengukur apa yang hendak diukur) dan kecermatan suatu

instrumen pengukuran melakukan fungsi ukurnya, yaitu dapat memberikan

gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya antara subjek yang lain

(Azwar, 2003). Sebuah alat ukur dapat dinyatakan mempunyai validitas yang

tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan

Page 54: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

34

hasil ukur yang sesuai dengan maksud dikenakannya alat ukur tersebut. Suatu alat

pengukur untuk suatu sifat misalnya, maka alat itu dikatakan valid jika yang

diukurnya adalah memang sifat X tersebut dan bukan sifat-sifat yang lain

(Nasution dalam Pratiwi, 2009).

Teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur dalam hal ini

angket diuji validitasnya dengan menggunakan teknik analisis Product Moment

rumus angka kasar dari Pearson (Hadi, 2000).

Rumusnya adalah :

NY

YNX

X

NYX

XYrxy

22

2

2

))((

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antar tiap butir dengan skor total

XY = Jumlah hasil kali antar setiap butir dengan skor total

X = Jumlah skor keseluruhan subjek untuk tiap butir

Y = Jumlah skor keseluruhan butir pada subjek

X 2 = Jumlah kuadrat skor x

Y 2 = Jumlah kuadrat skor y

N = Jumlah subjek

Nilai validitas setiap butir (koefisien r product moment) sebenarnya

masih perlu dikoreksi karena kelebihan bobot. Kelebihan bobot ini terjadi karena

skor butir yang dikorelasikan dengan skor total, ikut sebagai komponen skor total,

dan hal ini menyebabkan koefisien r menjadi lebih besar (Hadi, 2000). Teknik

Page 55: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

35

untuk membersihkan kelebihan bobot ini dipakai formula part whole. Adapun

formula part whole adalah sebagai berikut :

))()((2)()(

)())((22

yxxyxy

xyxybt

SDSDrSDSD

SDSDrr

Keterangan :

rbt = Koefisien r setelah dikoreksi

rxy = Koefisien r sebelum dikoreksi (product moment)

SDx = Standar Deviasi skor butir

SDy = Standar Deviasi skor total

(SDx) 2 = Standar Deviasi kuadrat skor x

(SDy) 2 = Standar Deviasi kuadrat skor y

2. Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2005), reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau

keterpercayaan hasil ukur untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran

dapat dipercaya. Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi

internal, yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes

kepada sekelompok individu sebagai subjek penelitian. Teknik yang digunakan

adalah koefisien Alpha Cronbach.

Skala yang akan diestimasi reliabilitasnya dalam jumlah yang sama

banyak untuk mengetahui reliabilitas alat ukur, maka akan digunakan rumus

Koefisien Alpha, sebagai berikut :

Page 56: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

36

Keterangan :

R = koefisien reliabilitas instrument (cronbach alpha)

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= total varians butir

= total varians

F. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

statistik, karena analisis statistik dapat menguatkan suatu kesimpulan penelitian

(generalisasi). Adapun pertimbangan-petimbangan dengan menggunakan metode

analisis statistik menurut (Hadi, 2004), adalah:

1. Statistik bekerja dengan angka-angka. Angka-angka ini dapat menunjukkan

jumlah atau frekuensi nilai atau harga.

2. Statistik bekerja secara objektif, artinya statistik sebagai alat penilai

kenyataan yang tidak dapat berbicara lain kecuali apa adanya.

3. Statistik bersifat universal artinya dapat digunakan dalam hampir semua

penilitian.

Penelitian ini menggunakan analisa statistik untuk menguji hipotesis

yang telah dirumuskan. Teknik yang sesuai untuk membuktikan hipotesis adalah

teknik statistik t-test dengan menggunakan SPSS for windows, yang ingin melihat

Page 57: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

37

apakah ada perbedaan subjective well-being (Y) dewasa awal yang sudah menikah

dan yang belum menikah (X). Adapun rumus t-test adalah sebagai berikut :

Keterangan :

t-test = koefisien perbedaan subjective well-being

X = rata-rata perbedaan subjective well-being

X2 = jumlah kuadrat dari perbedaan subjective well-being

A1 = dewasa awal yang sudah menikah

A2 = dewasa awal yang belum menikah

1 = bilangan konstanta

2 = bilangan konstanta untuk 2 kelompok

N = jumlah subjek

Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu uji asusmsi terhadap data

penelitian yang meliputi :

1. Uji Normalitas sebaran, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data

penelitian tiap masing-masing variabel telah menyebar mengikuti kurva

normal.

2. Uji Homogenitas, yaitu untuk melihat dan menguji apakah data-data yang

diperoleh berasal dari sekelompok subyek yang dalam beberapa aspek

psikologis bersifat sama (homogen).

Page 58: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai segala hal yang berhubungan

dengan penelitian, dimulai dari gambaran subjek penelitian, pelaksanaan

penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah

Penelitian ini dilaksanakan pada warga di Kelurahan Bandar Selamat

Kecamatan Medan Tembung beralamat Jalan Kapten Jamil Lubis No 54 Medan.

Di mana sampelnya merupakan wanita pekerja dewasa awal yang sudah menikah

dan belum menikah dan bekerja juga. Penduduk di kelurahan ini yang terdiri dari

12 lingkungan yang berjumlah 19.296 orang.

Setiap lingkungan memiliki jumlah penduduk yang berbeda-beda.

Sementara peneliti meneliti di lingkungan VI yang berjumlah 826 orang, peneliti

hanya meneliti wanita pekerja dewasa awal yang berada pada usia 18 sampai 40

tahun. Dewasa awal yang terdapat di lingkungan VI berjumlah 412 orang baik

yang menikah ataupun yang belum menikah.

2. Persiapan Penelitian

a. Persiapan Administrasi

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan-

persiapan yang berkaitan dengan administrasi penelitian, yaitu masalah perijinan

yang meliputi perijinan dari pihak Fakultas Psikologi Uniersitas Medan Area dan

Page 59: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

39

pihak Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan. Langkah-langkah yang

dilakukan, yaitu dimulai dari menghubungi secara formal pihak Fakultas

Psikologi Uniersitas Medan Area guna meminta surat ijin yang ditujukan kepada

Pihak Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan guna meminta perijinan

untuk melakukan penelitian di Kelurahan Bandar Selamat Medan Tembung.

Setelah ada surat ijin dari fakultas peneliti melanjutkan meminta persetujuan atau

ijin dari Balai Penelitan dan Pengembangan Kota Medan sebagai tanda bukti

untuk pihak Kelurahan Bandar Selamat Medan Tembung bahwasannya Balai

Penelitan dan Pengembangan Kota Medan telah memberikan ijin untuk peneliti

melakukan penelitian di kelurahan tersebut. Selanjutnya meminta surat penelitian

dari Fakultas Psikologi Universitas Medan Area dengan nomor surat

1038/FO/PP/2013 yang ditujukan kepada Kelurahan Bandar Selamat Medan

Tembung. Setelah mendapatkan surat penelitian dari pihak Fakultas Psikologi

Universitas Medan Area dan dari Balai Penelitan dan Pengembangan Kota

Medan, pada tanggal 19 september 2013 peneliti mendapatkan surat balasan dari

pihak kelurahan dengan nomor surat 070/83, tanggal 24 september 2013 yang

menyatakan benar telah selesai melakukan pengambilan data dan pemberian skala

penelitian di Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung.

b. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Persiapan yang dimaksud adalah mempersiapkan alat ukur yang nantinya

digunakan untuk penelitian, yakni alat ukur subjective well-being. Skala subjective

well-being dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek subjective well-being

yaitu: aspek positif, aspek negatif, dan kepuasan hidup (Eid Dan Larsen, 2008).

Page 60: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

40

Item-item dalam skala ini disusun dalam bentuk pernyataan favourable

dan unfavourable dalam format Likert, setiap aitem terdiri dari empat pilihan

jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS),Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak

Setuju (STS). Penilaian yang diberikan kepada masing-masing jawaban subjek

pada setiap pernyataan favourable adalah jawaban Sangat Setuju (SS) mendapat

nilai 4, jawaban Setuju (S) mendapat nilai 3, jawaban Tidak Setuju (TS) mendapat

nilai 2, dan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) mendapat nilai 1. Untuk

pernyataan yang bersifat unfavourable penilaian yang diberikan adalah jawaban

Sangat Setuju (SS) mendapat nilai 1, jawaban Setuju (S) mendapat nilai 2,

jawaban Tidak Setuju (TS) mendapat nilai 3, dan jawaban Sangat Tidak Setuju

(STS) mendapat nilai 4. Penyusunan skala ini akan disusun sendiri oleh peneliti.

Tabel 1. Distribusi Penyebaran Butir-butir Pernyataan Skala Aspek Subjective Well-Being Sebelum Uji Coba

Aspek Indikator favourabel unfafourable ∑ Aspek Positif

- Keringanan - Rasa suka cita - Kepuasan - Harga diri - Kasih sayang - Kebahagiaan

14,48,50,54 3,5,53,55

10,1,34,38 41,44,46,57 30,51,56,58

18,22,26,59,60

- - - - - -

4 4 4 4 4 5

Aspek Negatif

- Rasa bersalah dan malu - Kesedihan - Kecemasan - Kemarahan - Tekanan - Kedengkian

- - - - - -

11,15 19,27,8,52

4,2,45 23,35

31,6,42 39

2 4 3 2 3 1

Aspek Kepuasan hidup

- Hasrat untuk mengubah hidup - Kepuasan pada kehidupan saat

ini - Kepuasan pada kehidupan

masa lalu - Kepuasan pada kehidupan

masa depan - Pendapat orang-orang terdekat

mengenai hidupnya.

16,12,40, 47

20,7,24,36

32

28

43,49

9,25,29

21,13

33

17

37

7

6

2

2

3 Jumlah Pertanyaan 37 23 60

Page 61: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

41

3. Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Pelaksanaan uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 20 agustus 2013

pada warga Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung. Selanjutnya

dari tanggal 21 agustus 2013 dilakukan pengecekan sekaligus penyekoran

terhadap alat ukur yang telah terkumpul serta dimulai dilakukan pengolahan data.

Adapun jumlah subjek untuk uji coba alat ukur yaitu sebanyak 80 orang.

Pelaksanaan pengambilan data dalam rangka uji coba alat ukur ini

diambil dari menghubungi pihak kelurahan untuk berkenaan memberikan ijin

untuk menyebarkan angket pada warga dewasa awal sesuai dengan yang peneliti

butuhkan. Setelah melakukan penelitian dan pemberian skala, peneliti meminta

kepada warga dewasa awal yang sudah selesai mengisi meyerahkan skala.

Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap butir skala dengan cara membuat format

nilai berdasarkan skor-skor yang ada pada setiap lembarnya, kemudian skor yang

merupakan pilihan subjek pada setiap butir pertanyaan dipindahkan ke dalam

komputer menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 yang diformat

sesuai dengan keperluan tabulasi data, yaitu lajur untuk nomor pernyataan dan

baris untuk nomor subjek. Pada tanggal 25 september 2013 dilanjutkan dengan

pengolahan data.

Selanjutnya dari hasil uji coba alat ukur subjective well-being yang

berjumlah 60 butir, diketahui bahwa terdapat 18 butir yang gugur dan 42 butir

yang valid. Adapun aitem yang gugur tersebut terdiri dari butir ke 2, 5, 9, 10, 11,

15, 18, 20, 24, 33, 34, 37, 41, 44, 45, 50, 51, dan 56. Berikut adalah tabel

penyebaran butir aitem subjective well-being setelah uji coba.

Page 62: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

42

Tabel 2. Distribusi Penyebaran Butir-butir Pernyataan Skala Subjective Well-Being Setelah Uji Coba

No. Aspek-Aspek

Nomor Butir Item Total Favourable Unfavourable

Valid Gugur Valid Gugur 1. Positif 1, 3, 14, 22,

26, 30, 38, 46, 48, 53, 54, 55, 58,

59, 60

5, 10, 18, 34, 41, 44, 50, 51, 56

- - 25

2. Negatif - - 4, 6, 8, 19, 23, 27, 31, 35, 42, 39,

52

2, 11, 15, 45

15

3. Kepuasaan hidup

7, 12, 16, 24, 28, 32, 36,

40, 43, 47,49

20 13, 17, 21, 25, 29

9, 33, 37 20

Total 26 10 17 7 60

B. Pelaksaan Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan

Tembung wanita dewasa awal yang sudah dan yang belum menikah, penelitian ini

terlebih dahulu mengurus perijinan pada pihak kelurahan, karena peneliti ingin

membagikan skala ukur kepada warga Kelurahan Bandar Selamat. Adapun jumlah

dewasa awal yang terdapat di Kelurahan Bandar Selamat adalah 412 orang.

Namun, jumlah dewasa awal yang peneliti ambil untuk dijadikan sampel

berjumlah 80 orang. Terlebih dahulu peneliti memilih populasi wanita yang

bekerja baik yang sudah menikah atau yang belum menikah dengan rentang usia

dewasa awal 18 sampai 40 tahun (Hurlock, 2002).

Pada tanggal 20 agustus 2013, peneliti memulai penelitian. Subjek

pertama yang peneliti datangi adalah tetangga wanita yang berusia 33 tahun

seorang pekerja yang sudah menikah dan selanjutnya kepada teman-teman yang

Page 63: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

43

bekerja yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat adapun cara pemberian skala

yaitu dengan meninggalkan beberapa skala kepada subjek penelitian ada yang 10

skala, ada yang 20 skala, ada yang 5 skala, ada yang langsung diisi oleh beberapa

subjek yang peneliti jumpai di tanggal 21 sampai 27 agustus 2013. Adapun skala

yang ditinggal untuk diisi tidak semuanya kembali dan terisi, hanya yang

dititipkan 20 skala yang kembali 18 skala saja.

Setelah semua skala ukur terkumpul dan memastikan bahwa seluruh

dewasa awal yang menjadi subjek penelitian telah mengisi skala ukur dengan baik

dan benar pada tanggal 5 september yang peneliti lakukan pada skala ukur

subjective well-being ialah memilih data berdasarkan skala subjective well-being

sebagai variabel terikat (Y), dan status pernikahan sebagai variabel bebas (X) dan

menghitung nilai total masing-masing warga dewasa awal untuk setiap variabel.

Hal ini yang kemudian menjadi data induk penelitian.

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan sistem try out terpakai, artinya subjek yang

telah mengisi alat ukur pada tahapan uji coba menjadi subjek penelitian atau

sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik t-test,

dimana analisis ini digunakan untuk menganalisis perbedaan. Dapat diketahui dari

hasil analisis t-test diketahui tidak ada perbedaan subjective well-being antara

orang dewasa yang sudah menikah dengan yang belum menikah. Hal ini

ditunjukkan oleh koefisien perbedaan sebesar 0,608 dengan p > 0,05. Sebelum

data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap variabel yang

Page 64: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

44

menjadi pusat perhatian, yaitu data dari variabel subjective well-being yang terdiri

dari uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varians.

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas sebaran ini adalah untuk membuktikan bahwa penyebaran

data penelitian yang menjadi pusat perhatian, menyebar berdasarkan prinsip kurva

normal. Uji normalitas sebaran dianalisis dengan menggunakan Kolmogorov-

Smirnov (K-S). Dengan kriteria apabila p > 0,050 maka sebarannya dinyatakan

normal, sebaliknya apabila p < 0,050 sebarannya dinyatakan tidak normal

(Santoso, 2013)

Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran

Variabel Rerata K-S SD Sig. Keterangan Subjective well-being

130,175 0,070 15,748 0,200 Sebaran Normal

Keterangan:

Rerata = nilai rata-rata

K-S = nilai normalitas Kolmogorov-Smirnov test

SD = Standart Deviasi

Sig. = tingkat signifikansi

Berdasarkan analisis tersebut, maka diketahui bahwa nilai subjective

well-being untuk wanita dewasa awal yang sudah menikah dan yang belum

menikah masing-masing adalah 0,200 (>0,050), maka bisa dikatakan distribusi

kedua variabel adalah normal.

Page 65: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

45

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah subjek

penelitian yang termasuk wanita dewasa awal bersifat sama (homogen), dengan

kriterianya apabila p>0,050 maka dinyatakan homogen, sebaliknya apabila

p<0,050 maka dinyatakan tidak homogen (Santoso,2013).

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians

Variabel Uji Homogenitas

F df 1 df 2 Sig. Keterangan

Subjective well-being

Lavene’s test 1,126 1 78 0,292 Homogen

Keterangan :

F = bilangan uji homogenitas

df 1 = derajat kebebesan 1

df 2 = derajat kebebasan 2

Sig. = signifikansi

Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

subjective well-being berada di atas 0,050 (0,292 >0,050), maka bisa dikatakan

bahwa kedua sampel dalam penelitian berasal dari sampel yang homogen.

2. Hasil Perhitungan Analisis t-test

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis t-test, diketahui bahwa tidak

ada perbedaan subjective well-being antara orang dewasa yang sudah menikah

dengan yang belum menikah. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien perbedaan 2,150

dengan koefisien signifikansi 0,545. Dengan demikian hipotesis yang diajukan

yang berbunyi ada perbedaan subjective well-being antara orang dewasa yang

Page 66: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

46

sudah menikah dengan yang belum menikah, ditolak. Hasil perhitungan analisis t-

test dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis t-test Variabel MD SED T P Keterangan Subjective well-being

2,150 3,535 0,608 0,545 Hipotesa ditolak

Keterangan:

MD : mean difference

SED : standart error difference

t : koefisien perbedaan t-test

P : peluang ralat

Selanjutnya dengan melihat nilai rata-rata diketahui bahwa dewasa awal

yang sudah menikah memiliki subjective well-being yang lebih tinggi dengan nilai

rata-rata 131, 250 dibandingkan dengan dewasa awal yang belum menikah dengan

nilai rata-rata 129,100. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan subjective

well-being antara dewasa awal yang sudah menikah dan yang belum menikah:

Tabel 6. Statistik Induk SUMBER N Rerata SD

A1 40 131,250 16,961 A2 40 129,100 14,572

Total 80 130,175 15,749

Keterangan :

AI : dewasa awal yang sudah menikah

A2 : dewasa awal yang belum menikah

N : Jumlah subjek

Rerata : nilai rata-rata

SD : standart deviasi

Page 67: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

47

3. Hasil Perhitungan Mean Hipotetik Dan Mean Empirik

a. Mean hipotetik

Mean hipotetik adalah mean atau rata-rata skor dari jumlah butir skala

yang dipakai dalam penelitian. Oleh karena itu mean ini bersifat sementara karena

mengacu pada jumlah butir bukan berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh

subjek. Metode untuk mencari mean hipotetik ini adalah dengan mengalikan

jumlah butir yang dipakai dalam penelitian dengan alternatif jawaban terendah

dan tertinggi. Jumlah butir pernyataan yang dipakai dalam mengungkapkan

subjective well-being dalam penelitian ini sebanyak 42 yang diformat dalam skala

likert dengan 4 pilihan jawaban. Nilai mean hipotetiknya adalah {(42x1)+(42x4)}

: 2 = 105.

b. Mean empirik

Mean empirik merupakan mean atau nilai rata-rata yang bersiat teoritis

atau sesungguhnya, mean ini mengacu pada total keseluruhan skor subjek yang

telah diperoleh dibagi dengan sejumlah subjek. Berdasarkan hasil analisis data

yang telah dilakukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa nilai rata-rata mean

empirik subjective well-being adalah sebesar 130,175.

c. Kriteria

Untuk mengetahui bagaimana subjective well-being pada dewasa awal

yang menjadi subjek penelitian, maka perlu dibandingkan antara mean empirik

dengan mean hipotetik dengan memperhatikan besarnya bilangan SD dari variabel

yang sedang diukur.

Page 68: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

48

Dalam penelitian ini nilai SD variabel subjective well-being adalah

sebesar 15, 749. Dari besarnya bilangan SD tersebut, maka apabila mean hipotetik

< mean empirik, di mana selisihnya melebihi 15,749, maka subjective well-being

dewasa awal dinyatakan tinggi dan apabila mean hipotetik > mean empirik,

dimana selisihnya melebihi 15,749, maka subjective well-being dewasa awal

dinyatakan rendah. Apabila mean empirik dengan mean hipotetik tidak berselisih

melebihi 15,749, maka subjective well-being dewasa awal dinyatakan sedang.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik

Variabel SD Mean Keterangan Hipotetik Empirik Subjective well-being

15, 749 105 130,175 Subjective well-being Tinggi

Kurva Subjective well-being

75 90 105 120 135 sangat rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui dari hasil analisis t-test

bahwa tidak ada perbedaan subjective well-being antara orang dewasa yang sudah

menikah dengan yang belum menikah. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien

perbedaan t-test sebesar 0,608 dengan p > 0,05. Hal ini bearti hipotesis yang

berbunyi ada perbedaan subjective well-being pada dewasa awal yang sudah

menikah dan yang belum menikah, dinyatakan ditolak.

Page 69: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

49

Subjective well-being itu sendiri merupakan istilah yang sangat berkaitan

dengan istilah happiness (kebahagiaan). Diener (2009) menambahkan, lebih tinggi

frekuensi munculnya aspek positif dari pada aspek negatif dapat memberikan

perasaan nyaman dan riang (joyful), sehingga pemaknaan individu akan hidupnya

pun akan makin positif. Demikian pula individu yang dapat mencapai tujuan dan

merasa puas akan semua pencapaiannya, maka pemaknaan mengenai hidupnya

akan baik pula. Diener dan Suh (2000) mendefinisikan subjective well-being

adalah suatu keadaan yang didapatkan dari menggabungkan antara aspek afektif

dan kognitif.

Penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan subjective

well-being dewasa awal yang sudah menikah dan yang belum menikah.

Penelitian ini menolak, tidak sesuai dengan teori Dinner dkk yang menyatakan

bahwa wanita yang sudah menikah akan lebih bahagia dibandingkan teman-teman

mereka yang belum menikah (Lucas, Clark, Georgellis, & Diener, 2003).

Inglehart & Klingemann (2000), menyatakan bahwa lingkunganlah yang

sangat besar perngaruhnya pada kesejahteraan diri seseorang. Dengan ini bearti

status pernikahan bukanlah satu-satunya faktor sejahtera dan tidak sejahteranya

diri seseorang. Seligman (2004) dalam bukunya juga menyatakan lingkungan

keluarga yang baik merupakan faktor penentu kesejahteraan (kebahagiaan) diri

seseorang dalam mencapai tujuan dan cita-cita dalam hidupnya. Seligman (2002)

didalam bukunya authentic happiness juga menyatakan terdapat korelasi yang

lebih mendasar, yaitu agama, di mana agama dapat mengisi manusia dengan

harapan akan masa depan dan mampu menciptakan makna dalam hidup. Karena

Page 70: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

50

ketika orang sudah memiliki dasar agama yang baik maka pemaknaan akan

hidupnya serta semua yang terjadi di dalam hidupnya dapat orang terima dengan

penuh rasa keikhlasan bahwasanya semua yang terjadi di kehidupan ini sudah ada

yang mengatur yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Pada penelitian ini, sampel peneliti merupakan wanita dewasa awal yang

sudah menikah dan yang belum menikah yang ada di lingkungan VI kelurahan

Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Di mana mereka rata-rata adalah

seorang pekerja, mereka yang sudah menikah dan memiliki keluarga kecil,

mereka tinggal berbeda dari orang tua masing-masing. Sedangkan mereka yang

belum menikah, dan juga seorang pekerja masih tinggal dengan orang tuanya

masing-masing. Maka dapat disimpulkan bahwa mereka yang sudah menikah dan

yang belum menika sama-sama memiliki kesejahteraan diri yang mereka dapatkan

dari lingkungan dan keluarga masing-masing. Keluarga di sini, mulai dari kelurga

inti ada orang tua, anak, adik, kakak, abang dan anggota keluarga lainnya.

Sedangkan lingkungan, mulai dari lingkungan rumah termasuk juga lingkungan

kelurga, teman-teman, lingkungan kerja, sampai kepada lingkungan masyarakat

umum. Inilah mengapa kesejahteraan diri tidak hanya bisa didapat dengan status

pernikahan saja, melainkan masih ada faktor lingkungan, keluarga dan agama juga

yang bisa membuat orang mendapat kesejahteraan diri yang baik. Dapat

membahagiakan orang tua bagi dewasa awal yang belum menikah tentunya

sebuah harapan dan tujuan yang jika tercapai dapat membuat orang dewasa

merasa bahagia. Begitu juga bagi orang dewasa yang sudah menikah, menjadi

seorang istri dan ibu yang baik bagi suami dan anak-anak mereka dan memiliki

Page 71: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

51

pekerjaan yang mapan adalah sumber kebahagiaan yang tidak bisa diganti dengan

apapun juga. Rasa syukur dan menikmati apa yang telah mereka miliki menjadi

penguat kesejahteraan diri orang dewasa awal baik yang sudah menikah ataupun

yang belum menikah.

Page 72: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

52

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan simpulan dan saran-saran sehubungan

dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan

dijabarkan simpulan dari penelitian ini dan pada bagian akhir akan dikemukakan

saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan

topik yang sama.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka

dapat disimpulkan : Dari hasil analisis t-test diketahui bahwa tidak ada perbedaan

subjective well-being antara orang dewasa yang sudah menikah dengan yang

belum menikah. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien perbedaan t-test sebesar 0,608

dengan p > 0,05.

B. Saran

Sejalan dengan simpulan yang telah dibuat, maka berikut ini adalah saran

yang dapat diberikan kepada beberapa pihak, antara lain :

1. Subjek Penelitian

Diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan diri dan pekerjaan agar

subjek tahu walau tidak memiliki keluarga dan menikah tetap bisa

memiliki kesejahteraan diri yang baik.

Page 73: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

53

2. Peneliti Selanjutnya

Pada penelitian kali ini hipotesis ditolak di mana hipotesis sebelumnya ada

perbedaan subjective well-being pada dewasa awal yang sudah menikah

dan belum menikah. Dan setelah penelitian ternyata tidak ada perbedaan

subjective well-being pada dewasa awal yang sudah menikah dan belum

menikah. Bagi para peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat menggali

lebih dalam lagi mengenai informasi-informasi yang terjadi dewasa ini

tentang kesejahteraan diri pada wanita dewasa awal baik yg sudah

menikah maupun yang belum menikah. Mengingat penelitian ini masih

sangat terbatas disarankan bagi peneliti lain untuk lebih memperluas kajian

mengenai penelitian ini dan lebih memperbanyak teori-teori baru guna

memberi referensi bagi pengembangan ilmu psikologi. Bagi peneliti

selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas skala ukur dan

diharapkan adanya kontrol yang lebih ketat terhadap variabel yang

mempengaruh kesejahteraan diri.

Page 74: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

54

DAFTAR PUSTAKA

Ariati, J. 2010. Subjective Well-Being (Kesejahteraan Subjektif) dan Kepuasan Kerja pada Staf Pengajar (Dosen) Di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Dalam Jurnal Psikologi Univerrsitas Diponegoro, 8 (2), 119-120.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta. Azwar. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bungin, B. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Dewinta, T. 2011. Kesiapan Menikah Pada Wanita Usia Dewasa Awal. Skripsi.

(Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Eid, Michael. Larsen, Randy J. 2008. The Science of Subjective Well-being. New

York: The Guilford Press. Hadi, S. 2002. Metodologi Research. Jilid 1. Yogyakarta: Andi. Hadikusuma, H. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia; Menurut Perundangan,

Hukum Adat, & Hukum Agama. Bandung: CV. Mandar Maju. Hasan, H. 1988. Mewujudkan Keluarga Bahagia & Sejahtera. Surabaya: CV.

Amin Surabaya. Huda, N. 2012. Kontribusi Dukungan Sosial Terhadap Keputusan Hidup, Afek

Menyenangkan Pada Dewasa Muda yang Belum Menikah. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Hurlock. E. B. 2002. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kertamuda, Fatchiah. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluargga Indonesia.

Jakarta: Salemba Humanika. Seligman, Martin. 2004. Bahagia Sejati; 31 Tip Memeta Ulang Hakikat dan

Impian Manusia. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Page 75: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

55

Nabila, A.Z. 2011. Hubungan Antara Sense Of Humor dan Tipe Keribadian Ekstrovert dengan Subjective well-Being pada Karyawan Biasa Madya PT Telkom Distel Jokjakarta. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Santoso, Singgih. 2013. Menguasai SPSS21 di Era Informasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Seligman, E.P. Martin. 2005. Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan

dengan Psikologio Positif. Bandung: PT. Mizan Pustaka Snyder, C.R. Lopes, Shane J. 2007. Positive Psychology: The Scientific and

Practical Eksplorations of Human Strengths. New York: Sage Publications.

Pratiwi. 2009. Hubungan antara Kecemasan Akademis dengan Self Regulated

Learning. Semarang : Program Strata satu Universitas Diponegoro. Safira, D. 2012. Konsep Pernikahan Menurut Bebebrapa Ahli.

http://delsajoesafira.blogspot.com/2012/06/konsep-pernikahan-menurut-beberapa-ahli.html Diakses tanggal 06 November 2012

Santrock. J. W. 2007. Remaja (Edisi Kesebelas). Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Page 76: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

56

LAMPIRAN

Page 77: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

57

LAMPIRAN A

Hasil Data Mentah Subjective Well-Being

Page 78: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

58

LAMPIRAN B

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Page 79: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

59

Scale: subjective well-being

Case Processing Summary N %

Cases Valid 80 100,0 Excludeda 0 ,0 Total 80 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items ,899 60

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 177,7625 244,411 ,484 ,896 VAR00002 177,4500 253,263 ,129 ,900 VAR00003 177,0625 248,591 ,371 ,897

VAR00004 177,7625 245,145 ,385 ,897 VAR00005 177,1375 250,424 ,251 ,899 VAR00006 177,1375 251,082 ,336 ,898 VAR00007 177,5875 239,106 ,599 ,894 VAR00008 176,7875 245,486 ,514 ,896 VAR00009 178,1500 254,990 ,039 ,902 VAR00010 176,6875 253,914 ,157 ,899 VAR00011 177,0250 255,063 ,085 ,900 VAR00012 177,7250 248,911 ,350 ,898 VAR00013 177,1125 240,253 ,606 ,894 VAR00014 177,3125 247,129 ,362 ,897 VAR00015 176,7875 251,790 ,237 ,899 VAR00016 176,8125 249,294 ,382 ,897 VAR00017 177,0750 240,551 ,517 ,895 VAR00018 176,7250 251,898 ,252 ,899 VAR00019 177,9750 240,202 ,595 ,894 VAR00020 177,5625 253,971 ,123 ,900 VAR00021 176,8875 250,000 ,351 ,898 VAR00022 177,1875 247,597 ,380 ,897 VAR00023 176,9000 248,192 ,420 ,897 VAR00024 177,6375 252,411 ,147 ,900 VAR00025 178,3625 247,348 ,356 ,898 VAR00026 176,6250 248,136 ,553 ,896 VAR00027 177,4500 241,694 ,529 ,895 VAR00028 176,8875 248,481 ,390 ,897 VAR00029 177,1000 249,990 ,337 ,898 VAR00030 176,8000 243,605 ,588 ,895 VAR00031 177,4375 243,794 ,470 ,896 VAR00032 177,2500 241,608 ,609 ,895 VAR00033 177,9750 257,772 -,061 ,903 VAR00034 177,5625 253,718 ,112 ,900 VAR00035 177,3625 244,588 ,582 ,895 VAR00036 177,4250 241,994 ,675 ,894 VAR00037 177,3625 249,981 ,197 ,900 VAR00038 176,7625 251,778 ,299 ,898 VAR00039 176,6375 248,918 ,395 ,897 VAR00040 176,9375 247,376 ,532 ,896 VAR00041 177,0875 260,739 -,225 ,903 VAR00042 176,6625 248,024 ,439 ,897

Page 80: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

60

VAR00043 176,8875 249,240 ,364 ,898 VAR00044 177,3250 251,589 ,195 ,899 VAR00045 177,2125 254,524 ,067 ,901 VAR00046 177,9250 244,830 ,546 ,896 VAR00047 177,1000 248,294 ,385 ,897 VAR00048 177,1625 252,416 ,281 ,898 VAR00049 177,2375 250,133 ,336 ,898 VAR00050 178,0375 256,467 -,011 ,902 VAR00051 177,4125 252,904 ,204 ,899 VAR00052 177,2250 247,037 ,421 ,897 VAR00053 177,3500 248,610 ,471 ,897 VAR00054 177,3500 247,952 ,273 ,899 VAR00055 176,8750 250,136 ,357 ,898 VAR00056 177,7375 251,158 ,199 ,899 VAR00057 177,6250 248,744 ,354 ,898 VAR00058 177,1625 242,897 ,566 ,895 VAR00059 177,1000 247,003 ,516 ,896 VAR00060 176,8250 247,184 ,541 ,896

Page 81: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

61

LAMPIRAN C

Analisi Data Penelitian

Page 82: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

62

C.1. Uji Asumsi Normalitas Sebaran

Page 83: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

63

Subjective well-being

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

subjective well-being 80 100,0% 0 ,0% 80 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

subjective well-being Mean 130,1750 1,76075

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 126,6703

Upper Bound 133,6797

5% Trimmed Mean 130,4583

Median 131,5000

Variance 248,020

Std. Deviation 15,74864

Minimum 96,00

Maximum 162,00

Range 66,00

Interquartile Range 22,00

Skewness -,269 ,269

Kurtosis -,341 ,532

Page 84: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

64

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

subjective well-being ,070 80 ,200* ,981 80 ,271

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

subjective well-being Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

4,00 9 . 6677

4,00 10 . 1199

13,00 11 . 1122445667999

15,00 12 . 033336677778889

22,00 13 . 0011233333355666777889

14,00 14 . 11122246888888

7,00 15 . 0226689

1,00 16 . 2

Stem width: 10,00

Each leaf: 1 case(s)

Page 85: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

65

Page 86: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

66

C.2. Uji Homogenitas

Page 87: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

67

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:subjective well-being

F df1 df2 Sig.

1,126 1 78 ,292

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent

variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + VAR00002

Page 88: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

68

LAMPIRAN D

Analisis Statistik Uji t – test

Page 89: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

69

Group Statistics

status perkawinan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

subjective well-being dimensi on1

sudah kawin 40 131,2500 16,96112 2,68179

belum kawin 40 129,1000 14,57219 2,30407

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

subjective

well-being

Equal variances assumed 1,126 ,292 ,608 78 ,545 2,15000 3,53563 -4,88891 9,18891

Equal variances not

assumed

,608 76,269 ,545 2,15000 3,53563 -4,89142 9,19142

Page 90: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

70

LAMPIRAN E

Skala Penelitian

Page 91: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

71

IDENTITAS DIRI

Nama (inisial) : ____________________

usia : _____________________

status : _____________________

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Saudara diminta memilih salah satu jawaban dari empat alterantif jawaban

yang disediakan untuk setiap pernyataan. Checklistlah pada jawaban yang

disediakan.

SS = Bila saudara SANGAT SETUJU dengan pernyataan tersebut

S = Bila saudara SETUJU dengan pernyataan tersebut

TS = Bila saudara TIDAK SETUJU dengan pernyataan tersebut

STS = Bila saudara SANGAT TIDAK SETUJU dengan pernyataan tersebut

Missal :

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya jarang pergi dengan teman-teman √

Page 92: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

72

SELAMAT BEKERJA

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya merasa puas dengan kehidupan saya

sekarang.

2. Saya tidak mampu menyelesaikan masalah

yang ada.

3. Saya selalu mensyukurinya segala sesuatu

yang ada pada saya.

4. Saya selalu mengkhawatirkan hal-hal yang

belum tentu terjadi.

5. Saya pikir semua masalah dalam hidup bisa

saya atasi.

6. Saya merasa orang-orang tidak menyukai

saya.

7. Hidup saya sudah mendekati apa yang saya

cita-citakan.

8. Saya tidak pernah perduli dengan

kebahagian saya.

9. Saya tidak mudah puas dengan apa yang

sudah saya capai sekarang.

10. Apabila saya melakukan sesuatu yang

Page 93: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

73

berguna bagi orang lain, saya merasa bearti

dalam hidup ini.

11. Saya selalu memiliki perasaan

menyalahkan orang lain.

12. Saya tidak pernah merasa kesulitan untuk

memulai suatu tindakan.

13. Saya tidak menikmati keadaan saya saat

ini.

14. Saya merasa masalah yang ada bukanlah

beban dalam hidup saya.

15. Saya selalu memperburuk keadaan diri

saya.

16. Saya percaya, saya dapat mengubah hidup

saya menjadi lebih baik dari yang

sekarang.

17. Saya tidak yakin masa depan saya akan

lebih baik dari yang sekarang.

18. Saya senang dekat dengan orang yang

mencintai saya.

19. Saya selalu menangis ketika saya

mendapatkan masalah yang sulit.

20. Saya merasa hidup saya saat ini sudah

cukup baik.

Page 94: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

74

21. Saya merasa hal buruk akan terjadi pada

diri saya.

22. Saya senang saat berada dirumah.

23. Saya benci dengan kehidupan saya saat ini.

24. Saya tidak pernah mengeluh dengan apa

yang ada dalam hidup saya saat ini.

25. Saya merasa banyak hal yang belum saya

dapatkan dalam hidup ini.

26. Saya senang terlahir dikeluarga saya.

27. Saya sering merasa kesepian seolah tidak

memiliki teman seorang pun.

28. Saya yakin akan menjadi orang yang lebih

baik dimasa depan.

29. Saya merasa hal yang saya lakukan tidak

ada hasilnya.

30. Saya selalu bersyukur keluarga saya selalu

mendukung saya.

31. Saya bukan orang yang sabar.

32. Masa lalu saya banyak merubah hidup saya

menjadi lebih baik.

33. Saya terkadang menyesali dengan apa yang

sudah terjadi di masa lalu saya.

34. Hidup yang saya jalani sekarang

Page 95: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

75

merupakan apa yang saya cita-citakan.

35. Saya tidak punya kepercayaan diri untuk

mengatasi keadaan saya.

36. Saya menikmati keadaan saya saat ini.

37. Saya tidak terlalu memperdulikan pendapat

orang tentang hidup saya.

38. Saya yakin akan berhasil mencapai cita-cita

saya.

39. Saya merasa Tuhan tidak adil terhadap

saya.

40. Saya selalu mencoba mendapatkan hal

yang terbaik.

41. Apabila mengalami kegagalan saya akan

mawas diri.

42. Saya kecewa terlahir dikeluarga saya

sendiri.

43. Saya berusaha untuk membina hubungan

baik dengan semua anggota keluarga.

44. Saya terbiasa bertindak sesuai dengan

rencana yang dibuat.

45. Saya tidak merasa gelisah ketika sudah

tidak menarik secara fisik lagi.

46. Saya merasa sudah mencapai tujuan hidup

Page 96: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

76

yang penting.

47. Saya merasa lega setelah dapat mencapai

apa yang saya inginkan.

48. Dalam pergaulan saya sanggup untuk

menjalin hubungan yang hangat.

49. Saya akan menerima kritik dari orang lain.

50. Saya tidak merasa gelisah ketika sudah

tidak menarik secara fisik.

51. Saya berusaha lapang dada ketika orang

lain membicarakan status saya saat ini.

52. Saya sering diremehkan oleh teman-teman.

53. Saya dapat memahami tujuan dalam hidup

ini.

54. Saya tidak takut hidup sendirian

55. Saya menjalin hubungan pertemanan

dengan siapa saja.

56. Saya tidak pernah merasa kehilangan orang

yang mencintai saya.

57. Saya tidak pernah mengeluh dengan

keadaan saya.

58. Saya berusaha bersikap jujur dalam segala

hal.

59. Kesulitan yang saya alami tidak membuat

Page 97: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

77

saya putus asa.

60. Saya berusaha untuk berfikir positif dalam

semua hal.

Page 98: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

78

LAMPIRAN F

Surat Keterangan Bukti Penelitian

Page 99: PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ... PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

79

LAMPIRAN G

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian