-
PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM
DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa L.) – POLIVINIL
ALKOHOL (PVA) DENGAN VARIASI DRUG LOAD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Lucia Ventyningrum
NIM : 148114124
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
Halaman Judul
PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM
DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa L.) – POLIVINIL
ALKOHOL (PVA) DENGAN VARIASI DRUG LOAD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Lucia Ventyningrum
NIM : 148114124
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini aku persembahkan untuk:
Bunda Maria & Tuhan Yesus yang selalu menyertaiku
Orang tua dan adik-adikku yang kukasihi
Teman-teman seperjuangan, dan
Almamaterku tercinta
Girls should NEVER be afraid to be SMART - Emma Watson-
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi
seorang
saudara dalam kesukaran. -Amsal 17:17-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi
dengan judul
“Perbedaan Profil Disolusi Kurkumin dalam Sistem Dispersi Padat
Ekstrak
Kunyit (Curcuma longa L.) – Polivinil Alkohol (PVA) dengan
Variasi Drug
Load” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan bagian dari
penelitian Ibu Dr. Dewi
Setyaningsih, Apt. yang berjudul “Pengaruh Pembawa Terhadap
Profil Disolusi
Kurkumin Dalam Dispersi Padat Ekstrak Kunyit dengan Berbagai
Pembawa dan
Kajian Stabilitas Kurkumin” berdasar SK No Far/055/V/2018/ST/D.
Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi.
Penyusunan skripsi ini disertai dengan banyak bantuan dan
dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku Ketua Jurusan
Program Studi Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, Apt. selaku dosen pembimbing dan
penguji yang
telah memberikan bimbingan, diskusi, dan saran kepada penulis
selama
penyusunan proposal, penelitian, penyusunan naskah skripsi
hingga
menyediakan alat dan bahan dalam suatu projek penelitian
pengembangan
formulasi ekstrak kunyit dengan metode dispersi padat.
4. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, Apt. selaku dosen pembimbing
atas
diperbolehkannya bergabung dalam penelitian payung, “Formulasi
Dispersi
Padat Ekstrak Kunyit Terdisolusi untuk Meningkatkan Disolusi
dan
Bioavailabilitas Kurkumin”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
5. Ibu Dr. Agatha Budi Susiana Lestari, Apt dan Ibu Beti
Pudyastuti, M.Sc., Apt.
selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk
menguji,
memberikan saran, dan kritik terhadap penulis.
6. Ibu Phebe Hendra M.Si., Apt., Ph.D. selaku DPA yang
senantiasa
mendampingi penulis selama menjadi mahasiswa
7. Nacalai Tesque, Inc Jepang atas pemberian standar kurkumin
yang digunakan
penulis selama penelitian.
8. PT. Phytochemindo Reksa atas pemberian ekstrak kunyit yang
mengandung
kurkuminoid minimal sebesar 95% yang digunakan penulis selama
penelitian.
9. Mas Apollinaris Bima Windura, Mas Aditya Bimo Putranto, Pak
Musrifin,
Pak Yohanes Wagiran, dan Pak Markus Suparlan selaku laboran atas
segala
bantuan selama kegiatan penelitian penulis di laboratorium.
10. Keluarga penulis, bapak, mama, Verin dan Awan yang selalu
memberikan
perhatian, dukungan penuh, dan doa untuk penulis dalam
kelancaran studi
hingga penyelesaian skripsi.
11. Benedictus Wisnu Putra Jati yang selalu memberikan semangat
dan dukungan
penuh kepada penulis dalam penelitian hingga penyusunan naskah
skripsi.
12. Angelina Astrid, Christine Nugraheni, Antonia Puji
Widiastuti, Maria Maretta
Esananda dan Irma Rebina selaku sahabat-sahabat penulis yang
selalu
mendukung, memberikan motivasi satu sama lain dari semasa kuliah
hingga
penyusunan skripsi.
13. Teman-teman seperjuangan skripsi Maria Dyah Ayu Rosita Dewi,
Indrie
Lestari, Andreas Billyansa, Sastira Putri, dan Julius Fajar Aji
Sasmita atas
segala kerja sama, bantuan, dan semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
14. Martin Vincentius, Theodorus Gerry Putra Gana, Christofel
Adijaya, dan
Lintang Adhi selaku teman-teman Ethercoustic yang telah
meluangkan waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
bersama memberikan canda dan tawa serta semangat di sela-sela
padatnya
aktivitas perkuliahan.
15. Teman-teman kelas FSM C 2014 dan angkatan 2014 atas
kebersamaan,
dukungan dan kerjasama selama masa perkuliahan.
16. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
berbagai
hal dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
membantu
penulis agar lebih baik di kesempatan selanjutnya. Semoga karya
tulis ini
bermanfaat untuk semua pihak di dalam bidang akademisi, terutama
bidang
farmasi.
Yogyakarta, 16 Mei 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.....................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
.................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN
.......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
...................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
....................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................
vi
PRAKATA
....................................................................................................
vii
DAFTAR ISI
.................................................................................................
x
DAFTAR TABEL
.........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR
...................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN
.................................................................................
xiii
ABSTRAK
....................................................................................................
xiv
ABSTRACT
....................................................................................................
xv
PENDAHULUAN
........................................................................................
1
METODE PENELITIAN
..............................................................................
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
.....................................................................
8
KESIMPULAN
.............................................................................................
17
SARAN
.........................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................
18
LAMPIRAN
..................................................................................................
21
BIOGRAFI PENULIS
..................................................................................
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formulasi Dispersi Padat
.................................................................
6
Tabel II. Pengukuran Kadar Kurkumin dalam Ekstrak Kunyit
..................... 10
Tabel III. Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi
.................................. 11
Tabel IV. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik dan Dispersi Padat
........... 12
Tabel V. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat
............... 13
Tabel VI. Hasil Perhitungan Disolusi Efisiensi menit ke 180
...................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi
............. 9
Gambar 2. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi
............. 10
Gambar 3. Kurva Waktu vs % Terdisolusi Kurkumin
................................. 14
Gambar 4. Grafik Nilai DE180
.......................................................................
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit
....................... 21
Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin
................................. 22
Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
........................... 23
Lampiran 4. Hasil Verifikasi Metode Analisis Akurasi dan Presisi
............ 25
Lampiran 5. Summary Output Regression Statistics Kurva Baku
Kurkumin
dalam Metanol
........................................................................
26
Lampiran 6. Summary Output Regression Statistics Kurva Baku
Kurkumin
dalam Medium Disolusi
.......................................................... 26
Lampiran 7. Perhitungan Bahan dalam Pembuatan Dispersi Padat
dan
Campuran Fisik Masing-Masing Proporsi Ekstrak ................
27
Lampiran 8. Pembuatan Dispersi Padat
...................................................... 27
Lampiran 9. Statistika Uji Kelarutan
.......................................................... 28
Lampiran 10. Uji Disolusi
.............................................................................
29
Lampiran 11. Statistika Uji Disolusi
.............................................................
35
Lampiran 12. Statistika Uji Disolusi – Perbedaan antar proporsi
ekstrak ..... 38
Lampiran 13. Alat pengeringan pelarut menggunakan Spray Dryer
........... 39
Lampiran 14. Hasil Campuran Fisik dan Dispersi Padat
.............................. 39
Lampiran 15. Alat Disolusi Jenis Dayung (Tipe 2 USP)
.............................. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM DISPERSI PADAT
EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa L.) – POLIVINIL
ALKOHOL (PVA) DENGAN VARIASI DRUG LOAD
Lucia Ventyningrum Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, Indonesia
ABSTRAK
Kurkumin termasuk dalam BCS kelas II di mana kecepatan disolusi
menjadi rate determining step dalam bioavailabilitas oral. Upaya
peningkatan disolusi kurkumin dengan metode dispersi padat penting
dilakukan dalam meningkatkan bioavailabilitas oral. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui adanya perbedaan profil disolusi
kurkumin dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit-polivinil
alkohol (PVA) dengan variasi drug load 10%, 20%, dan 30%. Metode
yang digunakan untuk membuat dispersi padat adalah solvent
evaporation. Pada penelitian ini parameter yang diukur yaitu drug
load, kelarutan, dan disolusi. Analisis sampel dilakukan dengan
spektrofotometer Visibel. Hasil uji kadar kurkumin didapatkan
rata-rata perolehan kembali sebesar 91,33%-108,84% . Pada uji
kelarutan didapatkan peningkatan kelarutan sampai 15,3x. Pada uji
disolusi didapatkan rata-rata %disolusi sebesar 33,96%-102,20%
Hasil penelitian menunjukkan sistem dispersi padat ekstrak
kunyit-PVA mampu meningkatkan disolusi kurkumin dibandingkan
campuran fisik dan terdapat perbedaan profil disolusi kurkumin
antar drug load 10, 20 dan 30% (p value < 0,05). Drug load 10%
menunjukkan disolusi efisiensi paling tinggi sebesar
50,44±12,60%.
Kata kunci: kurkumin, ekstrak kunyit, disolusi, dispersi padat,
polivinil alkohol, solvent evaporation.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
THE DIFFERENCE OF CURCUMIN DISSOLUTION PROFILE IN TURMERIC
EXTRACT (Curcuma longa L.) – POLYVINYL ALCOHOL (PVA) SOLID
DISPERSION SYSTEMS WITH VARIANCE OF DRUG
LOAD
Lucia Ventyningrum Department of Pharmacy, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRACT
Curcumin is included in BCS Class II where the dissolution rate
is rate determining step in oral bioavailability. Enhancement of
curcumin dissolution with solid dispersion method are important in
improving oral bioavailability. This study aims to determine the
difference of curcumin dissolution profile in turmeric extract –
polyvinyl alcohol (PVA) solid dispersion systems with variance of
drug load 10%, 20%, and 30%. Method used to make solid dispersion
is solvent evaporation. In this study, the parameters measured are
drug load, solubility, and dissolution. Sample analysis was
performed by Visible spectrophotometer. The results of % recovery
in curcumin content are 91,33%-108,84%. In solubility test showed
that it can increasing solubility until 15,3x. At dissolution test,
the results of %dissolution are 33,96%-102,20%. The results showed
that turmeric extract-PVA solid dispersion system can increase
curcumin dissolution compared to the physical mixture and there are
some differences on curcumin dissolution profile on each drug load
(p value < 0,05). The 10% drug load of turmeric extract showed
the highest dissolution efficiency value of 50,44±12,60%.
Keywords : curcumin, turmeric extract, dissolution, solid
dispersion, polyvinyl alcohol, solvent evaporation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
PENDAHULUAN
Kurkuminoid merupakan sekelompok senyawa fenolik yang diisolasi
dari
kunyit yang berasal dari akar tumbuhan India Timur yaitu Curcuma
longa dan
pada awalnya digunakan oleh masyarakat sebagai bahan makanan
tradisional serta
pengobatan herbal (Pfeiffer et al., 2007). Kunyit mengandung
kurkumin sebagai
komponen terbesar, bersama dengan demetoksikurkumin dan
bisdemetoksikurkumin dengan jumlah yang lebih sedikit (Rao and
Sakariah,
2005). Kunyit memiliki aktivitas farmakologis yang luas sebagai
antioksidan,
antiinflamasi, neuroprotektif, dan antidepresan (Zhou et al.,
2011) serta untuk
kemoterapi kanker dan penyakit Alzheimer (Košťálová et al.,
2013).
Walaupun kurkumin berpotensi sebagai agen terapeutik yang baik
dan
sebagai bahan nutrasetika pada makanan dan suplemen (Kharat et
al., 2016),
namun kurkumin memiliki keterbatasan pada kelarutan dalam air
yang rendah
(~20 µg/mL) dan berpengaruh kepada absorpsi yang rendah pada
saluran
gastrointestinal, metabolisme dan eliminasi sistemik cepat (Wang
et al., 1997;
Mendonça et al., 2015). Berdasarkan Biopharmaceutics
Classification System,
kurkumin digolongkan sebagai obat kelas II yang memiliki sifat
kelarutan dalam
air rendah tetapi permeabilitas tinggi (Wan et al., 2012).
Sekali obat tersebut
terlarut, mereka akan secara cepat melewati membran biologis
seperti dinding
saluran gastrointestinal sehingga peningkatan kelarutan atau
laju disolusi menjadi
rate determining step obat kelas II dalam meningkatkan absorpsi
sediaan
pemberian oral (Leuner and Dressman, 2000; Singh et al., 2011,
Wan et al.,
2012).
Peningkatan kelarutan obat hidrofobik merupakan salah satu
tantangan
utama pada perkembangan ilmu farmasi saat ini. Beberapa metode
diperlukan
dalam rangka peningkatan laju disolusi obat termasuk pembentukan
garam,
mikronisasi, penambahan pelarut atau agen aktif surfaktan (Singh
et al., 2011),
pembuatan nanopartikel, misel, kompleks fosfolipid, dan dispersi
padat
(Aggarwal and Harikumar, 2009; Mendonça et al., 2015). Di antara
beberapa
teknik tersebut, dispersi padat merupakan metode yang populer
untuk dipilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
dalam meningkatkan kelarutan dan laju disolusi pada obat yang
sukar larut dalam
air karena pembuatannya yang mudah, mudah dioptimasi dan
reprodusibilitasnya
tinggi (Leuner and Dressman, 2000).
Dispersi padat merupakan metode dalam meningkatkan kelarutan
yang
melibatkan satu dispersi atau lebih bahan aktif dalam pembawa
hidrofilik atau
suatu matriks dalam keadaan padat yang disiapkan melalui metode
pelelehan
(fusi), pelarutan, atau metode pelelehan-pelarutan dengan tujuan
mengubah sifat
fisikokimia, seperti stabilitas, kelarutan, dan laju disolusi,
yang dapat
menghasilkan bioavailabilitas yang lebih baik (Vasconcelos et
al., 2007; Singh et
al., 2011; Mendonça et al., 2015). Pada penelitian ini, dispersi
padat dibuat
dengan metode solvent evaporation. Metode solvent evaporation
termasuk dalam
metode pelarutan dan merupakan salah satu metode pembuatan
dispersi padat
untuk meningkatkan disolusi.
Prasyarat penting bagi pembuatan dispersi padat menggunakan
metode
solvent evaporation adalah baik obat maupun pembawa cukup
terlarut pada
pelarut (Leuner and Dressman, 2000) organik yang sesuai seperti
etanol,
kloroform, atau campuran etanol dan diklorometana (Vasconcelos
et al., 2007)
yang kemudian diuapkan. Dalam metode ini, dekomposisi thermal
obat dan
pembawa dapat dicegah, karena penguapan pelarut organik terjadi
pada suhu yang
rendah (Vasconcelos et al., 2007). Suhu yang digunakan pada
metode solvent
evaporation biasanya terletak pada kisaran 23-65°C (Leuner and
Dressman,
2000). Pelarut dapat dihilangkan melalui freeze drying atau
dengan spray drying
(Singh et al., 2013).
Menurut Brough et al (2015), suatu dispersi padat yang
mengandung
polimer peningkat kelarutan dapat meningkatkan kelarutan secara
bertahap dan
jelas dalam jangka waktu yang cukup untuk memungkinkan
terjadinya absorpsi
pada lumen intestinal. Studi menunjukkan salah satu polimer yang
sudah
ditetapkan sebagai komponen utama pada formulasi dispersi padat
dalam
meningkatkan kelarutan adalah Polyvinylalcohol (PVA) di mana
pada
penggunaannya sebagai carrier dapat meningkatkan kecepatan laju
disolusi
beberapa kali lebih cepat dibandingkan dengan zat aktifnya saja
(Leuner and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Dressman, 2000). Sehingga pada penelitian ini digunakan PVA
sebagai polimer
karena merupakan suatu polimer hidrofilik non-toksik yang dapat
meningkatkan
kelarutan. Selain itu menurut penelitian Brough et al (2015),
PVA belum
dilaporkan sebagai pembawa dalam dispersi padat sistem biner
dikarenakan
keterbatasan metode konvensional untuk menciptakan dispersi
amorf.
Usaha dalam meningkatkan kelarutan obat golongan BCS kelas II
dengan
pembawa hidrofilik PVA didasarkan pada sejumLah penelitian:
Evaluasi
pengaruh drug load pada pelepasan obat dengan formulasi
Itraconazole-PVA pada
drug load 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan memberikan kesimpulan
hasil yaitu
pada drug load 20% menunjukkan kinerja disolusi tertinggi
dibandingkan 10%,
dikarenakan sejumLah besar obat pada drug load 10% membentuk
suatu larutan
kental di permukaan medium disolusi yang dapat mencegah obat
terdisolusi
didukung dengan sifat PVA sebagai agen peningkat viskositas dan
dapat
membentuk hidrogel (Brough et al., 2016). Selain itu penelitian
Chan et al. (2015)
mengungkapkan bahwa profil disolusi pada dispersi padat
Ketoprofen dengan
pembawa hidrofilik PVA mampu menunjukkan peningkatan laju
disolusi
signifikan pada sistem dispersi padat dengan drug loading 30%.
Kedua penelitian
tersebut menunjukkan drug load dapat berpengaruh terhadap
disolusi obat BCS
kelas II. Berdasarkan acuan pada penelitian di atas, maka dalam
penelitian ini
peneliti akan memformulasikan ekstrak kunyit sebesar 10%, 20%,
dan 30% untuk
melihat adanya perbedaan profil disolusi kurkumin dalam sistem
dispersi padat
ekstrak kunyit-PVA.
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Ekstrak kunyit terstandar (PT. Phytochemindo Reksa) dengan
kadar
kurkuminoid 84,675% (ditetapkan dengan spektrofotometer visibel
di
Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma),
Standar baku
kurkumin isolat dengan kadar 98% terhadap baku Nacalai,
Polivinil Alkohol
(PVA) sebagai pembawa, dapar fosfat pH 6,0 sebagai medium
disolusi, sodium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
dihydrogen phosphate dehydrate/NaH2PO4 (Merck), Sodium Lauryl
Sulfate
(SLS) (Merck), etanol 70% dan 96%, metanol p.a. (Merck),
akuades, dan
cangkang kapsul keras ukuran 00.
Alat Penelitian
Neraca analitik (Mettler Toledo), eppendorf, mortir dan stamper,
shaker
(Innova 2000), mikropipet dan makropipet (Socorex), spray dryer
(LabPlant),
desikator, alat uji disolusi (Guoming RC-6D Dissolution Tester),
ayakan No
Mesh.50, alat-alat gelas (Pyrex Iwaki Glass®), vortex
(Scientific, Inc G-56E),
centrifuge (Hettich EBA 8S), tabung centrifuge, spektrofotometri
UV-Visibel
(Shimadzu UV-1800), hot plate & magnetic stirrer (Wilten
& Co), pH-meter (SI
Analysis Lab 850), sonikator (Branson 2800), dan kertas saring
(Whatman).
Pembuatan Larutan Baku Kurkumin
1. Pembuatan Larutan Stok Kurkumin
Standar kurkumin ditimbang seksama sebanyak 1,0394 mg,
dimasukkan ke dalam eppendorf, dilarutkan dengan 1 mL metanol
p.a, di
vortex hingga larut, disimpan dalam wadah terlindung cahaya.
Konsentrasi
larutan yang didapat sebesar 1039 μg/mL.
2. Pembuatan Larutan Intermediet Kurkumin (0,01 mg/mL)
Larutan intermediet konsentrasi 10 μg/mL dibuat dari larutan
stok,
metanol p.a dilarutkan dalam labu takar 10 mL hingga batas
tanda, dan
disimpan dalam wadah terlindung cahaya.
3. Pembuatan Medium Disolusi
Medium disolusi yang digunakan yaitu 0,5% (b/v) sodium
lauryl
sulphate (SLS) dalam 20 mM dapar fosfat pH 6,0
4. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λ maks)
a. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dalam Pelarut
Metanol
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,50
mL; dan 3 mL lalu diencerkan dengan metanol p.a pada labu ukur
10 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
hingga batas tanda. Kemudian larutan diukur absorbansinya
dengam
spektrofotometer visibel pada panjang gelombang antara 400-600
nm.
b. Panjang Gelombang Serapan Maksimun Kurkumin dalam Medium
Disolusi
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,50
mL; dan 3 mL lalu diencerkan dengan medium disolusi pada labu
ukur 10
mL hingga batas tanda. Kemudian larutan diukur absorbansinya
dengan
spektrofotometer visibel pada panjang gelombang antara 400-600
nm.
Pembuatan Kurva Baku Kurkumin
1. Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Metanol
Pembuatan ini bertujuan untuk memperoleh persamaan dari
pelarut
metanol yang berguna dalam penentuan kadar sampel kurkumin pada
uji
penetapan kadar pada ekstrak dan uji drug load. Larutan
intermediet
kurkumin dibuat enam seri konsentrasi 0,538 µg/mL; 1,074 µg/mL;
2,153
µg/mL; 3,229 µg/mL; 4,306 µg/mL; dan 5,382 µg/mL dalam labu ukur
5
mL, diencerkan dengan metanol p.a hingga batas tanda, kemudian
diukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimal 424 nm.
Replikasi
dilakukan sebanyak tiga kali.
2. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi
Pembuatan ini bertujuan untuk memperoleh persamaan dari
medium
disolusi yang berguna dalam penentuan kadar sampel kurkumin pada
uji
kelarutan dan disolusi. Larutan intermediet kurkumin diambil
sebanyak
konsentrasi 0,011 µg/mL; 0,022 µg/mL; 0,043 µg/mL; 0,086 µg/mL;
0,0172
µg/mL; 0,215 µg/mL; 0,431 µg/mL; 0,538 µg/mL; 1,074 µg/mL;
2,153
µg/mL; 3,229 µg/mL; 4,306 µg/mL; 5,382 µg/mL; dan 6,458
μg/mL,
dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL kemudian diencerken dengan
medium
disolusi hingga batas tanda dan diukur absorbansinya pada
panjang
gelombang maksimal 430 nm. Replikasi dilakukan sebanyak tiga
kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
Penetapan Kadar Kurkumin dalam Ekstrak Kunyit
Ekstrak kunyit ditimbang seksama sebanyak 10,0 mg kemudian
dilarutkan
dengan metanol p.a dalam labu ukur 10 mL hingga batas tanda.
Dilakukan
replikasi sebanyak tiga kali, diukur absorbansinya pada panjang
gelombang
maksimal 424 nm dan dihitung kadarnya.
Verifikasi Metode Analisis
1. Penetapan parameter linearitas
Larutan seri dibuat dengan rentang konsentrasi 0,011; 0,021;
0,043;
0,085; 0,173; 0,214; 0,416; 0,538; 1,08; 2,078; 3,232; 4,365;
5;384; 6,444
(µg/mL) dalam labu ukur 5 mL dan diencerkan dengan medium
disolusi
hingga batas tanda. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali dan
diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 430 nm.
2. Penetapan akurasi dan presisi
Larutan seri dibuat dengan konsentrasi 0,538; 3,232; 5,384
(µg/mL).
Masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL dan
diencerkan
dengan medium disolusi hingga batas tanda. Replikasi dilakukan
sebanyak
tiga kali, lalu dihitung nilai recovery dan koefisien
variasi.
Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Kunyit - PVA
Dispersi padat dibuat menjadi 3 serial drug load yang
kemudian
dikuantifikasi dengan uji drug load. Dispersi padat dibuat
dengan cara ekstrak
kunyit dilarutkan dalam etanol 96%, sedangkan PVA dilarutkan
dengan akuades.
Kedua larutan dicampurkan dengan pengadukan dan pemanasan 40°C.
Larutan
dikeringkan menggunakan spray dryer dengan parameter operasi:
suhu inlet
100°C, suhu outlet 72°C, feed rate 3-4 mL/min, dan ukuran nozzle
2 mm. Serbuk
yang didapat di timbang untuk dihitung hasil perolehan kembali
(rendemen)
kemudian disimpan dalam desikator.
Perhitungan rendemen : 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔)𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑔)
x 100% ……. (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
Tabel I. Formulasi Dispersi Padat
Formula Proporsi Ekstrak Ekstrak Kunyit (g) PVA (g)
I 10% 1,50 13,50 II 20% 3,00 12,00 III 30% 4,50 10,50
Pembuatan Serbuk Campuran Fisik Ekstrak Kunyit - PVA
Campuran fisik sebagai kontrol dibuat menjadi 3 serial drug load
yang
sama dengan DP, kemudian dikuantifikasi dengan uji drug load.
Ekstrak kunyit
dan PVA ditimbang secara terpisah, kemudian dicampur melalui
pengadukan
ringan menggunakan mortir dan stamper hingga homogen. Setelah
itu serbuk
diayak menggunakan ayakan no.mesh 50, kemudian serbuk disimpan
dalam
desikator.
Uji Drug Load
Dispersi padat dan campuran fisik masing-masing ditimbang
sebanyak
10,0 mg, dilarutkan dengan metanol p.a dalam labu takar 10 mL
hingga batas
tanda, di-vortex hingga larut, kemudian disaring menggunakan
kertas saring, lalu
diukur absorbansinya dan dihitung kadarnya dengan menggunakan
persamaan
kurva baku metanol. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali.
Uji Kelarutan
Dispersi padat dan campuran fisik masing-masing ditimbang
sebanyak 20
mg, lalu dilarutkan dalam 20 mL dapar fosfat pH 6,0 tanpa SLS di
dalam
Erlenmeyer, diaduk menggunakan shaker dengan kecepatan 75 rpm
selama 48
jam di suhu ruangan dalam wadah tertutup dan terlindung dari
cahaya (Sharma et
al., 2013). Setelah itu, sampel disaring dengan kertas saring
Whatmann No.1,
diukur absorbansinya kemudian data yang diperoleh diuji
statistik untuk melihat
signifikansi perbedaan tiap drug load.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Uji Disolusi
Kapsul yang berisikan 500 mg masing-masing drug load
dilakukan
pengujian disolusi menggunakan alat disolusi tipe 2 (dayung)
yang mengandung
0,5% SLS dalam 20 mM dapar fosfat pH 6,0. Kecepatan paddle
diatur 75 rpm
dalam suhu 37 ± 0,5°C (USP, 1995). Cuplikan diambil sebanyak 5
mL pada menit
ke-10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit. Sampel yang
diambil,
digantikan dengan 5 mL medium disolusi yang baru pada suhu yang
sama.
Pengukuran kadar kurkumin terdisolusi
Sebanyak 5 mL cuplikan yang telah diambil kemudian
di-centrifuge
dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit, lalu supernatan
diencerkan dengan
medium disolusi dalam labu takar 5 mL kemudian diukur
absorbansinya dan
dihitung kadarnya.
Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Uji Disolusi
Profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat dan
campuran fisik
dihitung nilai efisiensi disolusi (DE180) dengan metode
trapezoid. Data hasil uji
kelarutan dan uji disolusi yang diperoleh kemudian diuji
menggunakan Shapiro
Wilk untuk melihat distribusi data, bila data terdistribusi
normal selanjutnya
dilakukan unpaired t-test dan jika data terdistribusi tidak
normal dilakukan uji
Mann-Whitney. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh
formulasi
kandungan ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin diuji dengan
menggunakan
ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Pengujian dilakukan
menggunakan
program Real Statistic Ms. Excel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan
profil disolusi
kurkumin dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit-PVA dengan
berbagai
macam variasi drug load yaitu 10%, 20%, dan 30%. Dispersi padat
merupakan
metode dalam meningkatkan kelarutan yang melibatkan campuran
molekul obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
yang sukar larut dalam air dengan pembawa hidrofilik
(Vasconcelos et al., 2007).
Pada penelitian ini, sistem dispersi padat ekstrak kunyit-PVA
dibuat
menggunakan metode penguapan pelarut.
Ukuran partikel pada dispersi padat dapat diminimalkan dengan
cara obat
dan pembawa harus terdispersi dalam pelarut selarut mungkin,
lebih dipilih yang
membentuk satu fase larutan homogen (Sridhar et al., 2013),
kemudian
dihilangkan pelarutnya yang pada penelitian ini menggunakan
spray drying.
Setelah itu dilakukan pengujian rendemen untuk melihat
kehilangan bahan selama
proses pembuatan. Campuran DP dibuat dengan total berat awal 15
gram.
Jumlah serbuk yang didapat dari hasil spray drying untuk drug
load 10%,
20%, dan 30% masing-masing adalah 4,79 g, 4,76 g, 4,84 g, maka
nilai rendemen
masing-masing adalah sebesar 31,93%, 31,76% dan 32,27%. Nilai
rendemen pada
proses pengeringan tergantung pada banyaknya produk yang
dihasilkan. Pada
proses pengeringan, air bebas yang ada di permukaan bahan dapat
dengan mudah
diuapkan sehingga rendemen yang diperoleh cukup kecil (M.
Kumalla, dkk.,
2013). Pada penelitian Man and Vuong Van Minh (2009), rendemen
yang
dihasilkan adalah 26% namun masih banyak produk yang menempel
pada dinding
pengering, di mana suhu 150°C merupakan suhu yang optimal untuk
rendemen
yang cukup tinggi dengan produk yang tertinggal dalam dinding
pengering yang
rendah. Penelitian Chegini and B. Ghobadian (2007) juga
memperoleh rendemen
berkisar antara 18-35% produk kering dan rendemen yang masih
tertinggal dalam
dinding pengering berkisar antara 65-82%. Hal ini disebabkan
dengan
peningkatan suhu pengeringan dapat menjadikan produk mencair
kembali
sehingga terjadi kohesi dengan dinding pengering (menempel pada
dinding
pengering).
Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λ Maks)
Pada penentuan panjang gelombang serapan maksimum kurkumin
dalam
pelarut metanol didapatkan panjang gelombang maksimal yaitu 424
nm dan pada
penentuan panjang gelombang serapan maksimum kurkumin dengan
medium
disolusi didapatkan panjang gelombang maksimal yaitu 430 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
Kurva Baku
a. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol Kurva baku metanol dibuat
dengan 6 seri konsentrasi. Persamaan
kurva baku pelarut metanol yang didapat adalah y = 0,1349x +
0,0035
(Gambar 1).
Gambar 1. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan
absorbansi
b. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi Kurva baku medium
disolusi dibuat dengan 14 seri konsentrasi.
Persamaan kurva baku medium disolusi yang didapat adalah y =
0,1352x +
0,0095 (Gambar 2)
Uji Penetapan Kadar Kurkumin dalam Ekstrak Kunyit
Pengukuran kadar kurkuminoid dalam sampel ekstrak kunyit
bertujuan
untuk melihat kandungan zat aktif sebenarnya dalam ekstrak.
Penetapan rata-rata
kadar sampel ekstrak kunyit didapatkan sebesar 84,675% dengan
melakukan
replikasi sebanyak tiga kali (Tabel II)
Tabel II. Pengukuran Kadar Kurkumin dalam Ekstrak Kunyit
Replikasi Kadar (%) Rata-rata Kadar (%) SD KV (%)
I 81,71
84,675 2,60 3,07 II 86,58
III 85,73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
Verifikasi Metode Analisis
Tujuan dari verifikasi metode adalah untuk memastikan metode
yang
dipakai dalam penelitian valid, meliputi:
1. Penentuan parameter linearitas Linearitas dinyatakan dalam
nilai koefisien korelasi (r) yang
menunjukkan korelasi hubungan antara konsentrasi dengan
absorbansi
(Gandjar dan Rohman, 2012). Pengukuran dilakukan dengan membuat
14
seri konsentrasi baku kurkumin dengan rentang konsentrasi
sebesar 0,011-
6,458 µg/mL. Hasil pengukuran menunjukkan koefisien korelasi
(r)
sebesar 0,997 untuk kurkumin dalam medium disolusi maupun
dalam
etanol, hal ini memenuhi persyaratan linearitas dalam AOAC
(2012)
dengan nilai r yang baik yaitu > 0,99.
Gambar 2. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan
absorbansi
2. Penentuan parameter akurasi dan presisi Penentuan parameter
akurasi dilihat berdasarkan kedekatan antara
konsentrasi terukur dengan konsentrasi teoritis dengan melihat
perolehan
kembali, sedangkan pengukuran presisi dapat dilihat berdasarkan
ukuran
keterulangan metode analisis dengan melihat nilai koefisien
variasi
(Gandjar dan Rohman, 2012). ICH merekomendasikan perhitungan
kedekatan konsentrasi dengan cara menghitung banyaknya analit
yang
didapatkan kembali setelah 9 kali pengukuran pada 3 tingkat
konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
yang berbeda, sedangkan presisi diukur dari analisis 9 kali
pengukuran
kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda (Gandjar dan Rohman,
2012).
Konsentrasi yang digunakan untuk mengukur akurasi dan presisi
yaitu
0,538; 3,232; dan 5,384 µg/mL.
Tabel III. Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi (n=3)
Keterangan
Konsentrasi
teoritis
(µg/mL)
Konsentrasi
perhitungan
(µg/mL)
Perolehan
kembali
(%)
CV (%)
Rendah
Rep I 0,538 0,514 95,55
1,46 Rep II 0,538 0,499 92,80
Rep III 0,538 0,506 94,17
Sedang
Rep I 3,232 3,125 96,69
0,36 Rep II 3,232 3,117 96,46
Rep III 3,232 3,102 96,00
Tinggi
Rep I 5,384 5,321 98,84
3,26 Rep II 5,384 4,988 92,66
Rep III 5,384 5,122 95,13
Keterangan :
Rep = Replikasi
CV = Coefficient of Variation
Nilai perolehan kembali yang didapat berkisar antara
92,66-98,84%
(Tabel III), hasil ini masih memenuhi rentang persyaratan yang
ditetapkan
oleh Association of Official Analytical Chemist (AOAC) untuk
sampel
dengan konsentrasi 1 µg/mL yaitu sebesar 80-110% sehingga
dapat
dikatakan bahwa metode ini akurat (AOAC, 2016). Konsep presisi
diukur
sebagai koefisien variasi. Dari pengukuran didapatkan hasil CV
sebesar
0,36-3,26% di mana hasil tersebut masih memenuhi rentang
persyaratan
yang ditetapkan yaitu sebesar 11% (AOAC, 2016). Dari hasil
linearitas,
akurasi dan presisi menunjukkan bahwa metode ini valid sehingga
dapat
digunakan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Pengujian drug load campuran fisik dan dispersi padat
Pengujian drug load bertujuan untuk mengetahui kandungan
sebenarnya
obat atau zat aktif dalam sediaan. Hasil uji drug load pada
tabel IV menujukkan
adanya ketidaksesuaian drug load yang dikehendaki terhadap hasil
pengujian.
Tabel IV. Hasil Uji Drug Load Dispersi Padat (DP) dan Campuran
Fisik (CF)
Sampel CF 10% (%)
CF 20% (%)
CF 30% (%)
DP 10% (%)
DP 20% (%)
DP 30% (%)
Replikasi 1 9,66 22,16 34,62 9,66 15,93 22,46 Replikasi 2 9,11
21,99 38,62 9,11 17,71 23,35 Replikasi 3 10,45 23,20 32,09 10,45
18,01 23,79 Drug load
Sebenarnya (%)
8,47 16,94 25,40 8,47 16,94 25,40
x ± SD (%) 9,74±0,67 22,45±0,65 35,11±3,28 9,21±0,30 17,22±1,12
23,20±0,67 CV (%) 6,88 2,91 9,36 3,34 6,51 2,92
Rata-rata Recovery (%) 115,07 132,58 138,22 108,84 101,69
91,33
Perolehan nilai CV yang tinggi pada campuran fisik 10% dan 30%
dapat
disebabkan pada tahapan pengayakan saat proses pembuatan yaitu
sisa serbuk
yang tidak lolos ayakan tidak dikutsertakan untuk pengujian
sehingga
memungkinkan adanya perbedaan ukuran partikel antara ekstrak
kunyit dan PVA.
Hal tersebut juga terlihat pada perolehan rata-rata recovery
yang tinggi pada
campuran fisik. Perolehan koefisien variasi yang besar pada DP
20% bisa
disebabkan saat mencampurkan larutan kurkumin dengan pembawa
pada saat
pembuatan awal dispersi padat yang masih belum tercampur secara
merata
kemudian langsung diproses dengan spray drying sehingga
menghasilkan serbuk
yang kurang homogen.
Pengujian kelarutan campuran fisik dan sistem dispersi padat
Uji kelarutan bertujuan untuk membandingkan kelarutan antara
sistem
dispersi padat dan campuran fisik pada dapar fosfat pH 6,0 tanpa
adanya
penambahan surfaktan (SLS). Sodium lauryl sulfate (SLS) tidak
berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
terhadap absorbansi dan panjang gelombang maksimum dengan
pembacaan
melalui spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang di atas
240 nm
(Wang et al., 2006). Hasil dari uji kelarutan tiap drug load
dapat dilihat pada
Tabel V.
Tabel V. Hasil Uji Kelarutan Dispersi Padat (DP) dan Campuran
Fisik (CF) Sampel (n=3) DP 10% CF 10% DP 20% CF 20% DP 30% CF
30%
1,80 0,39 4,41 0,50 9,57 0,54
1,86 0,35 5,01 0,54 7,87 0,58
1,57 0,39 4,40 0,49 8,17 0,54
x ± SD 1,75 ±
0,15
0,38 ±
0,02
4,61 ±
0,35
0,51 ±
0,02
8,54 ±
0,91
0,56 ±
0,02
Peningkatan 4,6 kali 9 kali 15,3 kali
Keterangan: SD = standar deviasi, CF = campuran fisik, DP =
dispersi padat
Berdasarkan data tersebut, terjadi peningkatan kelarutan secara
signifikan
antara dispersi padat drug load 10%, 20%, dan 30% yaitu
masing-masing sebesar
4,6 kali, 9 kali dan 15,3 kalinya dibandingkan dengan campuran
fisik. Signifikansi
perbedaan kelarutan DP dibandingkan CF pada drug load 10%, 20%,
dan 30%
dianalisis dengan uji Mann-Whitney dan menunjukkan perbedaan
secara
signifikan dengan p value 0,022 (p
-
15
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Srinarong et al (2010)
adanya
peningkatan drug load obat BCS kelas II terhadap pembawa
hidrofilik dapat
menyebabkan penurunan kelarutan dan kecepatan disolusi. Namun
pada penelitian
ini didapatkan hasil yang berbeda, bahwa dengan peningkatan drug
load ekstrak
kunyit menunjukkan peningkatan disolusi kurkumin. Peristiwa ini
juga terjadi
pada penelitian Luciana (2016) yang disebabkan karena kurkumin
dalam sistem
dispersi padat tidak mengalami kristalisasi dan tidak
menunjukkan pembentukan
aglomerasi partikel menjadi ukuran yang lebih besar. Pada
penelitian ini fungsi
pembawa yaitu pada penelitian ini adalah PVA tidak memberikan
efek
peningkatan pada pembasahan dan tidak menunjukkan efek
solubilisasi pada zat
aktif.
Pengujian Disolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat
Uji disolusi dilakukan pada masing-masing dispersi padat dan
campuran
fisik yang bertujuan untuk mengetahui profil disolusi kurkumin
antara dispersi
padat dibandingkan dengan campuran fisik dengan melihat % obat
yang
terdisolusi dan nilai DE180. Medium disolusi yang digunakan
mengandung buffer
fosfat pH 6,0 dengan kandungan SLS 0,5%. Wang et al, (1997)
melakukan
penelitian stabilitas kurkumin pada pH 3-10 dan menunjukkan
hasil bahwa
kurkumin paling stabil dalam pH 6,0 sehingga dalam pengujian ini
digunakan
dapar fosfat pH 6,0. British Pharmacopeia (2011) menyarankan
penggunaan
surfaktan dengan konsentrasi yang rendah dalam pengujian
disolusi obat yang
sukar larut dalam air. Penggunaan surfaktan dalam medium
disolusi obat sukar
larut air secara fisiologis saling berhubungan, hal ini
disebabkan di dalam tubuh
mengandung surfaktan yaitu empedu. Selain itu, medium disolusi
yang
mengandung surfaktan dapat lebih mensimulasikan lingkungan
saluran
pencernaan dibandingkan media pelarut organik (Rahman et al.,
2009).
Penggunaan konsentrasi SLS dalam medium disolusi juga mengacu
pada
penelitian Rahman et al. (2009) yang mengatakan bahwa kandungan
SLS 0,5%
merupakan konsentrasi efektif untuk disolusi kurkumin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
Gambar 3. Kurva Waktu vs % Terdisolusi Kurkumin (n=3)
Keterangan : CF = Campuran Fisik ekstrak kunyit-PVA ; DP =
Dispersi Padat ekstrak
kunyit-PVA; PVA = Polivinil Alkohol
Pada penelitian ini waktu yang dibutuhkan untuk penetrasi air ke
dalam
kapsul kurang lebih 4 menit dan pengujian dilakukan hingga menit
ke 180 karena
pada menit ke 180 kurva hasil disolusi telah menunjukkan
perbedaan profil
disolusi. Pada menit ke 180 serbuk dispersi padat maupun
campuran fisik belum
seluruhnya terlarut karena kandungan PVA dalam kapsul dapat
membentuk
hydrogel sehingga penetrasi air terhalang.
Profil disolusi (Gambar 3) menunjukkan urutan sampel dengan
nilai rata-
rata persen terdisolusi dari paling tinggi ke rendah yaitu: DP
10% > DP 30% > CF
10% > DP 20% > CF 30% > CF 20%. Semua DP memiliki
rata-rata persen
terdisolusi yang lebih tinggi secara signifikan daripada CF, dan
baik DP maupun
CF pada proporsi ekstrak 10% memiliki nilai rata-rata persen
terdisolusi yang
paling tinggi.
Metode Dissolution Efficiency (DE) digunakan karena dapat
menggambarkan profil disolusi yang bisa dikomparasi (Fudholi,
2013).
Perbandingan tidak dilakukan per titik waktu karena apabila yang
dibandingkan
adalah jumlah konsentrasi zat aktif yang larut pada suatu waktu
pengamatan saja,
akan diperoleh hasil yang berbeda pada waktu yang lain. Maka,
untuk mengatasi
0
20
40
60
80
100
120
0 10 15 30 45 60 90 120 150 180
% T
erdi
solu
si (%
D)
Waktu (menit)
Kurva % Terdisolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat
CF 10%
CF 20%
CF 30%
DP 10%
DP 20%
DP 30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
pengambilan keputusan yang bias, digunakan DE untuk pengungkapan
hasil
disolusi (Fudholi, 2013).
Harga DE selalu diungkapkan dalam kurun waktu pengamatan
tertentu
sehingga diekspresikan dengan DEt. Harga DE120 tentu berbeda
dengan harga
DE60 karena semakin besar waktu yang digunakan semakin banyak
titik-titik pada
kurva yang terhitung sehingga nilai DE semakin besar (Fudholi,
2013). Pada
penelitian ini digunakan DE180 agar dapat menggambarkan profil
disolusi dengan
baik (Gambar 4). Nilai rata-rata persen terdisolusi yang didapat
lalu dihitung AUC
dan DE-nya, lalu nilai DE180 yang telah didapat diuji statistik.
Untuk DE antara
CF dan DP 10%, 20% dan 30% ditemukan berbeda signifikan dengan
masing-
masing p value 0,0297; 0,0089 dan 0,0082 (p value < 0,05).
Dari hasil yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa sistem dispersi padat dengan
pembawa PVA
mampu meningkatkan disolusi kurkumin.
Gambar 4. Grafik Nilai DE180
Perbedaan profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat
ekstrak
kunyit dengan variasi drug load PVA dapat dilihat dengan
membandingkan nilai
DE180 dispersi padat antar formulasi ekstrak (Tabel VI) kemudian
diuji statistik.
0
10
20
30
40
50
60
Drug load 10% Drug load 20% Drug load 30%
DE
180 (
%)
Grafik DE180
Campuran Fisik Dispersi Padat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
Tabel VI. Hasil Perhitungan Disolusi Efisiensi menit ke 180
Sampel (n=3) Drug Load 10% Drug Load 20% Drug Load 30%
Replikasi 1 36,83% 32,21% 40,06%
Replikasi 2 61,70% 22,51% 53,50%
Replikasi 3 52,80% 26,20% 50,22%
DE 180 ± SD (%) 50,44±12,60 26,97±15,44 47,93±13,51
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terhadap DP 10%, 20%,
dan 30%
menggunakan Anova Test, didapatkan nilai p sebesar 0,032069
(nilai p di bawah
0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan signifikan. Maka bisa
dinyatakan bahwa
perbedaan proporsi ekstrak kunyit dalam dispersi padat
memberikan perbedaan
profil disolusi yang signifikan terhadap hasil disolusi
kurkumin.
KESIMPULAN
Formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat ekstrak
kunyit-PVA
mampu meningkatkan kelarutan kurkumin. Hal ini terbukti dari
hasil uji kelarutan
bahwa ditemukan perbedaan signifikan kelarutan kurkumin dalam
dispersi padat
dibandingkan dengan campuran fisik. Dari hasil uji disolusi,
didapatkan pula
bahwa dispersi padat secara signifikan mampu meningkatkan
disolusi kurkumin.
Terdapat perbedaan profil disolusi yang signifikan pada sistem
dispersi padat
antara drug load 10%, 20%, dan 30% dengan drug load 10% memiliki
nilai
disolusi efisiensi (DE180) yang paling besar yaitu 50,44%.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilakukan penelitian
lanjutan dengan
pembentukan dispersi padat sistem terner yaitu adanya penambahan
surfaktan
untuk mendapatkan hasil disolusi yang lebih optimal. Selain itu,
untuk
memastikan mekanisme dispersi padat dalam meningkatkan kelarutan
obat, maka
dapat dilakukan beberapa uji karakterisasi dispersi padat
seperti Particle Size
Analyzer, Differential Scanning Calorimetry, X-Ray Diffraction,
Scanning
Electron Microscopy, dan Fourier Transform Infrared
Spectroscopy.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, B.B., and Harikumar, K.B., 2009. Potential Therapeutic
Effects of Curcumin , The Anti-inflammatory Agent , Against
Neurodegenerative , Cardiovascular , Pulmonary , Metabolic ,
Autoimmune and Neoplastic Diseases. The International Journal of
Biochemistry and Cell Biology, 41, 40–59.
AOAC, 2002, AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of
Chemical Methods for Dietary Supplements and Botanicals.
AOAC, 2016, Appendix F: Guidelines for Standard Method
Performance Requirements.
Bikiaris, D.N., 2015. Solid Dispersions , Part I : Recent
Evolutions and Future Opportunities in Manufacturing Methods for
Dissolution Rate Enhancement of Poorly Water-soluble Drugs Solid
Dispersions. Journal of Expert Opinion Drug Delivery, 8 (11),
1501–1519.
British Pharmacopoeia, 2011. British Pharmacopoeia. The British
Pharmacopoeia Commission, London.
Brough, C., Miller, D.A., Ellenberger, D., Lubda, D., and Iii,
R.O.W., 2016. Use of Polyvinyl Alcohol as a Solubility Enhancing
Polymer for Poorly Water-Soluble Drug Delivery ( Part 2 ). AAPS
PharmSciTech, 17 (1), 180–190.
Brough, C., Miller, D.A., Keen, J.M., Kucera, S.A., Lubda, D.,
and Williamsiii, R.O., 2015. Use of Polyvinyl Alcohol as a
Solubility-Enhancing Polymer for Poorly Water Soluble Drug Delivery
( Part 1 ). AAPS PharmSciTech, 17 (1), 167–179.
Chan, S., Chung, Y., Cheah, X., Tan, E.Y., and Quah, J., 2015.
The Characterization and Dissolution Performances of Spray Dried
Solid Dispersion of Ketoprofen in Hydrophilic Carriers. Asian
Journal of Pharmaceutical Sciences, 10 (5), 372–385.
Chegini and Ghobadian, B., 2007. Spray Dryer Parameters for
Fruit Juice Drying. World Journal of Agricultural Sciences, 3(2),
230-236
Dixit, N.D. and Niranjan, S.K., 2014. A Review : Solid
Dispersion. Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3 (9),
238–257.
Fudholi, A., 2013. Disolusi & Pelepasan Obat In Vitro.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 4-5, 31, 41-81, 137-143.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2012. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 465-476.
Kharat, M., Du, Z., Zhang, G., and Mcclements, D.J., 2016.
Physical and Chemical Stability of Curcumin in Aqueous Solutions
and Emulsions : Impact of pH , Temperature , and Molecular
Environment Physical. Journal of Agricultural and Food Chemistry,
1–37.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
Košťálová, D., Bezáková, L., and Račková, L., 2013. Therapeutic
Potential of Curcumin in Medicinal Chemistry. Acta Chimica Slovaca,
6 (1), 89–99.
Leuner, C. and Dressman, J., 2000. Improving Drug Solubility for
Oral Delivery using Solid Dispersions. European Journal of
Pharmaceutics and Biopharmaceutics, 50, 48–60.
Luciana, N.O., 2016. Pengaruh Formulasi Ekstrak Kunyit Dalam
Sistem Dispersi Padat Manitol Terhadap Disolusi Kurkumin.
Universitas Sanata Dharma, 9.
M Kumalla, L., Sumardi, H.S., dan Hermanto, M.B., 2013. Uji
Performasi Pengering Semprot Tipe Buchi B-290 Pada Proses Pembuatan
Tepung Santan. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. Fakultas
Teknologi Pertanian: Universitas Brawijaya, 1(1), 49-50.
Man, L. and Vuong Van Minh, 2009. Optimization of Technological
Parameters in The Spray Drying of Coconut Milk Powder with High Fat
Content. Journal Science & Technology Development.
Mendonça, L.M., Machado, S., Cardoso, C., Teixeira, C.,
Alexandre, L., Freitas, P. De, Lourdes, M., Bianchi, P., Maria, L.,
and Antunes, G., 2015. Comparative Study of Curcumin and Curcumin
Formulated in a Solid Dispersion : Evaluation of Their
Antigenotoxic Effects. Genetics and Molecular Biology, 1–9.
Newman, A.N.N., Knipp, G., and Zografi, G., 2012. Assessing the
Performance of Amorphous Solid Dispersions. Journal of
Pharmaceutical Sciences, 101 (4), 1355–1377.
Pfeiffer, E., Hoehle, S.I., Walch, S.G., Riess, A., Solyom,
A.M., and Metzler, M., 2007. Curcuminoids Form Reactive
Glucuronides In Vitro. Journal of Agricultural and Food Chemistry,
55, 538–544.
Rahman, S. M. H., Telny, T. C., Ravi, T. K., Kuppusamy, S.,
2009. Role of Surfactant and pH in Dissolution of Curcumin. Indian
Journal of Pharmaceutical Sciences, 139–142.
Rao, M. and Sakariah, K.K., 2005. Chemistry and Biological
Activities of C . longa. Journal of Food Science and Technology,
16, 533–548.
Sharma, A., Jain, C.P., and Tanwar, Y.S., 2013. Preparation and
Characterization of Solid Dispersion of Carvedilol with Poloxamer
188. Journal of the Chilean Chemical Society, 58 (1), 1553-1557
Sharma, K., Agrawal, S.S., and Gupta, M., 2012. Development and
Validation of UV Spectrophotometric Method for the Estimation of
Curcumin in Bulk Drug and Pharmaceutical Dosage Form. International
Journal of Drug Development & Research, 4 (2), 375-380
Singh, S., Baghel, R.S., and Yadav, L., 2011. A Review on Solid
Dispersion. International Journal of Pharmacy and Life Science, 2
(9), 1078–1095.
Singh, S.K., Vuddanda, P.R., Singh, S., and Srivastava, A.K.,
2013. A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Comparison between Use of Spray and Freeze Drying Techniques for
Preparation of Solid Self-Microemulsifying Formulation of Valsartan
and In Vitro and In Vivo Evaluation. BioMed Research International,
2013, 1–13.
Sridhar, I., Abha D., Bhagyasri, J., Vandana, W., and Jesal, D.,
2013. Solid Dispersion: an Approach to Enhance Solubility of Poor
Water Soluble Drug. Journal of Scientific and Innovative Research,
2(3), 685-694.
Srinarong, P., Kouwen, S., Visser, M.R., Hinrichs, W.L.J., and
Frijlink, H.W., 2010. Effect of Drug-carrier Interaction on the
Dissolution Behaviour of Solid Dispersion Tablets. Pharmaceutical
Development and Technology., 15(5), 460-468.
USP, 1995. Dissolution. The United States Pharmacopeia
Convention. USA. Vasconcelos, T., Sarmento, B., and Costa, P.,
2007. Solid Dispersions as Strategy
to Improve Oral Bioavailability of Poor Water Soluble Drugs.
Review Articles, 12 (23), 1068–1075.
Wan, S., Sun, Y., Qi, X., and Tan, F., 2012. Improved
Bioavailability of Poorly Water-Soluble Drug Curcumin in Cellulose
Acetate Solid Dispersion. AAPS PharmSciTech, 13 (1), 159–166.
Wang, Y.-J., Pan, M.-H., Cheng, A.-L., Lin, L.-I., Ho, Y.-S.,
Hsieh, C.-Y., and Lin, J.-K., 1997. Stability of Curcumin in Buffer
Solutions and Characterization of Its Degradation Products. Journal
of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 15, 1867–1876.
Wang, Q., Ma, D., and Higgins, J. P., 2006. Analytical Method
Selection for Drug Product Dissolution Testing. Journal of
Dissolution Technologies, 8, 6.
Zhou, H., Beevers, C.S., and Huang, S., 2011. The Targets of
Curcumin. Journal of Current Drug Targets, (1), 332–347.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
a. Overlay Optimasi Spektrum Lamda Maksimum Metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
b. Overlay Optimasi Spektrum Lamda Maksimum Medium Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
Lampiran 4. Hasil Verifikasi Metode Analisis Akurasi dan
Presisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
Lampiran 5. Summary Output Regression Statistics Kurva Baku
Kurkumin dalam Metanol
Lampiran 6. Summary Output Regression Statistics Kurva Baku
Kurkumin
dalam Medium Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Lampiran 7. Perhitungan Bahan dalam Pembuatan Dispersi Padat
dan
Campuran Fisik Masing-Masing Proporsi Ekstrak
Arti proporsi ekstrak 10% yaitu terdapat 10% ekstrak kunyit
dengan 90%
pembawa (PVA) dalam dispersi padat sehingga perbandingan jumLah
ekstrak
kunyit : PVA yaitu 1:9. Maka, untuk proporsi ekstrak 20% dan 30%
didapatkan
masing-masing perbandingan ekstrak kunyit : PVA yaitu 1:4 dan
3:7. Dispersi
padat dibuat sebanyak 15 gram untuk setiap formula
Formula Drug Load Dispersi Padat Ekstrak Kunyit (g) PVA (g)
I 10% 1,50 13,50 II 20% 3,00 12,00 III 30% 4,50 10,50
Lampiran 8. Pembuatan Dispersi Padat
a. Penimbangan Bahan dalam Pembuatan Dispersi Padat
Masing-Masing Proporsi Ekstrak
Formula Drug Load Dispersi Padat Ekstrak Kunyit (g) PVA (g)
I 10% 1,50 13,50 II 20% 3,00 12,00 III 30% 4,50 10,50
b. Perhitungan Rendemen Dispersi Padat Drug Load 10%, 20%, dan
30%
Rumus perhitungan rendemen = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔)𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑔)
x 100%
Berat campuran (g) Berat yang
diperoleh (g) Yield (%)
DP 10% 15 g 4,7894 31,93
DP 20% 15 g 4,7638 31,76
DP 30% 15 g 4,84 32,27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Lampiran 9. Statistika Uji Kelarutan
Uji Normalitas Campuran Fisik dan Dispersi Padat Drug Load 10%,
20%, dan
30% Menggunakan Saphiro-Wilk Test
Berdasarkan uji normalitas, didapatkan semua data tidak
terdistribusi normal sehingga pengujian dilanjutkan dengan
Mann-Whitney Test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
Lampiran 10. Uji Disolusi
a. Massa isi kapsul yang ditimbang untuk uji disolusi
Sampel Rep I
(g)
Rep II
(g)
Rep III
(g)
Rata-rata
(g) SD
CF 10% 0,500 0,500 0,500 0,500 0
CF 20% 0,500 0,500 0,500 0,500 0
CF 30% 0,500 0,500 0,500 0,500 0
DP 10% 0, 401 0,400 0,403 0,401 1,53x10-3
DP 20% 0,402 0,403 0,405 0,403 1,53x10-3
DP 30% 0,399 0,402 0,401 0,400 1,53x10-3
Keterangan: Rep = replikasi, CF = campuran fisik, DP -= dispersi
padat
b. Contoh hasil data uji disolusi
1. Campuran fisik 10%
Menit ke
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata D
(%)
C (µg/m
L)
C (µg/500
mL)
D (%)
C (µg/m
L)
C (µg/500
mL)
D (%)
C (µg/m
L)
C (µg/500
mL)
D (%)
0 10 4.98 2491.68 5.89 2.39 1196.81 2.82 2.76 1381.79 3.26 3.99
15 5.35 2676.66 6.32 2.02 1011.83 2.38 8.31 4156.49 9.81 6.17 30
10.16 5081.39 12.00 6.83 3416.57 8.06 16.45 8226.04 19.4 13.16 45
20.52 10260.82 24.24 14.60 7301.14 17.24 15.71 7856.08 18.55 20.01
60 22.37 11185.72 26.42 15.71 7856.08 18.55 22.00 11000.73 25.98
23.65 90 29.40 14700.33 34.72 33.47 16735.10 39.52 27.92 13960.41
32.97 35.74 120 26.81 13405.48 31.66 38.27 19139.84 45.20 28.29
14145.39 33.41 36.76 150 35.32 17660.01 41.71 44.19 22099.51 52.19
43.45 21729.55 51.32 48.41 180 45.30 22654.46 53.50 43.45 21729.55
51.32 60.84 30423.60 71.85 58.89
Keterangan : C = konsentrasi, D = zat terdisolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
2. Dispersi padat 10%
Menit ke
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata D
(%)
C (µg/m
L)
C (µg/500
mL)
D (%)
C (µg/mL)
C (µg/500
mL) D (%)
C (µg/mL)
C (µg/500
mL) D (%)
0 10 0.17 86.94 0.25 0.54 271.92 0.80 0.17 86.94 0.25 0.43 15
2.76 1381.79 4.07 3.87 1936.73 5.71 1.65 826.85 2.44 4.07 30 6.46
3231.59 9.54 6.09 3046.61 8.99 7.94 3971.51 11.72 10.08 45 7.57
3786.53 11.17 12.75 6376.24 18.82 11.64 5821.30 17.18 15.73 60
15.71 7856.08 23.19 31.25 15625.23 46.13 20.89 10445.80 30.84 33.38
90 19.41 9705.88 28.65 50.48 25244.17 74.53 31.62 15810.21 46.67
49.95
120 31.25 15625.23 46.13 64.54 32273.39 95.28 54.55 27278.94
80.54 73.98 150 46.41 23209.39 68.52 65.28 32643.35 96.37 67.50
33753.23 99.65 88.18 180 65.65 32828.33 96.92 72.31 36157.97 106.75
69.72 34863.11 102.93 102.20
Keterangan : C = konsentrasi, D = zat terdisolusi
c. Perhitungan Area Under Curve (AUC) dan Dissolution Efficiency
(DE)
1. Campuran fisik 10% Menit
ke Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata
DE AUC DE AUC DE AUC DE 0 10 29.42 2.94 14.13 1.41 16.31 1.63
1.99 15 30.51 3.99 13.04 1.81 32.70 3.26 3.02 30 137.43 6.57 78.44
3.52 219.35 8.94 6.34 45 271.78 10.42 189.86 6.56 284.89 12.29 9.76
60 379.92 14.15 268.50 9.39 334.04 14.78 12.77 90 917.13 19.62
871.25 15.94 884.36 19.68 18.41
120 995.77 23.01 1271.03 22.55 995.77 23.06 22.87 150 1100.63
25.75 1461.09 27.78 1271.03 26.92 26.81 180 1428.32 29.39 1552.84
31.77 1847.76 32.70 31.29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
2. Dispersi padat 10% Menit
ke Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata
DE AUC DE AUC DE AUC DE 0 10 1.28 0.12 4.01 0.40 1.28 0.12 0.21
15 10.84 0.80 16.30 1.35 6.74 0.53 0.89 30 102.15 3.80 110.34 4.35
106.25 3.80 3.99 45 155.40 5.99 208.65 7.54 216.84 7.35 6.96 60
257.80 8.79 487.18 13.77 360.21 11.52 11.36 90 777.76 14.50 1809.98
29.29 1162.79 20.60 21.46
120 1121.83 20.22 2547.27 43.19 1908.28 31.35 31.59 150 1719.86
27.64 2874.96 53.72 2702.93 43.10 41.49 180 2481.74 36.82 3047.00
61.69 3038.81 52.80 50.44
Lampiran 11. Statistika Uji Disolusi
1. Uji normalitas campuran fisik dan dispersi padat 10%
menggunakan Shapiro-Wilk Test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
2. Signifikansi DE180 antara campuran fisik dan dispersi padat
10% menggunakan Unpaired T-Test
Lampiran 12. Statistika Uji Disolusi – Perbedaan antar proporsi
ekstrak
1. Uji normalitas pada dispersi padat 10%, 20%, dan 30%
menggunakan
Shapiro-Wilk Test
Karena data ditemukan terdistribusi normal maka dilanjutkan
pengujian menggunakan ANOVA : Single Factor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
2. Signifikansi antar dispersi padat 10%, 20%, dan 30%
menggunakan
ANOVA : Single Factor
Lampiran 13. Alat pengeringan pelarut menggunakan Spray
Dryer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
Lampiran 14. Hasil Campuran Fisik dan Dispersi Padat
Campuran Fisik Dispersi Padat Lampiran 15. Alat Disolusi Jenis
Dayung (Tipe 2 USP)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi dengan judul “Perbedaan
Profil
Disolusi Kurkumin pada Sistem Dispersi Padat Ekstrak
Kunyit (Curcuma longa L.) – Polivinil Alkohol (PVA)
dengan Variasi Drug Load” memiliki nama lengkap Lucia
Ventyningrum. Penulis lahir di Tangerang, 17 Desember
1995 dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan Yovensius Suparjiyo dan Theresia Yuni Eko Sri
Haryanti. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu di
TK Strada
Santa Maria I Tangerang (2000-2002), Pendidikan Sekolah Dasar di
SD Strada
Santa Maria I Tangerang (2002-2008), Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di
SMP Strada Santa Maria I Tangerang (2008-2011), Pendidikan
Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 2 Tangerang (2011-2014). Kemudian
penulis
melanjutkan pendidikan tingga di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 2014.
Selama masa studi, penulis pernah bekerja sebagai Asisten
Praktikum
Biofarmasetika-Farmakokinetik (2016-2017). Penulis juga aktif di
berbagai
kegiatan kemahasiswaan yaitu FESADHA 2015 sebagai koordinator
keamanan,
dipercaya menjadi Master of Ceremony pada dua kegiataan yaitu
Donor Darah
2015 dan TITRASI 2016. Selain itu penulis juga pernah aktif
dalam organisasi
luar kampus yaitu Lektor St. Maria Assumpta Babarsari dan
menjabat sebagai
Wakil Ketua periode 2016-2017 dan masih aktif menjadi anggota
hingga karya
tulis ini dipublikasikan. Penulis juga aktif dalam kegiatan
bakti sosial salah
satunya yaitu Bakti Sosial WALUBI (Perwakilan Umat Buddha
Indonesia) di
Borobudur, Magelang tahun 2015 dan Bakti Sosial YPMJ (Yayasan
Persaudaraan
Masyarakat Jogja) pada tahun 2016 sebagai Tim Farmasi di Dusun
Wedomartani,
Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI