PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2006/2007 SKRIPSI OLEH MARTINA IKA RATNA SARI NIM: K.5603013 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007
105
Embed
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN … fileSarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN
ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT
TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2006/2007
SKRIPSI
OLEH
MARTINA IKA RATNA SARI
NIM: K.5603013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2007
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN
ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT
TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2006/2007
Oleh :
MARTINA IKA RATNA SARI
NIM : K.5603013
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2007
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd
NIP.131 658 562 NIP. 132 050 356
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Jumat
Tanggal : 20 April 2007
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Mulyono, M.M ( )
Sekretaris : Drs. Budi Satyawan ( )
Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes ( )
Anggota II : Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd ( )
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Drs. H. Trisno Martono, M.M
NIP. 130 529 720
ABSTRAK
Martina Ika Ratna Sari. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2006/2007. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2007.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. (2) Perbedaan pengaruh anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. (3) Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Sampel diambil sebanyak 40 orang dengan stratifiednya adalah anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil. Sampel dibagi menjadi 4 (empat) kelompok sesuai rancangan faktorial 2 X 2. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran. Pengukuran anthropometri lingkar paha dan tes kekuatan otot tungkai. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA 2 X 2.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Ada perbedaan pengaruh antara latihan berbeban linear dan latihan berbeban non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Pengaruh peningkatan kekuatan otot tungkai yang ditimbulkan oleh latihan berbeban linear lebih baik dari pada latihan berbeban non-linear, rata-rata peningkatannya adalah 0,35 dan 0,26. (2) Tidak ada perbedaan pengaruh antara anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Pengaruh peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha besar sama dengan siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha kecil. (3) Tidak terdapat interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung = 0,0742 dengan Ftabel = 4,10, maka (Fhit < Ftabel).
MOTTO
Ø “Mensana in corpore sano”, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang
kuat
Ø “You can if you think you can”. Dengan berpikir bahwa kamu bisa maka
menghadapi keadaan sesulit apapun kamu akan bisa disertai dengan usaha
dan doa.
Ø Ilmu lebih penting dari harta, karena ilmu akan menjagamu sedangkan
harta harus kau jaga
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
- Bapak dan Ibu tercinta dengan segala kasih
sayangnya
- Nug, Adit dan Chacha, adik-adikku tersayang
- Keluarga di Sragen, Solo dan Pekalongan
- Sahabat-sahabatku POK O3
- PJKR 03”06” dengan semua semangatmu
- Adik-adik JPOK FKIP UNS
- Keluarga besar VITA SOLO tercinta
- Almamater
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan
skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes. sebagai Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd. sebagai Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala Sekolah dan Guru Penjaskes SMP Negeri 4 Sragen yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
7. Siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007 yang
telah bersedia menjadi sampel penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, April 2007
MIRS
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...................................................................................................... i
PENGAJUAN ........................................................................................... ii
PERSETUJUAN....................................................................................... iii
PENGESAHAN ........................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
MOTTO .................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN..................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 8
Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian Dari SMP Negeri 4 Sragen 97
Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian Dari Tempat Fitness .......... 98
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga sebagai bagian dari upaya kehidupan berperanan mengingatkan
bahwa tubuh manusia adalah alat yang utama bagi kehidupan. Hal ini telah
disadari bersama, sehingga pada masa kini dimana-mana terlihat banyak manusia
melakukan aktivitas ini, setelah merasakan manfaat dari gerak yang dilakukannya.
olahraga menjadi kebutuhan hidup setiap individu berdasarkan pentingnya
olahraga sebagai suatu medium bagi perkembangan fisik, motorik, mental, sosial
dan emosional.
Perkembangan olahraga dewasa ini semakin pesat dan memperlihatkan
gejala yang sangat komplek karena aktivitas ini tidak berdiri sendiri, melainkan
berinteraksi langsung dengan berbagai bidang seperti : ekonomi, politik, sosial,
budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya pencapaian hasil
yang baik dalam penampilan dan prestasi membutuhkan penguasaan ketrampilan
yang tinggi. Ini hanya bisa dicapai dengan belajar dan berlatih secara benar dan
teratur.
Olahraga melibatkan komponen jasmani atau fisik dan rohani atau psikis.
Faktor yang paling dominan adalah jasmani atau fisik, karena kebugaran jasmani
merupakan salah satu nilai yang langsung dapat dirasakan dari sekian banyak nilai
yang diperoleh saat melakukan olahraga secara teratur. Latihan fisik yang
dilakukan secara teratur akan meningkatkan kesegaran jasmani, sehingga tubuh
akan mampu menghadapi beban kerja secara efektif. Hal ini merupakan
manifestasi dari penyesuaian faal tubuh terhadap peningkatan beban kerja fisik.
Latihan fisik diartikan sebagai suatu kegiatan menurut cara dan aturan tertentu
yang bertujuan untuk meningkatkan berbagai aspek kemampuan fisik manusia
seperti : daya tahan, kekuatan, kecepatan, keterampilan dan lain sebagainya.
Latihan fisik atau olahraga telah diketahui sebagai salah satu cara untuk
memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani. Salah satu latihan fisik yang
sering dilakukan adalah latihan kekuatan menggunakan beban (weight training).
Latihan beban merupakan latihan dengan menggunakan suatu beban untuk
meningkatkan kekuatan terutama kekuatan otot. Jenis dari latihan beban memiliki
manfaat yang berbeda pada jenis otot yang akan dilatih. Latihan beban biasanya
untuk meningkatkan kekuatan otot dada, otot perut, otot lengan dan otot tungkai.
Berkaitan dengan peningkatan kekuatan otot, penelitian ini akan mengkaji dan
meneliti cara untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dengan latihan beban.
Jenis latihan beban yang bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot
tungkai antara lain reguler leg press, upper leg press, leg extension, leg curl dan
half squat. Latihan beban yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan
latihan half squat. Half Squat adalah latihan beban dengan posisi berdiri
membawa beban dipundak kemudian disertai gerak tungkai ditekuk dan
diluruskan. Melalui gerak tungkai ynag ditekuk lalu diluruskan serta adanya beban
dipundak menyebabkan tungkai mengeluarkan kekuatan ototnya untuk melawan
beban yang didapat. Dengan latihan teratur dan beban yang semakin bertambah,
maka kekuatan otot tungkai dapat meningkat dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
Upaya meningkatkan kekuatan otot tungkai harus melalui metode latihan
beban yang sesuai. Metode latihan beban antara lain adalah metode latihan beban
linear dan non-linear. Dengan metode latihan beban linear, beban latihan
ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus. Peningkatan
latihan secara teratur dan semakin bertambah beban yang diangkat. Sedangkan
dengan latihan beban non-linear, latihan secara bertahap dengan adanya
peningkatan dan penurunan beban yang diangkat. Dari metode latihan beban
tersebut masing-masing memiliki efektifitas yang berbeda terhadap peningkatan
kekuatan otot tungkai.
Latihan beban pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk memberi
kemudahan dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai. Namun ditinjau dari segi
anthropometri, bentuk dan proporsi tubuh yang ideal cukup banyak berpengaruh
pada kekuatan otot tungkai. Proporsi tubuh yang ideal untuk meningkatkan
kekuatan otot tungkai adalah memiliki massa otot tungkai yang besar. Hal ini
dapat dilihat pada besarnya massa otot tungkai yang ada pada tungkai bagian atas.
Kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai bergantung pada
besarnya massa otot tungkai yang dimiliki oleh seseorang. Semakin besar massa
otot tungkai, semakin besar pula kekuatan otot tungkai tersebut. Besarnya massa
otot tungkai yang diukur pada tungkai bagian atas, yaitu pada paha sepertiga
bagian dibawah tulang panggul dan dua pertiga bagian diatas tulang patella atau
tempurung lutut. Oleh karena itu diperlukan pengukuran besarnya massa otot
tungkai untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot tungkai yang telah dilatih
dengan latihan beban half Squat.
Bertolak dari latihan beban (weight training) diatas, metode latihan beban
yang akan dikaji dan diteliti adalah latihan beban linear dan non-linear serta
pengaruh besar massa otot tungkai atau lingkar paha terhadap peningkatan
kekuatan otot tungkai. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari latihan
beban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai perlu
dibuktikan melalui penelitian baik secara teori maupun praktek.
Sebagai orang coba dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas II SMP
Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Pada umumnya siswa putra kelas II
SMP berada pada usia 13-15 tahun. Pada usia ini, otot tungkai masih dalam tahap
berkembang kearah kekuatan maksimal otot tungkai. Sedangkan pada siswa putra
kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007, belum diketahui cara
meningkatkan kekuatan otot tungkai secara efektif. Kekuatan otot tungkai yang
belum terlatih dengan baik, sulit untuk berkembang kekuatan maksimalnya.
Dengan kekuatan otot tungkai yang terlatih, siswa dapat memaksimalkan
gerak dengan kekuatan otot tungkai, antara lain melompat, meloncat, berlari,
berenang dan sebagainya. Gerak tersebut terdapat pada berbagai cabang olahraga
seperti atletik, olahraga permainan, olahraga air, dan sebagainya. Sehingga siswa
yang mempunyai bakat, kemampuan dan kemauan dari salah satu cabang olahraga
tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut ke tahap yang lebih tinggi melalui
latihan-latihan khusus.
Sebenarnya pelaksanaan kegiatan olahraga untuk meningkatan kekuatan
otot tungkai melalui pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 4 Sragen telah
berjalan dengan baik, namun jenis latihan yang tepat belum dilakukan. Kondisi
semacam ini harus diperhatikan dan perlu dilakukan upaya-upaya untuk
melakukan kegiatan olahraga dengan jenis yang tepat untuk meningkatkan
kekuatan otot tungkai siswa.
Ditinjau dari sarana latihan peningkatan otot tungkai, pada umumnya
disekolah tidak mempunyai alat-alat untuk latihan beban (termasuk di SMP
Negeri 4 Sragen), karena alat-alat ini hanya terdapat ditempat-tempat fitness dan
harganya cukup mahal. Kurangnya sarana alat beban menyebabkan latihan
peningkatan otot tungkai tidak maksimal. Untuk mengatasi hal ini, sekolah dapat
menggunakan alat beban alternatif yang harganya lebih murah seperti besi
panjang yang kedua ujungnya diberi beban dari semen. Hanya saja kelemahan alat
ini adalah bebannya tetap atau tidak dapat ditambah dan dikurangi, sehingga harus
dibuat beberapa alat dengan besar beban yang berbeda-beda sesuai kebutuhan
siswa.
Sarana dan pengetahuan yang kurang tentang cara peningkatan kekuatan
otot tungkai menuntut seorang guru untuk memiliki kreatifitas dengan alat yang
ada disekolah, agar semua siswa dapat melakukan latihan untuk meningkatkan
otot tungkai. Melalui penelitian ini diharapkan guru pendidikan jasmani
memperoleh pengetahuan tentang latihan beban yang benar untuk meningkatkan
kekuatan otot tungkai siswa dan siswa dapat mengetahui bentuk latihan beban
yang tepat untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “ Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban Dan
Anthropometri Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai Pada Siswa Putra
Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007 “
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kekuatan
otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen masih rendah.
2. Para siswa belum menguasai metode latihan yang tepat untuk meningkatkan
kekuatan otot tungkai dan belum memanfaatkan besar massa otot tungkai yang
dimiliki.
3. Belum pernah dilakukan tes dan pengukuran anthropometri lingkar paha dan
kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun
Pelajaran 2006/2007.
4. Belum diketahui kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4
Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007.
5. Belum diketahui efektifitas antara latihan berbeban linear dan latihan
berbeban non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai.
6. Upaya meningkatkan kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4
Sragen dengan latihan berbeban.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda perlu dibatasi permasalahan
dalam penelitian ini. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Latihan berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot
tungkai.
2. Anthropometri lingkar paha yaitu besarnya lingkar paha siswa putra kelas II
SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.
3. Kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun
pelajaran 2006/2007.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, pembatasan masalah, masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan berbeban linear dan non-linear
terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP
Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007?
2. Adakah perbedaan pengaruh antara anthropometri lingkar paha besar dan
anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai
pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007?
3. Adakah interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap
peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4
Sragen tahun pelajaran 2006/2007?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban linear dan non-linear terhadap
peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4
Sragen tahun pelajaran 2006/2007.
2. Perbedaan pengaruh anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri
lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa
putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.
3. Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap
peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4
Sragen tahun pelajaran 2006/2007.
F. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini sangat penting untuk diteliti dengan harapan
:
1. Dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai siswa yang dijadikan obyek dalam
penelitian ini.
2. Dapat dijadikan masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes di SMP Negeri 4
Sragen pentingnya metode latihan beban dan anthropometri tubuh dalam
meningkatkan kekuatan otot tungkai, sehingga akan diperoleh hasil yang
maksimal.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakekat Latihan
a. Pengertian Latihan
Dalam upaya untuk mencapai dan meningkatkan prestasi olahraga dapat
dicapai melalui latihan. Menurut Harsono (1988:10) latihan adalah “Proses yang
sistematis, berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan
atau pekerjaan”. Selanjutnya menurut Soedjarwo (1993:14) yang dimaksud
dengan latihan adalah “suatu proses sistematis secara berulang-ulang secara ajeg
dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Adapun menurut A.
Hamidsyah Noer (1995:90) bahwa “Latihan adalah suatu proses yang sistematis
dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontiyu
dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah proses kerja
yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dengan peningkatan beban
secara periodik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi
olahraga. Yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut jadwal,
pola dan sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, latihan teratur
dari yang sederhana ke yang lebih komplek. Berulang-ulang maksudnya agar
gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis
dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Kian hari
maksudnya setiap kali secara periodik dan segera setelah tiba saatnya untuk
ditambah jumlah beban latihannya.
Latihan fisik merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara
menyeluruh. Dengan latihan fisik yang terencana, sistematis, kontinyu dan
pembebanan tertentu dapat mengubah faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah
tingkat kesegaran jasmani ke tingkatan fitnes yang tinggi, sehingga dapat
menunjang penampilan atlet dalam olahraga.
b. Prinsip-prinsip Latihan
Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, program latihan yang
disusun dan dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan secara
benar.Prinsip- prinsip latihan berbeban yang perlu digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan latihan, menurut E.L. Fox yang dikutip M. Sajoto (1995:30-
31) yaitu:
1. Prinsip overload
2. Prinsip penggunaan beban secara progresif
3. Prinsip pengaturan latihan
4. Prinsip kekhususan program latihan
Dengan latihan yang terprogram dengan berdasarkan prinsip-prinsip
latihan secara benar, akan dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Prinsip-
prinsip dasar latihan tersebut perlu dipedomani dalam melaksanakan latihan.
Prinsip-prinsip latihan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1) Prinsip Beban Lebih
Prinsip beban lebih ( overload principle ) merupakan dasar dari program
latihan berbeban. Prinsip beban lebih ini merupakan faktor penting dalam
peningkatan kemampuan atlet. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:131)
mengemukakan bahwa, “prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang
menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu
dilakukan oleh atlet” .
Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapatkan beban latihan
lebih berat dari beban yang diterima sebelumnya secara teratur dan kontinyu.
Dalam hal ini Pate R. Rotella R. & Mc. Clenaghan S. (1993:318) mengemukakan
bahwa, “ sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan
fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari”.
Berdasarkan hal tersebut maka latihan yang dilakukan haruis berdasarkan pada
prinsip beban lebih. Dapat dikatakan bahwa prinsip beban lebih merupakan
prinsip dasar dalam latihan.
Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya, akan merangsang tubuh
untuk beradaptasi dengan beban tersebut. Tubuh manusia akan beradaptasi secara
positif terhadap beban yang diberikan, yang berarti bahwa kemampuan tubuh akan
meningkat. Di dalam tubuh manusia akan timbul superkompensasi terhadap beban
latihan yang diberikan. Suharno H.P. (1993:8) mengemukakan bahwa,
“superkompensasi artinya kenaikan kemampuan atlet setelah di beri beban berat,
teratur dan cukup ulangannya”.
Prinsip beban lebih ini harus benar-benar diterapkan dalam pelaksanaan
latihan. Tetapi harus selalu diingat, bahwa beban latihan yang diberikan tidak
boleh terlalu berat atau berlebihan. Sebab jika beban latihan yang diberikan
tersebut terlalu berat dan berlebihan, yang diperoleh bukanlah kemajuan kondisi
fisik, tetapi malah sebaliknya akan terjadi cedera dan fisik menurun karena
overtraining atau kelebihan beban latihan. Untuk menghindari pemberian beban
yang berlebihan, maka harus memperhatikan cara penambahan beban yang benar.
2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif
Penggunaan beban secara progresif adalah latihan yang dilakukan dengan
menggunakan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi
sedikit. Pemberian beban latihan yang dilakukan secara bertahap yang kian hari
kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektifitas kemampuan
fisik. Dengan pemberian beban, tubuh akan beradaptasi dengan beban yang
diberikan tersebut. Jika itu sudah terjadi maka beban tersebut harus ditambah
sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemampuan tubuh.
Peningkatan pemberian beban merupakan hal yang sangat penting dalam
meningkatkan kemampuan tubuh. Harus diperhatikan bahwa peningkatan beban
latihan yang diberikan tidak boleh terlalu berat, tapi tetap berada dalam ambang
rangsang latihan. Untuk menghindari pemberian beban yang berlebihan, maka
peningkatan beban latihan diberikan sedikit demi sedikit secara bertahap. Beban
yang diberikan harus dinaikkan terus-menerus secara teratur atau secara progresif.
Menurut Soekarman (1987:60) bahwa, “Dalam latihan, beban harus ditingkatkan
sedikit demi sedikit sampai maksimum. dan jangan berlatih melebihi
kemampuan”
Peningkatan beban latihan dilakukan setiap 1 minggu latihan, karena
organisme tubuh baru akan beradaptasi setelah kurun waktu 1 minggu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nosseck (1982) yang menyatakan bahwa “Periode
stabilitas atau adaptasi organisme terhadap rentetetan beban yang lebih tinggi
selesai dalam waktu yang berbeda, paling tidak satu atau dua minggu”. Hal ini
senada dikemukakan Suharno H.P. (1993:14) yang menyatakan bahwa,
Peningkatan beban latihan jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini sangat penting, karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi.
Peningkatan beban yang diberikan harus diperhitungkan dengan cermat
dan tepat. Peningkatan atau penambahan beban yang dilakukan dengan tepat akan
dapat menimbulkan adaptasi tubuh terhadap latihan secara yang tepat pula.
Dengan hal tersebut, maka hasil latihan akan optimal.
3) Prinsip Pengaturan Latihan
Dalam latihan berbeban, pemberian beban terhadap otot-otot tubuh harus
diatur sedemikian rupa sehingga latihan tersebut dapat efektif. Dalam hal ini M.
Sajoto (1995:31) mengemukakan bahwa :
Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu.
Selain itu menurut M. Sajoto (1995:31) bahwa “program latihan
hendaknya diatur agar tidak terjadi dua bagian otot pada tubuh yang sama
mendapat dua kali latihan secara berurutan”. Oleh karena itu, untuk memberikan
latihan yang tepat adalah mendahulukan otot-otot yang lebih besar, kemudian
otot-otot yang kecil sebelum mengalami kelelahan. Misalnya kelompok otot
tungkai bawah dan paha dilatih lebih dahulu daripada kelompok otot lengan yang
lebih kecil. Mengenai pengaturan urutan kelompok otot yang dilatih dalam latihan
berbeban menurut M. Sajoto (1995:32) adalah sebagai berikut :
1. Kaki bagian atas dan pinggul 2. Dada dan lengan atas 3. Punggung dan bagian posterior kaki 4. Kaki bagian bawah dan pergelangan kaki 5. Bahu dan bagian posterior lengan atas 6. Otot perut 7. Bagian anterior lengan atas
Gambar 1. Pengaturan urutan kelompok otot yang dilatih
( M. Sajoto, 1995:32)
4) Prinsip Kekhususan
Prinsip kekhususan dapat juga disebut Principle of Specifity. Pengaruh
yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik
kondisi fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan
yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap komponen tersebut. Berdasarkan hal tersebut, agar
aktifitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang dilakukan harus
bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan jenis olahraga yang akan
dikembangkan. Dalam hal ini Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa,
“latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang
digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan”.
c. Latihan Untuk Kekuatan
Cara yang paling populer dan paling berhasil dalam meningkatkan
kekuatan adalah dengan latihan-latihan tahanan (resistence exercise). Menurut
Aip Syarifudin dan Yusuf Hadisasmita (1996:108), “Latihan tahanan adalah
latihan di mana seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu
beban, baik itu badan atlet itu sendiri, maupun bobot dari luar (external
resistence). Latihan eksternal harus maksimal atau sub maksimal untuk menahan
beban tersebut. Beban harus sedikit demi sedikit bertambah berat, agar
perkembangan otot terjamin. Karena itu latihan tahanan harus selalu merupakan
latihan yang semakin meningkat bobot latihannya.
Bentuk beban latihan yang dapat dipergunakan dalam latihan ada
bemacam-macam. Beberapa bentuk tahanan dalam latihan misalnya : (a) tahanan
dengan berat badan sendiri, (b) tahanan berupa teman atau orang lain, (c)
Tahanan berupa gesekan, (d) tahanan berupa alat, seperti barbell dan dumbell.
Latihan tahanan menurut kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam dua
kategori, yaitu kontraksi isotonis dan kontraksi isometris. Dalam kontraksi
isotonis akan tampak terjadi suatu gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan
oleh karena otot memanjang dan memendek, sehingga terdapat perubahan dalam
panjangnya otot. Kontraksi ini disebut kontraksi dinamis (dynamic contraction).
Sedangkan untuk kontraksi isometris tidak tampak gerakan yang nyata karena otot
tidak memanjang atau memendek, dengan kata lain tidak ada jarak yang
ditempuh. Kontraksi demikian disebut kontraksi statis.
Meskipun telah dibuktikan bahwa kontraksi isometris dapat
mengembangkan kekuatan, latihan kekuatan yang paling populer adalah latihan
isotonis, karena bentuk latihan ini mempunyai keuntungan-keuntungan yang lebih
bila dibandingkan dengan bentuk latihan kontraksi isometrik. Keuntungan-
keuntungan tersebut menurut Aip Syarifuddin dan Yusuf Hadisasmita (1996:108)
adalah :
1) Ruang geraknya lebih luas, hal ini menjamin tetap terlatihnya fleksibilitas. 2) Perbaikan daya tahan bersamaan dengan perkembangan kekuatan. 3) Lebih memberikan kepuasan dalam mengatasi bobot-bobot yang ditahan, dan
yang sedikit demi sedikit bertambah. 4) Lebih memberikan kepuasan dalam menggerakkan bagian-bagian tubuh
terhadap suatu beban. 5) Gerakan-gerakannya lebih menjamin fungsi peredaran zat-zat dalam alat-alat
tubuh kita. Salah satu macam latihan tahanan isotonis yang paling populer dalam olahraga
adalah latihan beban (weight training).
2. Latihan Berbeban
Latihan beban (weight training) merupakan latihan yang cukup efektif
untuk meningkatkan kekuatan dan power otot. Sehingga untuk meningkatkan
prestasi olahraga yang memerlukan kekuatan otot, sangat efektif jika
menggunakan latihan berbeban (weight training).
Yang dimaksud dengan latihan berbeban, menurut Harsono (1988:185)
“ Latihan berbeban adalah latihan yang sistematis di mana beban hanya dipakai
sebaga alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu”.
Selanjutnya Iwan Setiawan (1994:6) berpendapat bahwa : “latihan beban yang
dilakukan secara sistematis dan fungsi beban latihan hanya untuk tujuan
menambah kekuatan otot dalam rangka memperbaiki kondisi fisik, kesehatan,
kekuatan, prestasi dalam cabang olahraga”. Sedangkan menurut M. Furqon
(1996:1) latihan berbeban adalah “suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian
secara sistematis pada berbagai otot tubuh”. Latihan beban (weight training)
adalah latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk
menambah tahanan kontraksi otot untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu
beban yang digunakan tidak terlalu berat, namun sesuai dengan kebutuhan atlet.
Latihan beban merupakan latihan fisik dengan cara menambah beban,
yang utamanya memberikan efek terhadap otot-otot rangka dan memberikan
perubahan- perubahan secara morfologis. Sesuai dengan pendapat Nosseck
(1982:16) yang menyatakan bahwa, ”Seorang atlet yang sedang berlatih atau
latihan beban akan mengalami perubahan-perubahan morfologis daripada seorang
atlet yang lari menempuh jarak 15 km yang akan mengalami perubahan
fungsional dalam lari jarak jauh”.
Pelaksanaan dan penerapan latihan beban, harus dilakukandengan tepat
dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan agar tujuan latihan beban
benar-benar tercapai. Latihan beban jika dilaksanakan dengan benar kecuali dapat
mempertinggi kekuatan fisik secara keseluruhan juga dapat mengembangkan
kecepatan, daya ledak otot, kekuatan dan keuletan, yang merupakan faktor-faktor
yang penting dalam olahraga.
a. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Berlatih Beban
Latihan fisik dengan beban tidak boleh tanpa ukuran atau porsi yang tidak
tepat , tetapi harus dilakukan secara sistematis dan hati-hati. Jika latihan berbeban
dilakukan tanpa ukuran yang sesuai, kemungkinan akan menyebabkan terjadi
cedera, terganggunya pertumbuhan dan perkembangan atlet.
Agar pengaruh yang ditimbulkan dari latihan berbeban yang dilakukan
dapat efektif, latihan berbeban harus dilakukan dengan hati-hati. Pelatih harus
dengan cermat dan seksama memperhitungkan dengan tepat beban yang harus
dilakukan oleh atlet. Disamping itu pelatih harus memperhatikan kondisi fisik
yang dimiliki oleh atletnya. Dalam latihan berbeban perlu pula diperhatikan
mengenai umur seseorang boleh latihan beban. Harsono (1988:207) berpendapat
bahwa :
Cukup aman kalau melalui weight training pada umur 14 tahun asal mulai dengan beban-beban yang ringan, oleh karena tulang-tulang masih lunak dan belum sempurna perkembangan, sendi-sendi anak-anak muda belum tumbuh secara sempurna serta belum stabil.
Latihan berbeban memang cukup banyak resikonya, oleh karena itu dalam
mempergunakan peralatan, pelatih dan atlet harus mengetahui cara penggunannya
demi kebaikan dan keselamatan atlet.
Adapun petunjuk pengamanan dalam penggunaan peralatan latihan
berbeban menurut Harsono (1988:195-196) antara lain sebagai berikut :
1) Barbells (bobot-bobot besi) harus diteliti sehingga tidak mungkin bergeser-geser, karena itu untuk kunci penahan harus kencang
2) Sikap permulaan adalah penting, perhatikan bahwa pada waktu megangkat beban dari lantai, kepala, bahu, punggung harus lurus dan pinggang rendah.
3) Setiap bentuk latihan harus dilakukan dengan gerakan yang benar.
4) Konsentrasi adalah penting untuk mampu mengeluarkan tenaga maksimal.
5) Gerakan harus smooth dan penuh tenaga, bukan mendadak atau kaku.
6) Setelah setiap set istirahat sebentar sambil meregangkan otot-otot yang baru bekerja.
7) Setiap berlatih catatlah jumlah beban yang diangkat dan jumlah repetisi yang telah dilakukan.
8) Setiap session latihan sebaiknya diakhiri dengan latihan peregangan statis dan latihan relaksasi.
Hal ini senada dengan beberapa syarat dan prinsip yang penting
diperhatikan dalam latihan beban yang menurut Aip Syarifuddin dan Yusuf
Hadisasmita (1996:109) adalah sebagai berikut :
1) Latihan beban harus didahului oleh pamanasan yang menyeluruh.
2) Prinsip beban lebih harus diterapkan.
3) Sebagai patokan, dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 dan tidak kurang dari 8 ulangan untuk setiap bentuk latihan.
4) Setiap mengangkat, mendorong atau menarik beban, harus dilaksanakan dengan teknik yang benar.
5) Ulangan angkatan sedikit, dengan beban maksimum akan menghasilkan adaptasi terhadap kekuatan, artinya akan membentuk kekuatan sedangkan ulangan banyak dengan beban ringan pada umumnya akan mengasilkan perkembangan daya tahan otot.
6) Setiap bentuk latihan harus dilakukan dalam ruang gerak seluas-luasnya, yaitu sampai batas gerak sendi-sendi, sehingga otot-otot agak terasa tertarik.
7) Setelah latihan, pengaturan pernapasan harus diperhatikan
8) Pada akhir melakukan suatu bentuk latihan, atlet harus berada dalam keadaan lelah otot lokal yang berlangsung hanya untuk sementara.
9) Latihan beban setidaknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat.
10) Latihan beban harus diawasi oleh pelatih yang mengerti betul dengan latihan beban.
Program latihan berbeban harus disusun dan dilaksanakan dengan baik dan
benar. Jika latihan berbeban dapat dlakukan dengan baik dan benar maka ini
merupakan pengamanan bagi atlet itu sendiri. Hal-hal yang telah diuraikan diatas
perlu diperhatikan dan dipenuhi agar latihan yang dilakukan dapat mencapai hasil
yang diinginkan.
b. Penyusunan Program Latihan Berbeban
Latihan beban akan memberikan manfaat pada aspek yang dilatih jika
dalam pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan tepat dan memenuhi
prinsip-prinsip
latihan beban yang telah disarankan. Dalam menyusun program latihan harus
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan latihan.
Menurut M. Sajoto (1995:33-35) , hal-hal yang harus diperhatikan dalam latihan
beban yaitu : “(1) Jumlah beban, (2) Repetisi dan set (3) Frekuensi dan lama
latihan “.
1) Jumlah Beban
Jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan harus tepat. Berkaitan
dengan jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan kekuatan, Nosseck
(1982:46) mengelompokkan menjadi tiga tujuan yaitu “ (a) kekuatan maksimum,
(b) kekuatan kecepatan, dan (c) ketahanan kekuatan”. Beban yang diberikan
dalam latihan kekuatan berbeda-beda, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Unsur kondisi fisik yang diperlukan meningkatkan kekuatan otot tungkai adalah
terutama kekuatan maksimal, menurut Nosseck (1982:55) bebannya adalah “80-
100% dari beban maksimum”.
Dalam penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah untuk meningkatkan
kekuatan otot tungkai. Beban yang akan diberikan adalah 80-90% dari beban
kekuatan maksimum. Jumlah beban ini disesuaikan dengan usia sampel penelitian
yang berkisar antara 13-15 tahun, sehingga beban yang diangkat tidak boleh
sampai 100% dari beban maksimal. Beban awal yang harus diberikan kepada tiap
individu berbeda-beda. Beban awal yang diberikan kepada tiap individu dihitung
sesuai dengan kemampuan maksimal masing-masing atlet.
2) Repetisi dan Set
Repetisi adalah jumlah ulangan mengangkat suatu beban, sedangkan set
adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. Penentuan jumlah repetisi dan
set disesuaikan dengan tujuan latihan, yaitu meningkatkan kekuatan. Latihan
untuk meningkatkan kekuatan maksimal, menurut Nosseck (1982:55) yaitu,
“dengan jumlah repetisi 6 - 10 kali, 3-4 set, dengan istirahat antar set 2-4 menit”.
Menurut O Shea dalam M.Sajoto (1995:70) “apabila menggunakan beban
maksimal maka waktu istirahat antara repetisi atau set adalah 2 menit, sedang
untuk beban ringan atau menengah adalah ½ - 1 menit”. Adapun menurut M.
Sajoto (1995:34) latihan dengan beban dapat dilakukan dengan “10-12 repetisi
untuk 3-4 set”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan
beban untuk meningkatkan kekuatan adalah dengan jumlah repetisi 6-10 kali, 3-4
set dan istirahat antar set 2-4 menit.
c. Latihan Berbeban Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tungkai
Otot tungkai memiliki penampang otot yang besar pada bagian pangkal
paha dan kecil namun kuat pada bagian tumit pergelangan kaki. Otot-otot dari
pangkal paha sampai tumit saling mendukung gerak tungkai. Untuk meningkatkan
kekuatan otot-otot pendukung gerak tungkai diperlukan latihan yang tepat.
Salah satu bentuk latihan yang tepat untuk kekuatan otot tungkai adalah
latihan berbeban. Jenis latihan beban tersebut antara lain reguler leg press, upper
leg press, leg extension, leg curl dan half squat. Latihan berbeban yang sesuai
untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai adalah half squat. Menurut M. Furqon
(1996:112) latihan half squat ini terutama dapat “ mengembangkan otot-otot paha
bagian depan dan kaki bagian bawah “ .
Latihan half squat dipilih karena sampel penelitian ini adalah siswa
dengan usia antara 13-15 tahun. Pada usia ini siswa dalam masa pertumbuhan
dimana tulang dan otot tubuh mulai tumbuh. Oleh karena itu latihan berbeban
yang diberikan tidak melebihi beban maksimal yang dianjurkan, karena dapat
mengganggu pertumbuhan tubuh siswa. Dengan gerak half squat yang hanya
setengah dari gerak squat, otot tungkai siswa dapat ditingkatkan kekuatannya
secara tepat dan mengurangi rasa sakit pada persendian lutut karena beban yang
diangkat.
Pelaksanaan dari latihan half squat adalah sebagai berikut :
1) Sikap awal :
Berdirilah dengan kaki terbuka selebar bahu. Peganglah barbell dengan
pegangan overhand dibelakang leher dan disandarkan di bahu.
2) Gerakan :
Tekuklah lutut untuk melakukan half squat (kurang lebih 90 derajat ).
Kembali ke posisi awal.
Gambar 2. Pelaksanaan latihan half squat
( M. Furqon, 1996:112)
3. Latihan Berbeban Linear.
Latihan berbeban dengan beban meningkat secara linear yaitu beban
latihan ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus.
Peningkatan kekuatan secara terus menerus hanya dapat dicapai dengan
peningkatan beban latihan. Berdasarkan hal tersebut maka beban latihan harus
ditingkatkan terus secara progresif. Peningkatan beban latihan dilakukan setelah
tiga kali latihan.
Gambaran mengenai peningkatan beban secara linear dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 3. Latihan Berbeban Dengan beban Meningkat Secara Linear
( Bompa, 1990:48 )
Peningkatan beban secara linear didasarkan pada peningkatan beban
secara progresif dan terus menerus, dan berdasarkan pada prinsip overload. M.
Sajoto (1995:31) menyatakan bahwa, “Dalam latihan harus ada peningkatan atau
penambahan beban kerja secara progresif”. Apabila dalam pelaksanaan latihan,
beban tidak dinaikkan maka superkompensasi tidak terbentuk dan terjadi stagnasi
prestasi.
Tiap latihan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini menyebabkan
seorang pelatih memilih jenis latihan yang tepat untuk atlitnya berdasarkan
kelebihan dan kekurangan suatu metode latihan. Demikian pula untuk latihan
beban linear terdapat kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari latihan linear berdasarkan kesimpulan yang diambil dari
pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas fungsional sistem didalam tubuh meningkat
2. Kekuatan daya tahan otot semakin meningkat
3. Beban latihan meningkat teratur
Sedangkan untuk kekurangan dari latihan linear adalah sebagai berikut :
1. Kesempatan organisme untuk regenerasi sedikit
2. Persiapan kondisi tubuh untuk mengantisipasi peningkatan beban latihan
kurang.
3. Pemulihan energi secara fisiologis relatif sedikit.
4. Latihan Berbeban Non Linear
Latihan pembebanan non-linear ini dapat pula disebut dengan “sistem
Latihan dengan peningkatan beban secara non-linear yaitu suatu latihan dengan
peningkatan beban latihan yang dilakukan secara bertahap tetapi terdapat fase
peningkatan dan penurunan beban latihan ( bergelombang ). Yusuf Hadisasmita &
Aip Syarifuddin (1996:134) menyatakan bahwa, “ agar adaptasi terhadap latihan
dapat dicapai dengan baik, maka penerapannya harus diselingi dengan masa-masa
pemulihan atau penurunan intensitas dan volume latihan”.
Yang dimaksud dengan cara penambahan beban dalam latihan yang
disusun secara berjenjang, bergelombang yaitu bergantian antara jenjang naik
disuatu saat dan jenjang turun disaat yang lain. Beban bertambah secara bertahap
dan bergelombang atau non-linear memberi kesempatan kepada organisme untuk
melakukan regenerasi yang memungkinkan atlet untuk mengakumulasi cadangan
fisiologis serta psikologisnya dalam mengantisipasi peningkatan beban latihan
berikutnya.
Gambaran mengenai pembebanan secara non-linear dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 4. Latihan Berbeban Dengan Peningkatan Beban Secara Non-Linear
( Bompa, 1990:47)
Dalam pembebanan non-linear ini setelah tiga kali latihan beban
ditingkatkan kemudian dilanjutkan satu persiapan penurunan atau fase tanpa
beban. Fase penurunan beban ini sangat baik untuk memberikan kesempatan pada
organisme tubuh untuk melakukan regenerasi.
Kelebihan dari latihan berbeban non-linear adalah sebagai berikut :
1. Adanya regenerasi organisme dalam tubuh
2. Persiapan kondisi tubuh dalam peningkatan beban semakin matang
3. Dapat mengembalikan energi secara fisiologis
1
2
3
4
5
6
Sedangkan kekurangan dari latihan non-linear adalah :
1. Kekuatan daya tahan kurang berkembang
2. Peningkatan beban tidak teratur
3. Peningkatan kekuatan fungsional sedikit
5. Anthropometri
Anthropometri adalah cabang ilmu yang mengkaji tentang pertumbuhan
dan pegukuran tubuh manusia Menurut Barham (1973) dalam Soeharsono (1993),
“Anthropometri adalah ilmu pengetahuan tentang permasalahan pengukuran
terhadap berat (weight), ukuran (size) dan proporsi tubuh manusia serta bagian-
bagiannya (proportions of the human body and its parts). Sehingga bagian-bagian
anthropometri menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:72-75)
terdiri dari :
a. Berat badan, dapat dibedakan menjadi 2 komponen pokok yaitu :
1) Komponen lemak (fat component)
2) Komponen bebas lemak (fat free component)
b. Ukuran badan (body size), yang meliputi :
1) Dimensi linear dari badan,
2) Lilitan (lingkaran) dari badan
3) Bagian badan (the girth/circumference/of body parts)
4) Daerah permukaan badan (the body surface area)
Adapun menurut Sugiyanto (2003:35) “pengukuran anthropometri
meliputi tinggi badan, berat badan, besarnya penampang, kelebaran dan panjag
bagian-bagian tubuh”. Pertumbuhan fisik dapat diketahui melalui pengukuran
dalam hal-hal tersebut yang dilakukan secara berkala sejak bayi. Dengan
mengetahui peningkatan ukuran dari waktu ke waktu maka dapat diketahui
pertumbuhannya.
Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau
tidak, bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang
bersangkutan dengan ukuran tubuh anak-anak seusia pada umumnya. Apabila
anak yang bersangkutan memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak
yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju.
Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil maka pertumbuhannya lambat.
Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh erat kaitannya dengan
keterbentukan setiap individu kearah tipe bentuk tubuh tertentu. Bentuk tubuh
seseorang merupakan wujud dari perpaduan antara tinggi badan, berat badan serta
berbagai ukuran anthropometri lainnya yang ada pada seseorang. Variasi dari
ukuran-ukuran bagian tubuh akan membentuk kecenderungan tipe bentuk tubuh.
Pada masa anak besar kecenderungan setiap anak untuk tumbuh kearah tipe tubuh
tertentu mulai terlihat, namun masih belum begitu jelas. Kecenderungan itu akan
makin jelas pada masa adolesensi atau masa dewasa.
Sheldon dalam Sugiyanto (2003:53) berhasil membuat cara untuk
mengklasifikasi tipe tubuh menjadi 3 tipe tubuh yang ekstrim, yaitu :
1. Tipe Mesomorph ( sedang, tubuh berotot, tangkas)
2. Tipe Endomorph (pendek, gemuk, kurang lincah)
3. Tipe Ectomorph (tinggi, kurus,pendiam)
Dalam kenyataannya, tipe tubuh yang dimiliki oleh setiap orang seringkali
sulit untuk diklasifikasi dalam satu dari ketiga tipe tubuh tersebut secara pasti dan
pada umunya hanya berupa kecenderungan kearah tipe tubuh tertentu atau
merupakan perpaduan dari ketiga tipe tubuh.
Dari ketiga tipe tubuh diatas, sama-sama memiliki anggota-anggota tubuh
yang mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan aktifitas sehari-hari. Anggota-anggota tubuh tersebut antara lain
kepala, badan, dan anggota gerak atas dan bawah.
Salah satu anggota gerak tubuh adalah anggota gerak bawah yang
berfungsi untuk menopang tubuh pada saat melakukan gerak. Anggota gerak
bawah adalah tungkai dengan bagian-bagiannya yaitu tungkai bawah dan tungkai
atas. Dari masing-masing bagian mempunyai tulang, sendi, otot dan saraf yang
saling bekerjasama pada saat tungkai bergerak.
Tubuh manusia yang dibentuk oleh tulang-tulang,sendi-sendi dilekati otot
dan digerakkan atas perintah dari saraf-saraf. Bentuk tubuh sangat dipengaruhi
oleh tulang-tulang dan otot-otot. Melalui tulang-tulang dan otot-otot dapat dilihat
bentuk tubuh seseorang tinggi, sedang, pendek, kurus, gemuk, dan sebagainya.
Tetapi bagian yang sangat terlihat adalah otot. Besar kecilnya otot tergantung
pada tulang yang dilekati dan fungsi otot tersebut, misalnya otot besar terdapat
pada tulang lengan atas atau otot bisep yang berfungsi sebagai penggerak aktif
dari tulang lengan atas.
Otot tungkai merupakan salah satu otot terbesar, terutama otot kuadrisep
yang berada di tungkai atas atau paha bagian depan. Otot ini berfungsi sebagai
penggerak aktif dari kerangka anggota gerak bawah yang merupakan penyangka
tubuh. Seperti yang telah disebutkan diatas, otot tungkai memiliki berbagai
macam jenis otot yang saling bekerjasama dalam melakukan gerak. Jenis gerak
yang dilakukan oleh otot tungkai juga tergantung pada kekuatan otot tungkai,
misalnya pemain bola voli mempunyai kekuatan otot tungkai yang besar untuk
melompat pada saat melakukan smes.
6. Kekuatan Otot
a. Pengertian Kekuatan Otot
Kekuatan merupakan kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau
beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktifitas olahraga.
Kekuatan otot merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang penting dalam
kehidupan sehari-hari terutama untuk aktifitas fisik seperti olahraga. Menurut
Suharno HP. (1978:21), “Kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat
mengatasi tahanan atau beban dalam melakukan aktifitas”. Tingkat kekuatan otot
yang tinggi sangat bermanfaat bagi aktifitas olahraga, karena kekuatan otot
merupakan salah satu unsur yang penting guna meningkatkan kondisi fisik.Ada
tiga alasan yang mendasar pentingnya kekuatan menurut Harsono (1988:177)
yaitu :
1) Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktifitas fisik.
2) Kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet atau orang
dari kemungkinan cedera.
3) Dengan kekuatan, atlet akan dapat berlari lebih cepat, melempar dan
menendang lebih jauh dan efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat
membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.
Kekuatan otot sendiri menurut Nosseck (1982:54) terdiri dari tiga macam, yaitu :
1) Kekuatan Maksimal : adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta
dapat melawan atau menahan dan memindahkan beban maksimal pula.
2) Kekuatan Daya Ledak ( Explosive Power ) : adalah kemampuan otot untuk
mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi.
3) Kekuatan Daya Tahan ( Power Endurance ) : adalah kemampuan tahan
lamanya kekuatan otot untuk melawan tahanan beban yang tinggi
intensitasnya.
Berdasarkan jenis kekuatan tersebut, berbagai macam aktifitas dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing, seperti mengangkat beban, melompat,
lari, dan sebagainya.
Untuk dapat meningkatkan kekuatan otot, perlu dipertimbangkan beberapa
faktor penentunya. Menurut Nosseck (1982:65) faktor-faktor penentu baik
tidaknya kekuatan otot adalah :
1) Besar kecilnya potongan melintang otot 2) Jumlah serabut otot yang turut bekerja dalam melawan beban. 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh. 4) Keadaan zat kimia dalam otot. 5) Umur. 6) Jenis kelamin. Dengan berbagai faktor tersebut, dapat diketahui besarnya kekuatan yang di miliki
seseorang dan dapat dicari upaya peningkatannya.
b. Kekuatan Otot Tungkai
Yang dimaksud dengan tungkai adalah anggota gerak badan bagian bawah
yang terdiri dari tulang anggota gerak bawah bebas ( sceleton extremitas inferior
liberae ). Adapun menurut Prof. Drs. Soedarminto (1992:60) tulang-tulang
anggota gerak bawah bebas terdiri dari :
1) Femur ( tulang paha )
2) Crus / crural ( tungkai bawah ) :
a. tibia
b. fibula
3) Ossa pedis :
a. Ossa tarsalia :
Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari 7 buah tulang.
b. Ossa metatarsalia :
Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari 5 buah tulang.
c. Ossa palangea digitorum pedis :
Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya terdiri dari
dua ruas tulang.
Sebagai tulang anggota gerak bawah bebas ( sceleton extremitas inferior
liberae) tungkai bawah mempunyai tugas yang sangat penting untuk melakukan
gerak. Namun untuk dapat melakukan gerak tersebut secara sistematis, harus
merupakan hasil dari gerak yang dilakukan oleh adanya suatu sistem penggerak,
yang meliputi : otot, tulang, sendi dan saraf. Dalam hal ini, otot-otot tungkai, dan
articulatio coxae, articulatio genus, articulatio talo cruralis.
Ada tiga otot penggerak tungkai, dimana masing-masing otot penggerak terdiri
Antar baris perlakuan (B) 30,625 1 30,625 0,4042 4,10
Interaksi 5,625 1 5,625 0,0742 4,10
Dalam kelompok (Error) 3517,5 36 75,7639
3094,375
Keterangan :
A : Latihan berbeban linear dan non-linear
B : Tingkat anthropometri lingkar paha (besar dan kecil)
AB : Interaksi antar faktor
• : Analisis Fo di tolak (signifikan)
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, latihan berbeban dengan latihan
linear memiliki peningkatan yang berbeda dengan kelompok latihan berbeban
dengan latihan non-linear. Hal ini karena dalam latihan beban linear, peningkatan
beban dilakukan secara terus menerus sehingga siswa mendapatkan peningkatan
beban yang signifikan. Dengan demikian pada latihan beban linear memiliki
beban latihan yang terus meningkat yang dapat membantu siswa memperkuat otot
tungkainya. Dari analisis dengan nilai Fhit = 4,3639 yang lebih besar dari Ftabel =
4,10. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak. Yang berarti bahwa latihan
berbeban dengan latihan linear dan latihan non-linear terdapat perbedaan yang
signifikan. Dari analisis data diperoleh latihan linear lebih baik daripada latihan
non-linear, dengan nilai rata-rata 0,35 dan 0,26.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Dari pengukuran anthropometri lingkar paha menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa
putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Siswa yang
memiliki anthropometri lingkar paha besar mempunyai peningkatan yang sama
dengan siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha kecil, rata-rata
peningkatannya adalah 0,29. Dari penghitungan data yang dilakukan diperoleh
nilai Fh = 0,04042 , ternyata lebih kecil dari Ft = 4,10 (Fh < Ft) pada taraf
signifikansi 5%. Ini berarti bahwa hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki anthropometri lingkar paha besar
memiliki peningkatan kekuatan otot tungkai sama dengan siswa yang memiliki
anthropometri lingkar paha kecil.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua faktor
menunjukkan tidak adanya interaksi antara latihan berbeban dan tingkat
anthropometri lingkar paha, yang ditunjukkan oleh Fh = 0,0742 lebih kecil dari Ft
= 4,10 (Fh < Ft) pada taraf signifikansi 5% sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak.
Dengan demikian dapat dapat disimpulkan bahwa, antara latihan berbeban dan
anthropometri lingkar paha tidak ada interaksi terhadap peningkatan kekuatan otot
tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajran 2006/2007.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian memberikan penafsiran lebih lanjut mengenai
hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan
pengujian hipotesis telah menghasilkan kesimpulan analisis yaitu : (1) ada
perbedaan yang signifikan antara latihan beban linear dan latihan beban non-
linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai, (2) tidak ada perbedaan yang
signifikan antara anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha
kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai, (3) tidak terdapat interaksi
antara latihan berbeban dan anthropometri lingkar paha terhadap peningkatan
kekuatan otot tungkai. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan
lebih lanjut secara rinci sebagai berikut :
1. Pengaruh Latihan Berbeban Linear dan Non-Linear Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan, ada perbedaan
antara latihan beban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot
tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran
2006/2007. Pada kelompok siswa yang mendapat perlakuan latihan berbeban
linear memiliki peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok latihan
berbeban non-linear. Hal ini karena latihan berbeban linear memiliki beban
latihan yang terus meningkat sehingga siswa melakukan latihan beban dengan
peningkatan beban latihan secara teratur, mulai dari yang terendah sampai yang
tertinggi. Dengan peningkatan beban latihan yang teratur, tubuh siswa akan
melakukan adaptasi terhadap beban latihan yang diberikan. Melalui adaptasi ini,
kekuatan otot tungkai dapat ditingkatkan. Hal ini juga dibuktikan dari hasil
analisis data menunjukkan rata-rata peningkatan latihan berbeban dengan latihan
linear lebih besar 0,09 daripada hasil analisis data latihan berbeban dengan latihan
non-linear. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan ada perbedaan latihan
berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada
siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007, dapat
diterima kebenarannya.
2. Pengaruh Anthropometri Lingkar Paha Besar dan Kecil Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa, tidak ada
perbedaan antara anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar
paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II
SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Kelompok siswa yang memiliki
anthropometri lingkar paha besar mempunyai pengaruh yang sama dengan siswa
yang memiliki anthropometri lingkar paha kecil. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain yaitu : sampel tidak bisa dikontrol penuh saat
diberikan treatment / perlakuan dan sampel selaku siswa kelas II SMP mempunyai
aktivitas lain diluar jadwal treatment sehingga aktivitas tersebut juga
mempengaruhi hasil penelitian.
3. Interaksi Antara Latihan Berbeban dan Anthropometri Terhadap
Peningkatan Kekutan Otot Tungkai.
Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa, tidak ada
interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan
kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun
Pelajaran 2006/2007. Dengan penghitungan secara matematis terjadi peningkatan,
namun peningkatan tersebut sangat kecil sehingga sulit dilihat maupun dibuktikan
dengan penghitungan statistik. Peningkatan juga dipengaruhi oleh waktu
pelaksanaan treatment atau perlakuan selama 6 minggu latihan. Lamanya waktu
ini ternyata belum menunjukkan peningkatan yang besar pada kekuatan otot
tungkai, sehingga kekuatan otot tungkai hanya mengalami sedikit peningkatan.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasannya yang telah diungkapkan
pada BAB IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan berbeban linear dan non-linear
terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP
Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Pengaruh peningkatan kekuatan
otot tungkai yang ditimbulkan oleh latihan berbeban linear lebih baik daripada
latihan berbeban non-linear, rata-rata peningkatannya adalah 0,35 dan 0,26.
2. Tidak ada perbedaan pengaruh antara anthropometri lingkar paha besar dan
lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa
putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Pengaruh
peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa yang memiliki anthropometri
lingkar paha besar sama dengan siswa yang memiliki anthropometri lingkar
paha kecil, rata-rata peningkatannya adalah 0,29.
3. Tidak terdapat interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap
peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4
Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Dari hasil analisis data menunjukkan
bahwa Fhitung = 0,0742 dengan Ftabel = 4,10, maka (Fhit < Ftab)
B. Implikasi
Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas, jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut :
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa latihan berbeban dan anthropometri
lingkar paha merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi
peningkatan kekuatan otot tungkai.
2. Latihan berbeban linear ternyata memberikan pengaruh yang lebih tinggi
daripada latihan berbeban non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot
tungkai, hal ini berarti latihan berbeban linear menekankan pada latihan beban
dengan peningkatan beban yang meningkat secara terus menerus sesuai beban
maksimal dari masing-masing siswa.
3. Latihan berbeban dan anthropometri lingkar paha tidak terdapat interaksi,
karena meningkatnya beban latihan tidak mempengaruhi perubahan besarnya
anthropometri lingkar paha, sehingga kedua faktor tersebut ada hubungannya
secara dependen.
C. Saran
Saran-saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Pentingnya peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa, untuk
memaksimalkan kekuatan otot tungkai siswa yang sangat bermanfaat pada
waktu melakukan berbagai aktivitas terutama olahraga. Seorang guru atau
pelatih harus menerapkan cara latihan yang benar, diantaranya dengan latihan
berbeban linear. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latihan
berbeban linear memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan
kekuatan otot tungkai daripada latihan berbeban non-linear.
2. Untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai disamping ketepatan dalam
memilih latihan berbeban, maka kepada guru SMP Negeri 4 Sragen, perlu
memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kekuatan otot tungkai
khususnya anthropometri lingkar paha yang dimiliki siswa harus dimanfaatkan
seefektif mungkin, sehingga akan mendukung keberhasilan latihan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamidayah Noer. 1995. Ilmu Kepelatihan Lanjut. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret Press. Bompa I.O. 1990. Theory and Methodology Of Training. Kendall/Hant : Java of
University. FKIP. 2002. Penyusunan Skripsi. FKIP Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti. Iwan Setiawan. 1994. Kepelatihan Olahraga. Jakarta : POI KONI Pusat. Johnson BL & Nelson JK, 1986. Practical Measurement for Evaluation in
Physical Education, New York: McMillan Publishing Company M. Furqon H. 1996. Latihan Berbeban. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Press. M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
Olahraga. Semarang : Dahara Prize. Nosseck. J. 1982. General Theory of Training Logos: Pan Africun Press. Pate R.R., Mc. Clenaghan B. & Rocella R., 1993. Dasar-dasar Ilmiah
Kepelatihan Alih Bahasa Kasiyo Dwijowinoto, Semarang : IKIP Semarang Press.
Soedarminto. 1992. Kinesiologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendididkan Tinggi. Protyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Soekarman. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta :
Inti Dayu Press Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito. Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Suharno HP. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Jakarta : KONI Pusat. Sugiyanto. 1994. Perkembangan Gerak. Surakarta : UNS Press
Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta : UNS Press. Sugiyanto. 2003. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta : Universitas
Terbuka. Sutrisno Hadi. 1982. Statistika III. Yogyakarta : Andi Offset. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel 1. Data Tes Pengukuran Anthropometri Lingkar Paha Pada Siswa Putra
Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007. No Nama Besar(Cm) 1 Agus Santoso 45 2 Aji Erry Indra P 43 3 Al Aziz 42 4 Anang Dwi Sulistianto 54 5 Apriyanto Deni S 47,5 6 Ardianto Ferry D.P 47 7 Arizal Dedy Krisnanto 40 8 Candra Sakti S 42 9 Dedy Budi L 46
Tabel 4. Kelompok Treatment Latihan Beban Squat Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007
Kelompok 1 Kelompok 2
B.Latihan(Kg) B.Latihan(Kg) No Nama K.
Max 80% 85% 90
%
No Nama K.
Max 80% 85% 90%
1 Aldila 25 Kg 21 22 24 1 Septian 20 Kg 17 18 19
2 Dimas 15 Kg 13 13,5 14 2 Oky Iska 20 Kg 17 18 19
3 Eka R 20 Kg 17 18 19 3 Anang 25 Kg 21 22 24
4 Alfian 20 Kg 17 18 19 4 Wibowo 25 Kg 21 22 44
5 Wahyu 25 Kg 21 22 24 5 Satria S 25 Kg 21 22 24
6 Wisnu 25 Kg 21 22 24 6 Maryanto 25 Kg 21 22 24
7 Mulyono 20 Kg 17 18 19 7 Denny 15 Kg 13 13,5 14
8 Guntur 25 Kg 21 22 24 8 Nono 25 Kg 21 22 24
9 Filardhi 20 Kg 17 18 19 9 Ardian 15 Kg 13 13,5 14
10 Galuh 20 Kg 17 18 19 10 Apriyan 15 Kg 13 13,5 14
Kelompok 3 Kelompok 4
B.Latihan(Kg) B.Latihan(Kg) No Nama K.Max
80% 85% 90%
No Nama K.Max
80% 85% 90%
1 Andika 15 Kg 13 13,5 14 1 Dedy B 25 Kg 21 22 24
2 Arivudin 15 Kg 13 13,5 14 2 Hendra 15 Kg 13 13,5 14
3 Usman 15 Kg 13 13,5 14 3 Agus 25 Kg 21 22 24
4 Feri H 25 Kg 21 22 24 4 Moh A 10 Kg 8 8,5 9
5 Dita A 15 Kg 13 13,5 14 5 Oky Y 15 Kg 13 13,5 14
6 Sumarno 15 Kg 13 13,5 14 6 Aji Erry 20 Kg 17 18 19
7 Wawan 20 Kg 17 18 19 7 Andreas 15 Kg 13 13,5 14
8 Al Aziz 25 Kg 21 22 24 8 Iwan S 10 Kg 8 8,5 9
9 Candra 25 Kg 21 22 24 9 Johan A 15 Kg 13 13,5 14
10 Tri W 15 Kg 13 13,5 14 10 Septian 20 Kg 17 18 19
Ket. Ø Kelompok 1 : Latihan Beban Linear dengan Anthropometri besar Ø Kelompok 2 : Latihan Beban Non-Linear dengan Anthropometri besar Ø Kelompok 3 : Latihan Beban Linear dengan Anthropometri kecil
Ø Kelompok 4 : Latihan Beban Non-Linear dengan Anthropometri kecil Lampiran 5. Tabel 5. Uji Reliabilitas data tes awal kekuatan otot tungkai dengan Back and Leg
Dynamometer pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.
Tabel 11. Data Tes Akhir Kekuatan Otot Tungkai Dengan Back and Leg Dynamometer Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007.
38 Johan Adi M 50 55 60 60 39 Septian 80 85 80 85 40 Tri Wahyu Wijayanto 60 65 65 65
Lampiran 9.
Tabel 12. Rekapitulasi dan Deskriptif Statistik Data Tes Kekuatan Otot Tungkai Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007.
Kelompok 1 (A1B1)
Kelompok 3(A2B1) No Nama Pre Post GS No Nama Pre Post GS
1 Alfian B 50 65 15 225 1 Ardianto F 45 60 15 225
2 Mulyono 50 70 20 400 2 Oky Iskandar 55 75 20 400
3 Dimas P 55 80 25 625 3 Denny H 60 85 25 625
4 Galuh Dita A 55 70 15 225 4 Apriyanto D 65 70 5 25