Top Banner
PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan Oleh: HAJAR DANARDONO A 121108018 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
121

PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

Oct 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN

MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh:

HAJAR DANARDONO A 121108018

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

ii

PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN

MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta )

TESIS

Oleh

HAJAR DANARDONO A 121108018

Telah disetujui oleh tim pembimbing

Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto ....................... ..... 2013 NIP 194911081976091001

Pembimbing II Prof. Dr. Kiyatno., dr., PFK., ...................... ..... 2013 M.Or., AIFO NIP 194801181976031002

Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal...........................2013

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana UNS

Dr. Agus Kristiyanto., M.Pd NIP 196511281990031001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

iii

PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN

MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH

TESIS

Oleh

HAJAR DANARDONO

A 121108018

Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua

Sekretaris

Anggota Penguji

Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd

Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr.,

AIFO

1. Prof. Dr. Sugiyanto

2. Prof. Dr.Kiyatno, dr., PFK.,

M.Or., AIFO

-------------------

-------------------

-------------------

-------------------

---------------

---------------

---------------

---------------

Telah dipertahankan di depan penguji

Dinyatakan telah memenuhi syarat

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd

NIP. 196107171986011001 NIP 196511281990031001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

iv

PERNYATAAN ORISIONALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Perbedaan Pengaruh Jenis Recovery Aktif,

Corstabilty, Dan Pasif, Sesudah Latihan Maksimum terhadap Penurunan

Kadar Asam Laktat Ditinjau dari Indeks Massa Tubuh adalah karya

penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang

pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan

disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17,

tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain

harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS

sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester

(enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari

sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS

berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi

Ilmu Keolahragaan PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari

ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik

yang berlaku.

Surakarta, 2013

Yang Membuat Pernyataan

Hajar Danardono NIM. A.121108018

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

v

MOTTO

KANTHI SUMARAH MARANG

KANG KAESTHI BAKAL DADI

(MEMAHAMI, MENIRUKAN, DAN

MENGEMBANGKAN)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

vi

PERSEMBAHAN

Karyainidipersembahkankepada:

Kedua orangtuaku, yang telah mendidik dan selalu berdoa demi kesuksesan dan

kebahagiaanku.

Adik-adikku yang selalu memotivasi dan mengiringi langkah-langkahku

setiap saat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

Perbedaan Pengaruh Jenis Recovery Aktif, Corstabilty, Dan Pasif, Sesudah

Latihan maksimum Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Ditinjau Dari Indeks

Massa Tubuh

Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan

serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

kepada :

a. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan kempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

b. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

c. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keolahragaan program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, terima

kasih atas rekomendasi bapak sehingga penulis dapat kuliah di

Pascasarjana UNS serta terimaksih atas bimbingan dan arahannya.

d. Prof. Dr. Sugiyanto selaku pembimbing I yang telah secara seksama dan

dengan penuh kesabaran dalam membimbing, mencurahkan pikiran,

mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk proses bimbingan hingga

terwujudnya penulisan ini.

e. Prof. Dr. Kiyatno, dr, PFK, M.Or, AIFO. selaku pembimbing II yang telah

mencurahkan pikiran, waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan

arahan sampai terselesaikannya tesis ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

viii

f. Drs. Margono, M.Pd. yang telah membantu terlaksananya penelitian ini

(membantu mencarikan sampel dan meluangkan jam kuliah untuk

penelitian saya) serta terimakasih atas rekomendasinya dulu sehingga

penulis dapat melanjutkan studi S2 di UNS.

g. Dr. Widiyanto, M.Kes. yang dengan senang hati dan sungguh-sungguh

membantu dalam proses penelitian di lapangan (baik mencarikan sampel,

pengukuran TB, BB, dan pengambilan darah) tidak lupa alat dan bahan

penelitian yang telah dipinjami serta segala kebaikan yang tidak dapat

disebutkan satu per satu karena terlalu banyak sekali membantu.

h. Drs. Bambang Priyonoadi, M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menerima dan

memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.

i. Yudik Prasetyo, S.Or, M.Kes. selaku Kapprodi Ilmu Keolahragaan

(IKORA) Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

yang telah mengijinkan mahasiswanya untuk menjadi subyek penelitian

saya.

j. Semua mahasiswa yang menjadi subyek penelitian yang dengan sungguh-

sungguh dan rela hati meluangkan waktu dan tenaga untuk mengikuti

program penelitian ini.

k. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2011 yang telah membantu

dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini.

l. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik

moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang

diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh

dari sempurna, oleh sebab itu, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat

membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini.

Surakarta, 2013

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

ABSTRAK ....................................................................................................... xv

ABSTRACT ....................................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8

A. Kajian Teori ......................................................................................... 8

1. Hubungan Sistema Kerja Fisik dengan Olahdaya (Metabolisme)

Kadar Asam Laktat dan Sistem Energi............................................ 8

a. Terbentuknya Asam Laktat dalam Otot ...................................... 10

b. Sistem Energi .............................................................................. 11

c. Sumber Energi ............................................................................ 14

d. Penyediaan Energi ...................................................................... 15

e. Sistem Anaerobik ........................................................................ 15

f. Sistem Aerobik ........................................................................... 18

g. Sistem Energi Predominan dalam Olahraga ............................... 19

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

x

h. Sistem Energi Saat Istirahat dan Latihan .................................... 21

2. Latihan Fisik .................................................................................... 22

a. Ruang Lingkup Latihan .............................................................. 22

b. Pengertian Latihan ...................................................................... 24

c. Ciri-ciri Latihan .......................................................................... 26

d. Tujuan dan Sasaran Latihan ........................................................ 27

e. Komponen-komponen Latihan ................................................... 29

f. Latihan maksimum ..................................................................... 35

3. Kelelahan ......................................................................................... 36

a. Bentuk Kelelahan ........................................................................ 37

b. Fisiologi Kelelahan ..................................................................... 37

c. Mekanisme Kelelahan ................................................................. 40

d. Kemungkinan Tempat-tempat Kelelahan ................................... 42

4. Pemulihan (Recovery)...................................................................... 43

a. Fisiologi Proses Recovery ........................................................... 44

b. Oksigen Pemulihan ..................................................................... 45

c. Pengisian Kembali Cadangan-cadangan Energi ......................... 48

d. Penggusuran Asam Laktat dari Darah dan Otot ......................... 50

e. Pemulihan Cadangan-cadangan Oksigen .................................... 51

f. Recovery Aktif ............................................................................ 53

g. Recovery Corstability ................................................................. 54

h. Recovery Pasif ............................................................................. 54

i. Penurunan Kadar Asam Laktat ................................................... 56

5. Indeks Massa Tubuh (IMT) ............................................................. 57

a. IMT Kurang ................................................................................ 58

b. IMT Normal ................................................................................ 59

c. IMT Lebih ................................................................................... 60

6. Analisis IMT Berkaitan dengan Penurunan Kadar Asam Laktat .... 61

B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 62

C. Hipotesis ............................................................................................... 65

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

xi

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 66

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 66

B. Jenis Penelitian ..................................................................................... 66

C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 68

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 69

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 72

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 76

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 84

A. Deskripsi Data ...................................................................................... 85

B. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 92

C. Pembahasan .......................................................................................... 95

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... 102

A. Kesimpulan .......................................................................................... 102

B. Implikasi ............................................................................................... 104

C. Saran ..................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA . .................................................................................. 106

LAMPIRAN .................................................................................................. 110

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Sistem Energi Utama pada Berbagai Cabang Olahraga................... 20

Tabel 2.2 Perbedaan Denyut Jantung Orang Terlatih dan Tidak Terlatih ....... 32

Tabel 2.3 Mekanisme Terjadinya Kelelahan ................................................... 41

Tabel 2.4 Kategori IMT ................................................................................... 58

Tabel 3.1 Rancangan Faktorial 3 x 3 ............................................................... 67

Tabel 3.2 Satuan Harga untuk Uji Bartlet ........................................................ 78

Tabel 3.3 Analisis Variansi Dua Jalur ............................................................. 79

Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Pengukuran Kadar Asam Laktat Darah pada

Mahasiswa yang Memiliki Indeks Massa Tubuh Lebih, Normal,

dan Kurang, Berdasarkan Jenis Recovery yaitu Recovery Aktif,

Corstability, dan Pasif ..................................................................... 85

Tabel 4.2. Nilai Penurunan Kadar Asam Laktat Masing-Masing Sel

(Kelompok Perlakuan) ..................................................................... 88

Tabel 4.3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .......................................... 90

Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ....................................... 91

Tabel 4.5. Ringkasan Nilai Rata-rata Kadar Asam Lakat Berdasarkan

Kategori IMT dan Jenis Recovery . ................................................. 92

Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Perlakuan Recovery

Aktif, Corstability dan Pasif (A1, A2, A3) ........................................ 93

Tabel 4.7. Ringkasan Analisis Variansi untuk Indeks Massa Tubuh (B1, B2

dan B3) ............................................................................................. 93

Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor ................................. 93

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar: 2.1. Pengetahuan pendukung dalam Proses Berlatih Melatih ........... 23

Gambar 2.2. Kerangka Hubungan Latihan dan Penampilan Atlet ................... 28

Gambar 2.3. Penurunan Heart rate pada Orang Tidak Terlatih dan Terlatih .. 31

Gambar 2.4. Pemulihan Setelah Latihan maksimum Versi MacKenzie .......... 48

Gambar 2.5.Pemulihan Setelah Latihan maksimum (Maksimal) Versi

Mucshin Douwes ........................................................................ 48

Gambar 2.6. Pemulihan Fosfagen Sangat Cepat, Kemudian Agak Lambat,

yakni 70% dalam waktu 30 detik, dan 100% dalam waktu 3

sampai 5 menit ............................................................................ 49

Gambar 2.7.Sirkulasi yang Utuh, Pemulihan PC pada Mulanya Sangat

Cepat, Kemudian Jauh Lebih Lambat ......................................... 50

Gambar 2.8. Oksigen yang dikonsumsi Selama RPP (Rapid-Recovery O2

Phase) .......................................................................................... 52

Gambar 3.1. Pengambilan Laktat ..................................................................... 73

Gambar 3.2. Pengukuran Tinggi Badan ........................................................... 74

Gambar 3.3. Pengukuran Berat Badan ............................................................. 76

Gambar 4.1.Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir

Penurunan Kadar Asam Laktat Tiap Kelompok Berdasarkan

Indeks Massa Tubuh ................................................................... 87

Gambar 4.2. Histogram Nilai Rata-rata Penurunan Kadar Asam Laktat Tiap

Kelompok Berdasarkan Jenis Recovery dan Kategori Indeks

Massa Tubuh ............................................................................... 89

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Permohonan Ijin Penelitian ......................................................... 111

Lampiran 2. Ijin Penelitian ............................................................................... 112

Lampiran 3. Hasil Analisis One Way Anava ................................................... 113

Lampiran 4. Hasil Analisis Univariate Analysis of Varian ............................. 116

Lampiran 5. Data TB dan BB Kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih ............ 121

Lampiran 6. Data TB dan BB Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal ......... 122

Lampiran 7. Data TB dan BB Kelompok Indeks Massa Tubuh Kurang ......... 123

Lampiran 8. Kadar Asam Laktat Pre test dan Post tes Kelompok Indeks

Massa Tubuh Lebih .................................................................... 124

Lampiran 9. Kadar Asam Laktat Pre test dan Post tes Kelompok Indeks

Massa Tubuh Normal .................................................................. 125

Lampiran 10. Kadar Asam Laktat Pre test dan Post tes Kelompok Indeks

Massa Tubuh Lebih .................................................................. 126

Lampiran 11. Foto Penelitian ........................................................................... 127

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

xv

Hajar Danardono. 2013. Perbedaan Pengaruh Jenis Recovery Aktif, Corstabilty, Dan Pasif, Sesudah Latihan Maksimum Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Ditinjau Dari Indeks Massa Tubuh. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sugiyanto, Pembimbing II: Prof. Dr. Kiyatno, dr., PFK., M.Or., AIFO. Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana UNS Surakarta.

ABSTRAK

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara jenis recovery aktif, corstabilty, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat, (2) Perbedaan penurunan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sesudah latihan maksimum, (3) Interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh (IMT) terhadap penurunan kadar asam laktat.

Penelitian dilaksanakan di Stadion Atletik FIK UNY Yogyakarta selama 1 hari. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 3 x 3. Populasi penelitian adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang mempunyai kategori indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih. Sampel penelitian berjumlah 45 mahasiswa laki-laki yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Variabel penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu variabel independen, variabel atributif dan variabel dependen. Rinciannya sebagai berikut: 1) Variabel independen yaitu recovery aktif, corstabilty, dan pasif, 2) Variabel atributif yaitu indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih. 3) Variabel dependen yaitu penurunan kadar asam laktat. Seluruh data yang diperlukan diperoleh melalui laktat tes yang digunakan untuk mengukur ambang laktat, Timbangan untuk mengukur berat badan, stadiometer untuk mengukur tinggi badan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANAVA dua jalur dengan bantuan aplikasi computer menggunakan seri program SPSS for window versi 19 dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara jenis recovery aktif, corstabilty, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat, (Sig = 0.000 < 0.05) di mana jenis recovery aktif memiliki penurunan kadar asam laktat yang lebih besar dari pada recovery corstabilty, Dan Pasif. (2) Ada perbedaan penurunan kadar asam laktat yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, (Sig = 0.000 < 0.05) di mana mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang lebih besar dari pada mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, dan lebih. (3) tidak terdapat interaksi yang signifikan antara jenis recovery dan kategori IMT terhadap penurunan kadar asam laktat, mahasiswa laki-laki Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, (Sig = 0.113 > 0.05). Kata Kunci : Recovery, Latihan maksimum, Kadar Asam Laktat, dan Indeks

Massa Tubuh (IMT).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

xvi

Hajar Danardono. 2013. The Differences Effect of Type Active Recovery, Corstabilty, and Passive, After Weight Exercise Toward Decreased levels of lactic acids Seen From the Body Mass Index. Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. Sugiyanto, Supervisor II: Prof. Dr. Kiyatno, dr., PFK., M.Or., AIFO. Study Program of Sport Science, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

The purpose of this study was to find out: (1) The difference effect between of type active recovery, corstabilty, and passive, after weight exercise toward decreased levels of lactic acid, (2) The difference changes of lactic acid levels between the students that have less than body mass index, normal, and more, after weight exercise, (3) The interaction between the type of recovery and categories of body mass index (BMI) toward decreased levels of lactic acids.

The research was conduct at the Athletic Stadium FIK UNY Yogyakarta for 1 day. The research method that used was experiment method with the 3 x 3 factorial design. The research population was students of study program of sport Science, Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University, who have less body mass index categories, normal, and more. The number of research sample was 45 male students taken with the technique of purposive random sampling. This research variables include three variables, that is independent variable, attributive variable and dependent variable. Its detail as follows 1) Independent variable that is active recovery, corstabilty, and passive, 2) Attributive variable that is body mass index is less, normal, and more, 3) Dependent variable that is decreased levels of lactic acids. All data obtained through lactic necessary tests used to measurement the lactate threshold, Scales to measurement weight, stadiometer to measurement height. The technique of data analyzes that used in this research was two way ANAVA with the help of computer applications using serial SPSS for windows version 19 with a significance level of 5%.

The result of research indicate: (1) There was significant difference effect between the type of active recovery, corstabilty, and passive, after weight Exercise toward decreased levels of lactic acid, (Sig = 0.000 <0.05), effect of type active recovery better than the recovery corstabilty, and passive toward lactic acid levels reduction/change. (2) There was significant difference of lactic acid levels reduction/change between the students that have body mass index less than, normal, and more, (Sig = 0.000 <0.05)), students group with normal body mass index category have larger lactic acid levels reduction/change than students group with body mass index less, and more. (3) There was no significant interaction between the type of recovery and BMI categories on decreased levels of lactic acid/reduction, male students of Study Program of Sport Science, Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University, (Sig = 0113> 0.05). Key Word : Recovery, Weight Exercise, Lactic Acid Levels, and Body Mass

Index (BMI).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga

metabolisme tubuh menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi

dalam tubuh menjadi lebih efektif dan efisien. Olahraga merupakan keperluan

dalam kehidupan kita, apalagi bagi yang ingin meningkatkan kesehatannya.

Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan mereka:

seperti olahraga untuk peningkatan prestasi, olahraga meningkatkan kinerja,

ketahanan yang lebih baik, lemak tubuh kurang, tambah dan bahkan hanya

merasa lebih baik. Dalam rangka mempertahankan latihan rutin sangat penting

untuk pulih sepenuhnya setelah latihan. Pemulihan merupakan bagian penting

dari latihan rutin. Hal ini memungkinkan atlet untuk melatih lebih sering dan

melatih lebih keras sehingga atlet mendapatkan lebih banyak dari pelatihannya

(Muhammad Arief Setiawan, 2012).

Proses yang terjadi selama pemulihan dari suatu latihan fisik (exercise)

sama pentingnya dengan proses selama latihan fisik itu sendiri. Pemulihan

yang tidak sempurna antara latihan satu dengan latihan fisik lainnya atau antara

satu pertandingan dengan pertandingan berikutnya pada akhirnya akan

menurunkan kinerja fisik seseorang (Ilhamjaya, 2000).

Pada kasus atlet, seringkali hanya istirahat sehari atau 2 hari antara satu

perlombaan dengan perlombaan lainnya. Sebenarnya, bukan suatu hal yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

2

luar biasa bagi atlet untuk berpartisipasi pada beberapa perlombaan dalam

seminggu atau beberapa pertunjukkan dalam sehari, khususnya selama waktu

turnamen. Persoalannya adalah bagaimana para pelatih dapat memulihkan

atlet-atlet mereka secara sempurna dan secepatnya dari satu kinerja ke kinerja

berikutnya (Ilhamjaya, 2000).

Konsep yang paling erat kaitanya dengan proses pemulihan dari suatu

latihan fisik (exercise) adalah hutang oksigen (the oxygen debt). Selain itu, ada

beberapa hal penting lainnya dalam proses pemulihan tersebut, yaitu:

pemulihan cadangan fosfagen otot, pengisian mioglobin dengan oksigen,

pengisian cadangan glikogen otot, dan pemusnahan asam laktat darah dan otot

(Fox, Bower & Foss, 1993).

Tubuh manusia secara normal mengalami metabolisme energi yang

menjadi sumber pergerakan tubuh salah satunya berasal dari ATP yang

digunakan antara lain untuk pergerakan otot (Guyton, 1986).

Energi yang digunakan saat beraktivitas pada kondisi anaerob akan

menghasilkan produk samping berupa asam laktat. Asam laktat secara normal

terdapat dalam tubuh dan menggambarkan kondisi glikolisis anaerob. Asam

laktat berkaitan erat dengan kemampuan otot untuk berkontraksi. Tubuh

memiliki keterbatasan dalam mentoleransi jumlah asam laktat dan tiap individu

memiliki batas ambang asam laktat yang berbeda-beda. Kadar asam laktat akan

meningkat saat beraktivitas dimana sumber energinya berasal dari sistem

glikolisis anaerob (Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph Sigit, Serlyana

Herman, 2007).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

3

Asam laktat yang terbentuk melalui glikolisis anaerobic ini akan

menurunkan pH (meningkatkan keasaman) dalam otot maupun darah.

Penurunan pH ini akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia

dalam sel tubuh, terutama dalam sel otot tersebut sehingga menyebabkan

kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya mengalami kelelahan (Ilhamjaya,

2000).

Adanya aktivitas tinggi tanpa memperhatikan waktu pemulihan yang

cukup, dapat menyebabkan penumpukan asam laktat darah yang

mengakibatkan terhalangnya asupan energi dari sistem aerob pada sel otot dan

timbulnya rasa lelah (Guyton, 1986). Kondisi tersebut berakibat pada turunnya

kinerja otot. Namun adanya asam laktat dalam tubuh juga penting karena asam

laktat dapat diubah menjadi sumber energi. Asam laktat dalam kondisi cukup

oksigen dapat diubah kembali menjadi asam piruvat dan selanjutnya

mengalami sistem oksidatif untuk menghasilkan energi.

Asam laktat merupakan indikator kelelahan, yaitu suatu hasil

sampingan dari metabolisme pembentukan energi. Di dalam tubuh kita,

terjadi proses kimia yang mengubah energi kimia dalam makanan menjadi

energi mekanik yang membuat otot kita dapat berkontraksi. Energi mekanik

yang menjadikan otot berkontraksi berasal dari molekul yang disebut ATP

(Adenosin Tri Phosphate, merupakan gugus adenosine yang mengikat tiga

gugus fosfat). Jika satu gugus fosfat lepas dari ATP, maka energi sebesar 30 kJ

akan dilepas. Salah satu penggunaan energy tersebut, yaitu untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

4

menggerakkan otot (Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph Sigit, Serlyana

Herman, 2009).

Pada beberapa cabang olahraga, pertambahan berat badan berupa lemak

tubuh justru dapat menghambat pergerakan atlet. Contoh atlet yang tidak

membutuhkan berat badan adalah atlet lompat tinggi, lompat jauh, ballerina,

gimnastik, pelari cepat dan marathon. Lemak tubuh hanya akan meningkatkan

berat tubuh atlet tetapi tidak berkontribusi pada produksi energi. Jadi, lemak

tubuh yang berlebihan akan mengganggu tubuh ketika bergerak. Pertambahan

berat badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan lemak tubuh.

Kehilangan lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total Vo2max tapi akan

meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per kilogram berat tubuh

(Fatmah, 2011). Jadi seseorang yang memiliki berat badan lebih cenderung

tidak bugar karena dalam tubuhnya banyak lemak yang mengakibatkan kurang

lincah dalam bergerak sehingga untuk pemulihan memerlukan waktu yang

lebih lama, begitu pula dengan orang yang kurus, cenderung tidak bugar karena

banyak kekurangan energy/asupan gizi sehingga untuk pemulihan dalam

aktivitas olahraga juga agak lama.

Mekanisme pemulihan laktat dari otot dan darah dipengaruhi oleh

aktivitas yang dilakukan setelah aktivitas dengan intensitas maksimal. Hal ini

akan mempengaruhi mekanisme keluarnya laktat dari otot ke darah,

meningkatnya aliran darah, ambilan laktat oleh hati, jantung, dan otot rangka.

Kecepatan pengeluaran laktat dari otot ke pembuluh darah akan mempengaruhi

proses metabolisme berikutnya, sehingga laktat dapat segera dimetabolisasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

5

kembali membentuk energy melalui siklus krebs (Widiyanto, 2012). Menurut

Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012) proses aerobik merupakan salah

satu cara menghilangkan zat kelelahan, karena selama proses aerobik aliran

darah dapat dialirkan menuju otak dan jantung, proses respirasi berjalan lancer

yang menyebabkan oksigen banyak masuk ketubuh sehingga cepat membentuk

energy kembali.

Optimalisasi masa recovery sejalan dengan kajian teoritik yang

menyatakan bahwa pengkondisian fisiologis seseorang tidak hanya pada masa

latihan tapi juga pada masa recovery latihan, masa pertandingan, dan masa

recovery antar pertandingan. Optimalisasi jenis recovery penting untuk

dilakukan mengingat kualitas recovery yang baik dapat menurunkan kelelahan

baik secara objektif maupun subjektif, serta dapat mengurangi cedera

(Widiyanto, 2012). Dalam kesempatan ini peneliti akan membandingkan teknik

recovery aktif, corstability, dan pasif dengan Indeks Massa Tubuh yang

harapannya dapat membantu meningkatkan penurunan kadar asam laktat.

Dengan meningkatnya penurunan kadar asam laktat diharapkan mampu

memberikan sumbangan pada efisiensi pemulihan dan dapat mengetahui

ketahanan atlet selama training dan mempersiapkan kompetisi, bahkan juga

saat proses kompetisinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan

dapat dirumuskan sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

6

1. Adakah perbedaan pengaruh antara jenis recovery aktif, corstability, dan

pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat?

2. Adakah perbedaan penurunan kadar asam laktat antara mahasiswa yang

memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sesudah latihan

maksimum?

3. Adakah pengaruh interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa

tubuh terhadap penurunan kadar asam laktat?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh antara jenis recovery aktif, corstability, dan pasif,

sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat.

2. Perbedaan penurunan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki

indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sesudah latihan maksimum.

3. Pengaruh interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh

terhadap penurunan kadar asam laktat?

D. Manfaat Penelitian

1. Secara metodologis penelitian ini penting karena dapat memberi landasan

yang tepat dan rasional pada semua orang tentang jenis recovery aktif,

corstability, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar

asam laktat. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat adanya

kecenderungan bahwa masyarakat umum, pecinta olahraga, dan atlet, sering

mengabaikan recovery sehingga sering mengalami kelelahan yang

berlebihan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

7

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan teori recovery, untuk

mempertegas konsep, pemikiran, dan temuan yang telah dilakukan oleh para

ahli terdahulu.

3. Teknik recovery menjadi peluang yang harus dikembangkan dalam

menyusun program latihan sehingga dapat mengurangi kelelahan yang

berlebihan karena antara latihan dan recovery seimbang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hubungan Sistema Kerja Fisik dengan Olahdaya (Metabolisme) Kadar

Asam Laktat dan Sistem Energi

Dalam kehidupan sehari-hari bila kita melakukan aktifitas fisik berat,

misalnya olahraga berat, maka akan timbul kelelahan. Salah satu penyebab

terjadinya kelelahan adalah akibat penumpukan sampah olahdaya

(metabolisme) misalnya yang berupa asam laktat. Sesungguhnya asam laktat

di dalam sel otot bukan merupakan sampah akhir, namun bila jumlahnya

berlebihan, dapat menggangu kinerja sel, sehingga oleh karena itu harus

segera diangkut ke luar dari otot oleh sistem sirkulasi untuk didaur ulang

kembali menjadi glikogen di hati dan jaringan otot lain yang tidak aktif.

Oleh karena itu dengan semakin baiknya kemampuan seseorang untuk

mengangkut sisa olahdaya tersebut keluar dari otot yang lelah ke dalam hati

dan otot lain, maka semakin cepat pula seseorang pulih dari kelelahan

(Astrand yang dipaparkan oleh Santosa Giriwijoyo, Neng Tine K, dan Lilis

K, 2012).

Perlu pula diingat kembali bahwa tertimbunnya asam laktat terjadi

oleh karena pembentukan asam laktat lebih cepat daripada pembuangannya,

dan hal ini berkaitan dengan tidak adekuatnya sistem sirkulasi dalam otot

yang bersangkutan dan tidak adekuatnya pasokan O2, baik secara absolut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

9

maupun relatif. Pasokan O2 yang secara absolut tidak adekuat disebabkan

oleh rendahnya kapasitas aerobik yang dimilikinya, sedangkan pasokan O2

yang secara relatif tidak adekuat disebabkan oleh tingginya intensitas

kerja/olahraga yang dilakukannya (olahraga dilakukan secara overload).

Salah satu cara untuk pulih kembali dari kelelahan yaitu dengan pemulihan

/Recovery (Santosa Giriwijoyo, Neng Tine K, dan Lilis K, 2012).

Sebelum membahas pelatihan fisik perlu terlebih dahulu dipahami apa

yang dimaksud dengan kondisi pelatihan. Untuk dapat memahami kondisi

pelatihan harus dipahami tata hubungan olahdaya anaerobik dan aerobik.

Fungsi olahdaya anaerobik adalah memasok daya untuk terjadinya gerak

(kontraksi otot), sedang fungsi olahdaya aerobik ialah untuk memulihkan

perubahan, termasuk menghilangkan sampah yang terjadi akibat adanya

olahdaya anaerobik (lihat bagan dibawah ini).

Bagan: olahdaya untuk menghasilkan daya (energi) untuk kerja dan mekanisme pencegahan/pemulihan kelelahan (Santoso Giriwijoyo, 2012).

OLAH DAYA

DAYA (ENERGI)

KERJA/OR

SAMPAH KELELAHAN

ANAEROBIK (TANPA O2)

AEROBIK (+ O2)

PEMBUANGAN MELALUI PROSES OKSIDASI (+ PEMBUANGAN MELALUI SIRKULASI)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

10

Kelelahan yang berlebihan setelah berolahraga umumnya sinyal

bahwa Anda berolahraga terlalu keras. Cooper memiliki dua rekomendasi.

Pertama, ia menulis bahwa Anda harus berjalan perlahan-lahan selama

setidaknya lima menit setelah latihan maksimum karena berhenti tiba-tiba

dapat menyebabkan aliran darah tidak memadai ke otak dan jantung. Kedua,

ia menulis bahwa Anda harus memeriksa detak jantung Anda setelah

periode pemulihan lima menit. Jika denyut jantung Anda di atas 120 detak

jantung per menit dan Anda berada di bawah 50 tahun atau detak jantung

Anda di atas 100 detak jantung per menit dan Anda lebih dari 50 tahun,

latihan berikutnya Anda harus lebih pendek dan kurang berat. Pemantauan

denyut jantung Anda terus-menerus dapat membantu Anda membuat

penyesuaian secara cepat (Martin Zabell, 2011).

a. Terbentuknya Asam Laktat dalam otot

Perasaan tegang atau capek di badan adalah indikasi menumpuknya

asam laktat atau asam susu di otot. Asam laktat ini timbul pada proses

pembakaran di dalam otot yang aktif. Dalam kegiatan ini selain

dihasilkan energi juga didapat sisa pembakaran, yaitu berupa asam laktat.

Makin lama aktivitas dijalankan, energi yang dihasilkan semakin kecil

sementara sisa pembakaran berupa asam laktat itu justru menumpuk.

Penumpukan asam laktat inilah yang menyebabkan rasa lelah atau capek.

Secara fisik, otot yang lelah terasa lebih kaku dan keras. Jika dipegang

tidak terasa elastis dan tidak rileks. Otot yang tidak rileks akan

mengganggu alat-alat tubuh, misalnya pembuluh darah vena atau arteri,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

11

Juga pembuluh limpa dan persarafan, Bisa jadi pembuluh darah tertekan

atau saraf-saraf terjepit akibatnya peredaran darah menjadi kurang lancar

dan saraf menjadi kurang sensitive (thobib, 2012).

Stephen M. Roth (2012) menjelaskan bahwa Sel-sel otot yang

sedang bekerja dapat melanjutkan jenis produksi energi anaerobik pada

tingkat tinggi selama satu sampai tiga menit, selama waktu itu laktat

dapat mengakumulasi ke tingkat tinggi. Efek samping dari tingkat laktat

yang tinggi adalah peningkatan keasaman sel-sel otot, bersamaan dengan

gangguan metabolit lainnya. Jalur metabolisme yang sama

memungkinkan pemecahan glukosa menjadi energi berkinerja buruk

dalam lingkungan asam. Di permukaan, tampaknya kontraproduktif

bahwa otot bekerja akan menghasilkan sesuatu yang akan memperlambat

kapasitasnya untuk bekerja lebih, Pada kenyataannya, ini adalah

mekanisme pertahanan alami untuk tubuh mencegah kerusakan permanen

saat beraktivitas ekstrim dengan memperlambat sistem kunci yang

dibutuhkan untuk mempertahankan kontraksi otot. Setelah tubuh

melambat, oksigen menjadi tersedia dan laktat kembali menjadi piruvat,

sehingga metabolisme aerobik jalan terus dan energi untuk pemulihan

tubuh dapat tersedia dari latihan maksimum.

b. Sistem Energi

Olahraga atau aktivitas fisik lainnya memerlukan energi. Kerja

yang dihasilkan oleh aktivitas fisik merupakan hasil penerapan gaya oleh

anggota gerak tubuh terhadap suatu massa pada suatu jarak. Gerakan-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

12

gerakan yang dilakukan oleh anggota gerak tubuh merupakan hasil

kontraksi-relaksasi otot rangka tubuh. Kontraksi-relaksasi otot rangka

memerlukan energi. Energi yang digunakan oleh kontraksi-relaksasi otot

dan proses-proses biologis lainnya dalam tubuh adalah energi yang

dilepaskan oleh hidrólisis adenosine triphosphate (ATP). Energi tersebut

merupakan energi kimia yang dibentuk melalui oksidasi bahan-bahan

penghasil energi (karbohidrat, lemak, dan protein) (Ilhamjaya, 2000).

Metabolisme energi dalam tubuh secara umum dapat dikelompokan

menjadi dua yaitu metabolisme aerob dan anaerob. Metabolisme anaerob

terdiri dari sistem fosfagen (sistem ATP-PC) yang menggunakan fosfat

inorganik (Pi) hasil pemecahan ikatan phosphocreatine (PC) sebagai

sumber pembentukan kembali ATP dan sistem glikolisis anaerob (sistem

asam laktat) yang melibatkan pemecahan glukosa untuk membentuk

ATP. Metabolisme aerob melibatkan oksigen dalam pemecahan sumber

energi berupa karbohidrat, lemak atau protein untuk pembentukan

kembali ATP. Dalam pelatihan dengan intensitas tinggi dengan waktu

pelaksanaan yang singkat, sumber energi kontraksi sepenuhnya berasal

dari metabolisme anaerob yakni melalui sistem fosfagen (ATP-PC) dan

glikolisis anaerob.

Sistem fosfagen (ATP-PC) merupakan sistem penghasil energi

anaerob yang mempergunakan fosfat kreatin (PC) yang terdapat di dalam

otot untuk resintesis ATP. Fosfat kreatin adalah suatu zat seperti ATP

berisi ikatan fosfat energi tinggi. Tidak seperti pemecahan ATP, energi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

13

yang dihasilkan dari pemecahan fosfat kreatin tidak dapat digunakan

secara langsung sebagai energi kontraksi otot. Namun energi yang

dihasilkan berperan dalam mengganti ATP. Fosfat kreatin dihidrolisis

menjadi kreatin dan fosat inorganik dengan melepaskan energi tinggi.

Energi tersebut digunakan untuk membentuk kembali ATP dari ADP

(Adenosine Diphosphate).

Pada dasarnya dua macam sistem metabolisme energi yang

diperlukan dalam setiap aktivitas gerak manusia, yaitu dari metabolisme

sistem energi anaerob dan sistem energi aerob tidak dapat dipisah-

pisahkan secara mutlak selama aktivitas kerja otot berlangsung. Oleh

karena sistem energi merupakan serangkaian proses pemenuhan

kebutuhan tenaga yang secara terus menerus berkesinambungan dan

saling silih berganti. Pada awal kerja memang diperlukan sistem ATP-

PC, tetapi jika kerja itu terus berlangsung maka diperlukan sistem energi

lain yang akhirnya akan sampai pada sistem aerobik. Adapun letak

perbedaan di antara kedua sistem energi tersebut adalah pada ada dan

tidaknya bantuan oksigen (O2) selama proses pemenuhan kebutuhan

energi berlangsung. Sistem anaerob selama proses pemenuhan energinya

tidak memerlukan bantuan oksigen (O2), namun menggunakan energi

yang telah tersimpan di dalam otot, yaitu ATP dan PC. Sebaliknya,

sistem energi aerob dalam proses pemenuhan kebutuhan energi untuk

bergerak memerlukan bantuan oksigen (O2) yang diperoleh dengan cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

14

menghirup udara yang ada di sekitar dan di luar tubuh manusia melalui

sistem pernafasan (Sukadiyanto, 2011).

c. Sumber Energi

Menurut Saryono (2011), kontraksi otot memerlukan sejumlah

energi yang besar. Adenosin tri fosfat (ATP) menyediakan energi untuk

kontraksi otot. Dalam proses kontraksi sel otot, ATP berguna untuk:

Proses kontraksi, memompa kalsium ke retikulum dan mempertahankan

gradient ion Na/K. Di dalam tubuh manusia banyak alternatif sumber

ATP, sumber-sumber ATP tersebut adalah

1) Creatine phospate (CP)

Creatine phospate merupakan cara yang paling cepat dalam

menghasilkan ATP. 1 ATP dihasilkan untuk setiap penggunaan satu

molekul kreatin fosfat. Energi ini merupakan energi simpanan di otot

skelet. Kreatin disentesis di hepar (dari arginin, glisin, metionin) dan

ditransport ke sel otot, kemudian akan difosforilasi oleh kreatin kinase

(memerlukan ATP) menjadi kreatin fosfat.

2) Respirasi aerob (Siklus krebs/TCA cycle)

Respirasi aerob merupakan metode yang paling efisien.

Respirasi ini memerlukan oksigen, proses pemecahan glukosa

dilakukan untuk menghasilkan ATP, CO2, dan H2O. Proses respirasi

aerob menghasilkan 36 ATP setiap satu molekul glukosa. Sumber

untuk respirasi aerob adalah glukosa, asam lemak,dll.

3) Respirasi anaerob (Glikolisis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

15

Respirasi ini terjadi tanpa adanya oksigen. Pada proses ini

terjadi pemecahan glukosa menjadi ATP dan asam laktat. Glikolisis

dan gikogenolisis terjadi untuk memenuhi kebutuhan energinya.

Glukosa dipecah menjadi asam piruvat untuk menghasilkan beberapa

ATP. Asam piruvat dikonversi menjadi asam laktat. Asam laktat yang

dihasilkan menyebabkan kelelahan pada otot.

4) Rantai transport elektron

Rantai ini merupakan rantai pemindahan elektron dari donor

electron (seperti NADH) dengan elektronegativitas tinggi ke

elektronegativitas yang rendah, dan diterimakan ke oksigen (akseptor

electron). Pada saat melewati beberapa titik lintasan, akan dilepaskan

fosfat berenergi tinggi (ATP).

d. Penyediaan Energi

Gerak yang terjadi pada olahraga karena adanya kontraksi otot.

Otot dapat berkontraksi karena adanya pembebasan energi berupa ATP

yang tersedia di dalam sel otot. ATP dalam sel otot jumlahnya terbatas

dan dapat dipakai sebagai sumber energi hanya dalam waktu 1 2 detik.

Kontraksi otot akan tetap berlangsung apabila ATP yang telah berkurang

dibentuk kembali. Pembentukan kembali ATP dapat berasal dari kreatin

fosfat, glukosa, glikogen dan asam lemak (Dadang A. Primana, 2000).

e. Sistem Anaerobik

Pada sistem anaerobik, terdapat dua macam proses pemecahan

ATP. Yang pertama adalah sistem ATP-PC (anaerobik alactacid atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

16

phosphagen sistem). Karena hanya sedikit jumlah ATP yang disimpan di

dalam sel, maka pengurangan energi terjadi sangat cepat ketika pada

awal aktivitas fisik yang berat dilakukan. Energi yang dapat disediakan

kira-kira hanya sekitar 8-10 detik saja. Sistem energi ini biasanya

digunakan pada cabang olahraga yang memerlukan gerakan cepat dan

eksplosif power seperti diving, weight lifting, jumping dan nomor-nomor

lempar pada cabang atletik. Pada latihan kekuatan yang waktu kerjanya

pendek seperti pada latihan kekuatan maksimum dan power, juga

menggunakan sistem energi ini. Setelah otot melakukan aktivitas yang

menggunakan sistem energi ini, maka akan mengalami pemulihan energi

kembali yang disebut dengan Restoration of Phosphagen, Proses ini

terjadi sangat cepat. (Fox et all dalam Bompa, 1993) menyatakan

pemulihan kembali phosphagen pada 30 detik pertama mencapai 70 %

dan pada 3-5 menit akan mengalami pemulihan yang sempurna.

Yang kedua adalah lactic acid sistem (glikolisis anaerobik). Pada

even olahraga yang sedikit memerlukan waktu yang agak lama (40

detik), energi yang digunakan masih ATP-PC dan setelah 10-20 detik

dilanjutkan lactic acid sistem (asam laktad). Proses ini masih terjadi di

dalam sel otot, karena tidak menggunakan O2 selama pemecahan

glikogen maka sebagai hasil yang ditampilkan adalah Lactic Acid (LA).

Jika aktivitas dengan intensitas tinggi dilanjutkan untuk waktu yang

lama, jumlah LA di dalam otot menjadi bertambah banyak dan akan

menyebabkan kelelahan. Di dalam latihan maksimum sistem LA ini juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

17

digunakan, yaitu ketika akan mengembangkan M-E of short duration.

Seperti pada sistem ATP-PC yang mengalami restorasi pospagen, maka

pada sistem glikolisis anaerobik ini juga mengalami restorasi glikogen.

Restorasi glikogen yang sempurna agak memerlukan waktu yang cukup

panjang bahkan sampai berhari-hari. Sebagai contoh latihan maksimum

yang menggunakan perbandingan kerja adalah 40 detik dan istirahat

adalah 3 menit, pada 2 jam pertama restorasi hanya mencapai 40%,

setelah 5 jam naik menjadi 55% dan pada 24 jam akan mengalami

restorasi yang sempurna. Selama melakukan latihan maksimum, jumlah

LA dalam darah akan semakin bertambah yang akan mengakibatkan

kelelahan. Sebelum dikembalikan menjadi seimbang setelah tahap

istirahat, LA telah dikeluarkan dari sistem ini. (Fox et al dalam Bompa,

1993) menjelaskan bahwa pada 10 menit terjadi pengeluaran mencapai

25%, 25 menit mengalami pengeluaran 50% dan pada watu 1 jam 15

menit akan mengalami pengeluaran 95%.

Adapun untuk ciri-ciri sistem energi yang anaerobik, meliputi

anaerobik alaktik dan laktik menurut (Sukadiyanto, 2011) adalah sebagai

berikut:

Ciri-ciri sistem energi anaerobik alaktasid:

1) Intensitas kerja maksimal

2) Lama kerja kira-kira sampai 10 detik

3) Irama kerja eksplosif (cepat mendadak)

4) Aktivitas menghasilkan Adenosin diphospat (ADP) + energi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

18

Ciri-ciri sistem energi anaerobik laktasid:

1) Intensitas kerja maksimal

2) Lama kerja antara 10 sampai 120 detik

3) Irama kerja eksplosif

4) Aktivitas menghasilkan asam laktat dan energi

f. Sistem Aerobik

Pembentukan ATP pada sistem ini terjadi dengan metabolisme

aerobik (oksigen) dan terjadi di dalam otot dengan pengaruh lebih lambat

dan tidak dapat digunakan secara cepat. Sistem ini memerlukan kira-kira

tiga menit untuk memulai memproduksi energi dalam mensintesa ATP

dari ADP + P. Denyut jantung dan pernapasan harus ditingkatkan secara

memadai untuk membawa sejumlah oksigen yang diperlukan sel otot,

sehingga glikogen dapat dipecah melalui hadirnya oksigen. Sistem

aerobik memecah glikogen bedasarkan hadirnya oksigen dan sekaligus

sedikit atau tidak sama sekali menghasilkan asam laktat, hal ini dapat

memungkinkan seseorang untuk terus melakukan latihan lebih lama.

Sistem aerobik merupakan sumber energi utama dalam aktivitas olahraga

yang berjangka waktu 3 menit atau bahkan 2 sampai 3 jam. Kerja yang

terlalu lama dan lebih dari 2 3 jam, akan mengakibatkan pemecahan

lemak dan protein untuk menggantikan cadangan adenosine triphospat

(ATP), selama cadangan glikogen mendekati habis (Bompa, 1986).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

19

Adapun untuk ciri-ciri sistem energi yang aerobik ditinjau dari

intensitas, durasi, dan iramanya, menurut (Sukadiyanto, 2011) adalah

sebagai berikut:

Ciri-ciri sistem aerobik:

1) Intensitas kerja sedang

2) Lama kerja lebih dari 3 menit

3) Irama gerak (kerja) lancar dan terus menerus (kontinyu)

4) Selama aktivitas menghasilkan karbondioksida + air (CO2+H2O)

g. Sistem Energi Predominan dalam Olahraga

Pada dasarnya setiap aktivitas olahraga tidak menggunakan salah

satu sistem saja, yaitu aerobik atau anaerobik, melainkan menggunakan

keduanya dengan proporsi yang berbeda-beda sesuai dengan tuntutan

kerja cabang olahraga, atau dikenal dengan sistem energi predominan

(energi utama) dalam olahraga. Menurut Fox yang di paparkan oleh

Suharjana (2007) membagi penggunaan energi berdasarkan sistem

penyediaan energi sebagai berikut:

1) Aktivitas yang membutuhkan waktu kurang dari 30 detik,

menggunakan sistem energi utama ATP-PC, seperti nomor lempar,

lompat, lari 100 meter.

2) Aktivitas yang membutuhkan waktu antara 30 detik sampai 90 detik,

menggunakan energi utama dari sistem ATP-PC dan asam laktat.

Seperti lari 200 meter, lari 400 meter, renang 100 meter.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

20

3) Aktivitas yang membutuhkan waktu 90-180 detik, menggunakan

energi utama melalui sistem asam laktat dan oksigen. Seperti lari 800

meter, lari 1500 meter, renang 400 meter.

4) Aktivitas yang membutuhkan waktu lebih dari 180 detik,

menggunakan energi utama dari sistem energi aerobik. Seperti lari

3000 meter, marathon, jogging, dan sebagainya.

Berikut ini dapat dilihat tabel tentang berbagai cabang olahraga,

aktivitas dan sistem energi utama (predominant energi sistem).

Tabel 2.1. Sistem Energi Utama pada Berbagai Cabang Olahraga (Fox, Bower & Foss, 1993)

Sports or

Sports Activity

% Emphasis by Energi Sistem

ATP-PC and

Lactic Acid

Lactic Acid-

Oxygen

Oxygen

1. Baseball 2. Basketball 3. Fencing 4. Field hockey 5. Football 6. Golf 7. Gymnastics 8. Ice hockey

A. Forward, defense B. Goalie

9. La Crosse A. Goalie defense,

attacker B. Midfielders, man-

down 10. Rowing 11. Skiing

A. Slalom, jumping B. Downhill C. Cross-country D. Recreational

12. Soccer A. Goalie, wings, strikers

80 60 90 50 90 95 80 60 90 50 60 20 80 50 5 20 60 60 98

15 20 10 20 10 5 15 20 5 20 20 30 15 30 10 40 30 20 2

5 20 30 5 20 5 30 20 50 5 20 85 40 10 20

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

21

Sports or

Sports Activity

% Emphasis by Energi Sistem

ATP-PC and

Lactic Acid

Lactic Acid-

Oxygen

Oxygen

B. Halfbacks or link men

13. Swimming and diving A. Diving B. 50 m C. 100 m D. 200 m E. 400 m F. 1500 m, 1650 yd

14. Tennis 15. Track and field

A. 100, 200 m B. Field events C. 400 m D. 800 m E. 1500 m (mile) F. 3000 m (2 mile) G. 5000 m (3 mile) H. 10.000 m (6 mile) I. Marathon

16. Volleyball 17. Wrestling

90 80 30 20 10 70 95-98 95-98 80 30 20-30 10 10 5 negligible 80 90

5 15 65 40 20 20 2-5 2-5 15 65 20-30 20 20 15 5 5 5

5 5 5 40 70 10 5 5 40-60 70 70 80 95 15 5

h. Sistem Energi Saat Istirahat dan Latihan

Pada saat istirahat kebutuhan energi jauh lebih sedikit

dibandingkan pada saat latihan fisik. Pada saat istirahat, energi hanya

diperlukan untuk mempertahankan fungsi-fungsi tubuh, misalnya fungsi

respirasi, peredaran darah, dan metabolisme. Keperluan pasokan oksigen

saat istirahat sudah tercukupi sehingga sistem energi yang digunakan

adalah sistem energi aerobik. Sedangkan pada saat latihan fisik energi

yang diperlukan akan bertambah, karena disamping untuk

mempertahankan fungsi-fungsi tubuh juga diperlukan untuk tambahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

22

energi untuk latihan itu sendiri. Penambahan energi tersebut dapat

dilakukan dengan menggunakan sistem energi aerobik dan anaerobik

(Widiyanto, 2012).

2. Latihan Fisik

a. Ruang Lingkup Latihan

Dalam dunia olahraga, prestasi terbaik adalah menjadi hasil dari

latihan yang sudah dijalankan atau dilakukan. Atlet putra maupun putri

menginginkan menjadi juara dalam kejuaraan-kejuaraan yang

dihadapinya. Latihan-latihan dilakukan untk mempertajam prestasi yang

sudah diraih sebelumnya. Peningkatan ketajaman prestasi biasanya

sebagai hasil dari tingkat fitness atau kesegaran jasmani yang lebih

tinggi. Kesegaran ini timbul sebagai akibat semakin baiknya pengertian

pelatih dan atlet tentang latihan dan pengaruhnya.

Pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah

yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik, kemampuan

fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis anak latih. Dalam

olahraga prestasi proses tersebut akan berhasil apabila ada kerjasama

antara pelatih yang berpengalaman dan berpengetahuan dengan ilmuwan

olahraga yang benar-benar menekuni bidang pelatihan. Untuk itu,

idealnya seorang pelatih diharapkan memiliki pengalaman dan

pengetahuan pada cabang olahraga yang digelutinya. Selain itu, juga

diharapkan memiliki latar belakang pendidikan yang menjadikannya

sebagai seorang ilmuwan di bidang olahraga (Sukadiyanto, 2011).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

23

Ruang lingkup latihan menyatukan semua informasi dari sumber-

sumber ilmiah dan sosial yang digunakan oleh para pelatih, bersama

dengan pengetahuannya tentang atlet guna menghasilkan program latihan

yang efektif.

Gambar: 2.1. Pengetahuan Pendukung dalam Proses Berlatih Melatih (Bompa, 1999).

Dalam proses berlatih melatih diperlukan berbagai pengetahuan

pendukung agar latihan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Pengetahuan pendukung tersebut menurut Bompa (1999) seperti yang

terlihat pada Gambar 1, antara lain tentang: anatomi, fisiologi,

kedokteran olahraga, biomekanika, statistik, tes dan pengukuran,

psikologi, pembelajaran motorik, ilmu pendidikan, ilmu gizi, sejarah,

dansosiologi. Semua ilmu pendukung tersebut akan diperoleh secara

lengkap dalam bangku perkuliahan di perguruan tinggi olahraga.

Filsafat Psikologi OR

TEORI

LATIHAN

Biomekanika

Sejarah

Ilmu gizi

Kesehatan OR

Kecakapan mengajar

Fisiologi

Anatomi

Pertumbuhan dan perkembangan

Tes & Pengukuran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

24

Oleh karena itu, dalam dunia olahraga prestasi proses latihan yang

dilakukan untuk meraihnya merupakan suatu pekerjaan yang sangat unik

dan penuh dengan resiko. Pekerjaannya dikatakan unik karena obyek

latihannya adalah manusia, dimana manusia merupakan satu totalitas

sistem psiko-fisik yang kompleks. Artinya, keberadaan manusia sebagai

anak latih dalam proses latihan tidak dapat diperlakukan seperti robot,

yang harus menuruti setiap perintah dari pusat tombolnya. Namun,

aktualisasi setiap aktivitas anak latih sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor perasaan, pikiran, emosi, dan kondisi fisiknya (Sukadiyanto,

2005).

b. Pengertian Latihan

Latihan fisik yang dilakukan dengan benar akan memberikan suatu

perubahan pada sistem tubuh, baik itu metabolism, sistem syaraf dan otot

maupun sistem hormonal. Perubahan yang terjadi pada saat latihan

disebut respons, sedangkan perubahan akibat suatu periode latihan

disebut adaptasi (Astrand dan Rodhal, 1984)

Dalam kepelatihan olahraga juga dikenal dua istilah penting, yaitu

exercise training Exercise merupakan unit dasar suatu sesi

training unit u tugas

dengan tujuan yang telah ditetapkan, seperti berlari 30 menit di atas

treadmill, latihan beban selama 3 set. Sedangkan latihan atau training

adalah suatu program exercise untuk mengembangkan kinerja,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

25

meningkatkan kemampuan fisik atlet dalam rangka meningkatkan

penampilan atau menghadapi kejuaraan tertentu (Suharjana, 2007).

Menurut Lamb yang dipaparkan oleh Suharjana (2007)

acute exercise chronic exercise acute

exercise adalah latihan dengan periode pemberian beban kerja dalam satu

sesi, sedangkan chronic exercise adalah pemberian beban kerja yang

terprogram dilakukan berulang-ulang dalam beberapa hari atau bulan.

Dengan demikian acute exercise bisa diartikan sebagai exercise

sedangkan chronic exercise serupa dengan istilah

Menurut Sukadiyanto (2011) pengertian latihan yang berasal dari

kata exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk

meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga

mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan gerakanya. Latihan

exercise merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh

pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan.

Menurut Nossek J (1982) latihan adalah suatu proses atau periode

waktu yang berlangsung selama beberapa tahun hingga olahragawan

mencapai puncak prestasi/penampilan yang tinggi. Menurut Rushall dan

Pyke (1990) latihan merupakan suatu proses sistematis yang dirancang

untuk meningkatkan kinerja olahraga, baik berupa kualitas fisik, teknik

maupun psikis. Menurut Harsono (1996) latihan adalah suatu proses

berlatih yang sistematis, dilakukan berulang-ulang dengan beban

semakin bertambah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

26

Pendapat lain menyatakan bahwa latihan merupakan aktivitas

olahraga yang sistematik dilakukan dalam waktu yang lama, ditingkatkan

secara progresif dan individual yang mengarah pada ciri-ciri fungsi

fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang

ditentukan (Bompa, 1994). Latihan sebaiknya dilakukan sesuai dengan

kemampuan tubuh dalam menanggapi stress, bila tubuh diberi beban

terlalu ringan maka tidak akan terjadi adaptasi (Sugiharto, 2003).

Dari beberapa pendapat menunjukkan bahwa exercise adalah

aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi atau satu kali tatap muka

sedangkan training merupakan suatu latihan yang dilakukan secara

berulang-ulang, teratur dan terprogram yang berlangsung dalam beberapa

hari atau bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian latihan

adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan

kesegaran seorang atlet sesuai dengan aktivitas yang dipilih. Hal ini

merupakan suatu proses yang panjang dan semakin meningkat.

c. Ciri-ciri Latihan

Tugas utama dalam latihan adalah menggali, menyusun, dan

mengembangkan konsep berlatih melatih dengan memadukan antara

pengalaman praktis dan pendekatan keilmuan, sehingga proses berlatih

melatih dapat berlangsung tepat, cepat, efektif, dan efisien. Menurut

Sukadiyanto (2011) proses latihan tersebut selalu bercirikan antara lain:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

27

1) Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik

dalam berolahraga,yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan),

serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.

2) Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif. Teratur maksudnya

latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan

(kontinyu). Sedang bersifat progresif maksudnya materi latihan

diberikan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke

yang lebih sulit (kompleks), dan dari yang ringan ke yang lebih berat.

3) Pada setiap satu kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus

memiliki tujuan dansasaran.

4) Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar

pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi relatif permanen.

5) Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang

direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor

kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan.

d. Tujuan dan Sasaran Latihan

Tujuan latihan secara umum adalah untuk membantu para

Pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki

kemampuan secara konseptual serta keterampilan dalam membantu

mengungkapkan potensi olahragawan mencapai puncak prestasi.

Sedangkan sasaran latihan secara umum adalah untuk meningkatkan

kemampuan dan keseiapan olahragawan dalam mencapai puncak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

28

prestasi. Tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk yang jangka

panjang maupun pendek (Sukadiyanto, 2011).

Menurut Bompa (1999) faktor dasar latihan meliputi persiapan

fisik, tehnik, taktik, strategi, kejiwaan dan kesiapan teori akan selalu ada

dalam setiap program latihan olahraga. Persiapan fisik dan tehnik

merupakan dasar untuk membangun prestasi. Dengan dukungan fisik

(kesegaran jasmani) yang baik latihan tehnik akan lebih baik, atlet lebih

dapat melakukan latihan tehnik dengan benar. Persiapan taktik dan

strategi diperlukan dalam menghadapi lawan. Bila semua faktor-faktor

diatas sama-sama sudah dilatihkan, maka pemenang dalam pertandingan

adalah atlet yang memiliki kesiapan kejiwaan yang lebih unggul. Bompa

juga menyatakan bahwa latihan yang tujuan utama adalah persiapan fisik,

maka berdasarkan bentuk dan latihannya dapat diklasifikasikan dalam

tiga katagori yaitu:

1. Latihan untuk mengembangkan fisik secara umum

2. Latihan khusus untuk mengembangkan biomotor

3. Latihan untuk olahraga pilihan

Gambar 2.2. Kerangka hubungan Latihan dan Penampilan Atlet

(Modifikasi Bompa, 1994).

PENAMPILAN ATLET

LATIHAN

KONDISI FISIK

TEHNIK TAKTIK MENTAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

29

Sedangkan menurut Sukadiyanto (2011) sasaran dan tujuan

latihan secara garis besar adalah (1) meningkatkan kualitas fisik dasar

secara umum dan menyeluruh, (2) mengembangkan dan meningkatkan

potensi fisik yang khusus, (3) menambah dan menyempurnakan teknik,

(4) Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan pola

bermain, dan (5) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis

olahragawan dalam bertanding.

e. Komponen-komponen Latihan

1) Intensitas adalah tinggi rendahnya beban (ambang rangsang) yang

akan digunakan untuk latihan. Untuk menentukan besarnya ukuran

intensitas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai

berikut :

a) 1 RM ( one repetition maximum)

Cara mencari beban latihan dengan metode trial and error,

mencoba mengangkat beban hingga tidak mampu mengangkat lagi

(satu kali angkatan kuat kemudian yang kedua tidak kuat inilah

yang dikatakan 1 RM). Metode ini tidak dianjurkan bagi mereka

yang belum terlatih, hal ini disebabkan karena otot-otot mereka

belum kuat/ belum biasa menerima beban berat sehingga

dikawatirkan dapat mengalami cedera.

b) Repetisi maksimum (repetition maximum)

Cara menentukan beban yang dilakukan dengan mengetahui

kemampuan otot untuk melakukan pengulangan (repetisi)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

30

maksimum dalam mengangkat beban yang akan digunakan untuk

latihan. Contoh seorang atlet yang pengen mengembangkan daya

tahan otot, atlet tersebut harus mengangkat dumbel (alat yang

digunakan) sebanyak 12-20 kali. Hal ini dapat dilakukan dengan

percobaan misalnya dengan dumbel 5 kg dapat di angkat sebanyak

16 kali, maka beban tersebut dapat di gunakan sebagai beban

latihan (Suharjana, 2007).

c) Denyut jantung Per menit

Denyut jantung berasal dari kontraksi otot jantung dimulai

oleh peristiwa listrik (action potensial) ke peristiwa mekanik, yang

berasal dari jaringan khusus Sino atrial Node dan menjalar melalui

cardiac conduction sistem ini keseluruh bagian myocardium.

Struktur sistem tersebut adalah sino atrial node yang disebut juga

dengan pace maker, atrioventricular node (A V Node)

(Guyton,1996).

Menurut Astrand (1986) denyut jantung adalah debaran

suara jantung yang menjalar sampai keujung pembuluh darah arteri

yang ditentukan oleh tahanan dan tekanan darah.

Pengaturan denyut jantung dan kekuatannya diatur oleh

syaraf simpatis dan parasimpatis, syaraf simpatis berfungsi untuk

menambahkan kecepatan dan kekuatan kontraksi otot jantung.

Sedangkan syaraf parasimpatis berfungsi untuk memperlambat

kontraksi otot jantung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

31

i. Denyut jantung maksimal

Frekuensi denyut nadi maksimal merupakan denyut

nadi maksimal pada waktu melakukan kerja maksimal. Bompa

mengatakan, bahwa maksimum heart rate diartikan sebagai

denyut nadi maksimum yang dicapai dalam penampilan atau

performanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Gambar 2.3. Perubahan Heart rate pada orang tidak terlatih dan

terlatih (Brooks dan Fahey,1984).

ii. Frekuensi denyut jantung selama kerja fisik

GIAM dan TEH (1992) mengutarakan bahwa aktivitas

fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung

secara keseluruhan. Salah satu petunjuk kearah itu ialah denyut

jantung yang lebih lambat (biasanya kurang dari 60 denyut per

menit) dari seseorang yang terlatih dengan baik, dibandingkan

dengan seseorang yang tidak terlatih (yang denyut jantungnya

rata-rata antara 70-90 denyut per menit). Tabel dibawah ini

Maximum

50

Untrained

100

150

200

0

Rest

Trained

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

32

membandingkan kecepatan denyut jantung dari seseorang yang

tidak terlatih dan seorang yang terlatih dengan baik. Orang

yang terlatih ini tiap harinya rata-rata berlatih satu jam dengan

latihan sedang dimana denyut jantungnya mencapai 150 denyut

per menit.

Tabel 2.2. Perbedaan Denyut jantung orang terlatih dan tidak terlatih (Giam dan Teh, 1992)

Jantung normal yang tidak terlatih (denyut jantung pada waktu istirahat: 70 denyut per menit)

Jantung normal yang terlatih (dengan denyut jantung pada waktu istirahat: 60 denyut per menit)

Denyut jantung perhari waktu istirahat = 60 menit per jam X 24 jam perhari

100.800 86.400

Tambahan untuk latihan tiap hari

0 5.400

Jumlah denyut per hari 100.800 91.800

Keterangan

1 jam latihan dengan denyut jantung 150 per menit

= penambahan (150-60) atau 90 denyut per menit

= 90 X 60 = 5.400 denyut per jam

Perbedaan antara jumlah denyut jantung dari jantung yang

tidak terlatih dengan jantung yang terlatih:

= 100.800-91.800 = 9.000 denyut per hari

= 270.000 denyut per bulan

= 3.285.000 denyut per tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

33

= 164.250.000 denyut dalam 50 tahun

(sama dengan penghematan kurang lebih 4,5 tahun dari

jantung normal yang tidak terlatih)

Dengan demikian perbedaan denyut jantung antara jantung

yang terlatih dengan yang tidak terlatih sebanyak 10 denyut per

menit, akan mengakibatkan pengurangan denyut jantung yang

berarti (demikian juga dengan pengurangan kerja jantung) dalam

satu hari, satu bulan, satu tahun atau 50 tahun (atau kira-kira

seumur hidup). Ini tentu dapat berarti suatu jantung yang bekerja

lebih efisien dan berumur lebih panjang, dengan demikian tentunya

juga mengakibatkan umur yang lebih panjang. Prinsip yang sama

dapat juga diterapkan pada organ-organ lain (misalnya paru-paru)

dan fungsi-fungsi lain, termasuk tekanan darah dan kecepatan

pernapasan.

d) Kecepatan (waktu tempuh)

Kecepatan merupakan kondisional yang memungkinkan

seorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan

melakukan gerakan secepat mungkin dalam jarak tertentu (Nossek

J dalam M. Furqon, 1995). Untuk menentukan intensitasnya

dengan cara jarak tempuh dibagi dengan waktu tempuh.

e) Jarak tempuh

Jarak tempuh yaitu kemampuan seseorang dalam

menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu. Sebagai contoh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

34

seorang berlari 15 menit minimal harus menempuh jarak 3200

meter. Dengan demikian jarak tempuh yang digunakan sebagai

ukuran untuk mengukur intensitas atau kemampuan seseorang

dalam melakukan aktivitas (Sukadiyanto, 2011).

2) Set

Set adalah sejumlah repetisi (ulangan) latihan yang diikuti

dengan interval istirahat.

3) Repetisi (Ulangan)

Repetisi adalah jumlah ulangan yang dilakukan dalam

mengangkat Beban.

4) Volume

Volume adalah jumlah set X repetisi X beban.

5) Interval

Interval adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar

seri, sirkuit atau antar sesi per unit latihan

6) Seri atau sirkuit

Seri atau sirkuit adalah ukuran keberhasilan dalam

menyelesaikan beberapa rangkaian butir latihan yang berbeda-beda,

artinya dalam satu seri terdiri dari beberapa macam latihan yang

semuanya harus diselesaikan dalam satu rangkaian (Sukadiyanto,

2011)

7) Durasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

35

Durasi adalah lamanya latihan sampai beberapa hari, minggu

atau beberapa bulan program tersebut berlangsung atau dijalankan

sehingga atlet memperoleh kondisi yang diinginkan (Sajoto, 1995).

8) Frekuensi

Frekuensi diartikan sebagai banyaknya unit latihan persatuan

waktu (dalam seminggu), pada umumnya periode yang digunakan

untuk menghitung jumlah frekuensi adalah per minggu. contoh latihan

untuk meningkatkan kebugaran pada kebanyakan orang dilakukan 3-5

kali perminggu (Djoko Pekik I, 2002).

9) Sesi atau unit

Sesi atau unit latihan adalah rencana paling kecil dari beban

kerja latihan. Satu unit latihan dapat berlangsung 2-5 jam (Nossek J

yang dipaparkan M. Furqon H, 1995)

f. Latihan maksimum

Latihan maksimum adalah Suatu proses pemberian beban kerja

maksimal (baik intensitas, kecepatan, waktu, kekuatan, dan power) dalam

satu sesi latihan. Latihan maksimum pada penelitian ini dilakukan

dengan cara lari sprint 400 meter (dengan catatan benar-benar dipantau

baik intensitas, kecepatan, dan waktunya). Dengan adanya latihan

maksimum, maka akan terjadi oksigen debt yang mengakibatkan

penumpukan asam laktat melalui glikolisis anaerob, sehingga

mengakibatkan Ph menurun (meningkatkan keasaman). Perubahan Ph

akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

36

terutama dalam sel otot sehingga menyebabkan kontraksi otot bertambah

lemah dan akhirnya mengalami kelelahan.

3. Kelelahan

Kelelahan otot adalah ketidakmampuan otot untuk mempertahankan

tenaga yang diperlukan atau yang diharapkan (Junusul Hairy, 2007).

Definisi lain menurut Ilham jaya (2000) kelelahan otot membatasi kinerja

otot. Kelelahan otot dapat bersifat lokal maupun menyeluruh, dapat

menyertai olahraga endurance maupun olahraga yang berintensitas tinggi

yang berlangsung singkat.

Kelelahan otot lokal (local muscular fatigue) mengikuti latihan fisik

berintensitas tinggi dan berlangsung singkat disebabkan oleh akumulasi

produksi asam laktat didalam otot dan darah. Sedangkan kelelahan yang

menyertai olahraga endurance tidak disebabkan oleh karena akumulasi

produksi laktat. Kelelahan ini disebabkan karena kelelahan otot dan juga

factor diluar otot (komponen tubuh lainnya). Kelelahan karena otot/factor

komponen local, disebabkan terkurasnya cadangan glikogen otot baik pada

serabut otot FT maupun ST, sedangkan kelelahan karena komponen tubuh

lainnya, mungkin disebabkan oleh: hipoglikemia, penipisan glikogen hati,

dehidrasi, kehilangan elektrolit, hipertermia, kebosanan (psikologis). Jadi

kelelahan yang menyertai olahraga endurance bersifat menyeluruh

(Ilhamjaya, 2000).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

37

a. Bentuk Kelelahan

Menurut Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012) Kelelahan

dibagi dalam 2 tipe, yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik.

Kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja

mental. Kelelahan ini sering disebabkan oleh kejemuan sebab kurangnya

minat, dan hal ini lebih merupakan masalah bagi para ahli psikologi,

psikiatri, sosiolog, termasuk pula para ahli ilmu faal.

Lebih lanjut Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012),

mengemukakan bahwa kelelahan fisik disebabkan oleh karena kerja fisik

atau kerja otot, dan menjadi masalah yang sangat menarik minat para ahli

ilmu faal. Perlu dipahami bahwa kelelahan fisik adalah kelelahan dari

Ergosistema (ES-I) dan dari ES-I yang berfungsi secara aktif adalah

sistema nervorum dan sistema muskular, gabungan dari keduanya lebih

dikenal sebagai sistema neuro-muskular, sehingga kelelahan hakikatnya

dapat terjadi pada salah satu dari padanya atau gabungan dari keduanya.

Kesimpulan pada pembahasan saat ini adalah bahwa kelelahan dapat

terjadi baik pada saraf maupun otot.

b. Fisiologi Kelelahan

Di dalam tubuh, otot atau sekelompok otot dapat mengalami

kelelahan. Kelelahan tersebut terjadi karena kegagalan salah satu atau

keseluruhan perbedaan mekanisme neuromuskuler yang terlibat didalam

kontraksi otot (Junusul Hairy, 2007). Sebagai contoh, kegagalan otot

untuk berkontraksi secara sadar, dapat terjadi karena :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

38

1) Syaraf motor yang mensyarafi serabut-serabut otot di dalam kesatuan

motor untuk mengirimkan rangsangan-rangsangan persyarafan

(nervous impulses).

2) Persimpangan neuromuskuler (neuromuscular junction) memancarkan

rangsangan-rangsangan persyarafan dari syaraf motorik ke serabut-

serabut otot.

3) Mekanisme kontraksi itu sendiri untuk menghasilkan tenaga.

4) Sistem syaraf pusat, seperti otak dan spinal cord memulai dan

memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan.

Faktor-faktor Penyebab Kelelahan

Penyebab pertama kelelahan fisik maupun mental haruslah berupa

kegiatan yang menggunakan daya (energy), karena tidak akan terjadi

kelelahan bila sama sekali tidak ada penggunaan daya (Santoso

Giriwijoyo, 2012).

Telah diketahui bahwa kelelahan otot merupakan

ketidakmampuan otot untuk berkontraksi secara cepat dan kuat. Ada

banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan otot. Berikut adalah

penyebab dari kelelahan otot tersebut :

1. Pengosongan ATP-PC

ATP merupakan sumber energi kontraksi otot dan PC untuk

resintesa ATP secepatnya. Jika ATP dan PC digunakan untuk

kontraksi terus maka terjadi pengosongan fosfagen intraselular

sehingga mengakibatkan kelelahan. Selain itu ada peningkatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

39

konsentrasi ion H+ di dalam intraselular yang diakibatkan

penumpukan asam laktat. Sebagaimana penyelidikan terhadap

manusia telah disimpulkan, bahwa kelelahan tidak berasal dari

rendahnya konsentrasi fosfagen di dalam otot (Fox, E. L., yang

dipaparkan Junusul Hairy , 2007). Suatu kesimpulan yang sama telah

diperoleh dari hasil penelitian terhadap otot katak yang dipotong pada

otot sartoriusnya.

2. Pengosongan Simpanan Glikogen Otot

Pengosongan glikogen terjadi karena proses latihan yang lama

(30 menit 4 jam). Karena pengosongan glikogen demikian hebat,

maka menyebabkan kelelahan kontraktil. Faktor lain penyebab

kelelahan, antara lain rendahnya tingkat glukosa darah yang

menyebabkan pengosongan glikogen hati, pengosongan cadangan

glikogen otot yang menyebabkan kelelahan otot lokal, dehidrasi dan

kurangnya elektrolit yang menyebabkan temperatur meningkat

(Junusul Hairy, 2007).

3. Akumulasi Asam Laktat

Akumulasi asam laktat akan menumpuk di otot dan di

pembuluh darah. Penumpukkan asam laktat dapat menyebabkan

konsentrasi H+ meningkat dan pH menurun. Ion H+ menghalangi

proses eksitasi, yaitu menurunnya Ca2+ yang dikeluarkan dari

retikulum sarkoplasmik. Ion H+ juga mengganggu kapasitas mengikat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

40

Ca2+ oleh troponin. Ion H+ juga akan menghambat kegiatan fosfo-

fruktokinase.

c. Mekanisme Kelelahan

Pada saat olahraga / aktivitas tinggi tanpa diiringi pasokan

oksigen yang cukup dapat menyebabkan terjadinya oksigen debt.

Oksigen debt ini mengakibatkan penumpukkan asam laktat melalui

glikolisis anaerob, adanya asam laktat menyebabkan Ph menurun

(meningkatkan keasaman). Perubahan Ph akan menghambat kerja enzim-

enzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama dalam sel otot

sehingga menyebabkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya

mengalami kelelahan, otot yang lelah ini menyebabkan tidak bisa

kontraksi lagi (Odingaminudin, 2009). Ada 2 teori mekanisme kelelahan,

yaitu sebagai berikut :

1) Teori kimia

Secara teori kimia, bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat

berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme

sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus

listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.

Menurut Saryono (2011) latihan yang berat menyebabkan

perubahan dramatis pada kimia otot. Untuk kembali menuju kondisi

istirahat, otot memerlukan :

a) Cadangan oksigen yang harus diisi ulang

b) Asam laktat harus dikonversi menjadi asam piruvat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

41

c) Glikogen simpanan harus diganti

d) ATP dan keratin fosfat harus disintesis kembali

Lebih lanjut Saryono (2011) mengungkapkan bahwa periode

recovery dimulai segera setelah aktivitas berakhir. Oksigen debt

(kelebihan oksigen yang dikonsumsi setelah aktivitas) : jumlah

oksigen yang diperlukan selama periode istirahat untuk

mempertahankan otot kembali ke kondisi normal.

Tabel 2.3. Mekanisme terjadinya kelelahan (Saryono, 2011) Types of fatigue Procces map Proposed mechanisms

Central fatigue

Peripheral Fatigue

CNS

Somatic motor neuron

Neuromuscular junction

Excitation-contraction coupling

Ca2+ Signal

Contraction-relaxation

- Psychological effects - Protective reflexes - Neurotransmitter

release - receptor activation

- Changes in muscle

membrane potential

- Ca2+ Release

- Ca2+ troponin interaction

- Depletion theories : PC, ATP, Glikogen

- Accumulation theoris: H+, Pi, lactate

2) Teori syaraf pusat

Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang

mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf

sensosrik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan

aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

42

gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi

berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan

dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan

menjadi lambat. Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan

sirkulasi darah yang juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan

mengusir asam laktat. Karena suasana kerja dengan otot statis aliran

darah akan menurun, maka asam laktat akan terakumulasi dan

mengakibatkan kelelahan otot lokal (Ilham jaya, 2000).

Sedangkan Junusul Hairy (2007) mengungkapkan bahwa

kelelahan otot, di perkirakan tempat terjadinya gangguan didalam dan

sekitarnya, dengan mengembalikan sinyal/isyarat ke system syaraf

pusat (otak) melalui syaraf sensoris. Dalam putaran ini otak

mengirimkan sinyal penghambat ke sel-sel syaraf di dalam system

motorik, dan menyebabkan menurunnnya kerja otot sehingga

terjadilah kelelahan. Daerah yang di dalam mekanisme kontraktil

ototnya terganggu, maka mulailah terjadi penumpukkan asam laktat,

pengosongan ATP-PC dan glikogen otot dan itu merupakan factor-

faktor penyebab terjadinya kelelahan atau menurunya performa otot.

d. Kemungkinan Tempat-tempat Kelelahan

Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012) mengemukakan, ada 6

tempat yang mungkin menjadi tempat terjadinya kelelahan bila ditinjau

dari anatomi sistema neuro-muskular, yaitu:

1) Serabut otot

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

43

2) Keping ujung saraf motorik (motor nerve endplate) di dalam otot

3) Serabut saraf motorik itu sendiri

4) Synaps di dalam ganglion saraf dan di susunan saraf pusat

5) Badan sel saraf

6) Ujung saraf sensoris di dalam otot, atau dimanapun di dalam tubuh.

4. Pemulihan (Recovery)

Pemulihan adalah proses memulihkan otot dan bagian tubuh lainnya

ke kondisi sebelum latihan fisik. Selama pemulihan (termasuk pengisian

cadangan energy yang terkuras dan penggusuran/perubahan asam laktat

yang terkumpul selama latihan fisik) memerlukan energy yang berupa ATP

(Fox, Bower & Foss, 1993).Dalam latihan apalagi pertandingan (turnamen)

faktor pemulihan memegang peranan yang sangat penting. Setelah

bertanding apalagi kalau pertandingan

mengalami kelelahan yang berlebihan maka cadangan energi didalam tubuh

akan terkuras habis. Kalau keesekon harinya harus bertanding lagi

sedangkan pemulihannya kurang sempurna maka akan mengalami kelelahan

dan tidak bisa tampil maksimal bahkan sampai kalah. Oleh sebab itu

pemulihan harus dilakukan setelah pertandingan agar seseorang tidak

mengalami kelelahan yang berlebihan dan dapat tampil maksimal pada

pertandingan berikutnya.

Asam laktat dalam darah pada tubuh atlet akan meningkat pada saat

berlatih atau bertanding disebabkan karena saat berlatih dan bertanding

mengeluarkan energi dari tubuh. Kebutuhan energi tersebut dapat diperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

44

melalui glikolisis. Berdasarkan ketersediaan oksigen dalam sel, glikolisis

dapat terjadi secara aerob dan anaerob. Pada glikolisis anaerob terjadi dalam

dua jalan yaitu : secara anaerob alaktasit (sistem fosfagen) yang tidak

menghasilkan asam laktat dan anaerob laktasit (sistem asam laktat) yang

memproduksi asam laktat pada tubuh. Saat anaerob alaktasit terjadi terjadi

secara terus menerus maka ketegangan otot akan atau kontraksi semakin

tinggi. Sehingga penganan asam laktat dalam darah yang terjadi pada atlet

secara berlebihan akan menimbulkan cedera pada otot dan mengakibatkan

peningkatan prestasi kurang maksimal (Bambang Priyonoadi, 2012).

a. Fisiologi Proses Recovery

Dua proses metabolik yang terjadi pada waktu istirahat adalah

pembentukan kembali PC (phosphocreatine) dan bekerjanya sistem

penyangga pada otot-otot aktif yang berperan penting dalam pemulihan

pH otot dan pengangkutan laktat. Kedua proses tersebut membutuhkan

waktu yang berbeda, yaitu resintesis PC lebih cepat (21-60 detik)

dibandingkan pemulihan pH dan pembuangan laktat (6-10 menit). Waktu

istirahat yang diberikan pada massa recovery sebaiknya mencukupi

kebutuhan energi agar memenuhi massa pemulihan energi untuk aktivitas

berikutnya (Widiyanto, 2012).

Konsekuensi dari tidak terpenuhinya waktu istirahat yang cukup

adalah pembentukan kembali ATP-PC yang habis digunakan tidak

sempurna. Semakin sedikit waktu istirahat, maka ATP-PC yang dapat

dihasilkan sebagai sumber energi untuk pengulangan latihan berikutnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

45

juga sedikit. Bila kondisi tersebut terjadi, maka berjalanlah suatu

mekanisme menghasilkan energi melalui sistem glikolisis anaerobik,

sedangkan kita ketahui bahwa sistem energi ini menghasilkan asam laktat

yang terakumulasi di otot, pada akhirnya akan menimbulkan rasa sakit

dan kelelahan pada atlet. Berkurangnya persediaan PC dan glikogen

mengakibatkan penurunan produksi energi anaerobik, oleh karena itu

terdapat korelasi yang signifikan antara waktu istirahat untuk pemulihan

otot dan pembentukan PC terhadap performa atlet saat melakukan latihan

dengan intensitas yang tinggi (Haseler & Hogandalam Widiyanto, 2012).

Selama waktu istirahat, komponen sumber energi otot ATP-PC

yang telah digunakan tergantikan secara proporsional dengan lamanya

waktu istirahat. Untuk menentukan lama waktu istirahat, yang perlu

diperhatikan adalah setiap waktu istirahat 30 detik, hanya dapat

mengembalikan 50% dari ATP-PC yang telah digunakan.

b. Oksigen Pemulihan

Selain glikogen, unsur utama yang sangat penting dalam

menghasilkan ATP adalah oksigen. Saat olahraga intensitas tinggi,

jumlah oksigen yang disediakan oleh tubuh dari proses pernafasan tidak

dapat mengimbangi kebutuhan tubuh sehingga terbentuk "sampah" yang

berupa asam laktat dan ion H+. Timbunan "sampah" tersebutlah yang

menimbulkan kelelahan otot.

"sampah" di dalam tubuh tersebut dapat di-"daur ulang". Salah

satu unsur utama untuk dapat "mendaur ulang" sampah tersebut adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

46

oksigen. Semakin banyak asam laktat dan ion H+ dalam otot dan darah,

maka semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan untuk mendaur

ulang. Dalam istilah fisiologi olahraga, kondisi tersebut dinamakan

dengan "oxygen debt", atau disebut juga "hutang oksigen atau yang lebih

recovery oxygen Nanang, 2012).

Selama pemulihan, kebutuhan energi lebih sedikit, meskipun demikian,

konsumsi oksigen berlanjut pada tingkat yang relative tinggi selama

fisik yang baru saja dilakukan (Fox, Bower & Foss, 1993)

Banyaknya oksigen yang dikomsumsi selama pemulihan, biasanya

dikonsumsi pada kondisi istirahat yang disebut

oksigen yang dikonsumsi diatas tingkat istirahat, terutama dilakukan

untuk menyediakan energi bagi pemulihan tubuh kekondisi pra latihan

(termasuk pengisian kembali simpanan energi yang terkuras dan

menggusur asam laktat yang terkumpul selama latihan fisik) (Fox, Bower

& Foss, 1993).

Lebih lanjut Fox, Bower & Foss (1993) menyatakan bahwa banyak

yang menyalah artikan per-istilah

oksigen yang dikonsumsi

kenyataannya selama latihan fisik maksimal pengurasan oksigen yang

disimpan dalam otot (MgO2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

47

sebanyak 0,6 liter. Kadar-kadar oksigen pemulihan dilain pihak, ternyata

hamper 30 kali lipat dari pada angka tersebut (pada para atlet setelah

melakukan latihan fisik maksimal).

Komponen utama pemulihan oksigen adalah: pemulihan cepat

(alaktasid) dan pemulihan lambat (laktasid). Kebutuhan oksigen untuk

-

oksigen total yang dikonsumsi setelah berolahraga lebih dari tingkat

dasar pra-latihan. Pemulihan setelah latihan maksimum (olahraga dengan

intensitas tinggi) yang sering disertai dengan peningkatan kadar asam

laktat dalam darah dan suhu tubuh naik, memerlukan waktu 24 jam atau

lebih untuk kembali menetapkan pengambilan oksigen pra latihan.

Jumlah waktu akan tergantung pada intensitas latihan dan durasi

(MacKenzie, 2000).

Alactacid oksigen debet (komponen cepat) adalah porsi oksigen

yang dibutuhkan untuk mensintesis dan mengembalikan otot toko

phosphagen (ATP dan PC). Sedangkan Lactacid oksigen debet

(komponen lambat) adalah porsi oksigen yang dibutuhkan untuk

menghilangkan asam laktat dari sel-sel otot dan darah (MacKenzie,

2000). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :

Gambar oksigen pemulihan, banyaknya oksigen yang dikonsumsi selama

pemulihan pada kondisi istirahat dalam jangka-waktu yang sama disebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

48

oksigen pemulihan. Konsumsi oksigen pemulihan terdiri atas fase lambat

dan fase cepat).

Gambar 2.4. Pemulihan setelah latihan maksimum (maksimal) versi (MacKenzie, 2000)

Gambar 2.5. Pemulihan setelah latihan maksimum (maksimal) versi (Fox, Bower & Foss, 1993)

c. Pengisian Kembali Cadangan-cadangan Energi

Ada 2 sumber energi yang dikuras selama latihan fisik yakni :

Fosfagen ATP dan PC yang disimpan dalam sel otot dan Glikogen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

49

yang disimpan dalam jumlah besar dalam otot & liver. Mengapa lemak

tidak masuk dalam daftar itu? alasannya karena lemak tidak diisi

kembali secara langsung tetapi dibangun kembali secara tidak langsung

melalui pengisian kembali karbohidrat (glikogen dan glikosa). Menurut

Fox, Bower & Foss, 1993) pengukuran langsung simpanan fosfagen

dalam otot skelet manusia agak sulit dilakukan. Meskipun demikian,

beberapa penelitian telah mengungkap bahwa sebagian besar ATP dan

PC yang dikuras dari otot sewaktu melakukan latihan fisik dapat

dipulihkan dengan cepat sekali, yakni dalam waktu beberapa menit

sesudah latihan fisik. Hasil dari salah satu penelitian dalam gambar

dibawah ini.

Gambar 2.6. Pemulihan fosfagen sangat cepat, kemudian agak lambat,

yakni 70% dalam waktu 30 detik, dan 100% dalam waktu 3 sampai 5 menit Fox, Bower & Foss, 1993)

Dalam eksperimen ergometer sepeda selama 10 menit. Sampel

jaringan otot diambil dari m.vastus lateralis dengan biopsy, sebelum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

50

latihan dan beberapa waktu selama pemulihan. Sampel dianalisis untuk

mengetahui konsentrasi ATP dan PC.

Dengan sirkulasi yang utuh, pemulihan PC pada mulanya sangat

cepat, kemudian jauh lebih lambat, Misalnya : sesudah 2 menit

pemulihan, 84% dari PC yang dikuras selama latihan sudah dipulihkan,

dan sesudah 4 menit pemulihan mencapai 89%; pada menit ke 8

mencapai 97%. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini :

Gambar 2.7. Sirkulasi yang utuh, pemulihan PC pada mulanya sangat cepat, kemudian jauh lebih lambat. Fox, Bower & Foss, 1993)

d. Penggusuran Asam Laktat dari Darah dan Otot

Semakin bertambah berat latihan semakin bertambah pula kadar

asam laktat dalam otot maupun darah. Dalam keadaan istirahatpun selalu

didapatkan asam laktat dalam darah dan kadar ini bertambah berat pada

latihan. Asam laktat juga menjadi sebab timbulnya kelelahan. Oleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

51

karena itu, sedapat mungkin kadar asam laktat dikembalikan ke keadaan

sebelum latihan, yaitu ke kadar yang rendah (Soekarman, 1991).

Lebih lanjut Soekarman (1991), mengungkapkan bahwa asam

laktat yang terdapat dalam tubuh setelah latihan sebagian laktat akan

dibuang lewat keringat atau urine, dan sebagian kecil asam laktat dapat

diubah kembali menjadi bentuk glikogen dalam hati. Perlu diungkapkan

bahwa pembentukan glikogen dalam hati dari asam laktat tidak

memegang peranan yang sangat penting dalam pengurangan kadar asam

laktat. Pengurangan asam laktat yang terbanyak adalah dengan cara

mengubah asam laktat. Hal ini dapat dilakukan oleh otot, otot jantung,

ginjal maupn hati.

Penurunan asam laktat lebih baik kalau seseorang berlatih secara

kontinyu. Latihan kontinyu berfungsi lebih cepat menurunkan kadar

laktat dalam darah. Perubahan asam laktat dalam darah dan otot terjadi

25 menit bila tanpa aktivitas. Penurunan asam laktat lebih cepat selama

massa pemulihan dilakukan dengan aktivitas ringan seperti jalan dan

jogging daripada tanpa aktivitas fisik. Jadi aktivitas fisik selama massa

pemulihan yang paling cepat untuk perubahan (penurunan) asam laktat

adalah dengan melakukan kerja fisik kontinyu daripada intermiten (Ilham

Jaya, 2000).

e. Pemulihan Cadangan-cadangan Oksigen

Pemulihan Cadangan Oksigen adalah Penggunaan oksigen oleh

tubuh untuk menciptakan energi. Pernapasan mendukung kehidupan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

52

manusia, Duduk, bekerja, dan tidur, semuanya didorong oleh setiap napas

yang di ambil. Namun, latihan keras membutuhkan lebih banyak energi.

Sebuah aktivitas berat, seperti berlari, dengan cepat akan membutuhkan

oksigen banyak, sehingga terjadi utang oksigen (oksigen pemulihan).

Ketika tubuh menggunakan semua oksigen, ia harus mendapatkan lebih

banyak oksigen setelah latihan maksimum (Chitika, 2012).

Darah sangat membutuhkan presentase udara yang mengandung

oksigen kimia yang banyak. Sel darah mengambil oksigen dari jutaan

alveoli kecil (gelembung kecil) yang melapisi paru-paru, dan

menggunakannya untuk bahan bakar seluruh tubuh. Dalam kaitan dengan

olahraga, oksigen bertanggung jawab untuk produksi ATP, suatu

neurotransmitter yang memungkinkan otot-otot untuk berfungsi.

terutama di sediakan melalui sistem aerobik. Energi aerobik tersedia dari

pengisian kembali fosfagen yang berasal dari penguraian karbohidrat dan

lemak (dan mungkin juga sejumlah kecil asam laktat) menjadi CO2 dan

H2O lewat daur krebs dan ETS.

Gambar 2.8. Oksigen yang dikonsumsi selama RPP (Rapid-Recovery O2

Phase), (Fox, Bower & Foss, 1993).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

53

Oksigen yang dikonsumsi selama RPP Menyediakan sebagian

besar energi yang diperlukan untuk mengisi kembali simpanan-2 ATP

dan PC dalam otot yang terkuras selama latihan fisik. Sebagian yang

diresintesis langsung disimpan dalam otot, sedangkan yang sebagian lagi

segera diurai untuk meresintesis PC yang kemudian disimpan dalam otot.

Hal yang perlu diperhatikan bahwa glikolisis anaerobic mungkin juga

menyediakan sebagian energy (ATP) untuk pemulihan fosfagen

(Mucshin Douwes, 2011). Fox, Bower & Foss, 1993)

f. Recovery Aktif

Recovery aktif merupakan bentuk istirahat yang berarti atlet tidak

berdiam diri, tetapi tetap melakukan aktivitas fisik dengan intensitas

sangat ringan (20% DNM) sampai ringan (50% DNM) seperti jogging

dan berjalan. Contoh dalam kasus dilapangan, selama latihan interval

atau pelatihan fartlek, Anda akan akan berlari untuk jarak tertentu

kemudian berjalan untuk pulih. Pemulihan aktif ini membantu

membersihkan otot-otot dari asam laktat dan enzim creatine kinase, yang

menyebabkan rasa sakit dan kelelahan.

Manfaat dari recovery aktif:

1) Bantuan nyeri otot Anda untuk pergi lebih cepat.

2) Membantu otot Anda memulihkan dan memperbaiki jaringan yang

rusak.

3) Meningkatkan pemulihan psikologis / mental.

4) Meningkatkan relaksasi mental dan fisik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

54

g. Recovery Corstability

Recovery Corstability merupakan bentuk istirahat yang berarti atlet

tidak berdiam diri, tetapi tetap melakukan aktivitas fisik dengan

intensitas sangat ringan (20% DNM) sampai ringan (50% DNM) dengan

diselingi dengan peregangan (stretching) seperti jogging dan berjalan

kemudian diselingi peregangan, jogging/jalan lagi kemudian peregangan

lagi (begitu seterusnya). Prinsip dari pemulihan corstability, yaitu hampir

sama dengan pemulihan aktif, yaitu mengembalikan lagi kondisi fisik

seseorang agar seperti semula, menghilangkan kadar asam

laktat,menurunkan kadar enzim creatine kinase, serta memperbaiki

kerusakan-kerusakan kecil pada otot (microtear)

h. Recovery Pasif

Recovery Pasif yaitu latihan yang tidak melibatkan aktifitas/duduk

diam (sat quietly exercise). Sedangkan menurut pendapat lain Recovery

Pasif yaitu aktifitas fisik diam (rest physical activity).

Recovery pasif yaitu aktifitas fisik diam/istirahat total (rest total physical

activity). Recovery Pasif yaitu tidak melakukan latihan aktifitas fisik.

Recovery pasif yaitu istirahat/diam tanpa melakukan aktifitas apa-apa

(sleep exercise). Recovery pasif yaitu tidak melakukan latihan aktifitas

fisik apapun (rest exercise). Jadi recovery pasif merupakan bentuk

istirahat yang berarti atlet berdiam diri tanpa adanya aktifitas fisik

apapun, seperti diam, istirahat total (duduk, terlentang, tiduran).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

55

Pengaruh pemulihan pasif terhadap otot (kelelahan otot) adalah

agar otot dapat pulih kembali seperti semula. Prinsip dari pemulihan

pasif, yaitu hampir sama dengan pemulihan aktif, yaitu mengembalikan

lagi kondisi fisik seseorang agar seperti semula, menghilangkan kadar

asam laktat,menurunkan kadar enzim creatine kinase, serta memperbaiki

kerusakan-kerusakan kecil pada otot (microtear).

Dari ketiga jenis recovery (aktif, corstability, dan pasif). Recovery

aktif merupakan recovery yang paling bagus untuk menurunkan kadar

asam laktat, hal ini disebabkab karena Oksidasi laktat secara aerobik

merupakan bagian terbesar dalam proses perubahan/penurunan laktat.

Adanya perbedaan dalam penurunan laktat pada saat pemulihan

disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan oksidasi, yang dipengaruhi

oleh bentuk dan beban pemulihan.

Brooks dalam Widiyanto (2012) berpendapat bahwa berkaitan

dengan laktat, aktivitas fisik yang menggunakan sistem aerobik tidak

akan terjadi penumpukan laktat yang berlebihan, karena produksi laktat

dengan oksidasi berjalan dengan seimbang. Di samping otot

menghasilkan laktat, otot juga mengonsumsi (menggunakan) laktat

sebagai sumber energy melalui proses oksidasi aerobik, tetapi pada saat

aktivitas fisik meningkat sampai pada ambang anaerobik terjadi ketidak

seimbangan antara laktat yang dihasilkan dan laktat yang digunakan.

Dijelaskan pula bahwa pada saat latihan di atas ambang anaerobic

-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

56

(lactate shuttle) artinya laktat yang dihasilkan oleh salah satu otot akan

dilepas dan ditangkap oleh otot yang lainnya tidak berjalan secara normal

(terganggu), sehingga terjadi penumpukkan laktat di otot. Lactate shuttle

akan kembali normal pada pemulihan atau penurunan intensitas aktivitas

fisik Brooks dalam Widiyanto (2012).

i. Perubahan kadar asam laktat

Perubahan kadar asam laktat dalam darah dan otot selama massa

pemulihan dari suatu latihan yang melelahkan dengan cara dioksidasi

melalui sistem aerobik adalah sekitar 50% setelah 15 menit, 75% setelah

30 menit dan sekitar 95% setelah 60 menit (Bowers, 1992). Perubahan

asam laktat lebih cepat bila pemulihan dilakukan secara aktif, yaitu

dengan melakukan aktivitas ringan atau sedang. Bagi individu yang tidak

terlatih, optimal bila dilakukan dengan aktivitas dengan intensitas antara

30% hingga 45% dari VO2 maks, dan bagi atlet yang terlatih antara 50

hingga 65% dari VO2 maks (Ilham jaya, 2000).

Lebih lanjut Ilham jaya (2000) menyatakan bahwa asam laktat

yang terakumulasi dalam darah dan otot setelah suatu kerja yang

melelahkan akan disingkirkan melalui beberapa cara, antara lain :

dirubah menjadi glikogen hati, menjadi glukosa darah, menjadi protein,

dioksidasi melalui sistem aerobik membentuk ATP, CO2, dan H2O. Ini

menunjukkan bahwa sebagian besar asam laktat dioksidasi melalui

sistem aerobik (lebih 60%). Jaringan yang melakukan oksidasi tersebut

antara lain : otot rangka, otot jantung, hati, dan ginjal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

57

5. Indeks massa tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit

infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap

penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih

panjang.

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia

18 tahun keatas) merupakan masa penting, karena selain mempunyai resiko

penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerjanya.

Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap

orang secara berkesinambungan.

Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan

FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan

perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah:

20,1 25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan

pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

58

lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara

laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan

ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan

ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk

kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan

pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada

akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.4. Kategori IMT http://www.ilmukesehatan.com/pedoman-praktis. Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,4 Normal 18,5 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

a. IMT Kurang

Seseorang dikatakan memiliki IMT kurang (Kurus) bila indeks

massa tubuhnya (IMT) kurang dari 18,4. Contoh seorang pria dengan

tinggi badan 160 cm dan berat badan 45 kg Maka IMT-nya adalah :

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

IMT = 45 : (1,6)2 = 17,5 orang tersebut dikategorikan memiliki IMT

kurang (kurus).

Penyebab utama terjadinya kekurangan berat badan adalah asupan

makan (energi intake) lebih kecil dibandingkan energi yang dikeluarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

59

saat melakukan aktivitas (energi output). Tujuan pengaturan makan bagi

berat badan kurang adalah menambah berat badan secara aman dengan

diet tinggi kalori dan zat gizi seimbang sehingga berat badan menjadi

bertambah. Prinsip peningkatan berat badan adalah menambah massa

otot (hipertropi) (Djoko Pekik I, 2007).

Menambah BB = Menambah massa otot (energi input > energi output)

b. IMT Normal

Seseorang dikatakan memiliki IMT normal bila indeks massa

tubuhnya (IMT) meliki nilai diantara 18,5 25,0. Contoh seorang pria

dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan 55 kg Maka IMT-nya

adalah

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

IMT = 55 : (1,6)2 = 21,5 orang tersebut dikategorikan memiliki IMT

normal.

Penyebab utama terjadinya berat badan normal adalah asupan

makan (energi intake) hampir sama atau bahkan mendekati sama dengan

energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas (energi output). Tujuan

pengaturan makan bagi berat badan normal adalah menjaga berat badan

secara aman dengan zat gizi seimbang dan olahraga secara teratur

sehingga berat badan tetap terjaga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

60

Menjaga BB normal = aktivitas teratur dan terukur (energi input = energi

output)

c. IMT Lebih

Seseorang dikatakan memiliki IMT lebih (overweight/gemuk) bila

indeks massa tubuhnya (IMT) lebih dari 25,1. Contoh seorang pria

dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan 65 kg Maka IMT-nya

adalah

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

IMT = 65 : (1,6)2 = 25,39 orang tersebut dikategorikan memiliki IMT

lebih (overweight/gemuk).

Penyebab utama terjadinya kelebihan berat badan adalah asupan

makan (energi intake) lebih besar dibandingkan energi yang dikeluarkan

saat melakukan aktivitas (energi output). Tujuan pengaturan makan bagi

berat badan berlebih adalah menurunkan berat badan secara aman dengan

diet rendah kalori dan zat gizi seimbang sehingga berat badan menjadi

normal. Prinsip penurunan berat badan adalah mengurangi simpanan

lemak tubuh pada jaringan dibawah kulit (Djoko Pekik I, 2007).

Menurunkan BB = Mengurangi lemak tubuh (energi input < energi

output)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

61

6. Analisis IMT Berkaitan dengan Perubahan kadar asam laktat

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan

alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Untuk membedakan status gizi dibagi menjadi tiga, yaitu IMT kurang,

normal, dan lebih. Dimana ketiga jenis kategori ini mempunyai jumlah total

lemak tubuh yang berbeda, semakin lemak tubuh banyak (berlebihan) akan

mengganggu tubuh ketika bergerak. Pertambahan berat badan biasanya akan

sejalan dengan pertambahan lemak tubuh. Kehilangan lemak berlebih tidak

akan mempengaruhi total Vo2max tapi akan meningkatkan ketika diubah

dalam millimeter per kilogram berat tubuh (Fatmah, 2011). Jadi seseorang

yang memiliki berat badan lebih cenderung tidak bugar karena dalam

tubuhnya banyak lemak yang mengakibatkan kurang lincah dalam bergerak

sehingga untuk pemulihan memerlukan waktu yang agak lama, begitu pula

dengan orang yang kurus, cenderung tidak bugar karena banyak kekurangan

energi/asupan gizi sehingga untuk pemulihan dalam aktivitas olahraga juga

agak lama.

Berdasarkan uraian diatas, Indeks massa tubuh seseorang dapat

mempengaruhi penurunan kadar asam laktat dengan cara recovery sesudah

latihan maksimum. Harapannya dengan diketahuinya penurunan kadar asam

laktat melalui recovery, dapat menghasilkan temuan penelitian berupa

recovery yang paling efektif dari recovery aktif, corstability, dan pasif pada

seseorang yang memiliki kategori Indeks massa tubuh lebih, recovery yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

62

paling efektif dari recovery aktif, corstability, dan pasif pada seseorang yang

memiliki kategori Indeks massa tubuh normal, dan recovery yang paling

efektif dari recovery aktif, corstability, dan pasif pada seseorang yang

memiliki kategori Indeks massa tubuh kurang.

B. Kerangka Berpikir

Sesuai dengan latar belakang masalah dan kajian teori, maka dapat

disusun kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaruh antara recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap

perubahan kadar asam laktat.

Di dalam aktivitas olahraga, terutama untuk olahraga dengan

intensitas tinggi menghasilkan produk samping berupa asam laktat. Asam

laktat dihasilkan ketika penguraian glykogen otot (menjadi tiga molekul

carbon pyruvic acid) melebihi kemampuan mitochondria untuk memproses

metabolit ini. Jadi, asam pyruvic memungut hidrogen, menjadi asam laktat,

dan mulai berakumulasi dalam otot dan darah. Laktat dapat digunakan oleh

jantung dan otot sebagai sumber energi, dan dapat dioksidasikan dalam hati.

Namun, bila produksinya melebihi pembersihan, kadar dalam otot

meningkat. Meningkatnya kadar asam dalam otot mengurangi tenaga

dengan mempengaruhi kontraksi otot, dan menurunkan daya tahan dengan

mengurangi efisiensi enzim aerobik (Sharkey, 2011).

Recovery merupakan hal utama yang harus dilakukan seseorang

(baik atlet, pecinta olahraga, maupun masyarakat) setelah melakukan

aktivitas fisik atau olahraga. Pemulihan (recovery) yang tidak sempurna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

63

antara latihan satu dengan latihan fisik lainnya atau antara satu pertandingan

dengan pertandingan berikutnya pada akhirnya akan menurunkan kinerja

fisik seseorang. Pada penelitian ini menggunakan tiga macam jenis recovery

yaitu recovery aktif, recovery corstability, dan recovery pasif. Perlakuan

pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan

maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint

400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar

asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba

melakukan recovery aktif, corstability, dan pasif (sesuai dengan kelompok),

hal ini dilakukan berulang-ulang selama 20 menit, kemudian di ambil

darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan laktat atau tidak.

Dari uraian diatas dengan memperhatikan segala kelebihan dan

kekurangan pada masing-masing jenis recovery, maka dapat diduga bahwa

antara jenis recovery aktif, corstability, dan pasif bisa memberikan pengaruh

yang berbeda terhadap perubahan kadar asam laktat.

2. Perbedaan Perubahan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki

IMT kurang, normal, dan lebih.

Untuk membedakan status gizi dibagi menjadi tiga, yaitu IMT

kurang, normal, dan lebih. Dimana ketiga jenis kategori ini mempunyai

jumlah total lemak tubuh yang berbeda, semakin lemak tubuh banyak

(berlebihan) akan mengganggu tubuh ketika bergerak. Pertambahan berat

badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan lemak tubuh. Kehilangan

lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total Vo2max tapi akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

64

meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per kilogram berat tubuh

(Fatmah, 2011). Jadi seseorang yang memiliki berat badan lebih cenderung

tidak bugar karena dalam tubuhnya banyak lemak yang mengakibatkan

kurang lincah dalam bergerak sehingga untuk pemulihan memerlukan waktu

yang agak lama, begitu pula dengan orang yang kurus, cenderung tidak

bugar karena banyak kekurangan energi/asupan gizi sehingga untuk

pemulihan dalam aktivitas olahraga juga agak lama.

Pengklasifikasian ini dimaksudkan untuk mengetahui recovery yang

paling efektif dari jenis recovery aktif, corstability, dan pasif pada orang

yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) kurang, normal dan lebih sesudah

latihan maksimum terhadap perubahan kadar asam laktat.

3. Pengaruh interaksi antara recovery dan kategori IMT terhadap perubahan

kadar asam laktat.

Ada keterkaitan antara jenis Recovery dan Indeks Massa Tubuh

terhadap perubahan kadar asam laktat. Ketiga jenis kategori Indeks Massa

tubuh mempunyai status kebugaran (prediksi VO2 Max) yang berbeda,

sehingga jika diberikan perlakuan yang berbeda yaitu dengan Recovery

Aktif, Corstability, dan Pasif, kemungkinan akan mempengaruhi hasil

perubahan kadar asam laktat yang akan didapat. Hal ini berdasar pada status

kebugaran, semakin bugar seseorang maka laktat dalam tubuh sedikit (tidak

mengalami kelelahan yang berlebihan), sedangkan semakin seseorang tidak

bugar maka akan banyak laktat yang menumpuk karena aktivitas tubuh yang

keras tanpa diiringi pasokan oksigen yang cukup sehingga otot mengambil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

65

bahan bakar dari glukosa yang disimpan tubuh. Pemecahan glukosa oleh

tubuh menimbulkan penumpukan asam laktat yang menimbulkan nyeri dan

kelelahan.

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pemikiran di atas

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh antara recovery aktif, corstability, dan pasif

terhadap perubahan kadar asam laktat.

2. Ada perbedaan perubahan kadar asam laktat antara mahasiswa yang

memiliki Indeks Massa Tubuh kurang, normal, dan lebih.

3. Ada pengaruh interaksi antara recovery dan kategori Indeks Massa Tubuh

terhadap perubahan kadar asam laktat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini seluruhnya dilakukan di Stadion Atletik Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta, dari mulai pengambilan data

tinggi badan, berat badan, pelaksanaan pretest-posttest pengambilan darah

(untuk mengetahui laktat) dan sampai pelaksanaan (treatment) dengan

recovery aktif, corstability, dan pasif.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada

dan dilakukan pagi hari mulai pukul 07.00 10.30 WIB.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah jenis penelitian

eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

factorial design 3 x 3. Menurut Sudjana (2002) eksperiment factorial design

adalah eksperimen yang hampir atau semua taraf sebuah factor dikombinasikan

atau disilangkan dengan semua taraf tiap factor lainnya yang ada dalam

eksperimen. Dalam rancangan factorial 3 x 3 dijelaskan mengenai eksperimen

factorial bahwa yang diukur tidak hanya pengaruh faktor utama dari setiap

variabel bebas terhadap variabel terikat, tetapi juga pengaruh interaksi antar

66

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

67

variabel-variabel bebas. Rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rancangan factorial 3 x 3

Variabel Atributif :

Indeks Massa

Tubuh (A)

Variabel Manipulatif : Recovery (B)

Aktif (b1) Corstability (b2) Pasif (b3)

Lebih (a1) a1 b1 a1 b2 a1 b3

Normal (a2) a2 b1 a2 b2 a2 b3

Kurang (a3) a3 b1 a3 b2 a3 b3

Keterangan:

a1 b1 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh lebih diberi

perlakuan recovery aktif.

a2 b1 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh normal diberi

perlakuan recovery aktif.

a3 b1 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh kurang diberi

perlakuan recovery aktif.

a1 b2 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh lebih diberi

perlakuan recovery Corstability.

a2 b2 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh normal diberi

perlakuan recovery Corstability.

a3 b2 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh kurang diberi

perlakuan recovery Corstability.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

68

a1 b3 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh lebih diberi

perlakuan recovery pasif.

a2 b3 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh normal diberi

perlakuan recovery pasif.

a3 b3 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh kurang diberi

perlakuan recovery pasif.

untuk mendapatkan keyakinan bahwa penurunan kadar asam laktat

merupakan hasil perlakuan dari recovery maka dapat digeneralisasikan ke

dalam populasi yang ada.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang dimaksudkan

untuk diteliti dan yang nantinya akan digeneralisasi (Ali Maksum, 2007).

Generalisasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan terhadap kelompok

individu atau objek yang lebih luas berdasarkan data yang diperoleh dari

sekelompok individu atau objek yang lebih sedikit. Populasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswa (laki-laki) Prodi IKORA FIK UNY.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah himpunan bagian (sebagian) populasi yang diambil

secara representatif dari populasi (Agung S & R. Syaifulloh, 2011). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive random

sampling. Menurut Sudjana (2002) teknik purposive random sampling yaitu

dari jumlah populasi yang ada untuk menjadi sampel harus memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

69

ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian. Sedang menurut

Singh (2006) pemilihan sampel dengan teknik purposive random sampling

adalah teknik memilih sampel penelitian tidak secara acak, namun

didasarkan pada pertimbangan kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Adapun kriteria sampel penelitian yang dipilih adalah mahasiswa

IKORA FIK UNY yang memiliki Indeks massa tubuh kurang, normal, dan

lebih, sehingga dengan teknik purposive random sampling diperoleh besar

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 mahasiswa putra.

D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan

pengamatan atau semua simbol (ciri) yang menunjukkan variasi atau segala

sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian (Sugiyono, 2010). variabel

dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent) dan satu

variabel terikat (dependent) dengan rincian sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent)

a. Variabel bebas manipulatif yaitu Recovery yang terdiri dari 3 taraf yaitu

1) Recovery Aktif

2) Recovery Corstability

3) Recovery Pasif

b. Variabel bebas atributif dalam penelitian ini adalah

1) Indeks massa tubuh lebih

2) Indeks massa tubuh normal

3) Indeks massa tubuh kurang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

70

2. Variabel terikat (dependent)

Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu perubahan kadar asam laktat.

Definisi Operasional

Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel

dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel

penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Recovery Aktif

Recovery Aktif adalah sebuah pemulihan (recovery) aktif dengan

aktifitas olahraga ringan seperti jalan atau jogging untuk mengurangi

kelelahan, mempercepat regenerasi fisiologis, dan menghilangkan laktat

yang merupakan produk sampingan dari latihan maksimum. Recovery aktif

pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan

maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint

400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar

asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba

melakukan recovery aktif dengan jalan atau jogging selama 20 menit,

kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan laktat

atau tidak.

2. Recovery Corstability

Recovery Corstability adalah sebuah pemulihan (recovery) dengan

aktifitas olahraga ringan seperti jalan atau jogging kira-kira sejauh 10 m /

dengan jarak 10 m, kemudian dilanjutkan dengan peregangan (stretching),

setelah selesai peregangan orang coba melakukan jalan atau jogging 10 m,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

71

kemudian peregangan lagi (hal ini dilakukan berulang-ulang hingga 20

menit). Recovery corstability ini dilakukan untuk mengurangi kelelahan,

mempercepat regenerasi fisiologis, dan menghilangkan laktat yang

merupakan produk sampingan dari latihan maksimum. Recovery corstability

pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan

maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint

400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar

asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba

melakukan recovery corstability dengan jalan atau jogging sejauh 10 m,

dilanjutkan dengan peregangan, hal ini dilakukan berulang-ulang selama 20

menit, kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan

laktat atau tidak.

3. Recovery pasif

Recovery pasif adalah sebuah pemulihan (recovery) pasif dengan

langsung istirahat seperti duduk atau langsung berhenti tanpa aktifitas

apapun, hal ini dilakukan untuk mengurangi kelelahan, mempercepat

regenerasi fisiologis, dan menghilangkan laktat yang merupakan produk

sampingan dari latihan maksimum. Recovery pasif pada penelitian ini

dilakukan setelah orang coba melakukan latihan maksimum yaitu dengan

lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint 400 m orang coba

langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar asam laktatnya. Setelah

diketahui kadar asam laktatnya orang coba melakukan recovery pasif

dengan duduk atau langsung berhenti tanpa aktifitas apapun selama 20

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

72

menit, kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan

laktat atau tidak.

4. Indeks massa tubuh

Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat

meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih

akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,

mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat

mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Pada penelitian ini indeks

massa tubuh merupakan variabel atributif yang melekat dan menjadi sifat

dari sampel yang diteliti. Pengukuran indeks massa tubuh digunakan untuk

membedakan level indeks massa tubuh sampel, yang dibagi menjadi tiga

level, yaitu indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih.

E. Teknik Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah laktat tes yang digunakan untuk mengukur ambang laktat, Timbangan

untuk mengukur berat badan, stadiometer untuk mengukur tinggi badan, dan

stadion atletik untuk pelaksanaan keseluruhan mulai dari pre tes dengan lari

400 m, treatmen dengan recovery.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

tes dan pengukuran beberapa variable penelitian:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

73

1. Data Laktat

Data Laktat di dapat setelah orang coba melakukan lari 400 meter

(pre test) dan setelah melakukan treatment berupa recovery (post test).

Sebuah jarum

disterilkan pokes jari

Contoh mikro kecil darah

Analyzer mengambil sampel

Foto ini menunjukkan hasil yang sangat tinggi 13,8 setelah lari sprint 400 meter

Gambar 3.1. Pengambilan Laktat

2. Data Tinggi Badan

Tinggi badan adalah jarak maksimum dari lantai sampai tulang

diatas kepala atau dari vertex ke telapak kaki, subyek diwajibkan

menanggalkan sepatu ataupun alas kaki. Subyek berdiri tegak

membelakangi batang pengukur vertikal (stadiometer). Kedua tumit rapat,

punggung dan bagian kepala (occiput) menyentuh batang pengukur vertikal.

Kepala sedikit mendongak ke atas sehingga bidang Frankfort harus betul-

betul mendatar. Pengukuran dimulai dari vertex sampai dengan telapak kaki

(permukaan lantai), kemudian dicatat dengan satuan centimeter atau inci

(Tim Anatomi, 2007).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

74

Petunjuk pelaksanaan Test dan Pengukuran

Tinggi Badan

Cara pengukuran:

a) Subyek menanggalakan sepatu atau alas kaki.

b) Subyek berdiri tegak membelakangi pengukur vertikal (stadiometer).

c) Kedua tumit rapat, punggung dan bagian belakang kepala menyentuh

batang pengukur vertical.

d) Kepala sedikit mendongak ke atas.

e) Pengukuran dimulai dari vertek sampai dengan telapak kaki (permukaan

lantai), kemudian dicatat dengan satuan centimeter.

Gambar 3.2. Pengukuran tinggi badan (ISAK, 2001)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

75

3. Data Berat Badan

Dalam penimbangan berat tubuh/badan dilakukan dengan pakaian

seminim mungkin (subyek harus menanggalkan sepatu, jaket, mantel dan

perhiasan-perhiasan lain yang berbobot) dan tubuh dalam keadaan tidak

berkeringat. Subyek berdiri di atas timbangan tidak boleh berpegangan pada

benda lain. Menggunakan alat timbang berat badan standar dengan ketelitian

sampai 100 gram. (Djoko P, 2007). permasalahan tentang berat badan dapat

dibedakan menjadi dua komponen pokok yaitu :

Komponen lemak (fat component), kecenderungan orangnya gemuk

atau berat. Mempunyai keuntungan mudah untuk mempertahankan

keseimbangan. Hal ini penting bagi olahraga yang memerlukan

mempertahankan keseimbangan, seperti gulat, judo, dan sejenisnya.

Komponen bebas lemak (fat free component), komponen bebas

lemak dari berat badan, sebagian terbentuk oleh berat otot dan tulang. Bila

dibandingkan dengan komponen lemak pada, apabila yang lainya sama

besar kecuali kandungan lemak dalam badan, komponen bebas lemak jauh

lebih ringan sehingga akan menguntungkan bagi olahraga yang aktivitasnya

bersifat daya tahan maupun akselerasi. Bobot mati adalah berat senmua

bagian badan yang secara langsung tidak terlibat dalam memproduksi

gerakan. Berat ini terdiri dari berat skeleton, kulit, alat dalam, darah dan

terutama berat otot yang tidak aktif dan lemak badan.

Berat Badan

Cara pengukuran:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

76

a) Angka dalam timbangan benar-benar menunjukkan angka nol.

b) Pakaian subyek seminim mungkin.

c) Subyek berdiri tegak di atas timbangan sampai jarum angka

menunjukkan hasil berat.

Gambar 3.3. Pengukuran berat badan (ISAK, 2001)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varian

(ANAVA) rancangan factorial 3 x 3 taraf

memenuhi asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas (uji

Kolmogorov - Smirnov) dan uji homogenitas varians (dengan uji bartlet)

setelah itu dilanjutkan dengan uji hipotesis.

Setelah semua data terkumpul, kemudian disusun dan dianalisis secara

statistik melalui proses sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

77

1. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan analisis populasi dilakukan uji prasyarat analisis

yaitu uji normalitas (uji Kolmogorov - Smirnov) dan uji homogenitas

varians (dengan uji bartlet). Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui

apakah sampel yang digunakan dalam penelitian berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas bertujuan untuk

mengetahui apakah variansi pada tiap-tiap kelompok homogeny atau tidak.

a. Uji normalitas

Uji normalitas yang menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, Uji

normalitas ini di analisis dengan menggunakan bantuan program

komputerisasi staistical product and service solution (SPSS) versi 19

Dalam proses analisis data karena menggunakan bantuan komputer maka

(sig) lebih besar dari 0,05 disimpulkan normal.

b. Uji homogenitas

Untuk menaksir selisih rata-rata dan menguji kesamaan atau

perbedaan dua rata-rata perlu ditekankan adanya asumsi bahwa kedua

populasi mempunyai variansi yang sama. Populasi-populasi dengan

dengan variansi yang sama besar dinamakan variansi yang homogen.

Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis Ho adalah :

F = terkecilVariansi terbesarVariansi

(Sudjana, 1996)

Uji homogenitas ini dilakukan dcngan menggunakan UJI BARTLETT.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

78

Rumus X2 = C303,2

(f log MSerror- fi log Si2)

Hasilnya dibandingkan dengan tabel distribusi X2 dengan taraf

signifikansi. H0 diterima bila X2hit < X2tab , yang berarti sampel-sampel

berasal dari populasi yang homogen.

Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan

untuk uji Bartlett akan lebih mudah dan lehih baik disusun ke dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 3.2. Satuan Harga untuk Uji Bartlet Sampel

Ke Dk

1

Dk Si2 Log Si2 (dk) log Si2

1 N1-1 1/( n1-1) S12 Log S1

2 ( n1-1) Log S12

2 N2-1 1/( n2-1) S22 Log S2

2 ( n2-1) Log S22

.

.

.

K nk-1 1/( nk-1) Sk2 Log Sk

2 ( nk-1) Log Sk2

Jumlah (n1-

1) 1n1

1

- - (n1-1) Log S12

(Sudjana, 1996)

2. Uji Hipotesis

a. Analisis Statistik Anava

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

79

Data hasil pengukuran kadar asam laktat dianalisis dengan statistika

anava dua jalur dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf

signifikan 0,05 %

Tabel 3.3. Analisis Variansi Dua Jalur

Source of Variance SS df MS F

Between groups

A

B

A*B

Within groups

Total

SSB

SS1

SS2

SS1x2

SSW

SST

dfB

df1

df2

df1x2

dfW

dfT

MSB

MS1

MS2

MS1x2

MSW

FB

F1

F2

F1x2

Langkah-Langkah Perhitungan :

1) Sum of Square

a) Total Sum of Square (SSr)

N

XXSS r

2

2

b) Between group sum of square (SSB)

N

X

N

X

N

X

N

XSS

k

kB

22

2

2

2

1

2

1

c) Within group sum square (SSw)

SSw = SSr - SSB

d) Sum of square for factor 1 (SS1)

N

X

columneachinNcolumneachofSum

SS22

1

e) Sum of square for factor 2 (SS2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

80

N

X

roweachinNroweachofSum

SS22

2

f) Sum of square for Interactions (SS1x2)

SS1x2 = SSB SS1 SS2

2) Degrees of freedom

a) Total Degrees of Freedom

dfr = N 1

b) Degrees of Freedom Within Groups

dfW = N K

c) Degrees of Freedom for Factor 1

df1 = one less than the number of levels for factor 1

d) Degrees of Freedom for Factor 2

df1 = one less than the number of levels for factor 2

e) Degrees of Freedom for Interaction

df1x2 = df1xdf2

f) Degrees of Freedom Between Groups

dfB = k 1

3) Mean Square

a) Mean Square Between Group (MSB)

B

BB df

SSMS

b) Mean Square within Group (MSW)

W

WW df

SSMS

c) Mean Square for factor 1 (MS1)

1

1

df

SSMS B

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

81

d) Mean Square for factor 2 (MS2)

2

2

df

SSMS B

e) Mean Square for interaction (MS1x2)

21

2121

x

xx df

SSMS

4) F rations and tests of significance

a) Effect of Between group (FB)

W

B

MSMS

F

b) Effect of factor 1 (F1)

WMSMS

F 1

c) Effect of factor 2 (F2)

WMS

MSF 2

d) Effect of interaction (F1x2)

W

x

MS

MSF 21

b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava

Penggunaan Anava harus memenuhi persyaratan: (1) observasi

untuk masing-masing kelompok independen, (2) setiap kelompok

perlakuan memiliki variansi yang sama (Homogen), (3) populasi

berdistribusi normal. Selanjutnya untuk menguji perbedaan pengaruh

perlakuan menggunakan Uji Newman-Keuls dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

82

1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dari yang

paling kecil sampai kepada yang terbesar.

2) Dari rangkuman ANAVA, diambil harga RJKE disertai dk-nya.

3) Hitung Kekeliruan Baku Rata-Rata untuk tiap perlakuan dengan

rumus dibawah ini :

yS

= 1

)(

n

RJK keke liruan

RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA

4) Tentukan taraf signifikansi a, lalu gunakan Daftar Rentang Student.

Daftar ini mengandung dk = v dalam kolom kiri dan p dalam baris

atas. Untuk uji Newman-Keuls, diambil v = dk dari RJK (kekeliruan)

dan p = 2, 3, .... k. Harga-harga yang didapat dari badan daftar

sebanyak (k-1) untuk v dan p supaya dicatat.

5) Kalikan harga-harga yang didapat di titik 8 di atas masing-masing

dengan s1. Dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan

Rentang Signifikan Terkecil (RST).

6) Bandingkan selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil dengan

RST untuk p = k, selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua

dengan RST untuk p = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya

perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-rata terkecil

dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-

rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2), dan seterusnya.

Dengan jalan begini, semuanya akan ada Vt k (k-1) pasangan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

83

harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar

daripada RST-,nya masing-masing, maka disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan di antara rata-rata perlakuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

84

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian telah dilakukan pada tiga kelompok sampel mahasiswa yang

memiliki Indeks Massa Tubuh Lebih, Normal, dan Kurang, pada Program Studi

Ilmu Keolahragaan (IKORA) Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Yogyakarta, masing-masing kelompok sebanyak lima belas mahasiswa. Data

dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran terhadap variabel independen

atributif dari ketiga kelompok, yaitu kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih dari

jumlah sampel 15 dibagi tiga masing-masing diberi perlakuan recovery aktif,

corstability, dan pasif. Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal dari jumlah

sampel 15 dibagi tiga masing-masing diberi perlakuan recovery aktif, corstability,

dan pasif. Kelompok Indeks Massa Tubuh Kurang dari jumlah sampel 15 dibagi

tiga masing-masing diberi perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif.

Ketiga kelompok tersebut dilakukan tes sebanyak dua kali, yaitu satu kali

tes awal (pretest) dan satu kali tes akhir (posttest). Item tes pada pretest maupun

posttest sama, yaitu kadar asam laktat darah. Dalam penelitian ini dilakukan

beberapa analisa statistik. Semua analisa statitik dikerjakan dengan aplikasi

computer menggunakan seri program SPSS for windows versi 19 dengan taraf

signifikansi 5%.

Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.

Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan

pada tes awal dan tes akhir kadar asam laktat darah. Berikut disajikan mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

85

deskripsi data, pengujian prasarat analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan

hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil pengukuran kadar asam laktat darah

yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai

berikut:

Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Pengukuran kadar asam laktat darah pada mahasiswa yang memiliki Indeks Massa Tubuh Lebih, Normal, dan Kurang Berdasarkan jenis recovery yaitu recovery aktif, corstability, dan pasif.

Perlakuan Indeks

Massa Tubuh (IMT)

Statistik Hasil Tes

Awal

Hasil Tes

Akhir

Perubahan kadar asam

laktat

Recovery Aktif

Lebih

Jumlah 87.1 59.6 27.5 Rerata 17.42 11.92 5.5 SD 2.324 1.898 1.178

Normal

Jumlah 69.4 24.9 44.5 Rerata 13.88 4.98 8.9 SD 1.243 0.746 0.836

Kurang

Jumlah 72.4 43.1 29.3 Rerata 14.48 8.62 5.86 SD 1.515 1.585 1.004

Recovery Corstability

Lebih

Jumlah 77.2 55.6 21.6 Rerata 15.44 11.12 4.32 SD 2.406 1.876 1.235

Normal

Jumlah 76.4 42.7 33.7 Rerata 15.28 8.54 6.74 SD 0.567 0.873 0.689

Kurang

Jumlah 79.4 51.7 27.7 Rerata 15.88 10.34 5.54 SD 0.775 0.989 0.484

Recovery Pasif

Lebih

Jumlah 70.2 55.3 14.9 Rerata 14.04 11.06 2.98 SD 2.046 2.006 0.574

Normal

Jumlah 70.5 44.3 26.2 Rerata 14.1 8.86 5.24 SD 1.104 1.458 1.978

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

86

Kurang

Jumlah 76.8 50.9 25.9 Rerata 15.36 10.18 5.18 SD 0.943 1.148 0.904

Hal-hal yang mendapat perhatian dari nilai-nilai yang terdapat dalam

tabel di atas adalah sebagai berikut :

1. Pada kelompok perlakuan recovery aktif mempunyai rata-rata tes awal

15.26 dan tes akhir 8.50 dengan rata-rata perubahan kadar asam laktat 6.75.

Pada kelompok perlakuan recovery corstability mempunyai rata-rata tes

awal 15.53 dan tes akhir 10.00 dengan rata-rata perubahan kadar asam

laktat 5.53. dan Pada kelompok perlakuan recovery pasif mempunyai rata-

rata tes awal 14.50 dan tes akhir 10.03 dengan rata-rata perubahan kadar

asam laktat 4.46. Bila ketiga perlakuan itu dibandingkan maka rata-rata

perubahan kadar asam laktat dengan perlakuan recovery aktif lebih baik

dari pada perlakuan recovery corstability dan recovery pasif, kemudian

perlakuan recovery corstability lebih baik dari pada recovery pasif.

2. Kelompok perlakuan pada subyek yang memiliki indeks massa tubuh lebih

mempunyai rata-rata tes awal 15.63 dan tes akhir 11.36 dengan perubahan

kadar asam laktat 4.26. Kelompok perlakuan pada subyek yang memiliki

indeks massa tubuh normal mempunyai rata-rata tes awal 14.42 dan tes

akhir 7.46 dengan perubahan kadar asam laktat 6.99. Dan Kelompok

perlakuan pada subyek yang memiliki indeks massa tubuh kurang

mempunyai rata-rata tes awal 15.24 dan tes akhir 9.71 dengan perubahan

kadar asam laktat 5.52. Bila ketiga perlakuan itu dibandingkan maka

kelompok subyek yang mempunyai indeks massa tubuh normal mempunyai

perubahan yang lebih baik dari pada subyek yang mempunyai indeks massa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

87

tubuh kurus dan lebih, kemudian subyek yang mempunyai indeks massa

tubuh kurus lebih baik dari pada subyek yang mempunyai indeks massa

tubuh lebih.

3. Untuk memperoleh gambaran yang lengkap dari nilai rata-rata perubahan

kadar asam laktat untuk masing-masing faktor utama penelitian, perlu

dibuat perbandingan-perbandingannya. Masing-masing sel (kelompok

perlakuan) memiliki perubahan kadar asam laktat yang berbeda. Nilai rata-

rata perubahan kadar asam laktat yang dicapai tiap kelompok perlakuan

disajikan dalam bentuk histogram. Gambaran menyeluruh dari nilai rata-

rata persentase kadar asam laktat, maka dapat dibuat histogram

perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :

Gambar 4.1. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Perubahan kadar asam laktat Tiap Kelompok Berdasarkan Indeks Massa Tubuh.

R A = Kelompok Recovery Aktif

R C = Kelompok Recovery Corstability

R P = Kelompok Recovery Pasif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

88

Lebih = Kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih

Normal = Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal

Kurang = Kelompok Indeks Massa Tubuh Kurang

Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki perubahan kadar asam

laktat yang berbeda. Nilai perubahan kadar asam laktat masing-masing sel

(kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Nilai Perubahan Persentase Lemak Tubuh Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan)

Perlakuan Indeks

Massa Tubuh (IMT)

Perubahan kadar asam laktat

Recovery Aktif

Lebih 5.5

Normal 8.9

Kurang 5.86

Recovery Corstability

Lebih 4.32 Normal 6.74 Kurang 5.54

Recovery Pasif

Lebih 2.98 Normal 5.24 Kurang 5.18

Gambaran dari nilai perubahan kadar asam laktat pada masing-masing

kelompok berdasarkan jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh dapat

dilihat pada histogram sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

89

Gambar 4.2. Histogram Nilai Rata-rata Perubahan Kadar Asam Laktat Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Recovery dan Kategori Indeks Massa Tubuh.

Kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan recovery aktif, recovery

corstability, dan recovery pasif memiliki perubahan/penurunan kadar asam laktat

yang berbeda. Jika antara kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan

recovery aktif, recovery corstability, dan recovery pasif dibandingkan, maka dapat

diketahui bahwa kelompok perlakuan recovery aktif memiliki

perubahan/penurunan kadar asam laktat sebesar 6.75 yang lebih besar dari pada

kelompok recovery corstability dan recovery pasif.

Perbedaan kategori indeks massa tubuh (IMT) berpengaruh pada

perubahan/penurunan kadar asam laktat. Jika antara kelompok mahasiswa yang

memiliki kategori indeks massa tubuh lebih, normal, dan kurang dibandingkan,

maka dapat diketahui bahwa kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks

massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat sebesar 6.99 yang

0123456789

10

Lebi

h

Nor

mal

Kura

ng

Lebi

h

Nor

mal

Kura

ng

Lebi

h

Nor

mal

Kura

ng

Recovery Aktif RecoveryCorstability

Recovery Pasif

Perubahan kadar asam laktat

Perubahan kadar asam laktat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

90

lebih besar dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh

kurang dan lebih.

Pengujian Prasarat Analisis

Untuk memenuhi persyaratan analisa statistic terlebih dahulu dilakukan

uji persyaratan terhadap data penelitian. Uji persyaratan yang dimaksud

meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas distribusi populasi dilakukan untuk mengetahui

normal tidaknya distribusi data atau dengan kata lain untuk mengetahui

kepastian sebaran data yang diperoleh normal atau tidak. Jika diperoleh nilai

probabilitas lebih besar dari @ = 0,05 (p>0,05), maka sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 4.3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

laktat_darah

N 45

Normal Parametersa,b Mean 5.5844

Std. Deviation 1.89124

Most Extreme

Differences

Absolute .076

Positive .076

Negative -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .507

Asymp. Sig. (2-tailed) .959

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi populasi dimaksudkan untuk menguji

kesamaan varians antara kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Uji

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

91

homogenitas kelompok sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi

yang homogen, pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlet. Hasil uji

homogenitas variansi populasi antara kelompok 1, kelompok 2, dan

kelompok 3 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi populasi Kelompok Perlakuan

N Lower SD Upper

KP1 5 3.8645 1.317 7.1355 KP2 5 7.7385 0.935 10.0615 KP3 5 4.4646 1.123 7.2554 KP4 5 2.6053 1.380 6.0347 KP5 5 5.7838 0.770 7.6962 KP6 5 4.8679 0.541 6.2121 KP7 5 2.1830 0.641 3.7770 KP8 5 2.4934 2.212 7.9866 KP9 5 3.9217 1.013 6.4383

KP1 = Kelompok perlakuan recovery aktif pada orang yang menyadang

Indeks massa tubuh lebih

KP2 = Kelompok perlakuan recovery aktif pada orang yang menyadang

Indeks massa tubuh normal

KP3 = Kelompok perlakuan recovery aktif pada orang yang menyadang

Indeks massa tubuh kurang

KP4 = Kelompok perlakuan recovery corstability pada orang yang

menyadang Indeks massa tubuh lebih

KP5 = Kelompok perlakuan recovery corstability pada orang yang

menyadang Indeks massa tubuh normal

KP6 = Kelompok perlakuan recovery corstability pada orang yang

menyadang Indeks massa tubuh kurang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

92

KP7 = Kelompok perlakuan recovery pasif pada orang yang menyadang

Indeks massa tubuh lebih

KP8 = Kelompok perlakuan recovery pasif pada orang yang menyadang

Indeks massa tubuh normal

KP9 = Kelompok perlakuan recovery pasif pada orang yang menyadang

Indeks massa tubuh kurang

B. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data

dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai

langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis

varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus

diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan

pada bab II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis

sebagai berikut:

Tabel 4.5. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kadar Asam Lakat Berdasarkan Kategori IMT dan Jenis Recovery

Jenis Recovery

Kategori IMT

A1 A2 A3

B1 B2 B3 B1 B2 B3 B1 B2 B3

Hasil tes awal 17.42

13.88 14.48

15.44 15.28

15.88 14.04

14.1

15.36

Hasil tes akhir 11.92 4.98 8.62

11.12 8.54

10.34 11.06

8.86

10.18

Perubahan 5.5 8.9

5.86

4.32 6.74

5.54

2.98

5.24

5.18

Keterangan :

A1 : Recovery Aktif

A2 : Recovery Corstability

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 109: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

93

A3 : Recovery Pasif

B1 : Indeks Massa Tubuh Lebih

B2 : Indeks Massa Tubuh Normal

B3 : Indeks Massa Tubuh Kurang

Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk perlakuan recovery aktif, corstability dan pasif (A1, A2, A3)

Sumber Variasi DF SS MS F Sig A Kekeliruan

2 1457.851 485.950 336.479 0.000 36 51.992 1.444

Tabel 4.7. Ringkasan Analisis Variansi Untuk Indeks Massa Tubuh (B1, B2 dan

B3) Sumber Variasi DF SS MS F Sig A Kekeliruan

2 39.275 19.638 13.597 0.000 36 51.992 1.444

Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F

Sig

Rata-rata Perlakuan

A 2 1457.851 485.950 336.479 0.000

B 2 39.275 19.638 13.597 0.000

AB 4 11.632 1.444 0.113 Kekeliruan 36 Total 44 1560.750

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis

sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis I

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa recovery aktif dapat

memberikan perubahan/penurunan kadar asam laktat yang berbeda dengan

recovery corstability dan pasif. Hal ini dibuktikan dari nilai Sig = 0.000 < 0.05.

Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti terdapat perbedaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 110: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

94

pengaruh yang signifikan antara recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap

penurunan kadar asam laktat. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata

pengaruh perlakuan recovery aktif memiliki penurunan laktat lebih besar dari

pada perlakuan recovery corstability dan pasif, dengan rata-rata penurunan kadar

asam laktat masing-masing yaitu 5.5, 8.9 dan 5.86. Perlakuan recovery

corstability memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding perlakuan recovery

pasif dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 4.32,

6.74 dan 5.54. Perlakuan recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling

sedikit, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 2.98,

5.24 dan 5.18.

2. Pengujian Hipotesis II

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki

kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang

berbeda. Hal ini dibuktikan dari nilai Sig = 0.000 < 0.05. Dengan demikian

hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti terdapat perbedaan penurunan kadar asam

laktat yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih,

normal, dan kurang.

Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata mahasiswa yang memiliki

kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan laktat lebih besar

dibanding mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang dan

lebih, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 8.9,

6.74, dan 5.24. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang

memiliki penurunan laktat yang lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 111: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

95

indeks massa tubuh lebih, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-

masing yaitu 5.86, 5.54, dan 5.18. Mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh

lebih memiliki penurunan laktat yang paling sedikit, dengan rata-rata

perubahan/penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 5.5, 4.32, dan 2.98.

3. Pengujian Hipotesis III

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis recovery

dan kategori IMT tidak bermakna. Karena Sig = 0.113 > 0.05. dengan demikian

hipotesis nol diterima yang berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan antara

jenis recovery dan kategori IMT terhadap penurunan kadar asam laktat.

C. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut

mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan

pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis

yaitu : (a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama

penelitian (b) tidak ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama

dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis dapat

dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaruh antara perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif

terhadap perubahan/penurunan kadar asam laktat.

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan

pengaruh yang nyata antara kelompok mahasiswa yang mendapatkan

perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap penurunan kadar

asam laktat. Pengaruh perlakuan recovery aktif memiliki penurunan laktat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 112: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

96

lebih besar dari pada perlakuan recovery corstability dan pasif. Perlakuan

recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding

perlakuan recovery pasif. Perlakuan recovery pasif memiliki penurunan

laktat yang paling sedikit.

Pada waktu pemulihan, otot akan mengeluarkan laktat ke sirkulasi

darah untuk dibawa ke jaringan atau ke otot yang kurang aktif. Sebagian

laktat otot akan dibersihkan melalui sirkulasi, sedangkan yang lain

dikonversi kembali menjadi piruvat untuk membentuk glikogen kembali

dengan bantuan enzim piruvat dehidrogenase. Sebagian piruvat akan

dioksidasi menjadi karboksida dan air, sedang yang lain dirubah menjadi

alanin (Widiyanto, 2012).

Oksidasi laktat secara aerobik merupakan bagian terbesar dalam

proses perubahan/penurunan laktat. Adanya perbedaan dalam penurunan

laktat pada saat pemulihan disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan

oksidasi, yang dipengaruhi oleh bentuk dan beban pemulihan.

Brooks dalam Widiyanto (2012) berpendapat bahwa berkaitan dengan

laktat, aktivitas fisik yang menggunakan sistem aerobik tidak akan terjadi

penumpukan laktat yang berlebihan, karena produksi laktat dengan oksidasi

berjalan dengan seimbang. Di samping otot menghasilkan laktat, otot juga

mengonsumsi (menggunakan) laktat sebagai sumber energy melalui proses

oksidasi aerobik, tetapi pada saat aktivitas fisik meningkat sampai pada

ambang anaerobik terjadi ketidak seimbangan antara laktat yang dihasilkan

dan laktat yang digunakan. Dijelaskan pula bahwa pada saat latihan di atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 113: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

97

-

otot akan dilepas dan ditangkap oleh otot yang lainnya tidak berjalan secara

normal (terganggu), sehingga terjadi penumpukkan laktat di otot. Lactate

shuttle akan kembali normal pada pemulihan atau penurunan intensitas

aktivitas fisik, (Brooks dalam Widiyanto, 2012).

Oleh karena itulah perlakuan recovery aktif memiliki hasil yang lebih

baik dibandingkan recovery corstability dan pasif dalam menurunkan kadar

asam laktat. Recovery aktif/olahraga ringan merupakan pemulihan yang

sangat efektif menurunkan kadar asam laktat.

Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan

bahwa perbandingan rata-rata penurunan kadar asam laktat yang dihasilkan

oleh recovery aktif adalah 6.75 lebih besar dari pada dengan recovery

corstability dan pasif. recovery corstability rata-rata penurunan kadar asam

laktat yang dihasilkan adalah 5.53 lebih besar daripada recovery pasif.

recovery pasif rata-rata penurunan kadar asam laktat yang dihasilkan adalah

4.46 atau yang paling sedikit.

2. Perbedaan perubahan/penurunan kadar asam laktat antara yang memiliki

indeks massa tubuh lebih, normal, dan kurang.

Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan

pengaruh yang nyata antara kelompok mahasiswa dengan kategori indeks

massa tubuh lebih, normal, dan kurang terhadap penurunan kadar asam

laktat. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 114: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

98

memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki

kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Mahasiswa yang memiliki

kategori indeks massa tubuh kurang memiliki penurunan laktat yang lebih

besar dibanding mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih.

Mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih memiliki penurunan

laktat yang paling sedikit.

Pertambahan berat badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan

lemak tubuh. Kehilangan lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total

VO2 Max tapi akan meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per

kilogram berat tubuh. Pertambahan berat badan berupa lemak tubuh justru

dapat menghambat pergerakan seseorang, lemak tubuh hanya akan

meningkatkan berat tubuh seseorang tetapi tidak berkontribusi pada

produksi energy. Jadi lemak tubuh berlebihan akan mengganggu tubuh

ketika bergerak (Fatmah, 2011). Sebaliknya pada orang yang kekurangan

berat badan (gizi kurang), ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan

berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan

kardiovaskuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik seseorang

haruslah melakukan latihan olahraga yang cukup dan mendapatkan gizi

yang memadai untuk kegiatan fisiknya (Fatmah, 2010).

Pada kelompok mahasiswa dengan kategori indeks massa tubuh

normal memiliki potensi yang lebih besar dari pada mahasiswa yang

memiliki kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Mahasiswa dengan

kategori indeks massa tubuh normal memiliki status kebugaran/VO2 Max

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 115: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

99

yang lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan kategori indeks massa

tubuh kurang dan lebih. Status kebugaran/ VO2 Max yang lebih baik lebih

memungkinkan memiliki perubahan/penurunan yang lebih besar, hal ini

disebabkan karena peningkatan kapasitas respirasi paru dan denyut jantung

dapat dicukupi pasokan oksigennya daripada orang yang memiliki status

kebugaran/VO2 Max kurang baik. Oleh karena itulah mahasiswa yang

memiliki kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar

asam laktat yang lebih besar, dari pada mahasiswa yang memiliki kategori

indeks massa tubuh kurang dan lebih.

Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan

bahwa perbandingan rata-rata penurunan kadar asam laktat pada mahasiswa

yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal 6.99 yang lebih besar

dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang

dan lebih. Rata-rata penurunan kadar asam laktat pada mahasiswa yang

memiliki kategori indeks massa tubuh kurang 5.52, lebih besar daripada

indeks massa tubuh lebih. rata-rata penurunan kadar asam laktat pada

mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal 4.26, atau

yang paling sedikit.

3. Pengaruh interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh

terhadap perubahan/penurunan kadar asam laktat.

Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa

faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan tidak

adanya interaksi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 116: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

100

jenis recovery dan kategori IMT tidak bermakna. Hal ini dibuktikan dari

nilai sig diterima = 0,05. Ini dapat dibuktikan dengan hasil

perhitungan analisis varians 2 faktor yaitu Sig = 0.113 > 0.05.

Kondisi demikian memberikan suatu gambaran bahwa perubahan

kadar asam laktat pada kelompok Indeks massa tubuh lebih, normal, dan

kurang mempunyai nilai yang sama (ketiganya paling baik bila diberi

perlakuan recovery aktif). hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dicapai, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh lebih

memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan

recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki

penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun bila

dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery

corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling

sedikit.

b. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh

normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi

perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability

memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif

namun bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan

recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang

paling sedikit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 117: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

101

c. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh

kurang memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi

perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability

memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif

namun bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan

recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang

paling sedikit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 118: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara perlakuan recovery aktif,

corstability, dan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat. Pengaruh

perlakuan recovery aktif memiliki penurunan laktat lebih besar dari pada

perlakuan recovery corstability dan pasif. Perlakuan recovery corstability

memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding perlakuan recovery pasif.

Perlakuan recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit.

2. Ada perbedaan penurunan kadar asam laktat yang signifikan antara

mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh (IMT) lebih, normal

dan kurang. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal

memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki

kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Mahasiswa yang memiliki

kategori indeks massa tubuh kurang memiliki penurunan laktat yang lebih

besar dibanding mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih.

Mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih memiliki penurunan

laktat yang paling sedikit.

3. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara jenis recovery dan kategori

indeks massa tubuh terhadap penurunan kadar asam laktat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 119: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

103

a. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh lebih

memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan

recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki

penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun bila

dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery

corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling

sedikit.

b. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh

normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi

perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability

memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun

bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery

corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling

sedikit.

c. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh

kurang memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi

perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability

memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun

bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery

corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling

sedikit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 120: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

104

B. Implikasi

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan

ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas

dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai

berikut:

1. Dalam upaya menurunkan kadar asam laktat, recovery aktif dengan olahraga

ringan seperti jalan atau jogging dengan intensitas ringan sampai dengan

ringan sekali sangat dianjurkan, hal ini dilakukan agar seseorang baik

olahragawan atau masyarakat awam tidak mengalami kelelahan yang

berlebihan atau bahkan hingga overtraining setelah melakukan olahraga

atau bahkan latihan fisik untuk persiapan kompetisi.

2. Khusus bagi penyandang overweight atau berat badan lebih dan

underweight atau berat badan kurang, karena kebanyakan dari mereka

banyak yang kurang bugar, maka setelah melakukan aktifitas olahraga

hendaknya sebisa mungkin untuk dipaksakan melakukan

pemulihan/recovery aktif yang adekuat. Pemulihan yang tepat dapat

menjaga homeostatis tubuh serta dapat menghindarkan lemah, letih dan

lesu.

3. Kadar asam laktat yang tinggi bila tidak menurun segera akan berpengaruh

terhadap produksi ATP, sebab enzim yang berperan dalam pembentukan

ATP melalui glikolisis akan terhambat oleh keasaman dan akumulasi asam

laktat, kemungkinan akan menyebabkan terbatasnya kemampuan anaerobik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 121: PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, …

105

4. Adanya perbedaan dalam penurunan laktat pada saat pemulihan disebabkan

oleh adanya perbedaan kecepatan oksidasi, yang dipengaruhi oleh bentuk

dan beban pemulihan.

C. Saran

1. Perlu penelitian yang serupa dengan membandingkan status kebugaran, VO2

Max, jenis kelamin, usia, dan pengukuran yang bertahap.

2. Perlu penelitian serupa dengan menggunakan sampel setelah melakukan

pertandingan (misal sepak bola, bola basket, tenis lapangan, dan bulu

tangkis).

3. Untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas, maka bagi peneliti yang akan

datang bisa memperluas penelitian ini, misalnya dengan menambah variabel

yang lain yang masih berkaitan dengan pengembangan kemampuan

fisiologis atlet.

4. Demi kesempurnaan hasil penelitian ini, maka penelitian ini perlu di

ujicobakan pada subjek cabang olahraga dengan melibatkan unsur fisik yang

lain, sehingga penelitian ini memiliki implikasi yang bermakna pada cabang

olahraga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user