Top Banner
1 PENDAHULUAN Menurut PSAK 01 revisi tahun 2009, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Studi yang pernah dilakukan Ball dan Brown (1986) menghasilkan kesimpulan bahwa laba akuntansi merefleksikan salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham dan merupakan informasi yang berguna. Laba akuntansi merupakan informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, karena investor yang akan melakukan investasi pasti menginginkan return sebagai imbalannya. Investor membutuhkan informasi laba akuntansi sebagai pertimbangan apakah akan melakukan investasi atau tidak. Namun, tidak semua informasi laba akuntansi yang dihasilkan perusahaan merupakan informasi laba yang berkualitas. Angka laba dapat menjadi tidak berkualitas karena adanya konflik keagenan. Dalam teori keagenan disebutkan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan layanan atas nama mereka, yang melibatkan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Principal dalam perusahaan dapat dikatakan sebagai pemilik, sedangkan agen adalah manajernya. Dalam hubungan keagenan, keinginan agen tidak akan selalu sejalan dengan principal. Seringkali agen akan lebih mementingkan self interest nya, yang kemudian dapat memotivasi agen untuk melakukan hal-hal tertentu yang bertentangan dengan keinginan principal agar self interest nya terpenuhi sehingga terjadi konflik keagenan. Sebagai contoh, pada perusahaan yang menerapkan sistem bonus berdasar kinerja, seorang manajer dapat dengan sengaja melakukan manipulasi terhadap laba dengan cara membesar-besarkan angka penjualan sehingga laba yang dihasilkan terlihat lebih tinggi. Hal ini akan menyebabkan angka laba akuntansi tidak mencerminkan realitas ekonomi yang sesungguhnya, sehingga kualitas laba menurun. Salah satu arah yang paling penting yang telah diambil oleh penelitian akuntansi keuangan empiris sejak studi yang dilakukan oleh Ball dan Brown adalah identifikasi dan penjelasan respon pasar yang berbeda terhadap informasi laba, yang disebut penelitian Earnings Response Coefficient (ERC) (Scott, 1997). Menurut Scott (1997), kualitas laba yang lebih tinggi
33

Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

Nov 29, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

1

PENDAHULUAN

Menurut PSAK 01 revisi tahun 2009, laporan keuangan adalah suatu penyajian

terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang

lengkap terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan

ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal

periode komparatif. Studi yang pernah dilakukan Ball dan Brown (1986) menghasilkan

kesimpulan bahwa laba akuntansi merefleksikan salah satu faktor yang mempengaruhi harga

saham dan merupakan informasi yang berguna. Laba akuntansi merupakan informasi yang

penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, karena investor

yang akan melakukan investasi pasti menginginkan return sebagai imbalannya. Investor

membutuhkan informasi laba akuntansi sebagai pertimbangan apakah akan melakukan investasi

atau tidak. Namun, tidak semua informasi laba akuntansi yang dihasilkan perusahaan merupakan

informasi laba yang berkualitas.

Angka laba dapat menjadi tidak berkualitas karena adanya konflik keagenan. Dalam teori

keagenan disebutkan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak dimana satu orang

atau lebih (principal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan layanan atas nama mereka,

yang melibatkan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan

Meckling, 1976). Principal dalam perusahaan dapat dikatakan sebagai pemilik, sedangkan agen

adalah manajernya. Dalam hubungan keagenan, keinginan agen tidak akan selalu sejalan dengan

principal. Seringkali agen akan lebih mementingkan self interest nya, yang kemudian dapat

memotivasi agen untuk melakukan hal-hal tertentu yang bertentangan dengan keinginan

principal agar self interest nya terpenuhi sehingga terjadi konflik keagenan. Sebagai contoh,

pada perusahaan yang menerapkan sistem bonus berdasar kinerja, seorang manajer dapat dengan

sengaja melakukan manipulasi terhadap laba dengan cara membesar-besarkan angka penjualan

sehingga laba yang dihasilkan terlihat lebih tinggi. Hal ini akan menyebabkan angka laba

akuntansi tidak mencerminkan realitas ekonomi yang sesungguhnya, sehingga kualitas laba

menurun.

Salah satu arah yang paling penting yang telah diambil oleh penelitian akuntansi

keuangan empiris sejak studi yang dilakukan oleh Ball dan Brown adalah identifikasi dan

penjelasan respon pasar yang berbeda terhadap informasi laba, yang disebut penelitian Earnings

Response Coefficient (ERC) (Scott, 1997). Menurut Scott (1997), kualitas laba yang lebih tinggi

Page 2: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

2

mempunyai nilai ERC yang lebih tinggi pula. ERC biasanya digunakan sebagai alternatif untuk

mengukur value relevance informasi laba (Lev dan Zarowin, 1999 dalam Delvira dan Nelvirita,

2013). Rendahnya ERC menunjukkan bahwa laba kurang informatif bagi investor untuk

membuat keputusan ekonomi. ERC dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain default

risk (risiko gagal bayar) dan konservatisme akuntansi (Diantimala, 2008).

Ketika seseorang melakukan investasi, maka salah satu alasannya adalah untuk

mendapatkan keuntungan tertentu. Default risk (risiko gagal bayar) yang tinggi seharusnya tidak

disukai oleh investor karena apabila terjadi gagal bayar, maka investor juga tidak akan

mendapatkan return yang seharusnya ia dapatkan. Karena itu seharusnya terdapat perbedaan

respon laba (ERC) antara perusahaan dengan default risk tinggi dan rendah. Begitu juga dengan

konservatisme akuntansi. Suwardjono (2005) menyatakan bahwa tindakan kehati-hatian tersebut

diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang mungkin akan terjadi, tetapi tidak segera

mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar.

Praktik konservatisme akuntansi akan berpengaruh terhadap angka laba yang dihasilkan

perusahaan. Semakin tinggi tingkat konservatisme akuntansi seharusnya membuat laba menjadi

semakin understated, dan juga semakin mengurangi tindakan manajemen yang cenderung

membesar-besarkan laba, sehingga seharusnya terdapat perbedaan respon laba (ERC) antara

perusahaan dengan tingkat konservatisme tinggi dan rendah.

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengaruh default risk dan

konservatisme akuntansi terhadap ERC, namun masih terdapat inkonsistensi antar penelitian

tersebut. Diantimala (2008), Setyaningtyas (2009), Imroatussolihah (2013) melakukan penelitian

dan mendapatkan kesimpulan bahwa default risk berpengaruh negatif terhadap ERC, namun

Delvira dan Nervirita (2013) menemukan bahwa default risk tidak berpengaruh negatif terhadap

ERC. Berdasar hasil penelitian Setyaningtyas (2009), konservatisme akuntansi berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap ERC. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012)

berkesimpulan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh positif terhadap ERC. Sedangkan

penelitian Diantimala (2008) dan Suaryana (2008) menghasilkan kesimpulan bahwa

konservatisme akuntansi berpengaruh negatif terhadap ERC.

Berdasarkan ketidak-konsistenan hasil penelitian tersebut, maka penelitian ini secara

lebih detail ingin melihat apakah terdapat perbedaan nilai ERC antar perusahaan, dengan

mengklasifikasikan antara perusahaan dengan default risk tinggi dan rendah, dan perusahaan

Page 3: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

3

dengan konservatisme tinggi dan rendah. Apabila terdapat perbedaan, maka dapat dimungkinkan

terdapat pengaruh antara variabel default risk dan konservatisme akuntansi terhadap ERC.

Namun apabila tidak terdapat perbedaan maka seharusnya kecil kemungkinan untuk terdapat

pengaruh antara variabel default risk dan konservatisme akuntansi terhadap ERC. dengan

pengklasifikasian perusahaan ke dalam kategori perusahaan yang memiliki default risk tinggi

dan rendah serta ke dalam kategori konservatisme akuntansi tinggi dan rendah, dapat dilihat arah

perbedaannya, apakah positif atau negatif. Dengan demikian dapat diketahui pada tingkatan

default risk dan konservatisme yang tinggi atau yang rendah yang dapat menghasilkan tingkat

respon lebih baik. Populasi dan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013, namun untuk default risk

dan konservatisme akuntansi hanya memperhatikan kondisi tahun 2013 saja.

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa

nilai ERC dari perusahaan yang memiliki default risk rendah lebih tinggi daripada nilai ERC

perusahaan yang memiliki default risk tinggi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk

membuktikan secara empiris bahwa nilai ERC perusahaan yang memiliki tingkat konservatisme

akuntansi tinggi lebih tinggi daripada nilai ERC perusahaan yang memiliki tingkat akuntansi

konservatisme rendah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu investor dalam membuat

keputusan investasi dengan lebih tepat, dan juga bagi perusahaan agar dapat mengelola

kebijakan-kebijakan perusahaannya terkait default risk dan konservatisme akuntansi sehingga

laba akuntansi yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas dan relevan. Selain itu diharapkan

penelitian ini juga dapat menjadi referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya.

KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Koefisien Respon Laba (ERC)

Menurut Scott (1997) ERC adalah “An earning response coefficient measures the extant

of a security’s abnormal market return in response to the unexpected component of reporting

earning of the firm issuing that security” (ERC mengukur return pasar abnormal sekuritas

sebagai respon terhadap komponen tak terduga dari pelaporan laba perusahaan yang menerbitkan

sekuritas tersebut). Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang

sesungguhnya terjadi terhadap return normal atau return yang diekspektasi (Hartono, 2009).

Sebelum laporan keuangan dipublikasikan seharusnya para investor sudah memiliki ekspektasi

Page 4: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

4

mengenai berapa laba yang dihasilkan perusahaan. Ketika laba aktual diterbitkan, dan terdapat

selisih antara laba ekspektasi dengan laba aktual, selisih tersebut disebut unexpected earnings.

Koefisien Respon Laba biasanya diukur dengan slope koefisien dalam regresi abnormal return

saham dan unexpected earnings.

Abnormal return diukur dengan mengurangkan return realisasian yang terjadi dengan

return ekspektasi, menurut Brown dan Warner (1985) yang dikutip oleh Hartono (2009) cara

mengestimasi return ekspektasian ada 3 macam, antara lain: Mean Adjusted Model, Market

Model, dan Market Adjusted Model. Dalam Mean Adjusted Model, return ekspektasian saham

dianggap konstan dan sama dengan rata-rata return realisasian saham yang terjadi selama

periode estimasi, yaitu periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa sendiri sering

disebut dengan periode pengamatan atau periode jendela. Market Model menggunakan 2 tahap,

dimana tahap pertama adalah menyusun model ekspektasi menggunakan data realisasi selama

periode estimasi yang dibentuk mengunakan teknik regresi ordinary least square (OLS), dan

tahap kedua adalah menggunakan model ekspektasi tersebut untuk mengestimasi return

ekspektasian saham di periode jendela. Model ini tidak hanya menggunakan informasi return

saham, tapi juga menggunakan return indeks pasar. Model berikutnya adalah Market Adjusted

Model. Model ini kurang lebih sama dengan Market Model, hanya saja tidak lagi digunakan

periode estimasi dengan teknik regresi OLS. Return saham yang diestimasi sama dengan return

indeks pasar.

Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Market Adjusted Model, dengan

alasan ERC mengukur respon pasar terhadap angka laba, sehingga lebih tepat apabila dalam

pengukuran dimasukkan unsur return indeks pasar. Model yang lainnya, yaitu mean adjusted

model hanya menggunakan informasi return saham, namun belum memasukkan unsur return

indeks pasar sehingga mean adjusted model tidak digunakan dalam penelitian ini. Market Model

tidak digunakan dalam penelitian ini karena Market Model menggunakan teknik regresi OLS

yang memunculkan nilai beta dan menggunakannya dalam perhitungan. Menurut Hartono (2009)

untuk pasar modal yang tipis dan perdagangan sekuritasnya tidak sinkron, maka perhitungan beta

akan bias. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2007) membuktikan bahwa Bursa Efek

Indonesia (BEI) merupakan pasar modal yang sedang berkembang yang perdagangannya masih

tipis sehingga terjadi perdagangan yang tidak sinkron. Karena itulah penelitian ini menggunakan

Market Adjusted Model dalam perhitungan ERC.

Page 5: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

5

Menurut Hartono (2009) lamanya periode jendela tergantung pada jenis peristiwanya.

Peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan dengan mudah oleh investor seperti

pengumuman laba dan dividen, dapat menggunakan periode jendela yang pendek, karena

investor dapat bereaksi dengan cepat. Umumnya, untuk pengumuman laba digunakan periode

jendela 3 hari (sehari sekeliling tanggal pengumuman). Untuk mencapai hasil perhitungan yang

lebih akurat, penelitian ini memperpanjang periode jendela menjadi 7 hari (3 hari sekeliling

tanggal pengumuman) seperti yang dilakukan dalam penelitian Andreas (2012).

Semakin tinggi koefisien respon laba (ERC) menunjukkan semakin relevan nilai laba

akuntansi tersebut. Karena informasi akuntansi yang disebut berkualitas salah satunya adalah

apabila informasi tersebut relevan, maka tingginya nilai ERC dapat juga menggambarkan

kualitas angka laba yang tinggi.

Default Risk

Default risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam melunasi bunga dan pokok

pinjaman tepat pada waktunya (Tunggal, 1995 dalam Diantimala, 2008). Dengan adanya risiko

gagal bayar ini, maka tingkat return yang akan didapatkan oleh investor dari tiap investasi yang

dilakukannya menjadi tidak pasti, padahal salah satu alasan investor melakukan investasi

tentunya adalah untuk mendapatkan return yang menguntungkan. Dengan adanya situasi yang

tidak pasti ini, dapat menyebabkan investor bersikap lebih hati-hati ketika akan mengambil

keputusan investasi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan investor lambat dalam memberi

respon atas informasi laba yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Menurut Rudiyanto (2012) pengukuran risiko gagal bayar dibagi menjadi dua macam

yaitu analisa rating dan analisa rasio keuangan yang dikembangkan untuk memprediksi apakah

perusahaan mempunyai kemungkinan risiko gagal bayar. Metoda analisanya dapat berupa

Altman Z-score, analisa rasio covenant, dan analisa rasio keuangan.

Risiko gagal bayar atau default risk dalam penelitian ini diukur menggunakan salah satu

rasio keuangan leverage, yaitu debt to equity ratio (DER) yang membandingkan total hutang

dengan total ekuitas. Penggunaan hutang yang terlalu banyak dapat meningkatkan risiko default

dari perusahaan tersebut (Merton, 1974). Apabila nilai DER lebih dari 1, maka artinya total

hutang perusahaan lebih banyak dari total ekuitas yang dimiliki. Sehingga risiko gagal bayar

yang dihadapi perusahaan dapat dikatakan tinggi. Sebaliknya, apabila DER kurang dari 1 artinya

Page 6: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

6

total hutang perusahaan lebih sedikit dari total ekuitas yang dimiliki perusahaan, sehingga risiko

gagal bayar yang dihadapi perusahaan dapat dikatakan rendah (Delvira dan Nelvirita, 2013).

Konservatisme Akuntansi

Ditengah kondisi perekonomian yang semakin tidak pasti, konservatisme (kehati-hatian)

dalam akuntansi menjadi penting. Suwardjono (2005) menyatakan bahwa tindakan kehati-hatian

tersebut diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang mungkin akan terjadi, tetapi tidak

segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya

besar. Oleh karena itu perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif akan mengakui beban

pada periode sekarang, namun pendapatan yang akan terjadi baru diakui pada periode ketika

pendapatan tersebut benar-benar masuk ke perusahaan. Penerapan konservatisme akuntansi

mencegah perusahaan untuk membesar-besarkan angka laba, sehingga seharusnya perbedaan

tingkat penerapan konservatisme akuntansi akan membuat kualitas laba yang dihasilkan oleh

perusahaan juga berbeda, sehingga tinggi rendahnya konservatisme akuntansi yang diterapkan

akan membuat angka ERC juga berbeda.

Dalam Wijaya (2012) menyebutkan beberapa metoda pengukuran konservatisme

akuntansi berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu. Konservatisme akuntansi dapat diukur

dengan:

- Model Basu (1997) dimana konservatisme diukur dengan membentuk regresi antara

return saham dan laba.

- Market to Book Ratio yang mengacu pada Givoly dan Hayn (2000) yang membandingkan

antara nilai pasar ekuitas dengan nilai buku ekuitas.

- Negatif earning response coefficient dari perubahan laba operasi yang mengacu pada

Paek et al. (2007).

- Membentuk regresi antara arus kas operasi dan akrual perusahaan mengacu pada Paek et

al. (2007).

- Non Operating Acruals mengacu pada Givoly dan Hayn (2000).

Selain metoda pengukuran diatas, terdapat pula metoda pengukuran lain yang digunakan

dalam penelitian Andreas (2012), yang juga akan digunakan dalam penelitian ini. Metoda ini

mengacu pada Givoly dan Hayn (2000), dimana konservatisme akuntansi diukur dengan cara

mengurangkan income before extraordinary item dengan arus kas operasi kemudian ditambah

dengan beban depresiasi.

Page 7: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

7

Apabila hasil perhitungan akrual non operasi lebih dari 0, maka dapat dikatakan

perusahaan menerapkan tingkat konservatisme yang rendah. Sebaliknya apabila perhitungan

akrual non operasi memberikan nilai kurang dari 0, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan

menerapkan tingkat akuntansi konservatisme yang tinggi (Wijaya, 2012).

Perumusan Hipotesis

ERC dan Default Risk

Scott (1997) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan

memiliki ERC yang lebih rendah. Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa default risk

merupakan risiko gagal bayar yang dihadapi oleh perusahaan terkait pelunasan bunga dan pokok

pinjaman tepat waktu. Risiko gagal bayar dilihat dari perbandingan antara total hutang

perusahaan dengan total ekuitasnya. Semakin tinggi risiko gagal bayar, artinya ada kemungkinan

besar perusahaan tidak dapat mengembalikan pokok dan bunga hutang sebesar yang telah

disepakati dengan pihak investor. Hal ini tentu tidak menguntungkan bagi investor. Oleh karena

itu, apabila perusahaan memiliki risiko gagal bayar yang tinggi, investor akan lebih bersikap

hati-hati dalam mengambil keputusan investasinya dibanding ketika perusahaan memiliki risiko

gagal bayar yang rendah. Seharusnya terdapat perbedaan nilai ERC antara perusahaan dengan

default risk tinggi dan perusahaan dengan default risk rendah.

Diantimala (2008) melihat pengaruh variabel akuntansi konservatisme, ukuran

perusahaan, dan default risk terhadap koefisien respon laba (ERC) pada sektor manufaktur yang

terdaftar di BEI pada tahun 2005-2007, dengan hasil default risk berpengaruh negatif signifikan

terhadap ERC. Setyaningtyas (2009) menguji pengaruh konservatisme akuntansi dan siklus

hidup perusahaan terhadap ERC dengan variabel kontrol default risk. Objek penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2002-2006, dan hasil penelitiannya

mengatakan bahwa default risk berpengaruh negatif signifikan terhadap ERC. Imroatussolihah

(2013) menguji pengaruh variable risiko, leverage, peluang pertumbuhan, persistensi laba, dan

tanggung jawab pengungkapan sosial perusahaan terhadap ERC, pada perusahaan high profile

yang terdapat di BEI tahun 2009-2011 dan mendapatkan kesimpulan bahwa leverage (yang

mencerminkan default risk) berpengaruh negatif terhadap ERC. Namun Delvira dan Nervirita

(2013) melakukan pengujian terhadap pengaruh risiko sistematik, leverage, dan persistensi laba

terhadap ERC pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010, dan

mendapat kesimpulkan bahwa default risk tidak berpengaruh negatif terhadap ERC. Penelitian-

Page 8: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

8

penelitian terdahulu yang telah disebutkan menggunakan metoda pengukuran default risk yang

sama yaitu rasio leverage khususnya Debt to Equity Ratio. Metoda pengukuran ERC yang

digunakan juga sama yaitu Market Adjusted Model.

Seharusnya ketika perusahaan memiliki risiko gagal bayar (default risk) yang tinggi,

investor yang rasional akan memberikan tingkat respon yang lebih rendah, sehingga ERC nya

rendah. Demikian pula ketika perusahaan memiliki risiko gagal bayar yang rendah, maka

investor yang rasional akan memberikan tingkat respon yang lebih tinggi sehingga ERC nya

tinggi. Maka seharusnya ada perbedaan nilai ERC antara perusahaan yang memiliki default risk

tinggi dan perusahaan yang memiliki default risk yang rendah. Berdasarkan uraian tersebut,

maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Nilai ERC perusahaan yang memiliki default risk rendah lebih tinggi daripada nilai

ERC perusahaan yang memiliki default risk tinggi.

ERC dan Konservatisme Akuntansi

Konservatisme akuntansi akan membuat laba periode sekarang bisa menjadi lebih rendah,

namun dengan kualitas yang lebih tinggi (Fala, 2007). Konservatisme akuntansi akan mengakui

kerugian atau beban yang potensial terjadi pada periode sekarang, namun untuk keuntungan atau

pendapatan apabila masih mungkin terjadi, tidak boleh diakui. Pendapatan tersebut baru boleh

diakui ketika benar-benar sudah terjadi, sehingga konservatisme akuntansi akan mencegah

perusahaan untuk melakukan tindakan membesar-besarkan angka laba. Selain itu, karena angka

laba yang dihasilkan bersifat understated, maka para pengguna laporan keuangan tidak akan

membuat keputusan yang over-estimate. Seharusnya pasar akan memberikan respon berbeda

antara laba yang berkualitas tinggi dan rendah, yang kemudian menyebabkan terdapat perbedaan

nilai ERC antar perusahaan dengan tingkat akuntansi konservatisme tinggi dan rendah.

Setyaningtyas (2009) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh konservatisme

akuntansi dan siklus hidup perusahaan terhadap ERC. Konservatisme akuntansi diukur dengan

proksi akrual sedangkan ERC dihitung dengan Market Adjusted Model yang kemudian

diregresikan antara Cummulative Abnormal Return (CAR) dengan Unexpected Earnings (UE).

Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2002-2006, dan

hasil penelitiannya mengatakan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap ERC. Rahayu (2012) juga melakukan penelitian untuk melihat pengaruh

Page 9: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

9

konservatisme laba terhadap koefisien respon laba dengan menggunakan objek penelitian

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010, dimana pengujiannya digunakan

teknik uji korelasi spearman, dan didapatkan kesimpulan bahwa konservatisme akuntansi

berhubungan positif terhadap koefisien respon laba. Diantimala (2008) melakukan penelitian

dengan melihat pengaruh variabel akuntansi konservatisme, ukuran perusahaan, dan default risk

terhadap koefisien respon laba (ERC) pada sektor manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun

2005-2007, dimana konservatisme akuntansi diukur dengan metoda akrual non operasi. Sedang

ERC diukur dengan Market Adjusted Model, kemudian meregresikan antara Cummulative

Abnormal Return (CAR) dengan UE. Hasil dari penelitian ini adalah akuntansi konservatisme

berpengaruh negatif terhadap ERC. Suaryana (2008) melakukan penelitian pengaruh

konservatisme laba terhadap koefisien respon laba. Penelitian ini menggunakan perusahaan

sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 1999-2004. Konservatisme diukur dengan 3

ukuran konservatif yang diusulkan oleh Watts (2003) yaitu earnings/stock return relation

measure, earnings/accrual measure, dan net asset measures. Sedangkan ERC diukur dengan

model pasar disesuaikan yang kemudian diregresikan antara Cummulative Abnormal Return

(CAR) dengan UE. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa akuntansi konservatisme

berpengaruh negatif terhadap ERC.

Karena konservatisme akuntansi akan memberikan angka laba yang lebih berkualitas,

maka seharusnya, makin tinggi tingkat konservatisme akuntansi suatu perusahaan, laba yang

dihasilkan juga semakin berkualitas, demikian pula sebaliknya. Ketika terdapat informasi laba

yang berkualitas, seharusnya tingkat respon investor yang rasional akan tinggi, sehingga ERC

nya tinggi. Demikian pula jika konservatisme akuntansi suatu perusahaan rendah, maka

informasi laba yang dihasilkan akan berkualitas rendah juga, sehingga investor yang rasional

seharusnya akan memberi tingkat respon yang rendah, sehingga ERC nya rendah. Maka

seharusnya ada perbedaan nilai ERC antara perusahaan yang memiliki tingkat konservatisme

akuntansi yang tinggi dan perusahaan yang memiliki tingkat konservatisme akuntansi yang

rendah. Berdasar uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Nilai ERC perusahaan yang memiliki tingkat akuntansi konservatisme yang tinggi

lebih tinggi daripada nilai ERC perusahaan yang memiliki tingkat akuntansi

konservatisme yang rendah.

Page 10: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

10

METODA PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada

tahun 2009-2013, namun untuk default risk dan konservatisme akuntansi hanya melihat kondisi

pada tahun 2013 saja. Respon pasar terhadap laba masing-masing perusahaan dapat bervariasi,

baik antar perusahaan maupun antar waktu. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien respon laba

tidak konstan (Collins dan Kothari, 1989 dalam Setiati dan Kusuma, 2004), oleh karena itu hasil

penelitian ini akan dapat lebih dipercaya apabila menggunakan data dengan rentang waktu yang

lebih panjang. Dalam penelitian ini data diambil dalam rentang lima tahun. Sampel dalam

penelitian ini diambil dengan metoda purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan

kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2009 sampai

tahun 2013.

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang lengkap dari tahun 2009

sampai tahun 2013.

3. Perusahaan mempunyai data harga saham yang lengkap dari tahun 2009-2013.

4. Data yang dimiliki perusahaan memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian.

No Kriteria Penentuan Sampel Jumlah

Perusahaan

1 perusahaan yang listing di BEI dari tahun 2009-2013 136

2 (-)perusahaan yang tidak data laporan keuangannya tidak lengkap dari

tahun 2009-2013 43

3 (-)perusahaan yang data harga sahamnya tidak lengkap 7

4 (-)perusahaan yang tidak memenuhi kelengkapan data yang dibutuhkan

dalam penelitian 23

Total sampel yang digunakan 63

Sumber: Data diolah, 2014

Perusahaan yang tidak memenuhi kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian

terdiri atas 12 perusahaan yang laporan keuangannya disajikan dalam mata uang selain Rupiah,

yaitu US Dollar, 4 perusahaan yang memiliki nilai DER negatif, 2 perusahaan tidak

mencantumkan laporan auditor independen, 5 perusahaan terdapat pergantian tahun buku dan

memiliki tahun buku tidak dari bulan Januari sampai Desember.

Tabel 1

Kriteria Penentuan Sampel

Page 11: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

11

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data yang bersifat sekunder dan

kuantitatif. Data yang digunakan antara lain adalah laporan keuangan tahunan perusahaan selama

tahun 2009-2013 yang didapatkan dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), data

harga saham setiap harinya selama tahun 2009-2013 dan data Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) setiap harinya selama tahun 2009-2013 yang didapatkan dari finance.yahoo.com. Selain

dari berbagai situs, penelitian ini juga mengambil data dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD).

Pengukuran Variabel Penelitian

Penelitian menggunakan tiga variabel penelitian yaitu ERC, default risk, dan

konservatisme akuntansi. Berikut ini pengukuran untuk setiap variabel penelitian:

1. Earnings Response Coefficient (ERC)

Pengukuran ERC terdiri dari beberapa tahap:

A. Abnormal return harian dihitung dengan rumus:

ARit = Rit – RMit ................................................................................(1)

Keterangan:

ARit = return tidak normal saham ke i pada hari ke t

Rit = return saham ke i pada periode hari ke t

RMit = return pasar ke i pada hari ke t

Sedangkan untuk return saham harian dihitung dengan rumus:

Rit = (Pit – Pit-1) / Pit-1 ............................................................(2)

Keterangan:

Rit = return saham i pada periode hari ke t

Pit = harga penutupan saham i pada hari ke t

Pit–1 = harga penutupan saham i pada hari t-1

Return pasar (RMit) dihitung dengan rumus:

RMit = (IHSGit – IHSGit-1) / IHSGit-1 ....................................(3)

Keterangan:

RMit = return pasar i pada periode hari ke t

IHSGit = indeks harga saham gabugan pada hari ke t

Page 12: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

12

IHSGit-1 = indeks harga saham gabungan pada hari t-1

B. Menghitung Cummulative Abnormal Return (CAR)

CAR diperoleh dengan cara menjumlahkan return tidak normal

perusahaan i sepanjang periode jendela.

CARit = ΣAR it ..................................................................................(4)

Keterangan:

CARit = Cummulative Abnormal Return perusahaan i selama periode

jendela sehari sekeliling tanggal pengumuman laporan keuangan tahunan

ARit = return tidak normal saham ke i selama periode jendela

C. Menghitung Unexpected Earnings (UE)

UEit = (AEit – AEit-1) / AEit-1 .............................................................(5)

Keterangan:

UEit = Unexpected Earnings perusahaan i pada periode t

AEit = Laba akuntansi setelah pajak perusahaan i pada tahun t

AEit-1= Laba akuntansi setelah pajak perusahaan i pada tahun t-1

D. Menghitung ERC dengan menggunakan regresi

CAR = βo + β1 (UE) + e ...................................................................(6)

Keterangan:

CAR = Cumulative Abnormal Return perusahaan i selama periode jendela

UE = Unexpected earnings perusahaan i pada tahun t

β0 = Konstansta

β1 = koefisien laba kejutan (ERC)

e = komponen error, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian.

2. Default Risk

Penelitian ini mengukur besarnya risiko gagal bayar perusahaan dengan

menggunakan salah satu jenis rasio keuangan yang mengukur tingkat leverage

perusahaan, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) yang dihitung berdasarkan perbandingan

dari nilai total utang dan total ekuitas.

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang/Total ekuitas ........................................(7)

Page 13: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

13

Default risk dapat dikatakan tinggi apabila DER > 1, dan sebaliknya default risk

dapat dikatakan rendah apabila DER<1.

3. Konservatisme Akuntansi

Dalam penelitian ini konservatisme akuntansi diukur dengan metoda pengukuran

yang mengacu pada Givoly dan Hayn (2000), yang juga digunakan dalam penelitian

Andreas (2012).

KAit = NIit – CFOit ......................................................................................(8)

Keterangan:

KAit = tingkat konservatisme perusahaan i pada tahun t

NIit = Laba sebelum extraordinary item ditambah dengan depresiasi dari

perusahaan i pada tahun t

CFOit = cash flow dari kegiatan operasi untuk perusahaan i pada tahun t

Tingkat konservatisme akuntansi dapat dikatakan tinggi apabila KAit < 0, dan

sebaliknya tingkat konservatisme akuntansi dapat dikatakan rendah apabila KAit > 0.

Teknik dan Langkah Analisis

Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif

dan kualitatif. Langkah analisis yang akan dilakukan adalah:

1. Descriptive statistics

2. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji normalitas distribusi data yang nantinya

akan menentukan metoda pengujian hipotesis yang digunakan. Salah satu metoda yang

dapat digunakan dalam uji normalitas adalah dengan menggunakan K-S liliefors metoda

p-value. Apabila p-value lebih besar dari alfa, maka data terdistribusi normal, dan

sebaliknya. Uji hipotesis akan menggunakan uji t apabila data terdistribusi normal, dan

Mann-Whitney U-Test apabila data tidak terdistribusi normal.

Page 14: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

14

3. Uji hipotesis

Hipotesis statistik pertama:

H0: µ1≤µ2

Ha: µ1>µ2

µ1= rata-rata ERC pada perusahaan dengan default risk rendah

µ2= rata-rata ERC pada perusahaan dengan default risk tinggi

Hipotesis statistik kedua:

H0: µ3≤µ4

Ha: µ3>µ4

µ3= rata-rata ERC pada perusahaan dengan tingkat konservatisme akuntansi tinggi

µ4= rata-rata ERC pada perusahaan dengan tingkat konservatisme akuntansi rendah

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ERC 63 -0,19 0,34 0,01 0,07

DER 63 0,04 70,83 2,89 9,22

DER_tinggi 29 1,02 70,83 5,72 13,14

DER_rendah 34 0,04 0,97 0,46 0,25

KA 63 Rp(1.570.000) Rp9.920.000 Rp152.110 Rp1.417.010

KA_tinggi 30 Rp(1.570.000) Rp(1.930) Rp(351.400) Rp507.358

KA_rendah 33 Rp735 Rp9.920.000 Rp609.850 Rp1.789.770

Sumber: Data diolah, 2014

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa secara rata-rata risiko gagal bayar untuk perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 adalah tinggi, dengan rata-

rata 2,89. Artinya secara rata-rata total hutang yang dimiliki oleh perusahaan adalah 2,89 kali

dari total ekuitas yang dimiliki. Perusahaan yang memiliki risiko gagal bayar tertinggi adalah PT

Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI), dengan nilai DER mencapai 70,83 yang berarti total

hutang yang dimiliki SCPI adalah 70,83 kali dari total ekuitas yang dimiliki. Namun tetap

terdapat perusahaan yang memiliki tingkat risiko gagal bayar yang rendah, yaitu sebanyak 34

perusahaan. Perusahaan dengan tingkat risiko gagal bayar paling rendah adalah PT Jaya Pari

Tabel 2

Statistik Deskriptif

Page 15: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

15

Steel Tbk (JPRS), dengan nilai DER sebesar 0,04 yang berarti total hutang yang dimiliki oleh

JPRS adalah 0,04 kali dari total ekuitas yang ada.

Secara rata-rata tingkat konservatisme akuntansi untuk perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 adalah rendah, karena rata-rata tingkat

konservatisme akuntansi adalah positif Rp152.111.411.446,-. Perusahaan dengan tingkat

konservatisme akuntansi paling rendah adalah PT Astra International Tbk (ASII), dengan nilai

positif Rp9.921.000.000.000,-. Meski demikian, terdapat pula perusahaan yang memiliki tingkat

konservatisme akuntansi yang tinggi, karena terdapat nilai konservatisme akuntansi yang negatif

sebanyak 30 perusahaan. Nilai konservatisme akuntansi tertinggi mencapai nilai negatif

Rp1.569.082.000.000,- yang dimiliki oleh PT Intraco Penta Tbk (INTA).

Rata-rata Earnings Response Coefficient untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai 2013 adalah positif 0,0092. Hal ini berarti secara

rata-rata pasar merespon secara positif terhadap informasi laporan keuangan yang diterbitkan

perusahaan. Perusahaan yang mendapat respon paling positif adalah PT Mandom Indonesia Tbk

(TCID), yaitu sebesar positif 0,34. Meski secara rata-rata perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI pada tahun 2009 sampai 2013 mempunyai tingkat respon yang positif, namun ada

sebagian perusahaan yang memiliki respon negatif terhadap informasi keuangan yang diterbitkan

oleh perusahaan, dimana terdapat 34 perusahaan yang memiliki nilai ERC negatif. Perusahaan

yang mendapat respon paling negatif adalah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), yaitu sebesar

negatif 0,19.

Pengujian Hipotesis

ERC dan Default Risk

Untuk menguji hipotesis pertama mengenai apakah terdapat perbedaan nilai ERC antara

perusahaan dengan default risk tinggi dan perusahaan dengan default risk rendah, terlebih dulu

dilakukan uji normalitas dengan metoda K-S Liliefors untuk mengetahui normalitas sebaran data.

Namun diketemukan bahwa sebaran data ERC perusahaan yang memiliki default risk tinggi dan

data ERC perusahaan yang memiliki default risk rendah adalah tidak normal. Oleh karena

sebaran data dari kedua kelompok yang akan diuji adalah tidak normal dan bersifat independen,

maka metoda pengujian yang digunakan adalah Mann-Whitney U-Test (nonparametric test – 2

independent samples). Berikut ini adalah hasil pengujian menggunakan Mann-Whitney U-test.

Page 16: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

16

DR_ERC

Mann-Whitney U 457

Wilcoxon W 1052

Z -0,496

Asymp. Sig. (2-

tailed) 0,620

a. Grouping Variable:

dr_GRUP

Sumber: Data diolah, 2014

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil p-value (Asymp.Sig. (2-tailed)) adalah sebesar

0,620. Karena pengujian hipotesis yang digunakan adalah pengujian satu sisi (1-tailed) , maka p-

value yang digunakan sebesar 0,310. Hasil p-value ini lebih besar dari α yang digunakan yaitu

sebesar 0,05. Sehingga dapat disumpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa nilai ERC

perusahaan yang memiliki default risk rendah lebih tinggi daripada nilai ERC perusahaan yang

memiliki default risk tinggi, ditolak. Hal ini berarti tidak terbukti secara signifikan bahwa nilai

ERC perusahaan yang memiliki default risk rendah lebih tinggi daripada nilai ERC perusahaan

yang memiliki default risk tinggi, pada tingkat signifikansi 5%.

Nilai ERC perusahaan yang memiliki default risk rendah tidak lebih tinggi daripada nilai

ERC perusahaan yang memiliki default risk tinggi, dikarenakan ketika default risk tinggi,

memang risiko yang dihadapi investor akan tinggi juga, namun hal ini tidak selalu tidak disukai

oleh investor. Lukman (2009) mengatakan dengan memperbesar tingkat leverage berarti tingkat

ketidakpastian dari return yang diperoleh semakin tinggi, tetapi pada saat yang sama juga akan

memperbesar jumlah return yang akan diperoleh investor. Tingkat hutang yang tinggi akan

menambah beban bunga, yang kemudian mengurangi penghasilan kena pajak, dan berdampak

pada pengurangan pajak. Dengan pengurangan pajak, maka laba bersih perusahaan meningkat,

return yang akan didapat oleh investor pun ikut meningkat.

Menurut Brigham dan Weston (1991), Perusahaan dengan prospek pertumbuhan yang

menguntungkan akan memiliki tingkat leverage yang tinggi. Hal ini juga dapat terjadi ketika

manajemen memiliki keyakinan dalam prospek perusahaan mereka, dan melihat adanya

keuntungan potensial yang besar yang mengalir untuk mereka sendiri. Jadi dimungkinkan ketika

Tabel 3

Hasil Olahan Mann-Whitney hipotesis 1

Page 17: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

17

perusahaan memiliki hutang yang sangat banyak dibandingkan dengan jumlah ekuitasnya,

investor justru memberikan respon, dikarenakan investor melihat prospek perusahaan yang

bagus. Investor tidak selalu melihat hanya kepada perhitungan debt to equity nya saja, namun

lebih ke arah pandangan makro. Ketika dipandang bahwa suatu perusahaan mempunyai prospek

masa depan yang bagus, meskipun angka DER nya besar, investor akan tetap memberi respon

terhadap informasi keuangan perusahaan tersebut.

Berikut ini adalah hasil tabulasi silang antara nilai ERC dengan nilai DER untuk

mengetahui secara lebih rinci mengenai sebaran data yang ada.

Variabel

Penelitian

DER

Total DR

rendah

DR

tinggi

ERC rendah 19 21 40

tinggi 15 8 23

Total 34 29 63

Sumber: Data diolah, 2014

Dari tabulasi silang diatas, dapat dilihat bahwa dari 40 perusahaan yang memiliki ERC

rendah, terdapat 19 perusahaan yang memiliki default risk rendah, dan terdapat 21 perusahaan

yang memiliki default risk tinggi. Dari 23 perusahaan yang memiliki ERC tinggi, terdapat 15

perusahaan yang memiliki default risk rendah, dan hanya 8 perusahaan yang memiliki default

risk tinggi. Tabulasi silang ini memberikan temuan tambahan, bahwa meskipun tidak terbukti

bahwa nilai ERC perusahaan yang memiliki default risk rendah lebih tinggi daripada nilai ERC

perusahaan yang memiliki default risk tinggi, namun terdapat indikasi bahwa ketika perusahaan

memiliki default risk tinggi, investor yang rasional akan memberikan tingkat respon yang rendah

sehingga ERC rendah, dan sebaliknya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Delvira dan Nelvirita

(2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2008-2010.

ERC dan Konservatisme Akuntansi

Untuk menguji hipotesis kedua dalam penelitian ini, terlebih dulu dilakukan pengujian

normalitas menggunakan metoda K-S Liliefors. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

Tabel 4

Tabulasi Silang ERC dengan DER

Page 18: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

18

normalitas sebaran data. Dari uji normalitas yang telah dilakukan, diketemukan bahwa data ERC

untuk kelompok perusahaan yang memiliki tingkat konservatisme akuntansi yang tinggi dan

kelompok perusahaan yang memiliki tingkat konservatisme akuntansi yang rendah memiliki

sebaran data yang tidak normal. Oleh karena sebaran data dari kedua kelompok yang akan diuji

adalah tidak normal dan bersifat independen, maka metoda pengujian yang digunakan adalah

Mann-Whitney U-Test (nonparametric test – 2 independent samples). Berikut adalah hasil

pengujian menggunakan metode Mann-Whitney U-Test.

KA_ERC

Mann-Whitney U 382

Wilcoxon W 943

Z -1,555

Asymp. Sig. (2-

tailed) 0,120

a. Grouping Variable:

KA_GRUP

Sumber: Data diolah, 2014

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil p-value (Asymp.Sig. (2-tailed)) adalah sebesar

0,12. Karena pengujian hipotesis yang digunakan adalah pengujian satu sisi (1-tailed) , maka p-

value yang digunakan sebesar 0,06. Hasil p-value ini lebih besar dari α yang digunakan yaitu

sebesar 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa nilai ERC

perusahaan yang memiliki tingkat akuntansi konservatisme yang tinggi lebih tinggi daripada

nilai ERC perusahaan yang memiliki tingkat akuntansi konservatisme yang rendah, ditolak.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ERC perusahaan yang memiliki tingkat akuntansi

konservatisme yang tinggi, secara signifikan tidak lebih tinggi daripada nilai ERC perusahaan

yang memiliki tingkat akuntansi konservatisme yang rendah, pada tingkat signifikansi 5%.

ERC perusahaan yang memiliki tingkat akuntansi konservatisme yang tinggi tidak lebih

tinggi daripada nilai ERC perusahaan yang memiliki tingkat akuntansi konservatisme yang

rendah dikarenakan terdapat kemungkinan bahwa variabel konservatisme akuntansi bukanlah

suatu variabel yang dijadikan dasar pertimbangan investor untuk berinvestasi, mengingat bahwa

pengukuran konservatisme akuntansi bukanlah pengukuran yang sederhana dan mudah. Selain

Tabel 5

Hasil Olahan Mann-Whitney Hipotesis 2

Page 19: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

19

itu, variabel konservatisme akuntansi tidak menjadi variabel yang dijadikan dasar pertimbangan

investor dalam berinvestasi dikarenakan investor yang rasional akan lebih mempertimbangkan

prospek kedepan perusahaan (Imantaka, 2011). Masih terdapat pula pro dan kontra mengenai

penerapan konservatisme akuntansi. Penerapan konservatisme akuntansi dapat membuat laba

periode sekarang menjadi lebih rendah namun dengan kualitas lebih tinggi (Fala, 2007), namun

di sisi lain terdapat juga pendapat para ahli yang menyatakan sebaliknya, seperti pernyataan

Hendriksen dan Van Breda (1992) bahwa akuntansi konservatisme akan menghasilkan distorsi

data akuntansi. Feltham dan Ohlson (1995) juga menyatakan bahwa konservatisme akuntansi

akan menyebabkan kualitas laba yang rendah dan kurang relevan. Konservatisme akuntansi

bukan satu-satunya faktor yang dilihat oleh investor dalam memberi respon terhadap informasi

keuangan perusahaan.

Berikut ini adalah hasil tabulasi silang antara nilai ERC dengan nilai konservatisme

akuntansi, untuk mengetahui secara lebih rinci mengenai sebaran data yang ada.

Variabel

Penelitian

KA

Total KA

rendah

KA

tinggi

ERC rendah 24 16 40

tinggi 9 14 23

Total 33 30 63

Sumber: Data diolah, 2014

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 40 perusahaan yang mempunyai ERC rendah,

terdapat 24 perusahaan yang mempunyai tingkat konservatisme akuntansi yang rendah, dan

terdapat 16 perusahaan yang memiliki tingkat konservatisme akuntansi yang tinggi. Dari 23

perusahaan yang mempunyai ERC tinggi, terdapat 9 perusahaan yang memiliki tingkat

konservatisme akuntansi yang rendah, dan 14 perusahaan yang memiliki tingkat konservatisme

akuntansi yang tinggi. Tabel tabulasi silang di atas menunjukkan temuan tambahan, bahwa

meskipun tidak terbukti secara signifikan bahwa ERC perusahaan yang memiliki tingkat

akuntansi konservatisme yang tinggi lebih tinggi daripada nilai ERC perusahaan yang memiliki

tingkat akuntansi konservatisme yang rendah, namun terdapat indikasi bahwa ketika perusahaan

memiliki tingkat konservatisme akuntansi yang rendah, akan lebih banyak investor yang rasional

yang memberikan tingkat respon yang rendah, sehingga ERC rendah, dan sebaliknya.

Tabel 6

Tabulasi Silang ERC dengan KA

Page 20: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

20

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningtyas (2009) yang

melakukan pengujian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun

2002 sampai tahun 2006, Dewi (2003) yang melakukan pengujian pada seluruh perusahaan

manufaktur dan non-manufaktur (kecuali perbankan) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun

1996 sampai tahun 2000, Hersanti (2008) yang melakukan pengujian pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta tahun 2001 sampai tahun 2006.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai ERC secara

signifikan antara perusahaan yang memiliki default risk tinggi dan perusahaan yang memiliki

default risk rendah, namun terdapat indikasi bahwa ketika perusahaan memiliki default risk

tinggi, maka ERC nya akan rendah, dan sebaliknya. Selain itu, hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai ERC secara signifikan antara perusahaan

dengan tingkat konservatisme akuntansi yang tinggi dan perusahaan dengan tingkat

konservatisme akuntansi yang rendah, namun terdapat indikasi bahwa perusahaan yang memiliki

tingkat konservatisme akuntansi yang rendah, akan memiliki ERC yang rendah, dan sebaliknya.

Kesimpulan ini menunjukkan bahwa dalam merespon informasi keuangan yang

diterbitkan perusahaan, default risk dan konservatisme akuntansi bukan satu-satunya faktor yang

dilihat oleh pasar. Dalam melihat default risk, investor cenderung melihat pada makna dan akibat

lain yang kemungkinan akan timbul dari nilai hutang yang relatif tinggi jika dibandingkan

dengan ekuitas, selain adanya risiko gagal bayar. Tingkat leverage yang tinggi dapat pula

menandakan bahwa perusahaan mempunyai prospek kedepan yang bagus. Beban bunga yang

mengurangi bearnya pajak juga meningkatkan return yang akan diterima oleh investor.

Konservatisme akuntansi bukan variabel yang dilihat investor ketika akan membuat keputusan

investasi, dikarenakan variabel ini bukan variabel yang pengukurannya sederhana dan mudah.

Investor akan lebih mementingkan prospek perusahaan. Konservatisme akuntansi dapat

menghasilkan laba yang labih rendah namun dengan kualitas yang lebih tinggi, namun terdapat

pula berbagai pendapat lain dimana penerapan akuntansi konservatisme akan menciptakan

distorsi data keuangan, sehingga data yang disajikan menjadi tidak relevan.

Page 21: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

21

Implikasi Teoritis dan Praktis

Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai ERC antara

perusahaan yang memiliki default risk tinggi dan perusahaan yang memiliki default risk rendah,

serta tidak terdapat perbedaan nilai ERC antara perusahaan yang memiliki tingkat konservatisme

akuntansi yang tinggi dan perusahaan yang memiliki tingkat konservatisme akuntansi yang

rendah telah memperkuat hasil penelitian sebelumnya antara lain penelitian yang dilakukan oleh

Delvira dan Nelvirita (2013) yang nenyatakan bahwa default risk tidak berpengaruh terhadap

ERC, dan juga penelitian oleh Hersanti (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai

ERC antara perusahaan dengan konservatisme akuntansi tinggi dan rendah.

Penelitian ini juga diharapkan berguna bagi para investor, agar dalam pengambilan

keputusan terhadap informasi keuangan suatu perusahaan tidak hanya mempertimbangkan faktor

default risk dan konservatisme akuntansi. Investor dapat melihat banyak faktor lain seperti

profitabilitas, ukuran perusahaan, kualitas auditor, dan lain sebagainya. Bagi pihak manajemen

perusahaan, harus dapat memahami bahwa default risk dan konservatisme akuntansi bukan satu-

satunya faktor yang dilihat oleh investor sehingga sebaiknya manajemen perusahaan dapat pula

memperhatikan faktor-faktor lain seperti yang telah disebutkan sebelumnya, agar tujuan

perusahaan dapat tercapai. penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi penelitian-penelitian

selanjutnya, dan juga untuk mendukung riset-riset yang berhubungan dengan ERC.

Keterbatasan dan Saran Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain tidak dilakukannya pemisahaan

terhadap perusahaan apa saja yang menerapkan konservatisme akuntansi secara terus menerus

dan mana yang tidak terus menerus, penelitian ini juga mengabaikan variasi industri dan besaran

industry, serta mengabaikan adanya compounding effect. Periode pengamatan dalam

penghitungan ERC hanya dari tahun 2009-2013, dikarenakan keterbatasan ketersediaan data

laporan keuangan tahun 2008 dan sebelumnya.

Dengan adanya keterbatasan tersebut, maka diharapkan penelitian selanjutnya dapat

dilakukan pemisahan perusahaan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perusahaan yang

menerapkan konservatisme akuntansi secara terus menerus, dan kelompok yang tidak

menerapkan konservatisme akuntansi secara terus menerus, karena menurut Dewi (2003) setelah

dilakukan pemisahan antara perusahaan yang melakukan konservatisme akuntansi secara terus-

menerus dan yang tidak terus-menerus, penerapan konservatisme terus-menerus akan

Page 22: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

22

menyebabkan perbedaan nilai ERC yang signifikan. Penelitian selanjutnya juga dapat menambah

rentang waktu penelitian, memperhatikan variasi dan besaran industry, serta compounding effect

di sekitar periode jendela agar hasil perhitungan ERC lebih akurat, serta menambahkan tahun

terbaru yaitu tahun 2014. Keberagaman variabel yang digunakan juga dapat ditambah, selain

variabel DER dan konservatisme akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, H.H. 2012. Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Prediktor Earnings Response

Coefficient Perusahaan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi

Dan Keuangan, Vol.14 No.2: 69-80.

Ball, Ray Dan Phillip Brown. 1968. An Empirical Evaluation Of Accounting Income Numbers.

Journal Of Accounting Research. Vol.6 No.2: 159-178.

Basu, S. 1997. The Conservatism Principle And The Asymmetric Timeliness Of Earnings.

Journal Of Accounting & Economics.

Boediono, Gideon. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan

Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional

Akuntansi (SNA) VIII Solo.

Brigham, E.F. dan J.F. Weston. 1991. Manajemen Keuangan (Managerial Finance) ed. 7 vol. 2.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Brigham, E.F. dan J.F. Weston. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan ed. 9 vol. 2. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Delvira, M., dan Nelvirita. 2013. Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan Persistensi Laba

Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal WRA, Vol.1 No.1: 129.

Dewi, A.A.A. Ratna. 2003. Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan terhadap Earnings

Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi VI.

Page 23: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

23

Diantimala, Yossi. 2008. Pengaruh Akuntansi Konservatif, Ukuran Perusahaan, dan Default Risk

Terhadap Koefisien Respon Laba (ERC). Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol.1 No.1:

102-122.

Fala, Dwiyana A. S. 2007. Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas

Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Simposium Nasional

Akuntansi X: Ikatan Akuntan Indonesia.

Feltham. J., dan J. Ohlson. 1995. Valuation and Clean Surplus Accounting for Operating and

Financial Activities. Contemporary Accounting Research 11.

Givoly, Dan., dan Carla Hayn. 2000. The Changing Time-Series Properties Of Earnings, Cash

flows And Accruals: Has Financial Reporting Become More Conservative?. Journal Of

Accounting And Economics 29.

Harnanto. 1985. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. 6th edition. Yogyakarta:

BPFE.

Hersanti, Vita Amni. 2008. Hubungan Konservatisme Laporan Keuangan terhadap Earnings

Response Coefficient pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.

Http://www.Iaiglobal.Or.Id/Prinsip_Akuntansi/Exposure.Php?Id=13 (Diakses Pada Tanggal 10-

02-2014 Pukul 08:15 pm).

Http://Rudiyanto.Blog.Kontan.Co.Id/2012/03/11/Mengenal-Cara-Kerja-Obligasi-2-Analisa-

Risiko-Obligasi/ (Diakses Pada Tanggal 13-02-2014 Pukul 11:34 pm).

Imantaka, T.R. Cristy. 2013. Perancangan Sistem Pengambilan Keputusan (Decision Support

System / DSS) Investasi Saham. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik

Soegijapranata.

Page 24: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

24

Imroatussolihah, Ely. 2013. Pengaruh Risiko, Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba

Dan Kualitas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Earning Response

Coefficient Pada Perusahaan High Profile. Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol.1 No.1.

Jensen dan W.H. Meckling. 1976. Theory Of The Firm Magerial Behavior, Agency Cost And

Ownership Structure, Journal Of Financial Economics, Vol.3: 305-360.

Merton, R. C. 1974. On The Pricing Of Corporate Debt: The Risk Structure Of Interest Rate.

Journal of Finance, Vol.29 No.2.

Paek, Wonsun, Lucy H. Chen, David Folsom, dan H. Sami. Accounting Conservatism, Earnings

Persistence, and Pricing Multiples on Earnings. (Tersedia secara online pada

Http://Ssrn.Com/Abstract=964250, diunduh tanggal 12-02-14, pukul 9:49 pm).

Pasaribu, F.B. Rowland. 2009. Koreksi Bias Koefisien Beta Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Ekonomi Dan Bisnis. Vol.3 No.2.

Penman, H.Stephen dan Xiao-Jun Zhang. 1999. Accounting Conservatism, The Quality of

Earnings, and Stock Returns. (Tersedia secara online pada

http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=201048, diunduh tanggal 28-02-14,

pukul 7.32 pm).

Rahayu, Siti. 2012. Pengaruh Konservatisme Laba Terhadap Koefisien Respon Laba Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. (Tersedia secara online

pada http://Digilib.Unimed.Ac.Id, diunduh tanggal 13-02-2014, pukul 10:42 pm).

Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory. United States of America: Pearson

Prentice Hall.

Setiati, Fita dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koefisien

Respon Laba Pada Perusahaan Bertumbuh dan Tidak Bertumbuh. Simposium Nasional

Akuntansi VII.

Page 25: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

25

Setyaningtyas, Tara. 2009. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan, dan Siklus Hidup

Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Suaryana, Agung. 2008. Pengaruh Konservatisme Laba Terhadap Koefisien Respons Laba.

Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.

Yogyakarta: BPFE.

Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Wijaya, A. Langgeng. 2012. Pengukuran Konservatisme Akuntansi: Sebuah Literatur Review.

Jurnal Akuntansi Dan Pendidikan, Vol.1 No.1.

Page 26: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

26

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Sampel Penelitian

No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk

2 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk

3 MYOR PT Mayora Indah Tbk

4 PTSP PT Pioneerindo Gourmet International Tbk

5 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources Technology (SMART) Tbk

6 GGRM PT Gudang Garam Tbk

7 RDTX PT Roda Vivatex Tbk

8 MYRX PT Hanson International Tbk

9 SRSN PT Indo Acidatama Tbk

10 BATA PT Sepatu Bata Tbk

11 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk

12 SPMA PT Suparma Tbk

13 AKRA PT AKR Corporindo Tbk

14 BUDI PT Budi Starch and Sweetener Tbk

15 ETWA PT Eterindo Wahanatama Tbk

16 LTLS PT Lautan Luas Tbk

27 EKAD PT Ekadharma International Tbk

18 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk

19 APLI PT Asiaplast Industries Tbk

20 BRNA PT Berlina Tbk

21 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk

Page 27: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

27

22 SIAP PT Sekawan Inti Pratama Tbk

23 TRST PT Trias Sentosa Tbk

24 YPAS PT Yanaprima Hastapersada Tbk

25 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk

26 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

27 SMGR PT Semen Indonesia Tbk

28 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk

29 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk

30 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk

31 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk

32 LION PT Lion Metal Works Tbk

33 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk

34 TIRA PT Tira Austenite Tbk

35 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk

36 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk

37 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk

38 JECC PT Jembo Cable Company Tbk

39 ASGR PT Astra Graphia Tbk

40 MTDL PT Metrodata Electronics Tbk

41 MLPL PT Multipolar Tbk

42 ASII PT Astra International Tbk

43 AUTO PT Astra Otoparts Tbk

44 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk

45 INTA PT Intraco Penta Tbk

Page 28: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

28

46 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk

47 NIPS PT Nipress Tbk

48 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk

49 TURI PT Tunas Ridean Tbk

50 UNTR PT United Tractors Tbk

51 INTD PT Inter Delta Tbk

52 MDRN PT Modern Internasional Tbk

53 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk

54 KLBF PT Kalbe Farma Tbk

55 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk

56 PYFA PT Pyridam Farma Tbk

57 SCPI PT Merck Sharp & Dohme Indonesia Tbk

58 TCID PT Mandom Indonesia Tbk

59 MRAT PT Mustika Ratu Tbk

60 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

61 DLTA PT Delta Djakarta Tbk

62 RMBA PT Bentoel International Investama Tbk

63 AKKU PT Alam Karya Unggul Tbk

Page 29: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

29

Lampiran 2. Data Penelitian

KODE ERC DER KA

FAST -0,03423 0,842122 -128.678.442.000

INDF 0,051863 1,03509 -1.325.760.000.000

MYOR -0,0811 1,465201 85.343.203.780

PTSP 0,008935 0,60466 30.556.712.000

SMAR 0,043983 1,834448 -1.093.221.000.000

GGRM -0,04081 0,725924 2.066.723.000.000

RDTX -0,00116 0,350763 -95.523.822.380

MYRX 0,002729 0,093173 -95.381.787.080

SRSN -0,01019 0,338471 8.571.417.000

BATA -0,04178 0,715206 18.473.383.000

FASW 0,00086 2,6536 -457.919.829.419

SPMA -0,00768 1,338881 -94.616.323.537

AKRA -0,01684 1,728455 2.925.655.810.000

BUDI 0,005049 1,692146 -174.320.000.000

ETWA -0,00878 1,89842 236.959.493.712

LTLS -0,01091 2,259999 139.663.000.000

EKAD -0,00044 0,44548 30.087.455.544

AMFG 0,020661 0,282051 -205.006.000.000

APLI -0,00978 0,394406 -58.961.922.586

BRNA 0,005305 2,678333 -78.979.777.000

LMPI 0,020577 1,068817 19.965.586.256

SIAP 0,00193 1,725592 32.148.897.932

TRST -0,00538 0,907331 257.733.626.617

YPAS -0,04956 2,593899 21.434.782.771

SMCB -0,00183 0,697832 -1.253.334.000.000

INTP -0,0476 0,15796 -114.882.000.000

SMGR -0,19305 0,41226 -67.201.592.000

ALMI 0,001986 3,186679 791.058.772.253

BTON 0,015443 0,268834 14.822.803.998

INAI -8,6E-05 5,063131 -72.412.585.562

JPRS -0,00277 0,038671 -63.372.858.055

LION -0,04014 0,199102 13.747.152.750

LMSH -0,00991 0,282702 734.687.221

TIRA -0,00303 1,588849 -15.187.863.018

KICI -0,00427 0,328741 5.180.385.282

KDSI -0,00692 1,415376 -47.195.165.991

ARNA -0,03941 0,477241 -39.134.456.204

JECC 0,000176 7,396443 145.839.313.000

ASGR -0,04217 0,970263 14.771.000.000

Page 30: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

30

MTDL 0,056136 1,469079 244.708.810.331

MLPL -0,00148 1,25632 883.512.000.000

ASII -0,0003 1,015237 9.921.000.000.000

AUTO -0,08537 0,320013 589.553.000.000

GJTL -0,07 1,681662 -931.379.000.000

INTA -0,00402 14,38313 -1.569.082.000.000

LPIN 0,003726 0,36943 16.852.353.506

NIPS 0,021933 2,383861 111.028.898.000

SMSM 0,195843 0,689616 -100.661.641.639

TURI 0,126534 0,743852 -1.929.000.000

UNTR 0,046826 0,609089 -1.550.807.000.000

INTD 0,002946 1,26535 3.236.676.458

MDRN 0,01317 0,829262 74.662.375.433

DVLA 0,01571 0,301028 30.800.529.000

KLBF 0,051375 0,33119 1.224.080.532.032

KAEF 0,124065 0,521798 -20.393.565.514

PYFA -0,00279 0,864926 15.272.115.920

SCPI 0,005665 70,83149 36.168.661.000

TCID 0,338591 0,239192 -87.752.026.626

MRAT -0,0117 0,163562 -3.249.820.450

UNVR 0,102684 2,137303 -722.288.000.000

DLTA 0,054884 0,281547 -70.058.505.000

RMBA -0,01902 9,468741 114.799.000.000

AKKU 0,142195 17,45307 -3.436.529.600

Lampiran 3. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DR_TINGGI 0,265 29 1,62499E-05 0,854 29 0,001

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DR_RENDAH 0,252 34 8,05073E-06 0,794 34 0

a. Lilliefors Significance Correction

Page 31: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

31

Ranks

dr_GRUP N Mean Rank Sum of Ranks

DR_ERC DR

TINGGI 29 33,24 964

DR

RENDAH 34 30,94 1052

Total 63

DR_ERC

Mann-Whitney U 457

Wilcoxon W 1052

Z -0,496

Asymp. Sig. (2-

tailed) 0,62

a. Grouping Variable:

dr_GRUP

ERC * DER Crosstabulation

Count

DER Total

DR

rendah

DR

tinggi

ERC rendah 19 21 40

tinggi 15 8 23

Total 34 29 63

Lampiran 4. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

KA_TINGGI 0,228 30 0,000351 0,855 30 0,001

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KA_RENDAH 0,184 33 0,006 0,926 33 0,027

a. Lilliefors Significance Correction

Page 32: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

32

Ranks

KA_GRUP N Mean Rank Sum of Ranks

KA_ERC 1 30 35,77 1073

2 33 28,58 943

Total 63

KA_ERC

Mann-Whitney U 382

Wilcoxon W 943

Z -1,555

Asymp. Sig. (2-

tailed) 0,12

a. Grouping Variable:

KA_GRUP

ERC * KA Crosstabulation

Count

KA Total

KA

rendah

KA

tinggi

ERC rendah 24 16 40

tinggi 9 14 23

Total 33 30 63

Page 33: Perbedaan Nilai Earnings Response Coefficient (Erc) Antar ...

33

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : ELVINA ROSA

NIM : 232011285

ALAMAT ASAL : JL. PERMATA GADING I/149, SEMARANG

JUDUL SKRIPSI : PERBEDAAN NILAI EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT

(ERC) ANTAR PERUSAHAAN DITINJAU DARI

PERBEDAAN TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI

DAN DEFAULT RISK

RIWAYAT PENDIDIKAN :

SD PL BERNARDUS SEMARANG, LULUS TAHUN 2005

SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG, LULUS TAHUN 2008

SMA SEDES SAPIENTIAE SEMARANG, LULUS TAHUN 2011

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS, UKSW SALATIGA, LULUS TAHUN

2014

PENGALAMAN PANITIA / KERJA:

PANITIA “ENTREPRENEURSHIP NATIONAL SEMINAR” 5 FEBRUARI 2013

PANITIA “LEADING IN TRAINING YOUNG ENTREPRENEUR” 6 FEBRUARI

2013

PANITIA “BUSINESS PLAN COMPETITION AND EXHIBITION” 3 APRIL 2013

PANITIA “FEB MEET PARENTS 2013” 6 DESEMBER 2013

PANITIA “FESTIVAL JURNALISTIK AJC” 11 FEBRUARI 2014

ASISTEN DOSEN “PENGANTAR AKUNTANSI” SMT GANJIL 2013/2014

ASISTEN DOSEN “LAB PERPAJAKAN” SMT GENAP 2013/2014

ASISTEN DOSEN “STATISTIKA” SMT GENAP 2013/2014