perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU PEMBAKARAN BATU BATA DIBANDINGKAN PENDUDUK SEKITAR DI MOJOLABAN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIZKA FAJRI ANGGRAENI G 0009187 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013
50
Embed
PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU PEMBAKARAN
BATU BATA DIBANDINGKAN PENDUDUK SEKITAR
DI MOJOLABAN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
RIZKA FAJRI ANGGRAENI
G 0009187
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Perbedaan Nilai APE Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata Dibandingkan Penduduk Sekitar
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Januari 2013
Rizka Fajri Anggraeni
NIM. G0009187
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Rizka Fajri Anggraeni, G0009187, 2013. Perbedaan Nilai APE Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata Dibandingkan Penduduk Sekitar di Mojolaban Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Perkembangan industri perumahan di Indonesia ditunjang dengan adanya pasokan bahan bangunan, salah satunya batu bata. Dalam proses pembuatan batu bata dihasilkan debu hasil pembakaran yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional yang dilaksanakan di Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. Subjek penelitian ini adalah pekerja pembuat batu bata yang terpapar debu pembakaran batu bata dan penduduk sekitar di Mojolaban, Sukoharjo. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner dan pengukuran nilai APE menggunakan Mini Wright Peak Flow Meter. Data dianalisis menggunakan uji normalitas data Shapiro-Wilk dan uji independent t-test melalui program SPSS 17.00 for Windows. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah p < 0,05. Hasil Penelitian: Rata-rata presentase nilai APE kelompok pekerja terpapar debu pembakaran batu bata sebesar 35,79%. Sedangkan rata-rata presentase nilai APE kelompok penduduk sekitar adalah 52,88%. Hasil uji statistik independent t-test didapatkan p = 0,001 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata presentase nilai APE pekerja pembuat batu bata yang terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo. Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan nilai APE yang bermakna antara pekerja terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo. ______________________________________________________________ Kata kunci : APE, pekerja, debu pembakaran batu bata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Rizka Fajri Anggraeni, G0009187, 2013. The Difference of PEF Value between Workers Exposed Dust of Brick Kiln and Inhabitant Around in Mojolaban Sukoharjo. Mini Thesis. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Background: The development of housing industry in Indonesia is supported by the supply of building materials, one of them is brick. The manufacture of brick generated dust from burning which can cause airway obstruction. The purpose of this study is to determine whether there is the difference of Peak Expiratory Flow (PEF) value between workers exposed dust of brick kilns and inhabitant around in Mojolaban Sukoharjo. Methods: This research used analytic observational method with cross sectional approach that had been done in the District Mojolaban, Sukoharjo. The subjects were brick-making workers exposed dust of brick kiln and inhabitant around in Mojolaban, Sukoharjo. Sampling was conducted by purposive random sampling with inclusion and exclusion criterias. Data were obtained through questionnaires and measurements of PEF values using the Mini Wright Peak Flow Meter. Data were analyzed using Shapiro-Wilk test and independent t-test with SPSS 17.00 for Windows. The degree of significance used was p < 0,05. Results: The average percentage of PEF for workers exposed dust of brick kiln group was 35,79%. While the average percentage of PEF for the inhabitant around group was 52,88%. The statistical result of independent t-test was p = 0,001 (p < 0,05). These results showed there was a significant difference of the PEF average percentages between brick-making workers exposed dust of brick kiln and inhabitant around in Mojolaban Sukoharjo. Conclusions: There is a significant difference of PEF values between workers exposed dust of brick kilns and the inhabitant around in Mojolaban Sukoharjo.
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kemudahan, kesabaran dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Nilai APE Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata Dibandingkan Penduduk Sekitar di Mojolaban Sukoharjo”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P(K), selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
4. Sumardiyono, SKM, M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
5. Dr. Reviono, dr., Sp.P(K), selaku penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
6. Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes., selaku anggota penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
7. Perangkat Desa Joho dan Desa Plumbon yang telah membantu pengumpulan data skripsi.
8. Seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.
9. Adhi, Mustiqa, Farida, Nita, Aldila, Qonita, dan teman-teman 2009 yang telah membantu, menemani dan memberi semangat.
10. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis yakin bahwa tulisan ini belum sempurna dan masih perlu banyak
perbaikan, oleh karena itu saran, pendapat, koreksi dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi dapat bermanfaat.
Surakarta, Januari 2013
Rizka Fajri Anggraeni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan ................................... 5
Tabel 4.2. menunjukkan tinggi badan sampel dari 151 cm hingga 175
cm. Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah sampel terbanyak pekerja
yang terpapar debu pembakaran batu bata berada pada kelompok tinggi badan
156-160 cm sebanyak 10 orang. Sedangkan jumlah sampel penduduk sekitar
paling banyak terdapat pada kelompok dengan tinggi badan 171-175 cm
sebanyak 8 orang.
C. Hasil Uji Statistik
Tabel 4.3. Hasil Uji Statistik Perbedaan Umur dan Tinggi Badan pada Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata dan Penduduk Sekitar
Variabel Pekerja Terpapar
Debu Pembakaran Batu Bata Penduduk Sekitar Nilai p
Umur 45,07 + 10,069 39,30 + 11,727 0,046
Tinggi badan 164,60 + 5,243 164,30 + 6,481 0,844
Rata-rata umur dan Standar Deviasi sampel tiap kelompok adalah
45,07 + 10,069 dan 39,30 + 11,727. Dengan menggunakan uji statistik
independent t-test, didapatkan nilai p = 0,046 (p < 0,05). Sedangkan rata-rata
tinggi badan dan Standar Deviasi sampel pada masing-masing kelompok
adalah 164,60 + 5,243 dan 164,30 + 6,481. Melalui uji statistik independent t-
test, didapatkan nilai p = 0,844 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan pada pekerja yang terpapar debu pembakaran batu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
bata dengan penduduk sekitar berdasarkan umur. Namun berdasarkan tinggi
badan, tidak ada perbedaan yang signifikan pada dua kelompok.
Tabel 4.4. Rata-Rata Nilai APE dan Presentase APE Terhadap Nilai Prediksi dan Standar Deviasi pada Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata dan Penduduk Sekitar
Hasil Pengukuran Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata
Penduduk Sekitar
Nilai APE ukur (liter/menit)
212 + 100,375 321,83 + 119,427
Presentase APE ukur terhadap APE prediksi(%)
35,79 + 16,725 52,88 + 16,455
Tabel 4.4. menunjukkan rata-rata hasil pengukuran APE dan Standar
Deviasi pada kedua kelompok sampel. Pada tabel di atas diketahui bahwa
rata-rata nilai APE dan presentase nilai APE ukur terhadap APE prediksi
pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata lebih rendah dibandingkan
penduduk sekitar.
D. Analisis Data
Uji statistik independent t-test digunakan untuk membandingkan rata-
rata dua kelompok. Uji ini dapat digunakan dengan syarat distribusi data
harus normal, kedua kelompok berbeda, dan variabel yang dihubungkan
adalah numerik (Riyanto, 2009). Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk
digunakan untuk mengetahui normalitas sebaran data pada penelitian dengan
jumlah sampel kurang dari 50. Melalui uji Shapiro-Wilk terhadap presentase
nilai APE masing-masing kelompok didapatkan nilai p = 0,103 pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kelompok pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata dan p = 0,17
pada kelompok penduduk sekitar. Karena p > 0,05 pada masing-masing
kelompok, maka disimpulkan bahwa distribusi data presentase nilai APE
pekerja pembuat batu bata dan penduduk sekitar adalah normal. Dengan
demikian analisis menggunakan uji statistik independent t-test dapat
dilaksanakan.
Hasil uji statistik independent t-test didapatkan nilai t = 3,988 dan p =
0,001 (p < 0,05) maka Ho ditolak yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata presentase nilai APE pekerja pembuat batu bata yang
terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar. Rata-
rata presentase nilai APE pekerja pembuat batu bata yang terpapar debu
pembakaran batu bata lebih rendah dibandingkan rata-rata presentase nilai
APE penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian mengenai perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) pada
pekerja terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan dengan penduduk
sekitar di Mojolaban Sukoharjo dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2012
hingga 7 Januari 2013. Sampel yang dikumpulkan terbagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok pekerja terpapar debu pembakaran batu bata
yang diambil dari penduduk pada salah satu desa di Mojolaban Sukoharjo yaitu
Desa Joho. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Desa Joho
bermatapencaharian sebagai pembuat batu bata. Penduduk yang menjadi sampel
dalam kelompok pertama adalah penduduk yang sudah bekerja sebagai pembuat
bata selama lima tahun atau lebih. Kelompok kedua adalah penduduk yang tidak
bekerja sebagai pembuat batu bata dan tinggal minimal 5 km dari tempat
pembuatan batu bata. Kriteria ini digunakan untuk menurunkan kemungkinan
penduduk sekitar yang menjadi sampel penelitian menghirup debu pembakaran
batu bata secara langsung.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah laki-laki. Hal ini
dikarenakan laki-laki dan perempuan berbeda secara biologis. Kapasitas vital paru
laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan (Antaruddin, 2003). Selain itu
pemilihan laki-laki sebagai sampel juga bertujuan untuk menghomogenkan
sampel sehingga memudahkan dalam pengambilan simpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Ras merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai APE. Dalam
penelitian ini sampel yang dipilih adalah penduduk suku Bangsa Indonesia
meskipun di Indonesia terdapat berbagai macam suku. Hal ini disebabkan belum
ada data mengenai perbedaan anatomis rongga dada masing-masing suku di
Indonesia.
Pekerja yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pekerja pembuat
batu bata yang sudah bekerja selama lima tahun atau lebih. Penelitian oleh
Setyarini (1999) kepada pekerja batu di industri penggilingan batu Desa
Ganggeng, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo memperoleh hasil
adanya hubungan yang bermakna antara lama bekerja dengan nilai FVC dan
FEV1 dengan koefisien korelasi negatif yang berarti semakin lama bekerja maka
nilai FVC dan FEV1.0 semakin turun. Nilai FVC dan FEV1 dapat menunjukkan
adanya obstruksi dalam saluran pernafasan. Nilai FVC dan FEV1 pada kelompok
pekerja yang bekerja lebih dari 4 tahun lebih rendah dibandingkan kelompok
pekerja yang bekerja kurang dari 2 tahun dan kelompok pekerja yang bekerja
selama 2-4 tahun.
Menurut Rahajoe et al. (1994) kebiasaan merokok menyebabkan gangguan
ventilasi paru karena adanya iritasi dan sekresi mukus yang berlebihan pada
bronkus. Keadaan seperti ini dapat mengurangi efektifitas mukosiler dan
membawa partikel-partikel debu sehingga merupakan media yang baik
tumbuhnya bakteri. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD) pada tahun 2001 menyebutkan bahwa kandungan rokok dapat
menimbulkan proses inflamasi, fibrosis, metaplasia sel goblet, hipertropi otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
polos dan obstruksi jalan napas. Dalam rokok terkandung zat toksik antara lain
nikotin, tar, dan karbon monoksida yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan
darah, bersifat adiktif dan karsinogenik. Karbon monoksida dapat menurunkan
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen (Santosa et al., 2004). Hasil
penelitian Santosa et al. (2004) yang membandingkan APE perokok dan bukan
perokok pada Mahasiswa FK UK Maranatha memberikan hasil bahwa nilai APE
perokok lebih kecil dibandingkan yang tidak merokok. Dengan demikian, dalam
penelitian ini penduduk yang merokok tidak diikutsertakan sebagai sampel karena
akan menjadi faktor perancu.
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai Arus Puncak
Ekspirasi pekerja terpapar debu pembakaran batu bata dengan penduduk sekitar di
Mojolaban Sukoharjo. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
independent t-test untuk membandingkan rata-rata dua kelompok. Syarat uji ini
dapat digunakan adalah distribusi data harus normal, kedua kelompok berbeda,
dan variabel yang dihubungkan adalah numerik (Riyanto, 2009). Untuk
mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak, maka dilakukan uji
normalitas dengan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Melalui
uji Shapiro-Wilk terhadap presentase nilai APE masing-masing kelompok
didapatkan nilai p = 0,103 pada kelompok pekerja yang terpapar debu
pembakaran batu bata dan p = 0,17 pada kelompok penduduk sekitar. Karena p >
0,05 pada masing-masing kelompok, maka disimpulkan bahwa distribusi data
presentase nilai APE normal baik pada pekerja terpapar debu pembakaran batu
bata maupun pada penduduk sekitar. Dengan demikian uji statistik independent t-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
test dapat dilaksanakan. Hasil uji statistik independent t-test didapatkan nilai t =
3,988 dan p = 0,001 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai
APE yang signifikan antara pekerja terpapar debu pembakaran batu bata
dibandingkan penduduk sekitar. Rata-rata presentase nilai APE pekerja yang
terpapar debu pembakaran batu bata lebih rendah dibandingkan rata-rata
presentase nilai APE penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo.
Pembakaran batu bata sebagai bagian dari proses pembuatan batu bata
menghasilkan polusi yang dapat mengganggu fungsi paru. Debu yang dihasilkan
oleh proses pembakaran masih membawa zat-zat yang terkandung dalam bahan-
bahan pembuatan batu bata (Siregar, 2010). Pekerja pembuat batu bata menghirup
debu pembakaran batu bata dalam jangka waktu yang lama. Debu yang terinhalasi
akan melekat pada permukaan mukosa saluran nafas karena tempat tersebut basah
sehingga mudah ditempeli debu. Hal ini menyebabkan inflamasi kronis berupa
pembengkakan. Pembengkakan pada saluran nafas akan menimbulkan obstruksi
(Rahmatullah, 2007). Obstruksi menyebabkan volume udara yang dihembuskan
tidak maksimal sehingga nilai Arus Puncak Ekspirasi menurun.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah belum mengendalikan semua
variabel. Variabel yang belum dikendalikan meliputi umur, status gizi, pemakaian
alat pelindung diri, dan paparan polusi udara selain debu pembakaran batu bata.
Bertambahnya umur seseorang meningkatkan kerentanan terhadap penyakit,
khususnya gangguan saluran pernapasan pada tenaga kerja (Yunus, 1997). Rata-
rata umur pada kedua kelompok sampel berbeda secara signifikan. Oleh karena itu
umur menjadi variabel yang tidak dikendalikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Seseorang yang bekerja di tempat kerja yang menghasilkan banyak debu
dalam waktu lama tanpa tanpa disertai rotasi kerja, istirahat, dan rekreasi yang
cukup akan berkurang fungsi parunya (Mengkidi, 2006). Penelitian ini belum
mengendalikan jenis pekerjaan sampel pada kelompok penduduk sekitar.
Sehingga tidak diketahui apakah sampel kelompok penduduk sekitar bekerja di
tempat yang menghasilkan polutan yang akan berpengaruh terhadap nilai APE.
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Berdasarkan observasi
lapangan masih ada pekerja pembuat batu bata yang tidak memakai masker
sebagai APD. Meski demikian, pemakaian APD pada sampel belum dikendalikan
pada penelitian ini, sehingga belum diketahui apakah terdapat perbedaan APE
pekerja yang memakai APD dibandingkan pekerja yang tidak memakai APD.
Riwayat penyakit paru sebagai kriteria eksklusi diketahui melalui pengisian
kuesioner tanpa adanya pemeriksaan fisik maupun rekam medik sehingga
hasilnya hanya berdasarkan pengetahuan sampel. Penelusuran rekam medik akan
lebih mudah dilakukan jika sampel diambil dari data pasien puskesmas maupun
rumah sakit yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal pekerja yang terpapar
debu pembakaran batu bata maupun penduduk sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
1. Terdapat perbedaan rata-rata presentase nilai APE yang bermakna antara
pekerja terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk
sekitar di Mojolaban Sukoharjo. Melalui uji statistik independent t-test
diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05).
2. Rata-rata nilai APE pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata
lebih rendah dibandingkan rata-rata nilai APE penduduk sekitar di
Mojolaban Sukoharjo.
B. Saran
1. Kepada perangkat desa bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
melakukan penyuluhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Kepada pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata untuk
memakai masker saat bekerja untuk mengurangi risiko gangguan fungsi
paru.
3. Kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai efek paparan debu pembakaran batu bata terhadap fungsi
pernafasan dengan mengendalikan lebih banyak variabel yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, misalnya umur, pemakaian alat
pelindung diri, status gizi, dan paparan polusi selain debu pembakaran