Top Banner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU PEMBAKARAN BATU BATA DIBANDINGKAN PENDUDUK SEKITAR DI MOJOLABAN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIZKA FAJRI ANGGRAENI G 0009187 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013
50

PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Aug 09, 2019

Download

Documents

vuongnhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU PEMBAKARAN

BATU BATA DIBANDINGKAN PENDUDUK SEKITAR

DI MOJOLABAN SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

RIZKA FAJRI ANGGRAENI

G 0009187

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2013

Page 2: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Perbedaan Nilai APE Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata Dibandingkan Penduduk Sekitar

di Mojolaban Sukoharjo

Rizka Fajri Anggraeni, NIM: G.0009187, Tahun: 2013

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Rabu, Tanggal 30 Januari 2013

Pembimbing Utama Nama : Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P(K) NIP : 19570315 198312 1 002 (...................................) Pembimbing Pendamping Nama : Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP : 19650706 198803 1 002 (..................................) Penguji Utama Nama : Dr. Reviono, dr., Sp.P(K) NIP : 19651030 200312 1 001 (..................................) Anggota Penguji Nama : Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes NIP : 19751129 200812 2 002 (..................................)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

Page 4: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Januari 2013

Rizka Fajri Anggraeni

NIM. G0009187

Page 5: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Rizka Fajri Anggraeni, G0009187, 2013. Perbedaan Nilai APE Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata Dibandingkan Penduduk Sekitar di Mojolaban Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Perkembangan industri perumahan di Indonesia ditunjang dengan adanya pasokan bahan bangunan, salah satunya batu bata. Dalam proses pembuatan batu bata dihasilkan debu hasil pembakaran yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional yang dilaksanakan di Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. Subjek penelitian ini adalah pekerja pembuat batu bata yang terpapar debu pembakaran batu bata dan penduduk sekitar di Mojolaban, Sukoharjo. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner dan pengukuran nilai APE menggunakan Mini Wright Peak Flow Meter. Data dianalisis menggunakan uji normalitas data Shapiro-Wilk dan uji independent t-test melalui program SPSS 17.00 for Windows. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah p < 0,05. Hasil Penelitian: Rata-rata presentase nilai APE kelompok pekerja terpapar debu pembakaran batu bata sebesar 35,79%. Sedangkan rata-rata presentase nilai APE kelompok penduduk sekitar adalah 52,88%. Hasil uji statistik independent t-test didapatkan p = 0,001 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata presentase nilai APE pekerja pembuat batu bata yang terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo. Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan nilai APE yang bermakna antara pekerja terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo. ______________________________________________________________ Kata kunci : APE, pekerja, debu pembakaran batu bata

Page 6: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Rizka Fajri Anggraeni, G0009187, 2013. The Difference of PEF Value between Workers Exposed Dust of Brick Kiln and Inhabitant Around in Mojolaban Sukoharjo. Mini Thesis. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Background: The development of housing industry in Indonesia is supported by the supply of building materials, one of them is brick. The manufacture of brick generated dust from burning which can cause airway obstruction. The purpose of this study is to determine whether there is the difference of Peak Expiratory Flow (PEF) value between workers exposed dust of brick kilns and inhabitant around in Mojolaban Sukoharjo. Methods: This research used analytic observational method with cross sectional approach that had been done in the District Mojolaban, Sukoharjo. The subjects were brick-making workers exposed dust of brick kiln and inhabitant around in Mojolaban, Sukoharjo. Sampling was conducted by purposive random sampling with inclusion and exclusion criterias. Data were obtained through questionnaires and measurements of PEF values using the Mini Wright Peak Flow Meter. Data were analyzed using Shapiro-Wilk test and independent t-test with SPSS 17.00 for Windows. The degree of significance used was p < 0,05. Results: The average percentage of PEF for workers exposed dust of brick kiln group was 35,79%. While the average percentage of PEF for the inhabitant around group was 52,88%. The statistical result of independent t-test was p = 0,001 (p < 0,05). These results showed there was a significant difference of the PEF average percentages between brick-making workers exposed dust of brick kiln and inhabitant around in Mojolaban Sukoharjo. Conclusions: There is a significant difference of PEF values between workers exposed dust of brick kilns and the inhabitant around in Mojolaban Sukoharjo.

__________________________________________________________________

Keywords: PEF, workers, dust of brick kiln

Page 7: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kemudahan, kesabaran dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Nilai APE Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata Dibandingkan Penduduk Sekitar di Mojolaban Sukoharjo”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P(K), selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

4. Sumardiyono, SKM, M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

5. Dr. Reviono, dr., Sp.P(K), selaku penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

6. Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes., selaku anggota penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

7. Perangkat Desa Joho dan Desa Plumbon yang telah membantu pengumpulan data skripsi.

8. Seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

9. Adhi, Mustiqa, Farida, Nita, Aldila, Qonita, dan teman-teman 2009 yang telah membantu, menemani dan memberi semangat.

10. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis yakin bahwa tulisan ini belum sempurna dan masih perlu banyak

perbaikan, oleh karena itu saran, pendapat, koreksi dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi dapat bermanfaat.

Surakarta, Januari 2013

Rizka Fajri Anggraeni

Page 8: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 5

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5

1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan ................................... 5

2. Arus Puncak Ekspirasi ................................................................. 7

3. Proses Pembuatan Batu Bata ....................................................... 13

4. Debu Pembakaran Batu Bata ....................................................... 14

5. Patofisiologi Debu Pembakaran Batu Bata dalam Paru .............. 15

6. Penyakit Akibat Kerja ................................................................. 16

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 18

C. Hipotesis ......................................................................................... 18

Page 9: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 19

A. Jenis Penelitian................................................................................. 19

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 19

C. Subjek Penelitian ............................................................................. 19

D. Sampel Penelitian ............................................................................ 20

E. Rancangan Penelitian ....................................................................... 21

F. Identifikasi Variabel......................................................................... 22

G. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 22

H. Instrumen Penelitian ........................................................................ 25

I. Cara Kerja ........................................................................................ 25

J. Teknik Analisis Data........................................................................ 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 27

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................. 27

B. Hasil Penelitian ................................................................................ 29

C. Hasil Uji Statistik ............................................................................. 30

D. Analisis Data .................................................................................... 31

BAB V. PEMBAHASAN ................................................................................... 33

BAB VI. PENUTUP ............................................................................................. 38

A. Simpulan .......................................................................................... 38

B. Saran ................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39

LAMPIRAN

Page 10: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur pada Pekerja

Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata dan Penduduk Sekitar .......... 29

Tabel 4.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Badan pada Pekerja Terpapar

Debu Pembakaran Batu Bata dan Penduduk Sekitar ......................... 29

Tabel 4.3. Hasil Uji Statistik Perbedaan Umur dan Tinggi Badan pada Pekerja

Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata dan Penduduk Sekitar .......... 30

Tabel 4.4. Rata-Rata Nilai APE dan Presentase APE Terhadap Nilai Prediksi dan

Standar Deviasi pada Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata

dan Penduduk Sekitar......................................................................... 31

Page 11: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 18

Gambar 2. Rancangan Penelitian ........................................................................ 21

Page 12: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan untuk Responden

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Data Pengukuran APE Pekerja yang Terpapar Debu Pembakaran

Batu Bata

Lampiran 5. Data Pengukuran APE Penduduk Sekitar

Lampiran 6. Hasil Analisis Data Penelitian

Lampiran 7. Foto Kegiatan Penelitian

Page 13: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, tuntutan untuk dapat

memenuhi kebutuhan dasar manusia semakin meningkat. Begitu juga di

Indonesia di mana berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan

Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia mencapai 230 juta jiwa

(BPS, 2011). Menurut Todaro dalam Zoebar (2004), kebutuhan dasar

manusia meliputi perumahan, makanan, kesehatan dan perlindungan.

Perumahan menjadi kebutuhan dasar bagi kesejahteraan fisik, psikologi,

sosial dan ekonomi suatu negara. Industri perumahan di Indonesia pun

semakin berkembang sejalan dengan kebutuhan perumahan yang meningkat.

Berkembangnya industri perumahan salah satunya ditunjang dengan adanya

pasokan bahan bangunan, termasuk di dalamnya adalah batu bata (Zoebar,

2004). Industri pembuatan batu bata merupakan salah satu industri rumah

tangga yang masih sering ditemukan di Indonesia. Dalam suatu daerah yang

menjalankan industri rumah tangga membuat batu bata, hampir setiap rumah

pada daerah tersebut merupakan pembuat batu bata (Masrah, 2009).

Proses pengerjaan batu bata pada industri rumah tangga dimulai dari

pencampuran bahan-bahan yang diperlukan, seperti tanah liat, sekam dan air.

Adonan kemudian dicetak dalam ukuran tertentu dan dijemur supaya kering.

Setelah itu tanah liat dibakar hingga berwarna merah. Batu bata dibakar pada

Page 14: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

suhu tinggi hingga tidak hancur lagi bila direndam air. Dalam proses

pembuatan batu bata dihasilkan debu hasil pembakaran. Penumpukan dan

pergerakan debu pada saluran napas dapat menyebabkan peradangan jalan

napas. Peradangan ini dapat mengakibatkan penyumbatan jalan napas,

sehingga dapat menurunkan kapasitas paru. Dampak paparan debu yang

terus-menerus dapat menurunkan faal paru berupa obstruksi (Yulaekah,

2007). Paparan aerosol yang mengandung partikel tanah liat jangka panjang

berhubungan dengan kerusakan fungsi dan struktur paru (Muhle dan

Mangelsdorf, 2003; WHO, 2005).

Arus Puncak Ekspirasi (APE) merupakan aliran udara maksimal yang

dicapai saat ekspirasi maksimal pada kapasitas paru total dan menjadi

parameter penting untuk memonitor jalan nafas (Omar et al., 2005). APE

menggambarkan seberapa kuat kekuatan seseorang mengeluarkan udara

melalui ekspirasi maksimal (Santosa et al., 2004). APE dapat diukur

menggunakan alat Mini Wright Peak Flow Meter. Mini Wright Peak Flow

Meter adalah modifikasi dari Wright Peak Flow Meter, salah satu alat baku

yang dipakai untuk mengukur APE. Alat ini menjadi cara alternatif

pengukuran APE yang ringkas, mudah dibawa, dan mudah digunakan

(Siregar, 2007). Pengukuran menggunakan Mini Wright Peak Flow Meter

merupakan pemeriksaan yang sederhana dan menjadi cara deteksi dini

penurunan fungsi paru (Yunus, 1993).

Mojolaban merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.

Pada kecamatan ini terdapat desa yang mayoritas penduduknya menjalankan

Page 15: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

industri rumah tangga membuat batu bata, yaitu Desa Joho. Hampir sepertiga

dari jumlah penduduk usia produktif di Desa Joho bekerja sebagai pembuat

batu bata. Sesuai undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat (1)a,

setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja (Masrah, 2009). Industri rumah tangga

biasanya dikelola oleh masyarakat dengan teknologi yang masih sederhana,

tanpa banyak tersentuh oleh peraturan perundangan, sehingga peraturan yang

berkaitan dengan perlindungan kesehatan dan keselamatan terhadap tenaga

kerja kurang mendapat perhatian (Yulaekah, 2007). Dengan demikian perlu

dilakukan penelitian mengenai perbedaan nilai APE pekerja terpapar debu

pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar di Mojolaban

Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan nilai APE pekerja terpapar debu

pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar di Mojolaban

Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi

pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk

sekitar di Mojolaban Sukoharjo.

Page 16: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Tujuan Khusus

Mengetahui nilai Arus Puncak Ekspirasi pada pekerja yang terpapar debu

pembakaran batu bata dan penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menjadi bukti empiris mengenai perbedaan nilai Arus

Puncak Ekspirasi pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata

dengan penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

usaha promotif dan preventif terhadap timbulnya gangguan pernafasan

pada pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata.

Page 17: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

a. Anatomi Sistem Pernapasan

Udara mencapai paru dengan melewati saluran penghantar

udara yang meliputi hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan

bronkiolus. Ketika udara pertama kali masuk hidung, udara disaring,

dihangatkan dan dilembabkan. Permukaan hidung dilapisi oleh epitel

torak berlapis, bersilia, dan bersel goblet. Sel goblet dan kelenjar

mukosa menghasilkan lapisan mukus yang menyaring partikel debu

halus yang terhirup, sedangkan partikel kasar akan disaring oleh

rambut-rambut dalam rongga hidung (Price dan Wilson, 2006).

Udara mengalir dari faring menuju laring. Laring merupakan

rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan

mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk

segitiga yang bermuara di dalam trakea dinamakan glotis. Glotis

merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan bawah.

Meskipun laring terutama dianggap berhubungan dengan fonasi, tetapi

fungsinya sebagai pelindung jauh lebih penting. Epiglotis yang

berbentuk daun berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan

masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu

Page 18: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

masuk melampaui glotis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk

akan membantu mengeluarkan benda dan sekret keluar dari saluran

pernapasan bagian bawah (Mengkidi, 2006).

Trakea merupakan lapisan dari laring yang dibentuk dari

susunan tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda. Trakea

dilapisi epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet. Tempat trakea

bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan disebut karina. Jika

karina dirangsang, dapat menimbulkan bronkospasme maupun batuk.

Bronkus utama kanan berbeda dengan yang kiri, di mana bronkus

kanan lebih lebar dan pendek. Bronkus kanan merupakan kelanjutan

trakea yang arahnya lebih vertikal dibandingkan dengan bronkus kiri

yang cenderung memiliki sudut yang lebih tajam (Price dan Wilson,

2006).

Bronkus utama masing-masing bercabang menjadi bronkus

lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan berjalan terus

hingga menjadi bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis

dikelilingi oleh otot polos. Setelah bronkiolus terminalis terdapat

asinus yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan

sakus alveolaris terminalis. Asinus merupakan unit fungsional paru di

mana terjadi pertukaran gas pada bagian tersebut. Alveolus sering

ditemukan pada dinding ductus alveolaris. Terdapat kurang lebih 300

juta alveolus. Alveolus merupakan gelembung gas yang dikelilingi

oleh kapiler. Batas dari cairan dan gas membentuk tegangan

Page 19: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

permukaan yang cenderung menghambat pengembangan saat inspirasi

dan kolaps saat ekspirasi. Alveolus dilapisi oleh surfaktan yang dapat

mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap

pengembangan ketika inspirasi dan mencegah alveolus kolaps saat

ekspirasi (Price dan Wilson, 2006).

b. Fisiologi Paru

Paru berfungsi sebagai organ pernapasan. Pernapasan adalah

proses oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan, dan karbon

dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi. Proses ini dibagi menjadi tiga

stadium. Stadium pertama adalah ventilasi paru, yaitu keluar dan

masuknya gas di paru (Santosa et al., 2004). Udara keluar dan masuk

paru karena terdapat selisih tekanan atmosfer dengan alveolus akibat

kerja mekanik otot-otot. Selanjutnya adalah proses difusi di mana

terjadi pertukaran gas melintasi membran alveolus-kapiler tipis.

Sedangkan stadium ketiga adalah perfusi. Pemindahan gas secara

efektif antara alveolus dan kapiler paru membutuhkan distribusi

merata dari udara dalam paru dan perfusi dalam kapiler (Price dan

Wilson, 2006).

2. Arus Puncak Ekspirasi

Pemeriksaan faal paru dilakukan untuk mengetahui kemampuan

paru dalam menjalankan fungsinya sebagai organ respirasi. Dengan

mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi paru dapat diketahui

besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi paru.

Page 20: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Pemeriksaan ventilasi dilakukan dengan cara mengukur udara yang keluar

masuk paru. Ada dua volume yang bisa diukur:

a. Volume statis misalnya:

1) Volume Tidal (VT) yaitu jumlah udara yang masuk dan keluar paru

saat pernafasan biasa. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang

dewasa.

2) Volume Cadangan Respirasi Ekspirasi (VCE) yaitu jumlah udara

yang dapat dikeluarkan secara maksimal setelah ekspirasi biasa.

3) Volume Cadangan Respirasi Inspirasi (VCI) yaitu jumlah udara

maksimal yang masih dapat dihirup setelah inspirasi biasa.

4) Volume Residu yaitu udara yang masih tersisa dalam paru setelah

ekspirasi maksimal.

5) Kapasitas Inspirasi merupakan volume udara yang masuk paru

setelah inspirasi maksimal. Sama dengan volume cadangan

inspirasi ditambah volume tidal.

6) Kapasitas Vital (KV) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan

melalui ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal.

7) Kapasitas Paru Total yaitu kapasitas vital ditambah volume sisa.

8) Kapasitas vital Paksa (KVP) sama dengan KV tapi dilakukan

dengan cepat dan paksa.

b. Volume dinamis, misalnya:

1) Volume Ekspirasi Paksa detik Pertama (VEP1) yaitu jumlah udara

yang dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya dalam satu detik

Page 21: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pertama pada ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal. Lama

ekspirasi pada orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada

detik pertama orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan

sebesar 80% dari nilai KV (Mengkidi, 2006).

2) Arus Puncak Ekspirasi (APE) yaitu jumlah aliran udara maksimal

yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu yang

diukur dengan peak flow meter atau spirometer (Rasmin et al.,

2001). Spirometer merupakan pemeriksaan gold standard pada

pemeriksaan penunjang paru. Bila spirometer tidak tersedia maka

dapat digunakan peak flow meter (Maranatha, 2004).

Nilai APE dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan,

dan kebiasaan merokok. Pemeriksaan APE bertujuan untuk mengukur

secara objektif arus udara pada saluran napas besar (Rasmin et al., 2001).

Pemeriksaan APE dapat menjadi parameter untuk memonitor obstruksi

jalan nafas (Omar, 2005). APE dapat diukur menggunakan spirometer,

pneumotachometer, maupun peak flow meter (Siregar, 2007). Peak flow

meter hanya dapat mengukur APE namun cukup memadai untuk

pemantauan penyakit paru obstruktif. Pengukuran APE dapat dilakukan

sendiri. Mini Wright Peak Flow Meter adalah modifikasi Wright Peak

Flow Meter, salah satu alat baku yang dipakai untuk mengukur APE. Alat

ini menjadi cara alternatif pengukuran APE yang ringkas, mudah dibawa,

dan mudah digunakan (Siregar, 2007).

Page 22: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Interpretasi tindakan pemeriksaan APE menurut Rasmin, et al.

(2001):

a. Obstruksi, jika hasil APE ukur < 80% dari nilai prediksi atau pada

orang dewasa jika didapatkan nilai APE < 200 liter/menit

b. Obstruksi akut, jika hasil APE ukur < 80% dari nilai terbaik

c. APE variasi harian, dihitung dengan cara (nilai tertinggi-nilai

terendah)/nilai tertinggi x 100%. Jika didapatkan nilai > 15% maka

dianggap obstruksi saluran napas yang ada belum terkontrol.

Arus Puncak Ekspirasi (APE) dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu:

a. Faktor Host

1) Umur

Faal paru sejak masa kanak-kanak bertambah atau

meningkat volumenya dan mencapai maksimal pada umur 19-21

tahun, setelah itu nilai faal paru terus menurun sesuai

bertambahnya umur (Yunus, 2003). Meningkatnya umur seseorang

maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah, khususnya

gangguan saluran pernapasan pada tenaga kerja (Yunus, 1997).

2) Jenis Kelamin

Pengelompokan berdasarkan jenis kelamin amat penting

karena secara biologis berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Sesudah pubertas anak laki-laki menunjukkan kapasitas faal paru

yang lebih besar daripada perempuan. Kapasitas vital rata-rata pria

Page 23: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan perempuan dewasa muda

kurang lebih 3,1 liter (Antaruddin, 2003).

3) Ras

Di Indonesia belum ada data yang dapat menerangkan

adanya perbedaan anatomis rongga dada pada masing-masing suku

di Indonesia yang mempengaruhi faal parunya.

4) Tinggi Badan

Semakin tinggi badan seseorang kapasitas parunya semakin

baik karena paru semakin luas (Mengkidi, 2006)

5) Kebiasaan Merokok

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease

pada tahun 2001 menyebutkan bahwa rokok mengandung

setidaknya 200 elemen yang berbahaya bagi kesehatan dan dapat

menimbulkan proses inflamasi, fibrosis, metaplasia sel goblet,

hipertropi otot polos dan obstruksi jalan napas yang akhirnya

mengakibatkan terganggunya faal paru (Santosa et al., 2004). Asap

rokok yang masuk ke dalam saluran pernapasan dapat

menyebabkan gangguan refleks saluran napas, gangguan fungsi

silier (siliotoksik) dan meningkatkan produksi mukus (Dastyawan,

2000).

Page 24: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Faktor Lingkungan

1) Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah alat pelindung yang dipakai oleh

pekerja agar aman dari bahaya maupun kecelakaan saat bekerja.

APD yang baik dipakai pada lingkungan kerja yang memiliki

paparan debu yang tinggi adalah masker dan respirator. Pemakaian

alat pelindung diri secara tidak sempurna dapat melindungi tubuh

namun dapat mengurangi tingkat keparahan (Mengkidi, 2006).

2) Polusi Udara

Polusi udara dapat menimbulkan berbagai penyakit dan

gangguan fungsi tubuh, termasuk ganguan faal paru. Bronkhitis

kronis, emfesima dan asma sering ditemukan pada pekerja yang

terpapar polusi udara. Kondisi ini ditandai dengan penurunan

fungsi paru yaitu penurunan rata-rata VEP1 yang bermakna

(Antaruddin, 2003).

3) Status Gizi

Status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan sehari-hari.

Salah satu akibat kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan

terhadap tekanan, sistem imunitas dan antibodi. Gizi yang kurang

juga menurunkan kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi

terhadap benda asing yang masuk dalam tubuh (Almatsier, 2004).

Page 25: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3. Proses Pembuatan Batu Bata

Proses pembuatan batu bata secara umum dapat dibagi menjadi tiga

tahap, yaitu menyiapkan bahan dasar, mencetak bentuk, kemudian

membakarnya. Tanah yang digunakan adalah tanah liat yang terdapat pada

lapis kedua, yaitu lapisan tanah yang tidak mengandung humus. Hal ini

disebabkan jika mengandung humus, pada proses pembakaran batu bata

mudah pecah. Tanah liat diberi air dan sekam kemudian dicampur sampai

rata, sehingga cukup kental untuk dicetak.

Batu bata dicetak satu persatu dengan tangan pada cetakan kayu

dengan ukuran tertentu di atas papan kayu maupun tanah yang kering.

Bahan itu secara berkala dibasahi sampai lepas dari cetakannya, kurang

lebih 15 menit. Setelah dicetak, batu bata yang masih basah dijemur di

bawah sinar matahari selama kurang lebih tiga hari.

Proses pembakaran batu bata tidak dilakukan di dalam tungku,

tetapi dengan susunan batu bata itu sendiri. Tanah yang akan digunakan

sebagai tempat pembakaran batu bata dilapisi dengan jerami terlebih dulu

sebelum batu bata disusun supaya batu bata tidak melekat pada tanah. Batu

bata yang sebelumnya telah kering dijemur di bawah sinar matahari,

disusun kemudian pada susunan tersebut dimasukkan kayu serta sekam

untuk bahan bakar. Susunan batu bata tersebut dibakar selama dua hingga

tiga hari (Suwandi, 2008).

Tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa Silika

Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3), dan

Page 26: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Magnesium Oksida (MgO) (Mengkidi, 2006). Secara umum, ini

merupakan campuran komplek dari senyawa anorganik termasuk

crystalline silica, iron oksida, kapur, magnesium karbonat, alkalis, kalsium

karbonat, kalsium sulfat, sodium klorida dan juga beberapa senyawa

organik dan campuran elemen karbon (Zuskin et al., 1998).

4. Debu Pembakaran Batu Bata

Asal pencemaran udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses,

yaitu atrisi (attrition), penguapan (vaporization) dan pembakaran

(combustion). Dari ketiga proses tersebut di atas, pembakaran merupakan

proses yang sangat dominan dalam kemampuannya menimbulkan bahan

polutan. Proses pembuatan batu bata menghasilkan debu pembakaran yang

dapat menjadi polutan. Debu adalah zat partikel yang melayang di udara,

disebabkan oleh kekuatan alamiah atau mekanis seperti pengolahan,

penghancuran, pengepakan yang cepat, peledakan dan sebagainya dari

bahan organik maupun anorganik (Suma’mur, 1986). Debu sering disebut

suspended particulate matter yang tetap berada di udara dan tidak mudah

mengendap. Butiran debu yang dapat terhirup berukuran <10 mikron.

Dengan ukuran tersebut, debu menjadi partikel suspensi dan lebih sulit

mengendap (Mengkidi, 2006).

Debu dibedakan menjadi:

a. Dust, merupakan partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia

atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.

Page 27: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Asap/smoke, merupakan partikel karbon yang sangat halus dan

merupkan hasil pembakaran tidak sempurna.

c. Fumes, merupakan partikel bentuk gas yang merupakan hasil dari

proses sublimasi, distilasi atau reaksi kimia (Sucipto, 2007).

5. Patofisiologi Debu Pembakaran Batu Bata dalam Paru

Interaksi udara dengan paru berlangsung setiap saat melalui proses

respirasi. Kualitas udara yang terhirup berpengaruh terhadap faal paru.

Kualitas udara tergantung pada konsentrasi partikel-partikel asing yang

terkandung di dalamnya. Pada udara tercemar, partikel debu polutan ikut

terinhalasi dan sebagian akan masuk ke dalam paru dan akan mengendap

di alveoli. Partikel debu yang mencapai alveoli biasanya berukuran kurang

dari 0,5 mikron. Dengan adanya pengendapan partikel dalam alveoli, ada

kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru (Mengkidi, 2006). Partikel

debu yang berukuran lebih besar dapat menumpuk di saluran nafas.

Penumpukan dan pergerakkan debu pada saluran nafas dapat

menyebabkan peradangan jalan nafas. Peradangan yang terjadi dapat

menyebabkan penyumbatan jalan nafas sehingga akhirnya dapat

menimbulkan obstruksi dan menurunkan fungsi paru (Depkes RI, 1993).

Ukuran, kelarutan, dan bentuk partikel akan berpengaruh dalam

proses penimbunan debu dalam paru. Komponen kimia yang terkandung

memiliki kecenderungan untuk bereaksi dengan jaringan sekitarnya.

Demikian juga dengan keasaman dan tingkat alkalisitasnya yang tinggi

yang dapat merusak silia. Bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan

Page 28: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

fibrosis yang luas di paru dan dapat bersifat antigen yang masuk paru

(Wahyu, 2004).

6. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah gangguan kesehatan yang disebabkan

oleh lingkungan kerja maupun pekerjaan (Sucipto, 2007). Untuk

mengetahui dan mengevaluasi kemungkinan bahaya pada lingkungan

kerja, perlu dilakukan pengenalan lingkungan kerja, evaluasi lingkungan

kerja, dan pengendalian lingkungan kerja. Pengenalan lingkungan kerja

dapat dilakukan dengan melihat dan mengenal lingkungan kerja. Setelah

itu dilanjutkan dengan penilaian karakteristik dan besarnya potensi bahaya

yang mungkin timbul sebagai bentuk evaluasi lingkungan kerja.

Pengendalian lingkungan kerja dilakukan untuk mengurangi atau

menghilangkan pemajanan terhadap agen yang berbahaya di lingkungan

kerja (Anies, 2005).

Pekerja yang hidup di lingkungan tertentu dan menghirup udara

yang tercemar memiliki risiko untuk menderita penyakit paru lingkungan.

Penyakit paru lingkungan yang disebabkan oleh inhalasi kronis debu

anorganik ataupun bahan-bahan partikel yang berasal dari udara

lingkungan atau tempat kerja disebut pneumokoniosis. Pneumokoniosis

banyak disebabkan oleh debu asbes, silika, batu - bara, berilium, bauksit,

besi/baja dan lain-lain. Pekerja pembuat batu bata menghirup debu

pembakaran batu bata dalam jangka waktu yang lama. Setelah terinhalasi,

partikel debu akan melekat pada permukaan mukosa saluran nafas karena

Page 29: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

tempat tersebut basah sehingga mudah ditempeli debu. Hal ini

menyebabkan inflamasi kronis berupa pembengkakan sehingga terjadi

obstruksi (Rahmatullah, 2007).

Hyatt et al. dalam Khumaidah (2009) menyebutkan bahwa pekerja

yang berada di lingkungan dengan kadar debu tinggi dalam waktu lama

memiliki risiko tinggi terkena penyakit paru obstruktif. Masa kerja

mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya obstruksi pada

pekerja di industri yang berdebu lebih dari 5 tahun.

Penelitian Setyarini (1999) kepada pekerja batu di industri

penggilingan batu Desa Ganggeng, Kecamatan Purworejo, Kabupaten

Purworejo memperoleh hasil adanya hubungan yang bermakna antara lama

bekerja dengan nilai FVC dan FEV1 dengan koefisien korelasi negatif. Hal

ini menunjukkan semakin lama bekerja maka nilai FVC dan FEV1.0

semakin turun. Nilai FVC dan FEV1 pada kelompok pekerja yang bekerja

lebih dari empat tahun lebih rendah dibandingkan kelompok pekerja yang

bekerja kurang dari dua tahun dan kelompok pekerja yang bekerja selama

dua sampai empat tahun. Nilai FVC dan FEV1 dapat menunjukkan adanya

obstruksi pada saluran pernafasan.

Page 30: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

B. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi pekerja terpapar debu

pembakaran batu bata dengan penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo.

penurunan nilai APE

Debu pada proses pembakaran batu bata

Penumpukan partikel debu pada saluran nafas

Timbul proses inflamasi kronis saluran nafas

Obstruksi saluran nafas

Debu terinhalasi dalam saluran nafas

Berlangsung >5tahun

Page 31: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan metode

cross sectional.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, pada

tanggal 24 Desember 2012 hingga 7 Januari 2013.

C. Subjek Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah penduduk Kecamatan Mojolaban,

Kabupaten Sukoharjo yang memenuhi semua kriteria yang telah ditentukan.

Kelompok yang diteliti adalah pekerja pembuat batu bata, sedangkan untuk

kelompok kontrol adalah penduduk sekitar yang tidak bekerja sebagai

pembuat batu bata. Kriteria penelitian meliputi:

1. Kriteria Inklusi

a. Laki-laki usia 22-60 tahun

b. Suku Bangsa Indonesia

c. Masa kerja 5 tahun atau lebih

d. Menandatangani surat persetujuan (informed consent) penelitian

2. Kriteria Eksklusi

a. Kebiasaan merokok

Page 32: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

b. Riwayat penyakit paru dan/atau sedang menderita penyakit paru

sekarang (misal: asma, kanker paru, dan PPOK)

D. Sampel Penelitian

1. Teknik Sampling

Pengambilan sampling pada penelitian ini diambil secara purposive

random sampling.

2. Besar Sampel

Besar sampel (n) = 2 (Z1- + Z1- )2

(µ1-µ2)2

Keterangan :

n : besar sampel

2 : variasi

Z1- : statistik Z (Z1- 0,05)

Z1- : statistik Z (Z1- = 0,84 untuk power (p) sebesar 80%)

µ1 : rata-rata APE kelompok pekerja yang terpapar debu pembakaran

batu bata

µ2 : rata-rata APE kelompok penduduk sekitar

Penghitungan sampel dapat dilakukan dengan rumus di atas.

Namun belum ada data mengenai rata-rata APE kelompok yang terpapar

debu pembakaran batu bata dan kelompok tidak terpapar debu pembakaran

batu bata pada penelitian sebelumnya, maka penentuan jumlah sampel

menggunakan patokan rule of thumb.

Page 33: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Penentuan besar sampel pada analisis bivariat yang melibatkan

sebuah variabel dependen dan sebuah variabel independen, diambil

berdasarkan teori rule of thumb menggunakan ukuran sampel sebesar

minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006). Jadi sampel yang digunakan

adalah 60 orang.

E. Rancangan Penelitian

Populasi

Sampel penelitian

Pekerja terpapar debu pembakaran batu bata

Penduduk sekitar

Nilai APE Nilai APE

Presentase nilai APE Presentase nilai APE

Analisis data dengan uji independent t-test

Page 34: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas : paparan debu pembakaran batu bata

2. Variabel Terikat : Arus Puncak Ekspirasi (APE)

3. Variabel Luar

a. Variabel luar terkendali : jenis kelamin, tinggi badan, ras, kebiasaan

merokok, lama kerja, riwayat penyakit paru atau penyakit paru

sekarang (misal: asma, kanker paru, dan PPOK)

b. Variabel luar tak terkendali : umur, faktor genetik, nutrisi, pemakaian

alat pelindung diri, paparan polusi

G. Definisi Operasional Variabel

1. Debu Pembakaran Batu Bata

a. Definisi : Debu pembakaran batu bata adalah zat partikel hasil

pembakaran batu bata.

b. Alat Pengukuran : Kuesioner

c. Hasil

1) Pekerja terpapar debu pembakaran: Orang yang bekerja sebagai

pembuat batu bata dan secara langsung menghirup debu

pembakaran batu bata

2) Penduduk sekitar : Orang yang tidak bekerja sebagai pembuat batu

bata, bertempat tinggal minimal radius 5 km dari tempat pembuatan

batu bata, tidak secara langsung menghirup debu pembakaran batu

bata

d. Skala Pengukuran : Nominal

Page 35: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2. Arus Puncak Ekspirasi

a. Definisi : Arus Puncak Ekspirasi (APE) adalah jumlah aliran udara

maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu

tertentu

b. Alat Pengukuran : Mini Wright Peak Flow Meter

c. Skala Pengukuran : Rasio

3. Jenis Kelamin

a. Definisi : Jenis kelamin meliputi laki laki dan perempuan

b. Alat Pengukuran : Kuesioner

c. Hasil : Laki-laki dan perempuan

d. Skala Pengukuran : Nominal

4. Tinggi Badan

a. Definisi : Tinggi badan diukur dari ujung atas kepala sampai telapak

kaki tanpa menggunakan alas kaki

b. Alat Pengukuran : Alat pengukur tinggi badan/microtoise

c. Hasil : Dalam sentimeter

d. Skala Pengukuran : Rasio

5. Lama kerja

a. Definisi : Lama kerja sampel adalah lama waktu sampel bekerja

sampai penelitian dilakukan

b. Alat Pengukuran : Kuesioner

c. Hasil : Dalam tahun

d. Skala Pengukuran : Rasio

Page 36: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

6. Ras

a. Definisi : Sampel dalam penelitian ini adalah suku Bangsa Indonesia.

b. Alat Pengukuran : Kuesioner

c. Skala Pengukuran : Nominal

7. Kebiasaan Merokok

a. Definisi : Merokok lebih dari 20 bungkus per tahun atau satu batang

rokok per hari selama satu tahun dan masih merokok sampai satu

tahun terakhir.

b. Alat Pengukuran : Kuesioner

c. Hasil : Merokok dan tidak merokok

d. Skala Pengukuran : Nominal

8. Riwayat penyakit paru dan atau sedang menderita penyakit paru yang

menyebabkan obstruksi saluran nafas, misalnya asma, kanker paru, dan

PPOK.

a. Definisi

1) Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang

menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas,

dada terasa berat, dan batuk-batuk terutama malam atau dini hari.

2) Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru.

3) PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan

aliran udara di saluran pernafasan.

b. Alat Pengukuran : Kuesioner

Page 37: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

c. Hasil

1) Memiliki riwayat dan/atau sedang menderita penyakit paru yang

menyebabkan obstruksi saluran nafas

2) Tidak memiliki riwayat dan/atau sedang menderita penyakit paru

yang menyebabkan obstruksi saluran nafas

d. Skala Pengukuran : Nominal

H. Instrumen Penelitian

1. Mini Wright Peak Flow Meter

2. Tabel normal APE berdasarkan tim IPP 1992

3. Kapas dan alkohol

4. Kuesioner

5. Alat pengukur tinggi badan (Microtoise)

I. Cara Kerja

1. Sampel penelitian diminta mengisi kuesioner.

2. Mengukur tinggi badan sampel penelitian dengan berdiri tegak tanpa alas

kaki.

3. Pemeriksaan APE:

a. Sampel penelitian diperiksa dengan posisi tegak.

b. Skala pengukuran pada alat harus dibuat nol.

c. Sampel penelitian diajarkan manuver meniup yang benar.

d. Sampel melakukan manuver, dengan menghirup udara sebanyak

mungkin dengan cepat kemudian meletakkan alat pada mulut dan

bibir dikatupkan di sekeliling mouthpiece, udara dikeluarkan dengan

Page 38: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

maksimal, secara kuat dan cepat segera setelah bibir dikatupkan.

Pastikan tidak ada kebocoran.

e. Pemeriksaan dilakukan tiga kali dan diambil yang tertinggi.

f. Manuver tidak bisa diterima bila batuk, dan mengakhiri sebelum

saatnya selesai.

g. Membaca hasil pengukuran APE pada peak flow meter (dalam

liter/menit).

h. Berdasarkan umur dan tinggi badan sampel penelitian, dibaca nilai

APE prediksi pada tabel normal APE berdasarkan penelitian tim IPP

1992.

i. Presentase APE diukur terhadap APE prediksi:

Presentase APE = Nilai APE ukur (liter/menit) x 100% Nilai APE prediksi (liter/menit)

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji

independent t-test, Karena independent t-test merupakan uji parametrik, maka

sebelumnya dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-Wilk. Data akan diolah

dengan menggunakan program Statistical Product and Service Sollution

(SPSS) 17.00 for Windows.

Page 39: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 27

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) pada

pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan dengan penduduk

sekitarnya di Mojolaban Sukoharjo merupakan penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24

Desember 2012 hingga 7 Januari 2013. Dalam penelitian ini diperoleh sampel

sebanyak 60 orang laki laki, yang terdiri dari 30 pekerja yang terpapar debu

pembakaran batu bata yang bekerja lebih dari atau sama dengan lima tahun dan 30

penduduk yang tidak bekerja sebagai pembuat batu bata. Sampel yang

diikutsertakan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

yang sudah ditetapkan. Penelitian ini telah mendapat izin dari perangkat desa

setempat dan dilakukan dengan sukarela oleh semua sampel.

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten

Sukoharjo. Dari 15 desa di Kecamatan Mojolaban, yang mayoritas

penduduknya menjalankan industri rumah tangga membuat batu bata adalah

Desa Joho. Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Desa Joho

mencapai 7.141 jiwa. Hampir sepertiga dari jumlah penduduk usia produktif

di Desa Joho bekerja sebagai pembuat batu bata. Pengerjaan batu bata

dilakukan di halaman depan rumah penduduk masing-masing. Meski proses

pembuatan batu bata menghasilkan debu pembakaran, masih ada penduduk

Page 40: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

pembuat batu bata yang tidak memakai masker sebagai pelindung ketika

bekerja. Lokasi penelitian selanjutnya adalah Desa Plumbon, Kecamatan

Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Desa Plumbon tidak berbatasan langsung

dengan Desa Joho, melainkan terdapat Desa Dukuh yang memisahkan kedua

desa tersebut. Baik di Desa Dukuh maupun Desa Plumbon tidak ada

penduduk yang bekerja sebagai pembuat batu bata. Sampel untuk kelompok

kontrol diambil dari Desa Plumbon yang terletak lebih dari 5 km dari Desa

Joho dengan tujuan menurunkan kemungkinan penduduk yang menjadi

sampel menghirup debu pembakaran batu bata secara langsung.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No:

35/M-IND/PER/3/2010, jarak lokasi kegiatan industri yang ideal terhadap

pemukiman minimal 2 km dari lokasi kegiatan industri (Tarigan, 2012).

Ahmadi dalam Sucipto (2007) menyebutkan bahwa semakin jauh dari sumber

pencemar partikel debu semakin menurun bahkan pada radius tertentu tidak

mengganggu yaitu tingkat partikel debu pada jarak 50 m sebesar 2,150

mg/m3, jarak 100 m sebesar 1,103 mg/m3 dan jarak 150 m sebesar 0,754

mg/m3.

Page 41: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

B. Hasil Penelitian

Dari pengisian kuesioner dan pemeriksaan diperoleh hasil yang

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur pada Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata dan Penduduk Sekitar

Umur Pekerja Terpapar

Debu Pembakaran Batu Bata Penduduk Sekitar

Frekuensi Presentase(%) Frekuensi Presentase(%) 22-26 0 0 4 13,33 27-31 3 10 6 20 32-36 4 13,33 5 16,67 37-41 6 20 5 16,67 42-46 3 10 0 0 47-51 4 13,33 2 6,67 52-56 6 20 4 13,33 57-60 4 13,33 4 13,33

Jumlah 30 100 30 100

Tabel 4.1. menunjukkan umur sampel dari 22 tahun hingga 60 tahun.

Dari tabel tersebut diketahui umur sampel pekerja yang terpapar debu

pembakaran batu bata paling banyak terdapat pada rentang 37-41 tahun dan

52-56 tahun yaitu sebanyak 20%. Sedangkan umur sampel penduduk sekitar

paling banyak terdapat pada rentang 27-31 tahun sebesar 20%.

Tabel 4.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Badan pada Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata dan Penduduk Sekitar

Tinggi Badan(cm)

Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata Penduduk Sekitar

Frekuensi Presentase(%) Frekuensi Presentase(%) 151-155 0 0 4 13,33 156-160 10 33,33 7 23,33 161-165 7 23,33 5 16,67 166-170 6 20 6 20 171-175 7 23,33 8 26,67 Jumlah 30 100 30 100

Page 42: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 4.2. menunjukkan tinggi badan sampel dari 151 cm hingga 175

cm. Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah sampel terbanyak pekerja

yang terpapar debu pembakaran batu bata berada pada kelompok tinggi badan

156-160 cm sebanyak 10 orang. Sedangkan jumlah sampel penduduk sekitar

paling banyak terdapat pada kelompok dengan tinggi badan 171-175 cm

sebanyak 8 orang.

C. Hasil Uji Statistik

Tabel 4.3. Hasil Uji Statistik Perbedaan Umur dan Tinggi Badan pada Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata dan Penduduk Sekitar

Variabel Pekerja Terpapar

Debu Pembakaran Batu Bata Penduduk Sekitar Nilai p

Umur 45,07 + 10,069 39,30 + 11,727 0,046

Tinggi badan 164,60 + 5,243 164,30 + 6,481 0,844

Rata-rata umur dan Standar Deviasi sampel tiap kelompok adalah

45,07 + 10,069 dan 39,30 + 11,727. Dengan menggunakan uji statistik

independent t-test, didapatkan nilai p = 0,046 (p < 0,05). Sedangkan rata-rata

tinggi badan dan Standar Deviasi sampel pada masing-masing kelompok

adalah 164,60 + 5,243 dan 164,30 + 6,481. Melalui uji statistik independent t-

test, didapatkan nilai p = 0,844 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan terdapat

perbedaan yang signifikan pada pekerja yang terpapar debu pembakaran batu

Page 43: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

bata dengan penduduk sekitar berdasarkan umur. Namun berdasarkan tinggi

badan, tidak ada perbedaan yang signifikan pada dua kelompok.

Tabel 4.4. Rata-Rata Nilai APE dan Presentase APE Terhadap Nilai Prediksi dan Standar Deviasi pada Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata dan Penduduk Sekitar

Hasil Pengukuran Pekerja Terpapar Debu Pembakaran Batu Bata

Penduduk Sekitar

Nilai APE ukur (liter/menit)

212 + 100,375 321,83 + 119,427

Presentase APE ukur terhadap APE prediksi(%)

35,79 + 16,725 52,88 + 16,455

Tabel 4.4. menunjukkan rata-rata hasil pengukuran APE dan Standar

Deviasi pada kedua kelompok sampel. Pada tabel di atas diketahui bahwa

rata-rata nilai APE dan presentase nilai APE ukur terhadap APE prediksi

pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata lebih rendah dibandingkan

penduduk sekitar.

D. Analisis Data

Uji statistik independent t-test digunakan untuk membandingkan rata-

rata dua kelompok. Uji ini dapat digunakan dengan syarat distribusi data

harus normal, kedua kelompok berbeda, dan variabel yang dihubungkan

adalah numerik (Riyanto, 2009). Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk

digunakan untuk mengetahui normalitas sebaran data pada penelitian dengan

jumlah sampel kurang dari 50. Melalui uji Shapiro-Wilk terhadap presentase

nilai APE masing-masing kelompok didapatkan nilai p = 0,103 pada

Page 44: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

kelompok pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata dan p = 0,17

pada kelompok penduduk sekitar. Karena p > 0,05 pada masing-masing

kelompok, maka disimpulkan bahwa distribusi data presentase nilai APE

pekerja pembuat batu bata dan penduduk sekitar adalah normal. Dengan

demikian analisis menggunakan uji statistik independent t-test dapat

dilaksanakan.

Hasil uji statistik independent t-test didapatkan nilai t = 3,988 dan p =

0,001 (p < 0,05) maka Ho ditolak yang menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan rata-rata presentase nilai APE pekerja pembuat batu bata yang

terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk sekitar. Rata-

rata presentase nilai APE pekerja pembuat batu bata yang terpapar debu

pembakaran batu bata lebih rendah dibandingkan rata-rata presentase nilai

APE penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo.

Page 45: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 33

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) pada

pekerja terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan dengan penduduk

sekitar di Mojolaban Sukoharjo dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2012

hingga 7 Januari 2013. Sampel yang dikumpulkan terbagi dalam dua kelompok.

Kelompok pertama adalah kelompok pekerja terpapar debu pembakaran batu bata

yang diambil dari penduduk pada salah satu desa di Mojolaban Sukoharjo yaitu

Desa Joho. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Desa Joho

bermatapencaharian sebagai pembuat batu bata. Penduduk yang menjadi sampel

dalam kelompok pertama adalah penduduk yang sudah bekerja sebagai pembuat

bata selama lima tahun atau lebih. Kelompok kedua adalah penduduk yang tidak

bekerja sebagai pembuat batu bata dan tinggal minimal 5 km dari tempat

pembuatan batu bata. Kriteria ini digunakan untuk menurunkan kemungkinan

penduduk sekitar yang menjadi sampel penelitian menghirup debu pembakaran

batu bata secara langsung.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah laki-laki. Hal ini

dikarenakan laki-laki dan perempuan berbeda secara biologis. Kapasitas vital paru

laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan (Antaruddin, 2003). Selain itu

pemilihan laki-laki sebagai sampel juga bertujuan untuk menghomogenkan

sampel sehingga memudahkan dalam pengambilan simpulan.

Page 46: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Ras merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai APE. Dalam

penelitian ini sampel yang dipilih adalah penduduk suku Bangsa Indonesia

meskipun di Indonesia terdapat berbagai macam suku. Hal ini disebabkan belum

ada data mengenai perbedaan anatomis rongga dada masing-masing suku di

Indonesia.

Pekerja yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pekerja pembuat

batu bata yang sudah bekerja selama lima tahun atau lebih. Penelitian oleh

Setyarini (1999) kepada pekerja batu di industri penggilingan batu Desa

Ganggeng, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo memperoleh hasil

adanya hubungan yang bermakna antara lama bekerja dengan nilai FVC dan

FEV1 dengan koefisien korelasi negatif yang berarti semakin lama bekerja maka

nilai FVC dan FEV1.0 semakin turun. Nilai FVC dan FEV1 dapat menunjukkan

adanya obstruksi dalam saluran pernafasan. Nilai FVC dan FEV1 pada kelompok

pekerja yang bekerja lebih dari 4 tahun lebih rendah dibandingkan kelompok

pekerja yang bekerja kurang dari 2 tahun dan kelompok pekerja yang bekerja

selama 2-4 tahun.

Menurut Rahajoe et al. (1994) kebiasaan merokok menyebabkan gangguan

ventilasi paru karena adanya iritasi dan sekresi mukus yang berlebihan pada

bronkus. Keadaan seperti ini dapat mengurangi efektifitas mukosiler dan

membawa partikel-partikel debu sehingga merupakan media yang baik

tumbuhnya bakteri. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease

(GOLD) pada tahun 2001 menyebutkan bahwa kandungan rokok dapat

menimbulkan proses inflamasi, fibrosis, metaplasia sel goblet, hipertropi otot

Page 47: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

polos dan obstruksi jalan napas. Dalam rokok terkandung zat toksik antara lain

nikotin, tar, dan karbon monoksida yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan

darah, bersifat adiktif dan karsinogenik. Karbon monoksida dapat menurunkan

kemampuan darah untuk mengangkut oksigen (Santosa et al., 2004). Hasil

penelitian Santosa et al. (2004) yang membandingkan APE perokok dan bukan

perokok pada Mahasiswa FK UK Maranatha memberikan hasil bahwa nilai APE

perokok lebih kecil dibandingkan yang tidak merokok. Dengan demikian, dalam

penelitian ini penduduk yang merokok tidak diikutsertakan sebagai sampel karena

akan menjadi faktor perancu.

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai Arus Puncak

Ekspirasi pekerja terpapar debu pembakaran batu bata dengan penduduk sekitar di

Mojolaban Sukoharjo. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

independent t-test untuk membandingkan rata-rata dua kelompok. Syarat uji ini

dapat digunakan adalah distribusi data harus normal, kedua kelompok berbeda,

dan variabel yang dihubungkan adalah numerik (Riyanto, 2009). Untuk

mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak, maka dilakukan uji

normalitas dengan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Melalui

uji Shapiro-Wilk terhadap presentase nilai APE masing-masing kelompok

didapatkan nilai p = 0,103 pada kelompok pekerja yang terpapar debu

pembakaran batu bata dan p = 0,17 pada kelompok penduduk sekitar. Karena p >

0,05 pada masing-masing kelompok, maka disimpulkan bahwa distribusi data

presentase nilai APE normal baik pada pekerja terpapar debu pembakaran batu

bata maupun pada penduduk sekitar. Dengan demikian uji statistik independent t-

Page 48: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

test dapat dilaksanakan. Hasil uji statistik independent t-test didapatkan nilai t =

3,988 dan p = 0,001 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai

APE yang signifikan antara pekerja terpapar debu pembakaran batu bata

dibandingkan penduduk sekitar. Rata-rata presentase nilai APE pekerja yang

terpapar debu pembakaran batu bata lebih rendah dibandingkan rata-rata

presentase nilai APE penduduk sekitar di Mojolaban Sukoharjo.

Pembakaran batu bata sebagai bagian dari proses pembuatan batu bata

menghasilkan polusi yang dapat mengganggu fungsi paru. Debu yang dihasilkan

oleh proses pembakaran masih membawa zat-zat yang terkandung dalam bahan-

bahan pembuatan batu bata (Siregar, 2010). Pekerja pembuat batu bata menghirup

debu pembakaran batu bata dalam jangka waktu yang lama. Debu yang terinhalasi

akan melekat pada permukaan mukosa saluran nafas karena tempat tersebut basah

sehingga mudah ditempeli debu. Hal ini menyebabkan inflamasi kronis berupa

pembengkakan. Pembengkakan pada saluran nafas akan menimbulkan obstruksi

(Rahmatullah, 2007). Obstruksi menyebabkan volume udara yang dihembuskan

tidak maksimal sehingga nilai Arus Puncak Ekspirasi menurun.

Keterbatasan pada penelitian ini adalah belum mengendalikan semua

variabel. Variabel yang belum dikendalikan meliputi umur, status gizi, pemakaian

alat pelindung diri, dan paparan polusi udara selain debu pembakaran batu bata.

Bertambahnya umur seseorang meningkatkan kerentanan terhadap penyakit,

khususnya gangguan saluran pernapasan pada tenaga kerja (Yunus, 1997). Rata-

rata umur pada kedua kelompok sampel berbeda secara signifikan. Oleh karena itu

umur menjadi variabel yang tidak dikendalikan.

Page 49: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Seseorang yang bekerja di tempat kerja yang menghasilkan banyak debu

dalam waktu lama tanpa tanpa disertai rotasi kerja, istirahat, dan rekreasi yang

cukup akan berkurang fungsi parunya (Mengkidi, 2006). Penelitian ini belum

mengendalikan jenis pekerjaan sampel pada kelompok penduduk sekitar.

Sehingga tidak diketahui apakah sampel kelompok penduduk sekitar bekerja di

tempat yang menghasilkan polutan yang akan berpengaruh terhadap nilai APE.

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bertujuan untuk mengurangi

kemungkinan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Berdasarkan observasi

lapangan masih ada pekerja pembuat batu bata yang tidak memakai masker

sebagai APD. Meski demikian, pemakaian APD pada sampel belum dikendalikan

pada penelitian ini, sehingga belum diketahui apakah terdapat perbedaan APE

pekerja yang memakai APD dibandingkan pekerja yang tidak memakai APD.

Riwayat penyakit paru sebagai kriteria eksklusi diketahui melalui pengisian

kuesioner tanpa adanya pemeriksaan fisik maupun rekam medik sehingga

hasilnya hanya berdasarkan pengetahuan sampel. Penelusuran rekam medik akan

lebih mudah dilakukan jika sampel diambil dari data pasien puskesmas maupun

rumah sakit yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal pekerja yang terpapar

debu pembakaran batu bata maupun penduduk sekitar.

Page 50: PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU …/Perbedaan...obstruksi saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 38

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Terdapat perbedaan rata-rata presentase nilai APE yang bermakna antara

pekerja terpapar debu pembakaran batu bata dibandingkan penduduk

sekitar di Mojolaban Sukoharjo. Melalui uji statistik independent t-test

diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05).

2. Rata-rata nilai APE pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata

lebih rendah dibandingkan rata-rata nilai APE penduduk sekitar di

Mojolaban Sukoharjo.

B. Saran

1. Kepada perangkat desa bekerja sama dengan Dinas Kesehatan

melakukan penyuluhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Kepada pekerja yang terpapar debu pembakaran batu bata untuk

memakai masker saat bekerja untuk mengurangi risiko gangguan fungsi

paru.

3. Kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

mengenai efek paparan debu pembakaran batu bata terhadap fungsi

pernafasan dengan mengendalikan lebih banyak variabel yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, misalnya umur, pemakaian alat

pelindung diri, status gizi, dan paparan polusi selain debu pembakaran

batu bata.