-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
1/30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Perpajakan
Pajak merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan di
dunia
ini. Pajak adalah kewajiban dari orang atau badan untuk
menyerahkan
sebagian daripada kekayaannya, tapi bukan suatu hukuman
melainkan telah
ditetapkan dengan peraturan hukum sehingga pelaksanaannya
dapat
dipaksakan dan tidak mendapat imbalan jasa. Pajak sendiri
merupakan salah
satu pemasukan tertinggi bagi Negara, dan yang paling penting
lagi, pajak
diharapkan dapat menggantikan pinjaman ke luar negeri agar
ketergantungan
kita kepada Negara luar dapat dikurangi.
2.1.1 Pengertian Pajak
Ada banyak definisi tentang pajak yang di kemukakan oleh
para
ahli pajak, namun maksud dan intinya tetap sama. Untuk lebih
jelasnya
berikut ini ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh
para
ahlinya :
Pengertian pajak berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor
28
tahun 2007 (UU KUP) :
Pajak merupakan kontribusi (sumbangan) wajib kepada Negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalansecara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat .
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro yang dikutip oleh
Mardiasmo dalam bukunya Perpajakan (2008; revisi) :
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
2/30
Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa
timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum .
Menurut Sommerfeld Ray M (2007;3) :
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke
sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan terlebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional,
agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan .
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur yang
melekat pada pajak yaitu :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang.
2. Sifatnya dapat dipaksakan.
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah
daerah.
5.
Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2.1.2 Asas Pemungutan Pajak
Terdapat beberapa asas yang dipakai oleh Negara sebagai asas
dalam menentukan wewenangnya untuk pengenaan pajak,
khususnya
untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling
sering
digunakan oleh Negara sebagai landasan untuk pengenaan pajak
adalah :
1.
Asas tempat tinggal (Domisili) :Berlaku bagi wajib pajak dalam
negeri artinya bagi orang pribadi yang
bertempat tinggal di Indonesia atau badan yang berkedudukan
di
Indonesia dikenakan pajak atas semua penghasilan yang diterima
atau
diperolehnya baik dari Indonesia maupun Luar Indonesia (asas
world
wide income).
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
3/30
2. Asas Sumber :
Berlaku bagi wajib pajak yang bertempat tinggal dan berkedudukan
di
Indonesia, hanya akan dikenakan pajak atas penghasilan yang di
dapat
di Indonesia (asas regional income).
3. Asas Kebangsaan :
Pajak yang dikenakan oleh suatu Negara kepada orang-orang
yang
mempunyai kebangsaan bukan berkebangsaan dari Negara
tersebut.
2.1.3 Jenis-Jenis Pajak
1)
Menurut Sifatnya :
Pajak Subjektif : pajak yang dalam pemungutannya dan
pengurangannya sangat memperhatikan keadaan diri dari wajib
pajaknya, antara lain besar kecil penghasilannya, banyak
tidak
tanggungannya. Contoh : PPh
Pajak Objektif : pajak yang dalam pemungutannya dan
pengenaannya berpangkal pada keadaan objek pajaknya dan
tanpa
memperhatikan keadaan diri dari wajib pajak nya. Contoh :
PPN
dan PBB
2) Menurut pembebanannya:
Pajak Langsung : jenis pajak yang beban pajaknya oleh subjek
pajak tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain atau dengan
kata
lain harus dipikul sendiri. Contoh : PPh
Pajak tidak Langsung : beban pajak dapat dilimpahkan kepada
pihak lain. Contoh : PPN/PPnBM, Bea materai, PBB.
3) Menurut Pihak Pemungutannya:
Pajak Pusat : pajak yang diolah dan dipungut oleh pemerintah
pusat. Contoh : dispeda (dinas pendapatan daerah), DJP
(Direktorat
Jendral Pajak)
Pajak Daerah : pajak yang diolah dan dipungut oleh
pemerintah
daerah. Contoh : pajak penerangan jalan, pajak reklame,
pajak
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
4/30
hiburan, pajak hotel, pajak restoran, pajak bahan penggalian
dan
pengolahan.
2.1.4 Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena
pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka
fungsi
pajak dapat dibedakan menjadi dua fungsi yaitu :
1.
Fungsi BudgeterFungsinya sebagai alat (sumber) untuk masukan
uang sebanyak-
banyaknya dalam kas Negara untuk membiayai pengeluaran Negara
baik
pengeluaran rutin maupun pembangunan.
2.
Fungsi Regulered
Fungsinya sebagai alat (tambahan) untuk mencapai tujuan
tertentu
dibidang ekonomi dan sosial.
2.1.5
Pemungutan Hukum Pajak
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus)
selaku
pemungut pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 macam
hukum
yaitu:
Hukum pajak Materiil, memuat norma-norma yang menerangkan
antara
lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak
(objek
pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak
yang
dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya
utangpajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib
Pajak.
Contoh: Undang-undang pajak penghasilan.
Hukum pajak Formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan
hukum materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum
pajak
materiil). Hukum ini memuat antara lain :
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
5/30
a) Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang
pajak.
b) Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para
wajib
pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang
menimbulkan
utang pajak.
c) Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan, dan hak-hak pajak misalnya mengajukan
keberatan dan banding.
2.1.6
Tata Cara Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan Stelsel :
1. Stelsel nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang
nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel
nyata
mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan
stelsel
ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir
periode(setelah penghasilan riil diketahui).
2. Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh
undang-undang. Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap
sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak
sudah
dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun
pajak
berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama
tahun
berjalan, tanpa harus menunggu pajak akhir tahun. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan
pada
keadaan yang sesungguhnya.
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
6/30
3. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan
stelsel
anggapan (fiktif). Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
besarnya
pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila
besarnya
pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut
anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika
lebih
kecil kelebihannya dapat diminta kembali.
2.1.7 Sistem Pemungutan Pajak
System pemungutan pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada
fiskus;b. Wajib pajak bersifat pasif;
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh
fiskus.
2. Self Assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang
terutang.
Ciri-cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada
Wajib Pajak sendiri;
b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang;
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
7/30
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh
Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada
pihak
ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
2.1.8
Timbulnya Utang Pajak
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :
1. Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak
oleh
fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official assessment
system.
2. Ajaran Materiil
Utang pajak timbul karena berlakunya Undang-undang.
Seseorang
dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini
ditetapkan pada self assessment system.
2.1.9
Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi
:
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat
disebabkan
antara lain :
a.
Perkembangan intelektual dan moral masyarakat;
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami
masyarakat;
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan
dengan
baik.
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
8/30
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang
secara
langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk
menghindari
pajak. Bentuknya antara lain :
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).
2.1.10 Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat
sebagai
berikut :
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-
undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam
perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum
dan
merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Sedang
adil dalam pelaksanaan yakni dengan memberikan hak bagi
wajib
pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran
dan
mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat
yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal
ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, bagi
Negara
maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produk
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
9/30
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat
ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang
baru.
2.2 Administrasi Perpajakan
Tuntutan pelayanan yang cepat, mudah, murah dan akurat
merupakan harapan masyarakat, demikian pula dengan perpajakan.
Untuk
mendukung ini, kondisi sistem administrasi perpajakan yang
baik
merupakan suatu syarat.
Administrasi perpajakan memegang peranan yang sangat
penting,
karena seharusnya bukan saja sebagai perangkat kekuatan hukum,
tetapi
lebih penting daripada sebagai pelayanan yang memberikan
pelayanan prima
kepada masyarakat, sekaligus pusat informasi perpajakan. Pada
dasarnya,
administrasi perpajakan harus dilakukan dengan baik dan benar
tidak asal-
asalan, karena dengan tidak diberlakukan secara benar maka itu
akan
merugikan pemerintah sendiri, masyarakat akan kurang percaya
lagi akan
administrasi perpajakan yang ada.
Jika telah terjadi hal tersebut maka sudah menjadi tugas
pemerintah
pula untuk mencari tahu penyebab utama yang mengakibatkan
ketidakpuasan dari masyarakat, dan pemerintah harus memperbaiki
sistem
administrasi perpajakan yang ada. Pemberdayaan administrasi
pajak
seharusnya juga dilakukan dengan adanya penelitian terlebih
dahulu, untuk
mengetahui hal-hal apa saja yang sebenarnya menjadi inti dari
permasalahan
dan apa saja yang akan dilakukan perbaikan serta peningkatan
yang
signifikan dan berlangsung lama. Oleh karena itu, reformasi
perpajakan
yang hanya terfokus pada penggunaan teknologi yang canggih
dengan biaya
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
10/30
yang besar tidak akan berarti apa-apa jika perbaikan mental
sumber daya
manusianya tidak diperbaiki juga.
2.3 Modernisasi Perpajakan Indonesia
Hal yang mendasari modernisasi pajak dikarenakan adanya
perubahan paradigma perpajakan. Dari semula yang berbasis jenis
pajak
menjadi berbasis fungsi, yang lebih mengedepankan aspek
pelayanan
kepada masyarakat.
Proses modernisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) berlangsung
sejak
tahun 2006 dulu. Ditandai dengan didirikannya KPP Madya untuk
beberapa
wilayah. Sejak 2007, KPP pratamapun didirikan untuk menggantikan
KPP
PBB dan Karikpa. Dahulunya KPP mengurusi PPN,PPh potput, PPh
badan,
sekarang struktur organisasinya lebih dirampingkan menjadi
Seksi
Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) dengan petugasnya yang
dinamai
Account Representative (AR) yang bertugas untuk memberikan
advise dan
melakukan pengawasan terhadap WP dan Seksi Fungsional yang
tugasnya
memeriksa/mengaudit WP (www.pajak.go.id).
Modernisasi perpajakan ini secara nasional dilaksanakan
untuk
mencapai 4 sasaran utama yang ditargetkan oleh Ditjen Pajak
yaitu:
Optimalisasi penerimaan yang berkeadilan yaitu perluasan tax
base,
minimalisasi tax gap, dan stimulus fiskal.
Meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak melalui
pemberian
pelayanan prima dan penegakkan hukum yang konsisten.
Efisiensi administrasi yaitu penerapan sistem dan administrasi
yanghandal dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Membentuk citra yang baik dan kepercayaan masyarakat yang
tinggi
melalui kapasitas SDM yang profesional, budaya organisasi
yang
kondusif dan pelaksanaan good governance.
http://www.pajak.go.id/http://www.pajak.go.id/
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
11/30
2.3.1 Reformasi Modernisasi
Modernisasimeliputi 3 hal, yakni reformasi kebijakan,
administrasi
dan pengawasan.
1. Reformasi kebijakan ditempuh melalui amandemen UU
Perpajakan.
Yakni UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU No. 28
Tahun 2007), UU Pajak Penghasilan (dalam proses) dan UU
Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (dalam
proses).
2. Reformasi administrasi terkait organisasi, teknologi
informasi dan
sumber daya manusia. Dalam bidang organisasi, kini telah
dilakukan
perubahan struktur organisasi dari berdasarkan per jenis
pelayananmenjadi organisasi dengan struktur berdasarkan fungsi
dengan
menggabungkan ketiga kantor (KPP, KPPBB dan Karikpa) menjadi
KPP Pratama. Selain KPP Pratama juga terdapat KPP Madya di
setiap
kantor wilayah dan 2 KPP WP Besar yang hanya ada di Jakarta.
Selain
itu akan terdapat petugas khusus yang disebut AR (account
representative) yang bertugas mengawasi dan melayani wajib
pajak.
Kemudian Reformasi teknologi informasi. Konsepnya menuju
full
automation, menuju administrasi internal yang paperless,
efisiensi,
customer orienteddan fungsi built-in control. Adapun tujuannya
untuk
mengurangi kontak langsung dengan WP, mudah, hemat dan
cepat.
Selain itu, akurat, efektif dan efisien dan pengawasan internal
melalui
built-in control system. Dalam bidang SDM dilaksanakan
melalui
program mapping pegawai, yakni penempatan pegawai sesuai
bidang,
minat dan keahliannya. Sistem grading, yaitu penggolongan
jenis
pekerjaan per tingkat risiko. Sistem grading ini juga dijadikan
tolok
ukur dalam menentukan jumlah tunjangan yang diterima.
3. Terakhir, reformasi pengawasan yang dilakukan melalui:
a. Komisi Kode Etik. Kode Etik secara tegas mencantumkan
kewajiban dan larangan bagi pegawai, termasuk penerapan
sanksi-
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
12/30
sanksinya yang tegas. Selain itu dibentuk dua Sub-Direktorat
yang
menangani pengawasan internal terhadap pelaksanaan kode
etik.
b.
Bank Data Nasional. Rencananya ini berfungsi sebagai pusat
penyimpanan arsip yang berisi data wajib pajak seluruh
Indonesia.
c. Saluran Pengaduan yang berfungsi sebagai salah satu
sarana
mempermudah WP dalam menyampaikan masalah dan
keluhannya.
2.3.1.1 Kode Etik Pegawai
Pelaksanaan Kode Etik Pegawai diawasi berbagai badan
independen. Seperti, Komite Kode Etik Pegawai yang diketuai
oleh
Sekjen Departemen Keuangan, Komisi Ombudsman Nasional dengan
desk pajak, maupun Tim Khusus Inspektorat Jenderal. Sehingga,
KKN
dapat dihilangkan. Kode Etik Pegawai secara tegas
mencantumkan
mengenai kewajiban serta lalarang pegawai.
Adapun Kewajiban pegawai yaitu :
1.
Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat-istiadat
oranglain;
2.
Bekerja profesional, transparan, dan akuntabel;
3.
Mengamankan data/informasi milik DJP;
4. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada Wajib
Pajak,
sesama pegawai, atau pihak lain;
5. Mentaati perintah kedinasan;
6. Bertanggung jawab atas penggunaan barang inventaris milik
DJP;
7.
Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor;
8. Menjadi panutan bagi masyarakat dlm memenuhi kewajiban
perpajakan;
9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata sopan.
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
13/30
Adapun Larangan Pegawai yaitu :
1. Bersikap diskriminatif dlm melaksanakan tugas;
2.
Menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik;
3. Menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun
tidak
langsung;
4. Menyalahgunakan fasilitas kantor;
5. Menerima segala pemberian dalam bentuk apapun baik
langsung
maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, sesama pegawai atau
pihak lain, yang patut diduga berkaitan dengan pekerjaan
atau
jabatannya;
6.
Menyalahgunakan data/informasi perpajaan;
7. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan,
kerusakan,
atau perubahan pada sistem informasi milik DJP;
8. Melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan
norma
kesusilaan dan dapat merusak citra dan martabat DJP.
2.3.2 Tujuan Modernisasi pajak
Adapun tujuan modernisasi sistem administrasi perpajakan
adalahuntuk menjawab latar belakang dilakukannya modernisasi
perpajakan,
yaitu :
1. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang
tinggi;
2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap
administrasi
perpajakan yang tinggi; dan
3. Tercapainya tingkat produktifitas pegawai pajak yang
tinggi.
Guna melaksanakan serta mewujudkan tujuan modernisasi sistem
administrasi perpajakan tersebut, dengan keputusan Mentri
Keuangan
Nomor 85/KMK.03/2003 dibentuk Tim Jangka Menengah . Tugas
atau
kegiatan pokok Tim ini adalah :
a. Memodernisasi kelembagaan termasuk struktur organisasi,
sistem dan
prosedur, dan kebijakan di bidang sumber daya manusia.
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
14/30
b. Memodernisasi peraturan yang terdiri dari penyederhanaan
prosedur
administratifdan ketentuan perpajakan lainnya.
c.
Memodernisasi teknologi informasi termasuk pemanfaatan
teknologi
informasi untuk mempermudah Wajib Pajak dan administrasi
perpajakan. Yakni, sesuai dengan konsep modernisasi sistem
administrasi perpajakan yang telah disusun dan ditetapkan.
Namun
dalam perjalanannya, konsep yang ada masih terus
dikembangkan
dengan masukan dari berbagai pihak yang dipandang dapat
memperbaiki dan menyempurnakan konsep yang ada. Sehingga
konsep modernisasi perpajakan adalah konsep yang dinamis.
2.3.3
Sarana-sarana Modernisasi Perpajakan
Modernisasi yang dilakukan melakukan Direktorat Jendral
Pajak
memberikan pelayanan yang prima dengan disediakannya
sarana-sarana
sebagai berikut :
1. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)
Tempat pelayanan terpadu (TPT) merupakan tempat pelayanan
terintegrasi dengan menggunakan sistem komputer. Dengan
adanya
TPT memudahkan pengawasan terhadap proses pelayanan yang
diberikan kepada wajib pajak.
2. Account Representative(AR)
Account Representative (AR) merupakan pegawai Direktorat
Jendral
Pajak yang diberikan wewenang khusus untuk memberikan
pelayanan
dan mengawasi wajib pajak secara langsung. Dengan adanya
Account
Representative, juga diharapkan dapat memberikan pelayanan
yang
lebih efisien dan akurat.
3. Help Desk
Help Desk diharapkan mampu menghilangkan kebingungan dan
kesulitan wajib pajak secara khusus, fasilitas help desk
dengan
teknologi tax knowledge base,menyangkut :
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
15/30
Peraturan pajak yang komprehensif;
Dikompilasi sesuai standar Q dan A, flowchart dan penjelasan
singkat;
Tersedia dalam komputer sehingga mudah diakses;
Diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan mengenai
pajak.
4.
Complian Center
Complian Center berfungsi untuk menampung berbagai kebutuhan
wajib pajak. Ini merupakan bentuk keterbukaan DJP untuk
perbaikan
dan pelaksanaantugas.
5.
Call center.
Adapun alasan dan keuntungan dengan adanya call center ini
adalah :
Masyarakat saat ini sangat mementingkan kepraktisan dan
efisiensi
penggunaan telepon semakin meningkat untuk urusan bisnis.
Tanpa adanya call center, petugas pajak di kantor
operasional
banyak disibukan menjawab telpon.
Dengan sentralisasi penerimaan telepon, pekerjaan yang sama
akan
dikerjakan oleh satu unit, sehingga akan lebih efektif dan
efisien.
Akurasi dan konsistensi dapat ditingkatkan.
Pelayanan secara keseluruhan dapat ditingkatkan.
KPP bisa lebih fokus pada pekerjaan melayani dan mengawasi
Wajib Pajak (secara langsung) dan
Good Governance dalam penanganan complaints.
6.
Media Informasi Pajak.
Wajib Pajak dapat mengakses segala sesuatu hal yang
berhubungan
denganpajak yang dibutuhkan secara gratis di Media Informasi
Pajak.
7. Website
Dalam rangka mempermudah akses informasi perpajakan kepada
masyarakat, terlebih lagi dengan iklim yang mengglobal, telah
dibuat
website perpajakan yang dikelola oleh DJP. Demikian pula
Kantor
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
16/30
Wilayah dan KPP, telah banyak membuat website masing-masing,
dalam rangka memberikan informasi dan pelayanan bagi Wajib
Pajak.
8.
Pojok Pajak
Pokok Pajak merupakan sarana penyuluhan dan pelayanan
perpajakakn
bagi masyarakat maupun Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban
perpajakannya., yang ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan,
pusat-
pusat bisnis atau tempat-tempat tertentu lainnya. Pelayanan
yang
diberikan Pokok Pajak meliputi :
Penyediaan materi dan sasaran penyuluhan.
Konsultasi Perpajakan.
Pendaftaran NPWP
Penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan.
Pengaduan masyarakat tentang perpajakan.
9. e-Sistem Perpajakan
Merupakan serangkaian alat yang digunakan untuk peningkatan
pelayanan kepada masyarakat maupun Wajib Pajak.
10. e-SPT
Adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara
elektronik atau dengan menggunakan media komputer. Yang
dapat
diaplikasikan adalah laporan SPT Masa PPh, SPT Tahunan PPh,
dan
SPT Masa PPN.
11.e.-Registration
Adalah sistem pendaftaran, perubahan data wajib pajak dan
atau
pengukuhan maupun pencabutan pengukuhan Pngusaha Kena Pajak
melalui sistem yang terhubung langsung secara onlinedengan
DJP.
12.
e-FillingAdalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan
melalui sistem
online dan real time.
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
17/30
13.e-payment
Adalah suatu cara pembayaran yang dapat dilakukan dengan
menggunakan media elektronika online seperti internet,
sehingga
memudahkan Wajib Pajak dalam pembayaran pajak.
2.3.4
Keunggulan Sistem Administrasi Di Kantor Pajak Modern
Sistem administrasi yang diterapkan di kantor-kantor
pelayanan
pajak memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
1. Adanya pemisahan fungsi yang lebih jelas antara fungsi
pelayanan,
pengawasan, pemeriksaan, keberatan dan pembinaan.
2. Fungsi pelayanan pengawasan wajib pajak menjadi lebih efektif
karena
dilakukan olehAccount Representatif.
3. Efisien dan meminimalisasi birokrasi dalam proses
pelaksanaan
pekerjaan baik untuk pelayanan, pengawasan maupun
pemeriksaan
sehingga cost of compliant relative lebih cepat.
4. Menejemen pemeriksaan menjadi lebih efisien dan efektif
karena
berada dalam satu unit dan sumber daya manusia juga telah
dispesialisasikan pada sektor-sektor.
2.4 Perlunya Reformasi Perpajakan
Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah
meluncurkan program perubahan (change program) atau
reformasi
administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut
Modernisasi.
Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan
good
governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang
transparan
dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi
yang
handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian
pelayanan
prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak.
Jika program
modernisasi ini ditelaah secara mendalam, termasuk
perubahan-perubahan
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
18/30
yang telah, sedang, dan akan dilakukan, maka dapat dilihat bahwa
konsep
modernisasi ini merupakan suatu terobosan yang akan membawa
perubahan
yang cukup mendasar dan revolusioner.
Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi
adminsitrasi
perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh
dan
komprehensif. Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi
bidang-bidang
berikut:
Struktur organisasi
Business process danteknologi informasi dan komunikasi
Manajemen sumber daya manusiaPelaksanaan good governance
1. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan
efisien,
sekaligus mencapai tujuan organisasi yang diinginkan,
penyesuaian
struktur organisasi DJP merupakan suatu langkah yang harus
dilakukan
dan sifatnya cukup strategis. Lebih jauh lagi, struktur
organisasi harus
juga diberi fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu
menyesuaikan
dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, termasuk
perkembangan dunia bisnis dan teknologi.
Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan
modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka
struktur organisasi DJP perlu diubah, baik di level kantor pusat
sebagai
pembuat kebijakan maupun di level kantor operasional sebagai
pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama,
untuk
memudahkan Wajib Pajak, ketiga jenis kantor pajak yang ada,
yaitu
Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan
Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak
(Karikpa), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Dengan
demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
19/30
menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya. Struktur berbasis
fungsi
diterapkan pada KPP dengan system administrasi modern untuk
dapat
merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus
melaksanakan
pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis
berdasarkan
analisis resiko.
Unit vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib
Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar (LTO - Large Taxpayers
Office),
KPP Madya (MTO - Medium Taxpayers Office), dan KPP Pratama
(STO
-Small Taxpayers Office). Dengan pembagian seperti ini,
diharapkan
strategi dan pendekatan terhadap wajib pajakpun dapat
disesuaikan
dengan karakteristik Wajib Pajak yang ditangani, sehingga hasil
yang
diperoleh dapat lebih optimal. Khusus di kantor operasional,
terdapat
posisi baru yang disebutAccount Representative,yang mempunyai
tugas
antara lain memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada
Wajib
Pajak, memberitahukan peraturan perpajakan yang baru, dan
mengawasi
kepatuhan wajib pajak. Untuk lebih memberikan rasa keadilan
bagi
Wajib Pajak, seluruh penanganan keberatan dilakukan oleh
Kantor
Wilayah yang merupakan unit vertikal di atas KPP yang
menerbitkansurat ketetapan pajak sebagai hasil dari pemeriksaan
pajak.
2. Business Procesdan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kunci perbaikan birokrasi yang berbeli-belit adalah
perbaikan
business process, yang mencakup metode, sistem, dan prosedur
kerja.
Untuk itu, perbaikan business processmerupakan pilar penting
program
modernisasi DJP, yang diarahkan pada penerapan full
automation
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,
terutama
untuk pekerjaan yang sifatnya klerikal. Diharapkan dengan
full
automation, akan tercipta suatu business processyang efisien dan
efektif
karena administrasi menjadi cepat, mudah, akurat, dan
paperless,
sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak, baik
dari
segi kualitas maupun waktu. Business process dirancang
sedemikian
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
20/30
rupa sehingga dapat mengurangi kontak langsung pegawai DJP
dengan
Wajib Pajak untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya KKN.
Di
samping itu, fungsi pengawasan internal akan lebih efektif
dengan
adanya built-in control system, karena siapapun dapat
mengawasi
bergulirnya proses administrasi melalui sistem yang ada.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Departemen Keuangan secara keseluruhan telah meluncurkan
program Reformasi Birokrasi sejak akhir tahun 2006. Fokus
program
reformasi ini adalah perbaikan sistem dan manajemen SDM, dan
direncanakan perubahan yang dilakukan sifatnya lebih menyeluruh.
Hal iniperlu dan mendesak untuk dilakukan, karena disadari bahwa
elemen yang
terpenting dari suatu sistem organisasi adalah manusianya.
Secanggih
apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur
kerja suatu
organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal
tanpa
didukung SDM yang capabledan berintegritas. Harus disadari bahwa
yang
perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan
manajemen SDM,
bukan semata-mata melakukan rasionalisasi pegawai, karena sistem
yang
baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang
berkualitas.
Diharapkan ke depannya DJP dengan sistem administrasi
perpajakan
modern akan dapat didukung oleh sistem SDM yang berbasis
kompetensi
dan kinerja.
Pelaksanaan Good Governance
Elemen terakhir adalah pelaksanaan good governance, yang
seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi.
Suatu
organisasi berikut sistemnya akan berjalan dengan baik manakala
terdapatrambu-rambu yang jelas untuk memandu pelaksanaan tugas
dan
pekerjaannya, serta yang lebih penting lagi, konsistensi
implementasi
rambu-rambu tersebut. Dalam praktek berorganisasi, good
governance
biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal
(internal
control) yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya
penyimpangan
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
21/30
ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu dilakukan oleh
pegawai
maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak.
2.4.1
Jenis KPP Modern
Unit vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak,
yaitu :
1. KPP Wajib Pajak Besar (LTO -Large Taxpayers Office)
2. KPP Madya (MTO -Medium Taxpayers Office)
3. KPP Pratama (STO - Small Taxpayers Office).
Perbedaan mendasardari ketiga model KPP ini adalah
menyangkut
level dan jenis Wajib Pajak, jenis pajak yang dikelola, kegiatan
dan
organisasinya, wilayah kerjanya, serta kontribusinya bagi
penerimaan di
tingkat Kantor Wilayah dan Nasional.
A. KPP Wajib Pajak Besar
KPP Wajib Pajak Besar mengelola Wajib Pajak skala besar
secara
nasional dengan jenis beban dan terbatas jumlahnya. Di KPP ini
tidak
ada kegiatan ekstensifikasi, karena jumlah Wajib Pajaknya
sudah
tetap, yaitu sekitar 200-300 yang ditetapkan dengan
Keputusan
Direktur Jendral Pajak. Jika dilakukan penambahan Wajib
Pajak,
sumbernya berasal dari seluruh KPP di Tanah Air. Tidak semua
jenis
pajak yang dikelola, melainkan hanya PPh, PPN, PPnBM, dan
bea
materai. Kedudukannya hanya berada di Jakarta dan hingga kini
ada
3 kantor saja.
B. KPP Madya
KPP madya mengelola Wajib Pajak besar jenis badan dalam
skala
regional (lingkup Kantor Wilayah) dan juga terbatas jumlahnya.
Di
KPP madya juga tidak ada kegiatan ekstensifikasi, jumlah
Wajib
Pajaknya sudah tetap sekitar 200-500 yang telah ditetapkan
oleh
Direktur Jendral Pajak. Jika suatu saat ditambah, wajib
pajaknya
berasal dari seluruh KPP Pratama di wilayah Kantor Wilayah.
Sama
seperti KPP wajib Pajak Besar, jenis pajak yang dikelola juga
hanya
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
22/30
PPh, PPN, PPnBM, dan bea materai. Kedudukan berada di
beberapa
Kantor Wilayah DJP di Tanah Air, yang hingga saat ini
keberadaan
KPP Madya ini ada di Medan, Pekanbaru, Batam, Palembang,
Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya,
sidoarjo, Malang, Balikpapan, dan Makasar. Di Jakarta, selain
di
wilayah Jakarta pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta
Timur,
Jakarta Utara, termasuk KPP Khusus yang melayani Wajib Pajak
penanaman modal asing, badan dan orang asing, serta
perusahaan
masuk bursa. Wilayah kerjanya sama dengan Kantor Wilayah DJP
atasannya.
C.
KPP Pratama
Sedangkan KPP Pratama mengelola Wajib Pajak menengah ke
bawah
yakni jenis badan di luat yang telah dikelola di KPP Wajib
Pajak
besar dan KPP Madya serta orang pribadi. Di KPP Pratama ada
kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, sehingga jumlah Wajib
Pajaknya
dapat selalu bertambah seirama dengan pertambahan orang
pribadi
yang memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena
Pajak
(PTKP) atau melakukan kegiatan usaha di wilayah kerjanya.
Dengan
demikian, jenis Wajib pajak yang dikelola terdiri atas orang
pribadi,
badan, maupun pemotong atau pemungut pajak (seperti
bendaharawan instansi pemerintah). Jenis pajak yang dikelola
semuanya, yakni PPh, PPN, PPnBM, bea materai, PBB, dan
BPHTB.
Kedudukannya berada disemua Kantor Wilayah di Tanah Air,
kecuali
di Kantor Wilayah Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah
Jakarta
Khusus.
Berdasarkan kegiatan diatas, karakterKPP Pratama adalah :
1. Merupakan penggabungan dari tiga unit kantor pajak
sebelumnya,
yaitu KPP, KPPBB, dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak.
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
23/30
2. Struktur organisasi umumnya sama dengan KPP WP Besar dan
KPP Madya, hanya dengan penambahan satu seksi yaitu seksi
Ekstensifikasi Perpajakan.
3. Sistem Administrasi perpajakan yang digunakan merupakan
gabungan Sistem Informasi DJP ( SIDJP) dan Sistem Manajemen
Informasi Objek Pajak (SMIOP).
4.
Mengadministrasikan seluruh jenis pajak yang dikelola DJP
(PPh,
PPN, PPnBM, bea materai, PBB, BPHTB).
5. Account Representatif (AR) ditugaskan untuk mengawasi
wilayah
tertentu atau Wajib Pajak tertentu yang berada dalam wilayah
kerja KPP yang bersangkutan.
Adapun keunggulan dari KPP Pratama yaitu :
Pelayanan satu atap (peningkatan pelayanan kepada wajib
Pajak).
Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi bias lebih maksimal
(adanya AR yang mengawasi seluruh kegiatan Wajib Pajak
di daerah wilayah tertentu).
Penggalian potensi Wajib Pajak Orang Pribadi bisa
ditingkatkan (strategi DJP ke depan adalah focus ke Wajib
Pajak Orang Pribadi).
2.5
Asas Good Governance
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas Good
Governance
diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran
perusahaan. Asas
Good Governanceyaitu:
1.
Transparansi : peningkatan keterbukaan atas informasi yang
akurat dantepat waktu atas kinerja perusahaan.
2. Akuntabilitas : akuntabilitas manajemen melalui pengawasan
efektif
berdasarkan kesetaraan dan keseimbangan kekuasaan
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
24/30
3. Tanggung Jawab : tanggung jawab perusahaan sebagai
anggota
masyarakat untuk mematuhi ketentuan yang berlaku suatu negara
atau
lingkungan masyarakat.
4. Independensi : perusahaan harus dikelola secara independen
sehingga
masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak
dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran/ Keadilan : Keadilan bagi semua pihak yang berada
dalam
perusahaan dan pendukung-pendukung perusahaan.
Diperlukan asas ini untuk mencapai kesinambungan usaha
perusahaan
dengan memperhatikan pemangku kepentingan.
2.6
Transparansi dan Akuntabilitas
Pada masa ini, dimana saja dinegeri ini, ketika berbicara
tentang
transparasi dan akuntabilitas, maka itu merupakan bagian dari
wacana
mengenai asas pemerintahan yang baik, atau good governance.
Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa transparasi dan
akuntabilitas
mempunyai efek ekonomi yang sangat berarti dalam kehidupan masa
kini .
Tidak bisa disangkal bahwa secara langsung atau tidak langsung,
penyebab
dari krisis finansial Indonesia pada tahun 1997-1998 dan krisis
global yang
tengah kita alami saat ini adalah karena gagalnya transparasi
dan
akuntabilitas dijalankan dengan cara semestinya, baik dalam
dunia usaha
maupun pemerintahan. Dampak kerusakan ekonomi yang parah dan
merugikan bisa timbul akibat pelaku usaha tidak transparan dan
tidak
akuntabel. Jika ketidak transparanan dan tiadanya akuntabilitas
terjadi pada
regulator dan penegak hukum yang seyogyanya berfungsi
menjadi
pengawas, maka akibatnya akan jauh lebih parah lagi karena
merusak dan
melumpuhkan sendi-sendi dasar bernegara, bahkan eksistensi dan
harga diri
(dignity)suatu negara dapat runtuh sehingga negara tersebut
disebut sebagai
negara gagal (fail state).
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
25/30
Transparansi dan akuntabilitas punya arah, yaitu ditetapkan oleh
letak
sumber hak dan kekuasaan dari mana asal mandat kepada
aparatur
pemerintah itu diperoleh. Pada sistem otoriter atau kekuasaan
absolut,
akuntabilitas hanyalah kepada atasan, yang dianggap sebagai
sumber
kekuasaan.
Terdapat 3 (tiga) mekanisme yang dapat dilaksanakan agar
lebih
transparan dan akuntabel serta selanjutnya dapat mewujudkan
good
governanceyaitu:
1. Mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat serta
membangun
kerjasama pemberdayaan masyarakat.
2.
Memperbaiki internal rulesdan mekanisme pengendalian.
3. Membangun iklim kompetisi dalam memberikan layanan
terhadap
masyarakat serta marketisasi layanan.
Ketiga mekanisme tersebut saling berkaitan dan saling menunjang
untuk
memperbaiki efektivitas pengelolaan pemerintahan daerah.
2.6.1 Transparansi
Definisi transparansi berdasarkan KK, SAP, 2005 :Transparansi
adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka
dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa
masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang- undangan.
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau
kebebasan
bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan
pemerintahan,yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan
dan
pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai atau transparansi
yakni
adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan, sedangkan yang
dimaksud
dengan informasi adalah mengenai setiap aspek kebijakan
pemerintah
yang dapat dijangkau oleh publik. Pemerintah mengungkapkan
hal-hal
yang sifatnya material secara berkala terhadap pihak-pihak
yang
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
26/30
berkepentingan, dalam hal ini adalah masyarakat. Variabel ini
sangat
dibutuhkan dalam menciptakan good governance dan clean
government
dengan tujuan mengurangi atau bahkan menghapuskan KKN.
Transparansi
dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh
proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses
oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia
harus
memadai agar dapat dimengertidan dipantau.
Adapun informasi tersebut berupa: hak dan kewajiban pelaku
bisnis, informasi peraturan, informasi tarif pelayanan,
penyebarluasan
informasi yang aktif, adanya media untuk menyebarluaskan
informasi,
jaminan transparansi oleh pemerintah, kesesuaian antara
informasi dan
fakta.
Prinsip Transparansi ini memiliki 2 aspek, yaitu :
(1)Komunikasi publik oleh pemerintah.
(2)Hak masyarakat terhadap akses informasi.
Keduanya akan sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak
menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen kinerja yang baik
adalah
titik awal dari transparansi. Komunikasi publik menuntut usaha
alternatif
dari pemerintah untuk membuka dan mendiseminasi informasi
maupun
aktivitasnya yang relevan. Transparansi harus seimbang, juga,
dengan
kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi
yang
mempengaruhi hak privasi individu. Karena pemerintahan
menghasilkan
data dalam jumlah besar, maka dibutuhkan petugas informasi
professional,
bukan untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi
untuk
menyebarluaskan keputusan-keputusan yang penting kepada
masyarakat
serta menjelaskan alasan dari setiap kebijakan tersebut.
Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol yang
berlebih-
lebihan dari masyarakat dan bahkan oleh media massa. Karena
itu,
kewajiban akan keterbukaan harus diimbangi dengan nilai
pembatasan,
yang mencakup kriteria yang jelas dari para aparat publik
tentang jenis
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
27/30
informasi apa saja yang mereka berikan dan pada siapa informasi
tersebut
diberikan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, prinsip
transparasidapat diukur melalui sejumlah indikator seperti :
1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat
waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses
oleh pemangkukepentingan sesuai dengan haknya.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak
terbatas pada,
visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi
keuangan,
susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan
dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta
tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi
kondisi
perusahaan.
3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan
sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan
hak-hak
pribadi.
4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara
proporsional
dikomunikasikankepada pemangku kepentingan.
2.6.2 Akuntabilitas
Definisi akuntabilitas berdasarkan KK, SAP, 2005 :
Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan
sumber
daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada
entitas
pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.
Akuntabel berarti bahwa setiap tindakan dan kebijakan yang
ditempuh selalu bisa dijelaskan dasarnya dan dipertanggung
jawabkan
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
28/30
sepenuhnya. Artinya, tindakan yang diambil adalah sah
sepanjang
memenuhi asas-asas:
(1)
Selalu punya dasar hukum dan dengan tata cara yang sesuai
peraturan
yang berlaku;
(2)Tindakan dilakukan dan keputusan diambil hanya oleh pejabat
yang
berhak dan diberi wewenang untuk itu;
(3)Tindakan harus bertujuan baik, jelas maksud dan
manfaatnya.
Akuntabilitas juga mencakup segi kepantasan, etika, dan
mempertimbangkan rasa keadilan. Yang penting untuk tidak
dilupakan
ialah bahwa setiap tindakan yang tidak memenuhi
syarat-syarat
akuntabilitas tersebut akan mengakibatkan pejabat yang
melakukannya
dijatuhi sanksi yang sepadan dengan kelalaian dan
kesalahannya.
Variabel akuntabilitas ini digunakan untuk menilai kinerja
pemerintah yang bertugas dalam pengambilan keputusan dengan
bertanggungjawab kepada masyarakat dan pihak-pihak yang
berkepentingan.Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu
dengan
yang lainnya tergantung dari jenis organisasiyang bersangkutan.
Selain itu
pemerintah juga berusaha untuk memprioritaskan kepentingan-
kepentingan umum dan berusaha menentukan visi stategi untuk
pembangunan wilayah kedepannya. Akuntabilitas merupakan
prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, prinsip
akuntabilitas
dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut ini:
1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung
jawab
masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara
jelas
dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan
(corporate
values), dan strategi perusahaan.
2. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua
jajaran
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan,
serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and
punishment
system).
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
29/30
3. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian
internal
yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
4.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ
perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika
bisnis
dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah
disepakati.
Pada dasarnya, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan
pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial
kepada
pihak-pihak yang berkepentingan (Schiavo-Campo and Tomasi,
1999).
Prinsip akuntabilitas ini menuntut dua hal,yaitu :
(1) Kemampuan menjawab (answerability).
(2) Konsekuensi (consequences).
Komponen pertama (istilah yang bermula dari responsibilitas)
adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk
menjawab
secara periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan
bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber
daya
telah dipergunakan, dan apa yang telah dicapai dengan
menggunakan
sumber daya tersebut.
Akuntabilitas diperoleh melalui :
a. Usaha imperatif untuk membuat para aparat pemerintahan
mampu
bertanggung jawab untuk setiap perilaku pemerintahan dan
responsif
kepada entitas darimana mereka memperolehkewenangan.
b.
Penetapan criteria untuk mengukur performansi aparat
pemerintahan
serta penetapan mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah
terpenuhi.
2.6.2.1
Bentuk-Bentuk Akuntabilitas :
a. Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas keuangan adalah merupakan pertanggungjawaban
integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap
peraturan
perundang-undangan.
b. Akuntabilitas Manfaat
-
5/19/2018 Perbedaan KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama
30/30
Akuntabilitas manfaat (efektifitas) pada dasarnya memberi
perhatian
perhatian kepada hasil dari kegiatan-kegiatan perusahaan.
Efektifitas
yang harus dicapai bukan hanya berupa outputakan tetapi yang
lebih
penting adalah efektifitas dari sudut pandang outcame.
c. Akuntabilitas Prosedur
Akuntabilitas Prosedur merupakan pertanggungjawaban mengenai
apakah prosedur penetapan dan palaksanaan suatu kebijakan
telah
mempertimbangkan moralitas, etika dan kepastian hukum untuk
mendukung pencapaian tujuan akhir yang ingin dicapai.
d.
Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik merupakan kewajiban pemegang amanah
untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan
mengungkap segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki
hak
dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.