Top Banner
i PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA BAYI PREMATUR DAN BAYI CUKUP BULAN PADA BAYI DENGAN BERAT LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran Diajukan oleh : Reza Gusni Saputra J 500 120 044 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
15

PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

Aug 09, 2019

Download

Documents

nguyentuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

i

PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA BAYI

PREMATUR DAN BAYI CUKUP BULAN PADA BAYI DENGAN BERAT

LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan oleh :

Reza Gusni Saputra

J 500 120 044

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

2

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA BAYI

PREMATUR DAN BAYI CUKUP BULAN PADA BAYI DENGAN BERAT

LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Yang diajukan oleh :

Reza Gusni Saputra

J 500 120 044

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada hari Jumat, tanggal 29 Januari 2016

Penguji

Nama : Prof. Dr. Bambang Soebagyo,dr. Sp.A(K) (..............................)

NIP/NIK : 400.1243

Pembimbing Utama

Nama : dr. Rusmawati, M.Kes, Sp.A (.............................)

NIP/NIK :

Pembimbing Pendamping

Nama : dr. N. Juni Triastuti, M.Med. ED (.............................)

NIK/NIK : 1045

Dekan FK UMS

Dr. dr. EM Sutrisna, M.Kes

NIP/NIK : 919

Page 3: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

ABSTRAK

PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA BAYI

PREMATUR DAN BAYI CUKUP BULAN PADA BAYI DENGAN BERAT

LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

Reza Gusni Saputra, Rusmawati, N. Juni Triastuti

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Latar Belakang: Angka kematian bayi sebagian besar disebabkan oleh berat bayi

lahir rendah (BBLR). BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram. BBLR dapat terjadi pada bayi prematur atau pada bayi cukup bulan. Bayi

BBLR yang prematur maupun cukup bulan merupakan faktor risiko tersering

terjadinya ikterus neonatorum. Ikterus neonatorum (jaundice) terjadi apabila

terdapat peningkatan kadar bilirubin dalam darah, sehingga kulit dan sklera bayi

tampak kekuningan.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kejadian ikterus

antara bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi dengan berat lahir rendah di

RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional, menggunakan teknik simple random sampling,

dengan jumlah sampel 115 bayi berat lahir rendah tahun 2015 di RS PKU

Muhammadiyah Surakarta. Data diperoleh dari rekam medis di bagian rekam

medis, kemudian dianalisis menggunakan uji Chi- Square.

Hasil: Berdasarkan hasil uji Chi-Square untuk mengetahui perbedaan kejadian

ikterus neonatorum antara bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi dengan

berat lahir rendah didapatkan p value =0,000 (p<0,005). Kejadian ikterus pada

bayi prematur sebanyak 32,2% lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup

bulan sebanyak 9,6%.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna kejadian ikterus neonatorum

antara bayi prematur lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan pada bayi

dengan berat lahir rendah di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

Kata kunci: Ikterus Neonatorum, Bayi Prematur, Bayi Cukup Bulan, bayi BBLR

Page 4: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF ICTERUS NEONATORUM OCCURANCE

BETWEEN PREMATURE INFANTS AND TERM INFANTS ON LOW

BIRTH WEIGHT INFANT AT RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Reza Gusni Saputra, Rusmawati, N. Juni Triastuti

Medical Faculty of Muhammadiyah Surakarta University

Background: The infant mortality rate mainly caused by low birth weight infants

(LBWI). LBWI is infants with birth weight less than 2500 grams. LBWI could

happens to premature infants or term infants. LBWI infant, either the prematures

and the term infants are the most occuring factors of the occurance of the icterus

neonatorum. Icterus neonatorum or neonatal jaundice occured when bilirubin

level on the blood raises that makes the skin and the sclera more jaundice.

Objective: This study aimed to analyzed the difference of icterus neonatorum

occurance between premature infants and term infants on low birth wieght at RS

PKU Muhammadiyah Surakarta.

Methods: This study use the observational analytic method with cross sectional

approach, using simple random sampling, with 115 samples of low birth weight

infants in 2015 at RS PKU Muhammadiyah Surakarta. The data gained from

medical records at the medical records section, then the data analyzed with chi-

square test.

Results: Based on the result of chi-square test to know the difference of icterus

neonatorum occurance between the premature infants and term infants with low

birth weight infants, it shows a velue of p =0,000 (p<0,005). The icterus

occurance on premature infants is 32,2% more than the term infants that gained

9,6%.

Conclusions: There was a significant difference of the icterus neonatorum

occurance between premature infants more than term infants on low birth weight

infats at RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

Keywords: Icterus Neonatorum, Premature Infants, Term Infants, Low birth

weight infant.

Page 5: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

PENDAHULUAN

Derajat kesehatan masyarakat dapat di ukur dengan berbagai indikator

kesehatan antara lain kematian perinatal, angka kematian bayi, dan angka

kematian balita. Angka kematian bayi (AKB) adalah angka kematian yang terjadi

saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun per 1.000

kelahiran hidup ( Depkes RI, 2008).

Semua angka kematian bayi dan anak hasil Survai Demografi Kesehatan

Indonesia atau SDKI tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI tahun 2007.

Untuk periode lima tahun sebelum survei, angka kematian bayi dari hasil SDKI

2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40

kematian per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa angka

kematian bayi sebagian besar disebabkan oleh asfiksia (20-60%), infeksi (25-

30%), bayi dengan berat lahir rendah (25-30%), dan trauma persalinan (5-10%)

(Depkes RI, 2008).

Berdasarkan WHO (2007) prevalensi bayi berat badan lahir rendah

diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan

lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah.

Menurut Riskesdas (2013) menjelaskan jika diamati dari bayi lahir, prevalensi

bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) di Indonesia berkurang dari 11,1

persen tahun 2010 menjadi 10,2 persen tahun 2013.

Menurut Zabeen B (2010) menyatakan bahwa BBLR dan prematuritas

merupakan faktor risiko tersering terjadinya ikterus neonatorum di wilayah Asia

tenggara. Berdasarkan Sukadi (2008), menjelaskan bahwa Ikterus neonatorum

adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit

dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus

secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7

mg/dL.

Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu

pertama kehidupannya. Etika mengungkapkan bahwa angka kejadian ikterus

terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi prematur (Etika, 2006).

Page 6: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

Ikterus neonatorum dapat menimbulkan ensefalopati bilirubin indirek

(kernikterus) yaitu manifestasi klinis yang timbul akibat efek toksis bilirubin pada

sistem saraf pusat di ganglia basalis dan beberapa nuklei batang otak. Saat ini

angka kelahiran bayi di Indonesia diperkirakan mencapai 4,6 juta jiwa per tahun,

dengan angka kematian bayi sebesar 48/1000 kelahiran hidup dengan ikterus

neonatorum merupakan salah satu penyebabnya sebesar 6,6% (DEPKES RI,

2002).

Berdasarkan data di atas bahwa ikterus sangat berkaitan erat dengan bayi

prematur dan bayi cukup bulan. Setiap tahun dilaporkan ada sekitar 15 juta bayi

lahir prematur di dunia, lebih dari satu dalam 10 kelahiran. Kelahiran prematur

meningkat setiap tahun hampir di semua negara (WHO, 2012). Kelahiran

prematur adalah bayi lahir hidup kurang dari 37 minggu kehamilan, menjadi

morbiditas dan mortalitas perinatal (Zhang et al, 2012).

Seringkali prematuritas berhubungan dengan hiperbilirubinemia tak

terkonjugasi pada neonatus. Aktifitas Uridine Difosfat Glukoronil Transferase

Hepatik jelas menurun pada bayi prematur, sehingga kadar bilirubin yang

terkonjugasi menurun. Namun pada bayi cukup bulan dan bayi prematur terjadi

peningkatan hemolisis karena umur sel darah merah yang pendek pada neonatus

(Martiza, 2010) dan pada bayi BBLR, pembentukan hepar belum sempurna

(imaturitas hepar) sehingga menyebabkan konjugasi bilirubin indirek menjadi

bilirubin direk di hepar tidak sempurna (Sukadi, 2008).

Usia kehamilan merupakan salah satu faktor terjadinya bayi lahir dengan

berat bayi lahir rendah, wanita dengan persalinan preterm umur kehamilan 34-36

minggu memiliki risiko bayi BBLR namun dengan persalinan cukup bulan juga

memiliki risiko bayi BBLR ( Leonardo,2011).

Pada survai pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan data

BBLR di RS PKU Muhammadiyah surakarta pada tahun 2013 sebanyak 210 bayi

dan pada tahun 2014 sebanyak 233 bayi.

Berdasarkan pendahuluan diatas, apakah ada perbedaan kejadian ikterus

neonatorum antara bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi BBLR.

Page 7: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

METODE

Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta

pada tanggal 15-30 Desember 2015.

Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh pasien bayi dengan

berat lahir rendah di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Teknik pengambilan

sampel menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel

secara acak sederhana. Berdasarkan teknik tersebut didapatkan sampel dalam

penelitian ini sebanyak 115 bayi.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bayi prematur dan bayi

cukup bulan sedangkan sebagai variabel terikat adalah ikterus neonatorum yang

diperoleh dari data sekunder melalui rekam medis. Teknik analisis data

menggunakan uji Chi- Square.

HASIL

Penelitian ini menganalisis perbedaan kejadian ikterus neonatorum antara

bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi BBLR di RS PKU Muhammadiyah

Surakarta. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari penelitian ini

menggunakan 115 responden bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) pada

tahun 2015 yang dipilih dengan teknik simple random sampling yaitu

pengambilan sampel secara acak sederhana. Hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk tabel adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin BBLR

No. Umur Frekuensi Persen (%)

1. Laki-laki 40 34,8%

2. Perempuan 75 65,2%

Total 115 100

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa antara bayi laki-laki yang

BBLR dan bayi perempuan yang BBLR lebih banyak bayi perempuan (BBLR)

Page 8: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

sebanyak 75 (65,2%), sedangkan untuk bayi laki-laki (BBLR) sebanyak 40

(34,8%).

Tabel 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Gestasi BBLR

No. Gestasi Frekuensi Persen (%)

1. Prematur 59 51,3%

2. Cukup Bulan 56 48,7%

Total 115 100

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa distribusi sebaran gestasi bayi

berat lahir rendah dimana bayi prematur yang BBLR sebanyak 59 bayi (51,3%)

dibandingkan bayi cukup bulan yang BBLR sebanyak 56 bayi ( 51,3%).

Tabel 1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Ikterus Neonatorum

No. Ikterus Neonatorum Frekuensi Persen (%)

1. Ikterus 48 41,7%

2. Tidak ikterus 67 58,3%

Total 115 100

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa responden bayi yang BBLR

yang mengalami ikterus dan tidak ikterus, sebagian besar bayi BBLR mengalami

keadaan tidak ikterus sebanyak 67 (58,3%), sedangkan yang ikterus sebanyak 48

(41,7%).

Penelitian ini menganalisis perbedaan kejadian ikterus neonatorum antara

bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi BBLR dengan menggunakan uji

Chi-Square.

Page 9: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

Tabel 1.4 Analisis Data Statistik Uji Chi-Square Perbedaan Kejadian

Ikterus Neonatorum antara Bayi Prematur dan Bayi Cukup Bulan pada

Bayi BBLR

Gestasi Ikterus

(%)

Tidak

Ikterus

(%)

Total

(%) 2 p

2tabel

( 5%) R.P

95%

CI

Prematur 37 (32,2) 22 (19,1) 59 (51,3)

21.916 (0,000) 3.841 6,88 2.957-

16.007

Cukup Bulan 11 (9,6) 45 (39,1) 56 (48,7)

Total 48 (41,7) 67 (58,3) 115

(100,0)

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa distribusi data bayi prematur

yang ikterus sebanyak 37 bayi (32,2%), bayi prematur yang tidak ikterus

sebanyak 22 bayi (19,1%), bayi cukup bulan yang ikterus sebanayak 11 bayi

(9,6%) dan bayi cukup bulan yang tidak ikterus sebanyak 48 bayi (39,1%).

Berdasarkan data tersebut setiap kelompok distribusinya lebih dari 5% atau

expected count lebih dari 20, maka data ini layak diuji dengan Chi-Square.

Hasil uji chi square hasilnya dapat diketahui (2) sebesar 21,916 dan p-

value = 0,000 pada taraf signifikan =5% (p < 0,05) atau 221,916 >2 tabel

3.841. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna

kejadian ikterus neonatorum antara bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi

BBLR.

Berdasarkan ukuran Rasio Prevalensi (RP) tersebut menunjukkan bahwa

perbandingan kemungkinan bayi prematur dibandingkan dengan bayi cukup bulan

untuk mengalami kejadian ikterus neonatorum adalah sebesar 6,88. Jadi

kemungkinan dengan kejadian gestasi terhadap kejadian ikterus neonatorum untuk

bayi prematur adalah sebesar 32,2%, untuk bayi cukup bulan adalah sebesar 9,6%

dikuatkan dengan 95% CI pada jumlah antara 2 hingga 16 kemungkinan sesuai

persentase tersebut.

Page 10: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medis rumah sakit PKU

Muhammadiyah Surakarta dengan mengambil sampel bayi dengan berat lahir

rendah. Pengambilan data dilakukan dengan cara menganalisis gestasi dan

keadaan ikterus dari bayi. Data yang diambil dijamin kerahasiaan data

identitasnya.Usia kehamilan merupakan salah satu faktor terjadinya bayi lahir

dengan berat bayi lahir rendah, wanita dengan persalinan prematur memiliki

risiko bayi BBLR namun persalinan cukup bulan juga memiliki risiko bayi BBLR

(Leonardo, 2011).

Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram. Menurut Zabeen (2010) menyatakan bahwa bayi yang mengalami BBLR

dan faktor prematuritas merupakan faktor risiko tersering terjadinya ikterus

neonatorum. Berdasarkan sukadi (2012), menjelaskan bahwa ikterus neonatorum

merupakan keadaan klinis pada bayi yang ditandai dengan perwarnaan ikterus

pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin indirek yang berlebih.

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukan adanya perbedaan yang

bermakna antara bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi dengan berat lahir

rendah dengan kejadian ikterus neonatorum dengan nilai p-value = 0.000 dan hasil

2 21,916>2 tabel 3.841.Hal itu dapat diketahui dari hasil uji statistik chi square.

Pada tabel 1.4 menjelaskan mengenai prevalensi kejadian ikterus pada

bayi BBLR menurut usia gestasi. Pada bayi prematur lebih banyak mengalami

ikterus sebanyak 37 bayi dibandingkan dengan bayi cukup bulan yang mengalami

hanya 11 bayi.Menurut Anggraeni (2014) pada neonatus terjadi peningkatan

hemolisis eritrosit karena umur eritrosit yang memendek kurang dari 120 hari,

sehingga bilirubin indirek yang dihasilkan oleh pemecahan eritorsit akan

meningkat yang kemudian akan di ubah oleh enzim Difosfat Glukoronil

Transferase di hati.

Menurut Onyearugha (2011) mengungkapkan bahwa pada bayi prematur

memiliki hepar yang imatur sehingga fungsi hepar belum matur sehingga hanya

sedikit bilirubin indirek yang di ubah menjadi bilirubin direk. Sehingga kadar

bilirubin indirek meningkat yang dapat mengakibatkan pewarnaan ikterus pada

Page 11: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

kulit dan sclera,sehingga kejadian ikterus lebih banyak pada bayi prematur di

bandingkan bayi cukup bulan.

Menurut Musbikin (2005) pada bayi prematur cukup rentan terhadap

berbagai penyakit. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kesulitan

bernapas.hal ini akibat paru-paru serta seluruh sistem pernapasannya seperti otot

dada dan pusat pernapasan diotak belum maksimal. Akibat masih tipisnya lapisan

lemak pada bayi prematur, maka ia pun tidak memiliki perlindungan yang cukup

dalam menghadapi suhu luar yang lebih dingin dibandingkan suhu didalam rahim

ibu, sehingga bayi prematur mudah mengalami hipotermia.

Berdasarkan penelitian sebelumnya menurut Edhogotu et al(2014)

menyatakan ada perbedaan yang bermakna antara bayi prematur dan bayi cukup

bulan dengan kejadian ikterus neonoatorum dengan nilai p=0.00. Menurut

Maulidya (2013) dengan meneliti 41 bayi yang mengalami yang mengalami

ikterus, didapatkan bayi prematur yang mengalamai ikterus 22 bayi (53,9%) dan

pada bayi cukup bulan sebanyak 19 bayi (46,1%) dengan p-value = 0,02. Menurut

Etika (2006) mengungkapkan bahwa angka kejadian ikterus pada bayi cukup

bulan sebesar 60% dan pada bayi prematur sebesar 80%.

Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa kekurangan, seperti

terbatasnya jumlah sampel serta terbatasnya waktu yang di butuhkan dalam

penelitian ini.

Dengan demikian terdapat perbedaan yang bermakna kejadian ikterus

antara bayi prematur dan cukup bulan pada bayi BBLR.Kejadian ikterus lebih

banyak terjadi pada bayi prematur di bandingkan dengan bayi cukup bulan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan kejadian ikterus

neonatorum antara bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi dengan berat

lahir rendah dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

kejadian ikterus neonatorum antara bayi prematur lebih tinggi dibandingkan bayi

cukup bulan pada bayi dengan berat lahir rendah dengan nilai p = 0,000.

Page 12: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of pediatrics, Subcommite on Hyperbilirubinemia. 2004.

Management of Hyperbilirubinemia in the Newborn Infant 35 or more

Weeks of Gestasion. Jurnal Pediatrics, 114: 297-306

Anggraini, Yetti. 2014. Hubungan Antara Persalinan Prematur dengan

Hiperbilirubin pada Neonatus. Jurnal kesehatan ,Vol. 5, No. 2 Oktober

2014: 109-112

Anggraeni, R,2007. Pengaruh Jarak Kehamilam Terhadap Kematian Perinatal di

Kabupaten Agam. Tesis. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Azwar. 2014. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher

Dahlan, M. S. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba

Medika

DeFranco, E. A., Stamilio, D. M., Boslaugh, S. E., Gross, G. A. & Muglia, L. J.

2007. A short interpregnancy interval is a risk factor for preterm birth and

its recurrence.Journal Obstet Gynecol, 197, e1-6.

Depkes RI.2008. Profil Kesehatan indonesia . Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.tersedia di http://www.depkes.go.id

Etika, R., Agus, H., Fatimah, L., Sylvianti, M. D. 2006. Hyperbilirubinemia in

neonatus. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Health Technology Assesment. 2004. Tatalaksana ikterus neonatorum. Jakarta:

Unit pengkajian teknologi kesehatan direktorat jenderal pelayanan medik

departemen kesehatan RI.

Jammeh, A., Sundby, J., & Vangen, S. 2011. Maternal and obstetric risk factors

for low birth weight and preterm birth in rural Gambia: a hospital-based

study of 1579 deliveries. journal of Obstetrics and Gynecology, 1, 94-103.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia .2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta

: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kosim Sholeh, M. (2003). Buku panduan Manajemen Masalah Bayi Baru

Lahir untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: IDAI

Depkes RI.

Page 13: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

Leonardo. 2011. Perbedaan Luaran Janin pada Persalinan Preterm Usia

Kehamilan 34-36 Minggu dengan dan tanpa Ketuban Pecah Dini.

Jurnal Kesehatan. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro.

Lissauer, Avroy. 2013. Selayang Neonatalogi . edisi kedua. Jakarta : Indeks. 150-

156.

Lissauer, Avroy. 2009. At a Glance Neonatalogi .Jakarta : Erlangga. 96-100

Liu, D. 2007.Manual Persalinan. Alih Bahasa : Eny Meiliya. Edisi III. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Manuaba, I,2007. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC. Jakarta

Maulana,M. 2006. Penyakit kehamilan dan pengobatannya.Jakarta : Salemba

Medika

Martiza, L., Juffrie, M., Oswar,i H., Arief, S., Rosalina, I,. 2010. Buku ajar

gastroenterologi-hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 263-284

Maryinani, Anik dan Puspita, Eka. 2013.Asuhan KegawatdaruratanMaternal

& Neonatal. Jakarta:CV. Trans Info Media.

Maulidya, R., Mustarim., shalahudden, S .2013.Gambaran Faktor Risiko Ikterus

Neonatorum pada Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher

Jambi Tahun 2013.Jurnal Kesehatan. Jambi : Fakultas kedokteran dan

ilmu kesehatan Universitas Jambi

Mochtar, R, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta :EGC

Musbikin, I. 2005. Ibu Hamil dan Melahirkan. Cetakan 1. Yogyakarta : Mitra

Pustaka

Mutianingsih, Rosa. 2014. Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah Dengan

Kejadian Ikterus, Hipoglikemi dan Infeksi Neonatorum. Tesis. Malang :

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Nanny, V. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan anak Balita. Jakarta : salemba

medika. 74-80

Oxorn, Harry, 2003. Patologi dan fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan

essentika Medika

Page 14: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

Pantiawati, I. 2010.Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:

Nuha Medika

Pilliteri Adele. 2003. Maternal and Child Health Nursing: Care of The

Childbearing Family. Fourth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams

andWilkins.

Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. 2010. Berat Badan Lahir Rendah.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

Rochjati, P, 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Cetakan I. Surabaya:

Airlangga University press.

Saifuddin, A B. 2009. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: YBPSP

Santoso,B,Anurudha. 2003. Hubungan Antara Kelahiran Prematur Dengan

Tumbuh Kembang Anak Pada Usia 1 Tahun. Tesis. Semarang :

Universitas Diponegoro.

Sastroasmoro S et al. 2004. Tatalaksana Ikterus Neonatorum. Jakarta : HTA

Indonesia

Sastroasmoro S., Sofyan I. 2011. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta : Sugeng seto

Sukadi, A. Hiperbilirubinemia.2008. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,

Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan

Penerbit IDAI. 147-69

Wibowo, Satrio. 2007. Perbandingan Kadar Bilirubin Neonatus dengan dan Tanpa

Defisiensi Glucose- 6- Phospate Dehydrogenase, Infeksi dan Tidak

Infeksi. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro

WHO 2012. Born Too Soon; The Global Action Report on Preterm Birth.

WHO.2007.LowBirth Weight newborns (Percentage).Tersedia di

http://www.who.int/

Wijayanegara,H. Et al. 2009. Prematuritas . bandung : penerbit refika aditama

Page 15: PERBEDAAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM ANTARA … · adalah keadaan klinis pada bayi yang di tandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi

Wong Dona, L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong.Volume 1. Edisi

6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC

Zhang, Y.-P., Liu, X.-H., Gao, S.-H., Wang, J.-M., Gu, Y.-S., Zhang, J.-Y., Zhou,

X. & Li, Q.-X. 2012. Risk Factors for Preterm Birth in Five Maternal

and Child Health Hospitals in Beijing