perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA MAHASISWA AKTIVIS UKM DENGAN MAHASISWA NON AKTIVIS UKM DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MUHAMMAD ARIA NOVIANTO G 0008227 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
46
Embed
PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA MAHASISWA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA MAHASISWA AKTIVIS UKM DENGAN MAHASISWA NON
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA MAHASISWA AKTIVIS
UKM DENGAN MAHASISWA NON AKTIVIS UKM DI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
MUHAMMAD ARIA NOVIANTO
G 0008227
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, April 2011
Muhammad Aria Novianto
NIM. G0008227
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Muhammad Aria Novianto, G0008227, 2011. Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa Aktivis UKM dengan Mahasiswa Non Aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis UKM dengan mahasiswa non aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan criteria inklusi adalah (1) Mahasiswa semester VI (Angkatan 2008) (2) Bersedia menjadi responden dan telah menyetujui lembar informed consent. Sampel tidak dapat dipilih jika (1) Skor LMMPI lebih dari sama dengan 10 (2) Penyakit fisik yang berat (3) Pernah mengikuti pelatihan EQ. Sampel mengisi lembar biodata dan informed consent sebagai tanda persetujuan, (2) kuesioner skala L-MMPI untuk menilai dan mengetahui kejujuran dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, (3) kuesioner Kecerdasan Emosi. Diperoleh 84 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov (2) Uji Mann-Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows. Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) rerata skor kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis UKM sebesar 118,5 ± 11,127 dan untuk mahasiswa non aktivis UKM sebesar 107,2 ± 9,620 (2) hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p = 0,000. Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan kecerdasan emosi yang signifikan antara mahasiswa aktivis UKM dengan mahasiswa non aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Mahasiswa aktivis UKM lebih tinggi kecerdasan emosinya dibandingkan mahasiswa non aktivis UKM. Kata kunci : mahasiswa aktivis UKM, mahasiswa non aktivis ukm, kecerdasan
emosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Muhammad Aria Novianto, G0008227, 2011. The Differences of Emotional Quotient between Student Organization Activist and Student Organization Non Activist in Medical Faculty of Sebelas Maret University. Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Objectives: This research aims to know the difference of emotional quotient between student organization activist and student organization non activist in Medical Faculty of Sebelas Maret University. Methods: This research was an analytical descriptive research using cross sectional approach and had been done in March 2011 in Medical Faculty of Sebelas Maret University. Data was collected by using purposive random sampling method within inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were student semester VI (Force 2008), willing to be a respondent and approved the informed consent has sheet. Samples can not be selected if the score LMMPI more than equal to ten, severe physical illness, ever EQ training. Sample fill the biodata and informed consent as a sign of approval, L-MMPI scale questionnaire to assess and find honesty in answering questions given, questionnaire Emotional Quotient. Eighty four samples were obtained and analyzed using data normality test with Kolmogorov-Smirnov and Mann-Whitney test through SPSS 17.00 for Widows.…………………………………………………. Results : This research shows a significant mean difference of emotional quotient for student organizationactivist is 118,5 ± 11,127 and for non activist student organizationnon activist is 107,2 ± 9,620. The Mann Whitney test shows p=0,000 Conclusion: This study found a significant difference of emotional quotient between student organization activist and student organization non activist in Medical Faculty of Sebelas Maret University. The student organization activist is more than student organization non activist. Key words : student organization activist, student organization nnon activist,
emotional quotient.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa Aktivis UKM dengan Mahasiswa Non Aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. H. M. Fanani, dr., SpKJ (K), selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.
4. Vitri Widyaningsih dr., selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.
5. Hj. Makmuroch, Dra., MS, selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.
6. Slamet Riyadi, dr., M.Kes, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.
7. Bapak, Ibu, adik serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.
8. Teman-teman cHocLatoZz (Nanung, Gerry, Luthfi, Willy dll) dan Kejutan 2008 (Maik, Tiwi, Ira, Imam dll) yang telah memberi dukungannya.
9. Teman-teman Kost Techno House yang selalu memotivasi penulis dengan tawa dan semangat mereka.
10. Teman-teman mahasiswa angkatan 2008 atas bantuannya dalam mengisi kuesioner dalam penelitian ini.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 16 April 2011
Muhammad Aria Novianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Identitas Sampel dan Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI
Lampiran 4. Kuesioner EQ
Lampiran 5. Data Mentah Hasil Penelitian
Lampiran 6. Distribusi Data
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Data
Lampiran 8. Hasil Analisis Data Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Objective: This study aims to determine differences in students' emotional intelligence activist SMEs with non-activist students in the Faculty of Medicine, University of SMEs Eleven March. Methods: This study is a descriptive analytic cross sectional study conducted in March 2011 in the Faculty of Medicine, University of Surakarta Eleven March. Sampling was carried out by purposive random sampling with inclusion criteria were (1) Student semester VI (Force 2008) (2) Willing to be a respondent and approved the informed consent sheet. Samples can not be selected if (1) Score LMMPI more than equal to 10 (2) severe physical illness (3) Ever EQ training. Sample fill the biodata and informed consent as a sign of approval, (2) L-MMPI scale questionnaire to assess and find honesty in answering questions put, (3) questionnaire Emotional Intelligence. 84 obtained and analyzed the data using (1) Test data normality Kolmogorov-Smirnov (2) Mann-Whitney test through SPSS 17.0 for Windows. Results: This study demonstrates (1) the mean score of emotional intelligence on student activists at 118.5 ± 11.127 SMEs and for non-activist students SMEs amounted to 107.2 ± 9.620 (2) the results of the Mann-Whitney test showed p = 0.000. Research Conclusions: There were significant differences in emotional intelligence between student activists SMEs with non-activist students in the Faculty of Medicine, University of SMEs Eleven March. Student activists SMEs higher emotional intelligence than the non-activist students SMEs. Keywords: student activist SMEs, non-activist students ukm, emotional intelligence
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) bertumpu pada jalur
emosi dalam otak manusia. Perkembangan otak manusia menunjukkan bahwa
sebelum pikiran-pikiran rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens
mahkluk mamalia menggunakan pikiran-pikiran emosional untuk merespon
lingkungan. Posisi anatomis sistem limbik, tempat pikiran emosional ditata, yang
menyokong hemispher cerebri (belahan-belahan otak, tempat pemikiran rasional
ditata) menunjukkan kedudukan penting dari respon-respon emosi (Ganong,
2002). Setidaknya, sebelum manusia mampu berfikir secara rasional, manusia
lebih dahulu memakai perasaannya (Goleman. 2002).
Kesuksesan hidup seseorang tidak dapat hanya diukur dari tingkat
intelegensi, kecukupan mengatur emosi juga mengambil peranan sangat besar.
Penelitian menunjukkan bahwa Intelligence Quotient (IQ) dapat digunakan
untuk memperkirakan sekitar 1-20% (rata-rata 6 %) keberhasilan dalam
pekerjaan tertentu. Emotional Quotient (EQ), di sisi lain, ternyata 27-45%
berperan langsung dalam keberhasilan dalam pekerjaan, tergantung jenis
pekerjaan yang diteliti (Stein, 2000). Kecerdasan emosi atau EQ yang tinggi
setidaknya sama pentingnya dengan mempunyai IQ yang tinggi (Shapiro, 2000).
Mahasiswa merupakan kaum intelektual yang mempunyai kewajiban
dalam keilmuan. Kepedulian yang tinggi akan masyarakat di sekitarnya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
meningkatkan kecerdasan emosinya yang kuat untuk mengembangkan dirinya
dan keilmuannya. Tidak sekedar mempunyai keilmuan yang lebih, tetapi juga
kepedulian, integritas, kekritisan yang menjadikannya sebagai agent of change,
yaitu agen perubahan dari sesuatu yang kurang baik menjadi yang lebih baik.
Selain itu mahasiswa berperan sebagai agent of development, yaitu sebagai agen
dari perkembangan sebuah peradaban. Sebagai mahasiswa kedokteran peran
mahasiswa ditambah lagi sebagai agent of health, agen kesehatan yang
mempunyai keilmuan di bidang kesehatan. Itulah mahasiswa kedokteran, sebagai
agent of change, agent of development, dan agent of health (Fazlurrahman,
2010).
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan kegiatan ekstrakurikuler
yang berperan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi,
yang meliputi penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, serta upaya
perbaikan kesejahteraan mahasiswa (Direktorat Jenderal Perdidikan Tinggi,
2007).
Mahasiswa kedokteran mempunyai beban studi yang cukup berat.
Kesulitan membagi waktu antara belajar dan kesibukan sebagai aktivis UKM di
lain sisi dapat meningkatkan kecerdasan emosi pada mahasiswa tersebut.
Kecerdasan emosi dapat meningkatkan seseorang sehingga mampu menangani
tugas-tugas yang dihadapi. Mahasiswa dengan kecerdasan emosi yang tinggi
akan mudah berkonsentrasi dan bersosialisasi. Mahasiswa dengan kecerdasan
emosi akan menjalani tanggung jawabnya dalam waktu belajar dan organisasinya
dengan senang hati tanpa ada keterpaksaan (Walgito, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan pada teori yang ada, peneliti ingin mengetahui perbedaan
kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis UKM dengan mahasiswa non aktivis
UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
B. Perumusan Masalah
Adakah perbedaan kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis UKM
dengan mahasiswa non aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis
UKM dengan mahasiswa non aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
D. Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang pengaruh
aktivitas sebagai aktivis UKM terhadap kecerdasan emosi di Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Memberikan informasi tentang perbedaan kecerdasan emosi pada
mahasiswa aktivis UKM dengan mahasiswa non aktivis UKM di
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
B. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis yang diharapkan bilamana penelitian ini terbukti sesuai
hipotesis adalah :
a. Memberikan manfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
meningkatkan kecerdasan emosi dengan aktif mengikuti UKM.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi dosen dan orang tua
mahasiswa untuk menyarankan mahasiswa supaya aktif mengikuti
UKM .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kecerdasan Emosi
a. Pengertian
Istilah kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) pertama
kali dikemukakan oleh Salovey dan Meyer (2008) adalah untuk
menjelaskan kemampuan mengenali perasaan dan maknanya, dan
mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu
perkembangan emosi dan intelektual. Selanjutnya Salovey dan Meyer
menyebutkan kecerdasan emosi sebagai kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang
manusiawi.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan
orang lain, kemampuan memotifasi diri sendiri dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan pada hubungan
dengan orang lain (Goleman, 2002).
Kecerdasan emosional juga diungkapkan oleh Bar-On sebagai
kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan
perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu
perkembangan emosi dan intelektual. Orang yang memiliki EQ tinggi
mengetahui emosi diri sendiri dengan baik juga dapat mengenali emosi
orang lain sehingga menjadi seseorang yang ramah tamah, sopan,
pantang menyerah, dan optimis (Zainun, 2002).
Kecerdasan emosi bukanlah bakat, yang terkait dengan
kemampuan seseorang untuk berhasil dalam suatu keterampilan atau
kegiatan disiplin tertentu. Kecerdasan emosi bukanlah prestasi, yang
berhubungan dengan jenis kinerja tertentu. Kecerdasan emosi bukanlah
minat terhadap suatu bidang pekerjaan yang memusat pada
kecenderungan alamiah/kegemaran seseorang yang membantu
membentuk sifat seseorang, daya tahan dan kemandirian dalam berfikir,
merasakan dan berperilaku (Matulessy, 2009).
Menurut Zainun (2002) mengatakan pada intinya kecerdasan
emosi merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar
menggunakan emosi. Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan
lubuk hati, naluri yang tersembunyi.
b. Perbedaan EQ dan IQ
Emosi dan intelektual adalah 2 kecerdasan berbeda yang
mengungkapkan aktivitas bagian-bagian yang berbeda dalam otak.
Kecerdasan intelektual terutama didasarkan pada kerja neokorteks,
lapisan yang dalam evolusi berkembang paling akhir di bagian otak yang
lebih dalam, dalam subkorteks yang secara evolusi lebih kuno,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kecerdasan emosi dipengaruhi oleh kerja pusat-pusat emosi ini, tetapi
dalam keselarasan dengan kerja pusat-pusat intelektual (Maramis, 2005).
c. Aspek-Aspek dalam Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi menyangkut banyak aspek penting, yaitu empati
(memahami orang lain secara mendalam), mengungkapkan dan
memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan
menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah
antarpribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat
(Goleman, 2002).
Sementara Goleman (2007) membagi kecerdasan emosi menjadi
lima wilayah utama, yaitu:
1) Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini
merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer kesadaran diri adalah
waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati,
bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran
emosi dan dikuasai oleh emosi (Mayer, 2008). Kesadaran diri memang
belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu
prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah
menguasai emosi (Goleman, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju
kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan diri (Goleman,
2007).
3) Memotivasi diri sendiri
Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri
individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap
kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan
motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan
keyakinan diri (Goleman, 2007).
4) Mengenali emosi orang lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali
orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang.
Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa
yang dibutuhkan orang lain sehingga individu tersebut lebih mampu
menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain
dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain (Goleman, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang
yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu
menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah
bergaul, dan lebih peka. Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa
anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi
dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2007).
5) Membina hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antarpribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi
merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan.
Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga
memahami keinginan serta kemauan orang lain (Goleman, 2007).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional seseorang salah satunya adalah otak. Otak adalah organ yang
penting dalam tubuh manusia. Otaklah yang mengatur dan mengontrol
seluruh kerja tubuh.
Walgito (2004) membagi faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosi menjadi dua faktor yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mempunyai dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis.
Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila
fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup di
dalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan
motivasi.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal individu yang dapat mempengaruhi
kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:
a) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama dalam
mempelajari emosi. Orangtua adalah subyek pertama yang
perilakunya diidentifikasi oleh anak kemudian diinternalisasi yang
akhirnya akan menjadi bagian kepribadian anak. Orangtua yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mengerti
perasaan anak dengan baik. Kecerdasan emosi seseorang
tergantung pada pendidikan, pelatihan, dan pengalaman emosional.
Pertumbuhan kecerdasan emosi dipengaruhi oleh lingkungan dan
keluarga (Stein, 2000).
b) Lingkungan non-keluarga
Lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan
merupakan faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
seseorang. Kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui
berbagai macam bentuk pelatihan.
2. Pengertian Aktivis
Aktivis adalah orang yang bekerja aktif di organisasinya terutama
anggota organisasi politik, sosial, pemuda, wanita dan sebagainya (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2008).
3. Unit Kegiatan Mahasiswa
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah wadah kegiatan mahasiswa
di tingkat universitas maupun di tingkat fakultas yang memiliki kesamaan
kegemaran, kreatifitas, dan orientasi aktivitas penyaluran kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di kampus. Dengan adanya UKM, mahasiswa
diharapkan dapat menyalurkan bakat dan kegemaran serta kreativitasnya
untuk mengembangkan potensi diri. Keanggotaannya bersifat sukarela
(Thoha, 2007).
Tugas pokok UKM adalah merencanakan dan melaksanakan
kegiatan ekstra kurikuler pada tingkat universitas yang bersifat lintas
fakultas/program studi dalam bidang kegiatan tertentu sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya. Sedangkan fungsi UKM adalah sebagai wahana
untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler
tertentu di tingkat fakultas maupun universitas yang bersifat lintas
fakultas/program studi, baik yang bersifat penalaran dan keilmuan, minat
dan bakat, kesejahteraan, maupun pengabdian pada masyarakat.
(Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
dikelompokkan dalam empat bidang kegiatan dan terdiri dari sub-sub
kegiatan UKM sebagai berikut:
a. UKM Bidang Fungsional
1) Erythro (Buletin)
2) Kastrat de Geneeskunde (Penelitian)
b. UKM Bakat dan Minat
1) MFC (Sepak bola)
2) Cadavers (Bola Basket)
3) Scarta (Musik)
4) Vagus (Pecinta Alam)
c. UKM Bidang Kesejahteraan
1) Koperasi Mahasiswa
2) Sentra Kegiatan Islam (SKI)
3) Perhimpunan Mahasiswa Kristen (PMK)
4) Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK)
d. UKM Lainnya
1) LKMI
2) CIMSA
3) AMSA
4) Mer-C
5) Kelompok Studi Mahasiswa (KESUMA)
(Analisa, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Hubungan Kecerdasan Emosi terhadap Mahasiswa Aktivis UKM
Perubahan pola sosial yang telah terjadi 40 tahun terakhir
disebabkan salah satunya oleh semakin sedikitnya waktu mahasiswa untuk
mengikuti organisasi (Shapiro, 2000).
Kecerdasan emosi ditentukan oleh lingkungan masyarakat dan
lingkungan pendidikan seseorang. Kecerdasan emosional dapat
ditingkatkan melalui berbagai macam aktivitas, misalnya aktif dalam suatu
organisasi (Goleman, 2002).
Melalui kegiatan UKM, para mahasiswa yang terhimpun di
dalamnya beraktivitas menyalurkan bakat dan kegemaran serta
kreativitasnya sebagai upaya untuk mengembangkan potensi diri
(Rubiyantoro, 2005). Dari kegiatan UKM diharapkan mampu
mengembangkan dan membangun potensi yang dimilikinya. Keselarasan
antarkegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, pada akhirnya diharapkan
mampu melahirkan keunggulan lulusan baik dalam hal intelektual, sosial,
spiritual, maupun keunggulan emosional (Thoha, 2007).
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 155/U/1998 tentang pedoman umum organisasi
kemahasiswaan intra perguruan tinggi. Pasal 1 ayat (1) menyebutkan
bahwa organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan
sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan
peningkatan kecendikiawan serta integritas kepribadian untuk mencapai
tujuan pendidikan tinggi (Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Dengan demikian hubungan antara mahasiswa dengan UKM sangat
berpengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosial mahasiswa sehingga
hubungan yang buruk dapat menimbulkan kemerosotan emosi yang berarti
rendahnya kecerdasan emosi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
B. Kerangka Berpikir
Mahasiswa
Mahasiswa Aktivis UKM
Mahasiswa Non Aktivis UKM
Pengalaman ( + )
Perilaku ( + )
Lingkungan sosial ( + )
Pengalaman ( - )
Perilaku ( - )
Lingkungan sosial ( - )
Kecerdasan Emosi ( > )
Kecerdasan Emosi ( < )
Faktor-faktor yang mempengaruhi EQ
Faktor Internal
1. Segi Jasmani
a. faktor fisik
b. kesehatan individu
2. Segi psikologis
Pengalaman, perasaan,
kemampuan berfikir dan
motivasi.
Faktor Esternal
1. Stimulus itu sendiri, seperti
pendidikan EQ dan
pelatihan EQ.
2. Lingkungan atau situasi,
dukungan, asuhan dan
bimbingan orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
C. Hipotesis
Terdapat perbedaan kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis UKM
dengan mahasiswa non aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional.Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan
penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan yang paling sering digunakan
karena secara metodelogik paling mudah dilakukan dan hanya diobservasi
hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi Sumber
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Mahasiswa semester VI (Angkatan 2008) karena mahasiswa pre-klinik
tertua saat ini yang mempunyai usia 19-21 tahun.
b. Bersedia menjadi responden dan telah menyetujui lembar informed
consent
3. Kriteria esklusi sebagai berikut:
a. Skor LMMPI lebih dari sama dengan 10
b. Penyakit fisik yang berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Pernah mengikuti pelatihan EQ
D. Teknik Sampling
Subyek penelitian ini untuk mahasiswa angkatan 2008 yang aktivis
UKM dan non aktivis UKM diambil dengan menggunakan purposive random
sampling yang merupakan pengambilan sampel secara purposive didasarkan
pada suatu pertimbangan yang dibuat oleh peneliti sendiri (Murti, 2010).
Selanjutnya dilakukan pencuplikan simple random sampling terhadap
mahasiswa angkatan 2008 non aktivis UKM. Ukuran sampel sebesar minimal
30 subyek merupakan ukuran sampel minimal pada analisis yang melibatkan
seluruh variabel independen dan sebuah variabel dependen (Budiarto, 2003).
E. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas : Mahasiswa semester VI (Angkatan 2008) dengan
variasi aktivis UKM dan non aktivis UKM
2. Variabel terikat : Kecerdasan emosi
3. Variabel perancu
a. Terkendali : usia, kesehatan fisik, pelatihan EQ
b. Tidak terkendali : pembelajaran EQ, lingkungan, asuhan orang tua,
bimbingan orang tua.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
Mahasiswa semester VI (Angkatan 2008) dengan variasi aktivis
UKM, yaitu mahasiswa yang bekerja aktif minimal selama dua tahun di unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kegiatan mahasiswa sebagai pengurus dengan keaktifan > 75% dan variasi
non aktivis UKM, yaitu mahasiswa yang tidak aktif mengikuti UKM.
Alat pengukuran: Kuesioner
Skala Pengukurannya adalah nominal
2. Variabel Terikat
Kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan
untuk mengenali perasaan baik diri sendiri maupun orang lain dan
kemampuan mengendalikan perasaan dengan baik sehingga mampu
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
Alat pengukuran: Kuesioner
Skala pengukurannya adalah interval
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket/kuesioner. Angket adalah daftar pertanyaan yang
diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna dengan tujuan mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu maslah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan
jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan,
selain itu responden mengetahui informasi tertentu yang diminta (Riduwan,