PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-1α SERUM DARAH VENA ANTARA PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TIPE JINAK DAN TIPE BAHAYA TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama: Ilmu Biomedik (THT-KL) Oleh : Yunie Wulandarri S9206003 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
79
Embed
PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-1α SERUM DARAH VENAeprints.uns.ac.id/4783/1/176160802201108351.pdfRIWAYAT HIDUP A. Identitas Nama : dr. Yunie Wulandarri NIM : S 9206003 Tempat / tanggal
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-1α SERUM DARAH VENA
ANTARA PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
TIPE JINAK DAN TIPE BAHAYA
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama: Ilmu Biomedik (THT-KL)
Oleh :
Yunie Wulandarri
S9206003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERNYATAAN
Nama : Yunie Wulandarri
NIM : S 9206003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:
Perbedaan Kadar Interleukin-1α Serum Darah Vena Antara Penderita Otitis
Media Supuratif Kronis Tipe Jinak Dan Tipe Bahaya
Adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2010
Yang membuat pernyataan,
Yunie Wulandarri
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : dr. Yunie Wulandarri
NIM : S 9206003
Tempat / tanggal lahir : Tembagapura, 9 Juni 1980
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
B. Riwayat Pendidikan
1. TK YPJ Freeport – Amamapare : Lulus tahun 1986
2. SD YPJ Freeport – Tembagapura : Lulus tahun 1992
3. SMP YPJ Freeport – Tembagapura : Lulus tahun 1995
4. SMAN 4 – Surakarta : Lulus tahun 1998
5. FK UNS – Surakarta : Tahun 1998 - 2005
6. PPDS I IK THT-KL FK UNS Surakarta : Juli 2006 – sekarang
7. Magister Kedokteran Keluarga Minat Biomedik
Pascasarjana UNS : Juli 2006 - sekarang
C. Riwayat Pekerjaan
-
D. Riwayat Keluarga
1. Nama Orang Tua : H. Suwardi (Alm)
Hj. Sartini
2. Nama Suami : dr. Girindro Utomo
3. Nama Anak : Ghaisan Alifandro
PRAKATA
Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kepada Allah S.W.T. atas segala kekuatan,
kemudahan, dan anugerah hingga terwujudnya karya ini yang berjudul:
Perbedaan Kadar Interleukin-1α Serum Darah Vena Antara Penderita
Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Jinak dan Tipe Bahaya
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati ijinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian tesis
ini.
1. Dr. Paramasari Dirgahayu, PhD, selaku pembimbing I, atas segala bimbingan,
perhatian dan kesediaannya meluangkan waktu serta masukan yang diberikan
selama membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
2. Dr. Chairul Hamzah, Sp. THT-KL(K), selaku pembimbing II, sekaligus
selaku Kepala Bagian SMF THT-KL FK UNS, atas segala bimbingan,
perhatian dan kesediaannya meluangkan waktu serta masukan yang diberikan
selama membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
3. Prof. Dr. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD selaku pembimbing statistik,
atas segala bimbingan, perhatian dan kesediaannya meluangkan waktu serta
masukan yang diberikan selama membimbing penulis dalam menyelesaikan
karya tulis ini.
4. Kepala Program Studi Ilmu Kesehatan THT-KL FK UNS, dr. Made
Setiamika, Sp. THT-KL(K), atas kesediannya meluangkan waktu serta
masukan yang diberikan selama membimbing penulis dalam menyelesaikan
karya tulis ini.
5. Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta, drg. Basoeki Soetardjo, MMR, yang
telah memberi kesempatan pendidikan dan bekerja pada penulis.
6. Dekan Fakultas Kedokteran UNS, Prof. Dr. dr. A. A. Subiyanto, MS, yang
telah memberi kesempatan pendidikan dan bekerja pada penulis.
7. Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Prof. Dr. dr. Didik
Tamtomo, MM, MKes, PAK, yang telah memberi kesempatan pendidikan dan
bekerja pada penulis.
8. Seluruh staf pengajar IK THT-KL FK UNS, yang selama ini banyak
membantu dan membimbing penulis selama pendidikan. Juga kepada seluruh
staf sekretariat.
9. Seluruh karyawan laboratorium Biomedik FK UNS, yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
10. Mama tersayang Hj. Sartini Suwardi, yang sangat penulis hormati dan sayangi
yang selalu memberi dukungan, bantuan, perhatian, kasih sayang, dan tidak
bosan-bosannya berdoa untuk penulis agar penulis cepat dapat menyelesaikan
pendidikan.
11. Mama Hj. Dwi Astuti Adhie, dan papa Ir. H. Purwoko H., MM, yang selalu
memberi dukungan, perhatian, dan doanya agar penulis cepat dapat
menyelesaikan pendidikan.
12. Kakak-kakakku Heru Marwoto, SE, MM, dan Sri Hastuti SE, MM, yang
penulis cintai dan sayangi, yang selalu memberi dukungan agar penulis dapat
menyelesaikan pendidikan.
13. Suami tercinta dan tersayang, dr. Girindro Utomo, yang tak pernah lelah
memberi dukungan, doa, cinta, kasih sayang, pengertian, dan perhatiannya,
anakku Ghaisan Alifandro yang menjadikan hidup lebih berwarna selama
penulis menjalani pendidikan.
14. dr. Ismelia Fadlan dan dr. Arne Laksmiasanti, teman residen seperjuangan
yang telah memberi makna persahabatan dan kenangan yang tak terlupakan,
dan seluruh rekan residen yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
kebersamaannya selama ini.
15. Semua orang yang memberikan perhatian dan bantuan pada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
Surakarta, Oktober 2010
Penulis
Yunie Wulandarri
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul................................................................................................ i
Lembar pengesahan ...................................................................................... ii
Lembar pernyataan........................................................................................ iii
Daftar riwayat hidup ............................................................................... ..... iv
Kata pengantar ............................................................................................. v
Daftar isi .................................................................................................. viii
Daftar tabel ................................................................................................... xii
Daftar gambar................................................................................................. xiv
Daftar lampiran.............................................................................................. xv
Daftar singkatan.............................................................................................. xvi
Abstrak ........................................................................................................... xvii
Abstract ......................................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5
A. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)...................... 5
YUNIE WULANDARRI, S 9206003. 2010. PERBEDAAN KADARINTERLEUKIN1α SERUM DARAH VENA ANTARA PENDERITA OTITISMEDIA SUPURATIF KRONIS TIPE JINAK DAN TIPE BAHAYA. KomisiPembimbing I : dr. Paramasari Dirgahayu, PhD. Pembimbing II : dr. Chairul Hamzah,Sp. THT-KL(K). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Interleukin-1α merupakan sitokin yang berperan penting pada otitis mediasupuratif kronis (OMSK) tipe bahaya atau OMSK dengan kolesteatoma. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar interleukin-1α serum darah vena antarapenderita OMSK tipe jinak dan tipe bahaya dengan menggunakan menggunakanpemeriksaan ELISA hasil serapan warna dibaca dengan spektofotometri denganpanjang gelombang 450 nm.
Penelitian ini termasuk studi observasional analitik dengan pendekatan crosssectional, yang mengambil lokasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Data penelitianini berupa data primer dari pasien OMSK dengan melakukan anamnesis danpemeriksaan langsung pada pasien yang termasuk kriteria inklusi serta bersediadiikutkan dalam penelitian ini, dengan cara mengisi formulir inform consent dipoliklinik THT-KL. Pengumpulan sampel dengan cara pencuplikan purposif yaitupencuplikan non random yang bertujuan mendapatkan sampel yang memilikikarakteristik tertentu.
Setelah dilakukan analisis dari 45 sampel yang terdiri dari 8 sampel kelompokOMSK tipe bahaya, 16 sampel kelompok OMSK tipe jinak, dan 21 sampel,didapatkan nilai rerata kadar IL-1α serum darah vena pada kelompok OMSK tipebahaya adalah 0,1258 ±0,0003 pg/ml, pada kelompok OMSK tipe jinak adalah0,1248±0,0006 pg/ml, dan pada kelompok kontrol adalah 0,1242±0,0005 pg/ml.Perbedaan kadar IL-1α serum darah vena antara kelompok OMSK tipe bahayadengan kelompok OMSK tipe jinak adalah p < 0,001 atau signifikan secara statistik.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kadar IL-1α serumdarah vena antara penderita OMSK tipe jinak dengan tipe bahaya. Kadar IL-1α serumdarah vena penderita OMSK tipe bahaya lebih tinggi dibanding dengan kadar IL-1αserum darah vena penderita OMSK tipe jinak.
Kata kunci : OMSK tipe jinak, OMSK tipe bahaya, IL-1α, ELISA
ABSTRACT
YUNIE WULANDARRI. S9206003. 2010. DIFFERENCE VALUE OFINTERLEUKIN-1α VENOUS BLOOD SERUM BETWEEN PATIENT WITH SAFECHRONIC SUPPURATIVE OTITIS MEDIA TYPE AND UNSAFE TYPE. ConsultantComition I: dr. Paramasari Dirgahayu, PhD. Consultant II: dr. Chairul Hamzah, Sp.THT-KL(K). Thesis: Post Graduate Program of Sebelas Maret University.
Interleukin-1α is one of the cytokines which has the important role in unsafechronic suppurative otitis media (CSOM) or CSOM with cholesteatoma. The aim ofthis study is to know the differences value of interleukin-1α venous blood serumbetween patient with safe CSO) and unsafe CSOM by using ELISA examination. Theresult of Optical Density (OD) was read spectrophotometrically at the wave length450 nm.
This study used an analytic observational design with cross sectionalapproach, whereas the research took place in Ear, Nose, and Throat Clinic ofRegional General Hospital Dr. Moewardi. The data was collected primary fromanamnesis and physical examination and agreed to signed in informed consent. Themethod of collecting samples was purposive sampling,
There were 45 samples, which determine into 3 groups, 8 samples in unsafeCSOM, 16 samples in safe CSOM, and 21 samples in normal individual as controlgroup. Means of IL-1α venous blood serum value from unsafe CSOM is0,1258±0,0005 pg/ml, in safe CSOM is 0,1248±0,0006 pg/ml, and in control group is0,1242±0,0005 pg/ml. Differences value of IL-1α serum between dangerous CSOMand safe CSOM is p < 0,001 or significant statistically.
The conclusion of this study is there are differences value of IL-1α venousblood serum between patients with safe CSOM and unsafe CSOM. Value of IL-1αvenous blood serum in patient with unsafe CSOM higher than value of IL-1α venousblood serum in patient with safe CSOM.
Keyword : Safe CSOM, Unsafe CSOM, IL-1α, ELISA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas
otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (Djaafar, dkk, 2007). Otitis
media supuratif kronis (OMSK) adalah keluarnya cairan dari telinga tengah secara
persisten melalui perforasi membran timpani (Reyes-Quintos, dkk, 2007).
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal
definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia
akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang dengan telinga berair, 60% diantaranya
(39-200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. WHO
mengklasifikasikan prevalensi beberapa tingkatan: sangat tinggi (>4%), tinggi (2-
4%), rendah (1-2%), sangat rendah (<1%). Negara dengan OMSK berprevalensi
sangat tinggi termasuk Tanzania, India, Kepulauan Solomon, dan Aborgin Australia.
Negara dengan OMSK berprevalensi tinggi termasuk Nigeria, Angola, Mozambique,
Korea, Thailand, Filipina, Malaysia, Eskimo, Finland, American Indians, dan
Indonesia (WHO, 2004). Kejadian OMSK di Nepal adalah sebesar 13,2%, dengan
penurunan pendengaran sebanyak 12,47%, pada anak-anak lebih tinggi dibanding
orang dewasa, terutama dari golongan sosial ekonomi rendah (Maharjan, dkk, 2006).
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,9% sedangkan untuk
OMSK tipe bahaya adalah 2% dari kejadian OMSK dan pasien OMSK merupakan
25% dari pasien-pasien yang berobat ke poliklinik THT rumah sakit di Indonesia
(Helmy, 2005; Aboet, 2007). Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2006 menunjukkan pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan
pasien (Aboet, 2007). Data dari poliklinik THT RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun
2008 adalah terdapat 21 kasus OMSK tipe bahaya dari 296 pasien OMSK.
Diagnosis OMSK ditegakkan dengan cara anamnesis, pemeriksaan otoskopi,
pemeriksaan audiologi, dan pemeriksaan radiologi. Untuk OMSK tipe bahaya, harus
dilakukan pemeriksaan histopatologi sebagai standar untuk diagnosis. Pasien yang
datang ke poliklinik THT seringkali sudah terlambat dan mengalami komplikasi
karena belum ada penanda deteksi dini.
OMSK tipe bahaya adalah OMSK yang mengandung kolesteatoma.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan kuman
(infeksi). Sebaliknya infeksi dapat memicu respons imun lokal yang mengakibatkan
produksi berbagai mediator inflamasi dan berbagai sitokin. Sitokin yang diidentifikasi
terdapat pada matriks kolesteatoma adalah interleukin-1 (IL-1), interleukin-6, tumor
necrosis factor-α (TNF-α), dan transforming growth factor (TGF) (Djaafar, dkk,
2007). Banyak ahli yang telah meneliti sitokin interleukin-1α (IL-1α), yang
mempunyai peran penting pada patogenesis kolesteatoma (Chung & Yoon, 1998;
Yetiser, dkk, 2002; Rianto, 2005), yaitu dengan metode imunohistokimia dan
polymerase chain reaction (PCR), dimana tehnik pemeriksaannya cukup sulit dan
bersifat invasif. Belum ada penelitian tentang kadar IL-1α serum darah vena dengan
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi.
Jadi bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi (Helmi,
2005; Djaafar, dkk, 2007).
Gambar 2.5. Algoritme penatalaksanaan OMSK dengan kolesteatoma
(Sumber: Helmi, 2005)
OMSK bahaya
- OMSK tipe bahaya bersifatprogresif
- Kolesteatoma yang semakinluas akan mendestruksitulang yang dilewatinya
- Infeksi sekunder akanmenyebabkan keadaan septiklokal
- Nekrosis septik di jaringanlunak yang dilaluikolesteatoma dan di jaringansekitarnya jugamenyebabkan destruksijaringan lunak yangmengancam akan terjadinyakomplikasi-komplikasi
kadar IL-1α serum pada sampel penelitian ini sesuai dengan dengan keadaan umum
sampel yang baik, yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda radang sistemik
pada tubuh sampel.
Pada kelompok penderita OMSK tipe bahaya, terdapat beberapa penderita
yang mengalami komplikasi, yaitu abses serebri sebanyak 1 orang, parese n. VII
sebanyak 1 orang, dan meningitis sebanyak 1 orang. Kadar IL-1α pada penderita
dengan komplikasi ini lebih tinggi dibanding dengan penderita tanpa komplikasi.
Hampir serupa dengan penelitian Rianto (2005). Penelitian tersebut didapatkan 3
penderita dengan komplikasi yaitu 1 abses serebri dan 2 parese n. Fasialis. Hasilnya
adalah ekspresi IL-1 pada penderita dengan komplikasi lebih tinggi daripada dengan
penderita tanpa komplikasi. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa tingginya
IL-1α menyebabkan proses destruksi tulang yang lebih hebat dibanding kasus tanpa
komplikasi.
Pada penelitian ini terdapat IL-1α yang terukur pada kelompok sampel orang
normal. Secara teori, bahwa IL-1α diproduksi oleh makrofag yang diaktivasi oleh
adanya infeksi. Namun ternyata IL-1 juga diproduksi oleh beberapa sel lain,
diantaranya adalah keratinosit pada kulit. Keratinosit berasal dari lapisan basal, yang
berdiferensiasi menjadi stratum korneum kulit (Gahring, dkk, 1985).
Berdasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan, dan dari hasil
penelitian yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis pada
penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kadar IL-1α serum darah
vena pada penderita OMSK tipe bahaya bila dibandingkan dengan penderita OMSK
tipe jinak dapat diterima.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan kadar IL-1α serum pada penderita OMSK tipe bahaya yang
lebih tinggi dibandingkan kadar IL-1α serum penderita OMSK tipe jinak. Kadar
IL-1α serum darah vena pada OMSK tipe bahaya adalah 0.1258±0.0005 pg/ml
sedangkan kadar IL-1α serum darah vena pada OMSK tipe jinak adalah
0.1248±0.0006 pg/ml.
2. Secara statistik perbedaan tersebut bermakna karena p < 0,001. Namun kadar IL-
1α serum darah vena belum dapat dijadikan sebagai salah satu penanda penyakit
OMSK tipe bahaya, karena belum dapat ditentukan kadar cut off point.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sitokin IL-1α dengan jumlah
sampel yang lebih banyak dan waktu yang berlainan, untuk menentukan nilai
rata-rata kadar IL-1α sehingga dapat ditentukan kadar cut off point, sebagai salah
satu penanda penyakit OMSK tipe bahaya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sitokin-sitokin yang berpengaruh
pada OMSK tipe bahaya selain IL-1α, diantaranya adalah TGF dan TNF-α.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A. K., Lichtman, A. H., Pilai, S., (2007), Cellular and Molecular Immunology6th edition, Saunders elsevier, pp:262-293
Aboet, A., (2007), Radang Telinga Tengah Menahun, Pidato Pengukuhan JabatanGuru Besar Tetap THT-KL FK USU
Ahn J. M., Huang C. C., Abramson M. (1990). Localization of interleukin-1 in humancholesteatoma. Am J Otolaryngol. 11(2):71-7.
Alves Adriana Leal, Ribeiro Fernando de Andrade Q., (2004), The Role of Cytokinesin Acquired Middle Ear Cholesteatoma: Literature Review. Rev brasOtorrinolaringol Vol 70. p: 813-8.
Alves Adriana Leal, Pereira Barbosa Celina Siqueira, Ribeiro Fernando de AndradeQ, Fregnani Jose Humberto T. G., (2008). Analysis of Histopathological Aspectsin Acquired Middle Ear Cholesteatoma. Rev Bras Otorrinolaringol. 74(6):835-41.
Baratawijaya, K. G., (2006), Imunologi Dasar. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta. Hal:119-30)
Browning G.G., (1997): Aetiopathology of inflammatory Conditional of the Externaland Middle Ear. Scott-Brwon’s Otolaryngology sixt edition:3/3/1-3/3/18
Budiani, D. R., (2009), ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Training ofInstructor (TOI), FK UNS.
Buchman C. A., Levine J. D., Balkany T. J., (1998). Infections of the Ear. InEssential Otolaryngology Head and Neck Surgery. Eighth Edition. Mc GrawHill. p: 485-491.
Bujia J., Kim C., Boyle D., Hammer C., Firestein G., Kastenbauer E., (1996).Quantitative analysis of interleukin-1 alpha gene expression in middle earcholesteatoma. The Laryngoscope. Vol 106(1), pp. 217-220.
Chung J. W., Yoon T. H., (1998). Different Production of Interleukin-1α, Interleukin-1β and Interleukin-8 from Cholesteatomatous and Normal Epithelium. Acta Oto-Laryngologica. Volume 118, Number 3, p. 386-391.
Djaafar Z. A., Helmy, Restuti R. D., (2007). Kelainan Telinga Tengah, dalam: BukuAjar Ilmu Kesehatan THT, Fakultas Kedokteran UI, Edisi keenam, Jakarta;hal:64-86.
Dhillon R. S., East C. A., (1999). The ear, basic concept. In An Illustrated colour textear, nose and throat and head and neck surgery. Second edition. ChurcillLivingstone.
Dinarello C. A., (1988). Biology of Interleukin 1. FASEB J. Feb 2(2): 108-15
Dinarello C. A., (1991). Interleukin-1 and interleukin-1 antagonism. Blood; 77:1627-52
Esaki Y., Ohashi Y., Furuya H., Sugiura Y., Ohno Y., Okamoto H., Nakai Y., (1991).Histamine-induced Mucociliary Dysfunction and Otitis Media with Effusion.Acta Oto Laryngologica. Vol 11, no. s486, p: 116-134.
Feghali C. A., Wright T.M., (1997), Cytokines in Acute and Chronic Inflammation.Division of Rheumatology and Clinical Immunology, Department of MedicineUniversity of Pittsburgh.
Gahring C. Lorise, Buckley Anne, Daynes A. Raymond. (1985). Presence ofEpidermal-derived Thymocyte Activating Factor/Interleukin 1 in Normal HumanStratum Corneum. J. Clin Invest. 76:1585-1591.
Goodbourn S., Didcock L., Randall L. E., (2000). Interferons: Cell Signaling,Immune Modulation, Antiviral Responses and Virus Countermeasures. Journalof General Virology. London. 81: 2341-2364.
Gulya A. J., (2003). Anatomy of the Ear and Temporal Bone. In Glasscock-Shambaugh Surgery of the Ear. 5th edition. WB Saunders Company. p:
Helmy, (2005), Otitis Media Supuratif Kronis, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta,:hal55-68
Hunt Margaret, (2006). Interferon. Microbiology and Immunology. University ofSouth Carolina.
Juhn S. K., Jung M. K., Hoffman M. D., Drew B. R., Preclado D. A., Sausen N. J.,Jung T. K., Kim B. H., Park S. Y., Lin J., Ondrey F. G., Mains D. R., Huang T.,(2008): The Role of Inflammatory Mediators in the Pathogenesis of Otitis Media
and Sequelae. Clinical and Experimental Otorhinolaryngology Vol. 1, p : 117-138.
Keneddy K., Vrabec J., Quinn F. B., (1999). Cholesteatoma: Pathogenesis andSurgical Management. Dept of Otolaryngology UTMB.
Kakiuchi H., Kinoshita K., Katoh Y., Tabata T., (1992). Interleukin-1 ofCholesteatomatous Keratinocytes. The Annals of Otology, Rhinology &Laryngology. 157:32-8
Kalmanovich E., (2006). Ear Nose Throat. Otolaryngology – 5th year Final Exam.
Kenna Margareth A., Latz Adriane D., (2006). Otitis media with effusion. In BaileyByron Head and Neck Surgery-Otolaryngology, 4th edition. Lippincott Williams& Wilkins
Khoury P., Naclerio R. M., (2006). Immunology and Allergy. In Bailey Byron Headand Neck Surgery-Otolaryngology, 4th edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Kirkham Bruce, (1991). Interleukin-1, immune activation pathways, and differentmechanisms in osteoarthritis and rheumatoid arthritis. Annals of the RheumaticDiseases; 50:395-400.
Leeson C. R., Leeson S. T. Paparo A., (1996). Organ-organ Indera Khusus. DalamBuku Ajar Histologi. Edisi VI. EGC. Jakarta. P: 574-577.
Maharjan M., Bhandari S., Singh I., Mishra S. C., (2006). Prevalence of Otitis Mediain School Going Children in Eastern Nepal. Kathmandu University MedicalJournal Vol. 4, No. 4, Issue 16, p: 479-482.
Makes D., (1999). Pemeriksaan radiologi mastoid. Dalam: Radiologi Diagnostik.Edisi VII. Gaya Baru. Jakarta. P: 425-430
Matorin Philip A., (1994). Pathology and Pathogenesis of Otitis Media. Bobby R.Alford Department of Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
Memon M. A., Matiullah S., Ahmed Z., Marfani M. S.( 2008). Frequency of Un-SafeChronic Suppurative Otitis Media in Patients with Discharging Ear. p: 102-105.
Meyer T. A., Strunk C. L., Lambert P. R., (2006). Cholesteatoma. In Bailey ByronHead and Neck Surgery-Otolaryngology, 4th edition. Lippincott Williams &Wilkins.
Michaels L., (1987). Otitis Media. In Ear Nose and Throat Histopathology. Springer.London. P:47-48.
Murti B., (2010). Sampel Non Random. Dalam Desain dan Ukuran Sampel UntukPenelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Edisi ke 2. GadjahMada University Press. Yogyakarta.
Mushtaque AM, Salman M., (2008). Frequency of Un-Safe Chronic Suppurative
Otitis Media in Patients with Discharging Ear. Pak. J Med Sci..
Neely J. G., Arts H. A., (2006). Intratemporal and Intracranial Complications of OtitisMedia. In Bailey Byron Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4th Edition.Lippincott Williams & Wilkins.
Paparella M. M., Adams G. L., Levine S. C. (1997). Penyakit Telinga Tengah danMastoid. Dalam Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku KedokteranEGC. Jakarta, h: 107-109.
Paulsen F. Douglas. (2000). Sense Organs. In Histology and Cell Biology. Fourthedition. Lange Medical Book/McGraw-Hill. New York. P: 323-326.
Potter, Patricia. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses danPraktek/Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry; Alih Bahasa, Yasmin Asih et al.EGC. Jakarta.
Rianto, B. U., (2005). Kholesteatoma Timpani Pada Otitis Media Supuratif Kronikmaligna (OMSKM), Identifikasi dan Peran Human Papillomavirus (HPV)Terhadap Etiopatogenesis. Disertasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Reyes-Quintos M. R., Santos R. L., Tantoco M., Roldan R. A., Fellizar K. R.,Dalizay-Cruz M. A., Abes G. T., Chiong C. M., (2007). Otoscopic andAudiologic Findings in an Ati Community in Boracay. Philippine Journal ofOtolaryngology-Head and Neck Surgery. Vol 22.
Ryan A. F., Bennett F., (2001). Nitric Oxide contributes to control of effusion inexperimental otitis media. Laryngoscope. 111(2):301-5.
Schilling V., Negri B., Bujia J., Schulz P, Kastenbauer E., (1992). Possible role ofinterleukin 1(alpha) and interleukin 1 (beta) in the pathogenesis of cholesteatomaof the middle ear. The American Journal of Otology.
Shiwa M., Kojima H., Kamide Y. Moriyama H., (1995). Involvement of interleukin-1in middle ear cholesteatoma. American Journal of Otolaryngology. Volume 16,issue 5, p. 319-324.
Smirnova, M. G., Birchall, J. P., Pearson, J. P. (2004), The immunoregulatory andallergy-associated cytokines in the aetiology of the otitis media with effusion,Taylor&Francis 13(2), 75-88
Stierman K. L., Vrabec J. T., Quinn F. B., (1998). Complications of Otitis Media.Department of Otolaryngology UTMB
Vitale R. F., Ribeiro F. A., (2007). The role of tumor necrosis factor-alpha (TNF-α)in bone resorption present in middle ear cholesteatoma. Rev BrasOtorrinolaringol. Vol 73 n.1.
World Health Organization (WHO), (2004). Chronic Suppurative Otitis Media,Burden of Illness and Management Options. Child and Adolescent Health andDevelopment Prevention of Blindness and Deafness. Geneva Switzerland.
Wright Anthony., (1997). Anatomy and ultrastructure of the Humar Ear. In Scott-Brown’s Otolaryngology. Sixth edition. Bath Press. Bath. p:1/1/15-1/1/27.
Yetiser S., Satar B., Aydin N., (2002). Expression of epidermal growth factor, tumornecrosis factor-alpha, and interleukin-1 alpha in chronic otitis media with orwithout cholesteatoma. Otol Neurotol. 23(5):647-52.