PERBEDAAN NILAI HEMATOKRIT METODE MIKRO MENGGUNAKAN DARAH
KAPILER DAN DARAH VENA
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyeleseikan Program
PendidikanDiploma III Analis Kesehatan di Fakultas Keshatan
MasyarakatInstitut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Disusun Oleh :RIA ENDAH CAHYANINIM : 30112097
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATANFAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKATINSTITUT ILMU KESEHATANBHAKTI WIYATA KEDIRI2014DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN1A. Latar Belakang
1B. Rumusan Masalah 3C. Tujuan Penelitian3D. Manfaat Penelitian
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5A. Darah 5B. Plasma 6C. Sel Darah
(Korpuskuli)7D. Darah Kapiler 9E. Darah Vena11F. Hematokrit14G.
Kerangka Teori dan Kerangka Konsep19H. Hipotesis20
BAB III METODE PENELITIAN 21A. Jenis Penelitian21B. Waktu dan
Tempat Penelitian 21C. Populasi dan Sampel 21D. Obyek Penelitian
21E. Teknik Pengumpulann Data 22F. Instrumen Pengumpulan Data22G.
Analisa Data 25H. Variabel dan Definisi Operasional 26
DAFTAR PUSTAKA 27ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangPemeriksaan hematologi merupakan sekelompok
pemeriksaan laboratorium yang terdiri atas beberapa macam
pemeriksaan. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah
leukosit, hitung jenis leukosit, dan Laju Endap Darah (LED).
Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah
eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit dan
jumlah trombosit (Budiwiyono, 1995). Pemeriksaan hematokrit
merupakan salah satu pemeriksaan darah rutin yang sering dikerjakan
di laboratorium, berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit
diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia.
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan
mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada
cara mikro digunakan pipet kapiler (Wirawan, dkk, 1996). Metode
pemeriksaan secara mikro sering digunakan karena cepat dan mudah
dibandingkan dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih
banyak dan waktu yang lama (Sacher dan McPherson, 2004).
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang
dengan antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan
tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan
mapat. Prosentase 1
volume kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula
dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit (Gandasoebrata, 2008).
Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi dan pemeriksaan lain yang
menggunakan darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah
penderita (sampling) merupakan awal pemeriksaan yang harus
dikerjakan dengan benar karena akan sangat menentukan hasil
pemeriksaan (Purwanto, 1996). Pemeriksaan hematokrit dapat diukur
dengan menggunakan darah vena atau darah kapiler (Gandasoebrata,
2008). Darah kapiler digunakan bila jumlah darah yang dibutuhkan
hanya sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang dibutuhkan lebih
dari 0,5 ml lebih baik menggunakan darah vena (Kiswari dan Agung,
2005). Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai
ujung jari atau cuping telinga sedangkan lokasi pengambilan darah
vena pada orang dewasa pada dasarnya semua vena superfisial dapat
dipakai, namun yang sering digunakan ialah vena mediana cubiti
karena mempunyai fiksasi yang lebih sehingga memudahkan pada saat
sampling (Gandasoebrata, 2008). Pada sampling darah vena pemakaian
ikatan pembendung yang terlalu lama atau kuat dapat mengakibatkan
hemokonsentrasi. Hemolisis juga dapat terjadi jika spuit dan jarum
yang digunakan basah atau tidak melepaskan jarum spuit terlebih
dahulu ketika memasukkan darah ke dalam botol sampel
(Gandasoebrata, 2008). Sampling darah kapiler lebih mudah dibanding
dengan sampling yang lain. Namun tempat penusukan harus baik,
aliran darah lancar dan tidak boleh ada peradangan. Ujung jari yang
ditekan-tekan dapat menyebabkan tercampurnya darah kapiler dengan
cairan jaringan (Purwanto, 1996). Darah kapiler dan darah vena
mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell Volume (PCV) atau
hematokrit, hitung jumlah sel darah merah, hemoglobin pada darah
kapiler sedikit lebih rendah daripada darah vena (Purwanto, 1996).
Total leukosit dan jumlah neutrofil lebih tinggi darah kapiler
sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit
lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler. Perbedaan sekitar
9% atau 32 % pada keadaan tertentu. Terjadinya ini mungkin
berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit
(Dacie and Lewis, 2002).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat
di rumuskan suatu permasalahan yaitu : Apakah ada perbedaan hasil
nilai hematokrit metode mikro menggunakan darah kapiler dan darah
vena ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan
nilai hematorit metode mikro dengan menggunakan darah kapiler dan
darah vena. 2. Tujuan Khusus a. Memeriksa nilai hematokrit metode
mikro dengan menggunakan darah vena b. Memeriksa nilai hematokrit
metode mikro dengan menggunakan darah kapiler c. Menganalisa
perbedaan nilai hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah
vena dan darah kapiler.
D. Manfaat Penelitian1. Bagi Tenaga Analis Kesehatan Untuk
mengetahui sampel darah yang lebih baik dan praktis pada
pemeriksaan hematokrit yang akan digunakan di laboratorium.2. Bagi
Akademi Untuk menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah di
perpustakaan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. 3. Bagi
Penulis a. Untuk memperdalam pengetahuan tentang pemeriksaan
hematokrit dan faktor- faktor yang mempengaruhi, terutama pengaruh
pemilihan sampel darah terhadap nilai hematokrit. b. Untuk menambah
ketrampilan dan ketelitian kerja dalam laboratorium. c. Untuk
memenuhi syarat dalam mengikuti Ujian Akhir Program Pendidikan
Tinggi Jenjang Diploma III Analis Kesehatan.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Darah1. Definisi Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda
dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar
dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan pembuluh darah dan
menjalankan fungsi transport berbagai bahan serta fungsi hemostatis
(Sodikin, 2002). Darah terdiri atas 2 (dua) bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya
terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah kira-kira
merupakan satu per dua belas berat badan atau kira-kira 5 (lima)
liter. Sekitar 55 persenya adalah cairan, sedangkan 45 persen
sisanya terdiri atas sel darah merah (Pearce, 2002). 2. Fungsi
Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut : a. Alat transport
makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan keseluruh
tubuh. b. Alat transport O2, yang diambil dari paru-paru atau
insang untuk dibawa keseluruh tubuh.
c. Alat trasnport bahan buangan dari jaringan ke alat-alat
ekskresi seperti paru-paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut
dalam air), dan hati 5
d. untuk diteruskan ke empedu dan saluran cerna sebagai tinja
(untuk bahan yang sukar larut dalam air) e. Alat transport antar
jaringan dari bahan-bahan yang diperlukan oleh suatu jaringan
dibuat oleh jaringan lain. f. Mempertahankan kesehatan dinamis
(hemostatis) dalam tubuh, mengatur keseimbangan distribusi air dan
mempertahankan keseimbangan asam basa sehingga pH darah dan cairan
tubuh tetap dalam keadaan yang seharusnya. g. Mempertahankan tubuh
dari agresi benda atau senyawa asing yang umumnya selalu dianggap
mempunyai potensi menimbulkan ancaman (Sodikin, 2002).
B. Plasma1. Definisi Plasma darah adalah cairan bening
kekuningan yang dalam reaksi bersifat alkali. Plasma terdiri dari
92% air dan mengandung campuran kompleks zat organik dan anorganik
(Sloane, 2004). Warna kuning atau kuning tua pada keadaan-keadaan
fisiologis atau patologis dimana kadar bilirubin darah meningkat
misalnya pada neonatus, hepatitis infectiosa. Berwarna seperti susu
dimana kadar cholesterol meninggi. Nampak keruh pada multiple
myloma, berwarna merah atau seperti air daging bilamana ada
hemolisis dari eritrosit. Warna plasma pucat pada hipokromik
mikrositik anemia (Wirawan, 1996). Plasma diperoleh dengan mencegah
proses penggumpalan darah. Senyawa tersebut adalah fibrinogen yang
tidak dapat berubah menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang
ditambahkan (Sodikin, 2002).Protein plasma mencapai 7% dan
merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus
membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang
utama yaitu albumin, globulin dan fibrinogen. Plasma juga
mengandung nutrient, gas darah, elektrolit, mineral, hormon,
vitamin dan zat- zat sisa (Sloane, 2004). 2. Fungsi a. Sebagai
medium (perantara) untuk penyaluran makanan, mineral, lemak,
glukosa dan asam amino ke jaringan. b. Sebagai medium untuk
mengangkut bahan buangan seperti urea, asam urat dan karbon
dioksida (Pearce, 2004).
C. Sel Darah (Korpuskuli)1. Sel darah terdiri atas tiga jenis
yaitu : (Pearce, 2002)a. Eritrosit atau sel darah merah 1) Definisi
Sel-sel bulat, tidak berinti dan berwarna merah kebiruan homogen,
jumlahnya sangat banyak diseluruh lapang pandang. Sel-sel inilah
yang memberi warna merah pada darah, sehingga dinamai sel darah
merah (SDM) atau eritrosit (Sodikin, 2002) 2) Fungsi a) Sel-sel
darah merah mentranspor oksigen keseluruh jaringan melalui
pengikatan hemoglobin terhadap oksigen. b) Hemoglobin sel darah
merah berikatan dengan karbondioksida untuk ditranspor ke
paru-paru. c) Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan pH
darah karena ion bikarbonat dan hemoglobin merupakan buffer asam
basa (Sloane, 2004). b. Leukosit atau sel darah putih 1) Definisi
Sel-sel yang berinti, dengan bentuk inti dan sitoplasma
bermacam-macam, yang dapat dijumpai disana-sini dalam lapang
pandang. Oleh karena sel-sel ini tidak memberi warna merah pada
darah sel-sel ini dinamai sebagai sel darah putih atau leukosit
(Sodikin, 2002). 2) Fungsi Leukosit berfungsi untuk melindungi
tubuh terhadap invasi benda asing, termasuk bakteri dan virus
(Sloane, 2004). c. Trombosit atau butir pembeku 1) Definisi
Serpihan atau keping-keping fragmen sel, yang juga tersebar
disana-sini dalam lapang pandang dan berukuran sangat kecil.
Partikel ini memang berasal dari sel yang lebih besar dan dinamai
sebagai keping sel atau trombosit ataupun platelet (Sodikin, 2002).
2) Fungsi Trombosit berfungsi dalam hemostatis (penghentian
perdarahan) dan memperbaiki pembuluh darah yang robek (Sloane,
2004).
D . Darah Kapiler1. Pembuluh Darah Kapiler Kapiler adalah
pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri terakhir. Makin
kecil makin menghilang ketiga lapis dindingnya sehingga ketika
sampai pada kapiler yang sehalus rambut, dinding itu tinggal satu
lapis saja, yaitu lapisan endothelium (Pearce, 2004). Garis tangah
kapiler adalah antara 4 dan 9 mikrometer, hampir tidak cukup besar
untuk aliran sel darah merah. Bahan-bahan larut lemak, misalnya
oksigen dan karbondioksida berdifusi keluar kapiler dengan menembus
sel-sel endotel. Bahan- bahan yang tidak larut lemak, misalnya
ion-ion kecil dan lemak, dapat berdifusi diantara sel- sel endotel
melalui celah atau pori-pori antar sel. Pertukaran oksigen dan
karbondioksida, suplai makanan dan pengeluaran sisa-sisa
metabolisme semuanya berlangsung sebagai hasil difusi yang
melintasi kapiler sel tunggal. Garis tengah pori-pori kapiler lebih
kecil daripada garis tengah protein plasma dan sel darah merah.
Karena tidak larut dalam lemak, maka keduanya tidak dapat keluar
dari sistem vaskuler ke dalam interstisium (Corwin,
2001).Keseluruhan area kapiler sangat luas, dengan area permukaan
diperkirakan sekitar 7000 m2 pada tubuh orang dewasa (Sloane,
2004). 2. Sirkulasi Kapiler Pada suatu saat hanya 5% darah yang
beredar berada dalam kapiler, tetapi 5% ini bagian paling penting
dari volume darah karena menyebrangi dinding sistem kapiler
sehingga O2 dan nutrisi masuk ke cairan interstisial dan CO2 serta
produk sampah masuk ke aliran darah. Pertukaran melewati dinding
kapiler penting untuk kehidupan jaringan (Ganong, 2002). 3. Fungsi
Kapiler a. Sebagai penghubung antara pembuluh darah arteri dan
vena. b. Tempat terjadinya pertukaran zat antara darah dan cairan
jaringan. c. Mengambil hasil dari jaringan. d. Menyerap zat makanan
yang terdapat dalam usus. e. Menyaring darah yang terdapat di
ginjal (Syaifuddin, 2001). 4. Lokasi Pengambilan Darah Kapiler a.
Pada bayi baru lahir Umumnya diambil dari tumit atau ibu jari kaki.
Kedua tempat ini relatif lebih luas areanya.b. Anak masih kecilBila
darah yang dibutukan untuk kelompok pemeriksaan yang tak cukup
banyak diambil pada jari tangan ke 2, 3, 4.c. Dewasa Dari ujung
jari tangan ke 2, 3, 4 atau dari cuping telinga. Pengambilan pada
jari tangan dilakukan walau kulit di tempat tempat tersebut relatif
lebih tebal jika dibandingkan dengan cuping telinga, tetapi
mempunyai keuntungan sewaktu penekanan lebih mudah. Dari cuping
telinga sampel kapiler juga bisa dikerjakan sebab kulitnya relatif
tipis dan kurang rasa sakitnya (Purwanto, 1996). 5. Kesalahan Dalam
Memperoleh Darah Kapiler a. Mengambil darah dari tempat yang
menyatakan adanya gangguan peredaran seperti vasokonstriksi
(pucat), vasodilatasi (radang, trauma). b. Tusukan kurang dalam
sehingga darah harus diperas-peras keluar. c. Kulit yang di tusuk
masih basah alkohol sehingga darah mengalami pengenceran. d. Tetes
darah pertama dipakai untuk pemeriksaan. e. Terjadi bekuan dalam
tetes darah kerena terlalu lambat bekerja (Gandasoebrata,
2008).
E. Darah Vena1. Pembuluh Darah Vena Pembuluh darah yang terdiri
dari 3 lapisan yaitu : a. Tunika adventisiaLapisan terluar pembuluh
darah vena dan paling jauh dari lumen pembuluh. Lapisan ini
terutama terdiri dari jaringan ikat dan berfungsi sebagai
penunjang. b. Tunika media Lapisan tengah pembuluh darah dan vena
pembuluh darah dan terdiri dari otot polos vascular. Lapisan ini
mempunyai tegangan atau tekanan yang dapat meningkat atau menurun.
Peningkatan tegangan tunika media menyebabkan penyempitan pembuluh
dan penyempitan lumen. Hal ini meningkatkan aliran darah yang
melintasi pembuluh. Relaksasi otot polos menyebabkan dilatasi
pembuluh dan penurunan. c. Tunika intima Lapisan yang terletak
paling dalam. Lapisan tunggal ini tersusun oleh lapisan sel- sel
endotel dan sel epitel gepeng (Corwin, 2001) . 2. Karakteristik
Vena Pembuluh darah vena mudah melebar untuk mengakomodasi darah
dalam jumlah besar serta mudah kolaps. Karena memiliki kapasitas
untuk menampung darah dalam jumlah besar, maka vena-vena disebut
pembuluh kapasitansi sistem sirkulasi. Simpanan darah vena ini
sewaktu-waktu dapat digunakan apabila volum darah atau tekanan
darah berkurang (Corwin, 2001). Darah dalam anggota gerak berjalan
melawan gaya berat, maka vena mempunyai katup yang disusun
sedemikian sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh
kembali kearah sebaliknya. Katupnya berbentuk lipatan setengah
bulan tersebut dari lapisan dalam vena yaitu endoytehelium, uyang
diperkuat oleh sedikit jaringan fibrus. Lipatan-lipatan itu satu
sama lain berhadapan (Pearce, 2004). 3. Fungsi Vena Pembuluh darah
vena berdinding tipis dan dapat mengembang. Vena menampung 75%
volum darah total dan mengembalikan darah ke jantung dalam tekanan
yang rendah (Sloane, 2004). Aliran balik vena yang efektif sangat
penting karena jantung hanya dapat mensirkulasi darah yang
diterimanya. Bila aliran balik vena kurang maka volum darah yang
kembali ke jantung juga berkurang dan dapat menyebabkan penurunan
curah jantung untuk mempengaruhi aliran darah ke otak dan
menyebabkan pingsan (Cambrige Communication Limited, 1999). Darah
vena berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya
diberikan kepada jaringan. Bila sebuah vena terpotong maka darah
mengalir keluar dengan arus yang rata (Pearce, 2004). 4. Lokasi
Pengambilan darah vena Pada dasarnya semua vena supervisial dapat
dipakai sebagai tempat pengambilan, tetapi untuk memudahkan
pekerjaan kerena fiksasinya baik biasanya darah diambil dari vena
mediana cubiti atau pada percabangan vena di daerah kaki. Sedangkan
vena pada punggung tangan jarang dipakai karena fiksasinya kurang
baik, sehingga sering meleset bila hendak ditusuk (Sutrisno, 1996).
5. Kesalahan Dalam Memperoleh Darah Venaa. Menggunakan semprit dan
jarum basahb. Menggunakan ikatan pembendung terlalu lama atau
terlalu kencang sehingga menyebabkan hemokonsentrasi. c. Terjadinya
pembekuan dalam semprit karena lambatnya bekerja. d. Terjadinya
bekuan dalam botol karena darah tidak tercampur merata dengan
antikoagulan (Gandasoebrata, 2008).
F. Hematokrit1. Definisi Hematokrit terdiri dari 2 perkatan
yaitu :a. Haem yang berarti darahb. Krinein yang berarti memisahkan
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah
yang dinyatakan dalam % volume darah itu. Biasanya nilai itu
ditentukan dengan darah kapiler atau darah vena (Gandasoebrata,
2008). Hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti
dan simpel dalam deteksi dan mengukur derajat anemia atau
polisitemia. Nilai hematokrit juga digunakan untuk menghitung nilai
eritrosit rata-rata (Wirawan, 1996). 2. Prinsip dan Pengukuran
Hematokrit Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara
mikro atau cara makro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe
yang mempunyai diameter dalam 2,5 3 mm, panjang 110 mm dengan skala
interval 1 mm sepanjang 100 mm. Volume tabung ini adalah 1 ml. Pada
cara mikro digunakan pipet kapiler yang panjangnya 75 mm dan
diameter dalam 1 mm. Pipet ini ada 2 jenis, ada yang dilapisi
antikoagulan Na2EDTA atau heparin dibagian dalamnya dan ada tanpa
antikoagulan. Didalam praktek sehari-hari pipet yang mengandung
antikoagulan heparin mempunyai tanda garis melingkar warna merah,
sedangkan pipet kapiler tanpa antikoagulan mempunyai tanda garis
melingkar tanda biru. Pipet kapiler dengan atikoagulan dipakai bila
menggunakan darah tanpa anti koagulan seperti darah kapiler. Pipet
kapiler tanpa antikoagulan dipakai bila menggunakan darah dengan
antikoagulan seperti darah vena (Wirawan, 1996). Pada metode makro,
menggunakan centrifuge yang cukup besar, untuk memadatkan sel-sel
darah merah dengan memakai centrifuge itu diperlukan rata- rata 30
menit. Sedangkan pada metode mikro menggunakan centrifuge mikro
hematokrit yang mencapai kecepatan yang jauh lebih tinggi, maka
dari itu lamanya pemusingan dapat diperpendek (Gandasoebrata, 2001
: 39- 40). Harga normal nilai hematokrit untuk laki-laki 40-48
volum% dan untuk wanita 37-43 volum% (Gandasoebrata, 2008). 3.
Lapisan Buffy Coat Lapisan ini terdiri dari lekosit dan trombosit
yang berwarna kelabu kemerahan atau keputih-putihan. Dalam keadaan
normal tingginya lapisan buffy coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm.
Tinggi 0,1 mm kira-kira sesuai dengan 1000 lekosit per mm3. Tinggi
buffy coat yang masih dalam range normal belumlah berarti benar,
misalnya kalau ada limfosit yang pada umumnya lebih kecil dari
granulosit. Oleh karena itu tingginya lapisan buffy coat merupakan
perkiraan saja terhadap ada tidaknya lekositosis (Dacie dan Lewis,
2002). 4. Antikoagulan yang sering dipakai untuk pemeriksaan
hematokrit Untuk pemeriksaan laboratorium hematologi, sering
dipergunakan antikoagulan yaitu zat untuk mencegah pembekuan darah
:a. EDTA (Ethyene Diamine Tetra Acetat) EDTA adalah jenis
antikoagulan yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan
laboratorium hematologi. Cara kerja EDTA yaitu mengikat ion kalsium
sehingga terbentuk garam kalsium yang tidak larut. Kalsium adalah
salah satu faktor pembekuan darah sehingga tanpa kalsium tidak
terjadi pembekuan darah. Takaran pemakaiannya 1 s/d 1, 5 mg EDTA
untuk setiap ml darah. Bila takaran berlebihan akan menyebabkan
eritrosit mengkerut. Mengkerutnya eritrosit sangat berpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan terutama pemeriksaan mikrohematokrit
(Kiswari dan Agung, 2005). b. Heparin Heparin adalah antikoagulan
yang terpilih untuk pemeriksaan Osmotic Fragility Test (OFT).
Heparin tidak dipergunakan untuk membuat apusan darah tepi karena
hasil pewarnaan (cara wright) akan menghasilkan preparat yang
terlalu biru (gelap) (Kiswari dan Agung, 2005). Heparin berdaya
seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit
dan leukosit. Dalam praktek sehari-hari heparin kurang banyak
dipakai karena mahal harganya. Tiap 1 mg heparin menjaga membekunya
10 ml darah. Heparin boleh dipakai sebagai larutan atau bentuk
kering (Gandasoebrata, 2008). 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hematokrit secara in vivoa. EritrositFaktor ini sangat penting pada
pemeriksaan hematokrit karena eritrosit merupakan sel yang diukur
dalam pemeriksaan tersebut. Hematokrit dapat meningkat pada
polisitemia yaitu peningkatan jumlah sel darah merah dan nilai
hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu penurunan kuantitas
sel-sel darah merah dalam sirkulasi (Corwin, 2001).b. Viskositas
darahEfek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar
prosentase sel darah maka makin tinggi hematokritnya dan makin
banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darh, pergeseran inilah
yang menentukan viskositas. Oleh karena itu, viskositas darah
meningkat secara drastis ketika hematokrit meningkat (Guyton,
1995).c. Plasma Pada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula
diamati terhadap adanya ikterus atau hemolisis. Keadaan fisiologis
atau patofisiologis pada plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan
hematokrit (Widman, 1992). 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hematokrit secara in vitro a. Pemusingan / sentrifugasi Penempatan
tabung kapiler pada lubang jari-jari centrifuge yang kurang tepat
dan penutup yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil pembacaan
hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar centrifuge dan pengaturan
waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat secara maksimal. Oleh
karena itu harus diatur secara tepat. Pemakaian microcentrifuge
dalam waktu yang lama mengakibatkan alat menjadi panas sehingga
dapat mengakibatkan hemolisis dan nilai hematokrit menjadi rendah
palsu (Wirawan, 1996). b. Antikoagulan Penggunaan antikoagulan
Na2EDTA/ K2EDTA lebih dari kadar 1,5 mg/ ml darah mengakibatkan
eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit akan rendah (Wirawan,
1996). c. Pembacaan yang tidak tepat d. Bahan pemeriksaan tidak
dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan dilakukan e. Tabung
hematokrit tidak bersih dan kering f. Suhu dan waktu penyimpanan
sampel Bahan pemeriksaan sebaiknya segera diperiksa, jika dilakukan
penundaan pemeriksaan sebaiknya sampel disimpan pada 4 derajat
celcius selama 24 jam memberikan nilai hematokrit yang lebih tinggi
(Gandasoebrata, 2008). 7. Manfaat pemeriksaan hematokrit dalam
klinik Warna plasma yang diperoleh dari pemusingan yang berwarna
kuning atau kuning tua baik dalam keadaan fisiologis atau
patofisiologis, merupakan indikasi naiknya billirubin dalam darah
misalnya pada infeksi hepatitis. Plasma yang berwarna merah
merupakan indikasi adanya hemolisis dari eritrosit (Sacker dan
McPherson, 2004). Peningkatan hematokrit bisa didapat pada diagnosa
kelainan darah, seperti polisitemia. Penurunan hematokrit bisa
didapatkan pada penyakit anemia, ditandai dengan penurunan jumlah
eritrosit dan kuantitas hemoglobin, nilai hematokit juga digunakan
untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata (Wirawan, 1996).
G. Kerangka Konsep dan Kerangka Teori1. Kerangka Teori
Faktor AnalitikCentrifugasiAntikoaglanSuhu dan waktu
penyimpananFaktor Pasca AnalitikPembacaan yang tidak tepatFaktor
Pra AnalitikEritrosit Viskositas darahPlasma
Pemeriksaan HematokritNilai HematokritDarah
Metode MikroMetode MakroVenakapiler
2. Darah VenaKerangka konsep
Nilai HematokritHematokrit Metode Mikro
Darah Kapiler
H. Hipotesis1. Hipotesis Alternatif (H1) Menyatakan ada
perbedaan hasil nilai hematokrit metode mikro menggunakan darah
vena dan darah kapiler. 2. Hipotesis Nol (H0) Menyatakan tidak ada
perbedaan hasil nilai hematokrit metode mikro menggunakan darah
vena dan darah kapiler.
20
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian Analitik, mengingat variabel yang diteliti akan
dibandingkan antara yang diperiksa menggunakan sampel darah vena
dengan yang diperiksa menggunakan sampel darah kapiler.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Pembuatan
karya tulis ini dimulai tanggal 26 Mei 2014 hingga tanggal 14 Juni
2014. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di
laboratorium hematologi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri.
C. Populasi dan SampelPopulasi penelitian ini adalah Mahasiswa
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, sedangkan sampel
penelitian ditetapkan sebanyak 30 orang yang diambil dari
populasi.
D. Obyek Penelitian
21
Yang dijadikan obyek penelitian pada karya tulis ilmiah ini
adalah darah vena cubiti dan darah kapiler Mahasiswa Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
E. Teknik Pengumpulan DataData yang dikumpulkan berupa data
primer yaitu hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan
darah vena dan darah kapiler dari Mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri yang diperiksa di laboratorium hematologi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
F . Instrumen Pengumpulan Data1. Persiapan Alat, Bahan dan
Reagen Alat: Centrifuge mikro hematokrit, tabung mikro hematokrit,
dempul, spuit, lanset, torniquet, kapas, botol vialBahan : Darah
vena dan darah kapiler. Reagen : Alkohol 70% 2. Teknik Pengambilan
Darah Vena a. Posisi probandus duduk dan meletakkan tangan dalam
keadaan lurus sejajar dengan tinggi jantung. b. Mendesinfeksi
bagian lengan yang akan ditusuk menggunakan alkohol 70% dan
ditunggu sampai kering. c. Memasang pembendung 3/4 bawah lengan
atas yang akan ditusuk d. Merenggangkan kulit di atas vena dengan
ibu jari supaya vena tidak bergerak e. Menusuk kulit dengan jarum
spuit menggunakan tangan kanan sampai jarum masuk ke dalam vena
dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas f. Menarik vacum spuit
secara perlahan-lahan sampai diperoleh darah sebanyak 1 ml. g.
Melepaskan pembendung h. Meletakkan kapas d iatas tempat tusukan
dan menarik jarum spuit perlahan- lahan. i. Meminta probandus
supaya menekan bekas tusukan dengan kapas. j. Menutup luka tusukan
dengan band aid. k. Melepaskan jarum dari spuit dan mengalirkan 1
ml darah ke dalam vial. l. Memberi label pada vial. 3. Teknik
Pengambilan Darah Kapiler a. Memilih ujung jari tangan yang akan
diambil darahnya, menggunakan jari ke II, III, atau IV. b.
Memijit-mijit jari supaya aliran darah lancar. c. Mendesinfeksi
bagian jari yang akan ditusuk menggunakan alkohol 70% dan ditunggu
hingga kering. d. Memegang jari dengan sedikit ditekan untuk
mengurangi rasa nyeri. e. Menusuk jari dengan cepat menggunakan
lanset steril, arah tusukan tegak lurus pada garis-garis sidik
jari. f. Membuang tetes darah yang pertama keluar menggunakan kapas
kering. g. Tetes darah berikutnya diisikan pada tabung mikro
kapiler yang mengandung antikoagulan heparin sampai 2/3 panjang
tabung. h. Menutup salah satu ujung mikro kapiler menggunakan bahan
penutup khusus (dempul). i. Menutup luka tusukan dengan kapas dan
ditekan hingga darah tidak keluar lagi. 4. Pemeriksaan Hematokrit
Metode : Mikro Tujuan : Untuk mengetahui volum eritrosit dalam 100
ml darah probandus yang dinyatakan dalam %. Prinsip :Darah dengan
antikoagulan disentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan
tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan
mapat/ memadat. Prosentase volume kepadatan sel darah merah
terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan
hematokrit atau Pocket Cell Volume (PCV). 5. Prosedur pemeriksaan
hematokrit menggunakan darah vena a. Mengisi tabung mikro kapiler
yang mengandung antikoagulan heparin dengan darah vena sampai 2/3
panjang tabung. b. Menutup salah satu ujung mikro kapiler
menggunakan bahan penutup khusus (dempul). c. Memasukkan tabung
mikro kapiler kedalam centrifuge mikro hematokrit dan dipusingkan
dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. d. Membaca nilai
hematokrit menggunakan grafik hematokrit (reading device).e.
Prosedur pemeriksaan hematokrit menggunakan darah kapiler 1)
Menyiapkan tabung mikro kapiler yang mengandung antikoagulan
heparin yang berisi darah kapiler dan ditutup dengan bahan penutup
khusus (dempul).2) Memasukkan tabung mikro kapiler ke dalam
centrifuge mikro hematokrit dan dipusingkan dengan kecepatan 12.000
rpm selam 5 menit.3) Membaca nilai hematokrit menggunakan grafik
hematokrit (reading device).f. Harga NomalLaki-laki: 40-48
vol%Permpuan : 37-43 vol% (Gandasoebrata, 2008)
G. Analisa DataData dianalisis secara deskriptif untuk
menentukan rata-rata, nilai tengah dan simpang baku, kemudian
dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorv Smirnov, karena data
nilai hematokrit darah vena tidak berdistribusi normal dan data
nilai hematokrit darah kapiler berdistribusi normal maka untuk uji
beda digunakan uji Wilcoxon Signet Ranks (dua sampel berhubungan).
H. Variabel dan Definisi Operasional1. Variabel Penelitian a.
Variabel BebasVariabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi
oleh variabel lain. Variabel bebas penelitian ini adalah darah vena
dan darah kapiler.b. Variabel Terikat Variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah niai hematokrit. 2. Definisi
Operasional a. Darah vena adalah darah yang diambil dari vena
cubiti Mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.b.
Darah kapiler adalah darah yang diambil dari pembuluh darah kapiler
ujung jari tangan Mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri. c. Nilai hematokrit adalah pemeriksaan hematologi untuk
mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah yang dinyatakan
dalam %.d. Metode mikro adalah penetapan nilai hematokrit
menggunakan tabung mikro kapiler dan centrifuge mikro hematokrit
pada kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit.
26
DAFTAR PUSTAKA
Budiwiyono, Imam . 1995 . Prinsip Pemeriksaan Preparat Hapusan
Darah . Semarang
Cambridge Communication Limited . 1999 . Anatomy and Physiology
. Alih Bahasa Andy Santo Agustinus . Jakarta : EGC
Gandasoebrata, R . 2008 . Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta
: Dian Rakyat
Ganong, William F . 2002 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Alih
Bahasa dr.H.M Djauhari Widjajakusumah . Jakarta : EGC
Guyton, Athur C . 1995 . Text Book of Medical Physiology . Alih
Bahasa Adji Darma, Petruslukamo . Jakarta
Pearce, Evelyne C . 2002 . Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis
. Jakarta : Gramedia
Sacher, R.A dan McPherson . 2004 . Tinjauan Klinis Atas Hasil
Pemeriksaan Laboratorium . Jakarta : EGC
Sloane, Ethel . 2004 . Pengantar Hematologi dan Imun-Hematologi
. Jakarta
Sodikin, Muhammad . 2002 . Biokima Darah . Jakarta : Widya
Medika
Syaifuddin . 2001 . Fungsi Sistem Tubuh Manusia . Jakarta :
Widya Medika
Widman, F.K . 1992 . Clinical Intepretation of Laboratory Test .
Alih Bahasa R. Gandasoebrata, dkk . Jakarta : EGC
Wirawan, Riadi dan Erwin Silman . 1996 . Pemeriksaan Hematologi
Sederhana . Jakarta
27