PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJARKAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STAD DAN TEKNIK JIGSAW (Kuasi eksperimen di SMP Attaqwa 06 Bekasi) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) OLEH AHMAD FAUZI 106016100570 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
76
Embed
PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA YANG DIAJARKAN ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA
YANG DIAJARKAN MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEKNIK STAD DAN TEKNIK JIGSAW (Kuasi eksperimen di SMP Attaqwa 06 Bekasi)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
OLEH
AHMAD FAUZI
106016100570
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
ABSTRACT
Ahmad Fauzi, The Differences of Biology Achievement between
Students who Learned Using STAD Technique and Jigsaw Technique (Quasi
Experiment in SMP Attaqwa 06 Bekasi). S1 Thesis, Biology Education
Program, Science Education Department , Faculty of Tarbiyah and Teachers
Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
The purpose of this research is to know the differences of biology
achievement between students who learned using cooperative learning STAD
technique and jigsaw technique. This research is done in SMP Attaqwa 06
Bekasi. This research used quasi experiment method with two group, pretest
posttest design. Sample were taken using technique of purposive sampling. The
amount of research sample is 35 students for the STAD experiment class and 34
students for the jigsaw experiment class. The data taken using instrument of
learning achievement test in form multiple choice which have been tested its
validity and its reliability. The hypotesis in this research is there is difference in
students achievement of biology by cooperative learning between STAD technique
and jigsaw technique. The data analysis used t-test, from the result of data
calculation the differenciation of mean between the two group obtained the value
of N-gain are equal to 2,08, while t-table at the level of significance 5% with
degree of freedom (dk) = 70 that is equal to 2,00. So it can be said that by t-test >
t-table it means the alternative hypothesis (Ha) is accepted and zero hypothesis
(Ho) refused. It shows that there is difference in students achievement of biology
by cooperative learning between STAD technique and jigsaw technique.
Key word: Cooperative Learning Model. STAD technique. Jigsaw technique.
Student Learning Achievement.
ABSTRAK
Ahmad Fauzi, Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang
Diajarkan melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dan Teknik
Jigsaw (Kuasi Eksperimen di SMP Attaqwa 06 Bekasi). Skripsi, Program
Studi Biologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi
antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan
teknik jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Attaqwa 06 Bekasi. Metode
penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan
desain Two group, Pretest posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 35 siswa
untuk kelas eksperimen STAD dan 34 siswa untuk kelas eksperimen jigsaw.
Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan
ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan
melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik jigsaw. Analisis data
menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata N-gain kedua
kelompok tersebut diperoleh nilai thitung sebesar 2,08, sedangkan ttabel pada taraf
signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = 70 yaitu sebesar 2,00, maka dapat
dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan
hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik
STAD dan teknik jigsaw.
Kata kunci : Model Cooperative Learning. Teknik STAD. Teknik jigsaw. Hasil
Belajar siswa
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (S1) pada program studi pendidikan biologi, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Pembimbing I dan Ketua Jurusan
Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si., Pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi yang sangat membangun bagi penulis.
4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Abdul Wahid dan Ibu Nentih, serta
Nenek dan Kakek tercinta, Nenek Royanih dan Kakek Kaman, yang
selama ini telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
dengan penuh perjuangan dan doa yang tidak pernah henti-hentinya untuk
penulis.
5. Bapak Drs. Hasanuddin., Kepala sekolah SMP Attaqwa 06 Bekasi, yang
telah memberikan izin penelitian.
6. Bapak Kamil, A.Md., Guru bidang studi Biologi kelas VIII SMP Attaqwa
06 Bekasi yang telah membimbing dalam penelitian.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPA yang telah memberikan
saran serta semangat kepada penulis.
8. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPA Biologi angkatan 2006 yang selalu
memberikan semangat dan doa, khususnya Lia, Ika rifqi, Gota, Irna, Iyoh,
Awal, Ayu, Uwi, Rossi, Indah, Yolanda, Eka dan semua yang sering
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan di Asrama tercinta, Sofyan, Wahyu,
Fahruddin, Fahmi, Kholiq, Roffi, terimakasih selalu bersedia menjadi
tempat berbagi dan tak pernah bosan memberikan semangat dan doa.
Akhirnya, tiada untaian kata yang terindah dan berharga kecuali
ucapan alhamdulillahirobbil’alamiin atas rahmat dan ridho-Nya. Penulis
berharap semoga segala kebaikan dan keikhlasannya mendapat pahala dari
Allah swt. Jazakumullah Khoerun Katsiron, Amin.
Jakarta, Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah......................................................................... 7
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II . DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN PERUMUSAN
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: PT. Tarsito Bandung, 2005), h. 466
Adapun kriteria pengujiannya adalah:
1) Terima Ho jika harga Fhitung < Ftabel
2) Tolak Ho jika harga Fhitung > Ftabel = 0,05 dan derajat kebebasan
2. N-Gain
Menurut Meltzer untuk mengetahui peningkatan skor pretes dan
postes menggunakan rumus Normalized Gain.54
N-Gain =)(
)(
tskorpretesskorideal
pretestskorposttestskor
Menurut Hake Gain skor ternormalisasi menunjukan tingkat
efektivitas perlakuan dari pada perolehan skor atau postes. Terdapat tiga
kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi:
g-tinggi : nilai (<g>)>0,7
g-sedang: nilai 0,7 e”(<g>)e”0,3
g-rendah : nilai (<g>)<0,3
3. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan Uji t.55
__ __
t = X 1 - X2
________
S√ 1 + 1
n1 n2
Dengan S = 2
)1()1(
21
2
22
2
11
nn
SnSn
Keterangan:
1X : Rata-rata N-Gain kelas Jigsaw
2X : Rata-rata N-Gain kelas STAD
S12 : Variansi kelas Jigsaw
S22 : Variansi kelas STAD
n1 : Jumlah siswa kelas Jigsaw
n2 : Jumlah siswa kelas STAD
54
Richard R. Hake, Analyzing change (Gain scores, Department of physics, Indiana University, http:www.
List.asu.edu/cgi_bin/wa? = ind 9903 & L = aera_ d&p=6885>), diakses: 06/07/2010
55 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: PT. Tarsito Bandung, 2005), hal . 239
4. Hipotesis Statistik
Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
Ho = µ1 < µ2
Ha = µ1 > µ2
Keterangan:
Ho = Hipotesis nihil
Ha = Hipotesis alternatif
µ1 = Hasil belajar biologi siswa yang menggunakan pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw
µ2 = Hasil belajar biologi siswa yang menggunakan pembelajaran
kooperatif teknik STAD
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang telah terkumpul, meliputi data skor pretest dan skor
posttest pada 69 siswa yang terdiri atas kelompok eksperimen dengan model
cooperative learning teknik STAD sebanyak 35 siswa dan kelompok
eksperimen dengan model cooperative learning teknik jigsaw sebanyak 34
siswa.
Kedua kelompok masing-masing diberi pretest dan dilakukan
implementasi pembelajaran biologi dengan model cooperative learning teknik
STAD dan teknik jigsaw. Pemberian pretest ini dilakukan dengan maksud
untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai konsep sistem pencernaan
pada manusia. Kemudian pemberian posttest dilakukan setelah masing-
masing kelompok melakukan proses belajar mengajar dengan perlakuan yang
berbeda dan juga bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil
belajar siswa dalam memahami konsep tersebut.
Instrumen soal yang diberikan pada masing-masing kelompok tersebut
berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan empat option, setelah dilakukan
uji coba instrumen yang bertujuan untuk mengetahui jumlah butir soal yang
valid dan tingkat reliabilitasnya. Adapun instrumen soal yang diuji cobakan
sebanyak 40 soal dan dilakukan di sekolah SMP Attaqwa 06, Bekasi. Hasil
pretest dan posttest diperoleh nilai N-gain untuk mengetahui adanya
peningkatan pemahaman konsep siswa. Untuk selanjutnya data-data yang
terkumpul dilakukan pengolahan data.
1. Deskripsi Data Eksperimen STAD
a. Data Pretest Kelas Eksperimen STAD
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal pilihan
ganda sebanyak 20 butir, nilai pretest kelas eksperimen STAD memiliki
rentang atau sebaran 40 dengan nilai tertinggi 55 dan nilai terendah 15, dengan
banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata-rata
34,20, modus 32,92, dan median 35,5.56
Data tersebut disajikan dalam bentuk
Tabel distribusi frekuensi.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Skor Pretest Siswa Kelas Eksperimen
STAD
Interval Batas
Kelas
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(Xi)
Frekuensi
Relatif
15 – 21 14,5 5 18 14.28 %
22 – 28 21,5 2 25 5.71 %
29 - 35 28,5 14 32 40 %
36 – 42 35,5 7 39 20 %
43 – 49 42,5 5 46 14. 28 %
50 - 56 49,5 2 53 5.71 %
Jumlah 35 100 %
Berdasarkan rata-rata frekuensi relatif hasil belajar biologi diketahui
bahwa berdasarkan rentang nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen STAD
terbagi menjadi enam kelas interval. Pada kelas eksperimen STAD frekuensi
terbesar terdapat pada kelas interval 29 – 35 yaitu sebanyak empat belas siswa
atau 40 %. Frekuensi terendah terdapat pada kelas interval 22 – 28 dan 50 – 56
yaitu sebanyak dua orang atau 5,71 %.
b. Hasil Data Posttest Kelas Eksperimen STAD
Dari data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal pilihan ganda
sebanyak 20 butir, nilai posttest kelas eksperimen STAD memiliki rentang
atau sebaran 45 dengan nilai tertinggi yaitu 85 dan nilai terendah 40, dengan
banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata – rata 67 ,
56
Lampiran 22, h. 166
modus 63,61 dan median 80,1. 57
Data tersebut disajikan dalam bentuk Tabel
distribusi frekuensi.
Tabel 4. 2
Distribusi Frekuensi Skor Posttest Siswa Kelas Eksperimen
STAD
Interval Batas
Kelas
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(Xi)
Frekuensi
Relatif
40 – 46 39,5 2 43 5.71 %
47 – 53 46,5 1 50 2.85 %
54 - 60 53,5 6 57 17.14%
61 – 67 60,5 10 64 28.57 %
68 – 74 67,5 5 71 14.28 %
75 – 81 74,5 9 78 25.71 %
82 - 88 81,5 2 85 5.71 %
Jumlah 35 100%
Berdasarkan distribusi frekuensi relatif hasil belajar biologi diketahui
bahwa berdasarkan rentang nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen STAD
terbagi menjadi tujuh kelas interval. Pada kelas eksperimen STAD frekuensi
terbesar terdapat pada kelas interval 61-67 yaitu sebanyak sepuluh siswa atau
28,57%. Frekuensi terendah terdapat pada kelas interval 47-53 yaitu sebanyak
satu orang atau 2,85%.
c. Hasil Data N-gain Kelas Eksperimen STAD
Hasil gambaran subjek yang ada maka ditentukan nilai N-gain masing-
masing kelas. Berdasarkan rata-rata skor pretes dan posttest pemahaman
konsep, tingkat pemahaman konsep awal siswa adalah 34,20 sedangkan
tingkat pemahaman konsep akhir siswa adalah 67. Hal ini menunjukan
57
Lampiran 22, hal. 172
peningkatan pemahaman konsep siswa secara langsung tampak dari skor rata-
rata nilai N-gain sebasar 0,48 yang termasuk kategori sedang.58
Masing-masing nilai N-gain dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu
tinggi (G ≥ 0,70), sedang (0,30 ≤ G ≤ 0,70), dan rendah (G < 0,30). Berikut ini
adalah Tabel yang menunjukkan frekuensi dari ketiga kategori nilai N-gain
tersebut
Tabel 4. 3
Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen STAD
Kategorisasi Frekuensi
Tinggi 2
Sedang 33
Rendah -
Jumlah 35
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat hasil kategorisasi N-gain pada kelas
eksperimen STAD yang merupakan kategori siswa yang mempunyai nilai
dengan kategori tinggi 2 siswa, nilai kategori sedang 33 siswa dan nilai
dengan kategori rendah tidak terdapat pada satu siswapun di kelas eksperimen
STAD. Dengan demikian dapat diketahui bahwa siswa pada kelas eksperimen
STAD mempunyai hasil kategori N-gain yang sangat baik menggunakan
jawab
2. Deskripsi Hasil Data Eksperimen Jigsaw
a. Hasil Data Pretest Kelas Eksperimen Jigsaw
Dari data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal pilihan ganda
sebanyak 20 butir, nilai pretest kelas eksperimen Jigsaw memiliki rentang atau
sebaran 40 dengan nilai tertinggi yaitu 55 dan nilai terendah 15, dengan
banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 7 sehingga diperoleh skor rata – rata
58
lampiran 25, h. 189
36,53 , modus 32 dan median 36,77. 59
Data tersebut disajikan dalam bentuk
Tabel distribusi frekuensi.
Tabel 4. 4
Distribusi Frekuensi Skor Pretest Siswa Kelas Eksperimen Jigsaw
Interval Batas
Kelas
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(Xi)
Frekuensi
Relatif
15 – 21 14,5 4 18 11.76%
22 – 28 21,5 4 25 11.76%
29 - 35 28,5 11 32 32.35%
36 – 42 35,5 4 39 11.76%
43 – 49 42,5 3 46 8.82%
50 - 56 49,5 8 53 23.52%
Jumlah 34 100%
Berdasarkan distribusi frekuensi relatif hasil belajar biologi diketahui
bahwa berdasarkan rentang nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen terbagi
menjadi enam kelas interval. Pada kelas eksperimen jigsaw, frekuensi terbesar
terdapat pada kelas interval 29-35 yaitu sebanyak sebelas siswa atau 32,35%.
Frekuensi terendah terdapat pada kelas interval 43-49 yaitu sebanyak tiga
siswa atau 8,82%.
b. Hasil Data Posttest Kelas Eksperimen Jigsaw
Dari data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk soal pilihan ganda
sebanyak 20 butir, nilai posttest kelas eksperimen Jigsaw memiliki rentang
atau sebaran 35 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55, dengan
banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 6 sehingga diperoleh skor rata – rata
72,94, modus 86,02 dan median 87,5. 60
Data tersebut disajikan dalam bentuk
Tabel distribusi frekuensi.
59
lampiran 22, h.176
60
lampiran 22, h. 180
Tabel 4. 5
Distribusi Frekuensi Skor Posttest Siswa Kelas Eksperimen Jigsaw
Interval Batas
Kelas
Frekuensi
(f)
Nilai
Tengah
(Xi)
Frekuensi
Relatif
55 – 60 54,5 6 58 17.64%
61 – 66 60,5 5 63,5 14.70%
67 - 72 66,5 6 69,5 17.64%
73 – 78 72,5 5 75,5 14.70%
79 – 84 78,5 5 81,5 14.70%
85 – 90 84,5 7 87,5 20.58%
Jumlah 34 100%
Berdasarkan distribusi frekuensi relatif hasil belajar biologi diketahui
bahwa berdasarkan rentang nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen terbagi
menjadi enam kelas interval. Pada kelas eksperimen jigsaw, frekuensi terbesar
terdapat pada kelas interval 85-90 yaitu sebanyak tujuh siswa atau 20,58%.
Frekuensi terendah terdapat pada kelas interval 61-66, 73 – 78, dan 79 – 84
yaitu sebanyak lima siswa atau 14,70%.
c. Hasil Data N-gain Kelas Eksperimen Jigsaw
Dari Hasil gambaran subjek yang ada maka ditentukan nilai N-gain
masing-masing kelas. Berdasarkan rata-rata skor pretes dan posttest
pemahaman konsep, tingkat pemahaman konsep awal siswa adalah 36,53
sedangkan tingkat pemahaman konsep akhir siswa adalah 72,94. Hal ini
menunjukan peningkatan pemahaman konsep siswa secara langsung tampak
dari skor rata-rata nilai N-gain sebasar 0,56 yang termasuk kategori sedang. 61
Masing-masing nilai N-gain dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu
tinggi (G ≥ 0,70), sedang (0,30 ≤ G ≤ 0,70), dan rendah (G < 0,30). Berikut ini
adalah Tabel yang menunjukkan frekuensi dari ketiga kategori nilai N-gain
tersebut.
61
lampiran 26, h. 191
Tabel 4. 6
Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen jigsaw
Kategorisasi Frekuensi
Tinggi 6
Sedang 28
Rendah -
Jumlah 34
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat hasil kategorisasi N-gain pada kelas
eksperimen jigsaw yang merupakan kategori siswa yang mempunyai nilai
dengan kategori tinggi 6 siswa, nilai kategori sedang 28 siswa dan nilai
dengan kategori rendah tidak terdapat pada satu siswapun di kelas eksperimen
jigsaw. Dengan demikian dapat diketahui bahwa siswa pada kelas eksperimen
jigsaw mempunyai hasil kategori N-gain yang sangat baik.
B. Teknik Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji–t, maka
terlebih dahulu dilaksanakan pengujian prasyarat analisis data berupa uji
normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
a. Hasil Uji Normalitas Pretest
Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data
nilai pretest kelas VIII.1 sebagai kelompok eksperimen STAD dan data nilai
pretest kelas VIII.2 sebagai kelompok eksperimen jigsaw. Untuk menguji
normalitas kedua data digunakan rumus Uji Liliefors. Perhitungan uji
normalitas ini disajikan pada lampiran.62
Berikut ini adalah hasil yang
diperoleh dari perhitungan tersebut.
62
lampiran 23, h. 182
Tabel 4. 7
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest Uji Liliefors
α Data Jumlah
sampel
Lo
(Lhitung)
Ltabel Kesimpulan
0,05
Nilai Pretest
eksperimen
STAD
35 0,1411 0,1497 Data
berdistribusi
normal
Nilai Pretest
eksperimen
jigsaw
34 0,1205 0,1519 Data
berdistribusi
normal
Nilai Ltabel diambil berdasarkan nilai pada tabel nilai kritis L untuk uji
liliefors pada taraf signifikansi 5%. Kolom keputusan dibuat didasarkan pada
ketentuan pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika Lo (Lhitung) < Ltabel maka
dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lo (Lhitung) > Ltabel maka
data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
pada nilai Lo (Lhitung) kedua data lebih kecil dari nilai Ltabel, sehingga
dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal.
b. Hasil Uji Normalitas Posttest
Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai
posttest kelas VIII.1 sebagai kelompok eksperimen STAD dan data nilai
posttest kelas VIII.2 sebagai kelompok eksperimen jigsaw. Untuk menguji
normalitas kedua data digunakan uji liliefors. Perhitungan uji normalitas ini
disajikan pada lampiran.63
Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari
perhitungan tersebut.
63
ibid, h. 183
Tabel 4. 8
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Posttest Uji Liliefors
α Data Jumlah
sampel
Lo (Lhitung) Ltabel Kesimpulan
0,05
Nilai posttest
eksperimen
STAD
35 0,1389 0,1497 Data
berdistribusi
normal
Nilai posttest
eksperimen
jigsaw
34 0,1064 0,1519 Data
berdistribusi
normal
Nilai Ltabel diambil berdasarkan nilai pada tabel nilai kritis L untuk uji
liliefors pada taraf signifikansi 5%. Kolom keputusan dibuat didasarkan pada
ketentuan pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika Lo (Lhitung) < Ltabel maka
dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lo (Lhitung) > Ltabel maka
data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
pada nilai Lo (Lhitung) kedua data lebih kecil dari nilai Ltabel, sehingga
dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
a. Hasil Uji Homogenitas Pretest
Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, uji homogenitas juga
diperlukan sebagai uji prasyarat analisis statistik terhadap kedua data nilai
pretest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji Fisher
yang disajikan pada lampiran.64
Berikut ini adalah hasilnya.
Tabel 4. 9
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest
Data Nilai
Varians
Nilai
Fhitung
Nilai Ftabel Keputusan
Nilai pretest
eksperimen
STAD
109,22
1,27
1,74
Kedua data
64
lampiran 24, h. 186
Nilai pretest
eksperimen
Jigsaw
139,22
homogen
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji
homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas
yaitu jika nilai Fhitung < Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki
varians yang homogen, sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka dinyatakan
bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen. Tampak bahwa hasil
perhitungan tersebut nilai Fhitung < Ftabel sehingga dinyatakan bahwa kedua
data memiliki varians yang homogen.
b. Hasil Uji Homogenitas Posttest
Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, uji homogenitas juga
diperlukan sebagai uji prasyarat analisis statistik terhadap kedua data nilai
pretest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji Fisher
yang disajikan pada lampiran.65
Berikut ini adalah hasilnya.
Tabel 4. 10
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest
Data Nilai
Varians
Nilai
Fhitung
Nilai
Ftabel
Keputusan
Nilai posttest
eksperimen
STAD
116,11
1,02
1,74
Kedua data
homogen Nilai posttest
eksperimen
Jigsaw
113,29
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji
homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas
yaitu jika nilai Fhitung < Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki
65
lampiran 24, h. 187
varians yang homogen, sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka dinyatakan
bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen. Tampak bahwa hasil
perhitungan tersebut nilai Fhitung < Ftabel sehingga dinyatakan bahwa kedua
data memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan
hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif
teknik STAD dengan teknik Jigsaw .
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui
bahwa kedua kelompok eksperimen berdistribusi normal dan homogen, maka
dari itu pengujian hipotesis menggunakan “t” test . “t” test yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa yang
diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan teknik Jigsaw
pada konsep sistem pencernaan pada manusia. “t” test dilakukan dengan
membandingkan N-gain pada masing-masing kelompok eksperimen. Berikut
ini adalah hasilnya.
Tabel 4. 11
Hasil pengujian Hipotesis Nilai N-gain dengan “t test”
Kelompok Eksperimen STAD dan Jigsaw
Kelompok
Eksperimen
Jumlah dk _
x
N-gain
thitung ttabel Keputusan
STAD 35 67 0,49 2,08 2,00 Ha
diterima Jigsaw 34 0,56
Dari hasil perhitungan, diperoleh thitung sebesar 2,0866
, dengan dk (derajat
kebebasan) sebesar 67 (35 + 34 – 2) tidak ada pada tabel sehingga
menggunakan dk yang mendekati yaitu 70 maka diperoleh ttabel pada taraf
signifikansi 0,05 sebesar 2,00.67
Karena didapat perhitungan N-gain kelompok eksperimen STAD dan
jigsaw thitung > ttabel (2,08 > 2,00). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa
yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan teknik
jigsaw .
D. Pembahasan Hasil Belajar
Berdasarkan pengujian hipotesis sebelumnya, dinyatakan bahwa terdapat
rata-rata hasil belajar biologi yang signifikan antara siswa yang menggunakan
teknik STAD dengan yang menggunakan teknik jigsaw. Perbedaan rata-rata
hasil belajar biologi antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan model cooperative learning teknik jigsaw lebih baik dari
pembelajaran dengan model cooperative learning teknik STAD. Karena
berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelompok eksperimen
jigsaw sebesar 72,94 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata biologi kelompok
eksperimen STAD sebesar 67. dengan menggunakan “t” test nilai N-gain
kedua kelompok tersebut diperoleh juga thitung > ttabel, yaitu 2,08 > 2,00, hal
ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar biologi siswa pada kelas
eksperimen jigsaw yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi
siswa pada kelas eksperimen STAD.
Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar biologi siswa antara yang diajarkan melalui teknik jigsaw dengan
teknik STAD. Hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui teknik jigsaw
lebih baik dibandingkan teknik STAD. Hal ini dimungkinkan karena
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih banyak menekankan kepada
66
lampiran 28 , h. 195
67
ibid, h. 195
tanggung jawab pribadi sebagai kelompok ahli yang harus menguasai dan
mengajarkan serta memberikan pemahaman materi yang telah ia pelajari
kepada teman kelompoknya yang lain. Sehingga setiap siswa pada teknik ini
mempunyai tanggung jawab agar setiap kelompoknya dapat memahami materi
secara keseluruhan, sedangkan pada kelompok STAD tanggung jawab yang
diberikan adalah memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara bersama-
sama.
Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kegiatan belajar
mengajar selama pembelajaran dengan menggunakan model cooperative
learning teknik STAD dan jigsaw. Guru bidang studi biologi dan teman
sebaya yang berperan sebagai observer/pengamat selama proses pembelajaran
berlangsung. Observasi yang dilakukan mengacu pada lembar observasi yang
telah dibuat sesuai dengan skenario yang telah dibuat sesuai dengan skenario
pembelajaran pada teknik STAD dan jigsaw. Hasil observasi dapat dilihat
pada lampiran.68
Dalam kedua pembelajaran tersebut, siswa yang biasanya belajar secara
individu, tanpa kompetisi dan penghargaan dicoba dikondisikan dengan
adanya kompetisi dan penghargaan yang menjadi motivasi bagi keberhasilan
belajar mereka, serta suasana pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan
bervariasi. Kedua pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana kegiatan
belajar mengajar yang baik, karena siswa tidak cepat merasa bosan dalam
belajar dan dapat meningkatkan rasa percaya diri tiap siswa karena siswa
dilatih untuk aktif berpendapat, menghargai perbedaan pendapat dan
termotivasi untuk meningkatkan prestasinya karena adanya persaingan dan
penghargaan yang diberikan.
Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pengajaran
model cooperative learning teknik STAD dan jigsaw di SMP Attaqwa 06
Bekasi. Penelitian ini dilakukan selama tiga kali pertemuan pada konsep
sistem pencernaan pada manusia yang dilaksanakan pada dua kelas
eksperimen, yaitu kelas VIII-I berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan
68
Lampiran 21, h. 164
model pembelajaran cooperative learning teknik STAD, dan kelas VIII-II
berjumlah 34 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran cooperative
learning teknik jigsaw. Adapun posisi peneliti adalah sebagai motivator dan
fasilitator bagi seluruh kelompok pada kelas eksperimen STAD dan jigsaw.
Jika terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum dimengerti oleh siswa
dalam kelompok, sehingga setiap kelompok tidak dapat memecahkan solusi
dari permasalahan secara bersama, peran guru disini harus memberikan arahan
yang lebih baik lagi kepada kelompok yang belum mengerti agar memahami
tentang kegiatan belajar yang diberikan. Peran guru dalam kegiatan belajar
bukan sebagai pemberi materi total dari awal sampai akhir seperti yang
dilakukan oleh sebagian guru dalam menerangkan ke siswa, tetapi sebagai
motivator dan fasilitator bagi seluruh kelompok
Prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai guru dalam
pengajaran model cooperative learning teknik STAD diantaranya diawali
dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 4 -5 siswa yang telah dibuat
oleh guru secara heterogen, kemudian Guru menyampaikan materi dasar
mengenai konsep pencernaan pada manusia kepada seluruh siswa dalam
kelompok, membagikan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta
kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok untuk menjawab lembar kerja
siswa dan siswa saling mengajarkan kepada teman sekelompoknya,
mempersilahkan setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja siswa
(LKS), dan pada tahap akhir Guru memberikan tes secara individu kepada
siswa, selama tes individu berlangsung siswa diperkenankan untuk tidak
bekerjasama dalam kelompok.
Sedangkan prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai
guru dalam pengajaran model cooperative learning teknik jigsaw adalah
diawali dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 4 -5 siswa yang telah
dibuat oleh guru secara heterogen yang dijadikan sebagai tim asal, kemudian
membentuk tim ahli dengan membagikan materi yang berbeda-beda kepada
tim asal, menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang materi yang sama dalam
kelompoknya masing-masing kepada tim ahli agar saling membantu
memahami materi yang diberikan bersama-sama. Setelah diskusi masing-
masing kelompok tim ahli selesai, meminta masing-masing siswa untuk
kembali ke tim asalnya untuk saling menjelaskan pada teman satu
kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi
yang ditugaskan guru, kemudian guru memberikan tes individu berupa kuis
kepada siswa, yang hasilnya digunakan untuk menentukan skor peningkatan
individu. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu
atau bekerjasama dengan yang lain.
Sama halnya dengan teknik jigsaw pada teknik STAD pun guru
memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa dan kelompok yang
berprestasi baik dalam hasil belajar, kerjasama, keaktifan maupun tanggung
jawab dalam melakukan tugas dan menghargai pendapat orang lain.
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen STAD, aktivitas siswa
mengerjakan LKS secara kelompok didapatkan nilai rata-rata 67,85.69
Pada
tahap ini termasuk kategori cukup karena siswa belum terbiasa belajar
kelompok yang dilakukan dengan menggunakan teknik STAD. Pada
pertemuan kedua didapatkan nilai rata-rata mengerjakan LKS sebesar 71,42.
Pada tahap ini termasuk kategori baik karena siswa sudah mulai bekerjasama
dengan baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai terbiasa
belajar kelompok menggunakan teknik STAD. Pada pertemuan ketiga
didapatkan nilai rata-rata mengerjakan LKS sebesar 80,71. 70
Pada tahap ini
termasuk kategori sangat baik karena siswa sudah bekerjasama dengan
sangat baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai terbiasa
belajar kelompok menggunakan teknik STAD. Hal ini sesuai dengan data
hasil observasi pada kelas eksperimen STAD tersebut pada aspek kerja sama
pada indikator bekerja sama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok dan
saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan mendapatkan
nilai rata-rata sebesar 92,8%.71
Berarti siswa sangat baik dalam bekerjasama
dan saling membantu dalam mengerjakan LKS dalam kelompok. Sesuai
69
Lampiran 20, h. 163
70 Ibid, h. 163
71
Lampiran 21, h. 164
dengan dengan hasil penelitian Marjoko yang menyatakan bahwa
pembelajaran cooperative learning teknik STAD dapat meningkatkan kerja
sama dalam kelompok.72
Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Heri Midiastutik yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative
learning teknik STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.73
Sedangkan menurut Scott Armstrong dalam penelitiannya menyatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif teknik STAD selain dapat meningkatkan kerja
sama juga dapat mencapai tujuan pembelajaran yaitu dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.74
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen jigsaw, aktivitas siswa
mengerjakan LKS secara kelompok didapatkan nilai rata-rata 75.75
Pada tahap
ini termasuk kategori baik karena setiap siswa sudah mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap materi yang telah dibagikan kepada guru sebelum
siswa tersebut kembali ke tim asalnya. Pada pertemuan kedua didapatkan nilai
rata-rata mengerjakan LKS sebesar 86,4. Pada tahap ini termasuk kategori
baik karena siswa sudah mulai terbiasa belajar kelompok menggunakan
teknik jigsaw. Pada pertemuan ketiga didapatkan nilai rata-rata mengerjakan
LKS sebesar 95,7. 76
Pada tahap ini termasuk kategori sangat baik karena
siswa sudah sangat baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai
terbiasa belajar kelompok menggunakan teknik jigsaw. Hal ini sesuai dengan
data hasil observasi pada kelas eksperimen tersebut pada aspek tanggung
jawab pada indikator bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 95% dan bertanggung jawab terhadap
pembagian tugas yang diberikan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 85%.77
Berarti siswa sangat baik dalam hal bertanggung jawab terhadap tugas yang
72 Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning teknik Student Team
Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap, (Widyatama Vol. 5, No. 1, Maret 2008), hal. 63
73 Heri Midiastutik , Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pokok bahasan persamaan eksponen dan
logaritma melalui metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo . Jurnal Vidya, volume 14 nomor 1,
Januari 2006, hal. 36 74
Scott Armstrong, student teams achievement divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student
achievement and attitude, (Journal of Social Studies Research: Student Teams Achievement Division, http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3823/is_199804/ai_n8783828/print, 2008), h. 1