Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 60 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ANTARA PERMAINAN KASTI DENGAN PERMAINAN BENTENG TERHADAP PENINGKATAN KESEGARAN JASMANI DAN VITAL KAPASITAS PARU-PARU MURID SD KECAMATAN BACUKIKI KOTA PARE-PARE Oleh: H. AD’DIEN )* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Ada tidaknya pengaruh latihan permainan kasti terhadap peningkatan kesegaran jasmani murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (2) Ada tidaknya pengaruh latihan permainan kasti terhadap peningkatan kapasitas vital paru murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (3) Ada tidaknya pengaruh latihan permainan benteng terhadap peningkatan kesegaran jasmani murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (4) Ada tidaknya pengaruh latihan permainan benteng terhadap peningkatan kapasitas vital paru murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (5) Ada tidaknya perbedaan antara pengaruh latihan permainan kasti dengan permainan benteng terhadap peningkatan kesegaran jasmani murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (5) Ada tidaknya perbedaan antara pengaruh latihan permainan kasti dengan permainan benteng terhadap peningkatan kpasitas paru murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare. Sampel sebanyak 60 orang dari murid SD Negeri 79 dan SD Negeri 35 di Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Ada pengaruh latihan permainan bola kasti terhadap tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 10.717 (P < 0,05), Ada pengaruh permainan benteng terhadap tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Se- Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 6.785 (P < 0,05), Ada pengaruh latihan permainan kasti terhadap kapasitas vital paru murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 4.600 (P < 0,05), Ada pengaruh latihan permainan benteng terhadap kapasitas vital paru murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 6.594 (P < 0,05), Ada perbedaan pengaruh antara latihan permainan bola kasti dan latihan permainan benteng terhadap tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai F hitung = 5.008 (P < 0,05), Ada perbedaan pengaruh antara latihan permainan bola kasti dan benteng terhadap kapasitas vital paru murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 3.315 (P < 0,05). Kata kunci : Kesegaran jasmani, kapasitas vital paru, permainan kasti, permainan benteng
22
Embed
PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ANTARA …digilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri makassar... · PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ANTARA PERMAINAN KASTI ... fitness of students
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
60
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ANTARA PERMAINAN KASTI DENGAN PERMAINAN BENTENG TERHADAP PENINGKATAN
KESEGARAN JASMANI DAN VITAL KAPASITAS PARU-PARU MURID SD KECAMATAN BACUKIKI KOTA PARE-PARE
Oleh:
H. AD’DIEN )*
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Ada tidaknya pengaruh latihan permainan kasti terhadap peningkatan kesegaran jasmani murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (2) Ada tidaknya pengaruh latihan permainan kasti terhadap peningkatan kapasitas vital paru murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (3) Ada tidaknya pengaruh latihan permainan benteng terhadap peningkatan kesegaran jasmani murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (4) Ada tidaknya pengaruh latihan permainan benteng terhadap peningkatan kapasitas vital paru murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (5) Ada tidaknya perbedaan antara pengaruh latihan permainan kasti dengan permainan benteng terhadap peningkatan kesegaran jasmani murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare, (5) Ada tidaknya perbedaan antara pengaruh latihan permainan kasti dengan permainan benteng terhadap peningkatan kpasitas paru murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare. Sampel sebanyak 60 orang dari murid SD Negeri 79 dan SD Negeri 35 di Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Ada pengaruh latihan permainan bola kasti terhadap tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 10.717 (P < 0,05), Ada pengaruh permainan benteng terhadap tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 6.785 (P < 0,05), Ada pengaruh latihan permainan kasti terhadap kapasitas vital paru murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 4.600 (P < 0,05), Ada pengaruh latihan permainan benteng terhadap kapasitas vital paru murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 6.594 (P < 0,05), Ada perbedaan pengaruh antara latihan permainan bola kasti dan latihan permainan benteng terhadap tingkat kesegaran jasmani murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai F hitung = 5.008 (P < 0,05), Ada perbedaan pengaruh antara latihan permainan bola kasti dan benteng terhadap kapasitas vital paru murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, terbukti di peroleh nilai t hitung = 3.315 (P < 0,05).
Kata kunci : Kesegaran jasmani, kapasitas vital paru, permainan kasti,
permainan benteng
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
61
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
ABSTRACT
Comparison Between the Effect of Exercise rounders By Game Fortress Game Against Increasing Physical Freshness And Vital Lung Capacity District elementary students Bacukiki Pare-Pare. This study aims to determine: (1) There is a correlation exercise rounders game against the increase in physical fitness of primary school students sub-district Bacukiki Pare-Pare, (2) There is a correlation exercise rounders game against the increase in lung vital capacity of primary school students sub-district Bacukiki Pare-Pare, (3) There is a correlation exercise fortress game against increasing physical fitness of primary school students sub-district Bacukiki Pare-Pare, (4) There is a correlation exercise game stronghold of vital lung capacity building of primary school students sub-district Bacukiki Pare-Pare, (5) There whether the difference between the effect exercise rounders game by game stronghold on improving physical fitness of primary school students sub-district Bacukiki Pare-Pare, (5) There is at least the difference between the effect exercise rounders game by game stronghold of primary school pupils increased lung kpasitas District Bacukiki Pare-Pare. Sample as many as 60 people from elementary school students 79 and Elementary School 35 in District Bacukiki Pare-Pare. Results of hypothesis testing showed that there baseball game exercise influence on the level of physical fitness of students Elementary School District A Bacukiki Parepare, proven obtained t value = 10 717 (P <0.05), There is the influence of the fortress game against the physical fitness level of students Elementary School District A Bacukiki Parepare, proven obtained t value = 6785 (P <0.05), There is the influence of exercise rounders game against lung vital capacity Elementary School students Se-Sub Bacukiki Parepare, proven obtained t value = 4600 (P <0.05), There is the influence of exercise game stronghold of vital lung capacity of primary school pupils A Sub Bacukiki Parepare, proven obtained t value = 6594 (P <0.05), There is a difference between the effect of exercise baseball game and practice games stronghold of the level of physical fitness of students Elementary School District A Bacukiki Parepare, proven in obtaining the value of F count = 5008 (P <0.05), There is a difference in effect between exercise and citadel baseball game against the vital capacity lung Elementary School students Se-Sub Bacukiki Parepare, proven obtained t value = 3315 (P <0.05). Keywords: Physical fitness, lung vital capacity, baseball game, castle games
PENDAHULUAN
Kehidupan di masa yang
akan datang penuh dengan
tantangan, di antaranya ancaman
terhadap kualitas hidup yang
berhubungan dengan kesehatan
manusia. Masyarakat di negara
maju sudah merasakan rangkaian
akibat dari gaya hidup yang lebih
banyak diam, kurang bergerak dan
kelebihan kalori sebagai dampak
dari otomatisasi dan kelebihan
kalori. Cepat atau lambat sekarang
mulai terasa masyarakat Indonesia
sudah mulai menjalani gaya hidup
diam, terutama dikalangan lapisan
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
62
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
menengah keatas. Akibat yang
dirasakan yaitu adalah
meningkatnya penyakit regeneratif
atau penyakit hipokinetik (kurang
gerak), akibat langsung adalah
rendahnya kemampuan dan
tingginya angka sakit yang tentunya
juga berdampak terhadap
kesegaran jasmani seseorang.
Dengan modernisasi yang
serba teknologi, membatasi
manusia dari aktivitas fisik berupa
permainan olahraga, sehingga
tingkat kebugaran fisik, tidak
sesuai dengan beban aktivitas
sehari-hari, termasuk beban tubuh
yang menyebabkan malas untuk
bergerak. “Melalui aktivitas fisik
yang teratur maka akan diperoleh
gerakan fungsi organ tubuh yang
memadai bagi pembinaan
kemampuan fisik dan persendian
yang lebih baik” (Rattu, 2001).
Suatu wadah yang tepat
untuk menanggulangi dampak yang
akan terjadi terhadap rangkaian
permasalahan di masa akan datang
adalah melalui pendidikan, dan
salah satu kajian untuk membina
pola hidup sehat adalah melalui
pendidikan jasmani.
Oleh sebab itu, tujuan utama
pendidikan jasmani ialah membina
kesehatan sekaligus kebugaran
jasmani, Lutan (2000)
mengungkapkan bahwa secara
umum tujuan pendidikan jasmani
untuk perkembangan organik
mencakup kesegaran jasmani dan
komponen dasar yang meliputi
kekuatan, power, daya tahan
kardiovaskuler dan daya tahan otot.
Pendidikan sebagai suatu
pembinaan manusia yang
berlangsung seumur hidup,
pendidikan jasmani yang diajarkan
di sekolah memiliki peranan yang
sangat penting, yaitu memberikan
kesempatan pada anak didik untuk
terlibat langsung dalam berbagai
pengalaman belajar melalui aktifitas
jasmani, olahraga dan kesehatan
yang terpilih yang dilakukan secara
sistimatika. Pembekalan
pengalaman belajar itu diarahkan
untuk membina pertumbuhan fisik
dan pengembangan psikis yang
lebih baik, sekaligus membentuk
pola hidup sehat dan bugar
sepanjang hayat.
Pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu,
pelaksanaan pendidikan jasmani
harus diarahkan pada pencapaian
tujuan pendidikan tersebut. Tujuan
pendidikan jasmani bukan aktifitas
jasmani itu sendiri, tetapi untuk
mengembangkan potensi murid
melalu aktifitas jasmani (Depdiknas,
2003).
Dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani guru harus
dapat mengajarkan berbagai
keterampilan gerak dasar, teknik
dan strategi permainan / olahraga,
internalisasi nilai-nilai (sportifitas,
jujur kerjasama, dan lain-lain) dari
pembiasaan pola hidup sehat.
Pelaksanaannya bukan melalui
pengajaran konvensional di dalam
kelas yang bersifat kajian teoritis,
namun melibatkan unsur fisik
1
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
63
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
mental, intelektual, emosional dan
sosial. Aktivitas yang diberikan
dalam pengajaran harus
mendapatkan sentuhan dikdakdik-
metodik, sehingga aktivitas yang
dilakukan dapat mencapai tujuan
pengajaran. Melalui pendidikan
jasmani diharapkan siswa dapat
memperoleh berbagai pengalaman
untuk mengungkapkan kesan
pribadi yang menyenangkan, kreatif,
inovatif, terampil, meningkatkan dan
memeliharan kesegaran jasmani
serta pemahaman terhadap gerak
manusia.
Dalam materi bermain atau
permainan dalam rangka
pembelajaran pendidikan jasmani,
anak akan melakukan permainan itu
dengan rasa senang, pada
umumnya anak merasa lebih
senang melakukan permainan,
daripada melakukan cabang
olahraga permainan yang lain.
Karena rasa senang inilah maka
anak akan mengungkapkan
kepribadiannya yang asli pada saat
mereka bermain, baik itu berupa
watak asli, maupun kebiasaan yang
telah membentuk kepribadiannya.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa dengan bermain seseorang
dapat mengaktualisasikan potensi
aktivitas manusia dalam bentuk
gerak, sikap dan perilaku. Dari
situasi yang timbul ini maka seorang
tenaga pengajar pendidikan jasmani
dapat melaksanakan kewajibannya.
Sebab situasi itu bilamana perlu,
guru dapat memberi pengarahan,
koreksi, saran latihan atau dorongan
yang tepat agar anak didiknya
berkembang lebih baik, dan dapat
mencapai kedewasaan yang
diharapkan. Dengan demikian dapat
pula dikatakan bahwa dengan
bermain kita dapat meningkatkan
kualitas anak sesuai dengan aspek
pribadi manusia yang secara tidak
langsung dapat pula meningkatkan
kesegaran jasmani murid melalui
aktivitasnya.
Murid dipandang sebagai
salah satu sumber untuk
menentukan apa yang akan
dijadikan bahan pelajaran, agar
kemampuan murid dapat
dikembangkan seoptimal mungkin.
Untuk itu perlu dipelajari bagaimana
murid tumbuh, berkembang dan
belajar, apa kebutuhan dan
minatnya. Menurut Yusuf (1998)
bahwa: Aliran progresif anak
merupakan satu kesatuan yang
utuh, perkembangan emosi dan
sosial sama pentingnya dengan
perkembangan intelektual. Isi
pengajaran berasal dari
pengalaman murid sendiri yang
sesuai dengan minat dan
kebutuhannya.
Dalam rangka peningkatan
kesegaran jasmani salah satu
kegiatan yang ada disekolah yaitu
permainan. Tujuan permainan di
sekolah adalah membantu murid
dalam peningkatan kesegaran
jasmani melalui pengenalan dan
penanaman sikap positif serta
kemampuan gerak dari berbagai
aktifitas permainan, sedangkan
fungsi dari permainan yang
disajikan di sekolah memiliki fungsi
antara lain pengembangan aspek:
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
64
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
(1) organic, (2) neuro moscular, (3)
perceptual, (4) social dan (5)
emosional (Depdiknas, 2003)
Kesegaran jasmani
merupakan aspek yang sangat
penting dari kesegaran tubuh
secara keseluruhannya yang
memberikan kesanggupan pada
seseorang untuk menjalani hidup
yang produktif serta dapat
menyesuaikan diri setiap beban fisik
yang layak, (Sutarman, 1997). Dari
uraian di atas dapatlah kita
simpulkan bahwa Pendidikan
jasmani adalah untuk memacu
pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, mental, emosional dan
sosial yang selaras dalam upaya
membentuk dan mengembangkan
kemampuan gerak, menanamkan
nilai, sikap dan membiasakan hidup
sehat dikalangan murid. Kesegaran
jasmani adalah kemampuan
seseorang mengerjakan satu seri
kelompok otot-otot dalam waktu
yang lama untuk membebani sistim
peredaran darah dan pernafasan
tanpa menyebabkan ia berhenti
bekerja (Bafirman, 1994). Seorang
murid yang memiliki tingkat
kesegaran jasmani yang tinggi atau
tingkat kondisi tubuh yang prima
akan dapat melakukan aktifitas
belajar dengan baik dalam waktu
yang cukup lama, tanpa mengalami
kelelahan yang berarti. Sedangkan
fungsi paru Paru merupakan salah
satu organ tubuh yang berfungsi
didalam sistem pernafasan, disini
terjadi pertukaran udara antara
oksigen ditarik masuk dalam darah
dan karbondioksida akan
dikeluarkan darah secara osmose
(Syaifuddin 1997). Pada saat
olahraga, produksi karbondioksida
sebagai hasil sisa metabolisme
akan bertambah, begitu juga
kebutuhan oksigen untuk oksidasi
didalam sel-sel bertambah.
Pembuangan karbondioksida
yang meningkat tersebut
dilaksanakan oleh sistem
pernapasan. Sehingga pada
olahraga yang intensif, frekuensi
maupun mendalamnya pernapasan
akan bertambah guna menghasilkan
ventilasi paru yang meningkat.
Adapun kegunaan hasil kenaikan
ventilasi paru ini akan menambah
pengiriman O2
dan mempercepat
pembuangan CO2. Orang yang
terlatih mempunyai kecenderungan
bahwa mendalamnya pernapasan
nyata sekali bertambah, sedangkan
frekuensi pernapasan tidak begitu
nyata (Octia Woro 1999) Berbeda
dengan orang yang tidak terlatih,
pada orang tidak terlatih frekuensi
pernapasannya semakin meningkat.
Padahal dalam setiap tarikan napas
selalu ada udara yang tidak sampai
pada alveoli, udara tersebut hanya
ada pada ruang mati. Sehingga
makin banyak frekuensi pernapasan
maka semakin banyak pula udara
yang tidak ikut menyegarkan alveoli.
Jadi semakin tinggi frekuensi
pernapasan, berarti kurang efisien
(Octia Woro 1999). Hal ini sangat
erat kaitannya dengan kemampuan
murid untuk melakukan aktivitas
belajar oleh sebab itu peningkatan
kesegaran jasmani dan kapasitas
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
65
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
vital paru sangat penting dalam
aktivitas murid keseharian dalam
proses pembelajaran.
Untuk dapat menyelaraskan
perkembangan kemampuannya
secara optimal, diperlukan kreatifitas
guru untuk memilih alternatif
permainan yang menekankan pada
aktifitas gerak murid yang lebih aktif,
sehingga mampu meningkatkan
tingkat kesegaran murid. Salah satu
materi pelajaran yang diajarkan pada
sekolah dasar yaitu permainan bola
kecil dan salah satunya adalah
permainan bola kasti dan permainan
tradisional (benteng). Kedua aktivitas
ini mempunyai tingkat efektifitas
gerak yang dapat meningkatkan
kesegaran jasmani
Potensi fisik yang
digunakan dalam permainan bola
kasti dan permainan benteng
adalah hubungan gerak organ-
organ tubuh secara keseluruhan.
Termasuk kontraksi otot-otot yang
dilibatkan dalam melakukan teknik
dasar permainan. Kedua
permainan tersebut, memiliki
prioritas komponen kondisi fisik
dalam melakukan gerakan, serta
fasilitas lainnya yang mendukung
pelaksanaan permainan tersebut.
Dari teknik dasar yang sama yaitu
berlari diasumsikan bahwa kedua
bentuk permainan ini sangat
mendukung dalam peningkatan
kesegaran jasmani, sehingga
perlu dianalisis secara ilmiah
mengenai konsep gerak dasar
permainan tersebut dalam
pemeliharaan dan peningkatan
kesegaran jasmaninya.
Di sekolah dasar kota
Parepare berdasarkan pengamatan
yang penulis lakukan dalam
bebarapa tahun belakangan ini,
dimana keinginan murid untuk
bermain masih dirasakan sangat
kurang. Kendalanya pada praktek di
lapangan, guru lebih menekankan
pada aspek keterampilan cabang
olahraga dari pada nilai-nilai akan
kebutuhan murid yaitu pada
penekanan bermain.
Selain itu yang menjadi pokok
permasalahan adalah kedua bentuk
permainan tersebut, kurang
diterapkan oleh guru pendidikan
jasmani di sekolah, padahal sudah
menjadi bagian dari isi kurikulum
secara nasional yang diajarkan di
sekolah. Inilah yang menjadi salah
satu perhatian, sehingga permainan
kasti dan permainan benteng dapat
dijadikan pilihan dalam bentuk latihan
pada tingkat sekolah dasar, dan
selama ini guru hanya terfokus pada
kecabangan olahraga yang lebih
banyak mengajarkan pada tingkat
keterampilan.
Peningkatan kesegaran
jasmani melalui permainan di
sekolah dasar sangat berhubungan
erat dengan kapasitas vital paru
yang merupakan suatu proses yang
melibatkan mekanisme jantung dan
pembuluh darah dan darah. Karena
berhubungan dengan proses
ekspirasi dan inspirasi dalam
melakukan aktivitas gerak. Oleh
sebab itu keduanya menjadi fokus
pembinaaan latihan yang perlu
disajikan di sekolah.
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
66
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Berdasarkan pada
permasalahan diatas maka
penelitian ini diarahkan pada
permainan kasti dan permainan
tradisional (permainan benteng)
kedua jenis permainan ini memiliki
prosedur pelaksanaan yang
berbeda yaitu pada aktivitas gerak
dan metode permainan. Yang
diharapkan dapat meningkatkan
kesegaran jasmani dan kapasitas
vital paru.
Konsep Permainan
Perhatikan seorang anak
yang sedang bermain, alangkah
gembiranya, alangkah sehatnya,
alangkah tidak bebasnya, alangkah
tidak resminya dan begitu seriusnya
kelihatan. Kalau ibu atau ayahnya
ditanya mengapa “Sonny” bermain
jawaban adalah bahwa anak itu
tidak dapat bekerja tanpa itu.
Sebagaimana kecenderungan pada
umumnya, permainan selalu
mempunyai daya tarik psikologis
dan Philosofhy. Sampai saat ini
asal-usul dan fungsi permainan
belum diketahui. Kalau dipikir
permainan hanya membuang-buang
waktu dan energi belaka, sekarang
permainan telah menjadi media atau
perantara suatu kekuatan pada
aturan sekolah dan pengembangan
pribadi seseorang yang lebih besar.
Kegiatan permainan binatang sama
dengan manusia, secara luas
ditandai dengan kebebasan, secara
spontan dan menyenangkan.
permainan sangat penting untuk
persiapan, pertumbuhan dan
perkembangan organisme”.
Permainan bukanlah merupakan sisi
luar aktivitas tetapi berada dalam
aktivitas itu sendiri. Secara
bertentangan banyak sekali perilaku
anak-anak yang tidak mempunyai
tujuan adalah sangat berguna untuk
persiapan dan aktivitas hidup dalam
perilakunya. Permainan hanyalah
untuk bermain saja. Selanjutnya hal
tersebut mengacu pada akivitas-
aktivitas yang disertai dengan
pernyataan kepuasan baik mental
maupun fisik yang menyenangkan,
kuat, meriangkan dan merasakan
inisiatif itu sendiri. Adalah penting
bagi anak-anak untuk menciptakan
suatu cerita ketika dia betul-betul
menghentikan permainannya. Dia
merusak bonekanya untuk
memperbaikinya kembali. Oleh
karena itu permainan merupakan
imajinasi yang tinggi dan ungkapan
kreativitas dari “diri sendiri” ketika
kita berkata permainan merupakan
sesuatu fenomena yang menarik”,
kita terpaksa percaya bahwa itu
adalah kebutuhan hidup manusia.
Permainan merupakan
pengembangan dari kata main
atau bermain, yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan
manusia sehari-hari. Menurut
Lutan (1991) bahwa: Bermain
merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar, suka rela
tanpa paksaan dan tak sungguhan
dalam batas waktu, tempat dan
ikatan peraturan. Namun
bersamaan dengan ciri itu bermain
menyerap ikhtiar yang sungguh-
sungguh dari pemainnya disertai
dengan ketegangan dan kesukaan
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
67
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
untuk mencapai tujuan yang berada
dalam kegiatan itu sendiri dan tak
berkaitan dengan persoalan
material, tetapi kesenangan semata
yang diharapkan.
Beberapa definisi tentang
bermain, memunculkan perbedaan
ciri dan karakteristik dari psikolog,
filosof dan pedagogi. Psikolog
mengatakan bahwa bermain adalah
dorongan langsung dari dalam diri
individu secara internal, sementara
filosof melihat sebagai usaha untuk
membantu mencapai tujuan
pendidikan melalui faktor internal
dan eksternal, sedangkan pedagog
menekankan pada nilai-nilai untuk
mengembangkan harmoni antara
jiwa dan raga melalui pembelajaran,
latihan atau kebutuhan rekreasi.
Perbedaan tersebut, tentu
berdasarkan aspek pandang
keilmuan masing-masing, tetapi
esensinya pada dunia pendidikan
mengakui adanya ungkapan yang
menyatakan bahwa makin banyak
kesempatan bermain, makin
sempurnalah penyesuaian anak
terhadap keperluan hidupnya di
dalam masyarakat.
Berbeda dengan Loy (dalam
Lutan, 1988) yang memberi
spesifikasi, “Bahwa bermain
merupakan karakteristik utama
pada olahraga. Olahraga yang
merupakan permainan adalah
kompetitif; dan olahraga
melibatkan kombinasi beberapa
keterampilan, strategi, dan
kesempatan.” Dalam permainan
inilah, diterapkan unsur-unsur
tujuan pendidikan yang lebih
konprehensif dengan mengacu
pada kognitif, afektif dan
psikomotor. Dengan demikian,
permainan merupakan aktivitas
yang bervariasi pelaksanaannya,
adapun yang termasuk permainan
ialah: “Permainan anak-anak,
permainan tradisonal, permainan
kecil, dan permainan bola besar”
(Sukintaka, 1992).
Hal itu menjadi perhatian,
karena permainan bagi anak
merupakan kegiatan yang
membantu berkembang menjadi
remaja, dewasa hingga lanjut usia.
Dengan demikian, bermain
memiliki peran fungsi dalam
pendidikan yang memberi
kepuasan dan kebutuhan nilai-
nilai. Soemitro (1992)
menyampaikan fungsi bermain
dalam pendidikan mengadung
nilai-nilai: “Mental, fisik
(kesehatan) dan sosial.” Oleh
karena itu, yang menjadi perhatian
dalam konsep permainan ini
adalah mental, fisik dan sosial.
Konsep permainan ini, sebagai
kebutuhan dalam membentuk
karakteristik murid sekolah dasar,
yang dalam hal ini adalah obyek
pendidikan.
Permainan Kasti
Permainan kasti adalah
permainan kecil dengan bola kecil
yang menggunakan alat, yang
disederhanakan dengan disebut
bola kecil. Menurut Sukintata (1992)
bahwa yang dimaksud dengan
permainan kecil adalah : Permainan
yang tidak mempunyai aturan baku,
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
68
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
dan tidak ada organisasi induk,
termasuk didalamnya ialah
permainan anak-anak, kasti,
„rounders‟, bola pukul, bola tangan,
dan bola keranjang serta
bentengyang dijadikan permainan
pada sekolah dasar.
Kata kasti berasal dari
bahasa Belanda, kasti artinya suatu
permainan dilapangan yang
menggunakan bola kecil dan
pemukul yang terbuat dari kayu.
“Permainan kasti dilakukan secara
beregu, yang dimainkan oleh dua
regu, setiap regu terdiri dari 12
pemain, dengan memerankan
fungsinya masing-masing, yang
dimainkan di lapangan berumput
dan berbentuk empat persegi
panjang”. (Depdiknas, 2001)
Pada permainan kasti
berasal terdiri dari beberapa
gerakan dasar yang digunakan
dalam bermain, gerakan dasar
tersebut adalah melempar,
menangkap dan memukul, serta
berlari, adapun uraiannya sebagai
berikut:
1. Melempar, cara melakukan
lemparan dalam permainan bola
kasti adalah: (1) lemparan bola
datar, (2) lemparan bola
melambung ke atas/parabola (3)
melambungkan bola pada sisi
pemukul (4) lemparan bola
menggelinding.
2. Menangkap bola dalam
permainan kasti terdiri dari: (1)
menangkap bola datar dan bola
rendah, (2) menangkap bola
parabola/melambung ke atas (3)
menangkap bola menggelinding.
3. Memukul bola terdiri dari : (1)
memukul bola mendatar, (2)
memukul bola merendah, (3)
memukul bola melambung.
4. Berlari dilakukan setelah
memukul bola, dengan melewati
tiang pertolongan/langsung ke
tiang bebas, atau dapat berlari
kembali ke ruang bebas untuk
mendapatkan poin.
Sebelum permainan dimulai,
para pemain diharuskan melakukan
pemanasan terlebih dahulu, seperti
pada permainan olahraga lainnya,
sehingga dapat menggunakan
peralatan dengan baik.
Permainan Benteng
Pada waktu sekarang
mungkin sekali permainan
tradisional tidak lagi dimainkan oleh
anak-anak. Permainan yang
merupakan hasil budi daya manusia
pada masa lampau itu, sebenarnya
telah menggairahkan anak untuk
bersenang-senang, dan mempunyai
pengaruh yang sangat bermakna
pada perkembangan pribadi anak-
anak mereka. Mengungkapkan dan
melestarikan permainan daerah
tradisional, merupakan pelestarian
nilai-nilai budaya bangsa.
Pengenalan kembali budaya bangsa
ini diharapkan dapat menggugah
perasaan dan pengertian anak
tentang budaya bangsanya.
Pengenalan kembali kepada yang
telah lampau merupakan suatu hasil
budaya nenek moyang, dapat
dirasakan sebagai sesuatu yang
dapat dinikmati sesuatu yang perlu
dimiliki dan dilestarikan.
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
69
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Pada permainan benteng
terdiri dari beberapa gerakan dasar
yang digunakan dalam bermain,
gerakan dasar tersebut adalah
berlari, menghindar, adapun
uraiannya sebagai berikut:
1. Tempat/lapangan
2. Peralatan
3. Waktu dan lama permainan
Lama permainan 2 x 25menit
istirahat 10menit
4. Pemain
Setiap regu terdiri dari 10 orang,
cadangan 2 orang
5. Cara bermain
a. Sebelum permainan dimulai
diadakan pengundian
b. Regu yang menang undian
memulai permainan dengan
cara keluar dari benteng
untuk memancing lawan
c. Setiap pemain berfungsi
sebagai pemancing atau
dikejar sebagai pengejar. Ia
akan menjadi pengejar regu
lawan apabila lebih dahulu
meninggalkan bentengnya,
dan ia akan menjadi orang
orang yang dikejar oleh
lawan apabila ia belakangan
meninggalkan bentengnya.
d. Anggota regu yang
tertangkap akan menjadi
tawanan dari pihak lawan
e. Cara menangkap cukup
dengan menyentuh bagian
badan lawan
f. Tawanan yang berkumpul
didaerah tawanan dapat bebas
kembali apabila teman
seregunya yang belum
tertangkap dapat
membebaskan dengan jalan
menyentuh bagian badannya.
Tawanan yang lebih dari satu
orang, semuanya dapat
bebas dengan menyentuh
salah seorang tawanan, bila
satu dengan yang lainnya
bergandengan.
g. Kapten regu ditandai dengan
ban/pita dilengan kanan dan
mengatur setiap anggota
regunya. Bila kapten regu
tertangkap, tugas diserahkan
kepada salah seorang
anggota regunya
h. Benteng suatu regu
dinyatakan terbakar apabila
salah seorang dari regu
lawan dapat membakar
benteng dengan jalan
menginjakkan kakinya
didaerah benteng
i. Setelah salah satu regu
benteng terbakar, permainan
dilanjutkan dengan regu yang
berhasil membakar berfungsi
sebagai pemancing
j. Pemain yang keluar dari
garis lapangan permainan
dianggap tertangkap
6. Penggantian pemain
Selama permainan berlangsung
setiap regu diperbolehkan
mengadakan pergantian pemain
sebanyak dua kali
7. Wasit, pembantu wasit dan
pencatat
a. Pertandingan dipimpin oleh
seorang wasit dan dua orang
pembantu wasit
b. Tugas wasit memimpin
jalannya pertandingan
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
70
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
c. Tugas pembantu wasit
khusus dalam memancing,
mengawasi garis, mengawasi
tahanan dan pembakaran
benteng
d. Pencatat bertugas mencatat
nilai yang diperoleh masing-
masing regu dan mengawasi
pergantian pemain
8. Penilaian dan penentuan
pemenang
a. Regu yang dapat membakar
benteng lawannya mendapat
nilai satu. Regu yang paling
banyak membakar benteng
lawan dinyatakan sebagai
pemenang
b. Apabila pada akhir
pertandingan kedua regu
mendapat nilai sama, maka
diadakan pertandingan
perpanjangan waktu 2x5
menit tanpa istirahat
c. Apabila masih tetap sama
ditentukan dengan undian
Tingkat Kesegaran Jasmani
Perkataan kesegaran jasmani
lasim dikenal dengan istilah asing
“physical fitness.” Physical berarti
badan atau tubuh sedangkan fitness
berarti segar. Jadi yang dimaksud
dengan physical fitness (kesegaran
jasmani) yaitu badan yang sehat
dan segar. Pengertian kesegaran
jasmani dipandang sebagi suatu
konsep yang mempunyai ruang
lingkup yang cukup luas. Oleh
karena itu, para ahli mendefenisikan
sesuai dengan sudut pandang
keahlian. Misalnya, dari segi
kedokteran lebih menitik beratkan
pada kemampuan jantung dan paru-
paru. Dari bidang olahraga lebih
menitik beratkan pada keberhasilan
melakukan aktifitas fisik tanpa
menimbulkan kelelahan yang
berarti.
Soedarno SP (1990)
mengatakan bahwa: “Seseorang
yang memiliki kesegaran jasmani
yang baik akan mampu memenuhi
tuntutan fisik tertentu.” selanjutnya
dikatakan pula : “seseorang
dinyatakan fit untuk sesuatu tugas
aktifitas apabila ia mampu
menyelesaikan tugas tersebut
cukup efesien dan tanpa kelelahan
yang berlebihan dan dapat pulih
kembali.”. Pasau (1992) bahwa:
Kesegaran jasmani dirumuskan
sebagai kemampuan pemulihan
(recovery) pernafasan dan
peredaran darah sesudah
melakukan pekerjaan atau tugas
gerak dengan beban berdasarkan
standar tertentu dan suatu
pernyataan bahwa sistem dalam
tubuh, dalam keadaan mampu/siap
untuk memikul kegiatan-
kegiatannya secara memuaskan
serta tergantung pada potensi
biodinamik dari individu yang
meliputi potensi fungsional dan
metabolismenya.
Pasau (1992) mengatakan
bahwa: “Kesegaran jasmani adalah
kemampuan individu untuk
mengemban tugas sampai selesai
dengan baik, tanpa mengalami
kelelahan yang berarti.”
Dari pandangan tentang
kesegaran jasmani, dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
71
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kesegaran jasmani merupakan
kemampuan dasar fisik manusia
yang esensial dalam dirinya yang
selalu siap memikul beban tugas
yang diminta atau yang dibebankan
kepada individu untuk dilaksanakan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
kesegaran jasmani adalah suatu
kesanggupan atau kemampuan
tubuh seseorang yang secara utuh
melakukan suatu kerja atau
kegiatan yang efektif dan efesien
tanpa menimbulkan kelelahan yang
berarti bagi seseorang dan
sesudahnya masih memiliki tenaga
yang cukup untuk melakukan atau
melanjutkan kegiatan yang lain.
Kesegaran jasmani terdiri
berbagai unsur, berikut ini
pembagian unsur-unsur kesegaran
jasmani menurut para ahli.
Soekarno (1990) membagi
unsur-unsur kesegaran jasmani
menjadi 12 komponen, yaitu: (1)
kesehatan yang baik, (2) kekuatan,
(3) kelincahan, (4) ketahanan
muscular, (5) kecepatan, (6)
keseimbangan, (7) kelentukan, (8)
koordinasi, (9) ketahanan
kardiorespirasi, (10) berat badan
yang sesuai, (11) kemampuan
motorik umum, dan (12)
ketangkasan neuromusculer.
Adisasmita (1991)
mengungkapkan unsur kesegaran
jasmani yaitu: (1) daya tahan
(endurance), (2) kekuatan otot
(muscle strength), (3) tenaga ledak
(muscle explusive power), (4)
kecepatan (speed), (5) ketangkasan
(agility), (6) kelentukan (flexibility),
(7) keseimbangan (balance), (8)
kecepatan reaksi (reaction time),
dan (9) koordinasi (coordination).
Cholik (2002) membagi unsur-
unsur kesegaran jasmani menjadi
10 komponen sebagai berikut: (1)
resistance to disease (daya tahan
dari penyakit), (2) muscular strength
and muscular endurance (kekuatan
otot dan daya tahan otot), (3)
endurance cardiovascular–
respiration (daya tahan jantung,
peredaran darah dan pernafasan,
(4) muscular power (daya ledak
otot), (5) flexibility (kelentukan), (6)
speed (kecepatan), (7) agillity
(kelincahan), (8) coordination (koordinasi),
(9) balance (keseimbangan), (10)
accurasi (ketepatan).
Apabila derajat kesegaran
jasmani cukup tinggi yang dimiliki
seseorang memberikan ciri-ciri
sebagaimana dikemukakan oleh
Soekarno (1990) bahwa: “1) tahan
lama bekerja, 2) dinamis, 3) kreatif,
4) daya juang tinggi, 5) tidak mudah
stress, 6) awet muda, 7) tidak
mudah putus asa, dan 8) tidak loyo.”
Kesegaran jasmani merupakan
aspek yang sangat penting dari
kesegaran jasmani secara
keseluruhannya, yang nantinya
akan memberikan kesanggupan
pada seseorang untuk menjalani
hidup yang produktif serta dapat
menyesuaikan diri setiap beban fisik
yang layak, (Sutarman, 1997).
Kemampuan seseorang untuk
menunaikan tugasnya sehari–hari
dengan gampang, tanpa merasa
lelah yang berlebihan, dan masih
mempunyai sisa atau cadangan
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
72
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
tenaga untuk keperluan yang
mendadak.
Tingkat kesegaran jasmani
sangat penting dan sesuai dengan
kebutuhan murid yang selalu
dihadapkan dengan kegiatan jadwal
pelajaran yang padat, karena bila
kesegaran jasmani meningkat akan
dapat memberikan hal yang berarti
terhadap ketahanan jasmaniah.
Seseorang memiliki tingkat
kesegaran jasmani yang tinggi akan
memiliki kekuatan dan ketahanan
untuk melakukan aktifitas kehidupan
tanpa mengalami kelelahan yang
berarti.
Selanjutnya “Seseorang yang
mempunyai dasar kesegaran
jasmani yang baik, dan
perkembangan badan yang kuat
melalui aktifitas jasmani, akan lebih
memiliki pandangan keingintahuan
sebab mempunyai semangat hidup
yang lebih besar dan tingkat
tenaganya yang tinggi. Tenaga
tersebut diperlukan untuk
menyelesaikan tugasnya dan
kegiatan rutin (Adisasmita, 1998).
Dari penjelasannya dapat
dikemukakan bahwa kesegaran
jasmani merupakan faktor penentu
dalam segala aspek kehidupan.
Seorang yang memiliki tingkat
kesegaran jasmani yang tinggi atau
tingkat kondisi tubuh yang prima
akan dapat melakukan aktifitas yang
lama dengan beban yang cukup,
tanpa mengalami kelelahan yang
berarti.
Dengan meningkatnya
kesegaran jasmani murid, dia akan
mempunyai daya tahan tubuh
terhadap berbagai macam penyakit
yang akan mengganggu aktifitas
belajarnya. Kekebalan terhadap
penyakit merupakan faktor yang
sangat penting. Seorang murid yang
dikatakan dalam kondisi baik (fit)
kesegaran jasmaninya.
Kapasitas Vital Paru
Kapasitas vital paru
merupakan suatu status kondisi
fisiologis yang berkaitan dengan
kemampuan pengolahan udara
pernapasan. Sebagaimana yang
dikemukan oleh Pearce dalam
Yuliana (1992) bahwa : Kapasitas
vital paru diartikan sebagai
besarnya volume udara yang
diperoleh tubuh dari atmosfir pada
saat sedang berinspirasi (menarik
napas) serta dibandingkan dengan
sejumlah udara yang dikeluarkan
pada saat ekspirasi (mengeluarkan
napas).
Dengan demikian maka
dapat dikatakan bahwa kapasitas
vital paru erat kaitannya dengan
kualitas paru-paru. Umumnya telah
mengetahui peranan penting dari
paru-paru dan dengan sendirinya
pula kita menghendaki paru-paru
sesehat mungkin. Upaya untuk
meningkatkan kemampuan
kapasitas vital paru maka
memerlukan suatu latihan tertentu.
Dalam kaitannya dengan
peningkatan kesegaran jasmani,
maka kapasitas vital paru
merupakan suatu proses yang
melibatkan mekanisme jantung dan
pembuluh darah dan darah.
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
73
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Namun demikian pernapasan
bertujuan untuk menghantar O2 dari
udara ke sel-sel di dalam tubuh
serta mengangkut CO2 yang
dihasilkan dalam pertukaran zat
didalam sel-sel ke udara luar. Udara
masuk kedalam paru-paru melalui
alat-alat pernapasan.
Proses pernapasan dalam
tubuh manusia dibedakan atas
pernapasan luar (pernapasan paru-
paru) dan pernapasan dalam
(pernapasan jaringan). Pernapasan
paru adalah proses pengambilan
oksigen dari atmosfer melalui dan
hidung pada waktu bernapas.
Oksigen yang masuk melalui trakea,
pipa bronkialis dan alveoli serta
yang berhubungan dengan darah
dalam kapiler pulmonalis.
Sedangkan pernapasan
dalam atau pernapasan jaringan
adalah proses pernapasan dimana
darah yang telah menjenuhkan
hemoglobin dengan oksigen
mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, dan
bergerak lambat. Sel jaringan tubuh
mengambil oksigen dan hemoglobin
untuk mengikat oksigen dan
sebagai gantinya adalah hasil
oksidasi O2 yang dapat diikat oleh
hemoglobin darah makin besar
untuk menjadi suatu pembakaran
zat-zat makanan di dalam pembuluh
darah sehingga memungkinkan
banyak energi yang dapat
digunakan oleh tubuh.
Peranan pembelajaran
pendidikan jasmani dan kesehatan di
sekolah dasar adalah mengacu
pada tujuan pedoman pengajaran
permainan, dengan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar melalui
permainan yang mengarah pada
peningkatan kemampuan dan
keterampilan untuk memacu
pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, mental dan emosional
siswa. Bermain merupakan
karakteristik utama pada olahraga.
Olahraga yang merupakan
permainan adalah kompetitif; dan
olahraga melibatkan kombinasi
beberapa keterampilan, strategi,
dan kesempatan. Dalam permainan
inilah, diterapkan unsur-unsur tujuan
pendidikan yang lebih komprehensif
dengan mengacu pada kognitif,
afektif dan psikomotor. Pengajaran
permainan yang akan diberikan
pada murid sekolah dasar adalah
permainan bola kasti dan permainan
benteng, dengan teknik dasar
memukul, melempar, menangkap,
melompat, berlari, dan permainan
benteng dengan aktivitas lari,
menghindar dan menyusun taktik
dan strategi.
Permainan bola kasti dan
permainan benteng adalah
permainan bola kecil dan
permainan tradisional yang
menggunakan alat dan aturan
permainan, dengan permainan ini,
maka diharapkan dapat
meningkatkan kesegaran jasmani
kapasitas vital paru murid sekolah
dasar. Kesegaran jasmani adalah
kemampuan organ-organ tubuh
secara keseluruhan melakukan
fungsinya dalam berbagai aktivitas,
dengan menyesuaikan pada
lingkungan dan jenis aktivitasnya,
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
74
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
termasuk aktivitas permainan bola
kasti dan benteng. Fungsi organ-
organ tubuh tersebut
menghasilkan elemen-elemen
kesegaran jasmani dan kapasitas
vital paru pada aspek kesehatan
atau aspek fisiologi yang terdiri
dari kekuatan, kecepatan,
kelentukan dan daya tahan
berdasarkan kebutuhan permainan
bola kasti dan benteng.
Kekuatan (strenght) adalah
kapasitas dari otot-otot untuk
menggerakkan tenaga maksimal
untuk menahan tekanan beban
dalam waktu yang terbatas.
Kecepatan (speed) adalah
kemampuan yang sesingkat-
singkatnya berpindah tempat
dengan beban tubuh masing-
masing berdasarkan sasarannya.
Sedangkan kelentukan (flexibilitas)
adalah kemampuan gerak otot-otot
dan persendian atau keefektifan
seseorang menyesuaikan dirinya
dalam segala aktivitas yang
dilakukan. Dan daya tahan adalah
keadaan atau kondisi tubuh yang
mampu untuk berlatih dalam waktu
yang lama, tanpa mengalami
kelelahan yang berlebihan setelah
menyelesaikan latihan tersebut
dalam dua komponen daya tahan
otot dan daya cardiovaskuler
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah
eksperimen sungguhan karena
adanya perlakuan terhadap
kelompok sampel. Penelitian ini juga
membandingkan perbedaaan
pengaruh antara sampel yang
diberikan perlakuan permainan kasti
dengan sampel yang diberikan
perlakuan latihan permainan
benteng terhadap peningkatan
kesegaran jasmani dan kapasitas
vital paru. Dengan lokasi penelitian
yang dilaksanakan di Kota Pare-
Pare. Adapun variabel bebas dalam
pnelitian ini adalah latihan
permainan kasti dan latihan
permainan benteng, sedangkan
variabel terikat adalah kesegaran
jasmani dan kapasitas vital paru.
Populasi menurut Sugiyono
(2000) mengemukakan bahwa:
“Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan kuantitas serta
karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.” Dengan uraian
tersebut, maka populasi adalah
keseluruhan individu atau obyek
yang ingin diteliti. Olehnya itu yang
menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh murid Sekolah
Dasar se-Kecamatan Bacukiki Kota
Parepare berjumlah 3698 murid.
Sudjana (2005) mengungkapkan
tentang jumlah yang layak untuk
menjadi sampel secara minimal,
sebagai berikut: “Minimal sampel
yang digunakan dalam suatu
penelitian sebanyak 30 subjek ini
berdasarkan atas perhitungan atau
syarat penguji yang lazim digunakan
dalam statistik.” Berdasarkan
pengertian tersebut, maka sampel
yang dipilih sesuai dengan kriteria
yang ditentukan berjumlah 75 murid
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
75
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kelas V-VI dan berusia 10 – 12
tahun, dengan perwakilan murid SD
Negeri 79 dan SD Negeri 35.
Selanjutnya yang terpilih secara
random sampling, yang terbagi
dalam 4 kelompok sampel yaitu:
Kelompok latihan permainan kasti
30 orang terbagi dua kelompok dan
Kelompok latihan permainan
benteng 30 orang terbagi dua
kelompok
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Pengaruh latihan permainan
bola kasti terhadap tingkat
kesegaran jasmani murid SD
Negeri Se-Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare.
Tabel 1. Hasil analisis uji-t
kelompok permainan bola
kasti
t hitung P Keterangan
10.717
.000 Signifikan
Hasil rangkuman tabel di atas,
maka nilai t hitung = 10.717 (P <
0,05), jadi Ho ditolak dan HI
diterima, berarti ada perbedaan tes
awal dan tes akhir. Maka ada
pengaruh yang signifikan
permainan bola kasti terhadap
tingkat kesegaran jasmani murid
SD Negeri Se-Kecamatan
Bacukiki Kota Parepare. Ini
menunjukkan bahwa hasil dari
perlakuan permainan bola kasti
telah memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat
kesegaran jasmani Murid SD
Negeri di Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare. Kapasitas vital
paru pada kelompok permainan
bola kasti Murid SD Negeri Se-
Kecamatan Bacukiki Kota
Parepare, dapat dikatakan
memberikan pengaruh yang
signifikan, dengan nilai yang
diperoleh t hitung = 6.785, serta
probabilitas lebih kecil dari taraf
signifikasi 0,05. Ini menunjukkan
bahwa hasil dari perlakuan
permainan bola kasti telah
memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kapasitas vital
paru Murid SD Negeri di
Kecamatan Bacukiki Kota
Parepare. Dengan demikian,
aspek permainan yang telah
dijadikan komponen kurikulum
pendidikan jasmani dan
kesehatan, meningkatkan kualitas
hidup berdasarkan taraf tingkat
kesegaran jasmani. Sebagaimana
yang diuraikan Satmoko (1993)
tentang permainan dan aktivitas
fisik terhadap kebugaran, “Secara
umum semua cabang olahraga,
permainan dan aktivitas fisik
sedikit banyak membantu
meningkatkan kebugaran fisik
secara menyeluruh. Namun
terdapat perbedaan dalam tingkat
dan komponen kebugaran fisik
yang ditingkatkan, berdasarkan
jenis dan beban aktivitas”. Sebab
tujuan dari permainan yang
dilakukan, tentu menghasilkan nilai
fisik, apalagi jika permainan itu
dilakukan secara terprogram,
seperti yang telah dilakukan pada
penelitian ini, dimana unsur gerak
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
76
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
sebagai penentu pada semua
aspek perubahan. Permainan
merupakan pemanfaatan gerak
secara menyeluruh dalam
berbagai aktivitas. Menurut Wall
dan Murray (1994) bahwa gerak
dapat dilakukan melalui aktivitas
latihan sebagai berikut: “(1)
menari/dance, (2) permainan/
game, dan (3) senam (gymnastic)”.
Aktivitas yang dikemukakan Wall
dan Murray, dilakukan dengan
menyesuaikan kondisi anak
dengan aspek gerak yang
diberikan. Gallahue (1989) implikasi
untuk program perkembangan
gerak bagi anak-anak usia antara
10 sampai 12 tahun meliputi
beberapa aktivitas, antara lain: “(1)
Aktivitas untuk memperhalus
kemampuan gerak dasar dalam
daerah lokomotor, manipulasi ,
dan kestabilan, (2) aktivitas gerak
khusus, (3) aktivitas penemuan dan
pengalaman dalam obyek
lingkungan, (4) aktivitas
penyesuaian diri dengan tempat
bermain dan lingkungan, (5)
aktivitas imajinasi dan meniru-niru,
(6) aktivitas memanjat dan
menggantung, (7) aktivitas dalam
kelompok kecil, (8) aktivitas
berirama untuk memperhalus
koordinasi, dan (9) aktivitas
macam-macam cabang olahraga
atau keterampilan”.
2. Ada pengaruh permainan
benteng terhadap tingkat
kesegaran jasmani murid SD
Negeri Se-Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare.
Tabel 2. Hasil analisis uji-t
kelompok permainan
benteng
t hitung P Keterangan
6.785
.000 Signifikan
Hasil rangkuman Tabel di atas,
maka nilai t hitung = 6.785 (P <
0,05), jadi Ho ditolak dan HI
diterima, berarti ada perbedaan
tes awal dan tes akhir. Maka ada
pengaruh yang signifikan latihan
permainan benteng terhadap
tingkat kesegaran jasmani murid
SD Negeri Se-Kecamatan
Bacukiki Kota Parepare.
Perlakuan tersebut membuktikan
dari dugaan sebelumnya, dengan
adanya perbedaan rata-rata yang
diperoleh antara tes awal dan tes
akhir tingkat kesegaran jasmani.
Hasil tersebut, dapat dinyatakan
pula bahwa siswa SD Negeri di
Kecamatan Bacukiki Kota
Parepare, tidak mengalami
kelelahan yang berarti dalam
mengikuti proses pembelajaran di
sekolah, baik dari aspek kognitif,
afektif maupun psikomotorik.
Sebagaimana yang dikemukakan
Blair dalam Cooper, yang dikutip
Giriwijoyo (2007) bahwa:
“Olahraga yang dianjurkan untuk
keperluan kesehatan adalah
aktivitas gerak raga dengan
intensitas yang setingkat di atas
intensitas gerak raga yang biasa
dilakukan untuk keperluan
pelaksanaan tugas kehidupan
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
77
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
sehari-hari.” Oleh karena itu,
proses pembelajaran pendidikan
jasmani dan kesehatan yang
banyak melibatkan aspek
psikomotorik sangat membantu
organ-organ tubuh secara
menyeluruh.
3. Ada pengaruh latihan permainan
kasti terhadap kapasitas vital paru
murid SD Negeri Se-Kecamatan
Bacukiki Kota Parepare.
Tabel 3. Hasil analisis uji beda
kelompok permainan bola
kasti Terhadap kapasitas
vital paru
t hitung P Keterangan
4.600 .000 Signifikan
Dari hasil rangkuman Tabel,
maka nilai t hitung = 4.600 (P < 0,05),
jadi Ho ditolak dan HI diterima,
berarti ada perbedaan tes awal dan
tes akhir. Maka ada pengaruh yang
signifikan latihan permainan
benteng terhadap tingkat kesegaran
jasmani murid SD Negeri Se-
Kecamatan Bacukiki Kota Parepare.
Tingkat kesegaran jasmani
pada kelompok permainan bola
kasti, diperoleh nilai rata-rata 20.80.
Untuk kelompok permainan benteng,
diperoleh nilai rata-rata 18.93. Dari
hasil perolehan nilai rata-rata antara
kedua kelompok menunjukkan
bahwa ada perbedaan pengaruh
yang signifikan antara latihan kasti
dan benteng terhadap tingkat
kesegaran jasmani.
Uraian tersebut menunjukkan
bahwa perbedaan antara kedua
latihan disebabkan oleh
kompleksitas gerakan. Adisasmita
(1991:33) mengungkapkan unsur-
unsur kesegaran jasmani yaitu: (1)
daya tahan (endurance), (2) kekuatan
otot (muscle strength), (3) tenaga ledak
(muscle explusive power), (4)
kecepatan (speed), (5) ketangkasan
(agility), (6) kelentukan (flexibility), (7)
keseimbangan (balance), (8)
kecepatan reaksi (reaction time),
dan (9) koordinasi (coordination).
Hal tersebut menguraikan aktivitas
gerakan yang dilakukan dalam
permainan kasti seperti memukul,
menangkap, berlari, yang dapat
ditingkatkan melalui beberapa unsur
peningkatan kondisi fisik yang
sesuai dengan unsur kesegaran
jasmani
4. Ada pengaruh latihan permainan
benteng terhadap kapasitas vital
paru murid SD Negeri Se-
Kecamatan Bacukiki Kota
Parepare.
Tabel 4. Hasil analisis uji beda
kelompok permainan
benteng Terhadap
kapasitas vital paru
t hitung P Keterangan
6.594
.000 Signifikan
Dari hasil rangkuman Tabel
di atas, maka nilai t hitung = 6.594 (P
< 0,05), jadi Ho ditolak dan HI
diterima, berarti ada perbedaan tes
awal dan tes akhir. Maka ada
pengaruh yang signifikan latihan
permainan benteng terhadap
kapasitas vital paru murid SD
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
78
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota
Parepare.
5. Hipotesis V
Ada perbedaan pengaruh
antara latihan permainan bola kasti
dan latihan permainan benteng
terhadap tingkat kesegaran jasmani
murid SD Negeri Se-Kecamatan
Bacukiki Kota Parepare.
Tabel 5. Hasil analisis Anava
perbedaan kelompok
latihan permainan bola
kasti dan kelompok
permainan benteng
terhadap tingkat
kesegaran jasmani
F hitung P Keterangan
5.008
.033 Signifikan
Dari hasil rangkuman Tabel
di atas, maka nilai F hitung = 5.008 (P
< 0,05), jadi Ho ditolak dan HI
diterima, berarti ada perbedaan tes
awal dan tes akhir. Maka ada
perbedaan pengaruh yang signifikan
antara latihan permainan bola kasti
dengan permainan benteng
terhadap tingkat kesegaran jasmani
murid SD Negeri Se-Kecamatan
Bacukiki Kota Parepare.
6. Hipotesis VI
Ada perbedaan pengaruh
antara latihan permainan bola kasti
dan benteng terhadap kapasitas vital
paru murid SD Negeri Se-Kecamatan
Bacukiki Kota Parepare.
Hasil-hasil analisis statistik
secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran, dan rangkuman hasil
analisis dalam Tabel berikut:
Tabel 6. hasil analisis Anava
perbedaan kelompok
latihan permainan bola
kasti dan kelompok
permainan benteng
terhadap kapasitas vital
paru
F hitung P Keterangan
3.315
0,039 Signifikan
Dari hasil rangkuman Tabel
di atas, maka nilai t hitung = 3.315 (P
< 0,05), jadi Ho ditolak dan HI
diterima, berarti ada perbedaan
perbedaan kapasitas vital paru.
Maka ada perbedaan pengaruh
yang signifikan pada kelompok
permainan bola kasti dan benteng
terhadap kapasitas vital paru murid
SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare.
Kapasitas vital paru pada
kelompok permainan bola kasti,
diperoleh nilai rata-rata 1.800. Untuk
kelompok permainan benteng,
diperoleh nilai rata-rata 2.025. Dari
hasil perolehan nilai rata-rata antara
kedua kelompok menunjukkan
bahwa ada perbedaan pengaruh
yang signifikan antara latihan
permainan kasti dan latihan
permainan benteng terhadap
kapasitas paru.
Uraian tersebut menunjukkan
bahwa perbedaan antara kedua
latihan disebabkan oleh
kompleksitas gerakan. Oleh sebab
itu, apabila setiap individu atau
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
79
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
murid memiliki kapasitas vital paru
yang baik, maka tentunya akan
menghasilkan derajat hidup yang
lebih baik pula, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Soekarno,
(1990:4) yang mengatakan bahwa
“Individu yang memiliki kesegaran
jasmani berarti (1) tahan lama
bekerja, (2) dinamis, (3) kreatif, (4)
daya juang tinggi, (5) tidak mudah
stress, (6) awet mudah, (7) tidak
mudah putus asa, (8) tidak loyo.”
Dengan demikian, bahwa
pendidikan jasmani sebagai mata
pelajaran yang diajarkan disekolah
memiliki peran penting dalam
pembentukan gerak dasar anak dan
peningkatan kualitas hidup, seperti
yang telah terurai pada kajian teori.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan pada bagian
terdahulu dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Permainan bola kasti
berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan
kesegaran jasmani murid SD
Negeri Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare.
2. Permainan bola kasti
berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan
kapasitas vital paru murid SD
Negeri Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare.
3. Permainan benteng
berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan tingkat
kesegaran jasmani murid SD
Negeri Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare.
4. Permainan benteng
berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan
kapasitas vital paru murid SD
Negeri Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare.
5. Permainan bola kasti lebih
besar pengaruhnya
dibandingkan dengan
permainan benteng terhadap
peningkatan tingkat
kesegaran jasmani murid SD
Negeri Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare.
6. Permainan benteng lebih
besar pengaruhnya
dibandingkan dengan
permainan bola kasti
terhadap peningkatan
kapasitas vital paru murid SD
Negeri Kecamatan Bacukiki
Kota Parepare.
Berdasarkan kesimpulan
yang telah diuraikan di atas, maka
disarankan beberapa hal yaitu:
1. Peningkatan tingkat kesegaran
jasmani murid SD Negeri
Kecamatan Bacukiki Kota
Parepare dapat dilakukan
melalui permainan bola kasti
dan benteng.
2. Diharapkan setiap sekolah
dapat memprogramkan
permainan bola kasti dan
benteng untuk peningkatan
tingkat kesegaran jasmani dan
perkembangan gerak melalui
kegiatan kokurikuler.
3. Permainan bola kasti dan
benteng, diharapkan kepada
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
80
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
pihak pemerintah untuk
dikembangkan melalui aktivitas
pertandingan antar sekolah.
4. Dengan tingkat kesegaran
jasmani murid yang baik, sangat
membantu aktivitas proses
belajar mengajar, sehingga
diharapkan kepada lembaga
pendidikan dan masyarakat
pada umumnya untuk
memperhatikan aktivitas fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Yusuf. 1997. Strategi Instruksional Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: PPS IKIP Jakarta, 1997.
_______________. 1998. Hakikat, Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat. Jakarta: Depdikbud.
Amang Ma‟mun dan Yudha M. Saputra. 1999/2000. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.
Sutarman. 1997. Pengertian Kesegaran Jasmani dan Tes Kardiorespirasi. Jakarta; KONI.
Syarifuddin. 1992. Tahapan Belajar Gerak dan Pembelajarn Pendidikan Jasmani. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Waharsono dan Sajoto. 2002. Buku II Perkembangan dan Belajar Gerak, Biomekanika, Kondisi Fisik Anak-Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Yahya, M. Kasmad. 1992. Belajar Gerak (Satuan Kajian Belajar Keterampilan Gerak). Ujung Pandang: FPOK IKIP Ujung Pandang.
_______________. 1994. Belajar Gerak; Suatu Kajian Belajar Keterampilan Gerak. Ujung pandang: Proyek Pengadaan Buku Kuliah IKIP
Yunus, F. 1997. Latihan dan Pernapasan. Jakarat: Jurnal Respirologi Indonesia. Online (http://ahimztdoctorwannabe.blogspot.com/2009/02/ dasar-sistem-kardiovaskular-dan-sedikit.html). Diakses 9 Maret 2009.