1 PERBANDINGAN PEMIKIRAN POLITIK THOMAS HOBBES DENGAN JEAN-JACQUES ROUSSEAU TENTANG KONSEP MANUSIA Disusun Oleh YURNAWAN FARDINANTA HAREFA 140906003 Dosen Pembimbing: Warjio, Ph.D Diajukan dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.I.P) DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PERBANDINGAN PEMIKIRAN POLITIK THOMAS HOBBES DENGAN
JEAN-JACQUES ROUSSEAU TENTANG KONSEP MANUSIA
Disusun Oleh
YURNAWAN FARDINANTA HAREFA
140906003
Dosen Pembimbing: Warjio, Ph.D
Diajukan dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.I.P)
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
YURNAWAN FARDINANTA HAREFA (140906003)
Perbandingan Pemikiran Politik Thomas Hobbes dengan Jean-Jacques Rousseau tentang Konsep Manusia. Rincian isi Skripsi xi, 104 halaman, 28 buku, 6 situs internet (Kisaran buku dari tahun 1937-2013)
ABSTRAK
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling
sempurna di antara makhluk-makhluk lain, karena ia mempunyai berbagai potensi
yang tidak dimiliki makhluk lain. Potensi itu akan mengarahkan manusia pada
tahap mencapai hakikatnya sebagai manusia. Hakikat manusia tersebut mencoba
digambarkan oleh Thomas Hobbes dan Jean-Jacques Rousseau dalam memahami
konsep manusia. Hobbes dan Rousseau masing-masing lahir pada masa berbeda
serta kondisi sosial politik yang berbeda pula. Hobbes lahir dimana masa-masa
kelam pemerintahan Inggris dalam menyebarkan Protestan ke Skotlandia dan
Wales dan upaya penyatuan yang disebut Inggris Raya. Dalam keadaan itu,
Hobbes telah merasakan anarki serta ketidakacauan yang sebenarnya, yang lantas
Universitas Sumatera Utara
3
menginspirasi beliau dalam memberikan pandangan tentang konsep manusia.
Sementara Rousseau lahir dalam kondisi dilemma melihat struktur sosial politik di
Perancis, yang menurutnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan manusia kehilangan fitrahnya sebagai manusia.
Penelitian ini mencoba membandingkan pemikiran Hobbes dengan
Rousseau melalui pendekatan budaya untuk menjelaskan fenomena manusia
tersebut. Serta teori Manusia, Psikologi Sigmund Freud untuk mengidentifikasi
tingkah pola manusia dalam dua kurun waktu yang berbeda antara pemikiran.
Apa yang diuraikan penulis dalam tulisan ini, akan memberikan
gambaran-gambaran perbandingan pemikiran Hobbes dengan Rousseau. Dari itu
pembaca bisa melihat persamaan dan perbedaan pemikiran keduanya.
Universitas Sumatera Utara
4
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOSIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE
YURNAWAN FARDINANTA HAREFA (140906003)
Comparison of Thomas Hobbes's Political Thought with Jean-Jacques Rousseau on Human Concepts. Details of thesis. Contents: xi, 104 pages, 28 books, 6 websites (publication from 1937-2013)
ABSTRACT
Man is the most perfect creature of God Almighty among other creatures,
because he has various potentials that no other creature has. That potential will
direct humans to the stage of achieving their nature as human beings. The nature
of humanity is tried to be described by Thomas Hobbes and Jean-Jacques
Rousseau in understanding human concepts. Hobbes and Rousseau were each
born in different times and different socio-political conditions. Hobbes was born
in the dark days of the British government in spreading Protestantism to Scotland
and Wales and efforts to unite the so-called Great Britain. Under these
circumstances, Hobbes had felt anarchy and true disruption, which then inspired
him to provide a view of human concepts. While Rousseau was born in a state of
dilemma to see the socio-political structure in France, which according to him the
Universitas Sumatera Utara
5
progress of science and technology caused humans to lose their natural disposition
as humans.
This study tried to compare Hobbes's thoughts with Rousseau through a
cultural approach to explain human phenomena. As well as the theory of Man,
Psychology Sigmund Freud to identify the behavior of humans in two different
periods of time between thoughts.What the writer describes in this paper will
provide comparative descriptions of Hobbes's thoughts with Rousseau. From that
the reader can see the similarities and differences in their thoughts
Universitas Sumatera Utara
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis diberikan berupa kesempatan
dan kesehatan untuk menyelesaikan studi ini yang berjudul “Perbandingan
Pemikiran Politik Thomas Hobbes dengan Jean-Jacques Rousseau Tentang
Konsep Manusia”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw berserta para sahabatnya yang semoga selalu mendapat
manfaat dalam menebar kebaikan.
Dalam Skripsi ini menguraikan tentang konsepsi manusia dalam dua
pandangan yang berbeda, yakni Thomas Hobbes dan Jean-Jacques Rousseau
dengan keadaan sosial politik serta rentang waktu yang berbeda. Mendefiniskan
awal mula manusia yang telah menjadi hakikat di sepanjang hidupnya,
menemukan tantangan dalam hidup manusia serta tujuan akhir manusia dari
berbagai tantangan yang dihadapinya tersebut. Kedua tokoh mendefiniskan
konsep manusia menurut pandangan masing-masing, sehingga penulis tertarik
untuk membandingkan serta menemukan perbedaan yang menarik dari kedua
definisi tersebut.
Dalam kesempatan ini, tentunya saya banyak berterima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan Skripsi ini, saya
berterimakasih kepada:
Universitas Sumatera Utara
7
1. Bapak Warjio, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik sekaligus sebagai
dosen pembimbing saya yang tak hentinya membimbing saya hingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
2. Keluarga tercinta saya, Ayah Fatizomasi Harefa dan Ibu Iriani yang selalu
memberikan doa dukungan selama ini dalam menyelesaikan kuliah. Serta
Adik Marwani Harefa yang selalu ngomel ketika saya tidak dalam keadaan
focus sekedar untuk mengingatkan kembali agar Skripsi segera
diselesaikan.
3. Seluruh civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam
membantu melancarkan proses administrasi dan birokrasi, Pak Burhan dan
Kak Ema. Serta Staf Perpustakaan Pusat serta Perpustakaan FISIP yang
telah banyak memberikan saya pinjam sumber-sumber buku dalam
membantu penyelesaian Skripsi saya.
4. Teman-teman Ilmu Politik stambuk 2014 yang sama-sama masuk namun
tidak serta-merta sama-sama keluarnya. Untuk yang sudah wisuda duluan
maupun yang masih menyelesaikannya, jangan lama-lama ya keluarnya,
saya kan selalu mendukung kalian.
5. Teman seperjuangan dalam menggapai cita-cita, Adil Cahyo dan John
yang sekaligus menjadi kelompok PKL. Banyak cerita, sudah saling-
mengenal satu sama lain, belangnya, warnanya, hehehe... Adil, orang
selalu punya cerita, selalu ceria terukir di wajahnya, namun selalu gagal
dalam urusan wanita, orang yang mampu membuatku “ceplas-ceplos” jika
Universitas Sumatera Utara
8
berbicara dengannya. Untuk John Garcia, rekan sebangku yang bahkan
banyak orang bilang kami mirip, selalu bareng selama di kampus, terlebih
ketika jam makan siang, kerjakan tugas-tugas dan bahkan bermain game
online. Jangan sering-sering main PUBG, Mobile Legends, John... kuyyy
selesaikan skripsi mu. Untuk Sambi Faradolin, terimaksih, di awal-awal
masuk kuliah, saya selalu berkunjung ke kos mu, sekedar untuk
membuang waktu saat jam kuliah selanjutnya dan bahkan sering
menginap, ya maklum lokasi saya di Tembung. Untuk filsuf muda Irfan
Prayogi terimakasih masukkannya.
6. Untuk Organisasi GMNI Komisariat FISIP USU (Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia), terimakasih yang telah memberi sedikit banyaknya
sumbangsih dalam pembentukan nilai karakter diri saya. Maaf belum bisa
memberi lebih untuk organisasi ini.
Ada satu hal yang ingin saya klarifikasi saat saya masih menjabat
sebagai Wakil Komisaris Bidang Politik Periode 2016-2017, namun saya
mengundurkan diri. Mengenai hal pengunduran diri tersebut, adalah pure
dari hati nurani dan tidak ada unsur desakan dari pihak manapun. Ada
suara-suara yang sumbang selalu terngiang mengiri pengunduran diri saya
sampai saat ini, suara-suara sumbang itu adalah alasan pengunduran diri
saya karena jabatan yang lebih besar di suatu organisasi intra. Dalan point
keenam di sesi Kata Pengantar ini, saya menegaskan kembali saya mundur
Universitas Sumatera Utara
9
murni dari hati nurani dan TIDAK ada desakan atau tergiur untuk jabatan
lain.
Awal-awal pengunduran saya berdekatan dengan pemilihan Ketua
IMADIP Periode 2016-2017, makanya “mungkin” timbul isu mundurnya
saya adalah ingin jabatan di IMADIP. Perlu diketahui, saya sudah
mengajukan surat pengunduran diri SEBELUM salah satu kandidat calon
IMADIP tersebut mengajak ngobrol dengan maksud melakukan koalisi,
namun saya mengatakan saat itu, saya sudah tidak menjabat Wakompol
lagi, lalu saya sudah menghubungi Komisaris serta Wakil Komisaris lain
untuk meneruskannya di dalam rapat internal. Namun diluar dugaan saya,
ajakan koalisi dari salah satu pasangan calon tersebut tidak digubris jajaran
Komisaris dan berlalu begitu saya. Ya sudah, saya bisa apa? saya hanya
menyampaikan berita itu kepada jajaran Komisariat FISIP untuk
diteruskan, saya tidak dapat mengambil alih karena posisi saya sudah tidak
menjadi Wakil Komisaris lagi.
Universitas Sumatera Utara
10
Ketika hari pemungutan suara pemilihan ketua IMADIP Periode
2016-2017, beliau yang berkeingan menjalin komunikasi ternyata
memenangkan pertarungan tersebut. Dalam penyusunan jajarannya, saya
masuk dalam kandidatnya untuk pemilihan Ketua Bidang Penelitian dan
Pengembangan, saya pun mensepakati dan menjalankan jabatan itu dengan
baik dalam 1 periode.
Nah, untuk itulah saya menekankan bahwa mundurnya saya
Wakompol adalah murni dari hati nurani serta ketidakcocokan terhadap
jajaran Komisariat, DAN BUKAN PAKSAAN ATAU TERGIUR
JABATAN di IMADIP. Dari situlah saya mulai sedikit terganggu dan
mencoba sedikit menjauh untuk mengurai isu tersebut. Sekarang lah
saatnya untuk mengklarifikasi isu tersebut melalui Kata Pengantar ini,
semoga kalian membaca.
Akhir kata, saya bangga menjadi bagian dari GMNI, Saya bangga menjadi
bagian salah satu kendaraan perjuangan dalam rangka menegakkan keadilan
rakyat melalui perjuangan mahasiswa. GMNI!! JAYA!! MARHAEN MENANG!!
Medan, 06 Agustus 2018
Yurnawan Fardinanta Harefa
Universitas Sumatera Utara
11
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak..................................................................................................................... i
Abstract................................................................................................................... ii
Halaman Pengesahan............................................................................................. v
Halaman Persetujuan.............................................................................................. vi
Lembar Persembahan............................................................................................ vii
Kata Pengantar.................................................................................................... viii
Daftar Isi..................................................................................................................1
BAB I. Pendahuluan................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...........................................................................................4
Perkembangan manusia yang cepat dan dinamis ini disebut sebagai pelaku
sejarah, yang memiliki hubungan dengan dunia. Ini juga salah satu perbedaan
manusia dengan makhluk lain. Segala tindakan dan perbuatan serta kesadaran
manusia membuat hubungan dengan dunia bersifat epokal, yang menujukkan
disini dengan disana, sekarang berhubungan dengan masa lalu dan berhubungan
dengan masa depan.5
Akibat perkembangan manusia yang melintasi jangka waktu ini, penulis
tertarik akan konsep serta keadaan manusia ini menurut dua ahli, yaitu Thomas
Hobbes (1588-1679) dengan Jean Jacques Rousseau (1712-1778) yang tentu saja
keadaan serta perilaku manusia pada dua zaman itu sangat berbeda dan akan
mempengaruhi kedua tokoh tersebut mengemukakan konsepnya masing-masing.
Thomas Hobbes, lahir di Malmesbury, Inggris tahun 1588. Ia sempat
mengecap pendidikan di Oxford University, tetapi kesempatan itu tidak
memberikan banyak manfaat.Ia sempat mempelajari pemikiran Aristoteles yang di
kemudian hari dikritiknya.6Pada masa itu, Inggris sedang mengalami pada
keadaan perang saudara, terjadi ketakutan, kekhawatiran demikian merajalela.
Kepala pemerintahan di negeri itu pun mengalami pergantian.
___________________________________________ 5 psikologi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli-filsafat. (Diakses pada 4/1/2018 pkl. 20.33 WIB) 6 Dr. Firdaus Syam, MA. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap
Dunia ke-3. (Jakarta: Bumi Aksara. 2005). hal. 115.
Universitas Sumatera Utara
17
Ketidakstabilan politik itu tentu telah mengilhami Hobbes untuk menulis
dengan menarasikan bagaimana pendiriannya terhadap kehidupan politik maupun
kehidupan masyarakat.7Pada usia 22 tahun, ia telah melalang buana ke berbagai
negara, antara lain Perancis dan Italia. Disana Hobbes berkenalan dengan Rene
Descartes dengan alam pikirannya, Galileo Galilei, F. Bacon, dan lain-lain.
Mereka telah mempengaruhi Hobbes dalam memahami manusia dan perilakunya.8
Hobbes tampil sebagai pembela hak-hak pemerintahan raja di Inggris.
Oleh karena itu, ia melarikan diri dari Inggris ke Prancis, ketika kedudukan Raja
Charles I sudah mulai mengguncang, di tahun 1640.Dari semua tokoh yang
dikenalnya, tokoh pemikir yang mempengaruhinya adalah Frans Bacon.
Kedekatannya dengan ilmuwan dari Inggris itu bagi Hobbes telah membuka
pikirannya betapa pentingnya penggunaan suatu nalar serta metode eksperimental
dalam kehidupan sains.9 Selain itu juga terpengaruh dengan gagasan Bacon
mengenai pandangan politik otoritarianismenya.
Tentang pendekatan dan mempelajari manusia dan masyarakat, Hobbes
terpengaruh dari para filsuf-filsuf besar lainnya, antara lain Galileo Galilei dalam
memahami alam semesta. Atas pengaruh itu, pandangan Hobbes tentang manusia
dimulai dari pertanyaan: apa yang menggerakkan manusia? (what makes him
tick?).
_________________________________________________ 7 Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negara Barat, (Jakarta: Mizan, 1999) hal. 103 8 Firdaus Syam, Pemikiran...Op.,cit.hal. 116. 9Ibid., hal. 117
Universitas Sumatera Utara
18
Disini, Hobbes membandingkan manusia dengan sebuah jam tangan yang
bergerak secara teratur karena ada “onderdil-onderdil” di dalamnya. Maka dari itu
menurutnya bahwa tubuh manusia merupakan alat-alat mekanis.10Karya Hobbes
yang paling terkenal adalah Leviathan. Dalam tulisannya itu tampak jelas
bagaimana pengaruh masuk dalam diri cara pikir atas pergolakan yang terjadi di
negerinya. Ia seperti hendak mencari pemecahan terhadap keadaan sosial dan
politik, memberikan kepastian keamanan rakyat pada masa itu. Maka Leviathan
itu sama dengan sebuah negara kekuasaan (machstaat).
Masalah konflik dalam setiap manusia, apakah itu pertengkaran,
perselisihan serta konflik sesama itu merupakan suatu bawaan sejak lahir.
Sebaliknya pada sisi yang lainnya, di balik adanya sikap pertentangan itu, pada
hakikatnya setiap manusia memerlukan suatu keadaan untuk hidup damai dan
rukun.Oleh karena itu diperlukan apa yang dijelaskannya sebagai ‘tunduk pada
kekuasaan yang diakui bersama’. Hobbes, tentu menegaskan bahwa di antara dua
keinginan itu, tentu ada keinginan yang lebih kuat dari kedua itu, yakni keinginan
Sementara,Jean Jacques Rousseau lahir di Jenewa, Swiss, tahun 1712.
Rousseau adalah seorang filsuf yang ideal pandangannya meliputi soal sosial,
kesusastraan, politik dan bapak gerakan Romantik12 yang mulai menjelma di
Eropa pada umumnya di abad ke-18. Golongan romantik lebih cenderung
melihatmanusia secara perseorangan bukan secara kolektif atau golongan Mereka
tidak suka kepada industri dan kota karena ini tidak mengandung keindahan sama
sekali, demikian pula pada suatu usaha yang mengeruk laba, mereka benci.13
Ia bersama ayahnya yang bernama Issac Rousseau, hidup tatkala Perancis
menjadi salah satu centre of civilization, penuh semangat membaca apa yang
ditulis Plurch mengenai tokoh-tokoh republik Romawi Kuno. Ayahnya
merupakan figure yang begitu berpengaruh terhadap pembentukan watak dan
pemikirannya. Di usia 16 tahun ia mulai mengembara, disinilah awal dari
perantauan hidupnya yang panjang.Meninggalkan Jenewa di tahun 1728 ke
negeri Savoy, lalu melarikan diri ke Paris pada tahun 1740 sampai akhirnya
meninggal pada tahun 1778 di desa Ermenonville.14
_____________________________________________ 12Sebuah gerakan yang dikenal dengan la sensibilite atau sensibility, yakni kecendrungan kepada emosi yang
digerakkan secara langsung dan kuat bukan disertai pemikiran sebelumnya. Sebuah “karakter” orang dari
golongan romantis ini akan menangis tersedu-sedu melihat suatu keluarga miskin, tetapi bersikap dingin
terhadap pemikiran yang akan menaikkan derajat hidup golongan keluarga yang miskin itu. Lihat Deliar
Noer, Pemikiran Politik di Negara Barat. (Jakarta: Mizan, 1999) hal. 149.
13Ibid., hal. 149. 14Ibid., hal. 152.
Universitas Sumatera Utara
20
Ia seorang filsuf yang memiliki pandangan yang kontraversi, memiliki
pengaruh yang luas dan selalu gelisah tidak pernah tenang untuk dapat
menemukan pola kehidupan yang stabil. Pandangan terhadap pengaguman akan
rasio dan akal juga dikritik Rousseau. Ia menolak keras rasionalisme dan
pengandalan persepsi indrawi sebagai tolak ukur kebenaran menyebabkan
manusia kehilangan perasaannya, dalam istilah Rousseau La Sensibilite.15Dalam
konteks inilah dapat dipahami mengapa ia ingin mengembalikan manusia ke
fitrahnya; manusia yang mementingkan emosi, perasaan dan tidak mendewakan
rasio serta tidak menganggap manusia sekadar jasad tanpa ruh. Gagasan inilah
yang kemudian menjadi cikal bakal aliran Romantisme di Eropa.16
Perbedaan yang fundamental dari kedua tokoh ini dalam memahami
konsep manusia sangat terlihat dan cenderung berseberangan, disamping pola
pemikiran mereka yang juga berbeda, Hobbes dengan rasionalisnya sedangkan
Rousseau dengan romatismenya. Hobbes menyebut bahwa manusia sebagai alat
mekanis dengan “onderdil-onderdil” didalamnya antara lain terdiri dari naluri dan
akal, mereka saling melengkapi satu sama lain untuk mencegah terjadinya
kekacuan dalam diri manusia yang berkeinginan untuk memiliki kuasa demi
kekuasaan manusia lain.17
______________________________________ 15Ibid., 16Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah, Perkembangan, Pemikiran Negara, Masyarakat
Sementara Rousseau justru mengganggap kekacauan dalam diri manusia
terjadi karena berkembangnya ilmu-ilmu teknologi serta budaya yang cepat
sehingga manusia kehilangan fitrahnya, terasingkan oleh dirinya sendiri. Maka
Rousseau ingin mengembalikan fitrah tersebut tulisannya yang berjudul “Emile”
atau tentang “Pendidikan”. Teknologi dan Kebudayaan tidak hanya merugikan
masyarakat secara pribadi, maka dari itu anak-anak harus dijauhkan dari
kebudayaan namun harus diberi pendidikan Alam, anak-anak harus diberi
kesempatan untuk berkembang secara bebas di alam terbuka maka dari itulah
anak-anak yang masih dini terhindar dari hilangnya jatidiri sebagai manusia serta
menemukan bakatnya sendiri.18
Dua tokoh filsuf yang sangat berpengaruh ini dengan pemikiran serta
konsepnya yang cenderung berbeda membuat penulis tertarik membahas
bagaimana konsep manusia menurut Thomas Hobbes dan J.J. Rousseau dengan
segala kondisi, keadaan, dinamika politik yang berbeda.Maka penulis mengambil
judul: PERBANDINGAN PEMIKIRAN POLITIK THOMAS HOBBES DAN
J.J. ROUSSEAU TENTANG KONSEP MANUSIA.
_______________________________________ 18Harry Hamersma, Tokoh-yokoh Filsafat Barat Modern. (Jakarta:Gramedia1983). hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
22
1.2. Rumusan Masalah
Dalam satu penelitian, perlu adanya penjelasan kenapa masalah atau
bahasan tersebut menarik untuk diteliti. Maka dari itu, penulis membuat rumusan
masalah, yaitu: Bagaimana perbandingan pemikiran konsep manusia menurut
Thomas Hobbes dan J.J. Rousseau tentang konsep manusia. Apakah suatu
keadaan atau rentang masa suatu kejadian (masa Thomas Hobbes dengan J.J.
Rousseau) dapat membuat konsep manusia bisa berbeda dengan menganalisis
keadaan sosial politiknya.
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian masalah yang akan dibahas oleh penulis tidak keluar dari
tujuan yang dicapai atau dengan kata lain bisa berfokus, maka batasan masalah
dalam penelitian ini adalah: Pemikiran dari kedua tokoh yang menganalisis
kebebasan manusia serta hakikat manusia.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Mengetahui konsep manusia menurut Thomas Hobbesdengan J.J.
Rousseau.
2. Mengetahui perbandingan konsep manusia dengan rentang masayang
berbeda. Yang artinya apakah konsep manusia itu tetap samadengan
rentang waktu, keadaan dan tempat yang berbeda.
3. Mengetahui perbedaan-perbedaan yang mendasari terciptanya
pengertian tentang konsep manusia.
Universitas Sumatera Utara
23
1.5. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang
diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai
perbandingan pemikiran politik Thomas Hobbes dengan J.J. Rousseau
tentang konsep manusia.
2. Secara Akademis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi pisau
analisis bagi para mahasiswa/i, aktivis sosial dalam membicarakan
persoalan konsep manusia menurut Thomas Hobbes dan J.J.
Rousseau.
3. Secara Kelembagaan, diharapkan penelitian ini dapat menambah
pembendaharaan referensi dan kajian peneliti sosial bagi Departemen
Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta Universitas
Sumatera Utara.
1.6. Kerangka Teori
1.6.1. Filsafat Politik
Konsepsi-konsepsi tentang kehidupan dan dunia yang kita sebut “filosofis”
dihasilkan oleh dua faktor;pertama, konsepsi-konsepsi religius dan etis warisan;
kedua, semacam penelitian yang bisa disebut “ilmiah”.19 Kedua faktor ini
mempengaruhi sistem-sistem yang dibuat oleh para filsuf secara perseorangan
dalam proporsi yang berbeda-beda, tetapi kedua faktor inilah yang sampai batas-
batas tertentu mencirikan filsafat.
___________________________________ 19Bertrand Russell.Sejarah Filsafat Barat: ‘Kaitannya dengan kondisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang’.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2002). hal. xvii
Universitas Sumatera Utara
24
Filsafat, adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan
sains. Sebagaimana teologi, filafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,
tidak bisa dipastikan; namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal
manusia daripada otoritas tradisi amupun otoritas wahyu. Semua pengetahuan
definitive termasuk ke dalam sains; semua dogma, yang melampaui pengetahuan
defiinitif termasuk ke dalam teologi. Tetapi, diantara sains dan teologi terdapat
sebuah wilayah yang tidak dimiliki oleh seorang manusia pun, yang tidak
terlindungi dari serangan di kedua sisinya;wilayah tak bertuan ini adalah filsafat.20
Sejak munculnya pemikiran yang membedakan watak alam sosial, dengan
alam fisik, lebih 2500 tahun yang lalu, teori politik telah menarik pemikir-pemikir
dari segala zaman. Tidak ada bidang yang tak tersentuh oleh gairah pemikiran
politik. Di antara kalangan yang berupaya merenungkan watak fenomena politik
adalah para teolog semisal Santo Agustinus, Thomas Aquinas dan Clavin; para
filsuf seperti Plato, Aristoteles, Kant, Hegel. Minat dan perhatian yang mendalam
ini tidak terlalu mengejutkan karena manusia adalah Zoon Politicon (manusia
politik). Manusia selalu bertanya tentang dirinya, lingkungannya, peranannya
dalam alam, dan maksud serta tujuan eksistensinya. Seolah-olah mereka diarahkan
oleh dorongan dalam diri mereka untuk mencari jawaban akan masalah-masalah
dasar ini. Dan dari pencarian akan kebenaran yang tidak pernah berakhir, dalam
proses ini yang menempati kedudukan penting adalah pemikiran spekulatif-
_________________________ 20 Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
25
tentang manusia sebagai pelaku politik, anggota masyarakat sipil.21
Sejarah filsafat politik adalah studi tentang ide-ide dan institusi-institusi
yang berkembang sepanjang waktu. Ia berusaha menjelaskan pemahaman
mengenai cara bagaimana manusia di sepanjang zaman membentuk dan
mengimplementasikan aspirasi politik dan sosial mereka. Namun filsafat poltiik
juga merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar analisis mengenai teori-teori
politik masa lalu. Ia berusaha menemukan prinsip-prinsip universal yang
mendasari fenomena politik dalam semua situasi historisnya. Filsafat politik, atau
pelacakan perilaku dua fenomena politik dalam suatu kerangka etik, merupakan,
bagian integral dari studi politik.
Filsafat politik melahirkan istilah ‘teori politik’, yang berarti seperangkat
hipotesa mengenai proses atau intuisi pemerintah, atau juga bisa merujuk pada
prinsip-prinsip dan norma-norma moral yang mengontrol perilaku politik. Teori
politik dapat digunakan mengenai fungsi-fungsi pemerintahan, memberi kepada
pembuat kebijakan yang membantu mereka dalam menangani problem-problem
sosial-politik tertentu, atau juga bisa berupaya untuk memberikan seperangkat
norma-norma untuk memutuskan apa yang secara etis baik dalam kehidupan
politik.
______________________________________________ 21 Henry J. Schamndt. Filsafat Politik:‘Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern’. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2002). hal. 3-4
Universitas Sumatera Utara
26
Digunakan dalam makna kausal, teori politik merujuk seperangkat konsep
mengenai fakta-fakta politik dan hubungan-hubungan diantara keduanya.
Tujuannya adalah untuk membuat tatanan dan makna pada suatu pengumpulan
data; mengikuti tugasnya dengan membangun hipotesis tertentu mengenai proses-
proses pemerintahan dari investigasi politik (dengan observasi dan pengalaman)
ke dalam fenomena-fenomena politik.22Kajian teori politik bukanlah kajian
epistimologi, atau watak, batas-batas dan validitas pengetahuan. Bagaimanapun,
karena problem pengetahuan merupakan dasar bagi seluruh filsafat, politik dan
lainnya, dan karena ia muncul kembali secara konstan dalam karya-karya para
teorisasi politik, para pengkaji harusnya sadar akan kehadiran dan signifikansinya.
Hal lain yang berkaitan dengan ini adalah teori, yang disebut dengan
“rasionalisme”, yang beranggapan bahwa merupakan hal yang mungkin untuk
menegakkan kebenaran dengan wawasan akal semata yang bebas dari pengalaman
indera apa pun. Di bawah teori ini, jawaban-jawaban kategoris dapat diberikan
kepada semua problem pemerintah melalui penalaran abstrak tanpa perlu merujuk
pada pengalaman atau konteks historus yang problem itu muncul diluarnya. Jenis
pemikiran ini diilustrasikan Descartes dan para pengikutnya.
___________________________ 22 Ibid., hal. 5
Universitas Sumatera Utara
27
Teori pengetahuan lain berada di antara kedua bentuk rasionalisme dan
empirime. Dikemukakan oleh Aristoteles dan dikembangkan oleh pemikir-
pemikir belakangan, teori ini mengkritik doktrin bahwa penalaran langsung yang
terpisah dari pengalaman keseluruhan dapat menetapkan kebenaran mengenai
realitas.23Dengan cara yang sama teori ini berpandangan bahwa pengetahuan yang
valid harus dibatasi dengen pengetahuan inderawi. Ia beranggapan bahwa realitas
politik yang sangat bermakna eksistensinya tidak bergantung pada pengetahuan
kita mengenal hal tersebut, namun adalah menemukan tujuan-tujuan moral dalam
realitas sendiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang
seharusnya ada dalam persoalan politik.
1.6.2. Pemikiran Politik Barat serta Kontribusi Terhadap Dunia
Barat
Sejarah peradaban Pemikiran Politik Barat merupakan suatu peristiwa
yang luar biasa. Filsafat, ilmu pengetahuan hingga kebudayaan yang berkembang
di Barat pada dasarnya berasal dari suatu proses “pergumulan” peristiwa dari
interaksi peradaban-peradaban besar, tak terkecuali Hobbes dan Rousseau yang
merupakan dua diantara filsuf-filsuf barat lainnya. Peradaban-peradaban besar itu
sendiri teridiri atas: Peradaban Yunani-Romawi, Yahudi-Kristiani, dan Islam.24
_______________________________________________ 23 Ibid., hal. 24. 24Roger Gaudy, Janji-janji Islam (terj.), H.M. Rasyidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
28
Setelah runtuhnya tiga peradaban besar itu, memberikan pupuk penyubur
untuk tumbuhnya suatu peradaban baru bagi bangsa-bangsa di Barat. Namun,
sebelum dari pada itu bangsa-bangsa di Barat terlebih dahulu melewati masa The
Dark Ages25(masa kegelapan) yang panjang, dan kemudian mereka belajar dari
kemajuan serta keunggulan dari peradaban sebelumnya.26Seiring dengan pasang
surut sejarah, kemajuan serta peradaban bergulir kepada peradaban yang lain,
bagai roda penggerak perubahan sekaligus penghancuran yang bermula dari
puncak bangunan sejarah kelompok masyarakat kepada peredupan, penghancuran,
bahkan hilangnya sebuah pelaku peradaban kecuali puing-puing kebudayaan. Ini
semua bukti dari adanya pasang surut sejarah kebudayaan peradaban umat
manusia.
Pemikiran politik Barat menjadi bagian di dalamnya yang kini meluas
serta mempengaruhi keberlangsungan peradaban dan pemikiran politik modern
hingga saat ini, adalah bentukan yang tidak datang dan terjadi dengan sendirinya,
melainkan suatu proses panjang orang-orang di daratan Eropa. Melalui kelompok
kecil telah membuka, menyadarkan serta membangkitkan bangsa-bangsa Eropa
untuk mau belajar dari kemajuan peradaban terdahulu. Artinya bagaimana warisan
intelektual ketiga peradaban besar itu terhadap pembentukan tradisi keilmuan dan
perkembangan interaksi serta pengaruh kemudian ke belahan dunia lainnya.Yang
menjadi inti tradisi Barat adalah konsepsi manusia sebagai makhluk rasional yang
memiliki tujuan tertinggi dan kehendak menentukan dirinya.
27Ibid., hal. 3 28Matias Siagian, Etika...Op.,cit. hal. 1-2. Terdapat proses panjang yang dilalui manusia hingga sampai pada masa
negara-negara modern muncul. Proses tersebut dimulai pada masa Yunani Kuno
yang bentuk negaranya masih berbentuk polis atau city-states (negara kota).29
Hingga muncul ide pemerintahan demokratis pertama kali dibentuk dan
dipraktekkan, bahwa nilai-nilai kebebasan manusia, keadilan, dan nasib individu
diakui dan bahwa benih peradaban Barat ditanamkan dan dipelihara.
SementaraKontribusi peradaban Romawi terhadap pemikiran politik Barat
terkhusus kepada bidang pemikiran sistem hukum dan lembaga politik.30Utama
pada bidang hukum di berbagai negara Eropa Barat seperti Perancis, Italia, Swiss,
Jerman, Belanda, Amerika Selatan, bahkan juga terhadap negara Commonwelth,
mempratikkan hukum Romawi. Ada tiga hukum yang mempengaruhi pemikiran
hukum di Barat, yakni Ius Civile, Ius Gentium, Ius Naturale.31
___________________________________________________ 29Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008). hal. 5 30Firdaus Syam. Pemikiran...Op.,Cit., hal. 4 31Ius Civile merupakan hukum sipil yang secara khusus diberlakukan untuk kalangan sipil dan warga negara
Romawi, bukan warga negara lain. Ius Gentium, merupakan hukum yang diberlakukan kepada semua orang,
terlepas apa pun kewarganegaraannya, tidak memandang nasionalitas seseorang. Ius Naturale, suatu prinsip
filsafat hukum yang menganggap keadilan dan kebenaran selamanya sesuai dengan tuntutan rasional dan
hakikat alam. Oleh sebab itu, semua orang memiliki hak-hak dan kedudukan yang sama di mata hukum
Universitas Sumatera Utara
31
pemerintah (negara). Tidak berhak mengintervensi hak-hak hukum itu. (Lihat Firdaus Syam.
Pemikiran...op.cit,. hal. 5)
Dari segi pemikiran politik Romawi, memberikan pemahaman kepada
Barat tentang teori imeprium. Sebuah teori tentang kekuasaan dan otoritas negara
di mana kedaulatan dan kekuasaan negara dianggap sebagai bentuk pendelegasian
kedaulatan rakyat kepada penguasa negara. Dengan demikian, teori ini pada
hakikatnya kedaulatan sepenuhnya milik rakyat, penguasa politik hanyalah
lembaga yang melaksanakan bukan menguasai serta mendominasi dan
menggunakan kedaulatan untuk kebaikan seluruh rakyat.32Rakyat juga memiliki
hak-hak politik yang sama (equal rights) dan merupakan esensi tertinggi
kedaulatan negara.
Dari pemikiran ini, Romawi mengembangkan gagasan kontrak pemerintah
(governmental contract), kemudian dijadikan model teoritis bagi para pemikir
politk Barat seperti John Locke, Rousseau, Hobbes dan lainnya. Teori imperium
lalu digunakan juga sebagai kekuasaan dan keagaaman di gereja Katolik. Domain
ini yang mempengaruhi di dalam paham Kristiani dalam membangun peradaban
pemikiran, kekuasaan dan sistem Politik Barat sepanjang 600 tahun lebih. Yang
berupa ‘Kerajaan Tuhan” yang berkuasa atas bangsa Eropa telah menjelma dalam
bentuk kekuasaan “Pendeta dan Gereja” demikian mutlak tampilnya tokoh seperti
St. Agustinus, Thomas Aquinas yang telah menjelaskan bagaimana paham gereja
yang telah mengadopsi kebudayaan Romawi.33
_____________________________________________
Universitas Sumatera Utara
32
32Ibid., hal. 5 33Ibid., hal. 5-6.
b. Peradaban Yahudi-Kristen
Orang-orang Yahudi itu sebagai The Historic People, yakni orang-orang
yang melahirkan peristiwa sejarah, menjadi subjek dan bukan objek peristiwa itu
melalui gagasan cerdas yang mereka kemukakan.34Dalam perspektif sejarah
kelahiran para Rasul dari agama besar di dunia, sebagian besar dari mereka
terlahir dan keturunan dari orang-orang Yahudi (Bani Israil).
Bukan hal yang mudah untuk menjejaki kapan peran penting itu dimulai,
ada yang menduga peran itu dimulai ketika orang-orang Yahudi berdiaspora ke
berbagai penjuru Eropa terutama kawasan Italia, sekitar Mediterania dan wilayah
bekas jajahan imperium Romawi dan Islam. Peradaban Renaissance yang lahir di
Eropa pada abad XIV-XVI tidak terlepas dari peranan orang-orang Yahudi.
Mereka yang bermukin di Florence, Italia, selama berabad-abad telah berhasil
membangun kota-kota baru serta melakukan aktivitas perekonomian, pendidikan.
Di sini terjadi perkembangan intelektual serta ekspansi kapitalisme di kawasan
Italia, lambat laun menciptakan kondisi kondusif untuk lahirnya gerakan
Renainssans di Eropa.
_________________________________________________ 34Lihat Max Dimon, The Indesstructible Jews. The New American Library, 1971. Karya ini merupakan kajian
yang menjawab rahasia kekuatan bangsa Yahudi sepanjang sejarahnya dimana mereka mampu tetap bertahan,
Universitas Sumatera Utara
33
sekaligus yang membedakannya dengan bangsa lain yang pernah jaya namun kemudian peradabannya punah
seperti Mesir Kuno, Mesopotam
Pada abad XIX dan XX, minoritas Yahudi Eropa telah melahirkan tokoh-
tokoh besar di berbagai bidang pengetahuan dan filsafat, seperti Hegel, Marx,
Freud, Nitzsche, Charles Darwin, Herbert Spencer dan lainnya. Meskipun juga
banyak pemikir lainnya yang non-Yahudi seperti Hobbes, Machiavelli, John
Locke dan lainnya, akan tetapi cara mereka ada kesamaan, penentangan terhadap
konsep agama dan mengembangkan gagasan securism (pemisah) agama dalam
persoalan kehidupan dunia (politik).35Dapat diliat melalui Baruch Spinoza yang
meletakkan dasar pemikiran mengenai pembentukan masyarakat baru dan bebas,
tetapi terikat selaras dengan hakikat ketuhanan. Ia juga perintis lahirnya agama
sekuler bagi manusia modern dan mengajarkan bahwa akal dan intuisi dapat
mengarahkan manusia pada kesatuan dirinya dengan sumber segala sesuatu yang
disebut Intellectual Love of God. 36
Lalu, dalam peradaban Kristen yang paling diingat ketika Barat tengah
dirundung masa atau abad kegelapan (The Dark Ages). Abad di mana banga-
bangsa di Eropa dipenuhi dengan perang antaragama, abad anti intelektualisme
serta masih kuatnya akan tahayul dan irasionalisme. Akan tetapi, abad ini juga
telah merintis jalan bagi terbentuknya suatu peradaban, yakni saat dimulai
dibangun universitas, gereja-gereja katedral Gothic dan lahirnya negara-negara
52Arif Budiman, dkk.Mencari Konsep Manusia Indonesia, Sebuah Bunga Rampai. (Jakarta: Erlangga. 1986). 53Jostelin Gaarder. Dunia Sophie. (Bandung: Mizan, 1966). hal. 108.
Menurut Plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada
mulainya jiwa bersatu dengan raga. Jiwa telah berada lebih dulu sebelum jatuh ke
dunia dan disatukan dengan badan. Maka bagi Plato, yang disebut manusia atau
pribadi adalah jiwa sendiri. Sedangkan badan oleh Plato dianggap seabagi alat
yang berguna sewaktu masih hidup di dunia ini.Tetapi badan itu, di samping
berguna, sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk mencapai kesempurnaan,
yaitu kembali kepada dunia ide. Jiwa menurut Plato sudah berada sebelum bersatu
dengan badan. Persatuan jiwa dengan badan merupakan hukuman karena
kegagalan jiwa untuk memusatkan perhatiannya kepada dunia ide. Jadi manusia
mempunyai “pra ekstensi”, yaitu sudah berada sebelum dipersatukan dengan
badan dan jatuh ke dunia ini.54
Hakikat serta Watak Rasional Manusia
Terdapat banyak pandangan-pandangan berbeda tentang hakikat manusia.
Dua diantaranya adalah pandangan kaum spritualis dan pandangan kaum
materialis. Menurut kaum spiritualis, manusia adalah realitas yang tersusun atas
tubuh dan jiwa (ruh). Ruh atau jiwa bersifat abadi dan tak akan binasa karena
kematian. Menurut kaum materialis, manusia hanya tersusun atas tubuh semesta,
yang akan rusak karena kematian dan berarti terputusnya kepribadiannya.55
____________________________________________
Universitas Sumatera Utara
45
54Hardono, Hadi. Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme. (Yogyakarta: Kanisius. 1996). hal. 32.
Lama kelamaan menjadi jelas juga bahwa para filsuf aliran ini (dalam hal
ini Thomas Hobbes) memelopori kelahiran ilmu-ilmu kemanusiaan modern yang
didasarkan pada observasi empiris, misalnya psikologi.
2.2. Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes, lahir di Malmesbury, Inggris tahun 1588. Ia sempat
mengecap pendidikan di Oxford University, tetapi kesempatan itu tidak
memberikan banyak manfaat. Ia sempat mempelajari pemikiran Aristoteles yang
di kemudian hari dikritiknya.66 Pada masa itu, Inggris sedang mengalami pada
keadaan perang saudara, terjadi ketakutan, kekhawatiran demikian merajalela.
Ketidakstabilan politik itu tentu telah mengilhami Hobbes untuk menulis dengan
menarasikan bagaimana pendiriannya terhadap kehidupan politik maupun
masyarakat pada saat suatu penaklukan Inggris atas Irlandia Utara dan Skotlandia
untuk menjadi bagian Inggris Raya (Great Britanain).67
Ia sebagai sosok filsuf yang tumbuh di bawah prahara politik masa itu.
Politik yang penuh anarkis di abad ke-17, adanya perang dan konfrontasi baik
karena agama, maupun perang sipil yang sedang berkecamuk di Inggris. Ia hidup
dalam suasana malapetaka perang saudara antara kubu Charles I dan kubu
parlemen yang akhirnya dimenangkan kubu parlemen. Charles I akhirnya
dihukum gantung, lalu berdirilah republik yang dipimpin oleh Oliver Cromwell. 68
_______________________________________________ 66Firdaus Syam, Pemikiran...Op.Cit., hal. 115 67Deliar Noer, Pemikiran...Op.Cit., hal. 103 68F. Budi Hardiman. Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (Dari Machiavelli sampai
Nietzsche). (Jakarta:Erlangga, 2011) hal.56.
Universitas Sumatera Utara
54
Pengalaman bahaya-bahaya perang itu memberinya kesan yang mendalam
dalam hidupnya bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang tragis
dalam kehiudpan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang sangat rapuh.Ia sendiri
melukiskan dirinya identik dengan ketakutan itu: ‘Fear an I, Hobbes said, were
born together’.69Pada masa itu ada tuntutan kuat untuk terjadinya perubahan di
segala bidang kehidupan. Perubahan besar dalam pandangan intelektual Eropa,
dalam masalah falsafah dan ilmu pengetahuan, mengharuskan perubahan hebat
yang sama dalam ajaran politik. Di sinilah signifikansi kehadiran Thomas Hobbes,
sebagaimana filsuf dan pemikir besar lainnya masa Renaisans.
Pada usia 22 tahun, ia telah melalang buana ke berbagai negara, antara lain
Perancis dan Italia. Disana Hobbes berkenalan dengan Rene Descartes dengan
alam pikirannya, Galileo Galilei, F. Bacon, dan lain-lain. Mereka telah
mempengaruhi Hobbes dalam memahami manusia dan perilakunya. Hampir
sepanjang hidupnya dia berusaha memecahkan masalah kodrat manusia yang
menurutnya rapuh untuk kehidupan sosial. Ketika kedudukan Raja Charles I
sudah mulai mengguncang, di tahun 1640. Ia melarikan diri ke Perancis karena
pamfletnya yang mempertahankan hak absolut raja.
_____________________________________________
69Cranston, Makers of Modern Thought, New York, American Heritages Publishing Co. Inco. 1972, hal. 193
Universitas Sumatera Utara
55
Porak-porandanya kesatuan abad pertengahan mempengaruhi Inggris dan
daratan Eropa. Monarki Tudor diuntungkan oleh pecahnya mata rantai politik
eksternal dan spiritual ini, tetapi kekuatan yang sama yang memungkinkan
terbentuknya negara modern juga melahirkan semangat baru akan kemerdekaan
dan penentuan nasib sendiri di kalangan masyarakat.70Karena kekuasaan raja
semakin besar, para pedagang dan pemilik tanah mulai melihat adanya bahaya
yang terkandung dalam kekuasaan politik yang tidak terbatas dan tidak terkontrol
ini. Demikian pula halnya, persoalan monopoli keagamaan dalam negara mulai
menciptakan kesulitan pada masa itu ketika Bible sudah menjadi sumber
kebenaran, dan hak penafsiran diakui secara luas.
Pada zaman Stuarts, kekuatan-kekuatan ini menjadi nyata di Inggris.
Zaman berikutnya adalah zaman kekerasan di mana kesewang-wenangan para
penguasa berlangsung seiring dengan pergolakan yang diakibatkannya. Inggris
tidak menikmati kehidupan internal damai yang nyata pada saat James I naik ke
tampuk kekuasaan pada tahun 1903.Dan dalam lingkungan seperti inilah Hobbes
. Yaitu refleksi intuisi-intuisi sosial, termasuklah ketika Hobbes
memimpikan mewujudkan suatu negara versi dirinya. Dimulai dari era perjanjian
sosial,kehidupan alternatif pada keadaan alamiah yang Hobbes sebut untuk
mengadakan perjanjian membentuk suatu negara. Keinginan alternatif manusia itu
untuk mempertahankan hidup dri terhindar dari kematian serta tragis dan
memotivasi manusia untuk keluar dari zona alamiah-nya menuju ke zona
masyarakat politik. Akal mengajarkan bahwa manusia sebaiknya hidup damai di
bawah kekuasaan negara dan hukum daripada hidup dalam keadaan bebas tapi
anarkis dan berbahaya bagi keselamatan dirinya.
Pada titik inilah, Hobbes berpendapat bahwa terbentuknya sebuah negara
pada hakikatnya merupakan sebuah kontrak atau perjanjian sosial (covenant).
Dalam perjanjian itu manusia atau individu secara sukarela menyerahkan hak-hak-
nya serta kebebasannya kepada seorang negara atau penguasa. Hanya satu yang
tidak diserahkan oleh negara yaitu hak mempertahankan diri.Perjanjian ini hanya
terjadi pada individu dengan individu lain, bukan antara negara individu. Dengan
demikian negara bebas melakukan apapun yang dikehendakinya, terlepas itu
sesuai atau tidak sesuai dengan kehendak invidu.77
________________________________________________
77Ahmad Suhelmi, Pemikiran.... Op,.Cit., hal. 175
Universitas Sumatera Utara
61
Kesatuan orang-orang yang dibentuk oleh perjanjian sosial ini lebih
merupakan konsekuensi dari kedaulatan daripada sumber kedaulatan. Sumber
pokok negara yang terpenting, adalah kehendak individu yang mengadakan
persetujuan dengan orang lain. Berbagai kehendak ini semata-mata disatukan
sebagai hasil dair kontrak mereka serta dibentuknya kekuatan bersama, yaitu
‘rakyat’. Kesatuan ini riil dan bukan semata-mata bersifat moral. Bukan
kesepakatan tapi penyerahan kehendak semua orang kepada kehendak satu orang
yang menciptakan masyarakat sipil.78
Dengan terbentuknya negara dari hasil sebuah kontrak atau perjanjian
sosial (covenant), Hobbes menjuluki negara kekuasaan sebagai Leviathan. Pihak
yang kepadanya individu-individu menyerahkan kekuasaan mereka disebut
penguasa (the sovereign). Kedudukannya mempunyai hak-hak serta kekuasaan
dasar tertentu. Orang-orang tidak bisa mencabut penyerahan otoritas mereka tanpa
ijinnya karena mereka telah mengadakan perjanjian yang mengikat satu sama lain,
mengganggapnya sebagai pemilik semuanya sehingga ia yang sudah menjadi
penguasa mereka akan melakukan dan memutuskan segala sesuatu yang dianggap
pantas.79Karena penguasa bukanlah pihak yang terlibat dalam kontrak, maka tidak
ada kendali dari orang-orang di bawah kekuasaan terhadapanya. Apapun yang
dilakukan penguasa adalah baik dan adil serta tidak bisa dipertanyakan oleh
rakyat.
_______________________________________________ 78Henry J. Schamndt. Filsafat Politik...Op.Cit., hal. 318. 79Ibid.,hal. 319.
Universitas Sumatera Utara
62
”Kekuasaan tidak bisa dipindahkan kepada orang lain tanpa persetujuannya. Ia
tidak bisa kehilangan kekuasaanya. Ia tidak bisa dituduh melakukan
penganiayaan oleh bawahan-bawahannya. Ia tidak bisa dijatuhi hukuman oleh
mereka. Ia adalah orang yang memutuskan apa yang perlu dilakukan untuk
perdamaian dan hakim doktrin. Ia adalah satu-satunya legislator dan hakim
perselisihan yang tertinggi, dan hakim pada masa perang dan damai” 80
Lalu nilai apa yang dimiliki hak-hak individu ini jika penguasaatidak
bertanggung jawab pada kedudukannya? Sebenarnya, mereka tidak mempunyai
apa-apa, hak-hak tersebut secara etis dan hukum tidak berarti. Akibat dari
‘kerasnya’ efek yang ditimbulkan dari kontrak ini, terjadi pemberontakan-
pemberontakan. Dalam hal ini penguasa wajib melindungi serta memadamkan
pemberontakan yang terjadi. Jika penguasa tidak dapat memadamkan hal tersebut,
maka perjanjian akan berakhir dan orang-orang akan kembali pada keadaan
alamiah.81
Dan benar saja, konsep serta kontrak yang ditimbulkan menjadi meluas.
Dalam buku Ahmad Suhelmi menyebut, negara ini menimbulkan rasa takut
kepada siapa pun yang melanggar hukum negara. Bila warga negara melanggar
hukum, negara Leviathan tak segan-segan menjatuhkan vonis hukuman mati.
Negara ini merupakan lembaga politik yang hanya mengenal hak, tapi minus
kewajiban. Penguasa diberi hak untuk melakukan apa saja demi kebaikan negara.
________________________________________ 82Ibid., hal. 320. Dikutip dari Leviathan. Bab II. hal. 20. 83Ibid., hal. 322.
Universitas Sumatera Utara
63
Dengan alat-alat kekerasan yang dilembagakan, negara berhak memaksa
warganya untuk patuh.80Negara Leviathan harus kuat. Bila lemah, akan timbul
anarki, perang sipil mudah meletus dan dapat mengakibatkan kekuasaan negara
terbelah. Apa pun kritik terhadap negara Leviathan, Hobbes berkeyakinan negara
seperti itu jauh lebih baik daripada terjadinya anarkis akibat terbelahnya
kekuasaan negara. Menurutnya kekuasaan tunggal (absolut) dapat lebih konsisten
dengan kebijakan-kebijakannya.
Ia sangat menolak sistem demokrasiyang menurutnya pembagian
kekuasaan dapat menjadi kelemahan bagi keutuhan suatu negara.Kekuasaan itu
memang harus mutlak bagi penguasa. Baginya negara merupakan Leviathan,
tetapi tidak seorang pun menyukai dan memuja ‘binatang’ yang menakutkan itu.
Itu dialihkan sebagai sesuatu yang berguna, baik untuk apa yang diperbuat, yang
semata-mata sebagai pelayan untuk keselamatan individu. Alasan sesungguhnya
yang mendorong individu hidup bermasyarakat adalah ketakutan untuk dihukum,
sedangkan kekuasaan hukum hanya dapat berlangsung sepanjang pelaksanaannya
bisa dirasakan. Pada prinsipnya, konsep negara itu memperlakukan pemerintahan
sama dengan kekuatan. 81
______________________________________________ 80Ahmad Suhelmi, Pemikiran.... Op.Cit., hal. 177. 81 GH. Sabine. A History of Political. (London: George G. Harrap & Co. Ltd, 1937) hal. 122.
Universitas Sumatera Utara
64
2.2.2. Karya-karya
1651 --- Leviathan, dalam tulisannya itu tampak jelas bagaimana pengaruh
atas pergolakan yang terjadi di negerinya. Ia seperti hendak mencari pemecahan
terhadap keadaan sosial dan politik, memberikan kepastian keamanan rakyat pada
masa itu. Maka Leviathan itu sama dengan sebuah negara kekuasaan (machstaat).
Masalah konflik dalam setiap manusia, apakah itu pertengkaran, perselisihan serta
konflik sesama itu merupakan suatu bawaan sejak lahir.
Sebaliknya pada sisi yang lainnya, di balik adanya sikap pertentangan itu,
pada hakikatnya setiap manusia memerlukan suatu keadaan untuk hidup damai
dan rukun.Oleh karena itu diperlukan apa yang dijelaskannyasebagai ‘tunduk pada
kekuasaan yang diakui bersama’.Hobbes, tentu menegaskan bahwa di antara dua
keinginan itu, tentu ada keinginan yang lebih kuat dari kedua itu, yakni keinginan
untuk memiliki kekuasaan demi kekuasaan.82
Karya gabungannya yang diberi judul Elementa Philosophica 1651-1658
merupakan karya yang tidak dapat dipisahkan dari karya-karya lainnya :
1640 --- The Elements of Law, Nature and Politic(Unsur-unsur Hukum,
Alam dan Politik). Pada akhir 1630-an Parlemen dan raja berkonflik tentang
seberapa jauh kekuasaan raja biasa dapat dilampaui dalam keadaan luar biasa,
terutama dalam hal mengumpulkan uang untuk tentara.Pada 1640 Hobbes menulis
sebuah risalah yang membela penafsiran luas Raja Charles I tentang hak
prerogatifnya. Anggota Parlemen Royalis menggunakan argument dari risalah-
Hobbes dalam perdebatan, dan risalah itu sendiri beredar dalam bentuk
manuskrip.Diterbitkan dalam versi tanpa izin yang disalahtafsirkan pada 1650. Ia
sendiri tidak bermaksud untuk publikasi sebagai sebuah buku.
Trilogi agungnya yang terkandun g dalam De Corpore(1655, tentang
jiwaraga),De Homine(1658, tentangmanusia), dan De Cive (1642, tentang
kewarganegaraan) bagian yang tak terpisahkan dari karyanya. Karya-karya ini
adalah usahanya untuk menyusun berbagai potongan ilmu alam, serta psikologi
dan politik, menjadi hierarki, mulai dari yang paling umum dan mendasar hingga
yang paling spesifik. Walaupun secara logis merupakan bagian terakhir dari
sistemnya, De Cive diterbitkan lebih dulu, karena kekacauan politik di Inggris
membuat pesannya sangat tepat waktu dan karena doktrinnya dapat dipahami baik
dengan dan tanpa pendahuluan ilmiah-ilmiah.
Di dalam karya De Corpore dan De Homine memiliki temuan-temuan,
antara lain, Galileo pada gerakan tubuh terestrial, Kepler tentang astronomi,
William Harvey pada peredaran darah, dan Hobbes sendiri pada disiplin optik.
Ilmu politik yang terkandung dalam De Cive secara substansial dijelaskan dalam
Bagian II dari Unsur-Unsur Hukum dan dikembangkan lebih lanjut di
Leviathan.83
____________________________________________________ 83https://www.britannica.com/biography/Thomas-Hobbes/Intellectual-development#ref68421. Diakses pada
Dalam konteks inilah dapat dipahami mengapa ia ingin mengembalikan
manusia ke fitrahnya; manusia yang mementingkan emosi, perasaan dan tidak
mendewakan rasio serta tidak menganggap manusia sekadar jasad tanpa ruh.
Gagasan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal aliran Romantisme di
Eropa.Rousseau juga menolak produk-produk peradaban rasional abad
Pencerahan yang dinilainya telah merusak tatanan sosial tradisional. Pemikiran
mengenai hak kepemilikan yang dikembangkan tokoh-tokoh seperti John Locke,
menurut Rousseau telah menciptakan ketimpangan-ketimpangan sosial. Manusia
menjadi tidak sederajat dengan manusia lainnya.
Sebagaimana manusia ada yang memiliki kekayaaan yang jauh lebih besar
dari sebagian (besar) manusia lainnya. Ia juga menyatakan bahwa peradaban
modern dengan logika Rasionalisme Cartesiannya membuat manusia menjadi
terasing dari kehidupannya. Kritik Rousseau ini membalikkan keyakinan dari
pencerahan. Bagi pencerahan kemajuan teknologi berhubungan dengan
perkembangan moral. Rousseau justru mengecam ilmu dan teknologi yang
berkembang sebagai ‘pembangkang’ konsep nilai luhur manusia.
Rasionalisme membuat manusia mengabaikan aspek emosi dan
romantisme dalam dirinya. Manusia tidak lagi menjadi manusia yang alamiah.
Manusia berperadaban modern, tidak seperti manusia Sparta yang bebas dan
merdeka, ternyata telah menjadi budak bagi dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
76
Dengan gaya retoris Rousseau menulis:
“Untuk anda masyarakat modern, anda tidak melakukan perbudakan tetapi telah
melakukannya; anda membayar harga kebebasan dengan diri anda”.98
2.4.1. Pemikiran
a. Keadaan Alamiah (State Of Nature)
Rousseau menggunakan konsep keadaan alamiah dalam tiga maksud:
menjelaskan keadaan atau primitif ras manusia; mengidentifikasi prinsip-prinsip
dasar hakikat manusia yang ada dalam keadaan asli atau primitif itu; menjelaskan
keadaan manusia yang hidup dalam masyarakat modern. 99
Dalam keadaan ilmiah, manusia pada dasarnya baik (liar tapi baik),
manusia bertindak didorong oleh kecintaan pada diri sendiri yang membuatnya
selalu menjaga keselamatan dirinya.Manusia sangat damai, penuh kasih sayang
dan menghindari perang. Rousseau mengganggap manusia terjadi perang karena
fenomena alam (nature phenomenon) bukan fenomena sosial (social
phenomenom). Artinya terjadinya perang ketika keadaan alami manusia berubah
menjadi masyarakat sosial. Perang adalah sesuatu yang secara sosial
dikontruksikan, hanya dalam kehidupan sosial perang akan terjadi. Keadaan
ilmiah ini juga dapat berubah menjadi keadaan perang apabila terjadi kesenjangan
derajat manusia, baik karena perbedaan atas kepemilikan atau posisi sosial.
____________________________________________________________ 98Ahmad Suhelmi, Pemikiran...Op.,cit. hal. 244.Dikutip dalam buku Rousseau, Du Contract Social, (Paris:
Editors Granier Freres, 1962) hal. 303 99 Adam dan Lively and Andrew Reeve, Modern Political Theory from Hobbes to Marx. Key Debates.
(London and New York: Routledge, 1993) hal. 114
Universitas Sumatera Utara
77
Pandangan ini berbeda dengan gagasan Hobbes yang melihat keadaan
alamiah dapat berubah menjadi keadaan perang, bukan karena kesenjangan
derajat, melainkan watak agresif manusia.100
Dalam keadaan ilmiah, manusia menurut Rousseau memiliki kebebasan
mutlak. Mereka bebas melakukan apa pun yang dikehendakinya, terlepas apakah
hal itu akan menyebabkan pertikaian dengan manusia lainnya. Kebabasan
merupakan determinan yang membuat manusia menjadi manusia alamiah.
Manusia alamiah adalah makhluk yang belum mengerti nilai-nilai baik dan buruk
dalam pengertian moralitas yang kita pahami, sebab mereka tidak terdidik dalam
struktur sosial yang mendominasi oleh moralitas. Manusia menjadi buruk
perilakunya. tidak lagi menjadi manusia alamiah, adalah karena masyarakat
sekitarnya serta peradaban modernnya telah membuatnya demikian. Peradaban
dan masyarakat modern secara bertahap mengkis sifat-sifat modern yang mungkin
tidak disadari para perintis dunia modern.
Dalam Discourse on the Origin and Foundation of Inquality (1754),
ditulis tujuh tahun sebelumnya, ia menggambarkan manusia yang hidup di taman
Sorga dalam keadaan yang sederhana, bahagia dan tenang. Dalam keadaan ini,
individu memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, dengan naluri dan bukan rasio.
Ia mempunyai dua insting dasar: mempertahankan diri sendiri (self-preservation)
dan simpati (pitie) atau rasa kasihan atas penderitaan orang lain. 101
Konsep tentang manusia merupakan pemikiran fundamentalHobbes dalam
memberikan apresiasi luas terhadap segala hal, baik dalamkehidupan manusia.
Terlebih Hobbes lahir dan besar pada masa-masa anarki, Ia sebagai sosok filsuf
yang tumbuh di bawah prahara politik masa itu. Politik yang penuh anarkis di
abad ke-17, adanya perang dan konfrontasi baik karena agama, maupun perang
sipil yang sedang berkecamuk di Inggris. Ia hidup dalam suasana malapetaka
perang saudara antara kubu Charles I dan kubu parlemen yang akhirnya
dimenangkan kubu parlemen. Charles I akhrinya dihukum gantung, lalu berdirilah
republic yang dipimpin oleh Oliver Cromwell.112
Pengalaman bahaya-bahaya perang itu memberinya kesan yang mendalam
dlaam hidupnya bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang tragis
dalam kehiudpan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang sangat rapuh. Ia
sendiri melukiskan dirinya identik dengan ketakutan itu: ‘Fear an I, Hobbes said,
were born together’. 113
_________________________________________________ 112F. Budi Hardiman. Pemikir...Op.Cit., hal.56. 113Cranston, Makers of Modern Thought, (New York, American Heritages Publishing: 1972) hal. 193
Universitas Sumatera Utara
87
Dalam memahami makna dari manusia, Hobbes sangat berhati-hati dalam
menjelaskannya. Setelah kejadian besar yang sudah dirasakannya, menjadikan
manusia menurut Hobbes sebagai pusat segala persoalan sosial dan politik.
Karena segala sesuatu di dunia ini, termasuk persoalan manusia terdiri atas
bagian-bagian yg bergerak menurut hukum mekanisme yg telah pasti, dengan
begitu, cara terbaik untuk menjelaskan manusia adalah dengan melihat manusia
sebagai sebuah ‘alat mekanis' dan memahaminya dari pendekatan matematis-
geometris.114Secara garis besar, pengertian manusia menurut Hobbes dibelah
melalui dua bagian, yaitu pada saat belum terbentuknya negara (manusia alami)
hingga terbentuknya negara (masyarakat politik).
3.1.1. Filsafat Manusia Thomas Hobbes
Manusia menurut Hobbes dipengaruhi oleh filsuf-filsuf besar lainnya
seperti Bacon, Descartes dan Galileo Galillei membuat konsep manusia ini tertata
dengan baik. Ia sepakat dengan Bacon bahwa pentingnya penggunaan nalar dan
metode-metode eksperimental dalam dunia ilmu pengetahuan , termasuk dalam
pengertian tentang manusia.Descartes mengatakan bahwa geometri bisa
membentuk suatu model pengetahuan sistematik ideal. Sistematika ideal inilah
yang kemudian Hobbes teruskan melalui suatu mekanisme penggunaan akal dan
Hobbes berkeyakinan negara seperti itu merupakan pemecahan masalah
terbaik untuk menghadapi persoalan manusia yang kejam dan bengis. Negara
seperti itu jauh lebih baik daripada terjadinya anarkis akibat terbelahnya
kekuasaan negara yang telah belajar banyak dari sejarah bangsa Romawi,
khususnya kehancuran Athena. Negara merupakan satu-satunya alternative bagi
anarki; negara adalah alternatif yang paling shahih. Menurutnya kekuasaan
tunggal (absolut) dapat lebih konsisten dengan kebijakan-kebijakannya.
3.2. Konsep Manusia menurut Jean-Jacques Rousseau
Sama halnya dengan Thomas Hobbes, Rousseau lahir dan besar saat
dimana terjadi gejolak pemikiran politik. Rousseau adalah pengkritik ulung,
sehingga ia mendapatkan banyak musuh di berbagai perantauannya karena
dianggap telah meracuni watak pemikiran masayarakat. Hingga ia mengalami
gangguan psikis merasa terus dikejar-kejar sampai masa kematiannya.
Zaman pencerahan yang pada saat itu para pemikirnya sangat yakin bahwa
umat manusia dapat mencapai kesempurnaan dan kebahagian duniawi, sehingga
manusia tidak perlu menunggu-nunggu rahmat atau kehidupan akhirat. Menurut
pandangan zaman itu rasio merupakan terang baru (maka disebut ‘pencerahan’)
yang menggantikan iman kepercayaan, dan rasio ini membawa tidak hanya
kebenaran, melainkan juga kebahagiaan dalam hidup manusia. Rasio menjadi
dewa tertinggi dari kultus intelektual baru; tetapi ia bukan lagi akal masa lalu. Ia
adalah akal baru, sepenuhnya percaya diri, yakin dengan otonominya, dan yakin
Universitas Sumatera Utara
96
bahwa ia telah menemukan kunci untuk menyingkap misteri semesta alam yang
tersembunyi.126
Zaman pencerahan yang meluas di Perancis tidak lantas diterima
sepenuhnya. Optimisme atas kekuatan rasio itu mendapat tantangan yang paling
keras di Perancis dari sebuah gerakan yang sangat terkenal yakni “Romantisme”.
Gerakan ini berlangsung di bidang kesusastraan, kebudayaan, seni, filsafat dan
lebih mengutamakan segi-segi emosional dan kepekaan afeksi serta ‘petualangan
fantasi’ manusia daripada segi-segi rasionalnya.Rousseau sebagai bapak pelopor
gerakan Romantisme di Eropa menolak itu semua.
Romantisme, seperti juga halnya Pencerahan berpandang bahwa manusia
pada dasarnya adalah makhluk yang baik dan merdeka. Namun, keduanya
bersimpang jalan dalam penjelasan mereka tentang apa yang membelenggu
manusia. Pencerahan memandang mitos-mitos dan emosi-emosi subjektif
manusia, sedangkan Romantisme sebaliknya memandang kebudayaan adalah hasil
dari daripada hal-hal yang membuat manusia terbelenggu.Lantas Rousseau
menulis sebuah ucapan yang sangat terkenal, dia adalah Jean-Jaques Rousseau:
“Manusia dilahirkan bebas; dan dimana-mana dia terbelenggu. Orang
menganggap dirinya tuan atas orang-orang lain, padalah dirinya tetap menjadi
seorang budak yang lebih parah daripada mereka.127
________________________________________________ 126Op.cit., hal. 357. 127 F. Budi Hardiman. Pemikiran...Op.Cit.,hal.90.
Universitas Sumatera Utara
97
Gerakan Romantik pada dasarnya adalah pemberontakan menentang
standar moral dan estetik yang sudah diterima.Kalangan yang menjunjung tinggi
tata-krama di Perancis abad ke-18 sangat mengagumi apa yang mereka sebut La
Sensibilite, yang berarti mudah menangkap perasaan, dan lebih khusus lagi
terhadap rasa simpati.
3.2.1. Filsafat Manusia Jean-Jacques Rousseau
Rousseau adalah sang pemberontak pada Abad Pencerahan. Kritik
Rousseau ini membalikkan keyakinan dari pencerahan. Bagi pencerahan
kemajuan teknologi berhubungan dengan perkembangan moral. Rousseau justru
mengecam ilmu dan teknologi yang berkembang sebagai ‘pembangkang’ konsep
nilai luhur manusia.Ia terpengaruh oleh sang ayah terhadap pembentukan watak
dan sikap, karena ayahnya selalu membaca dongen, syair-syair, karya klasik
Plutarch di Jenewa yang juga mempengaruhi jiwa dan perkembangan
intelektualnya.
Rousseau banyak membaca karya filsuf besar lainnya, seperti Pufendorf
dan Grotius, juga karya pengarang Inggris abad sebelumnya, Hobbes dan Locke.
Ia bergaul juga dengan filosofi, yakni sekelompok cendikiawan yang berjuang
melakukan perubahan otoritarianisme serta kekolotan agama yang mencandui
kehidupan intelektual Perancis semasa Louis XIV. Semua itu membuat Rousseau
memiliki kepekaan dan berjiwa romantik yang tinggi. Sampai ia dewasa
menjadikannya memiliki kepekaan dan kehalusan jiwa daripada logika dan
rasional.
Universitas Sumatera Utara
98
Rousseau menolak keras rasionalisme dan pengandalan persepsi indrawi
sebagai tolak ukur kebenaran menyebabkan manusia kehilangan perasaannya,
dalam istilah Rousseau La Sensibilite. Dalam konteks inilah dapat dipahami
mengapa ia ingin mengembalikan manusia ke fitrahnya; manusia yang
mementingkan emosi, perasaan dan tidak mendewakan rasio serta tidak
menganggap manusia sekadar jasad tanpa ruh. Rousseau juga menolak produk-
produk peradaban rasional abad Pencerahan yang dinilainya telah merusak tatanan
sosial tradisional. Pemikiran mengenai hak kepemilikan yang dikembangkan
tokoh-tokoh seperti John Locke, menurut Rousseau telah menciptakan
ketimpangan-ketimpangan sosial. Manusia menjadi tidak sederajat dengan
manusia lainnya. Sebagaimana manusia ada yang memiliki kekayaaan yang jauh
lebih besar dari sebagian (besar) manusia lainnya. Ia juga menyatakan bahwa
peradaban modern dengan logika Rasionalisme Cartesiannya membuat manusia
menjadi terasing dari kehidupannya.
Penjelasan Rousseau tentang manusia juga serupa dengan Hobbes yang
mengklasifikasikan kehidupan manusia dari keadaan alamiah ke masyarakat
politik. Rousseau mencoba menjelaskan bagaimana keadaan manusia (pada saat
itu) yang seharusnya.
Universitas Sumatera Utara
99
3.2.2. Manusia Alamiah
Rousseau menggunakan konsep keadaan alamiah dalam tiga maksud:
menjelaskan keadaan atau primitif ras manusia; mengidentifikasi prinsip-prinsip
dasar hakikat manusia yang ada dalam keadaan asli atau primitif itu; menjelaskan
keadaan manusia yang hidup dalam masyarakat modern. 128
Dalam keadaan ilmiah, manusia pada dasarnya baik (liar tapi baik),
manusia bertindak didorong oleh kecintaan pada diri sendiri yang membuatnya
selalu menjaga keselamatan dirinya.Manusia sangat damai, penuh kasih sayang
dan menghindari perang. Manusia yang alamiah adalah manusia dalam ekadaan
bebas sejak dilahirkan.129Rousseau mengganggap manusia terjadi perang karena
fenomena alam (nature phenomenon) bukan fenomena sosial (social
phenomenom).Artinya terjadinya perang ketika keadaan alami manusia berubah
menjadi masyarakat sosial.Perang adalah sesuatu yang secara sosial
dikontruksikan, hanya dalam kehidupan sosial perang akan terjadi. Keadaan
ilmiah ini juga dapat berubah menjadi keadaan perang apabila terjadi kesenjangan
derajat manusia, baik karena perbedaan atas kepemilikan atau posisi sosial.
Dalam keadaan ilmiah, manusia menurut Rousseau memiliki kebebasan
mutlak. Mereka bebas melakukan apa pun yang dikehendakinya, terlepas apakah
hal itu akan menyebabkan pertikaian dengan manusia lainnya. Kebebasan
merupakan determinandeterminan yang membuat manusia menjadi manusia-
___________________________________ 128Adam, Lively and Andrew Reeve, Modern Political...Op.cit. hal. 114. 129 Ahmad Suhelmi, Pemikiran....Op.cit. hal. 248
Universitas Sumatera Utara
100
alamiah. Manusia alamiah adalah makhluk yang belum mengerti nilai-nilai baik
dan buruk dalam pengertian moralitas yang kita pahami, sebab mereka tidak
terdidik dalam struktur sosial yang mendominasi oleh moralitas. Manusia menjadi
burukperilakunya, tidak lagi menjadi manusia alamiah, adalah karena masyarakat
sekitarnya serta peradaban moderennya telah membuatnya demikian.
Akibat dari gagasannya yang mengatakan bahwa manusia telah
‘terkontaminasi’ oleh kemajuan teknologi dan dihimbau untuk kembali ke
manusia alamiah, Rousseau memberi suatu formula. Untuk menjadi manusia
alamiah, Rousseau mencoba memberikan pemecahan masalah. Menurutnya
manusia harus dididik sejak kanak-kanak. Janganlah anak-anak dididik dalam
struktur sosial dunia modern dengan segala etika dan nilai-nilai moralitasnya.
Anak-anak harus dibiarkan bebas menentukan watak dan kepribadiannya sesuai
dengan kehendak alami, membiarkannya sepenuhnya berkembang sesuai naluri
kemanusiaan dan insting kemanusiaannya. Rousseau menegaskan bahwa pada
dasarnya semua manusia menurut kodrat alaminya bebas, tapi kemudian
terbelenggu setelah terlepas dari kodrat alaminya.
3.2.3. Manusia Politik
Namun, Rousseau menyatakan bahwa kondisi alamiah itu bebas namun
bersifat elementer dan penuh dengan keinginan nafsu dan naluri, sehingga
manusia yang bersangkutan tidak ubahnya seperti budak, yaitu budak dari
keinginan, nafsu dan naluri. Kebebasan manusia adalah kebebasan alami, berupa
hak-hak yang tidak tentu dan tidak terbatas untuk mengambil saja yang menarik
Universitas Sumatera Utara
101
minatnya. Keadaan serba tidak tentu inilah yang diatasi dengan perjanjian
bersama. Hanya dalam masyarakat manusia itu akan mengalami kebebasannya
secara penuh.
Kebebasan menurut Rousseau adalah suatu keadaan tidak terdapatnya
keinginan manusia untuk menaklukkan sesamanya. Manusia merasa bebas dari
rasa ketakutan akan kemungkinan terjadinya penaklukkan atas dirinya sendiri,
secara persuasif maupun kekerasan. Kebebasan juga diartikan sebagai hak untuk
melakukan sesuatu yang orang lain tidak diperkenankan melakukannya, di sisi
lain istilah yang sama bisa dipahami sebagai keadaan dimana keadilan
sepenuhnya ditegakkan. Dengan demikian tidak ada manusia yang diperlakukan
semena-mena. Kebebasan tidak boleh menjadikan manusia anarki sosial.
Rousseau berkata bahwa orang yang merdeka (bebas) adalah orang yang patuh
terhadap hukum dan peraturan, tetapi tidak menjadi dirinya budak.130
Hanya dalam masyarakat politik, manusia menjadi ‘manusia’. Apa yang
membuat manusia hidup bermasyarakat. Menurutnya; pertama, jumlah penduduk
mendekatkan manusia dengan lainnya. Mereka harus bekerja sama untuk dapat
memenuhi kebutuhannya, yang dimulai pada tingkat komunitas keluarga meluas
kepada sejumlah keluarga dan akhirnya membentuk masyarakat.