PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA MELALUI RADIOGRAF PANORAMIK PADA RENTANG USIA 14-35 TAHUN DAN 50-70 TAHUN Devia Tasya Rachmadiani 1* , Hanna H. Bachtiar-Iskandar 2 , Benindra Nehemia Makes 2 1. Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta, 10430, Indonesia 2. Radiology Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta, 10430, Indonesia *E-mail: [email protected]Abstrak Latar Belakang: Tulang mandibula merupakan tulang terkuat pada tengkorak yang mengalami perubahan sesuai usia. Pengukuran mandibula banyak dijadikan parameter terkait tumbuh kembang yang bermanfaat untuk berbagai bidang ilmu kedokteran gigi termasuk ortodonsi dan forensik. Tujuan: Mengetahui nilai pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik sebagai data dasar untuk estimasi usia rentang 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Metode: Pengukuran parameter mandibula pada 200 sampel radiograf panoramik digital usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Hasil: Pengukuran parameter mandibula terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik, namun cenderung mengalami peningkatan atau penurunan sesuai perubahan usia. Kesimpulan: Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik usia 14-35 tahun dan 50-70 belum dapat digunakan sebagai data dasar untuk estimasi usia. Kata kunci: estimasi usia, mandibula, radiograf panoramik The Average Value of Mandible’s Measurements in Panoramic Radiograph: A Comparison of 14-35 and 50-70 Years Old Abstract Background: Mandible is the strongest bone in skull and experience change with age. Mandibular parameters measurements are often used in relation with growth and development that are useful in dentistry including in orthodontics and forensic dentistry. Objective: To obtain the mandibular parameters value through panoramic radiograph as basic data in age estimation of 14-35 and 50-70 years old subjects. Method: Measurement of mandibular parameters on digital panoramic radiograph of 200 subjects at age 14-35 years and 50-70 years old. Results: The measurement of mandibular parameters are not statistically significant but tend to change according to age. Conclusion: Measurement of mandibular parameters in panoramic radiograph cannot be used as basic data for age estimation in 14-35 years old and 50-70 years old. Keywords: Age estimation, mandible, panoramic radiograph Pendahuluan Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBANDINGAN NILAI RERATA PENGUKURAN MANDIBULA MELALUI RADIOGRAF PANORAMIK PADA RENTANG USIA 14-35
TAHUN DAN 50-70 TAHUN
Devia Tasya Rachmadiani1*, Hanna H. Bachtiar-Iskandar2, Benindra Nehemia Makes2
1. Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta, 10430, Indonesia
2. Radiology Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta, 10430, Indonesia
Latar Belakang: Tulang mandibula merupakan tulang terkuat pada tengkorak yang mengalami perubahan sesuai usia. Pengukuran mandibula banyak dijadikan parameter terkait tumbuh kembang yang bermanfaat untuk berbagai bidang ilmu kedokteran gigi termasuk ortodonsi dan forensik. Tujuan: Mengetahui nilai pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik sebagai data dasar untuk estimasi usia rentang 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Metode: Pengukuran parameter mandibula pada 200 sampel radiograf panoramik digital usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Hasil: Pengukuran parameter mandibula terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik, namun cenderung mengalami peningkatan atau penurunan sesuai perubahan usia. Kesimpulan: Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik usia 14-35 tahun dan 50-70 belum dapat digunakan sebagai data dasar untuk estimasi usia. Kata kunci: estimasi usia, mandibula, radiograf panoramik
The Average Value of Mandible’s Measurements in Panoramic Radiograph: A Comparison
of 14-35 and 50-70 Years Old
Abstract
Background: Mandible is the strongest bone in skull and experience change with age. Mandibular parameters measurements are often used in relation with growth and development that are useful in dentistry including in orthodontics and forensic dentistry. Objective: To obtain the mandibular parameters value through panoramic radiograph as basic data in age estimation of 14-35 and 50-70 years old subjects. Method: Measurement of mandibular parameters on digital panoramic radiograph of 200 subjects at age 14-35 years and 50-70 years old. Results: The measurement of mandibular parameters are not statistically significant but tend to change according to age. Conclusion: Measurement of mandibular parameters in panoramic radiograph cannot be used as basic data for age estimation in 14-35 years old and 50-70 years old. Keywords: Age estimation, mandible, panoramic radiograph
Pendahuluan
Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016
Radiografi dapat memberikan gambaran tulang yang tidak terlihat secara kasat mata. Di
daerah mandibula, yang merupakan salah satu region of interest bidang kedokteran gigi, banyak
landmark yang potensial untuk memberi informasi diagnostik tumbuh kembang, dalam hal ini
termasuk informasi diagnostik usia, jenis kelamin, ras, dan lainnya. Informasi diagnostik ini
sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang ilmu kedokteran gigi. Penggunaan parameter tumbuh
kembang di bidang kedokteran gigi antara lain di bidang ortodonti, pedodonti dan forensik.
Banyak literatur mengenai berbagai parameter tumbuh kembang termasuk di mandibula, namun
literatur yang berasal dari subyek orang Indonesia masih terbatas.
Salah satu kegunaan parameter tumbuh kembang terkait usia yang sangat bermanfaat
adalah di bidang forensik. Secara geografis, Indonesia adalah negara yang memiliki potensi
bencana yang sangat tinggi, seperti gempa bumi, banjir, gunung meletus, tanah longsor, termasuk
bencana yang diakibatkan oleh manusia diantaranya yaitu kecelakaan lalu lintas darat, laut dan
udara, kebakaran hingga peledakan bom dan kerusuhan yang mengakibatkan kerusakan dan
kerugian harta benda serta korban manusia yang relatif besar baik cedera maupun meninggal
dunia (Suwandono A, 2010). Diantara korban bencana yang meninggal dunia, ada yang dapat
dikenali dan ada pula yang tidak sehingga diperlukan upaya identifikasi. Identifikasi usia sangat
penting untuk dilakukan dalam proses identifikasi. Estimasi usia dapat dilakukan karena
bertambahnya usia seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan struktur tubuh
berupa perubahan fisik yang konstan sehingga setiap perubahan yang terjadi dapat dihubungkan
dengan usia individu. Selain pada individu yang telah meninggal, estimasi usia juga dapat
digunakan pada individu yang masih hidup diantaranya adalah untuk mengetahui apakah
seseorang masih dalam kategori anak atau dewasa berkaitan dengan proses peradilan dan akta
kelahiran tidak tersedia ataupun keasliannya diragukan (Putri AS et al., 2013).
Mandibula dapat berperan dalam estimasi usia karena merupakan tulang yang paling kuat
pada tengkorak dan seringkali ditemukan dalam keadaan utuh. Keberadaan lapisan tulang
kompak yang padat pada mandibula membuatnya dapat mempertahankan bentuknya dan tetap
dalam kondisi yang baik dibandingkan tulang lainnya (Muskaan A & Sarkar S, 2015; Indira AP,
2012). Pada remaja, pertumbuhan rahang terjadi berkaitan dengan pubertas (Proffit WR et al.,
2007). Hingga dekade ketiga kehidupan, perubahan morfologi dan dental dapat membantu dalam
mengestimasi usia, namun pada usia diatas dekade ketiga, perubahan yang terjadi hampir tidak
terlihat (Muskaan A & Sarkar S, 2015). Pada usia tua, kembali terjadi perubahan pada mandibula
Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016
terutama ketika gigi geligi mulai menghilang dan tulang alveolar terabsorbsi sehingga terjadi
penurunan pada tinggi tulang (Singh V, 2014).
Dalam estimasi usia, radiograf merupakan salah satu metode yang kurang invasif yang
dapat digunakan baik pada individu yang hidup maupun telah meninggal (Muskaan A & Sarkar
S, 2015). Radiograf panoramik merupakan radiograf yang telah digunakan secara luas untuk
memperoleh tinjauan komprehensif dari kompleks maksilofasial dan umum digunakan pada
rutinitas klinis untuk melihat struktur mandibula secara bilateral (Taleb NSA & Beshlawy ME,
2015). Saat ini, radiograf panoramik digital telah banyak digunakan. Kelebihan dari teknik ini
adalah dapat dilakukannya pengukuran secara digital dan dapat dilakukan pengaturan pada
gambar sehingga dapat menyediakan metode yang akurat dalam pengukuran mandibula
(Muskaan A & Sarkar S, 2015; White SC & Pharoah MJ, 2004). Parameter mandibula yang dapat
diukur pada radiograf panoramik diantaranya meliputi tinggi ramus, sudut gonial, lebar bigonial,
jarak maksimum ramus, jarak minimum ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid dan
indeks mentalis. Pada beberapa penelitian, dilaporkan bahwa parameter mandibula tersebut
mengalami penurunan ataupun peningkatan nilai rerata seiring dengan bertambahnya usia.
Pengukuran parameter mandibula sebagai data dasar untuk estimasi usia tidak hanya berperan
dalam proses identifikasi dalam bidang forensik, namun juga dapat digunakan dalam bidang ilmu
kedokteran gigi lainnya. Dalam bidang ilmu ortodonti, pengukuran parameter mandibula dapat
berperan untuk memonitor pola pertumbuhan individu dalam penilaian ortodonti (Leversha et al,
2015).
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan variasi nilai rerata
pengukuran parameter mandibula pada populasi yang berbeda. Hal ini memungkinkan adanya
variasi antara nilai rerata pengukuran yang sudah ada dengan nilai rerata pengukuran parameter
mandibula pada populasi Indonesia. Selain itu, di Indonesia, penelitian mengenai pengukuran
mandibula pada radiograf panoramik telah dilakukan oleh Wardhani (2016), namun penelitian
tersebut terbatas pada satu parameter saja yaitu sudut gonial dan hanya dilakukan pada subjek
laki-laki. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan nilai rerata
pengukuran parameter mandibula tersebut pada radiograf panoramik pada individu dengan
rentang usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun khususnya pasien di Rumah Sakit Khusus Gigi dan
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Usia 14-35 tahun digunakan untuk
Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016
mewakili usia remaja dan dewasa, sedangkan usia 50-70 tahun digunakan untuk mewakili usia
tua. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk estimasi usia dan
membantu dalam berbagai bidang kedokteran gigi.
Tinjauan Teoritis
Mandibula merupakan tulang yang paling kuat pada tengkorak. Adanya lapisan tulang
kompak yang padat pada mandibula membuat tulang tersebut kuat sehingga dapat tetap terjaga
dengan baik dibandingkan tulang lainnya. Mandibula merupakan salah satu diantara tulang
pertama pada tubuh yang memulai osifikasi dan merupakan tulang yang unik karena memiliki
dua pola osifikasi yaitu endokondral dan intramembran. Pola osifikasi intramembran terdapat
pada badan mandibula sedangkan pola osifikasi endokondral terjadi pada prosessus koronoid dan
kondiloid (Muskaan A & Sarkar S, 2015). Pertumbuhan mandibula berlangsung pada laju yang
relatif tetap sebelum pubertas. Pada remaja, pertumbuhan rahang berkaitan dengan pubertas
dimana terdapat percepatan pertumbuhan pada panjang mandibula (Proffit WR et al., 2007).
Sampai dekade ketiga kehidupan, perubahan morfologi dan dental dapat membantu dalam
mengestimasi usia. Pada usia diatas dekade ketiga, perubahan yang terjadi hampir tidak terlihat
(Muskaan A & Sarkar S, 2015). Pada usia tua, terjadi perubahan pada mandibula terutama ketika
gigi geligi mulai menghilang dan tulang alveolar terabsorbsi sehingga terjadi penurunan pada
tinggi tulang, prosessus koronoid terlihat lebih tinggi dari prosessus kondilar dan sudut
mandibula semakin membesar dibandingkan pada dewasa (Singh V, 2014). Dengan adanya
perubahan-perubahan tersebut, data pengukuran mandibula pada saat pertumbuhan dan penuaan
dapat berperan sebagai dasar dalam estimasi usia. Pada mandibula, terdapat beberapa parameter
yang dapat digunakan untuk estimasi usia, di antaranya tinggi ramus, sudut gonial, lebar bigonial,
jarak maksimum ramus, jarak minimum ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid dan
indeks mentalis.
Ramus merupakan komponen vertikal dari mandibula (UNC School of Dentistry).
Penentuan tinggi ramus (ramus height) dilakukan dengan mengukur garis yang
merepresentasikan ramus yang memanjang dari titik paling superior lateral kepala kondil hingga
titik paling inferior lateral ramus mandibula. Ketinggian ramus meningkat pada dekade kedua dan
ketiga lalu menurun seiring pertambahan usia (Al-Shamout R et al, 2012). Pada penelitian
Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016
lainnya, dinyatakan bahwa ketinggian ramus juga mengalami penurunan seiring bertambahnya
usia (Leversha et al, 2015)
Sudut gonial (gonial angle) merupakan sudut yang dibentuk oleh garis yang
bersinggungan dengan tepi inferior mandibula dengan garis yang bersinggungan dengan tepi
posterior ramus dan kondilus mandibula. Beberapa studi menunjukkan pelebaran sudut gonial
seiring dengan bertambahnya usia walaupun pada beberapa studi ada pula yang menunjukkan
hasil yang berbeda. Al-Shamout et al (2012) pada penelitiannya menyatakan bahwa sudut gonial
mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia.
Lebar bigonial (Bigonial width) merupakan jarak antara dua Gonia (Go). Gonia
merupakan titik paling inferior, posterior dan lateral dari sudut luar mandibula. Pengukurannya
dilakukan secara horizontal dari gonia pada rahang sisi kanan ke sisi kiri. Lebar bigonial
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia (Al-Shamout R et al, 2012). Namun,
terdapat perbedaan pada penelitian lainnya dimana dikatakan bahwa lebar bigonial menunjukkan
penurunan seiring bertambahnya usia, walaupun penurunannya tidak menunjukkan signifikansi
yang konsisten diantara seluruh kelompok usia (Leversha et al, 2015).
Jarak maksimum ramus (maximum ramus breadth) diukur sebagai jarak antara titik paling
anterior ramus mandibula dan titik paling posterior ramus mandibula, di bawah sigmoid notch.
Jarak minimum ramus (minimum ramus breadth) merupakan jarak anteroposterior paling kecil
ramus mandibula (Muskaan A & Sarkar S, 2015; V Poongodi et al, 2015).
Kondilus mandibula berada pada fossa glenoid tulang temporal untuk membentuk sendi
temporomandibula. Tinggi ramus-kondil (condylar-ramus height) merupakan jarak antara kondil
ke persimpangan garis orientasi dengan tepi inferior ramus, dimana garis orientasi merupakan
garis horizontal yang dibuat melalui sudut gonial. Prosessus koronoid mandibula merupakan
tonjolan triangular tipis pada bagian teratas mandibula dan merupakan tempat perlekatan otot
mastikasi terutama otot temporalis. Tinggi ramus-koronoid (coronoid-ramus height) merupakan
jarak proyektif antara koronoid dan sudut mandibula. Abu-Taleb dan El Beshlawy (2015) dalam
penelitiannya di Mesir menyatakan bahwa ramus mandibula dapat digunakan dalam estimasi
usia, dengan tinggi ramus-koronoid merupakan prediktor yang paling signifikan untuk usia
(Muskaan A & Sarkar S, 2015; Taleb NSA & Beshlawy ME, 2015; UNC School of Dentistry).
Pada indeks mentalis (mental index), dilakukan pengukuran lebar tulang kortikal
mandibula pada foramen mental. Indeks mentalis diukur dengan mengidentifikasi foramen
Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016
mental lalu dilakukan penelusuran dengan menarik garis tegak lurus terhadap garis singgung ke
tepi inferior mandibula dan melalui tepi inferior foramen mental. Indeks mentalis mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya usia (Muskaan A & Sarkar S, 2015; Mostafa RA et al.,
2011).
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengukuran mandibula yaitu melalui
radiograf panoramik. Radiografi panoramik merupakan teknik untuk menghasilkan gambaran
tunggal dari struktur fasial yang meliputi rahang maksila dan mandibula beserta struktur
pendukungnya. Panoramik sangat berguna secara klinis untuk membantu menegakkan diagnosis
yang membutuhkan tampilan keseluruhan dari rahang. Radiograf panoramik digital telah banyak
digunakan di kedokteran gigi. Gambaran digital memiliki kelebihan dibandingkan film
konvensional diantaranya yaitu memudahkan untuk menyimpan informasi pasien dan
menggabungkannya dengan rekam medik, memudahkan untuk mengirim gambar secara
elektronik dan dapat pula dilakukan pengaturan pada gambar (image enhancement), namun perlu
diingat bahwa pengaturan gambar juga memiliki kelemahan yaitu menyebabkan hilangnya
informasi klinis dan mengubah diagnosis (Whaites E, 2003). Perangkat lunak digital imaging
menyediakan berbagai macam alat untuk melakukan analisis gambar, salah satunya adalah alat
untuk melakukan pengukuran. Alat pengukuran digital lebih serbaguna dibandingkan penggaris
analog, namun keakuratan dan presisi dari pengukurannya terbatas oleh sejauh mana gambar
merepresentasikan pasien dan oleh kemampuan operator untuk melakukan pengukuran dengan
tepat (White SC & Pharoah MJ, 2004).
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah radiograf panoramik digital yang diambil dari
rekam medik dental pasien di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM) Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, dimana besar sampel yang digunakan yaitu 100 sampel
radiograf panoramik digital pasien usia 14-35 tahun dan 100 sampel radiograf panoramik digital
pasien usia 50-70 tahun. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi pasien laki-laki dan
perempuan di RSKGM FKG UI dengan rentang usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun serta radiograf
panoramik dengan mutu yang baik. Adapun pasien yang memiliki kelainan tumbuh kembang
Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016
rahang, penyakit sistemik yang mempengaruhi keadaan mandibula dan fraktur mandibula tidak
termasuk kedalam sampel penelitian ini.
Penelitian ini diawali dengan pemilihan radiograf panoramik digital yang sesuai dengan
kriteria inklusi. Radiograf panoramik digital tersebut kemudian dimasukkan kedalam perangkat
lunak AutoCAD 2016. Selanjutnya, dilakukan penentuan dan pengukuran parameter mandibula
yang meliputi tinggi ramus, sudut gonial, lebar bigonial, jarak maksimum ramus, jarak minimum
ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid dan indeks mentalis. Pengukuran parameter
mandibula dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda dan oleh dua orang pengamat. Setelah
selesai dilakukan pengukuran, tahap selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas intraobserver
dan interobserver. Dalam beberapa penelitian radiografis seperti yang dilakukan oleh Menik
Priaminiarti et al (2009), digunakan indeks kappa dengan interpretasi nilai indeks kappa
berdasarkan Altman untuk uji reliabilitas. Pada penelitian ini, uji reliabilitas intraobserver dan
interobserver dilakukan dengan menggunakan Technical Error of Measurements (TEM)
berdasarkan formula Dahlberg. Semakin kecil nilai TEM maka semakin baik keakuratan
pengamatan dalam melakukan pengukuran.
Setelah dilakukan uji reliabilitas, selanjutnya dilakukan pengolahan data secara statistik.
Agar didapatkan hasil analisis yang lebih akurat, maka rentang usia dibagi menjadi empat
kelompok usia yaitu 14-24 tahun, 25-35 tahun, 50-59 tahun dan 60-70 tahun. Uji normalitas data
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel lebih dari 50.
Data dikatakan memiliki distribusi normal bila nilai signifikansi lebih dari 0.05 (p>0.05). Pada
data dengan distribusi normal, selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji
parametrik berupa uji-t tidak berpasangan, sedangkan pada data dengan distribusi tidak normal
dilakukan analisis statistik menggunakan uji non-parametrik berupa uji Mann Whitney U. Data
dikatakan tidak berbeda bermakna bila nilai signifikansi lebih dari 0.05 (p>0.05).
Hasil Penelitian
Perbandingan nilai ..., Devia Tasya Rachmadiani, FKG UI, 2016
Gambar 1. Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik Tinggi ramus (ungu), sudut gonial (jingga), lebar bigonial (biru tua), jarak maksimum ramus (hijau), jarak minimum ramus
(kuning), tinggi ramus-kondil (merah muda), tinggi ramus-koronoid (biru muda) dan indeks mentalis (merah)
Setelah dilakukan uji reliabilitas intraobserver dan interobserver menggunakan TEM
berdasarkan formula Dahlberg, didapatkan keseluruhan nilai TEM kurang dari 1 mm.
Berdasarkan Gore CJ (2000) dalam penelitian Wijayati (2011), toleransi pengukuran yang dapat
diterima untuk pengukuran gigi dan tulang menurut formula Dahlberg adalah 1 mm. Hal ini
menunjukkan nilai tersebut masih didalam batas tolerasi pengukuran.
Pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan sudut gonial, lebar bigonial, jarak maksimum
ramus dan jarak minimum ramus memiliki nilai signifikansi lebih dari 0.05 sehingga dikatakan
memiliki distribusi normal, sedangkan tinggi ramus, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid
dan indeks mentalis memliki nilai signifikansi kurang dari 0.05 sehingga dikatakan memiliki
distribusi tidak normal.
Tabel 1. Nilai Rerata, Standar Deviasi dan Interval Kepercayaan Sudut Gonial dan Lebar Bigonial
Rentang Usia
Sudut Gonial (mm) Lebar Bigonial (mm) Rerata (SD) IK 95% Rerata (SD) IK 95%