1 PERBANDINGAN MODEL Z-SCORE ALTMAN DAN MODEL LOGIT ZAVGREN UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KERUGIAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : NURI HANDAYANI F1206110 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
88
Embed
PERBANDINGAN MODEL Z-SCORE ALTMAN DAN MODEL …/Per... · PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA ... Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, ... kebangkrutan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PERBANDINGAN MODEL Z-SCORE ALTMAN DAN MODEL LOGIT
ZAVGREN UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KERUGIAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
NURI HANDAYANI
F1206110
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
3
4
MOTTO
” Sesunngguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah : 6-8)
” Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada ALLOH) dengan sabar dan salat. Sungguh, ALLOH beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al- Baqarah: 153)
“Kerjakan segala sesuatu dengan cinta dan hati yang ikhlas, niscaya ALLAH SWT akan memberimu kenikmatan dan keberhasilan tanpa kau sangka
sebelumnya” (AA Gym)
”Inilah hidupku, Inilah cintaku, Inilah caraku, Inilah pilihanku dan Inilah aku. Karena ini aku bertahan, Jalanilah jalan hidupmu”
”Hidup adalah perbuatan baik atau buruknya hanyalah sebuah pilihan. Bukan
cari siapa yang salah tapi apa masalahnya, berjuanglah dengan hati walau berat pasti akan tercapai”
”Cinta itu bukan benda, tetapi semacam cita-cita hidup, sebab hidup tanpa cita-
cita tak mempunyai arti, sedangkan cita-cita tanpa diikuti cinta niscaya akan mati” (Mahatma Gandhi)
5
PERSEMBAHAN
Sebuah karya kecil yang kupersembahkan kepada:
v Bapak dan Ibuku
v Kakak-kakakku tercinta ”Sarjito dan
Sarwanto”
v Teman-teman dan almamaterku
6
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur yang tidak
terhingga kepada Alloh SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERBANDINGAN
MODEL Z-SCORE ALTMAN DAN MODEL LOGIT ZAVGREN UNTUK
MEMPREDIKSI POTENSI KERUGIAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan
kesulitan. Namun berkat bantuan, dorongan, pengarahan serta doa dari berbagai
pihak, maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan
ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, AK, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Endang Suhari, M. Si. , selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Wiyono, MM. , selaku Sekretaris Program Non Reguler Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7
4. Bambang Hadinugroho, SE., MSi. , selaku Pembimbing Skripsi yang telah
dengan keikhlasan dan kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat,
dan waktu kepada penulis.
5. Prof. Dr. Hartono, MS., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis setiap semester.
6. Ucapan terima kasih yang tiada akhir penulis sampaikan buat kedua orang
tua aku. Berkat doa dan kasih sayang mereka lah yang selalu membangkitkan
semangat penulis.
7. Kakak-kakakku tersayang Sarjito dan Sarwanto, terima kasih juga telah
mendoakan, memberikan semangat dan melimpahkan kasih sayang buat adik.
8. Buat Uti dan Kakung aku, terima kasih atas do’a dan kasih sayangnya buat
cucu mu.
9. Buat sahabatku Ida dan Ika, terima kasih buat bantuan, support dan doanya
selama ini.
10. Buat kelompok ku magang (Nova dan Taufan) makasih dan semoga ilmu
yang kita dapat di perusahaan tempat kita magang dapat kita manfaatkan saat
kita memasuki dunia kerja nanti.
11. Buat temen-temen yang sudah datang saat aku pendadaran (ida, nova, dian,
THE COMPARISON OF Z-SCORE ALTMAN MODEL AND LOGIT ZAVGREN MODEL TO PREDICT THE POTENCY OF FINANCIAL
LOSS OF THE MANUFACTURING COMPANY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
Nuri Handayani
F1206110
The purpose of the research is: firstly, giving an empirical data of Z-Score Altman model that can be used to predict the potency of financial loss. Secondly, giving an empirical data of Logit Zavgren that can be also used to predict the potency of financial loss. In addition, thirdly, whether exist or not the comparison of Z-Score Altman model and Logit Zavgren model in predicting the potency of financial loss.
This research uses the population number of manufacturing business at all which are registered in Indonesian Stock Exchange during the period of 2004 to 2007. It takes a sample and done by method of purposive sampling and it finally results the samples as many as 30 companies. Then it is transformed and the sample is trimmed to be 27 companies. It successfully gets the financial data taken from Indonesian Capital Market Directory during 2006 to 2008.
To analyze data, it can use the program of SPSS for Windows the version of 15.0. Then to test the first and the second hypothesis, it can also use analytic instrument of Two Related Sample Wilcoxon Signed Ranks Test, meanwhile to test the third hypothesis, it can use the analytic instrument of Two Independent Sample Mann-Whitney Test.
The result of research proves that Z-Score Altman model can be used to predict the potency of financial loss. The Logit Zavgren Model can be used to predict the potency of financial loss. However, there is difference between Z-Score Altman model and Logit Zavgren model in predicting the potency of loss financial.
keuangan bank yang melebihi simpanannya atau (4) Tidak terbayarnya
deviden saham prioritas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan yang terbaik
untuk memprediksi kegagalan keuangan adalah (1) Cash Flow/Total Debt (2)
Net Income / Total Asset (3) Total Debt / Total Asset. Hasil penelitian juga
menghitung nilai rata-rata dari 39 perusahaan masing-masing tahun sebelum
kebangkrutannya, dan beberapa rasio keuangan yang penting mengindikasikan
bahwa : (1) Kegagalan suatu perusahaan karena kasnya tidak memenuhi dan
piutang terlalu besar, namun bila piutang dan kas ditambah bersama-sama,
keduanya merupakan quick assets dan current assets, perbedaannya tidak jelas
antara perusahaan yang gagal dengan perusahaan yang sukses, dan (2)
Perusahaan yang gagal kecenderungannya karena persediaan yang tidak
memenuhi kebutuhan.
44
Altman pada tahun 1968 di New York memprediksi kebangkrutan
dengan menggunakan 66 sampel perusahaan yang kemudian sampel tersebut
dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu 33 bangkrut dan 33 tidak bangkrut. Altman
menggunakan multivariate discriminant analysis dalam menguji manfaat lima
rasio keuangan yang bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan dengan
tingkat keakuratan 95% setahun sebelum perusahaan benar-benar bangkrut.
Zavgren pada tahun 1985 di Amerika memprediksi kebangkrutan pada
45 perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut, berdasarkan skala industri dan
aset tertentu dengan probabilitas sebesar 50%, model ini mempunyai tingkat
akurasi sebesar 82% untuk memprediksi kebangkrutan. Analisis logit ini
sering digunakan dalam penelitian karena mempunyai karakteristik yang baik,
misalnya tidak perlu beradaptasi dengan sampel yang baik, misalnya tidak
perlu untuk beradaptasi dengan sampel yang tidak proporsional untuk
konstanta tertentu
Theresia dan Aloysia pada tahun 2006 di Indonesia, melakukan
penelitian dengan menggunakan analisis Z-Score untuk mengetahui pengaruh
potensi kebangkrutan perusahaan publik terhadap pergantian auditor. Hasil
penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa potensi kebangkrutan
perusahaan publik tidak dipengaruhi pergantian auditor.
Anggraeni pada tahun 2004 di Indonesia, melakukan penelitian dengan
menggunakan analisis Z skor untuk penilaian kinerja keuangan serta
pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan perdagangan di BEJ. Hasil
penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan dengan
45
menggunakan analisis z skor tidak berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan perdagangan untuk tahun 2001-2003.
Supardi dan Sri Masturi pada tahun 2003 di Indonesia menggunakan
sampel 13 bank yang dilikuidasi dan 7 bank yang tidak dilikuidasi.
Kesimpulan penelitian tersebut adalah metode Altman dapat
diimplementasikan dalam menyeleksi kemungkinan likuidasi dan
membuktikan bahwa rasio-rasio keuangan setiap bank dapat digunakan untuk
memprediksi kemungkinan terjadi likuidasi pada setiap bank tersebut.
Rejeki pada tahun 2008 di Indonesia, menggunakan analisis Z-Score
untuk memprediksi kebangkrutan pada bank di Indonesia. Hasilnya adalah
model z-score Altman terbukti dapat memprediksi kebangkrutan suatu
perusahaan dengan ditutupnya beberapa bank di Indonesia.
Agustina pada tahun 2007 di Indonesia, menganalisis kebangkrutan
perusahaan dengan menggunakan model Altman (Z-Score) dan Zavgren
(Model logit) Pada Perusahaan Food And Beverages. Hasilnya adalah kedua
model yaitu model Altman dan Zavgren dapat digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan.
G. Kerangka Pemikiran
Dari penelitian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa analisis Z-
Score Altman dan model Logit Zavgren bermanfaat secara objektif untuk
memprediksi kerugian suatu perusahaan. Penelitian ini mencoba untuk
46
menguji kemampuan Z-Score Altman dan Model Logit Zavgren dalam
memprediksi potensi kerugian perusahaan manufaktur.
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Dengan adanya kerangka pemikiran di atas dapat diketahui dari
laporan keuangan di suatu perusahaan dapat dicari rasio-rasio keuangan yang
ada dalam model Z-Score Altman dan model logit Zavgren, yang dari hasil
Laporan Keuangan
Neraca Laporan Laba Rugi
Analisis Z-Score : · Modal Kerja / Total Aktiva · Laba ditahan / Total Aktiva · Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva · Nilai Pasar Modal Sendiri / Nilai Buku Hutang · Penjualan / Total Aktiva
Analisis Logit :
· Persediaan / Penjualan · Piutang / Persediaan · Kas / Total Aktiva · Aktiva Lancar / Hutang Lancar · Laba Operasi Bersih / (Total Aktiva – Hutang Lancar) · Hutang Jangka Panjang/ (Total Aktiva – Hutang Lancar) · Penjualan / (Modal Kerja + Aktiva Tetap)
Rugi Tidak Rugi Grey Area
47
kedua model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi apakah perusahaan
dalam keadaan rugi atau tidak rugi.
H. Hipotesis
Sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah
dikemukakan diatas, penulis bertitik tolak pada hipotesis sebagai berikut:
=1H Model Z-score Altman dapat digunakan untuk memprediksi potensi
kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2004 dan 2005.
=2H Model logit Zavgren dapat digunakan untuk memprediksi potensi
kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2004 dan 2005.
=3H Ada perbedaan antara model Z-score Altman dan model logit Zavgren
di dalam memprediksi potensi kerugian pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 dan 2005.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat survey data sekunder. Tipe penelitian ini
merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) yaitu penelitian yang
memfokuskan pada penjelasan hubungan antar variabel. Penelitian ini bersifat
kuantitatif dengan mengambil data kurun waktu 2004-2007.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi merupakan kelompok yang menjadi perhatian peneliti-
peneliti untuk diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2004-2007.
Sampel adalah bagian dari polulasi yang menunjukkan beberapa
anggota melalui proses seleksi dari populasi . Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel berpasangan, yaitu perusahaan manufaktur yang
rugi berpasangan dengan perusahaan manufaktur yang tidak rugi.
Pertimbangan ini berdasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang
juga menggunakan sampel berpasangan pada penelitiannya.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposif sampel
untuk perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian maupun yang tidak
mengalami kerugian dengan mengambil kriteria-kriteria yang telah ditetapkan
49
untuk perusahaan manufaktur yang masuk dalam salah satu kriteria delisting.
Kriteria-kriteria pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan tersebut harus sudah terdaftar di BEI sebelum 31 Desember
2004.
2. Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangannya selama 4
tahun berturut-turut mulai 2004-2007.
3. Perusahaan tersebut memiliki data yang lengkap yang digunakan dalam
penelitian.
4. Untuk sampel perusahaan rugi diambil dari salah satu kriteria delisting
yaitu perusahaan yang mengalami kerugian selama 2 tahun berturut-turut
pada tahun 2006-2007, serta mempunyai pasangan perusahaan tidak rugi
pada jenis usaha yang sama.
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel yang telah disebutkan, maka
dipilih penelitian sebagai berikut : Dari 155 perusahaan manufaktur di BEI
periode 2004-2007 diperoleh 30 sampel perusahaan manufaktur yang dibagi
menjadi 2 kategori yaitu 15 sampel perusahaan manufaktur yang mengalami
kegagalan atau rugi. Dan 15 sampel perusahaan manufaktur yang tidak
mengalami kegagalan atau tidak rugi. Prosedur pemilihan sampel sebagai
berikut:
50
Tabel III.1
Proses Pemilihan Sampel
No. Keterangan Jumlah Perusahaan
1.
2.
3.
4.
5.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2004-2007.
Perusahaan manufaktur yang tidak
mengeluarkan laporan keuangan pada tahun
2004-2007.
Perusahaan yang tidak mengalami kerugian
selama 2 tahun berturut-turut pada tahun 2006-
2007.
Perusahaan yang tidak mengalami keuntungan
selama 2 tahun berturut-turut pada tahun 2006-
2007.
Perusahaan yang tidak mempunyai pasangan
pada jenis usaha yang sama.
155 Perusahaan
(17) Perusahaan
(35) Perusahaan
(32) Perusahaan
(41) Perusahaan
Jumlah Sampel Akhir 30 Perusahaan
a. Perusahaan tidak rugi , yaitu :
a) Mengalami keuntungan selama 2 tahun berturut-turut dari tahun 2006-
2007.
b) Mempunyai pasangan perusahaan yang mengalami kerugian 50% lebih
dari modal disetor.
51
c) Memiliki data lengkap.
b. Perusahaan rugi, yaitu :
a) Mengalami kerugian selama 2 tahun berturut-turut dari tahun 2006-
2007.
b) Mempunyai pasangan perusahaan yang mengalami keuntungan 50%
lebih dari modal disetor.
c) Memiliki data lengkap.
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diambil dari ICMD (Indonesia
Capital Market Directory) yang terdapat di pojok BEI, yang disusun secara
periodik dari tahun 2004-2007. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan mencatat, melihat dan mengamati laporan
keuangan.
2. Studi Pustaka
Yaitu mengumpulkan data mengenai teori-teori keuangan yang berkaitan
dengan permasalahan dalam penelitian yang dilakukan dengan membaca
literatur.
52
D. Definisi Operasional Variabel
1. Penelitian Model Altman
a. Modal Kerja / Total Aktiva (X1)
Modal kerja yang dimaksud dalam X1 adalah selisih antara aktiva
lancar dengan hutang lancar, sedangkan Total aktiva adalah merupakan
keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan terdiri dari aktiva lancar,
aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Rasio X1 pada dasarnya merupakan
salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut negatif
apabila aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar.
b. Laba Ditahan / Total Aktiva (X2)
Laba ditahan merupakan junlah atau bagian dari laba yang tidak
dibagikan dalam bentuk deviden selama periode tertentu. Laba ditahan
biasanya digunakan untuk perluasan usaha. Rasio ini mengukur
akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan
berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan
beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba
ditahan.
c. Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva (X3)
Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba yang dihasilkan oleh
perusahaan, yang diperoleh dari laba kotor dikurangi total biaya yang
digunakan oleh perusahaan namun belum dikurangi dengan beban
53
bunga dan pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
d. Nilai Pasar Modal Sendiri / Nilai Buku Hutang (X4)
Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal dan
saham, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka
panjang. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya
sendiri.
e. Penjualan / Total Aktiva (X5)
Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam 1
periode. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur
kemampuan model yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk
menghasilkan revenue.
2. Penelitian Model Logit (Zavgren)
a. Persediaan / Penjualan
Perusahaan dengan rasio inventoris yang tinggi, rasio perputaran
persediaan akan menurun, karena itu risiko likuiditas jangka pendek
dan profitabilitas kesulitan keuangan meningkat.
b. Piutang / Persediaan
Perusahaan dengan rasio receivables yang tinggi, secara penerimaan
kasnya menurun secara relatif terhadap perputaran persediaan karena
54
itu resiko likuiditas jangka pendek dan profitabilitas kesulitan
keuangan meningkat.
c. Kas / Total Aktiva
Perusahaan dengan proporsi kas tinggi, mempunyai kapasitas untuk
membayar hutang jangka pendek sehingga menurunkan probabilitas
kesulitan keuangan.
d. Aktiva Lancar / Hutang Lancar
Rasio cepat yang besar mengindikasikan tingginya kapasitas untuk
membayar hutang. Selain itu kapasitas harta lancar juga tinggi. Dengan
rasio cepat yang meningkat maka probabilitas keuangan menurun.
e. Laba Operasi Bersih / (Total Aktiva – Hutang Lancar)
Yang dimaksud dengan laba operasi bersih adalah kelebihan
pendapatan atas harga pokok penjualan dan beban operasi atau laba
lainnya, laba dari kegiatan tambahan atau sampingan, laba investasi,
keuntungan dan kerugian luar biasa. Serta pajak penghasilan. Rasio
ROI yang tinggi mengindikasikan pengembalian investasi terjadi
dalam waktu singkat sehingga menurunkan probabilitas kesulitan
keuangan.
f. Hutang Jangka Panjang / (Total Aktiva – Hutang Lancar)
Proporsi hutang yang tinggi dalam struktur hutang akan meningkatkan
probabilitas kesulitan keuangan.
55
g. Penjualan / (Modal Kerja + Aktiva Tetap)
Merupakan rasio yang tinggi mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk memutar aset menjadi penjualan dengan cepat (sehingga cepat
pula menjadi kas) dengan demikian probabilitas keuangan menurun.
E. Metode Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis diskriptif dari metode Altman dan metode Zavgren. Analisis ini
digunakan untuk mengambarkan atau menjelaskan keadaan masing-masing
kelompok perusahaan manufaktur yang rugi atau tidak rugi melalui
perhitungan dengan formula altman dan zavgren, langkah-langkah analisis
adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan rasio keuangan
Analisis data dilakukan dari data laporan keuangan perusahaan
manufaktur di BEI pada tahun 2004 dan 2005 dengan menggunakan rasio-
rasio keuangan Z-Score Altman dan model Logit Zavgren.
a. Perhitungan model Z-Score Altman
Data atau hasil perhitungan rasio-rasio dalam model Altman,
kemudian dianalisis lebih jauh dengan menggunakan sebuah formula
X3 : Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva
X4 : Rasio nilai pasar modal sendiri terhadap nilai buku hutang
X5 : Rasio penjualan terhadap total aktiva
Dari analisis dengan metode Altman, maka diperoleh hasil
berupa angka-angka yang kemudian dapat menjelaskan kemungkinan
terjadinya kebangkrutan atau ketidakbangkrutan pada perusahaan yang
ditemukan oleh Altman menjelaskan kondisi perusahaan yang dibagi
dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu:
a. Apabila nilai Z-Score diatas 2,90 (Z-Score>2,90) diklasifikasikan
sebagai perusahaan sehat.
b. Apabila nilai Z-Score diantara 1,20 sampai 2,90 ( 1,20< Z-Score
<2,90) maka perusahaan dianggap pada daerah kelabu (grey area).
c. Apabila nilai Z-Score dibawah 1,20 (Z-Score < 1,20)
diklasifiaksikan perusahaan potensi bangkrut.
b. Perhitungan model Logit Zavgren
Tahapan analisis data yang dilakukan oleh penulis untuk
menentukan kondisi keuangan perusahaan dengan model Zavgren
adalah :
a. Menghitung rasio-rasio keuangan dalam model logit Zavgren.
b. Melakukan perhitungan dengan model logit yang dikemukakan
oleh Zavgren yang dirumuskan yi e
P+
=1
1 .................................(3)
57
c. Setelah didapatkan hasil dari model logit diatas, maka data yang
ada di uji lagi dengan statistik karena model logit tidak mempunyai
titik cutt off untuk mendapatkan tingkat kepastian yang tinggi, alat
statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Standar deviasi ( untuk n Tsv 1≤ 30)
1
)( 2
--å
=n
xxSD I ........................................................... (4)
Keterangan;
=1X data ke 1
X = rata-rata industri
n = jumlah Sampel
b) Rentang interval, dengan keyakinan 95% ( 05,0=a )
n
sdtx
n
sdtx
22aa m +<<- ................................................ (5)
Batas bawah rentang interval menentukan skor maksimal bagi
penentuan suatu perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang
buruk. Sementara batas atas rentang interval menentukan
secara minimal bagi penentuan suatu perusahaan dikatakan
mempunyai skor diantara kedua batas rentang interval masuk
dalam kategori rawan atau kritis terhadap kesulitan yang
mengarah pada kesulitan.
2. Pengujian Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji variabel dependen dan
variabel independen mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji
58
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik kolmogorou-
smirnov. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan p-value
yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang telah ditetapkan, yaitu
sebesar 5%. Apabila p-value > nilai signifikansi, maka data terdistribusi
normal. (Gujarati, 1997)
Setelah diuji kenormalitasan datanya dengan uji Kolmogrov Smirnov,
maka akan diketahui apakah data penelitian normal atau tidak.
3. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini data sampel yang digunakan jumlahnya sangat
sedikit, maka akan digunakan statistik nonparametik. Manfaat atau
kelebihan metode statistik non parametik antara lain dapat disebutkan
sebagai berikut (Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo, 1985):
a. Metode Statistik non parametik tidak mengharuskan data berdistribusi
normal, karena itu metode ini sering juga dinamakan uji distribusi
bebas (Distribution free test) Dengan demikian, metode ini dapat
dipakai untuk segala distribusi data baik berdistribusi normal maupun
berdistribusi tidak normal dan lebih luas penggunaannya.
b. Metode statistik non parametik dapat dipakai untuk level data seperti
nominal dan ordinal.
c. Metode statistik non parametik cenderung lebih sederhana dan mudah
dimengerti daripada pengerjaan metode statistik parametik.
Dalam pengujian hipotesis, uji-uji yang digunakan adalah
59
a. Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua, untuk menguji apakah
metode Z-Score dan Zavgren dapat digunakan untuk memprediksi
potensi kerugian perusahaan manufaktur di BEI pada tahun 2004 dan
2005, uji yang digunakan adalah uji Two Related Sample Test, yaitu uji
sampel yang membandingkan dua variabel yang saling berkaitan
(Penerbit Andi, 2004). Pada uji Two Related Sample Test akan
digunakan Wilcoron Signed Ranks Test.
Langkah-langkah pengujian Two Related Sample Test terhadap
hipotesis pertama dan kedua (penerbit Andi, 2004) adalah :
a) Menentukan hipotesis :
=1H Model Z-score Altman dapat digunakan untuk
memprediksi potensi kerugian pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 dan
2005.
=2H Model logit Zavgren dapat digunakan untuk memprediksi
potensi kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2004 dan 2005.
b) Menentukan tingkat signifikansi ( a = 0,05)
c) Menentukan hasil pengujian dengan kritetia sebagai berikut :
1H dan 2H diterima apabila signifikansi (2-tailed) >a
1H dan 2H ditolak apabila signifikansi (2-tailed) < a
b. Untuk menguji hipotesis ke tiga yaitu ada perbedaan antara model Z-
score Altman dan model logit Zavgren di dalam memprediksi potensi
60
kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2004 dan 2005, uji yang digunakan adalah uji Two Independent
Sample Test, yaitu uji 2 sampel independen yang membandingkan 2
grup kasus dalam 1 variabel (penerbit Andi, 2004). Pada uji Two
Independent Sample Test, uji yang digunakan adalah Mann-Whitney
Test.
Langkah-langkah terhadap hipotesis ketiga menggunakan uji
Two Independent Sample Test (Penerbit Andi, 2004) adalah :
a) Menentukan hipotesis :
=3H Ada perbedaan antara model Z-score Altman dan model
logit Zavgren di dalam memprediksi potensi kerugian pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2004 dan 2005
b) Menentukan tingkat signifikansi ( a = 0,05)
c) Menentukan hasil pengujian dengan kritetia sebagai berikut :
3H diterima apabila signifikansi (2-tailed) >a
3H ditolak apabila signifikansi (2-tailed) < a
Pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan
program Excel dan program SPSS for windows versi 15.
61
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berupa
financial statement perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun
2004 - 2007. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel yang telah
dikemukakan sebelumnya, diperoleh 30 perusahaan manufaktur yang dipilih
sebagai sampel. Proses pemilihan sampel dapat dilihat pada Tabel IV.1 dan
daftar nama perusahaan manufaktur yang terpilih disajikan dalam Tabel IV.2.
TABEL IV.1 PROSES PEMILIHAN SAMPEL
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2007. Perusahaan manufaktur yang tidak mengeluarkan laporan keuangan pada tahun 2004-2007. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama 2 tahun berturut-turut pada tahun 2006-2007. Perusahaan yang tidak mengalami keuntungan selama 2 tahun berturut-turut pada tahun 2006-2007. Perusahaan yang tidak mempunyai pasangan pada jenis usaha yang sama. Jumlah Sampel
155 Perusahaan
(17) Perusahaan
(35) Perusahaan
(32) Perusahaan
(41) Perusahaan (30) Perusahaan
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2006 dan 2008
62
TABEL IV.2 DAFTAR PERUSAHAAN YANG TERPILIH
RUGI TIDAK RUGI1) PT. Ades Water Indonesia Tbk 16) PT. Multi Bintang Indonesia Tbk2) PT. Sierad Produce Tbk 17) PT. Fast Food Indonesia Tbk3) PT. Eratex Djaja Limited Tbk 18) PT. Panasia Indosyntec Tbk4) PT. Tifico Tbk 19) PT. Roda Vivatex Tbk5) PT. Evershine Textile Industry Tbk 20) PT Ricky Putra Globalindo Tbk6) PT. Hanson International Tbk 21) PT. Sepatu Bata Tbk7) PT. Surya Intrindo Makmur Tbk 22) PT. Pan Brothers Tbk8) PT. Daya Sakti Unggul Corporation Tbk 23) PT. Tirta Mahakam Resource Tbk9) PT. Eterindo Wahanatama Tbk 24) AKR. Corporindo10) PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk 25) PT. Sorini Corporation Tbk11) PT. Asiaplast Industries Tbk 26) PT. Kageo Igar Jaya Tbk12) PT. Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 27) PT Siwani Makmur Tbk13) PT. Resource Alam Indonesia Tbk 28) PT. Ekadharma Internasional Tbk14) PT. Mulia Industrindo Tbk 29) PT. Arwana Citramulia Tbk15) Multi Prima Sejahtera Tbk 30) PT. Astra Otoparts Tbk
PERUSAHAAN
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2006 dan 2008
B. Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian statistik, data mentah yang diperoleh
dihitung dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. Masing-masing
sampel perusahaan manufaktur yang terpilih dihitung nilainya berdasarkan
skor atau nilai yang diperoleh untuk menentukan kriteria tingkat kesehatan
(potensi kerugian) dengan metode Z-Score Altman maupun metode Zavgren.
Kriteria-kriterianya adalah sebagai berikut :
1. Metode Z-SCORE ALTMAN
Dalam metode Z-SCORE ALTMAN, penghitungan skor/nilai yang
diperoleh menentukan kriteria tingkat kesehatan (potensi kerugian) dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Perusahaan dinilai sehat jika memiliki nilai Z di atas 2,90.
63
b. Perusahaan dinilai berada di daerah grey area jika memiliki nilai Z di
antara 1,20 - 2,90.
c. Perusahaan dinilai bangkrut jika memiliki nilai Z di bawah 1,20.
2. Metode ZAVGREN
Tahapan analisis data yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan
kondisi keuangan perusahaan dengan model Zavgren adalah :
d. Menghitung rasio-rasio keuangan dalam model logit Zavgren.
e. Melakukan perhitungan dengan model logit yang dikemukakan oleh
f. Setelah didapatkan hasil dari model logit diatas, maka data yang ada di
uji lagi dengan statistik karena model logit tidak mempunyai titik cutt
off untuk mendapatkan tingkat kepastian yang tinggi, alat statistik
yang digunakan adalah sebagai berikut:
c) Standar deviasi ( untuk n Tsv 1≤ 30)
1
)( 2
--å
=n
xxSD I ...........................................................(4)
Keterangan;
=1X data ke 1
X = rata-rata industri
n = jumlah Sampel
d) Rentang interval, dengan keyakinan 95% ( 05,0=a )
n
sdtx
n
sdtx 22
ama +<<- ................................................. (5)
Batas bawah rentang interval menentukan skor maksimal bagi
penentuan suatu perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang
buruk. Sementara batas atas rentang interval menentukan secara
minimal bagi penentuan suatu perusahaan dikatakan mempunyai
64
skor diantara kedua batas rentang interval masuk dalam kategori
rawan atau kritis terhadap kesulitan yang mengarah pada kesulitan.
Untuk membandingkan variabel kualitatif dari metode Z-Score
Altman dengan metode Zavgren akan digunakan variabel dummy dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Untuk metode Z-SCORE ALTMAN, perusahaan manufaktur yang
dinilai sehat diberi angka 1, dan perusahaan manufaktur yang dinilai
bangkrut dan berada di grey area diberi angka 0.
2. Untuk metode ZAVGREN, perusahaan manufaktur yang dinilai sehat
dan cukup sehat diberi angka 1, dan perusahaan manufaktur yang
dinilai tidak sehat dan kurang sehat diberi angka 0.
Dalam penentuan tingkat kesehatan model Z-Score Altman dilakukan
dengan beberapa tahap, untuk menentukan keadaan perusahaan ditentukan
dengan titik cut off, untuk perusahaan yang tidak rugi diatas 2,90, untuk
perusahaan grey area antara 1,20 sampai 2,90, dan yang rugi dibawah 1,20.
Sedangkan penentuan tingkat kesehatan model logit Zavgren ditentukan
dengan rentang interval pada model logit pada tahun 2004 dan 2005. Untuk
tahun 2004 batas atas rentang interval sebesar 2,47581103 dan batas bawah
rentang interval sebesar -1,6605313. Sedangkan untuk tahun 2005 batas atas
rentang interval sebesar 2,57196585 dan batas bawah rentang interval sebesar
-1,881593. Untuk perusahaan yang tidak rugi berada diatas batas atas rentang
interval, untuk perusahaan yang grey area berada diantara batas atas rentang
interval dan batas bawah rentang interval, sedangkan untuk perusahaan yang
rugi berada di bawah batas bawah rentang interval.
Kriteria tingkat kesehatan (potensi kerugian) dari sampel perusahaan
manufaktur yang terpilih yang telah dihitung berdasarkan skor/nilai dari
masing-masing metode disajikan dalam Tabel IV.3 dan Tabel IV.4.
65
TABEL IV.3 KRITERIA TINGKAT KESEHATAN (POTENSI KERUGIAN)
PERUSAHAAN DENGAN METODE Z-SCORE ALTMAN
No Perusahaan 2004 2005 1 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Grey area Tidak Rugi 2 PT. Fast Food Indonesia Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 3 PT. Panasia Indosyntec Tbk Rugi Grey Area 4 PT. Roda Vivatex Tbk Tidak Rugi Grey Area 5 PT. Pan Brothers Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 6 PT. Sepatu Bata Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 7 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk Grey area Grey Area 8 PT. Tirta Mahakam Resource Tbk Rugi Grey Area 9 PT. AKR Corporindo Tbk Grey area Grey Area
10 PT. Sorini Corporation Tbk Grey area Grey Area 11 PT. Kageo Igar Jaya Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 12 PT. Siwani Makmur Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 13 PT. Ekadharma Internasional Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 14 PT. Arwana Citramulia Tbk Grey area Grey Area 15 PT. Astra Otoparts Tbk Grey area Grey Area 16 PT. Ades Water Indonesia Tbk Rugi Rugi 17 PT. Sierad Produce Tbk Rugi Rugi 18 PT. Eratex Djaja Tbk Rugi Grey Area 19 PT. Tifico Tbk Rugi Rugi 20 PT. Evershine Textille Industry Tbk Grey area Grey Area 21 PT. Hanson International Tbk Rugi Rugi 22 PT. Surya Intrindo Makmur Tbk Rugi Rugi 23 PT. Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Rugi Rugi 24 PT. Eterindo Wahanatama Tbk Rugi Grey Area 25 PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk Rugi Rugi 26 PT. Asiaplast Industries Tbk Rugi Rugi 27 PT. Fatrapolindo Nusa Industri Tbk Rugi Rugi 28 PT. Resource Alam Indonesia Tbk Grey area Grey Area 29 PT. Mulia Industrindo Tbk Rugi Rugi 30 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk Rugi Rugi
Sumber : Data yang diolah, lihat lampiran
66
TABEL IV.4 KRITERIA TINGKAT KESEHATAN (POTENSI KERUGIAN)
PERUSAHAAN DENGAN METODE ZAVGREN
No Perusahaan 2004 2005 1 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Grey Area Grey Area 2 PT. Fast Food Indonesia Tbk Grey Area Grey Area 3 PT. Panasia Indosyntec Tbk Rugi Grey Area 4 PT. Roda Vivatex Tbk Tidak Rugi Grey Area 5 PT. Pan Brothers Tbk Tidak Rugi Grey Area 6 PT. Sepatu Bata Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 7 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 8 PT. Tirta Mahakam Resource Tbk Grey Area Grey Area 9 PT. AKR Corporindo Tbk Grey Area Grey Area
10 PT. Sorini Corporation Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 11 PT. Kageo Igar Jaya Tbk Tidak Rugi Grey Area 12 PT. Siwani Makmur Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 13 PT. Ekadharma Internasional Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 14 PT. Arwana Citramulia Tbk Rugi Rugi 15 PT. Astra Otoparts Tbk Grey Area Tidak Rugi 16 PT. Ades Water Indonesia Tbk Rugi Grey Area 17 PT. Sierad Produce Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 18 PT. Eratex Djaja Tbk Grey Area Rugi 19 PT. Tifico Tbk Rugi Rugi 20 PT. Evershine Textille Industry Tbk Tidak Rugi Tidak Rugi 21 PT. Hanson International Tbk Grey Area Grey Area 22 PT. Surya Intrindo Makmur Tbk Tidak Rugi Grey Area 23 PT. Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Grey Area Grey Area 24 PT. Eterindo Wahanatama Tbk Rugi Rugi 25 PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk Rugi Rugi 26 PT. Asiaplast Industries Tbk Grey Area Grey Area 27 PT. Fatrapolindo Nusa Industri Tbk Rugi Rugi 28 PT. Resource Alam Indonesia Tbk Grey Area Grey Area 29 PT. Mulia Industrindo Tbk Rugi Tidak Rugi 30 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk Grey Area Grey Area
Sumber : Data yang diolah, lihat lampiran
67
C. Deskriptif Data
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik data,
dimana dalam penelitian ini dengan menggunakan angka mean, nilai
maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi dari masing-masing rasio
keuangan dan skor baik dengan metode Z-SCORE ALTMAN maupun metode
ZAVGREN. Hasil deskriptif statistik dapat disajikan pada Tabel IV.5 Tabel
IV.6, dan Tabel IV.7.
TABEL IV.5 HASIL ANALISIS DESKRIPTIF
SKOR METODE Z-SCORE ALTMAN dan METODE ZAVGREN
Descriptive Statistics
30 -4.38704 4.35573 1.4135933 2.06785254
30 -2.90993 4.26692 1.3958402 1.72690828
30 -161.675 13.72360 -4.85059 30.66067612
30 -178.779 7.58789 -4.59565 33.13154426
30
zscore04
zscore05
zavgren04
zavgren05
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sumber : Data yang diolah.
Dari Tabel IV.5 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata Zscore tahun
2004 sebesar 1,41135933. Nilai Z-Score terkecil tahun 2004 dicapai oleh PT.
Polysindo Eka Perkasa Tbk sebesar -4,38704. Nilai Z-Score terbesar tahun
2004 dicapai PT. Fast Food Indonesia Tbk oleh sebesar 4,35573.
Nilai rata-rata Z-Score tahun 2005 sebesar 1,3958402. Nilai Z-Score
terkecil tahun 2005 dicapai oleh PT. Ades Water Indonesia Tbk sebesar -
2,90993. Nilai Z-Score terbesar tahun 2005 dicapai oleh PT. Fast Food
Indonesia Tbk sebesar 4,26692.
68
Sedangkan untuk nilai rata-rata Zavgren tahun 2004 sebesar -
4,8505059. Nilai Zavgren terkecil pada tahun 2004 dicapai oleh PT. Mulia
Industrindo Tbk sebesar -161,675. Nilai Zavgren terbesar pada tahun 2004
dicapai oleh PT. Ekadharma Internasional Tbk sebesar 13,72360.
Nilai rata-rata Zavgren tahun 2005 sebesar -4,59565. Nilai Zavgren
terkecil pada tahun 2005 dicapai oleh PT. Eterindo Wahanatama Tbk sebesar -
178,779. Nilai Zavgren terbesar pada tahun 2005 dicapai oleh PT. Kageo Igor
Jaya Tbk sebesar 7,58789.
TABEL IV.6 HASIL ANALISIS DESKRIPTIF
RASIO KEUANGAN dengan METODE Z-SCORE ALTMAN
Descriptive Statistics
30 -2.43954 .60626 .0154181 .53790732
30 -1.99081 .59620 -.1178268 .65821888
30 -1.26183 .23562 -.0263798 .26259568
30 -.62319 5.72245 1.3163103 1.34538096
30 .21833 2.76232 1.0335166 .56311545
30 -1.71890 .50270 -.0296963 .48414510
30 -2.14044 .52664 -.1370959 .63067944
30 -.55996 .22348 -.0065638 .14844791
30 -.49704 3.36679 1.0967170 .99598504
30 .37015 2.82280 1.0952159 .59546376
30
x104
x204
x304
x404
x504
x105
x205
x305
x405
x505
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sumber : Data yang diolah.
Tabel IV.6 Hasil analisis deskripsi Rasio Keuangan dengan metode Z-
Score dapat diketahui bahwa rata-rata untuk X1 tahun 2004 sebesar 0,0154181.
Nilai terkecil X1 tahun 2004 dicapai oleh PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk
sebesar -2,43954. Nilai terbesar X1 tahun 2004 dicapai oleh PT. Ekadharma
Internasional Tbk sebesar 0,60626.
69
Rata-rata untuk X1 tahun 2005 sebesar -0,296963. Nilai terkecil X1
tahun 2005 dicapai oleh PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk sebesar -1.71890.
Nilai terbesar X1 tahun 2005 dicapai oleh PT. Ekadharma internasional Tbk
sebesar 0,50270.
Rata-rata untuk X2 tahun 2004 sebesar -0,1178268. Nilai terkecil X2
tahun 2004 dicapai oleh PT Polysindo Eka Perkasa Tbk sebesar -1,99081.
Nilai terbesar X1 tahun 2004 dicapai oleh PT Sepatu Bata Tbk sebesar
0,59620.
Rata-rata untuk X2 tahun 2005 sebesar -0,1370959. Nilai terkecil X2
tahun 2005 dicapai oleh PT. Sierad produce Tbk sebesar -2,14044. Nilai
terbesar X2 tahun 2005 dicapai oleh PT. Sepatu Bata Tbk sebesar 0,52664.
Rata-rata untuk X3 tahun 2004 sebesar -0,0263798 Nilai terkecil X3
tahun 2004 dicapai oleh PT. Ades Water Indonesia Tbk sebesar -1,26183.
Nilai terbesar X3 tahun 2004 dicapai oleh PT. Mulia Bintang Indonesia Tbk
sebesar 0,23562.
Rata-rata untuk X3 tahun 2005 sebesar -0,0065638. Nilai terkecil X3
tahun 2005 dicapai oleh PT. Ades Water Indonesia Tbk sebesar -0,55996.
Nilai terbesar X3 tahun 2005 dicapai oleh PT. Arwana Citramulia Tbk
sebesar0,22348.
Rata-rata untuk X4 tahun 2004 sebesar 1,3163103 Nilai terkecil X4
tahun 2004 dicapai oleh PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk sebesar -0,62319.
Nilai terbesar X4 tahun 2004 dicapai oleh PT. Roda Vivatex Tbk sebesar
5,72245.
70
Rata-rata untuk X4 tahun 2005 sebesar 1,0967170. Nilai terkecil X4
tahun 2005 dicapai oleh PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk sebesar -0,49704.
Nilai terbesar X4 tahun 2005 dicapai oleh PT. Roda Vivatex Tbk sebesar
3,36679.
Rata-rata untuk X5 tahun 2004 sebesar 1,0335166 Nilai terkecil X5
tahun 2004 dicapai oleh PT. Eterindo Wahanatama Tbk sebesar 0,21833. Nilai
terbesar X5 tahun 2004 dicapai oleh PT. Fast Food Indonesia Tbk sebesar
2,76232.
Rata-rata untuk X5 tahun 2005 sebesar 1,0952159. Nilai terkecil X5
tahun 2005 dicapai oleh PT. Multi Prima Sejahtera Tbk sebesar 0,37015. Nilai
terbesar X5 tahun 2005 dicapai oleh PT. Pan Brothers Tbk sebesar 2,82280.
TABEL IV.7 HASIL ANALISIS DESKRIPTIF
RASIO KEUANGAN dengan METODE ZAVGREN
Descriptive Statistics
30 .03176 .45673 .1920965 .11002660
30 .08412 22.99621 1.9000587 4.16686328
30 .00159 .26401 .0569688 .07116217
30 .05380 5.42351 1.5403184 1.11783274
30 -1.51033 1.46605 .0827126 .40844936
30 -.04789 37.09734 1.4613585 6.73556904
30 -12.47570 8.44199 1.2274377 3.43492087
30 .00105 .49290 .1949281 .13490732
30 .08575 113.11737 5.0458411 20.46035230
30 .00019 .21883 .0380454 .05535446
30 .08613 3.34812 1.2835823 .87976199
30 -.26907 1.68198 .1338242 .32902839
30 -1.18208 1.18028 .1467727 .37046948
30 -7.44847 10.12707 1.9269315 3.63716569
30
inv04
rec04
cash04
quick04
roi04
debt04
turn04
inv05
rec05
cash05
quick05
roi05
debt05
turn05
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sumber : Data yang diolah.
71
Dari tabel analisis deskriptif Rasio Keuangan dengan metode Zavgren
dapat diketahui bahwa rata-rata untuk rasio inventori tahun 2004 sebesar
0,1920965. Nilai terkecil rasio inventori tahun 2004 dicapai oleh PT. Fast
Food Indonesia Tbk sebesar 0,03176. Nilai terbesar rasio inventori tahun 2004
dicapai oleh PT. Ricky Putra Globalindo Tbk sebesar 0,45673.
Rata-rata rasio inventori tahun 2005 sebesar 0,1949281. Nilai terkecil
rasio inventori tahun 2005 dicapai oleh PT. Eterindo Wahanatama Tbk sebesar
0,00105. Nilai terbesar rasio inventori tahun 2005 dicapai oleh PT. Evershine
Textille Industry Tbk sebesar 0,49290.
Rata-rata rasio receivabel tahun 2004 sebesar 1,9000587. Nilai terkecil
rasio receivable tahun 2004 dicapai oleh PT. Fast Food Indonesia Tbk sebesar
0,08412. Nilai terbesar rasio receivable tahun 2004 dicapai oleh PT. Eterindo
Wahanatama Tbk sebesar 22,99621.
Rata-rata rasio receivable tahun 2005 sebesar 5,0458411. Nilai terkecil
rasio receivable tahun 2005 dicapai oleh PT. Fast Food Indonesia Tbk sebesar
0,08575. Nilai terbesar rasio receivable tahun 2005 dicapai oleh PT. Eterindo
Wahanatama Tbk sebesar 113,11737.
Rata-rata rasio proporsi kas tahun 2004 sebesar0,0569688. Nilai
terkecil rasio proporsi tahun 2004 dicapai oleh PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk
sebesar 0,00159. Nilai terbesar rasio proporsi tahun 2004 dicapai oleh PT. Fast
Food Indonesia Tbk sebesar 0,26401.
Rata-rata rasio proporsi tahun 2005 sebesar 0,0380454. Nilai terkecil
rasio proporsi tahun 2005 dicapai oleh PT. Multi Prima Sejahtera Tbk sebesar
72
0,00019. Nilai terbesar rasio proporsi tahun 2005 dicapai oleh PT. Fast Food
Indonesia Tbk sebesar 0,21883.
Rata-rata rasio cepat tahun 2004 sebesar 1,5403184. Nilai terkecil rasio
cepat tahun 2004 dicapai oleh PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk sebesar
0,05380. Nilai terbesar rasio cepat tahun 2004 dicapai oleh PT. Ekadharma
Internasional Tbk sebesar 5,42351.
Rata-rata rasio cepat tahun 2005 sebesar 1,2835823. Nilai terkecil rasio
cepat tahun 2005 dicapai oleh PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk sebesar
0,08613. Nilai terbesar rasio cepat tahun 2005 dicapai oleh PT. Siwani
Makmur Tbk sebesar 3,34812.
Rata-rata rasio ROI tahun 2004 sebesar 0,0827126. Nilai terkecil rasio
ROI tahun 2004 dicapai oleh PT. Ades Water Indonesia Tbk sebesar -1,51033.
Nilai terbesar rasio ROI tahun 2004 dicapai oleh PT. Mulia Industrindo Tbk
sebesar 1,46605.
Rata-rata rasio ROI tahun 2005 sebesar 0,1338242. Nilai terkecil rasio
ROI tahun 2005 dicapai oleh PT. Fatrapolindo Nusa Industri Tbk sebesar -
0,26907. Nilai terbesar rasio ROI tahun 2005 dicapai oleh PT. Ades Water
Indonesia Tbk sebesar 1,68198.
Rata-rata rasio hutang tahun 2004 sebesar 1,4613585. Nilai terkecil
rasio hutang tahun 2004 dicapai oleh PT. Polysindo Wahanatama Tbk sebesar
-0,04789. Nilai terbesar rasio hutang tahun 2004 dicapai oleh PT. Mulia
Industrindo Tbk sebesar 37,09734.
73
Rata-rata rasio hutang tahun 2005 sebesar 0,1467727. Nilai terkecil
rasio hutang tahun 2005 dicapai oleh PT. Mulia Industrindo Tbk sebesar -
1,18208. Nilai terbesar rasio hutang tahun 2005 dicapai oleh PT. Eratex Djaja
Tbk sebesar 1,18028.
Rata-rata rasio penjualan tahun 2004 sebesar 1,2274377. Nilai terkecil
rasio penjualan tahun 2004 dicapai oleh PT. Multi Prima Sejahtera Tbk
sebesar -12,47570. Nilai terbesar rasio penjualan tahun 2004 dicapai oleh PT.
Fast Food Indonesia Tbk sebesar 8,44199.
Rata-rata rasio penjualan tahun 2005 sebesar 1,9269315. Nilai terkecil
rasio penjualan tahun 2005 dicapai oleh PT. Eterindo Wahanatama Tbk
sebesar -7,44847. Nilai terbesar rasio penjualan tahun 2005 dicapai oleh PT.
Fast Food Indonesia Tbk sebesar 10,12707.
D. Pengujian Normalitas Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
pengujian normalitas data. Untuk menguji normalitas data dilakukan dengan
menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov test. Pengujian dilakukan
dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05 atau tingkat kepercayaan 95 %.
Hasil pengujian normalitas data disajikan dalam Tabel IV.8 berikut ini :
Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05 atau
tingkat kepercayaan 95 %. Berdasarkan hasil analisis Tabel IV.13 dapat dilihat
78
bahwa variabel memiliki signifikansi nilai z yang lebih besar dari tingkat
signifikansi (α) sebesar 0.05, yaitu 0.600 > 0.05 pada tahun 2004. Sedangkan
pada tahun 2005, dapat dilihat bahwa variabel memiliki signifikansi nilai z
yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05, yaitu 0.907 > 0.05
pada tahun 2005. Sehingga pada hipotesis ketiga, dapat disimpulkan bahwa
H3 diterima. Hal ini berarti ada perbedaan antara metode Z-Score Altman dan
metode logit Zavgren di dalam menilai dan memprediksi potensi kerugian
perusahaan manufaktur di BEI pada tahun 2004 dan juga pada tahun 2005.
F. Pembahasan
Menurut hasil pengujian penelitian ini, pada hipotesis pertama bahwa
metode Z-Score Altman dapat digunakan di dalam menilai dan memprediksi
potensi kerugian perusahaan manufaktur di BEI tahun 2004 dan 2005. Pada
hipotesis kedua bahwa metode Zavgren dapat digunakan di dalam menilai dan
memprediksi potensi kerugian perusahaan manufaktur di BEI tahun 2004 dan
2005. Pada hipotesis ketiga ditemukan ada perbedaan antara metode Z-score
dan metode Zavgren di dalam menilai dan memprediksi potensi kerugian
perusahaan manufaktur di BEI baik pada tahun 2004 maupun pada tahun
2005.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Altman (1968)
diperoleh hasil penelitian bahwa metode Z-score Altman mempunyai tingkat
keakuratan sebesar 95 % untuk 1 tahun sebelum perusahaan bangkrut dan
untuk 2 tahun sebelum bangkrut sebesar 72 %. Dari hasil pengujian penelitian
79
ini bahwa metode Z-Score Altman dapat digunakan di dalam menilai dan
memprediksi potensi kerugian perusahaan manufaktur di BEI tahun 2004 dan
2005 dengan tingkat keakuratan sebesar 61,40% untuk tahun 1 dan 56,14%
untuk tahun ke 2 sebelum perusahaan mengalami kerugian. Hasil penelitian
terdahulu tersebut didukung oleh hasil penelitian ini, dimana pada hipotesis
pertama ditemukan bahwa metode Z-Score Altman dapat digunakan di dalam
menilai dan memprediksi potensi kerugian perusahaan manufaktur di BEI
tahun 2004 dan 2005.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Patterson (2001)
diperoleh hasil penelitian bahwa metode Zavgren dapat memprediksi
keberhasilan/kegagalan perusahaan dengan kekuatan dalam memprediksi
tingkat ketepatannya untuk 1 tahun sebelum perusahaan bangkrut sebesar 75
%. Dari hasil pengujian penelitian ini bahwa metode Zavgren dapat digunakan
di dalam menilai dan memprediksi potensi kerugian perusahaan manufaktur di
BEI tahun 2004 dan 2005 dengan tingkat keakuratan sebesar 43,85% untuk
tahun 1 dan 43,85% untuk tahun ke 2 sebelum perusahaan mengalami
kerugian. Hasil penelitian terdahulu tersebut didukung oleh hasil penelitian
ini, dimana pada hipotesis kedua ditemukan bahwa metode Zavgen dapat
digunakan di dalam menilai dan memprediksi potensi kerugian perusahaan
manufaktur di BEI tahun 2004 dan 2005.
Sedangkan hasil penelitian pada hipotesis ketiga, pada tahun 2004 dan
tahun 2005 ditemukan adanya perbedaan antara metode Z-Score Altman dan
metode Zavgren di dalam menilai dan memprediksi potensi kerugian
80
perusahaan manufaktur di BEI. Hasil penelitian dengan metode Z-Score
menghasilkan tingkat keakuratan sebesar 61,40% untuk tahun 1 dan 56,14%
untuk tahun ke 2 sebelum perusahaan mengalmi kerugian , sedangkan hasil
penelitian dengan metode zavgren menghasilkan tingkat keakuratan sebesar
43,85% untuk tahun 1 dan 43,85% untuk tahun ke 2 sebelum perusahaan
mengalami kerugian, hasil penelitian ini didukung hasil penelitian sebelumnya
oleh Patterson (2001) dengan hasil penelitian bahwa metode Zavgren dapat
memprediksi keberhasilan/kegagalan perusahaan dengan kekuatan dalam
memprediksi tingkat ketepatannya untuk 1 tahun sebelum perusahaan
bangkrut sebesar 75 % dan hasil penelitian terdahulu oleh Altman (1968)
bahwa metode Z-Score Altman mempunyai tingkat keakuratan sebesar 95 %
untuk 1 tahun sebelum perusahaan bangkrut.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan metode Zavgren
dan metode Z-Score Altman untuk menilai serta memprediksi potensi
kerugian (studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2004 - 2007), maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank pada hipotesis pertama ditemukan bahwa
metode Z-Score Altman dapat digunakan di dalam menilai dan
memprediksi potensi kerugian perusahaan manufaktur di BEI tahun 2004
dan 2005.
2. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank pada hipotesis kedua ditemukan bahwa
metode Zavgren dapat digunakan di dalam menilai dan memprediksi
potensi kerugian perusahaan manufaktur di BEI tahun 2004 dan 2005.
3. Hasil uji Mann-Whitney pada hipotesis ketiga, ditemukan adanya
perbedaan antara metode Z-Score Altman dan metode logit Zavgren di
dalam menilai dan memprediksi potensi kerugian perusahaan manufaktur
di BEI pada tahun 2004 dan juga pada tahun 2005. Metode Z-Score
menghasilkan tingkat keakuratan sebesar 61,40% untuk tahun 1 dan
56,14% untuk tahun ke 2 sebelum perusahaan mengalami kerugian,
sedangkan metode Zavgren menghasilkan tingkat keakuratan sebesar
82
43,85% untuk tahun 1 dan 43,85% untuk tahun ke 2 sebelum perusahaan
mengalami kerugian.
B. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
1. Dalam penelitian ini hanya fokus pada satu jenis perusahaan yaitu
manufaktur. Pada penelitian selanjutnya diharapkan adanya penambahan
jenis perusahaan agar dapat bervariasi.
2. Faktor-faktor di luar rasio keuangan dengan metode Z- Score Altman dan
metode Logit Zavgren seperti faktor ekonomi, inflasi, tingkat bunga, dan
sebagainya belum dipertimbangkan dalam penelitian ini. Hal tersebut
mungkin berpengaruh pada cara perusahaan melakukan bisnis yang dapat
mempengaruhi hasil analisa dalam penelitian ini. Selain itu perlu adanya
penelitian lebih lanjut apakah peran informasi arus kas dapat
mempengaruhi prediksi kebangkrutan (kerugian) suatu perusahaan di masa
yang akan datang.
3. Perusahaan-perusahaan yang digunakan dalam penelitian adalah
perusahaan besar yang tercantum di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian
selanjutkan diharapkan penelitian sejenis dapat dilakukan tidak hanya pada
perusahaan yang tercantum pada Bursa Efek Indonesia. Misal: perusahaan
kecil, perusahaan menengah, atau perusahaan-perusahaan yang belum
tercantum pada Bursa Efek Indonesia.
83
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai perbandingan
metode Z-Score Altman dan metode Logit Zavgren untuk menilai serta
memprediksi potensi kerugian (studi kasus pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004 - 2007), peneliti
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank menunjukkan bahwa metode Z-Score
Altman dapat digunakan di dalam menilai dan memprediksi potensi
kerugian perusahaan manufaktur di BEI tahun 2004 dan 2005 dengan
tingkat keakuratan sebesar 61,40% untuk tahun 1 dan 56,14% untuk tahun
ke 2 sebelum perusahaan mengalami kerugian. Oleh karena itu perusahaan
dapat menggunakan metode Z-Score Altman dalam menilai dan
memprediksi potensi kerugian perusahaan dimasa yang akan datang.
2. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank menunjukkan bahwa metode Zavgren
dapat digunakan di dalam menilai dan memprediksi potensi kerugian
perusahaan manufaktur di BEI tahun 2004 dan 2005 dengan tingkat
keakuratan sebesar 43,85% untuk tahun 1 dan 43,85% untuk tahun ke 2
sebelum perusahaan mengalami kerugian. Oleh karena itu perusahaan
dapat menggunakan metode Zavgren dalam menilai dan memprediksi
potensi kerugian perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa ditemukan adanya
perbedaan antara metode Z-Score Altman dan metode logit Zavgren di
dalam menilai dan memprediksi potensi kerugian perusahaan manufaktur
84
di BEI pada tahun 2004 dan juga pada tahun 2005. Metode Z-Score
menghasilkan tingkat keakuratan sebesar 61,40% untuk tahun 1 dan
56,14% untuk tahun ke 2 sebelum perusahaan mengalami kerugian,
sedangakan metode Zavgren menghasilkan tingkat keakuratan sebesar
43,85% untuk tahun 1 dan 43,85% untuk tahun ke 2 sebelum perusahaan
mengalami kerugian. Sehingga sebaiknya perusahaan menggunakan
metode Z-Score Altman untuk menilai dan memprediksi potensi kerugian
perusahaan karena mempunyai tingkat keakuratan yang lebih besar
dibandingkan menggukan metode Zavgren.
4. Hasil perhitungan dengan formula Z-Score menunjukkan variabel rasio
laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva (X3) mempunyai
pengaruh paling dominan terhadap potensi kerugian perusahaan
dibandingkan variabel lainnya, sehingga perusahaan harus segera melunasi
hutang jangka panjangnya atau tidak mengambil hutang di bank agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Sedangkan hasil perhitungan
dengan formula Zavgren menunjukkan variabel aktiva lancar terhadap
hutang lancar (QUICK) mempunyai pengaruh paling dominan terhadap
potensi kerugian perusahaan dibandingkan variabel lainnya, sehingga
perusahaan harus segera melunasi hutang-hutangnya atau tidak mengambil
hutang di bank, agar tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu bagi
perusahaan yang ingin memprediksi kerugian perusahaan dalam waktu 1
sampai 2 tahun harus lebih memperhatikan rasio laba sebelum bunga dan
pajak (X3) jika memprediksi potensi kerugian dengan menggunakan
85
model Z-Score Altman dan lebih memperhatikan rasio aktiva lancar
terhadap hutang lancar (QUICK) jika memprediksi potensi kerugian
dengan menggunakan model logit Zavgren.
86
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Muhammad dan Kurniasih, Eka. (2000). Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman, JAAI, vol 4, No 2 Des: 131-151.
Anggreini, Silvia. (2004). Analisis Z-Score Untuk Penilaian Kinerja Keuangan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Perdagangan di BEJ. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Agustina, Yeni. (2007). Analisis Kebangkrutan Perusahaan Dengan Menggunakan Model Altman (Z-Score) dan Zavgren (Model logit) Pada Perusahaan Food And Beverages. Skripsi, Fakultas Ekonomi, UNS.
Altman, I, Edward. (1998). Financial Ratios, Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Bancrupty; The Journal of Finance Vol. XXIII. September 1968 pp 589-609.
Altman, I, Edward. Predicting Financial Distress of Ccompanies: Revisiting The Z-Score and Zeta Models. Juli 2000.
Beaver, W. (1966) Financial Ratio As Predictors of Failur; Journal of Accounting Research page 71-105.
Djarwanto, Ps dan Pangestu Subagyo. (1985). Statistik Induktif. BPFE UGM, Yogyakarta.
Dugan, Michael T. ;Zavgren, Christine V. (1989). How A Bankrupty Model Coluld Be Incorporated As An Analytic. The CPA Journal;59,5; ABI/INFORM Global pg.64.
Gibson, N Brian. (1998). Bankrupty Prediction: The Hidden impact of Derivatives. ACCT 5341.
Gujarati Damodar dan Zain, Sumarno. (1997). Ekonometrika Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Luciana & Kristijadi. (2003). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financaial Distress Perusahaan Manufaktur. JAAI, Vol.7, No.2, Desember.
Munawir, S. (2002). Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Penerbit: Liberty.
87
Patterson, David William. (2001). Bankrupty Prediction: A Model For The Casino Industry.
Penerbit Andi dan Wahana Komputer (2004). Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12 Yogyakarta : Penerbit Andi.
Purwanti, Yulia. (2006). Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Keuangan Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ. Skripsi, Fakultas Ekonomi, UII Yogyakarta.
Rejeki, Sri. (2008). Analisis Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank di Indonesia. Skripsi, Fakultas Ekonomi, UNS.
Sartono, R Agus. (2001) Manajemen Keuangan. BPFE UGM; Yogyakarta.
Supardi & Sri Mastuti (2003). Variditas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Go Publik di BEJ, Kompak No.7 Januari-April : 68-93.
Theresia & Aloysia.(2006). Analisis Z-Score Untuk Mengetahui Pengaruh Potensi Kebangkrutan Perusahaan Publik Terhadap Pergantian Auditor. Vol 10 No.1 Hal 76-87. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Zavgren, Christine V (1985). Assessing The Vulnerability To Failure Of American Industrial Firms : A Logistic Analysis. Journal of Business Finance and Accounting 12 pp. 19-46.
Zavgren, Christine V; Friedman, George E. (1988). Are Bankruptcy Prediction model Worthwhile? An Application In Securities Analysis. Management International Review. 28.1; ABI/ INFORM Global pg.34.