BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi tentang konstitusi dalam suatu negara, merupakan cabang Ilmu Politik atau cabang Ilmu Hukum Tata Negara, karena kedua cabang ini sama-sama menjadikan “konstitusi” sebagai fokus bahasannya. Sebaliknya, dalam konstitusi juga terkandung materi muatan yang meliputi ruang lingkup bahasan Ilmu Politik maupun Ilmu Hukum Tata Negara. Menurut Sri Soemantri bahwa tidak ada satu Negara di dunia ini yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pelaksanaan konstitusi berhubungan erat dengan sistem politik yang dijalankan oleh suatu Negara. Oleh karena itu kita harus menelaah terlebih dahulu kedalam sistem politik suatu Negara. Dalam makalah ini akan sedikit diuraikan mengenai sistem politik di Amerika Serikat dan Perancis. Kenyataan ini menimbulkan beberapa pertanyaan; mengapa setiap Negara memerlukan konstitusi? Apa itu konstitusi? apa tujuan dan fungsi konstitusi dibentuk?. Semua permasalahan tersebut akan terjawab dalam Bab II. Apa perbandingan antara Konstitusi Amerika Serikat 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi tentang konstitusi dalam suatu negara,
merupakan cabang Ilmu Politik atau cabang Ilmu Hukum
Tata Negara, karena kedua cabang ini sama-sama
menjadikan “konstitusi” sebagai fokus bahasannya.
Sebaliknya, dalam konstitusi juga terkandung materi
muatan yang meliputi ruang lingkup bahasan Ilmu Politik
maupun Ilmu Hukum Tata Negara.
Menurut Sri Soemantri bahwa tidak ada satu Negara
di dunia ini yang tidak mempunyai konstitusi atau
Undang-Undang Dasar. Negara dan konstitusi merupakan
dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Pelaksanaan konstitusi berhubungan erat
dengan sistem politik yang dijalankan oleh suatu
Negara. Oleh karena itu kita harus menelaah terlebih
dahulu kedalam sistem politik suatu Negara. Dalam
makalah ini akan sedikit diuraikan mengenai sistem
politik di Amerika Serikat dan Perancis.
Kenyataan ini menimbulkan beberapa pertanyaan;
mengapa setiap Negara memerlukan konstitusi? Apa itu
konstitusi? apa tujuan dan fungsi konstitusi dibentuk?.
Semua permasalahan tersebut akan terjawab dalam Bab II.
Apa perbandingan antara Konstitusi Amerika Serikat
1
dengan Konstitusi Peranci yang akan dibahas dalam Bab
III. Dan kesimpulan dari perbandingan Konstitusi kedua
Negara akan dibahas dalam Bab IV.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas,
maka makalah ini dilakukan pembatasan masalah pada:
1. Bagaimana Sistem Konstitusi Amerika Serikat
dan Konstitusi Perancis?
2. Apa perbedaan dari kedua Konstitusi antara
Amerika Serikat dan Perancis?
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah
diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Konstitusi Amerika Serikat dan Konstitusi
Perancis merupakan dua konstitusi Negara yang
memiliki pengaruh dalam pelaksanaan
konstitusi Negara lain, khususnya terkait
mengenai Hak-hak dasar Manusia. Pelaksanaan
konstitusi Amerika Serikat dan Perancis tidak
akan lepas dari penghormatan terhadap hak
individu.
2. Perbedaan antar konstitusi Amerika Serikat
dan Konstitusi Perancis terletak dalam metode
amandemen atau prosedur perubahan konstitusi.
Selain itu, setelah disyahkannya konstitusi
2
Amerika Serikat oelh konfederasi Amerika di
Philadelphia pada tahun 1787, dijadikan
sebagai benda keramat dan akan berlaku
sepanjang masa. Sedangkan konstitusi Perancis
setiap saat diganti apabila Perancis terjadi
gejolak politik yang mengakibatkan perubahan
struktur politik sosial yang mendasar.
BAB II
PENGERTIAN Dan TUJUAN KONSTITUSI
3
2.1 Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis
constituer, yang berarti membentuk. Pemakaian Istilah
konstitusi yang dimaksud adalah berkaitan dengan
pembentukan suatu Negara atau menyusun dan menyatakan
suatu Negara.1 Konstitusi adalah segala ketentuan dan
aturan mengenai ketatanegaraan (Undang-Undang Dasar),
atau Undang-Undang dasar suatu Negara. Dengan kata
lain, sebagai tindakan atau perilaku seseorang maupun
penguasa berupa kebijakan yang tidak didasarkan atau
menyimpangi konstitusi, berarti tindakan (kebijakan)
tersebut adalah tidak konstitusional.2
Bagi mereka yang memandang Negara dari sudut
kekuasaan dan menganggapnya sebagai organisasi
kekuasaan, maka Undang-Undang dasar dapat dipandang
sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan
bagaimana kekuasaan dibagi antara beberapa lembaga
kenegaraan, misalnya badan legislative, eksekutif, dan
yudikatif. Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara
bagaimana pusat kekuasaan berkerjasama dan menyesuaikan
diri satu sama lain, Undang-Undang Dasar merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu Negara.
1 Nuruddin Hady, Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi: Paham KonstitusionalismeDemokrasi Pasca Amandemen UUD 1945, Setara Press, Malang, 2010, hlm. 1.2 Dahlan Taib, Teori dan Hukum Konstitusi, RajaGrafindo, Jakarta, 2011, hlm. 1.
4
Berikut ini beberapa ahli hukum yang mendukung
antara yang membedakan dengan menyamakan pengertian
konstitusi dengan Undang-Undang Dasar. Penganut paham
yang membedakan pengertian konstitusi dengan Undang-
Undang Dasar antara lain Herman Heller dan F. Lassalle.
Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi
tiga, yaitu:3
1. Die Politische verfassung als gesellschaftlich wirklichkeit.
Konstitusi adalah mencerminkan kehidupan
politik didalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan. Jadi mengandung pengertian politis
dan sosiologis.
2. Die Verselbstandige rechtsverfassung. Konstitusi
merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup
dalam masyarakat. Jadi mengandung pengertian
yuridis.
3. Die geshereiben verfassung. Konstitusi yang
ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-
undang yang tertinggi yang berlaku dalam
suatu Negara.
Dari pendapat Hermen Heller dapat disimpulkan
bahwa jika pengertian undang-undang itu harus
dihubungkan dengan pengertian konstitusi, maka artinya
Undang-Undang Dasar itu baru merupakan sebagian dari
3 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi HTN Fakultas Hukum UI, Jakarta, 1988, hlm. 65
5
pengertian konstitusi, yaitu konstitusi yang tertulis.
Disamping itu, konstitusi tidak hanya bersifat yuridis
semata-mata, tetapi mengandung pengertian logis dan
politis.
F. Lassalle dalam bukunya Uber Verfassungswesen,
membagi konstitusi dalam dua pengertian, yaitu:4
1. Pengertian sosiologi atau politis (sosiologische
atau politische begrip). Konstitusi adalah
sintesis factor-faktor kekuatan yang nyata
(dereele machtsfactoren) dalam masyarakat. Jadi
konstitusi menggambarkan hubungan antara
kekuasaan-kekuasaan yang terdapat dengan
nyata dalam suatu Negara. Kekuasaan tersebut
diantaranya; raja, perlemen, cabinet,
pressure groups, partai politik, dan lain-
lain; itulah yang sesungguhnya konstitusi.
2. Pengertian yuridis (yuridische begrip).
Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat
semua bangunan Negara dan sendi-sendi
pemerintahan.
Dari pengertian sosiologi dan politis, ternyata
Lassalle menganut paham bahwa konstitusi sesungguhnya
mengandung pengertian yang luas dari Undang-Undang
Dasar. Namun dalam pengertian yuridis, Laselle
menyamakan konstitusi dengan Undang-Undang Dasar.4 Abu Daud Busroh dan Abu Bakar busroh, Azas-azas Hukum Tata Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1991, hlm. 73.
6
Penganut paham modern yang menyamakan pengertian
konstitusi dengan Undang-Undang Dasar, adalah
C.F.Strong dan James Bryce. Pendapat James Bryce
sebagaimana dikutip C.F.Strong dalam bukunya: Modern
Political Constitution menyatakan konstitusi adalah: “A frame of
political society, organized through and by law, that is to say on in which
law has established permanent institutions with recognized functions and
define tights.” Dari definisi tersebut, pengertian
konstitusi dapat diartikan sebagai kerangka Negara yang
diorganisasi dengan dan melalui hukum, bilamana hukum
menetapkan:
1. Pengaturan mengenai pendirian lembaga-lembaga
yang permanent.
2. Fungsi dari alat-alat kelengkapan.
3. Hak-hak tertentu yang telah ditetapkan.
Kemudian C.F.Strong melengkapi pendapat tersebut
dengan pendapatnya sendiri, “Constitution is a collection of
principle according to which the power of the government, the rights of
the governed, and the relations between the two ar adjusted.” Artinya,
konstitusi dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan asas-
asas yang menyelenggarakan:
1. Kekuasaan pemerintahan (dalam arti luas).
2. Hak-hak dari yang diperintah.
3. Hubungan antara pemerintah dan yang
diperintah (menyangkut didalamnya masalah hak
asasi manusia).
7
Dari pengertian konstitusi yang telah dijelaskan
diatas, maka dapat dipastikan bahwa tiap-tiap Negara
memiliki pandangan serta makna tersendiri dalam
mengartikan maupun menerapkan konstitusi dan
pelaksanaan kepemerintahannya.
2.2 Tujuan Konstitusi
Pada masa peralihan dari Negara feudal monarkhi
atau oligarki dengan kekuasaan mutlak penguasa ke
Negara nasional demokrasi, konstitusi berkedudukan
sebagai benteng pemisah antara rakyat dan penguasa yang
kemudian secara berangsur-angsur mempunyai fungsi
sebagai alat rakyat dalam perjuangan kekuasaan melawan
golongan penguasa.
Setelah perjuangan dimenangkan oleh rakyat,
konstitusi bergeser kedudukan dan perannya dari sekedar
penjaga keamanan dan kepentingan hidup rakyat terhadap
kezaliman golongan penguasa, menjadi senjata rakyat
untuk mengakhiri kekuasaan sepihak satu golongan dalam
sistem monarkhi dan oligarki, serta untuk membangun
tata kehidupan baru atas dasar landasan kepentingan
bersama rakyat dengan menggunakan berbagai ideology
seperti; individualism, universalisme, demokrasi, dan
sebagainya. Selanjutnya, kedudukan dan fungsi
konstitusi ditentukan oleh ideology yang melandasi
Negara.
8
Secara prinsip tujuan konstitusi adalah untuk
membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk
menjamin hak-hak yang diperintah, dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Loewenstein dalam
bukunya Political Power and Governmental Proce’s, bahwa
konstitusi itu suatu sarana dasar untuk mengawasi
proses-proses kekuasaan. Oleh karena itu, setiap
konstitusi mempunyai dua tujuan:5
1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan
terhadap kekuasaan politik,
2. Untuk membebaskan kekuasaan dari control
mutlak para penguasa, serta menetapkan bagi
para penguasa batas-batas kekuasaan.
Mengenai Teori Konstitusi (Constitutional Theory),
Maarseven dan Tang mengemukakan adanya tiga level
pengkajian, yaitu:6
1. National Theory, yaitu teori yang menkaji
Konstitusi suatu Negara tertentu;
2. Comparative Constitusional Theory, yang kajiannya
membandingkan Konstitusi-konstitusi berbagai
Negara;
3. General Constitutional Theory, yang kajiannya
berkaitan dengan teori-teori umum konstitusi.
5 Koerniatmanto Soetoprawiro, Konstitusi: Pengertian dan Perkembangannya, Pro Justita, No. 2 Tahun V, Mei 1987, hlm. 31.6 Nuruddin Hady,,, Op Cit, hlm. ix.
9
Dari teori konstitusi tersebut, maka penulis akan
mengambil tujuan konstitusi berdasarkan Comparative
Constitusional Theory, karena dalam Bab selanjutnya akan
dibahas mengenai perbandingan Konstitusi Amerika
Serikat dengan Konstitusi Perancis.
Studi Teori Konstitusi mengenal enam cara
pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Sejarah (historical approach), yakni
mengkaji konstitusi sebagai produk sejarah
dengan menjelaskan berbagai factor yang
mempengaruhi terbentuknya konstitusi;
b. Pendekatan kelembagaan (institutional approach),
yaitu memahami bahwa “Constitutions are
fullyfledge politico-legal phenomena”, yang
mengkaji Konstitusi sebagai ekspresi kultur
dan struktur politik suatu masyarakat;
c. Pendekatan Ideologi (ideological approach) yang
mengkaji konstitusi dari aspek nilai-nilai
dan norma-norma yang dianut suatu masyarakat
atau negara, termasuk perbedaan ideology yang
melahirkan Konstitusi.
d. Pendekatan fungsional (functional approach) yang
menkaji Konstitusi sebagai serangkaian
unsure-unsur sistem sosial politik dan
bagaimana konstitusi dapat menjamin
berfungsinya sistem sosial politik;
10
e. Pendekatan Struktur (structural approach) yang
merupakan variasi pendekatan fungsional yang
intinya bahwa perubahan struktur sosial akan
mengubah Konstitusi (changes in the structure affect
the constitution);
f. Pendekatan sistem (system approach), yaitu
bahwa “this approach deals with such matters as the place
constitutions occupy in this system, their significance and
how the influence the way the system worl.”
Bagi suatu Negara, Konstitusi, khususnya
Konstitusi tertulis (UUD) merupakan suatu “politico-legal
document” yang secara substantive bermakna hukum dasar
suatu Negara, kumpulan aturan-aturan dasar yang
membentuk institusi-institusi pokok Negara, mengatur
lembaga-lembaga Negara yang paling penting kekuasaannya
dan hubungannya satu sama lain, mengatur hak dan
kewajiban dasar warga Negara, mengatur dan membatasi
kekuasaan Negara beserta institusinya, dan menentukan
hubungan antara Negara dan masyarakat.
Dengan demikian, konstitusi bagi suatu Negara
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a) Fungsi ideologis (ideological function), dalam hal
ini Konstitusi memerlukan suatu komitmen
terhadap suatu ideology tertentu, misalnya di
Indonesia, Pancasila;
11
b) Fungsi Nasionalistis (nationalistic function),
Konstitusi berfungsi memelihara nasionalisme
Negara, yakni rasa persatuan dan kesatuan
identitas nasional lewat bendera, lambing,
dan lagu kebangsaan, maka disebut juga
“fungsi integrasi” dari konstitusi;
c) Fungsi struktur (structuring function), yaitu
membangun harapan-harapan politik dan
bagaimana harapan-harapan tersebut akan
diwujudkan, dalam hal ini disebut juga
“fungsi orientasi” dari konstitusi;
d) Fungsi publikatif (publicative function), yaitu
sebagai bukti kelahiran (birth sertivicate)
suatu Negara untuk menunjukkan eksistensinya
dalam komunitas internasional;
e) Fungsi rasionalisasi (rationalizing function),
yaitu konstitusi mengekspresikan tujuan-
tujuan politik dalam terminology dan
formulasi hukum;
f) Fungsi registrasi (registration function), dalam
hal ini konstitusi merekam berbagai
perkembangan dan konflik politik yang terjadi
di suatu Negara;
g) Fungsi symbol (symbol function), yakni
Konstitusi berfungsi memberikan inspirasi
bagi masyarakatnya atas kebutuhan manusia
12
akan hak asasi manusia, keadilan, rule of
law, demokrasi, dan sebagainya;
h) Fungsi pembatas (barrier function), yakni
mencegah atau member batasan agar perubahan-
perubahan politik dan kenegaraan tidak
berlangsung secara anarkis.
Dari delapan fungsi Konstitusi tersebut, maka kita
dapat menelaah penerapan konstitusi serta dasar
ideologi dan arah dari politik suatu Negara. Kedudukan,
fungsi dan tujuan konstitusi dalam suatu Negara berubah
dari zaman ke zaman ke zaman.
13
BAB III
PERBANDING KONSTITUSI AMERIKA SERIKAT DAN
KONSTITUSI PERANCIS
3.1 Konstitusi Amerika Serikat
3.1.1. Sejarah konstitusi Amerika Serikat dan pelaksanaan
Konstitusi
Konstitusi Amerika Serikat disusun dan
diterima beberapa tahun setelah Pernyataan
Kemerdekaan Amerika Serikat ditanda tangani pada
tahun 1776. Pada tanggal 25 Mei 1787 dibuka dengan
resmi Sidang Konstituante yang terdiri dari 55
orang utusan dari 13 negara-negara yang ada di
Amerika pada waktu itu. Perbincangan 55 orang
utusan berlangsung sampai 17 September 1787 dan
14
menghasilkan rancangan naskah konstitusi.
Rancangan Naskah tersebut diterima sebagai naskah
resmi untuk dimintakan persetujuan dari
pemerintah-pemerintah 13 Negara untuk dapat
berlaku efektif sebagai Konstitusi Amerika
Serikat. Pada akhir tahun 1787, 9 negara
memberikan persetujuan dan secara formal sudah
dapat berlaku sah, karena sudah mencapai mayoritas
2/3.
Konstitusi Amerika Serikat mewujudkan
prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam suatu
Declaration of Independence (1776). Deklarasi tersebut
diangkat dari filosofi Prancis dan aliran
pencerahan Inggris. Tujuan utama konstitusi
Amerika Serikat adalah menjamin hak-hak Negara
bagian. Negara Amerika Serikat memiliki motto
(1776) “E pluribus Unum” artinya “dari banyak,
menjadi satu”, dan pada tahun 1956 dengan motto
“In God We Trust” artinya” kepada Tuhan kami Percaya”
ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi
presidensiil. Kostitusi tersebut menjelaskan
kekuasan yang dapat diselenggarakan organ
pemerintahan bersama, yaitu pemerintahan federal.
Sedangkan kekuasaan yang tidak disebutkan dalam
konstitusi menjadi milik pemerintah Negara bagian.
3.1.2. Sistem Politik/Pemerintahan Amerika Serikat
15
Sistem pemerintahan Amerika Serikat
didasarkan atas konstitusi (UUD) tahun 1787.
Sistem pemerintahan Amerika Serikat saat ini
berdasarkan atas sistem pemerintahan demokrasi.
Cirri-ciri pemerintahan Amerika Serikat yang
ditentukan dalam Konstitusi 1787:7
1. Amerika Serikat adalah suatu Negara
Republik Federal yang demokratis; dan
bukan kerajaan (Monarkhi). Pasal 4
Konstitusi “Pemerintah Federal akan
melindungi setiap Negara bagian terhadap
serbuan dan jika diminta oleh Pemerintah
Negara Bagian akan melindungi Negara
bagian dari huru-hara dalam negeri”.
2. Terdapat pembagian kekuasaan
konstitusional antara Pemerintah Federal
(Serikat dan Pemerintah Negara-negara
Bagian. Rangka dasar konstitusional formal
sistem federal Amerika “pemerintahan
Nasional hanya memiliki kekuasaan-
kekuasaan yang diserahkan kepadanya oleh
konstitusi, dengan satu pengecualian
penting, Negara-negara bagian memiliki
semua kekuasaan yang tidak didelegasikan
kepada Pemerintah Pusat kecuali kekuasaan-7 Pamudji, Perbandingan Pemerintahan, Bina Aksara, Jakarta, 1985, hlm 82-85.
16
kekuasaan tersebut ditolak oleh
konstitusi, tetapi dalam ruang lingkup
operasi-operasinya Pemerintah Nasional
berkuasa. Menurut ketentuan konstitusi ada
kekuasaan-kekuasaan yang jelas diserahkan
kepada pemerintah federal, ini tidak masuk
lingkup kekuasaan pemerintah Negara
bagian, terdapat kekuasaan yang menjadi
ruang lingkup Negara bagian kecuali yang
ditolak oleh konstitusi. Dengan demikian
terdapat kekuasaan tertentu yang tidak
didelegasikan ke pemerintah pusat tetapi
diingkari menjadi kekuasaan Negara
bagian.”8
3. Pemerintahan oleh rakyat, kedaulatan
berada di tangan rakyat yang dinyatakan
melalui pemilihan umum. Pada tingakat
Federal dilakukan Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden 4 tahun sekali, Pemilihan
Senat untuk mewakili Negara bagian 6 tahun
sekali, pemilihan Anggota Badan Perwakilan
(House of Representative) 2 tahun sekali.
4. Pemisahan kekuasaan antara Legislatif, Eksekutif,
dan Yudikatif baik mengenai organ pelaksana
maupun mengenai fungsi kekuasaan saling8 J. McGregor Burns, J.W. Peltason, Th.E. Cronin, Government by the prople. 9th edition, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1975, hlm. 83.
17
membatasi, dengan “checks dan balances”
sehingga tidak ada yang terlalu menonjol.
5. Negara-negara bagian memiliki hak yang
sama, sama derajat dan tidak boleh diberi
hak-hak istimewa oleh Pemerintah Pusat.
Negara-negara bagian memiliki UUD sendiri,
dapat membuat undang-undangnya sendiri dan
harus diakui serta dihargai oleh Negara-
negara bagian lainnya.
6. Keadilan ditegakkan melalui Badan
Yyudikatif yaitu Mahkamah Agung (Sepreme
Court) yang bebas dari pengaruh badan
Legislatif dan Eksekutif.. Mahkamah Agung
menjamin hak-hak kebebasan dan kemerdekaan
individu serta menjamin tegaknya hukum
(rule of kaw).
7. Supra struktur politik ditopang oleh infra
struktur politik yang menganut sistem
bipartisan. Terdapat dua partai yang
menentukan politik dan pemerintahan
Nasional yaitu “Democratic Party” dan
Republican Party”.
Mengenai Badan Legislatif, dalam pasal 1 Ayat
1 Konstitusi Amerika Serikat9 dijelaskan “Semua
kekuasaan legislative yang ditetapkan disini akan9 Tentang Amerika: Konstitusi Amerika Serikat dengan Catatan Sejarah, Departemen Luar Negeri A.S, World Book Inc,2004, hlm. 50.
18
diberikan kepada sebuah Kongres Amerika Serikat,
yang akan terdiri dari sebuah Senat dan Dewan
Perwakilan Rakyat.” Kekuasaan legislative berada
di tangan kongres yang terdiri dari Senat dan
Badan Perwakilan (bicameral).
Konstitusi memberikan Senat kekuasaan khusus
yaitu: 10
a. Dapat menolak dan juga mencegah
pengangkatan pegawai-pegawai yang dipilih
oleh Presiden untuk mengisi jabatan-
jabatan yang penting.
b. Harus memberikan persetujuannya (2/3 suara
dari seluruh suara) kepada setiap
perjanjian yang diadakan oleh Amerika
Serikat, sebelum perjanjian berlaku.
c. Mempunyai hak khusus untuk menyelidiki
segala dakwaan, akan tetapi hanya Badan
Perwakilan yang mempunyai hak khusus untuk
mendakwa (yaitu memajukan tuduhan kepada
pejabat-pejabat Pemerintah Amerika Serikat
termasuk Presiden, bahwa ia telah
melakukan kesalahan yang besar).
Konstitusi memberikan kekuasaan khusus kepada
Badan Perwakilan, yaitu;
10 Pamudji, Op Cit, hlm. 95-96.
19
a. Kekuasaan menambah pendapatan Negara;
segala undang-undang mengenai penambahan
pendapatan Negara harus diajukan dan
diterima oleh Badan Perwakilan, sebelum
Senat dapat mendiskusikannya, untuk
kemudian menyetujui atau mengusulkan
perubahan-perubahan; jika terdapat
perubahan, maka dibentuklah Panitia
Musyawarah yang anggotanya terdiri dari
Badan Perwakilan dan Senat untuk mencari
suatu kompromi.
b. Kekuasaan menambah pendapatan merupakan
perwujudan dari sistem “checks and
balances”.
c. Memajukan dakwaan kepada pejabat penting
yang telah melakukan kesalahan, dan dapat
mengarah kepada pemecatan.
d. Memilih presiden apabila tidak ada seorang
calon yang mendapatkan kelebihan suara.
Mengenai Badan Eksekutif, dalam pasal 2 Ayat
1 Konstitusi Amerika Serikat dijelaskan “kekuasan
eksekutif akan diberikan kepada seorang Presiden
Amerika Serikat. Ia akan memangku jabatannya dalam
jangka waktu empat tahun, dan, bersama-sama dengan
20
Wakil Presiden, yang dipilih untuk jangka waktu
yang sama”.11
Kekuasaan-kekuasaan Presiden yaitu:
a. Memegang kekuasaan eksekutif dari
Pemerintah Federal. Semua pejabat
eksekutif bertanggung jawab kepada
Presiden sebagai pelaksana Konstitusi.
b. Menjaga pelaksanaan undang-undang dan
Presiden memiliki hak veto.
c. Kekuasaan di bidang kehakiman:
1) Mengangkat hakim-hakim federal
termasuk anggota-anggota Mahkamah
Agung dengan pengesahan Senat.
2) Memberikan grasi, amnesty, abolisi,
dan lain-lain.
3) Membuat perintah-perintah eksekutif
untuk menjalankan undang-undang.
d. Kekuasaan dalam urusan luar negeri:
Presiden mengangkat duta besar, duta
biasa, konsul dan harus mendapat
pengesahan Senat. Presiden dibantu oleh
Menteri Luar Negeri dalam merundingkan
hubungan-hubungan dengan luar negeri.
Dengan persetujuan Senat mengadakan
perjanjian dengan luar; tetapi presiden
11 Ibid,, hlm. 99-100
21
memiliki hak mengadakan persetujuan
eksekutif dengan Negara asing tanpa
persetujuan Senat. Presiden dapat
mengirimkan Angkatan Bersenjata ke Negara
lain.
e. Kekuasaan mengangkat pejabat-pejabat
Eksekutif:
1) Menteri yang mengepalai Departemen.
2) Pejabat-pejabat lain dari departemen,
setelah lulus dari seleksi yang
dilakukan oleh Civil Service
Commission.
3.1.3. Ciri-ciri Konstitusi Amerika Serikat
Sebelum memasuki ciri-ciri dari Konstitusi
Amerika Serikat, penulis akan menjelaskan Prosedur
perubahan dalam Konstitusi Amerika Serikat.
Konstitusi Amerika merupakan konstitusi yang sulit
untuk dilakukan perubahan. Kesulitannya terletak
pada proses amandemennya. Amandemen Konstitusi
Amerika dapat diusulkan melalui salah satu dari
dua cara, yaitu:
i. 2/3 dari seluruh anggota (bukan hanya
jumlah anggota yang hadir), dari masing-
masing majelis Kongres harus menyetujui
amandemen tersebut,
22
ii. Kongres dapat menyelenggarakan konvensi
istimewa untuk mempertimbangkan
amandemen jika lembaga legislative dari
2/3 negara bagian meminta dilakukan
perubahan.
Usul amandemen ini harus disetujui oleh ¾ dari
seluruh Negara bagian. Jika ratifikasi tercapai,
maka amandemen tersebut dapat menjadi bagian dari
konstitusi.
Konstitusi Amerika Serikat membagi
pemerintahan nasional kedalam tiga cabang
kekuasaan. Mengenai pembagian kekuasaan ini,
Konstitusi Amerika Serikat mengadakan pembagian
ganda; pertama, konstitusi membagi kekuasaan dalam
pemerintahan menjadi tiga, yaitu Eksekutif,
Legislatif, Yudikatif. Kedua, Konstitusi membagi
kekuasaan antara otoritas federal dan otoritas
Negara bagian dengan cara sedemikian rupa untuk
memberikan jaminan semua kekuasaan secara absolute
tidak penting bagi otoritas federal demi manfaat
bersama akan diperuntukkan bagi unit-unit
federal.dengan kata lain, konstitusi menyebutkan
dengan jelas jenis kekuasaan yang dijalankan
otoritas federal dengan menambahkan kekuasaan yang
dilarang untuk pemerintahan federal dan Negara-
negara bagian.
23
3.2 Konstitusi Perancis
3.2.1 Sejarah Konstitusi Perancis dan pelaksanaan Konstitusi
Salah satu keputusan penting dari revolusi
Perancis adalah pembentukan suatu Constituante
Assembly atau Dewan Konstituante yang
beranggotakan 1200 orang yang ditugaskan untuk
menyelesaikan Undang-Undang Dasar bagi Negara
Perancis yang bangkit dari Revolusi, yang menitik
beratkan panghapusan masyarakat feudal dan
“exploitation de I’homme par I’homme” dan penyusunan
masyarakat baru yang lebih adil dan manusiawi,
dimana hak-hak asasi penduduk (droit de I home)
dijamin sepenuhnya.12
Konstitusi Perancis dibentuk pada tahun 1791,
yang didahului oleh suatu Declaration des Droiys de
L’homme et du Citoyen 1789, yang kemudian disusul
terbentuknya Republik Perancis I, setelah
tumbangnya sistem monarkhi dinasti Bourbon pada
tahun 1793. Sejak tahun 1789 Majelis Nasional
menetapkan “Deklarasi Hak-hak azasi Manusia dan
warga Negara”, sebelum Majelis Nasional diresmikan
sebagai badan yang membuat konstitusi. Deklarasi12 Dua Abad Perkembangan Undang-undang Dasar Perancis, Duta Wacana University Press, 1991, hlm. 200.
24
inilah yang mengilhami Pembentukan konstitusi
Perancis pada tahun 1791.
Konstitusi Perancis setiap saat diganti
apabila Perancis terjadi gejala politik yang
mengakibatkan perubahan struktur politik sosial
yang mendasar. Dalam perkembangan konstitusi
Perancis telah mengalami 17 kali pergantian atau
perubahan dari tahun 1793 sampai dengan sekarang.
Secara implisit kita juga mengkaji perkembangan
politik di Negara Perancis.
Undang-undang Perancis yang pernah berlaku
antara lain adalah:
1. UUD Zaman Revolusi dan Kekaisaran
Rancangan UUD ini dipersiapkan oelh Komite
Konstituante yang beranggotakan delapan
orang yang dipilih diantara wakil-wakil
yang tergabung dalam Dewan Nasional
Konstituante. Pada 13 September 1791,
Louis XVI menyetujui rancangan UUD ini,
dan Prancis menjadi Negara dengan sistem
pemerintahan Monarkhi Konstitusional.
Kekuasaan eksekutif diwakili oleh raja
secara turun temurun, namun raja
memperoleh kekuasaannya dari bangsa dan
bukan dari Tuhan.
25
UUD 1971 diterapkan selama kurang dari
satu tahun, karena hubungan antara raja
dengan Dewan cepat menegang. Sebagai
pewaris dinasti Bourbon selama berabad-
abad telah memerintah dengan kekuasaan
yang diperoleh dari Tuhan, Louis XVI tidak
dapat menyetujui UUD Revolusi dan
Kekaisaran. Agustus 1792, rakyat menyerbu
istana Tuileries yang dihuni oleh keluarga
raja. Hal ini menjadi bukti atas kegagalan
usaha penggabungan dan dihapuslah UUD
tahun 1791.13 Dua tahun kemudian diganti
dengan Konstitusi tahun I Republik (UUD
Tahun 1793).
2. UUD Directoire (Tahun 1795-1799)
UUD Directoire ditetapkan oleh Convention
pada tahun 1793 dan disetujui oleh rakyat.
UUD tahun 1793 ini mengukuhkan konsep
demokrasi langsung. Rakyat berdaulat dalam
bidang konstitusional dan legislative.
Kekuasaan eksekutif menjadi sangat lemah
dibandingkan dengan kekuasaan
legislative.UUD Directoire tidak pernah
diterapkan, gerakan revolusioner Prancis,
sejak pertengahan 1792 dihadapkan oleh13 Ibid, Op,.Cit, hal 8-9
26
persekutuan Monarkhi Eropa dan pada
perlawanan kaum loyalis di Prancis
Baratdan Selatan. Pada tanggal 10 Oktober
1793 Convention memutuskan bahwa
“pemerintah akan bercorak Revolusioner
sampai tercapainya perdamaian”/
3. UUD Konsulat dan Kekaisaran tahun VIII
Republik (Tahun 1799-1814;1815)
Undang-undang Konsulat dan Kekaisaran
disusun pada April 1795, kemudian
disetujui melalui referendum dan disahkan
oleh Convention pada Agustus 1795. Undang-
undang tersebut menentukan pemisah antara
kekuasaan yang tidak dapat saling
memaksakan kehendaknya, walau kekuasaan
legislative mengangkat Pa Directeur, yaitu
pemegang kekuasaan eksekutif, sedangkan
pihak legislative tidak dapat
memberhentikan atau menjatuhkan Pa
Directeur.
Pelaksanaan Konstitusi di Perancis saat ini
berlandaskan atas Konstitusi (Undang-undang Dasar)
Republik V tahun 1958. Sejak penetapannya telah
beberapa kali mengalami perubahan yang berarti,
yaitu:14
14 Dua Abad Perkembangan,… Op.Cit, hal, 202-204.
27
1. Perubahan tanggal 4 juni 1960. Revisi ini
bertujuan mengesahkan kemerdekaan Negar-
negara bekas jajahan Perancsi di Afrika
(kecuali Aljazair).
2. Perubahan tanggal 6 November 1962.
Perubahan yang dilakukan melalui
referendum ini merupakan gagasan Jenderal
De Gaulle agar Presiden harus dipilih
melalui pemilihan umum, sehingga dapat
memperoleh legitimasi dari rakyat.
3. Referendum 27 April 1969. Perubahan ini
pada hakekatnya bertujuan untuk
menciptakan wilayah otonomi baru, yaitu
region, serta merubah peranan senat.
Tetapi perubahan ini mengakibatkan
pengunduran diri de Gaulle yang merasa
tidak didukung oleh mayoritas rakyat
Perancis.
4. Perubahan mengenai Sidang Dewan
Konstitusional (Undang-undang 21 Oktober
1974). Perubahan ini diusul oleh Presiden
Giscard d’Estaing, menyangkut Pasal 61,
yaitu dengan memberikan kepada pihak
oposisi lebih banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya, sehingga 60
anggota Dewan Nasionakl atau 60 anggota
28
Senat dapat memanggil Dean Konstitusi
untuk bersidang.
5. Undang-undang Desentralisasi 1982. Undang-
undang ini tidak berhubungan dengan
Undang-undang Dasar, tetapi telah merubah
suatu hal yang sudah berlangsung selama
ratusan tahun di Perancis, yaitu
sentralisasi. Dalam hal ini otonomi
departemen dan region, serta dewan-dewan
daerah dipilih melalui pemilihan Umum.
3.2.2 Sistem Politik Perancis
Sistem Pemerintahan Perancis saat ini
merupakan sistem Pemerintahan berdasarkan
Konstitusi Kelima. Bentuk pemerintahan Prancis
berdasarkan konstitusi Republik Kelima adalah:15
a. Perancis adalah Negara kesatuan (Republik)
sesuai yang tercantum dalam Pasal 89
Konstitusi Perancis dengan semboyan
“Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan”.
b. Konstitusinya tertulis,
c. Pemisahan kekuasaan legislative di tangan
parlement, eksekutif Presiden, dan Yudikatif
Badan Kehakiman.
d. Bentuk Parlemen di Prancis Bicameral,
terdiri dari Sidang Nasional (450 wakil15 Pamudji, Op Cit, hlm. 64-66.
29
rakyat yang dipilih untuk masa 5 tahun,
dan Senat 283 untuk masa 9 tahun).
e. Tidak terdapat Parliament Soverignity, Presiden
tidak dipilih oleh Parlemen, tetapi oleh
“electoral College” yang terdiri dari
wakil municipal (daerah-daerah) untuk masa
jabatan 7 tahun. Amandemen Konstitusi
1962, Presiden dipilih langsung oleh
rakyat, menunjuk dan mengangkat perdana
menteri, dan presiden dapat membubarkan
Sidang Nasional dengan berkonsultasi pada
Ketua Sidang Nasional dan Ketua senat.
f. Cabinet terdiri dari Dewan Menteri yang
dipimpin oleh Perdana Menteri. Tugas
Perdana Menteri adalah memimpin langsung
pelaksanaan Pemerintahan. Cabinet dapat
dijatuhkan oleh Parlemen.
g. Dewan Konstitusi, yaitu dewan yang
beranggotakan 9 orang yang diangkat secara
sah oleh Presiden. Tugas utamanya adalah:
Mengawasi ketertiban dalam proses
pemilihan Presiden dan parlemen.
Mengawasi pelaksanaan referendum,
Mengawasi agar tidak ada undang-
undang yang bertentangan dengan
konstitusi.
30
Melakukan pengujian terhadap undang-
undang organic sebelum diundangkan
dan peraturan rumah tangga Dewan
Nasional dan Senat sebelum diterapkan
untuk menyesuaikan naskah-naskah
dengan undang-undang Dasar.
h. Civil Service, yang menterjemahkan kehendak
Parlemen ke dalam hak-hak kehidupan dan
memaksakan kewajiban kepada warga
Perancis.
i. Pemerintahan Daerah, dilaksanakan dengan
sistem dekonsentrasi bersamaan dengan
desentralisasi. Sistem di Perancis hampir
sama dengan di Indonesia, dimana diamping
adanya daerah administrative tetapi
terdapat juga daerah otonom.
j. Kekuasaan peradilan, berada di tangan para
hakim yang diangkat oleh eksekutif. Badan
peradilan terbagi dalam 2 hirarki; pertama
peradilan hukum biasa (common law) dan
meningkat keatas yaitu peradilan kasasi
(court of Casation); kedua adalah
peradilan hukum administrative dan
meningkat ke Council d’Etat.
3.2.3 Ciri-ciri Konstitusi Perancis
31
Ciri pokok Konstitusi Kelima ini ialah
memperkuat kedudukan eksekutif; meningkatkan
ketidak tergantungan kekuasaan yang dipimpinnya,
dan dengan sendirinya membatasi perilaku yang
berlebih-lebihan dari partai-partai politik dalam
badan legislative. Walaupun konstitusi Perancis
dapat berubah sesuai dengan kondisi sosial, namun
di Perancis berlaku pendapat bahwa undang-undang
itu suci dan tidak dapat diganggu gugat, undang-
undang dianggap sebagai keinginan dan pendapat
masyarakat, maka kedaulatan rakyat itu harus
diwujudkan dalam undang-undang.
Menurut Philipus M. Hadjon,16 Mahkamah
konstitusi perancis hanya melakukan pengawasan
preventif, misalnya pengujian terhadap undang-
undang dimungkinkan jika undang-undang tersebut
belum diundangkan, pengujian terhadap perjanjian
internasional dimungkinkan jika belum
diratifikasi. Konstitusi Perancis dalam kaitannya
mengenai otonomi, konstitusi hanya untuk
memperkuat pemerintah local di Perancis dan untuk
mencapai koordinasi fungsi-fungsi yang lebih baik
dan efektif antara kekuasaan Negara dengan unit
pemerintahan daerah.
16 Nuruddin Hady, Op.Cit,.hal. 82.
32
Prosedur Perubahan dalam Konstitusi Perancis
sangat berbeda dengan Konstitusi Amerika Serikat.
Metode amandemen konstitusi Republik Perancis
ditetapkan dalam Pasal 89, maka inisiatif untuk
meng-amandemen konstitusi bearada ditangan: (i)
Presiden Republik, (ii) usulan Perdana Menteri, (iii)
usulan dari anggota parlemen.
Sebuah rancangan konstitusi harus ditetapkan
oleh kedua Dewan dalam rumusan yang sama. Revisi
menjadi sah setelah disetujui melalui referendum.
Jadi Amandemen bisa bersifat definitive (pasti),
hanya setelah mendapat persetujuan lewat
referendum. Meskipun demikian usul amandemen tidak
harus diajukan lewat referendum jika Presiden
Republik memutuskan untuk mengajukannya kepada
parlemen dalam sidang kongres. Sidang Kongres akan
menyetujui rancangan perubahan, hanya jika
diterima oleh mayoritas 3/5 suara. Selanjutnya
dalam Pasal 89 menyebutkan; “prosedur amandemen
tidak boleh dilaksanakan atau diikuti jika
membahayakan integritas wilayah”, atau keutuhan
wilaya Republik terancam”, dan dalam usul
perubahan tersebut bentuk pemerintahan Republik
tidak boleh menjadi usulan amandemen.
33
BAB IV
KESIMPULAN
Dari penjelasan dan pembahasan mengenai Konstitusi
Amerika Serikat dan Konstitusi Perancis, maka dapat
disimpulkan beberapa perbedaan dan persamaan, antara
lain:
34
1. Konstitusi Amerika Serikat setelah disyahkan
oleh Konfederasi Amerika di Philadelphia pada
tahun 1787, bersamaan dengan “Declaration of
Independen” rumusan Thomas Jefferson, dianggap
sebagai Konstitusi yang akan berlaku sepanjang
masa. Sedangkan Konstitusi Perancis setiap saat
dapat diganti apabila Perancis terjadi gejolak
politik yang mengakibatkan perubahan struktur
politik sosial yang mendasar.
2. Jika dilihat melalui konstitusi kedua Negara
antara Amerika Serikat dan Perancis, Amerika
Serikat menganut bentuk Negara Federal dengan
memberikan otonomi kepada tiap-tiap Negara
bagian. Sedangkan Perancis menganut bentuk
Negara Kesatuan.
3. Persamaan yang dimiliki oleh Konstitusi Amerika
Serikat dengan Konstitusi Perancsi adalah kedua
Konstitusi mengutamakan prinsip-prinsip hak
asasi manusia.
4. Antara Perancis dan Amerika Serikat dalam
parlemen menganut sistem Bikameral.
5. Dalam pelaksanaan otonomi untuk masing-masing
daerah (Negara bagian) baik di Amerika Serikat
maupun Perancis Konstitusi menjamin hak-hak
negara bagian dalam melaksanakan administrative
wilayahnya.
35
6. Dalam perubahan konstitusi, konstitusi di
Amerika hanya dapat dilakukan oleh Kongres,
sedangkan di Perancis dapat dilakukan oleh
Presiden, Perdana Menteri maupun parlemen, hal
ini dapat membuktikan bahwa pelaksanaan
konstitusi di Amerika Serikat bersifat kaku
(regid) dibandingkan di Perancis.
Jadi pada intinya, penulis menyimpulkan bahwa
setiap Negara dalam proses amandemen terhadap
konstitusinya, selain memiliki mekanisme dan prosedur
amandemen yang berbeda, juga terdapat materi-materi
dalam konstitusi yang sudah disepakati secara bersama
untuk tidak bisa dirubah dan bersifat mutlak.
36
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Daud, Abu Busroh dan Abu Bakar busroh, Azas-azas Hukum
Tata Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1991.
Hady, Nuruddin, Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi: Paham