PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI KRIM ANTIACNE MINYAK CENGKEH DENGAN EMULGEL ANTIACNE MINYAK CENGKEH TERHADAP Staphylococcus epidermidis SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Dwitiya Kusuma NIM : 06 8114 148 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
89
Embed
PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI KRIM ANTIACNE … · minyak atsiri dengan komponen utama golongan fenol, yaitu eugenol (87%) (Alma, Ertas, Nitz, Kollmannsberger, 2007). Berdasarkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI KRIM ANTIACNE MINYAK
CENGKEH DENGAN EMULGEL ANTIACNE MINYAK CENGKEH
TERHADAP Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Dwitiya Kusuma
NIM : 06 8114 148
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI KRIM ANTIACNE MINYAK
CENGKEH DENGAN EMULGEL ANTIACNE MINYAK CENGKEH
TERHADAP Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Dwitiya Kusuma
NIM : 06 8114 148
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
iii
iv
v
Ia membuat segala sesuatu
indah pada waktunya, bahkan
Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Tetapi
manusia tidak dapat
menyelami pekerjaan yang
dilakukan Allah dari awal
sampai akhir
(PKH 3:11)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Papi, Mami, Koko, dan segenap Keluarga tercinta,
Dia yang kusayang,
Sahabat-sahabatku, Teman-teman Farmasi Angkatan 2006
dan Almamaterku yang kubanggakan
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang
berjudul “Perbandingan Daya Antibakteri Krim Antiacne Minyak Cengkeh
dengan Emulgel Antiacne Minyak Cengkeh terhadap Staphylococcus epidermidis”
ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm.).
Selesainya penulisan laporan penelitian ini, tidak terlepas dari bantuan
baik berupa bimbingan, dukungan, sarana, maupun finansial dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Indhra Ristanto dan Ita Tineke N. F., selaku orang tua penulis yang selalu
menyayangi, berusaha, mendukung, dan percaya kepada penulis.
2. Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan dukungan, semangat, serta perhatian kepada
penulis selama proses penelitian ini.
4. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., selaku dosen penguji atas kesediaannya
menguji penulis, serta kritik dan saran yang membangun penulis.
Eka, teman-teman kos Dewi, serta Stephanie Puspita Sari, atas dukungan,
bantuan, dan kebersamaan, serta persahabatan yang tak tergantikan.
13. Grace Felicyta K., Sihendra, Verysa Budianto, Nita Maharani, Maria Intan
Josi, R.R. Kusumo Wardani, Octavianus Rico, Linawati Buntoro, Irene A.,
selaku teman seperjuangan di laboratorium lantai 1, atas bantuan, dukungan,
saran, dan kebersamaannya.
14. Regina Citra D. dan Dewi Susanti, selaku teman seperjuangan di lantai 3, atas
dukungan dan kebersamaannya.
ix
15. Teman-teman seperjuangan selama penelitian, atas kebersamaan, dukungan,
berbagi suka dan duka selama penelitian dan penyusunan skripsi.
16. Teman-teman kelompok E4, Thomas Anggun. D. P., Prasetya Jati, Handayani,
Vita Felicia, serta teman-teman FST 2006 atas kebersamaan dan dukungan,
serta canda tawa selama ini, kenangan yang tidak akan terlupakan.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu
penulis dalam proses penelitian dan menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun dan berguna bagi penelitian selanjutnya. Harapan penulis, agar
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 29 Januari 2010
Penulis
x
xi
INTISARI
Minyak cengkeh (clove oil) memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis yang merupakan salah satu bakteri penyebab jerawat. Sediaan krim dan emulgel merupakan suatu sistem emulsi, sehingga dapat dipakai untuk memformulasikan minyak cengkeh sebagai sediaan topikal antiacne.Penambahan gelling agent pada sediaan emulgel, semakin membatasi pelepasan minyak cengkeh yang terdapat pada fase minyak dalam sistem emulsi, sehingga diprediksi dapat mempengaruhi pelepasan minyak cengkeh dari basis emulgel, sedangkan pada krim, minyak cengkeh hanya dibatasi oleh sistem emulsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berbeda bermakna atau tidak, dayaantibakteri krim antiacne minyak cengkeh dengan emulgel antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis dengan parameter diameter zona hambat yang dihasilkan oleh sediaan topikal antiacne minyak cengkeh.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik non-parametrik Kruskall-Wallis dan post hoc Mann-Whitney, untuk mengetahui signifikansi perbedaandaya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidispada media Muller Hinton Agar (MHA).
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diketahui bahwa daya antibakterikrim antiacne minyak cengkeh berbeda tidak bermakna dengan emulgel antiacne minyak cengkeh. Perbedaan yang tidak bermakna ini diprediksi karena adanya interaksi minyak cengkeh dengan basis, terkait dengan afinitasnya, sehingga mempengaruhi pelepasan minyak cengkeh dari basis sediaan topikal antiacneminyak cengkeh.
Kata kunci: minyak cengkeh, antiacne, krim, emulgel, S. epidermidis
xii
ABSTRACT
Clove oil has an antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis, which is one of many bacterias contributing to acne. Cream and emulgel are emulsion systems, so it can be used to formulate the clove oil antiacne topical preparations. The addition of gelling agent in emulgel may affect the release of clove oil from the dosage form, whether on creams, the release of clove oil may only be determined by clove oil phase. A study to compare the potential of antibacterial provided by antiacne of clove oil cream and antiacne of clove oil emulgel which were indicated from the diameter of inhibition area on the growth of S. epidermidis had been conducted..
This research was an experimental analytical study using non parametric statistic i.e. Kruskall-Wallis and Mann-Whitney as the post hoc, to compare theantibacterial potential of antiacne of clove oil topical preparations on S. epidermidis in Muller Hinton Agar (MHA) media.
The result showed that the antibacterial potention of antiacne of clove oil cream and antiacne of clove oil emulgel were not significantly different. It mightbe due to the affinity of clove oil with the base, which could affect clove oil release from the antiacne of clove oil topical base preparation.
Keywords : clove oil, anti acne, cream, emulgel, S. epidermidis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................ x
INTISARI................................................................................................... xi
ABSTRACT ................................................................................................ xii
DAFTAR ISI............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xix
BAB I PENGANTAR................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Keaslian Penelitian.......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
Lampiran 9 Pengukuran uji sifat fisik sediaan topikal antiacne................. 57
Lampiran 10 Pengukuran diameter zona hambat sediaan topikal
antiacne terhadap S. epidermidis ............................................ 58
Lampiran 11 Uji daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak
cengkeh dengan metode difusi sumuran ................................. 59
Lampiran 12 Hasil perhitungan statistik sifat fisik sediaan topikal
antiacne minyak cengkeh........................................................ 61
Lampiran 13 Hasil perhitungan statistik perbandingan daya
antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh
pada pengamatan 12, 24, dan 48 jam ...................................... 63
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Jerawat (acne) merupakan suatu proses peradangan kronik pada kelenjar
pilosebasea. Faktor pendukung utama dari timbulnya jerawat adalah proses
hiperkeratinisasi folikuler, yang menyebabkan terjadi penyumbatan pada folikel
tersebut. Peningkatan sekresi sebum yang distimulasi oleh kelenjar pilosebasea
pada folikel yang tersumbat ini, menyediakan lingkungan yang kondusif bagi flora
alami kulit untuk berkembang biak, sehingga terjadi peradangan pada folikel
tersebut (DiPiro, et.al., 2005).
Cengkeh (Eugenia caryophyllata Thunb.) merupakan salah satu jenis
tanaman rempah yang banyak ditemukan di Indonesia. Dari beberapa bagian
tanaman cengkeh, seperti kuncup bunga, gagang, dan daun, dapat diperoleh
minyak atsiri dengan komponen utama golongan fenol, yaitu eugenol (87%)
(Alma, Ertas, Nitz, Kollmannsberger, 2007). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Gupta, Garg, Uniyal, dan Kumari (2008), minyak cengkeh (Oleum
Caryophylli) memiliki kemampuan antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri
patogen, salah satunya adalah S. epidermidis, yang merupakan salah satu jenis
flora alami pada kulit pendukung terjadinya jerawat. Melalui penelitian Gupta et.
al. (2008) diketahui bahwa minyak cengkeh mampu menghasilkan diameter zona
hambat hingga 20 mm terhadap S. epidermidis dan Minimum Inhibition
Concentration (MIC) dari minyak cengkeh adalah 2,5%. Kemampuan daya
2
antibakteri yang dimiliki oleh minyak cengkeh terhadap S. epidermidis,
menjadikan minyak cengkeh memiliki potensi untuk diformulasikan menjadi
suatu sediaan antiacne.
Krim merupakan sediaan semisolid yang juga merupakan jenis dari
sediaan ointment dengan konsistensi yang lebih halus (Jenkins, Francke, Brecht,
dan Sperandio, 1957). Uniknya, krim terbentuk dari hasil emulsifikasi antara fase
minyak dan fase air dengan bantuan emulsifying agent. Emulgel juga merupakan
sistem semisolid modifikasi dari gel, yang terdiri dari suatu sistem emulsi yang
ditambahkan gelling agent. Penambahan gelling agent pada sistem emulsi
mengakibatkan pergerakan medium dispersi menjadi terbatas akibat adanya
sistem matriks dari gelling agent (Allen, 2002), sehingga pelepasan bahan aktif
yang ada dibatasi oleh keberadaannya di dalam emulsi dan sistem matriks gelling
agent. Berbeda halnya dengan krim, di mana pelepasan bahan aktifnya hanya
dibatasi oleh keberadaannya di dalam emulsi.
Dengan adanya pembatasan sistem pada kedua sediaan topikal tersebut,
maka krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne minyak cengkeh
diprediksi memiliki afinitas bahan aktif dengan basis sediaan yang berbeda,
sehingga mempengaruhi pelepasan bahan aktif dari basis ,yang akan
mempengaruhi efektivitas sediaan topikal antiacne dalam menghambat
pertumbuhan bakteri pendukung jerawat.
3
B. Perumusan Masalah
Apakah daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna
dengan daya antibakteri emulgel antiacne minyak cengkeh dalam menghambat
pertumbuhan S. epidermidis?
C. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian
mengenai perbandingan daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh
dengan emulgel antiacne minyak cengkeh belum pernah dilakukan.
Adapun penelitian yang terkait yang pernah dilakukan adalah
Kemampuan Pelepasan dan Daya Antibakteri Kloramfenikol dari Sediaan
Krim dan Produk Paten Salep (Hartati, 1994).
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai
pengembangan formulasi dan perbandingan efektivitas sediaan topikal
antiacne.
2. Manfaat praktis
Menghasilkan krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne
minyak cengkeh yang efektif dalam menghambat pertumbuhan S.
epidermidis.
4
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mendapatkan bentuk sediaan topikal antiacne dengan bahan aktif
yang berasal dari bahan alam yaitu minyak cengkeh yang memiliki
efektivitas terapi lebih baik serta memenuhi karakter sebagai sediaan
topikal.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh
berbeda bermakna atau tidak dengan daya antibakteri emulgel antiacne
minyak cengkeh dalam menghambat atau membunuh S. epidermidis.
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Jerawat (Acne)
Gambar 1. Patofisiologi jerawat (acne) (Anonim, 2009)
Jerawat (acne) disebabkan karena adanya hiperkeratinisasi folikuler,
sehingga terjadi penumpukan keratin pada folikel yang dapat menyumbat folikel
tersebut. Selain itu, terjadi sekresi sebum berlebih yang dikarenakan adanya
stimulasi hormon androgen terhadap kelenjar sebasea, sehingga sebum
terperangkap di dalam folikel (Dipiro, et.al., 2005). Terperangkapnya sebum di
dalam folikel ini menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan flora
alami kulit, sehingga mampu bertumbuh dengan baik, dan mengakibatkan
terjadinya inflamasi pada folikel (Walters dan Roberts, 2008). Propionibacterium
acnes dan S. epidermidis merupakan flora alami pada kulit dan merupakan
mikrobia utama penyebab jerawat (Bialecka, et. al., 2005). Persentase keberadaan
S. epidermidis di kulit sekitar 85-100 % menunjukan bahwa S. epidermidis
merupakan flora alami yang ada di kulit (Pelczar dan Chan, 1988).
6
S. epidermidis merupakan salah satu jenis mikrobia patogen Gram Positif
berbentuk bulat dengan ukuran berkisar 0,5-1,5 µm. S. epidermidis memiliki
karakteristik produksi lapisan film pada dinding sel, yang merupakan hasil sekresi
dari teichoic acid. Adanya pembentukan lapisan hasil sekresi tersebut
menyebabkan mikrobia ini menjadi patogen (Anonim, 2009).
B. Minyak Cengkeh
Minyak cengkeh merupakan minyak essensial yang berasal dari tanaman
cengkeh (Eugenia caryophyllata Thunb.), yang termasuk famili Myrtaceae.
Sinonim nama tanaman cengkeh yaitu: Syzygium aromaticum, Caryophyllus
aromaticus L., Eugenia aromatic (L.) Baill. (Anonim, 2002 b)
Gambar 2. Morfologi tanaman cengkeh (Anonim, 2002 a)
1. Deskripsi Minyak Cengkeh
Minyak cengkeh merupakan minyak yang mudah menguap, yang
berasal dari bunga kering tanaman cengkeh, berupa cairan berwarna kuning
pucat dan menjadi semakin gelap serta kental karena penyimpanan, tidak larut
7
dalam air; larut 2 bagian dalam 70% alkohol; sangat larut dalam alkohol kuat,
eter, asam asetat glasial. 1,035 – 1,060; < -1010’ ; 1,530; titik
didih sekitar 2500C (Anonim, 1995 b).
Minyak cengkeh dapat diperoleh dari kuncup bunga, gagang, maupun
bagian daun cengkeh, di mana kandungan minyak cengkehnya berturut-turut
adalah 15-18%, 4-6%, dan 2% (Lis-Balchin, 2006).
2. Kandungan Kimia
Komponen utama dalam minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol
asetat, β-caryophyllene, dan α-humulene. Minyak cengkeh dari bagian
tanaman cengkeh yang berbeda, memiliki kandungan minyak cengkeh dengan
konsentrasi yang bervariasi.
Tabel I. Kandungan kimia minyak cengkeh (Lis-Balchin, 2006)Kuncup bunga cengkeh (%)
Gagang cengkeh (%)
Daun cengkeh (%)
Eugenol 82-88 85-90 75-90Eugenol asetat 11-27 Kurang dari 5 Kurang dari 10 β-caryophyllene Kurang dari 16 2,5-3,5 15-19α-humulene Kurang dari 2 0,3-0,4 1,5-2,5
3. Kegunaan
Minyak cengkeh dapat diaplikasikan lokal dan eksternal untuk
perawatan sakit gigi, dan infeksi minor pada mulut dan kulit. Minyak cengkeh
juga digunakan sebagai antiseptik pada luka terbuka ringan dan dapat
digunakan sebagai penurun demam, serta aroma terapi.
Menurut penelitian Gupta, et al. (2008), minyak cengkeh juga
memiliki daya antibakteri terhadap beberapa jenis mikrobia patogen seperti,
8
S. aureus, S. epidermidis, Bacillus subtilis, B. cereus, Bacillus sp., Listeria
Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa daya antibakteri krim antiacne
minyak cengkeh tidak berbeda dengan emulgel antiacne minyak cengkeh,
sehingga bertentangan dengan hipotesis yang diambil, di mana daya antibakteri
sediaan topikal antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna.
Secara teori, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelepasan bahan
aktif yaitu faktor fisika kimia sediaan dan faktor biologis dari bakteri. Dari faktor
fisika kimia meliputi kelarutan bahan aktif terhadap basis sediaan, lama difusi,
serta viskositas. Faktor biologis dari bakteri meliputi pertumbuhan bakteri dan
aktivitas antibakteri. Pada penelitian ini, viskositas sediaan topikal antiacne dan
lama difusi bahan aktif telah dikontrol. Dari hasil yang didapat, viskositas krim
antiacne minyak cengkeh tidak berbeda dengan emulgel antiacne minyak
cengkeh, dan lama difusi bahan aktif dikontrol melalui pengamatan yang
dilakukan 3 kali, yaitu 12, 24, dan 48 jam. Dari faktor biologis bakteri,
44
pertumbuhan bakteri juga telah dikontrol dengan adanya kontrol pertumbuhan
bakteri dan pertumbuhan bakteri yang merata dalam cawan petri.
Dengan demikian, faktor yang diprediksi sebagai penyebab terjadinya
perbedaan data dengan hipotesis yang diambil adalah mengenai kelarutan bahan
aktif terhadap basis sediaan topikal antiacne. Pada emulgel antiacne minyak
cengkeh memiliki kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan krim antiacne
minyak cengkeh, karena basis pada emulgel yang menggunakan Carbopol 940
sebagai gelling agent, bersifat lebih hidrofil dibandingkan dengan basis krim
antiacne minyak cengkeh yang menggunakan Beeswax sebagai pembentuk sistem
emulsi yang membedakan dari kedua formula sediaan topikal antiacne pada
penelitian ini, sehingga kelarutan serta afinitas minyak cengkeh lebih lemah
berada pada basis yang bersifat lebih hidrofil, sehingga mempengaruhi kecepatan
difusi dari minyak cengkeh, di mana semakin cepat difusi bahan aktif, semakin
banyak jumlah agen antibakteri yang dilepaskan (Kavanagh, 1974). Pengaruh
kecepatan difusi tersebut ditunjukkan dari diameter zona hambat yang dihasilkan
oleh emulgel antiacne minyak cengkeh pada pengamatan jam ke-12, lebih besar
dibandingkan dengan krim antiacne minyak cengkeh, walaupun secara statistik
tidak dikatakan berbeda.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne minyak cengkeh
tidak berbeda dalam kemampuannya menghambat atau membunuh S.epidermidis.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan studi tipe sediaan lain, seperti oleogel, untuk meningkatkan
efektivitas daya antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri yang berhubungan
dengan jerawat.
2. Perlu dilakukan optimasi formula dan proses pembuatan sediaan topikal
antiacne minyak cengkeh untuk mendapatkan formula dan proses pembuatan
yang optimum.
3. Perlu dilakukan uji iritasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap
hewan uji untuk memastikan keamanannya.
46
DAFTAR PUSTAKA
Alma, M. H., Ertas, M., Nitz, S., Kollmannsberger, H., 2007, Chemical Composition and Content of Essential Oil from the Bud of Cultivated Turkiish Clove (Syzygium aromaticum L.), BioResources, 2 (2), 265-269
Allen, L. V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Ed., 301, 308-310, United State of America: American Pharmaceutical Association
Allen, L. V., Popovich, N. G., Ansel, H. C., 2005, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System, 8th Ed., 381, 424, Lippincott Williams and Wilkins, USA.
Anonim, 1995 a, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 6-8, 1030, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1995 b, The United State Pharmacopeia: The National Formulary, 12250, USPC Inc., United State of America
Anonim, 1998, Mayo Foundation for Medical Education and Reserch (MFMER), http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM01841, diakses tanggal 12 Januari 2010
Anonim, 2002a, Herbdata New Zealand, http://www.herbdatanz.com/clove_usd1926_picture_monograph.htm, diakses tanggal 15 Desember 2009
Anonim, 2002 b, Flos Caryophylli, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Volume 2, 45-52, World Health Organization, Geneva
Anonim, 2004, Snowdrift Farm Inc., http://www.snowdriftfarm.com/what_is_hlb.html, diakses tanggal 1Januari 2010
Anonim, 2009, EMBL-EBI, http://www.ebi.ac.uk/2can/genomes/bacteria/Staphylococcus_epidermidis.html, diakses tanggal 30 Agustus 2009
Anonim, 2009, EMBL-EBI http://www.ebi.ac.uk/2can/genomes/bacteria/Staphylococcus_epidermidis.html, diakses tanggal 30 Agustus 2009
Bialecka, A., Mak. M., Biedron. R., Bobek. M., Kasprowicz. A., Marcinkiewicz. J., 2005, Different Pro-inflammatory and Immunogenic Potentials of
47
Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis: Implications for Chronic Inflammatory Acne, Arch Immunol Ther Exp (Warsz), 53 (1), 79-85
Bonang, G dan Koeswardono, E. S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran untukLaboratorium dan klinik, 190, Gramedia, Jakarta
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M., 2005, Pharmacotheraphy: A Pathophysiologic Approach, 6th ed., 1755-1757, The McGraw-Hill Companies, Inc., United State of America
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., & Singla, A., 2002, Spreading of Semisolid Formulation: An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84-102, www. pharmtech.com, diakses tanggal 20 Agustus 2009
Gupta, C., Garg, A. P., Uniyal, R. C., Kumari, A., 2008, Antimicrobial Activity of Some Herbal Oils Against Common Food-Borne Pathogens, African Journal of Microbiology Research, 2, 258-261
Hartati, S., 1994, Kemampuan Pelepasan dan Daya Antibakteri Kloramfenikol dari Sediaan Krim dan Produk Paten Salep, Majalah Farmasi Indonesia, 5 (2), 81-86
Jawetz, E., Melnick, J., & Adelberg, E., 1995, Medical Microbiology, 20, 160,627-629, Kedokteran EGC, Jakarta
Jenkins, G. L., Francke D. E., Brecht E. A., dan Sperandio G. J., 1957, Ointments and Ointment-type Preparations, The Art of Compounding, 338, McGraw-Hill Book Company, Inc., United State of America
Jutono, Joedoro, S., Sri Hartadi, Siti Kabirun, S., Suhardi, dan Soesanto, 1980,Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum, 73, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Lis-Balchin, M., 2006, Aromatheraphy: A Guide for Healthcare Professionals, Edisi 1, 170-173, Pharmaceutical Press, London
Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, ,Universitas Indonesia Press,Jakarta
Nassar, M. I., Gaara, A. H., El-Ghorab, A. H., Farrag, A. H., Shen, H., Huq, E., et.al., 2007, Chemical Constituents of Clove (Syzygium aromaticum, Fam.
48
Myrtasceae) and Their Antioxidant Activity, Laporan Penelitian, University of Texas at Austin, Austin, United State of America
Parwata, I. M. O. A. dan Dewi, P. F. S., 2008, Isolasi dan Uji AKtivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galangal L.), Jurnal Kimia 2 (2), 100-104
Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 188-191, Erlangga, Jakarta
Pelczar, M. J., dan Chan, E. C., 1988, Mikrobiota Normal Tubuh Manusia, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 249-251, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta
Pena, L. E., 1990, Gel Dossage Forms: Theory, Formulation, and Processing. In Osborne, D. W., dan Amann, A. H., Topical Drug Delivery Formulations381-387, Marcel Dekker Inc., New York.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed., 110-113, 779-780, Royal Pharmaceutical Society,United State of America
Sagarin, E., 1957, Cosmetic Science and Technology, 147-181, Interscience Publisher, Inc., London.
Walters, H. A., & Roberts, M. S., 2008, Dermatologic, Cosmeceutic, and Cosmetic Development: Therapeutic and Novel Approaches, 162, 243, Informa Healthcare USA, Inc., New York.
Zatz, J. L., dan Kushla, G. P., 1996, Gels, Lieberman, H. A., Rieger, M. M., Banker, G. S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, Volume 2, 399-415, Marcel Dekker Inc., New York
49
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analyse (CoA) Clove Stem Oil
50
Lampiran 2. Surat keterangan S. epidermidis
51
Lampiran 3. Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh CV Indaroma