Page 1
PERBANDINGAN BERITA HEADLINE (Analisis Framing)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berita headline (berita utama) mencerminkan perhatian
terhadap peristiwa tertentu. Headline dalam sebuah surat
kabar merupakan representasi dari media itu sendiri dalam
memandang penting tidaknya suatu peristiwa. Pemilihan
headline sangat berpengaruh pada khalayak pembacanya.
Terutama masyarakat yang daya kritis dan analitiknya kurang.
Pengaruh media massa terutama berita headline terhadap
masyarakat ditanggapi ketua umum Partai Hanura, Wiranto
terkait Pemilu mendatang. Inggried Dwi Wedhaswary dalam
kompas.com mengutip pernyataan Wiranto. Calon Wakil Presiden
pasangan Jusuf Kalla itu mengatakan pers memegang peranan
penting dalam Pemilu mendatang bagi Indonesia yang
didominasi masyarakat tradisional, daya analitiknya rendah.
Sehingga apa yang disajikan media, itu yang diikuti.
Page 2
Setiap media dalam memandang suatu peristiwa mempunyai
peluang berbeda dalam mengkonstruksikannya. Sehingga boleh
jadi satu peristiwa yang sama bisa berbeda dalam
penyajiannya. Sesuai dengan sudut pandang mana memandangnya.
Atau sangat mungkin dirasuki oleh ideologi dan kepentingan
tertentu. Sehingga peristiwa satu bisa dinggap penting oleh
media yang satu, tapi tidak bagi yang lain. Tergantung pada
siapa dalam media itu.
Amin Rais pernah menggambarkan posisi media sebagai
layaknya ’anjing penjaga’. Mudah dikendalikan pemiliknya dan
media tak ubahnya sebagai ’sirkus’ semata yang gampang
dikendalikan oleh pihak yang punya kepentingan.
Dalam pemberitaan, terutama pemilihan headline media
dituntut untuk bersikap adil dan netral serta objektif.
Namun pada kenyataan tidak. Sangat banyak peristiwa yang
sebenarnya sangat krusial namun media cenderng
mengabaikannya. Sebagai contoh kasus model Indonesia,
Manohara Adelia Pinot yang cenderung dibesar-besarkan namun
Page 3
pada saat bersamaan terjadi penertiban PKL yang menyebabkan
meninggalnya anak kecil.
Kasus lain, pada saat SBY berkunjung ke Korea Selatan
dan Vietnam, media ramai-ramai meliput itu dan sanga sedikit
ruang untuk demonstrasi besar-besaran para buruh menuntut
kenaikan gaji mereka. Di sinilah terlihat bagaimana media
membingkai sebuah peristiwa sehingga seolah-olah sangat
penting walau pada hakikatnya biasa-biasa saja. Karena
mereka punya kepentingan.
Media massa pada dasarnya sangat sulit bersikap netral
karena mereka dihantui oleh berbagai kepentingan. Belum lagi
aspek ideologi. Berbagai kepentingan, baik bisnis maupun
politik sangat berpengaruh pada bagaimana membingkai
peristiwa terntentu.
Dalam proses perkembangan kebudayaan manusia,
komunikasi massa menjadi proses dan bidang ilmu komunikasi
yang mempunyai tingkat pengaruh yang cukup penting pada
kehidupan manusia sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa dalam
perkembangan manusia, komunikasi massa memainkan peranan
Page 4
penting bagi perubahan dan dinamika sosial manusia. Berita,
dalam konteks komunikasi massa yang berkembang sampai
sekarang, selalu muncul dalam benak dan pikiran manusia.
Berita yang disusun dalam benak manusia bukan merupakan
peristiwa manusia. Berita bukan adalah peristiwa itu
sendiri. Berita merupakan usaha rekonstruksi kerangka
peristiwa yang terjadi. Berita dalam konteks komunikasi
massa, lebih merupakan inti yang disesuaikan dengan kerangka
acuan yang dipertimbangkan agar peristiwa itu memiliki makna
bagi para pembacanya.
Berita dalam kapasitasnya sebagai pembentuk dan
dinamisator pengolahan interpretasi atas peristiwa manusia,
menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembentukan
konstruk sosial. Berita, pada titik tertentu, sangat
mempengaruhi manusia merumuskan pandangannya tentang dunia.
Pandangan terhadap dunia adalah bingkai yang dibuat oleh
manusia untuk menggambarkan tentang apa dan bagaimana dunia
dipahami. Berbagai pengalaman hidup manusia dimaknai dalam
bingkai tersebut. Tanpa adanya bingkai yang jelas, kejadian,
Page 5
peristiwa dan pengalaman manusia akan terlihat “kacau” dan
chaos. Bingkai pengalaman dapat dilihat sebagai “skenario
awal” yang memposisikan setiap pengalaman dan peristiwa
dalam plot cerita yang kurang lebih runtut, rasional dan
sistematis.
Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu
kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi
dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal
ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual
secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi,
mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas-desus),
bersifat umum dan terbuka.
Surat kabar lahir di abad tujuh belas di mana sudah
terdapat pemisahan yang jelas antara surat kabar pemerintah
dan surat kabar komersial. Namun, surat kabar pemerintah
lebih sering dijadikan corong penguasa saat itu. Hal ini
berbeda dengan surat kabar komersial. Pengaruh surat kabar
komersial merupakan tonggak penting dalam sejarah komunikasi
Page 6
karena lebih menegaskan perannya dalam pelayanan masyarakat
dan buka sebagai terompet penguasa.
Sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi
lawan yang nyata atau musuh penguasa mapan. Secara khusus,
surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Citra pers
yang dominan dalam sejarah selalu dikaitkan dengan pemberian
hukuman bagi para pengusaha percetakan, penyunting dan
wartawan, perjuangan untuk memperoleh kebebasan pemberitaan,
pelbagai kegiatan surat kabar untuk memperjuangkan
kemerdekaan, demokrasi, dan hak kelas pekerja, serta peran
yang dimainkan pers bawah tanah di bawah penindasan kekuatan
asing atau pemerintahan diktator. Penguasa mapan biasanya
membalas persepsi diri surat kabar yang cenderung tidak
mengenakan dan menegangkan bagi kalangan pers.
Terlepas dari adanya kemunduran besar, sejarah juga
mencatat adanya kemajuan yang pesat dan menyeluruh dalam
rangka mewujudkan kebebasan mekanisme kerja pers. Kemajuan
itu kadangkala menimbulkan sistem pengendalian yang lebih
ketat terhadap pers. Pembatasan hukum menggantikan tindak
Page 7
kekerasan, termasuk penerapan beban fiskal. Dewasa ini,
institusionalisasi pers dalam sistem pasar berfungsi sebagai
alat pengendali sehingga surat kabar modern sebagai badan
usaha besar justru menjadi lebih lemah dalam menghadapi
semakin banyak tekanan dan campur tangan.
Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata
menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa,
pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita
akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan
objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang
memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam
terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita
menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang
penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis
terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.
Misalnya, analisis tentang Ekonomi Pancasila. Ekonom
yang memiliki ideologi sosialis akan menulis dengan analisis
yang dibumbui ideologinya. Demikian pula dengan penulis yang
memiliki latar belakang kapitalis. Meskipun keduanya
Page 8
memiliki data-data yang sama, tapi hasil analisis keduanya
pasti akan memiliki cita rasa ekonomi sosialis dan
kapitalis.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri
terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang
seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan
memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri.
Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis (atau
institusi pers: Kompas, Republika, Jawa Pos, dan lain-lain)
menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari
terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan
fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan
ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap
pers. Dari berbagai asumsi dasar di atas, maka penulis
mengangkat judul :
Perbandingan Berita Headline Pada Halaman Depan AntaraHarian Fajar dan Harian Tribun Timur Periode Agustus-
Desember 2009
(Analisis Framing)
B. Rumusan Masalah
Page 9
Dari Latar Belakang di atas, maka penulis dapat menarik
rumusan masalah :
1. Bagaimana perbandingan kecenderungan tema yang diangkat
sebagai headline antara harian Fajar dan Tribun Timur
periode Agustus-Desember 2009.
2. Tema-tema apa saja yang sering menjadi berita headline
pada halaman muka harian Fajar dan Tribun Timur
periode Agustus-Desember 2009.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbandingan kecenderungan tema
yang diangkat sebagai headline antara harian Fajar dan
Tribun Timur periode Agustus-Desember 2009.
2. Untuk mengetahui Ideologi di balik Tema-tema yang
sering menjadi berita headline pada halaman muka
harian Fajar dan Tribun Timur periode Agustus-
Desember 2009.
Page 10
b. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teroritis
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
sumbangsih teoritis bagi pengembangan ilmu komunikasi,
khususnya bagi pengembangan penelitian yang bersifat
analis framing.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
menjelaskan bagaimana Harian Fajar dan Tribun Timur
membingkai dan memandang suatu peristiwa.
D. Kerangka Konseptual Penelitian
a. Studi tentang Headline
Headline dapat diartikan sebagai berita utama.
Secara bahasa head berarti kepala. Line berarti garis.
Jadi dapat diartikan kepala garis atau kepala berita.
Dalam media cetak, headline merupakan berita yang
paling banyak dibaca dan menarik perhatian. Jika
Page 11
peristiwa itu dijadikan headline maka pihak terkait
atau khalayak menganggapnya sebagai peristiwa penting.
Di sinilah media sangat berperan membentuk opini publik
(public opinion).
Headline yang peneliti maksud adalah berita utama
yang ditempatkan pada halaman depan surat kabar yang
diteliti. Hal ini menjadi pertimbangan karena headline
yang berada pada halaman depan adalah peristiwa yang
dianggap penting oleh pemilik dan orang-orang yang
berada di media tersebut.
Menurut Grand, M. Hyde dalam bukunya The Journalitic
Writing, mengatakan bahwa judul dalam sebuah surat kabar
dapat dinamakan headline. Sedangkan dalam Majalah
disebut heading atau titles.
Terdapat dua pengertian tentang headline. Headline
sebagai judul berita. Dan headline sebagai berita utama
yang ditonjolkan. Cirinya menggunakan huruf lebih besar
dibanding dengan yang lain.
Page 12
b. Analisis Framing pada Headline Harian Fajar dan Harian
Tribun Timur
Dalam analisis framing merupakan analisis
bagaimana media membingkai sebuah berita. Dalam
analisis ini yang ditekankan adalah bagaimana berita
dibingkai. Sisi mana yang ditekankan dan pada sisi mana
yang hendak dilupakan.
Menurut Panuju (2003:1), frame analysis adalah
analisis untuk membongkar ideologi di balaik penulisan
informasi. Robert N. Entman, seorang ahli yang
meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk
studi isi media, mendefinisikan framing sebagai seleksi
dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat
peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks
komunikasi. Dalam banyak hal seperti menyajikan secara
khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebab
akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian
sebagaimana masalah itu digambarkan.
Page 13
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar,
yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-
aspek tertentu dari realitas atau isu. Penonjolan
adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna,
lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh
khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau
mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami
suatu realitas.
Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media
dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang
lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan
menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang
mencolok (headline depan atau bagian belakang),
pengulangan, pemakaian label tertentu ketika
menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan,
asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi dan
simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk membuat
Page 14
dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi
bermakna dan diingat oleh khalayak.
Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh
wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Cara
pandang atau persfektif ini pada akhirnya menentukan
fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan
dan hendak dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita
tersebut.
Gamson dan Modigliani, peneliti yang konsisten
mengimplementasikan konsep framing, menyebut cara
pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengandung
konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan
(Eriyanto, 2002:217-287). Menurut mereka, frame adalah
cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu
wacana.
Page 15
Kemasan (package) adalah serangkaian ide-ide yang
menunjukkan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana
yang relevan. Package adalah semacam skema atau
struktur pemahaman yang digunakan individu untuk
mengonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan,
serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia
terima. Package tersebut dibayangkan sebagai wadah atau
struktur data yang terorganisir sejumlah informasi yang
menunjukkan posisi atau kecendrungan politik, dan yang
membantu komunikator untuk menjelaskan muatan–muatan di
balik suatu isu atau peristiwa.
Keberadaan suatu package terlihat dari adanya
gagasan sentral yang kemudian didukung oleh perangkat-
perangkat wacana seperti kata, kalimat, pemakaian
gambar atau grafik tertentu atau proposisi dan
sebagainya, awalnya elemen dan struktur wacana tersebut
mengarah pada ide tertentu dan mendukung ide sentral
suatu berita.
Page 16
Proses pemberitaan dalam organisasi media akan
sangat mempengaruhi frame berita yang akan
diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi
media tidak lepas dari latar belakang pendidikan
wartawan sampai ideologi institusi media tersebut. Ada
tiga proses framing dalam organisasi media. Proses
tersebut :
1. Proses framing sebagai metode penyajian realitas
dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak
diingkari secara total, melainkan dibalikkan
secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap
aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan
istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu,
dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat
ilustrasi lainnya.
2. Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari
proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja
di bagian keredaksian media cetak. Redaktur,
dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur
Page 17
pelaksana, menentukan apakah laporan si reporter
akan dimuat ataukah tidak, serta menentukan judul
yang akan diberikan.
3. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja
pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa
dalam kasus-kasus tertentu yang masing-masing
berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin
ditonjolkannya (sambil menyembunyikan sisi lain).
Proses framing menjadikan media massa sebagai
arena di mana informasi tentang masalah tertentu
diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara
berbagai pihak yang sama-sama menginginkan
pandangannya didukung pembaca.
Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa
efek. Karena sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan
dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan itu bisa
jadi akan sangat berbeda. Realitas sosial yang kompleks
penuh dimensi dan tidak beraturan, disajikan dalam
berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan
Page 18
memenuhi logika tertentu. Berdasarkan penyederhanaan
atas kompleksnya realitas yang disajikan media,
menimbulkan efek framing, yaitu: Pertama. Framing yang
dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan
mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai
dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas,
akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian
yang memadai. Kedua. Framing yang dilakukan oleh media
akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang
lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita ada
sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang
penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan
dalam berita. Ketiga. Framing yang dilakukan media akan
menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor
yang lain. Efek yang segera terlihat dalam pemberitaan
yang memfokuskan pada satu pihak, menyebabkan pihak
lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi
tersembunyi.
Page 19
Analisis framing dapat digambarkan sebagai
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas
(peristiwa, aktor, atau apa saja) dibingkai oleh media.
Pembingkaian ini melalui proses yang disebut
konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan
dikonstruksi dengan makna tertentu.
Analisis ini berangkat dari pertanyaan-pertanyaan,
kenapa peristiwa yang satu diberitakan sementara
peristiwa yang lainnya tidak diberitakan? Mengapa sisi
yang ini dibicarakan sementara sisi yang itu tidak
dibahas sama sekali? Mengapa realitas didefinisikan
seperti itu? Mengapa narasumber itu yang diwawancarai,
bukan yang lain? Pertanyaan itu adlalah bagaimana
pentingnya melihat framing atau bingkai dalam
pemberitaan media.
Dalam analisis framing mengenai headline halaman
depan surat kabar harian Fajar dan Tribun Timur
bertujuan untuk mengetahu bagaimana realitas
dikonstruksi antara kedua media tersebut. Juga dengan
Page 20
cara apa peristiwa itu ditonjolkan. Apakah dalam
pemberitaannya ada bagian yang dihilangkan, luput atau
disengaja disembunyikan. Dengan cara seperti itu
peneliti berharap mampu mengidentifikasi ideologi yang
diperjuangkan.
Analisi Framing adalah metode untuk melihat cara
bercerita (story telling) media atas suatu peristiwa. Cara
bercerita itu tergambar pada ’cara melihat’ terhadap
realitas yang dijadikan berita. Sebagai suatu metode,
analisis framing banyak mendapat pengaruh dari
sosiologi dan psikologi. Dari sosiologi banyak mendapat
sumbangan pemikiran dari Peter Berger dan Ervin
Goffman. Dari psikolg mendapat sumbangan dari teori
yang berhubungan dengan skema dan kognisi. Dalam ranah
penelitian media, Analisis ini masuk dalam paradigma
konstruksionis. Pandangan in banyak dipengaruhi Berger
dan Luckaman.
Media dilihat dari paradigma kontruksionis bahwa
fakta/peristiwa yang disajikan adalah hasil dari
Page 21
konstruksi realitas. Dalam media, realitas bersifat
subjektif. Realitas hadir karena konsep subjektifitas
dan sudut pandang tertentu dari wartawan.
c. Harian Fajar
Pada mulanya harian Fajar berada pada naungan
yayasan penerbit mingguan yang bernama Yayasan Penerbit
Express yang didirikan Rasyid Djibbie pada tahun 1967.
Surat kabar mingguan ini terbit atas izin pemerintah
dengan nomor SIT 0565/pers/SK/Dirjen-PPG/SIT/1967.
Beberapa tahun kemudian, menteri penerangan RI dengan
nomor 0565/Pers/SK/Dirjen-PG/SIT/1972 tanggal 28 Maret
1972 dan surat izin cetak pelaksanaan khusus panglima
komando pemulihan keamanan dan ketertiban daerah
Sulselra nomor Kep/29/Kamd/STC/1974 tanggal 30 Juli
1974. memutuskan bahwa Express mingguan berubah menjadi
harian.
Tahun 1981 Harian Express dirundung masalah
kesulitan dana, sehingga Express tidak terbit.Tahun
1981,Harun Rasyid Djibe memohon surat izin penerbitan
Page 22
kembali surat kabar Harian Express bekerja sama dengan
Muh. Alwi Hamu dan S. Sinansari Ecip. Hingga pada
tanggal 6 April 1981, Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika
Departemen Penerangan kembali memberi izin terhadap
pemohon, Rasyid Djibbie, Muh. Alwi Hamu dan S.
Sinansari Ecip.
Sejak saat itu, harian yang bernama Express
berganti nama dengan Harian Fajar. Tepat 17 Agustus
1981 terbit perdananya sebagai coba-coba dan sekedar
perkenalan. Nanti pada 1 Oktober 1981 Harian Fajar
terbit secara resmi dengan opla sekitar 5000 Eksemplar
di bawah naungan Yayasan Ekspress.
Naman Harian Ekspres berubah menjadi Harian Fajar
disebabkan pada waktu dilakukan permintaan untuk
menerbitkan harian Ekspress harus menggunakan nama
baru, Harian Fajar. Nama ”Fajar” secara filosofis
mengandung arti bahwa fajar selalu terbit dibagian
timur wilayah Indonesia. Hal ini diharapkan Harian
Page 23
Fajar menjadi penerang bagi alam disekitarnya
(terkhusus Indonesia Timur).
Pada 1987 , Harian Fajar kembali mengalami
kemunduran karena faktor dana. Karena itulah 1988
Harian Fajar berusaha untuk bangkit dengan cara
bergabung dengan perusahaan media yang mapan. Harian
Fajar kemudian bergabung pada Group Jawa Pos dan Tempo,
bersama Manunung di Balikpapan. Saat itulah Harian
Fajar kembali bangkit dan berkembang sampai sekarang.
d. Harian Tribun Timur
Tribun Timur adalah salah satu dari sembilan
kelompok surat kabar daerah yang dikelola PT.
Indopersada Primamedia, devisi koran daerah kelompok
Kompas Gramedia (KKG). Di Makassar KKG bekerja sama
dengan Bosowa Group dalam mendirikan Tribun Timur. Aksa
Mahmud adalah nama besar yang berada di balik
berdirinya Tribun Timur. Keberadaan Aksa juga dapat
dilihat dari susunan pengurus perusahaan yang masuk
dalam jajaran redaksi pada jajaran direksi ada putra
Page 24
Aksa, yakni H. Erwin Aksa sebagai komisaris Utama, dan
komisaris oleh Sadikin Aksa.
Tribun Timur terbit perdana pada 9 Februari 2003
sekaligus hari ngannngatiapulang tahunnya, juga
bertepatan dengan Hari Pers Nasional. Sejak terbit pada
bulan pertama harian Tribun Timur disebar dan dibagi-
nbagi gratis sebagai perkenalan bagi calon pelanggan.
Pada bulan pertama Tribun Timur terbit dengan 30.000
ekslampar setiap harinya. Di tahun 2005 Harian Tribun
Timur sudah terbit dengan opla 42.000 ekslampar.
Lima bulan lamanya terbit,Tribun Timur
melaksanakan pelatihan penulisan bagi reporter dan
redaktur yang nantinya akan menjadi ciri dan gaya khas
redaksi dalam pembuatan berita. Kompetisi surat kabar
di Sulsel tak membuat Tribun Timur harus kehilangan
karakter. Pada ulang tahunnya yang ketiga. Tribun Timur
mendeklarasikan satu tahapan penting perkembangannya,
hadir dengan motto ”Pemimpin Baru” yang sebelumnya
”Spirit Baru Makassar”. Lima tahun bersaing dengan
Page 25
surat kabar yang sudah lama eksis di Sulsel. Ternyata
Tribun Timur di bidang bisnis, mampu menempatkan
dirinya sebagai pimpinan di bidang jurnalistik dan
Public Opinion.
Penulis dengan menggunakan teori kostruksionis Berger
dan Luckman, dalam menganalisa headline pada halaman depan
surat kabar harian Fajar dan Tribun Timur menempuh tahapan
analisis seperti di bawah ini:
E. Defenisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasi
judul penelitian ini. Dan sekaligus menyamakan persepsi
terhadap judul ini, maka penulis menguraikannya terlebih
dahulu.
1. Perbandingan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah sebuah kata untuk mengetahui perbedaan (selisih)
dan kesamaan.
2. Berita Headline (berita utama) adalah berita yang
dianggap penting melalui rapat redaksi dan kebijakan
Page 26
redaksional, judulnya besar dan beritanya panjang,
biasanya ditempatkan pada halaman muka yang mudah
dilihat. Headline yang dimaksud hanya yang ada pada
halaman depan, selain itu tidak termasuk.
3. Halaman Depan yang dimaksud di sini adalah lembaran
paling depan dari sebuah surat kabar.
4. Harian Fajar adalah nama sebuah lembaga media massa
cetak lokal di Sulawesi Selatan. Pada terbitan
perdananya 17 Agustus 1981 bernaung di bawah yayasan
Express dan di bawah pengawasan (group) Jawa Post.
5. Harian Tribun Timur adalah nama media massa cetak lokal
di Sulsel yang dinaungi PT. Indopersada Primadia.
Terbitan perdanya pada 9 Februari 2003.
6. Analisi Framing adalah metode untuk melihat cara
bercerita (story telling) media atas suatu peristiwa.
Cara bercerita itu tergambar pada ’cara melihat’
terhadap realitas yang dijadikan berita.
F. Metode Penelitian
a. Objek dan Waktu Penelitian
Page 27
Objek penelitian ini adalah berita headline pada
halama muka media massa cetak lokal yang tersebar di
Sulselbar, yakni Harian Fajar dan Tribun Timur. Waktu
penelitian akan berlangsung pada Agustus-Desember 2009.
b. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini bersifat kualitatif.
Penelitian ini didasarkan pada berita headline Harian
Fajar dan Tribun Timur dari bulan Agustus-Desember
2009. Penggunaan analisis framing ini adalah berusaha
bagaimana membongkar ideologi di balik pemberitaan
kedua surat kabar lokal tersebut. Penelitian ini bisa
juga disebut penelitian interpretatif. Karena data
hasil yang dikumpulkan merupakan interpretasi terhadap
data dari objek penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, data utama diperoleh
dari peneliti sendiri yang secara langsung turun di
lapangan untuk memperoleh data dari objek penelitian.
Penelitian ini dilakukan secara intensif tiap hari
Page 28
dengan menganalisis berita headline pada kedua surat
kabar tersebut.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini tentunya berpatokan pada kebutuhan
analisa. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan
adalah:
Ø Penelitian Pustaka (library research) atau studi
literatur. Dengan jalan mempelajari dan mengkaji
literatur-literatur yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji.
Ø Pengamatan (observasi), dengan mengamati secara
langsung kondisi yang terjadi di lapangan yang
memiliki relevansi terhadap permasalahan yang
dikaji.
Ø Dokumentasi, pengumpulan data-data kedua surat kabar
tersebut, harian Fajar dan Tribun Timur.
Page 29
d. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah berita
headline pada halaman muka harian Fajar dan Tribun
Timur periode Agustus-Desember 2009. Untuk menjaga
kurangnya data, maka penentuan sampel dilakukan dengan
menggunakan total sampling. Hal ini dimaksudkan untuk
mentabulasi berita headline secara keseluruhan agar
tidak ada berita yang lepas.
Penentuan surat kabar ditetapkan peneliti karena
kedua media cetak ini merupakan media cetak lokal yang
tergolong besar dan menguasai pasar se Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Barat.
e. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis framing
Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model ini
membagi struktur analisis menjadi empat bagian:
a. Sintaksis adalah cara wartwan menyususn berita.
Struktur sintaksi memiliki perangkat: 1) Headline
Page 30
merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh
media. 2) Lead (teras berita) merupakan paragraf
pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung
kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat
tergantung pada ideologi penulis terhadap
peristiwa. 3) Latar 4) informasi, 5) Kutipan, 6)
Sumber, 7) Pernyataan, dan 8) Pentup berita.
c. Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta.
Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada
kelengkapan berita: What (apa), When (kapan), Who
(siapa), Where (di mana), Why (mengapa), How
(bagaimana). Tematik adalah cara wartawan menulis
fakta. Struktur tematik mempunyai perangkat
framing: a) Detail, b) Maksud dan hubungan kalimat,
c) Nominalisasi antar kalimat, d) Koherensi, e)
Bentuk kalimat, f) Kata ganti. Unit yang diamati
adalah paragraf atau proposisi
d. Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta.
Struktur retoris mempunyai perangkat framing:
Page 31
1. Leksikon/pilihan kata. Perangkat ini merupakan
penekanan terhadap sesuatu yang penting.
2. Grafis
3. Metafor
4. Pengandaian
Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto,
dan grafis
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2004. Methods for Media Analysis. www.lboro.com
Budiman, Kris. 2004. Semiotika Visual. Yogayakarta: Buku Baik &
Seni Cemeti.
Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Panuju, Redi. 2003. Framing Analysis. Makalah. Surabaya:
Universitas dr. Sotomo.
Page 32
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Tafsir Sosial atas Kenyataan:
Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES
Panuju, Redi. 2002. Relasi kuasa negara, media massa, dan publik: pertarungan
memenangkan opini publik dan peran dalam transformasi social. Pustaka
Pelajar.
Rakhmat, Jalaluddin dan Rakhmat , Miftah F. 1997. Catatan Kang Jalal:
Visi Media, Politik dan Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Scheufele, Dietram A. 1999. Framing as Theory of Media Effect.
Makalah. International Communication Assosiation.
Sobur, Alex. 2001. Analisis teks media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Suyanto, Bagong dan Sutina. Cetakan ke-3,September. 2007.
Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta.
Kencana.
Utomo, Mochtar W. 2003. Perbandingan Content Analysis,
Framing Analysis, Discourse Analysis, dan |Semiotic
Analysis. Makalah. Surabaya: Universitas dr. Sotomo.
--------------------------------------
Proposal Penelitian
PERBANDINGAN BERITA HEADLINE PADA HALAMAN DEPAN ANTARA HARIANFAJAR DAN HARIAN TRIBUN TIMUR PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2009(Analisis Framing)
Page 33
Oleh : Abd Rauf NIM : 50500106021
JURUSAN JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI UNIVERSITASISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2009