Top Banner
23

Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Jul 14, 2015

Download

Education

Indah Kumala
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Page 2: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Teori Belajar “Cognitive Development” dari Piaget

Teori perkembangan kognitif dikembangkan olehJean Piaget seorang psikologi yang lahir diNeuchatel Swiss (1896-1980). Ia anak tertua dariAthur Piaget, seorang professor sejarah abadpertengahan. Ayahnya sering mengajak Piaget kecilberjalan-jalan menyusuri hutan di pegununganAlpen mengamati alam dan mendiskusikan bendaatau makhluk yang mereka temui. Latihan inilahkemudian yang menjadi dasar ilmiah prosespengamatannya yang dinilai jeli, cermat danmampu dituangkannya dalam bahasa ilmiah yangmudah dimengerti. Pada usia 11 tahun artikelnyaberhasil dimuat di koran karena ia menulispengamatannya terhadap burung pipit albinodengan bahasa yang memukau para redaksi.Walaupun ia seorang biologis tetapi penemuannyadigunakan dalam psikologi dan menjadi pelopordalam aspek pengembangan kognitif

Page 3: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Buku-buku yang dikarang Piaget mayoritasdisusun dari berbagai hasil pengamatanbahkan juga dilakukan terhadap anak-anaknya sendiri. Piaget menjadi tokoh yangdisegani karena pikiran dan idenya yangorisinil mengenai cara berpikir anak. IdePiaget digunakan untuk merancang kurikulumTK dan SD atau tontonan televisi terkenaluntuk pendidikan anak seperti SesameStreet, Dora dan Blue Clues. MenurutPiaget, pengamatan sangat penting danmenjadi dasar dalam menuntun prosesberpikir anak, berbeda dengan perbuatanmelihat yang hanya melibatkanmata, pengamatan melibatkan seluruhindra, menyimpan kesan lebih lama danmenimbulkan sensasi yang membekas padasiswa. Oleh karena itu dalam belajardiupayakan siswa harus mengalamis sendiridan terlibat langsung secara realistik denganobyek yang dipelajarinya.

Page 4: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatuyang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalamdiri anak sendiri. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktifdalam menyusun pengetahuannya mengenai realita. Pengetahuanbukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari,akan tetapi merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap objek,pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatuyang sudah ada tersedia dan orang tinggal mengambilnya, akan tetapimerupakan bentukan (konstruksi) terus menerus seseorang yangacapkali mengadakan reorganisasi lantaran munculnya pemahaman-pemahaman baru. Kerena itulah, teori Piaget terkadang disebut teorikonstruktivis, atau yang lebih umum konstruktivisme. Piaget yakinbahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan pentingbagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwainteraksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi danberdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya memuatpemikiran itu menjadi lebih logis.

Page 5: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Tahap Perkembangan

Kognitif

Sensorimotor

Lahir- 2th

Pra-operasional

2- 7th

Operasional

Konkret

7- 11th

Operasional Formal

11 th- dewasa

Page 6: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Sensorimotor (Lahir- 2th)

• Anak belum/ tidak mempunyaikonsepsi tentang obyek yang tetap. Ia hanya dapatmengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya. Anak-anak berfokus pada apayang mereka lakukan dan lihatpada saat itu.

• Kecerdasan telah mempunyaistruktur yang didasarkan padaaksi dan pada gerakan-gerakanserta pengamatan tanpa bahasa(latihan gerak).

Page 7: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Pra-operasional (2- 7 th)

• Anak dapat memikirkan objekdan peristiwa yang berada diluar jangkauan pandanganlangsung mereka, namunbelum mampu melakukanpenalaran logis seperti orangdewasa.

• Anak bisa melakukan sesuatusebagai hasil meniru ataumengamati sesuatu model tingkah laku dan mampumelakukan simbolisasi.

Page 8: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Operasional konkret 7-11 th

• Penalaran anak mulaimenyerupai penalaran orangdewasa, namun masih terbataspada realitas konkret.

• Anak telah mampu melihat ataumemahami kelas-kelas yang logis dan hubungan-hubunganyang logis diantara benda-benda, termasuk nomor-nomor. Mampu mengatur benda-bendayang sama ukurannya atauberatnya.

Page 9: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Operasional Formal

11 th- dewasa

• Anak-anak dan remajadapat memikirkan danmembayangkan konsep-konsep yang tidakberhubungan denganrealitas konkret.

• Mereka juga mengenalikesimpulan yang logis, sekalipunkesimpulan tersebutberbeda dari kenyataandi dunia sehari-hari

Page 10: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Proses belajar terdiri dari 3 tahapan

• Asimilasi adalah proses penyatuan atau pengintegrasianinformasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalambenak siswa.

“bagi seseorang yang sudah mengetahui prinsippenjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsipperkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsippenjumlahan (yang sudah ada di benak siswa) dengan prinsipperkalian (sebagai informasi baru)”

• Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif pada situasibaru.

“jika seseorang diberi sebuah soal perkalian, maka situasi inidisebut akomodasi”

• Ekuilibrum, disekuilibrum dan ekuilibrasi.

Page 11: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Contoh Ekuilibrum, disekuilibrum dan ekuilibrasi

Page 12: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Implikasi Teori Piaget untuk Pendidikan

• Sebagai dasar pertimbangan guru di dalam menyusunstruktur dan urutan mata pelajaran di dalam kurikulum.Yang penting guru harus mengerti alam pikiran anak dantradisinya dari tingkat-tingkat perkembangan intelektualtersebut.

• Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orangdewasa. Oleh karena itu guru mengajar denganmenggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikiranak. Guru juga meneliti bahasa siswa dengan seksamauntuk memahami kualitas berpikir anak di dalam kelas.

• Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan barutetapi tidak asing.

Page 13: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

• Situasi belajar yang ideal ialah keserasian antara bahanpengajaran yang kompleks dengan tingkat perkembangankonseptual anak. Jadi guru harus dapat menguasaiperkembangna kognitif anak, dan menentukan jeniskemampuan yang dibutuhkan oleh anak untuk memahamibahan pelajaran itu.

• Tipe kelas yang dikehendaki oleh Piaget menekankan padatransmisi pengetahuan melalui metode ceramah-diskusi danmendorong guru untuk bertindak sebagai katalisator dansiswa belajar sendiri. Di dalam kelas, anak-anak hendaknyadiberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi denganteman-temanya.

• Guru harus dengan tepat menyesuaikan bahan pengajaranyang kompleks dengan tahap perkembangan anak. Ini berartipula bahwa guru sering harus menunggu tahapperkembangan anak yang tepat untuk menyampaikan bahantertentu kepadanya.

Page 14: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Teori Belajar Bermakna David Ausubel

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. inilah yang membedakan Ausubel dari teoriawan-teoriawan lainnya yang hanya berlatar-belakang psikologi, tetapi teori-teori mereka diterjemahkan dari dunia psikologi ke dalam penerapan pendidikan.

Page 15: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Praktek Ausubel: Ekspository TechingKebanyakan ahli psikologi kognitif memilih bentuk discoverylearning, dan para behaviorist memilih guided learning atau expositoryteaching. Namun sementara itu Ausubel seorang psikologi kognitifmemilih ekspository teaching. Ia mengemukakan, jika ekspositoryteching itu dapat diorganisir dan disajikan secara baik dapatmenghasilkan pengertian dan resensi yang baik pula, sama halnyadengan discovery learning. Singkatnya, baik metode discovery maupunreception/expository, keduanya dapat diusahakan menjadibermakna, atau menjadi hafalan (rote learning). Yang perludiperhatikan guru adalah strategi belajarnya. Sebagai contoh belajarberhitung bisa menjadi rote learning bila murid hanya disuruhmenghafal formula-formula itu. Sebaliknya bisa bermakna bila muriddiajar sehingga tahu arti dan fungsi dari formula-formula tersebut.Dalam hal ini bukan berarti Ausubel menolak discovery learning. Diaberpendapat bahwa discovery lebih cocok bila diterapkan pada muriddalam tingkat perkembangan kognitif kongkrit. Tetapi bila murid telahmencapai tingkat formal dapat dipakai metode reception.

Page 16: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

David Ausubel berpendapat bahwa pembelajaran terjadidalam diri manusia melalui proses bermakna yangmempertalikan peristiwa atau hal baru dengan konsepkognitif atau dalil-dalil yang sudah ada. Makna bukanlahsebuah respons eksplisit, tetapi sebuah “pengalaman sadaryang dinyatakan secara jelas dan dibedakan secara tepat, yangmuncul ketika isyarat-isyarat bermakna, simbol, konsep, ataugagasan memiliki kemungkinan untuk dikaitkan dengan dandimasukkan ke dalam struktur kognitif tertentu seseorangpada basis yang stabil dan substantif”. Siswa akan belajardengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudiandipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhipengaturan kemampuan belajar siswa.

Page 17: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan cara menyajikan materi, yaitu: (1)Penerimaan dan (2) Penemuan. Sedangkan berdasarkan cara siswa menerimapelajaran yaitu:

• Belajar Bermakna

Proses menghubungkan dan menggabungkan materi baru pada hal-hal mapanyang ada dalam struktur kognitif. Ketika materi baru memasuki bidang kognitif,ia berinteraksi dengan, dan digabungkan secara semestinya ke dalam sebuahsistem konseptual yang lebih luas. Fakta bahwa materi itu benar-benar bisadigabungkan, yaitu memungkinkan untuk dikaitkan dengan elemen stabildalam struktur kognitif, menyebabkan kebermaknaannya.

• Belajar Hafalan

Proses penguasaan materi yang dalam hal ini diperlukan sebagai satuan-satuan terpisah yang dikaitkan pada struktur kognitif hanya dalam cara acakdan harfiah, yang tidak memungkinkan pembentukan hubungan (bermakna).Bila tidak dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru padakonsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajarhafalan. Pada kenyataannya, banyak guru dan bahan-bahan pelajaran jarangsekali menolong para siswa untuk menentukan dan menggunakan konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikanpengetahuan baru, dan akibatnya pada para siswa hanya terjadi hafalan.

Page 18: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Penerapan Pembelajaran Bermakna

• Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif peserta didik melaluiproses belajar yang bermakna. Aktivitas belajar peserta didik, terutamamereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat kalaumereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk pesertadidik pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akanmenyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektifkalau guru menggunakan penjelasan, petakonsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi. Inti dari teori belajarbermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil ataubermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapatmenghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalamstruktur kognisi peserta didik.

• Pada belajar bermakna peserta didik dapat mengasimilasi pada belajarbermakna secara penerimaan, materi pelajaran disajikan dalam bentukfinal, sedangkan pada belajar bermakna secara penemuan, peserta didikdiharapkan dapat menemukan sendiri informasi konsep atau dari materipelajaran yang disampaikan. Belajar bermakna dapat terjadi jika pesertadidik mampu mengkaitkan materi pelajaran baru dengan struktur kognitifyang sudah ada.

Page 19: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Setiap situasi pembelajaran bisa bermakna jika:

• Pembelajar memiliki perangkat pembelajaran bermakna, yaitusebuah kecenderungan untuk mengaitkan kegiatan pembelajaranbaru dengan apa yang sudah mereka ketahui.

• Kegiatan pembelajaran itu sendiri punya kemungkinan bermaknabagi pembelajar, yaitu bisa dihubungkan dengan strukturpengetahuan pembelajar. Cara kedua untuk membangunkebermaknaan disebut pembentukan kebermaknaan, merupakanfaktor sangat potensial dalam pembelajaran manusia. Kita bisamenjadikan berbagai hal bermakna jika perlu dan jika kita sangattergerak untuk melakukannya. Para siswa yang tekun belajar untukmenghadapi ujian sering menemukan perangkat mnemonik (alatbantu mengingat) untuk menghafal daftar item, pengingatanbermakna dengan perangkat itu berhasil memunculkan kembaliseluruh daftar item.

Page 20: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Analisis dan Perbandingan

A. Persamaan

• Sama-sama mengedepankan proses berpikir, belajar itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran atau ditekankan pada “otak” seseorang

• Aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung

• Memahami struktur kognitif siswa

• Menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai

• Menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa

• Dalam proses belajar itu siswa aktif.

Page 21: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

B. Perbedaan• Kategori belajar, menurut Piaget kegiatan belajar terjadi sesuai pola

tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, sertamelalui proses asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Sementara itu,Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorangmampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya denganpengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahapmemperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpandan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

• Cara siswa memperoleh pelajaran, Piaget yaitu eksplorasi, pengenalankonsep dan aplikasi konsep. Sedangkan Ausubel belajar penerimaandiantaranya belajar bermakna dan belajar menghafal.

• Aktivitas belajar siswa, menurut Piaget terutama mereka yang beradadi tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyakdilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun menurut Ausubel untuksiswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsungakan menyita banyak waktu. Untuk mereka lebih efektif kalau gurumenggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, danilustrasi.

Page 22: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Page 23: Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme

Kognitif

• Kelebihannyamenjadikan siswa lebihkreatif dan mandiri; membantu siswamemahami bahan belajar secara lebih mudah.

• Kekurangannya teori tidak menyeluruhuntuk semua tingkat pendidikan; sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulitdipahami dan pemahamannya masih belumtuntas.