42
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan
Keluarga Berkualitas tahun 2015. Dalam paradigma baru program
Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya
menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam
meningkatkan kualitas keluarga. (Saifuddin, 2006).Berdasarkan visi
dan misi tersebut, Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai
kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk.
Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional terseut dapat
dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnancy Safer (MPS).
Salah satu pesan kunci dalam Rencana Strategi Nasional MPS adalah
bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan.
Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama. Program Keluarga Berencana Nasional
sebagai integral dari pembangunan Nasional yang mempunyai tujuan
ganda yaitu mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Keadaan ini dapat
dicapai dengan menganjurkan Pasangan Usia Subur (PUS) untuk
mengikuti Progam Keluarga Berencana (Syaifuddin, 2006).Kebijakan
pemerintah tentang KB yang saat ini mengarah pada pemakaian Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD) merupakan salah satu cara
efektif yang sangat diprioritaskan pemakaiannya oleh BKKBN. Hal ini
dikarenakan tingkat keefektifannya cukup tinggi yaitu 0,1-1
kehamilan per 100 perempuan (BKKBN, 2008).
Jumlah peserta KB aktif di Indonesia tahun 2010 (BKKBN, 2011)
tercatat 44 juta pasangan usia subur dari 71,08 PUS yang ada atau
61,9 % dari 65% target yang ditetapkan pemerintah. Bila dirinci
lebih lanjut, proporsi peserta Keluarga Berencana yang terbanyak
adalah suntik (31,6%), diikuti oleh pil (13,2%), AKDR (4,8%),
sterilisasi wanita (3,1%), implant (2,8%), senggama terputus
(2,2%), pantang berkala (1,5%) kondom (1,3%), sterilisasi pria
(0,4%) dan metode lainnya (0,2%). Pada Tahun 2010 diperkirakan
lebih dari 100 juta wanita yang memakai AKDR, sebagian besar
penggunanya ( 30%) terdapat di Cina. Di negara maju angka
penggunaan AKDR hanya 6% dan di Afrika bahkan hanya 0,5%. Sementara
di Indonesia sendiri pemakai AKDR adalah 22,6% dari semua pemakai
metoda kontrasepsi yang berjumlah 29 juta jiwa. (Hanafiah,
2010).Propinsi Riau, pada tahun 2011 tercatat terdapat 182.213
pasangan usia subur dengan jumlah akseptor KB aktif 94.024 orang
atau 51,6%, dimana akseptor KB yang menggunakan Metode Operatif
Pria/Metode Operatif Wanita berjumlah 2,56%, Implant 5,16%, suntik
40,74%, AKDR 16,36% dan pil 30,29%. (Dinkes Prop. Riau,
2012)Puskesmas Pekan Heran pada Tahun 2012 tercatat data pasangan
usia subur (PUS) sebesar 7.201 orang dengan KB aktif sebanyak 6.001
orang dengan perincian sebagai berikut : yang menggunakan alat
kontrasepsi suntik sebanyak 2.718 orang (45.29%), Pil sebanyak
2.249 orang (37,48%), kondom sebanyak 382 orang (6,37%), MOW
sebanyak 30 orang (0.58%), dan implant sebanyak 568 orang (9,47%),
dan AKDR sebanyak 49 orang (0,82%). (Dinkes Kab. Inhu, 2013)
Berdasarkan data di atas dapat diinterprestasikan bahwa pengguna
kontrasepsi AKDR masih rendah dibandingkan dengan kontrasepsi
suntik. Padahal kontrasepsi AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi,
sedikit efek samping dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal, dan
di dukung dengan program puskesmas untuk menggratiskan AKDR.Dari
data diatas dapat dilihat bahwa pemakaian AKDR di wilayah kerja
Puskesmas Pekan Heran masih sangat rendah, salah satu penyebabnya
aalah diduga karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang apa
itu AKDR, manfaat, fungsi dan efektifitasnya. Selain faktor
pengetahuan, faktor budaya juga sangat mempengaruhi keengganan ibu
dalam memilih AKDR sebagai alat kontrasepsinya. Hal ini dikarenakan
banyaknya masyarakat yang menganggap pemasangan AKDR yang dilakukan
oleh dokter laki-laki adalah tabu karena pasangannya beranggapan
bahwa aurat istri hanya dilihat oleh suami saja dan dari hasil
wawancara yang dilakukan mereka beranggapan bahwa itu melanggar
syariah agama Islam.Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memilih Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) di Puskesmas Pekan Heran1.2 Rumusan Masalah Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan kontrasepsi yang mempunyai
efektifitas cukup tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka
waktu yang lama. Kegagalannya hanya 0,6 0,8 kehamilan/ 100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan), jangka waktu pemakaian 10 tahun, murah dan sederhana,
akan segera efektif begitu terpasang di rahim dan tidak perlu
mengingat-ingat atau pun melakukan kunjungan ulang untuk menyuntik
tubuh, AKDR tidak memiliki efek samping hormonal.Akan tetapi
penggunaan AKDR bagi akseptor KB aktif di Puskesmas Pekanheran
masih sangat rendah yaitu hanya 49 orang dari 6.001 peserta KB
aktif yang ada atau hanya 0,82%. Salah satu penyebab rendahnya
pemakaian AKDR bagi peserta KB aktif di Puskesmas Pekan Heran
diduga karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang apa itu
AKDR, manfaat, fungsi dan efektifitasnya. Selain faktor
pengetahuan, faktor budaya juga sangat mempengaruhi keengganan ibu
dalam memilih AKDR sebagai alat kontrasepsinya. Hal ini dikarenakan
banyaknya masyarakat yang menganggap pemasangan AKDR yang dilakukan
oleh dokter laki-laki adalah tabu karena pasangannya beranggapan
bahwa aurat istri hanya dilihat oleh suami saja dan dari hasil
wawancara yang dilakukan mereka beranggapan bahwa itu melanggar
syariah agama Islam.Berdasarkan permasalahan diatas maka penelitian
ini akan meneliti lebih jauh tentang faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi perilaku ibu dalam memilih AKDR di Puskesmas Pekan
Heran?
1.3 Tujuan penelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam
memilih AKDR di Puskesmas Pekan Heran.
1.4 Manfaat penelitian
1. Bagi Puskesmas Pekan Heran Memberikan informasi yang akurat
terutama bidan, untuk dijadikan sebagai pedoman dalam meningkatkan
akseptor menggunakan AKDR.2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi kepustakaan dan
bahan perbandingan penelitian selanjutnya.3. Bagi Peneliti
SelanjutnyaHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan
dengan AKDR.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Kontrasepsi AKDR
2.1.1 Pengertian
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Keluarga
Berencana, pengertian keluarga berencana adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.Keluarga Berencana adalah suatu usaha yang
mengatur jumlah kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang bersangkutan tidak
akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan
tersebut (Suratun, 2008).Keluarga Berencana adalah perencanaan
kehamilan, sehingga kehamilan hanya terjadi pada waktu yang
diinginkan. Jarak antara kelahiran diperpanjang dan kelahiran
selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah mencapai yang
dikehendaki, untuk membina kesehatan seluruh anggota keluarga
dengan sebaik-baiknya, menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) (Yetty, 2012).Keluarga Berencana memiliki
konotasi yang paling luas. Pada istilah ini terkandung pertimbangan
tambahan terhadap faktor fisik, sosial, psikologis, ekonomi, dan
keagamaan yang mengatur sikap keluarga sekaligus mempengaruhi
keputusan keluarga dalam menetapkan ukuran keluarga, jarak antar
anak, dan pemilihan serta penggunaan metode pengendalian kehamilan
(Varney, 2006:414).Faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan program keluarga berencana adalah pemilihan alat
kontrasepsi. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel
telur dengan sel sperma. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara atau bersifat
permanen (Suratun, 2008). Salah satu alat kontrasepsi yang
digunakan oleh akseptor KB adalah AKDR atau IUD (Intra Uterine
Device). Menurut Sarwono P dalam Atikah P (2010:52), AKDR adalah
bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk
sinergi efektivitas), dengan berbagai bentuk yang dipasangkan
kedalam rahim untuk menghasilkan efek kontraseptif. Sesuai dengan
namanya alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi ini
dimasukkan kedalam rahim si ibu untuk mencegah terjadinya
kehamilan. AKDR dapat dilepas sewaktu-waktu, dan si ibu dapat
kembali hamil tanpa melewati waktu recoveri terlebih dahulu (Yetti,
2012 ). 2.1.2 Jenis-jenis Ada beberapa jenis AKDR yang beredar atau
dipakai di Indonesia adalah:1. Inert: terbuat dari plastik (lippes
loop) atau baja anti karat (the Chinese ring).
2. Mengandung tembaga, seperti Tcu 200C, Multiload (MLCu 250
& 375), Nova T. Cut 380 A berbentuk kerangka plastik, kecil,
fleksibel, menyerupai huruf T diselubungi kawat tembaga halus,
sangat efektif, reversibi dan berjangka panjang (dapat sampai 10
tahun).2.1.3 Cara kerja
Cara kerja atau mekanisme kerja AKDR terutama adalah mencegah
pembuahan. Ion-ion copperr yang berasal dari AKDR tembaga mengubah
isi saluran telur dan cairan endometrium sehingga dapat
mempengaruhi jalan sel telur didalam saluran telur serta fungsi
sperma. AKDR hormonal merusak motalitas saluran telur dan
mengentalkan lendir serviks sehingga cairan servik menjadi lebih
lengket. Selain itu,sperma menjadi sulit masuk kedalam seviks
sehingga mengganggu motilitas sperma. AKDR juga memiliki mekanisme
kerja skunder berupa reaksi terhadap zat asing lokal yang membuat
endometrium menjadi tempat yang tidak sesuai untuk penanaman hasil
pembuahan dan kemungkinan membuat AKDR menjadi alat kontrsepsi yang
efektif sebagai kontrasepsi darurat. Kendati demikian, bila AKDR
sudah berada di tempatnya, mekanisme utama kerjanya bukan untuk
mematikan sel ovum atau aborsi (Varney, 2006:449)2.1.4 Persyaratan
Pemasangan Yang dapat menggunakan AKDR
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nullipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya
infeksi.
7. Tidak menghendaki metode hormonal
8. Tidak menghendaki kehamilan segera
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
(Saifuddin,2006)2.1.5 Prosedur Pemasangan
Prosedur pemasangan AKDR bervariasi untuk rincian tertentu
disesuaikan dengan tipe AKDR dan alat untuk memasukkannya. Tanpa
memperhatikan jenis AKDR yang digunakan, ada beberapa langkah yang
harus diikuti untuk teknik memasukkan AKDR. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut:1. Dapatkan surat persetujuan yang
telah ditanda tangani oleh klien yang bersangkutan.
2. Pastikan bahwa klien yang menginginkan pemasangan AKDR tidak
sedang hamil.
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
4. Lakukan pemeriksaan bimanual.
5. Masukkan spekulum dan sesuaikan untuk mendapatkan ruang
pandang terluas sehingga memudahkan pemasangan AKDR.
6. Bersihkan servik secara menyeluruh dengan cairan antiseptik
untuk mengurangi infeksi.
7. Masukkan tenakulum kedalam serviks pada arah jam 10 dan jam
2.
8. Lihatlah uterus menggunakan alat diagnostik untuk menentukan
posisi uterus, menyingkirkan obstruksi saluran uterus, dan mengukur
kedalaman uterus.
9. Masukkan AKDR kedalam rongga uterus.
10. Lepas alat bantu untuk memasukkan AKDR dan tenakulum sesuai
prosedur yang tepat untuk AKDR yang digunakan.
11. Apabila benang akan dipotong, potonglah lebih kurang 1,5-2
inci dari serviks.
12. Lepaskan tenakulum, apabila terjadi perdarahan di daerah
pemasangan, beri tekanan dengan lidi kapas atau kasa sampai
perdarahan berhenti.
13. Lepaskan spekulum.
14. Bersihkan perineum.
15. Beri kesempatan klien untuk beristirahat dan menyegarkan
diri bila ia menginginkannya.
16. Beri pendidikan kesehatan tentang cara memeriksa keadaan
AKDR.
17. Beri pembalut setelah pemasangan AKDR, dan biarkan klien
mengenakan kembali pakaiannya.
18. Catatlah semua temuan yang didapat, tuliskan jenis AKDR yang
dimasukkan, apakah ada kesulitan saat pemasangan AKDR, kedalaman
rongga uterus, posisi uterus, dan panjang benang.
19. Jawablah semua pertanyaan klien dan berikan petunjuk
mengenai AKDR dan perawatan lanjutannya.2.1.6 Keuntungan
Keuntungan penggunaan kontrasepsi AKDR adalah:
1. Sebagai kontrasepsi, efektifitas tinggi dengan laporan
kegagalan hanya 0,6 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun
pertama.2. Kontrasepsi AKDR dapat segera aktif setelah pemakaian.3.
Metode jangka panjang.4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi
mengingat-ingat.5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.6.
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.7. Tidak ada efek samping hormonal.8. Tidak mempengaruhi
kualitas dan volume ASI.9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan
atau sesudah abortus.10. Dapat digunakan sampai menopause.11. Tidak
ada interaksi dengan obat-obatan.12. Membantu mencegah kehamilan
ektopik (Saifudin, 2006).2.1.7 Kerugian
Kerugian atau efek samping penggunaan kontrasepsi AKDR
adalah:
1. Efek samping yang umum terjadi:
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)2) Haid lebih lama dan banyak
2. Komplikasi lain:
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan.
b. Pendarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar).
d. Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual) termasuk HIV/
AIDS
e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.
f.Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.
g. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering
terjadi apabila dipasangkan segera setelah melahirkan) (Saifudin,
2006).2.1.8 Kontra Indikasi Pemasangan
Kontra indikasi untuk pemasangan Kontrasepsi AKDR dibagi dua
golongan:
1. Yang termasuk kedalam kontra indikasi relatif yaitu: a. Mioma
uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
b. Insufisiensi servik uteri
c. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas
seksio sesaria
d. Tumor jinak serviks uteri
2. Yang termasuk kontra indikasi mutlak yaitu:
1) Kehamilan
2) Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
3) Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4) Adanya metrogaria yang belum disembuhkan
5) Pemasangan yang tidak steril (Saifudin, 2006).2.1.9 Waktu
Pemasangan
AKDR dipasang diluar hamil dan saat selesai menstruasi.
Pemasangan
program post partum belum memuaskan karena banyak terjadi
ekspulsi.
AKDR dapat dipasang pada :
1. Bersama dengan menstruasi
2. Segera setelah menstruasi
3. Pada masa akhir puerperium
4. Tiga bulan pasca persalinan
5. Bersamaan dengan seksio sesarea
6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage
7. Hari kedua-ketiga pasca persalinan
Rumor yang masih berkembang dalam masyarakat pemasangan AKDR
pasca persalinan harus menunggu terjadinya mestruasi. Perlu
diperhatikan bahwa wanita dapat hamil tanpa didahului menstruasi.
Dengan demikian tentang waktu kapan waktu memasang AKDR perlu
disebarkan dengan jelas kepada masyarakat, sehingga tidak terlanjur
hamil (Yetti, 2012:161).2.1.10 Pemeriksaan ulang Setelah pemasangan
AKDR perlu dilakukan kontrol medis dengan jadwal:
1. Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan antibiotik
profilaksis.
2. Jadwal pemeriksaan ulang
a. Dua minggu setelah pemasangan
b. Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
c. Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
d. Setiap enam bulan sampai satu tahun (Yetti, 2012:166)
2.2 FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penggunaan AKDR
2.2.1 Pendidikan
Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan
dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan
itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan
hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seorang untuk lebih
mudah menerima ide dan teknologi baru semakin meningkat pendidikan
seorang maka akan bertambah pengalaman yang mempengaruhi wawasan
dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui
pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan (pengertian, pendapat,
konsep-konsep) sikap dan persepsi serta menambahkan tingkah laku
atau kebiasaan yang baru (Notoatmodjo, 2010).Pembagian tingkat
pendidikan pada penelitian ini didasarkan pada kriteria Wajib
Belajar 9 tahun yaitu sebagai berikut :
a. Tingkat pendidikan rendah : jika pendidikan terakhir
responden tidak SD atau tidak sekolah. b. Tingkat pendidikan
sedang: jika pendidikan terakhir responden adalah SMP-SMA c.
Tingkat pendidikan tinggi: jika pendidikan terakhir responden
adalah akademi-universitas (Singarimbun,2006) Tingkat pendidikan
pasangan usia subur yang tinggi sesuai dengan teori dari
notoatmodjo diatas akan mempengaruhi persepsi pasangan usia subur
untuk lebih mudah menerima informasi tentang manfaat dan
efektifitas penggunaan AKDR dibandingkan dengan alat kontrasepsi
lainnya. Tingginya pendidikan ibu juga berarti semakin bertambah
pengalaman wawasan dan pengetahuan tentang teknologi kesehatan dan
perkembangan alat kontrasepsi AKDR ini, sehingga kemauan pasagan
usia subur untuk menggunakan AKDR menjadi semakin tinggi.
2.2.2 Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek
(Notoatmodjo, 2010) Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari
kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan
situasi yang berkaitan dengannya. Sikap adalah kesiapaan seseorang
untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010)
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi
sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditaksirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Newcomb
seperti dikutip oleh Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk beraksi, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri
dari berbagai tingkatan, yakni :
a.Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b.Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.c.Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
dBertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling
tinggi.Apabila ibu memiliki pengetahuan yang cukup lengkap tentang
pengertian, manfaat serta resiko apabila menggunakan AKDR
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya maka diharapkan
sikapnya tentang penggunaan AKDR akan positif dan dengan adanya
sikap positif tersebut diharapkan kemauan pasangan usia subur untuk
menggunakan AKDR semakin tinggi.
2.2.3 Pengetahuan World Health Organization (WHO) mengatakan
bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari
guru, orang tua, buku, dan media massa. Sedangkan pengetahuan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2003) adalah segala sesuatu yang
diketahui atau kepandaian. Notoatmodjo (2003) mengartikan
pengetahuan merupakan hasil dari atau dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Meliono (2007), klasifikasi pengetahuan dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Pengetahuan Empiris atau pengetahuan Aposteriori
Pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang lebih menekankan
pada pengamatan dan pengalaman inderawi.Pengetahuan ini bisa
didapatkan dengan melakukan pengamatan atau observasi yang
dilakukan secara empiris dan rasional.Pengetahuan empiris tersebut
juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang
dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat dan gejala
yang ada pada objek empiris tersebut.
2. Pengetahuan Rasionalisme Pengetahuan rasionalisme adalah
pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi.Rasionalisme lebih
menekankan pengetahuan yang bersifat apriori dan tidak menekankan
pada pengalaman.
Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
:
1. Cara tradisional atau Non ilmiah
a. Cara Coba-Salah ( Trial and Error )
Cara ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tidak berhasil, coba
sekali lagi kemungkinan selanjutnya sampai ditemukan pemecahan
masalahnya.b. Cara kekuasaan
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu
pengetahuan.
c. Pengalaman
Merupakan sumber pengetahuan atau merupakan cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan.
d. Melalui jalan pikiran
Manusia mempunyai penalaran dalam memperoleh pengetahuan.2. Cara
Modern atau ilmiah
Cara modern (ilmiah) pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut penelitian ilmiah, dengan cara
mengumpulkan data, merumuskan masalah, menyusun hipotesa, melakukan
eksperimen dan menarik kesimpulan (Notoadmodjo, 2003:122).
2.2.4 Budaya
Menurut Ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
(Koentjoroningrat, 2000).
Terdapat tiga wujud dari kebudayaan menurut Koentjoroningrat
(2000) yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu gabungan dari gagasn,
norma-norma dan peraturan yang timbul dari anggota masyarakat dan
mempengaruhi kehidupan bermasyarakat
2. Wujud kebudayaan sebagai komplek aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas manusia, yang berinteraksi, berhubungan dengan orang
lain.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Kebudayaan sebagai sesuatu yang merupakan hasil budi daya manusia
yang mewujud dalam tingkah laku atau benda, bahasa dan simbol.
Kebudayaan tersebut melingkupi manusia sehingga berpengaruh
terhadap prilaku dan tindakan manusia, yang disebut juga kebudayaan
fisik karena merupakan karya dari aktifitas masyarakat.Ada tujuh
unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa, yaitu:
Bahasa, Sistem pengetahuanm Organisasi social, Sistem peralatan,
Sistem mata pencarian hidup, Sistem religi dan Kesenian.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat
Kebudayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang
pemasangan AKDR, sebagian masyarakat yang menganggap pasang AKDR
akan mengganggu hubungan suami istri. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian dari Ratna (2006), bahwa beberapa kasus mencatat para
suami mengeluh bahwa terdapat gangguan pada saat berhubungan dan
adanya faktor dilarang agama.2.2.5 Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikir nya, sehingga pengetahuan yang di peroleh
nya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan
aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi sukses nya upaya menyesuaikan diri menuju
usia tua, selain itu orang madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemacahan
masalah, dan kemampuan verbal di laporkan hampir tidak ada
penurunan pada usia ini. Ada dua sikap tradisional mengenai jalan
nya perkembangan selama hidup:
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakinbanyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuan.b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang
yang sudah tua karena mengalami kemunduran, baik fisik, maupun
mental. Dapat di perkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambah nya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain
seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat
ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan
betambahnya usia.2.3 Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan kepustakaan serta masalah penelitian yang
telah dirumuskan diatas, maka dapat dikembangkan suatu kerangka
konsep penelitian. Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo,
2005:70)
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki
oleh anggotaanggota suatu kelompok yang berbeda dengan kelompok
lain. Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu pendidikan, sikap,
pengetahuan, budaya dan usia merupakan variabel bebas (X) dan
perilaku ibu dalam memilih AKDR merupakan variabel terikat (Y).
Perilaku Ibu dalam memilih alat kontrasepsi dalam rahim adalah
Jumlah responden yang menggunakan atau tidak menggunakan alat
kontrasepsi dalam rahim.
Usia merupakan lamanya tahun yang dilalui oleh responden
dihitung berdasarkan akte kelahiran atau peristiwa penting tingkat
nasional dan perhitungan sepadan. Pendidikan adalah tingkat
pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh seseorang.
Pengetahuan adalah Segala sesuatu yang diketahui peserta akseptor
KB tentang alat kontrasepsi AKDR yang membuat seseorang tidak
menggunakan AKDR dengan beberapa indikator antara lain : (1)
pengertian kontrasepsi AKDR (2) Jenis-jenis dan cara pemasangan
kontrasepsi AKDR (3) keuntungan dan kerugian kontrasepsi
AKDR.Budaya, merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sikap adalah kesiapan
atau kesediaan seseorang agar memilih AKDR sebagai alat
kontrasepsinya.
Sehingga kerangka konsep penelitian ini dapat disusun sebagai
berikut Variabel Independen (X)
Variabel Dependen (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian2.4 Hipotesa
Ha = Terdapat hubungan antara pendidikan, sikap, pengetahuan,
budaya dan usia dengan perilaku ibu dalam memilih AKDR di Puskesmas
Pekan Heran Ho =Tidak terdapat hubungan antara pendidikan, sikap,
pengetahuan, budaya dan usia dengan perilaku ibu dalam memilih AKDR
di Puskesmas Pekan Heran
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini bersifat analitik
dengan metode cross sectional untuk melihat hubungan antara
variabel independen dalam hal ini adalah usia, pendidikan,
pengetahuan, budaya dan sikap dengan variabel dependen yang dalam
hal ini adalah perilaku ibu dalam memilih AKDR di Puskesmas Pekan
Heran Kabupaten Indragiri Hulu.3.2 Lokasi dan waktu penelitian3.2.1
Lokasi
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pekan Heran
Kabupaten Indragiri Hulu, karena wilayah ini merupakan daerah
dengan cakupan yang rendah akseptor penguna AKDR di Kabupaten
Indragiri Hulu.3.2.2 Waktu
Waktu pembuatan proposal dilaksanakan pada bulan Januari April
2014 sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
NoKegiatanJanuariFebruariMaretAprilMei
12341234123412341234
1Usulan Judul Penelitian
2Penyusunan Proposal BAB I-IV
3Konsultasi Kuisioner
4Penyerahan Proposal
5Ujian Proposal
6Perbaikan Proposal
7Pelaksanaan Penelitian
8Pengolahan Data
9Ujian atau Sidang KTI
10Perbaikan Hasil KTI
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh akseptor Keluarga
Berencana aktif yang dating ke Puskesmas Pekan Heran periode Bulan
Januari sampai dengan Maret Tahun 2014. Populasi penelitian ini
berjumlah 234 orang.3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yaitu seluruh akseptor
Keluarga Berencana aktif yang dating ke Puskesmas Pekan Heran
periode Bulan Januari sampai dengan Maret Tahun 2014 dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:N = besar populasin = Jumlah sampel
d = Tingkat signifikan ( 0,05)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik accidental
random sampling dalam pengambilan sampel yaitu teknik mengambil
sampel dari anggota populasi yang bersifat homogen dengan
menggunakan rumus Solvin sebagai berikut :
n = 234 1+ 234 (0,052)
n = 234 1+ 234 (0,0025)
n = 234 1+0,585n = 234
1,585n = 147 respondenDari hasil perhitungan menggunakan rumus
diatas maka didapatkan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak
147 responden.Dengan kriteria sampel adalah:1. Ibu akseptor KB
aktif.
2. Responden yang bisa membaca dan menulis.
3. Responden yang bersedia menjadi subjek penelitian.
4. Responden yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Pekan Heran pada saat penelitian.
3.3 Cara Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan dicatat oleh
peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil
isian kuesioner pada 147 akseptor Keluarga Berencana aktif di
wilayah kerja Puskesmas Pekan Heran Kabupaten Indragiri Hulu pada
Bulan Maret 2014, dengan tujuan mendapatkan data kuantitatif
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memilih
kontrasepsi AKDR.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh
dari sumbernya, tetapi melalui pihak kedua, dalam hal ini peneliti
mempergunakan data yang diambil dari register dan dengan melihat
data laporan Puskesmas Pekan Heran Kabupaten Indragiri Hulu yang
berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi AKDR.
3.5 Pengolahan Data Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan
pengolahan data secara komputerisasi yang bertujuan untuk
menghasilkan informasi yang benar sesuai dengan tujuan penelitian.
Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji
kesesuaian data melalui:3.5.1Mengukur Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Untuk
menguji tingkat validitas instrumen, peneliti mencobakan instrumen
tersebut pada sasaran dalam penelitian.Validitas alat ukur diuji
dengan menggunakan program SPSS dengan rumus Pearson Product
Moment. 3.5.2Mengukur Reliabilitas
Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas
data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Dalam mengukur
reabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown.Adapun
langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Editing
Dalam melakukan editing data langkah yang dilakukan adalah
menata dan menyusun semua lembar jawaban skala yang terkumpul
berdasarkan nomor skala yang telah ditentukan. Kemudian memeriksa
kembali jawaban responden satu persatu dengan maksud untuk
memastikan bahwa jawaban atau pertimbangan yang diberikan sesuai
dengan perintah dan petunjuk pelaksanaan untuk dilakukan pemrosesan
data pada langkah berikutnya.
2. Coding Coding data dilakukan dengan maksud untuk memudahkan
proses pengolahan data. Pengkodingan ini adalah mengklasifikasikan
jawaban responden menurut macamnya dengan cara menandai
masing-masing jawaban dengan tanda kode tertentu.3. Entry DataData,
yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau
software komputer
4. Checking dan Cleaning Data (cek dan membersihkan data)Dalam
cleaning dilakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry pada
program SPSS dengan maksud untuk mengevaluasi apakah masih ada
kesalahan atau tidak. Apakah ada Missing data atau data yang
terlewati, kesalahan pengetikan.Tahap selanjutnya adalah dilakukan
analisis data, analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Notoatmodjo,
2010:176)3.6 Variabel Penelitian1. Perilaku Ibu dalam memilih AKDR
berupa Jumlah responden yang menggunakan atau tidak menggunakan
AKDR. Skala data yang digunakan adalah skala interval dengan sumber
data sekunder dengan hasil ukur dari hasil wawancara berupa : 1).
Memilih kontrasepsi AKDR 2). Tidak memilih kontrasepsi AKDR2. Usia
merupakan lamanya tahun yang dilalui oleh responden dihitung
berdasarkan akte kelahiran atau peristiwa penting tingkat nasional
dan perhitungan sepadan. Skala data yang digunakan adalah skala
rasio dengan hasil ukur atas jawaban responden berupa : 1). Remaja
= < 15 tahun 2) Dewasa = 16-44 tahun dan tua > 45 tahun 3.
Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah
diikuti oleh responden. Dengan alat ukur kuesioner melalui
indikator : 1). Pendidikan rendah : SD / Tidak sekolah, 2).
Pendidikan menengah : SMP / SMA dan 3). Pendidikan tinggi: Akademi
/ Perguruan tinggi4 Pengetahuan adalah Segala sesuatu yang
diketahui peserta akseptor KB tentang alat kontrasepsi AKDR yang
membuat responden tidak menggunakan AKDR dengan beberapa indikator
antara lain : (1) pengertian kontrasepsi AKDR (2) Jenis-jenis dan
cara pemasangan kontrasepsi AKDR (3) keuntungan dan kerugian
kontrasepsi AKDR. Skala data yang digunakan adalah skala ordinal
dengan sumber data primer berupa jawaban responden dengan hasil
ukur atas jawaban responden berupa : 1). Baik = skor 80, 2) Cukup =
skor 65-80 dan 3) Kurang = Skor 65.5 Budaya, merupakan keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Skala data yang digunakan adalah skala ordinal dengan
sumber data primer berupa jawaban responden dengan hasil ukur atas
jawaban responden berupa : 1). Budaya mendukung = nilai median dan
2) Budaya tidak mendukung = nilai < median.6 Sikap adalah
kesiapan atau kesediaan responden di wilayah kerja Puskesmas Pekan
Heran agar memilih AKDR sebagai alat kontrasepsinya. Skala data
yang digunakan adalah skala ordinal dengan sumber data primer
berupa jawaban responden dengan hasil ukur atas jawaban responden
berupa : 1). Tinggi = nilai median dan 2) Rendah = nilai <
median.Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Cara Pengukurannya
NoVariabelDefinisi OperasionalSkala ukurHasil Ukur
1
2
345
6Perilaku ibu dalam memilih AKDR UsiaPendidikan
PengetahuanBudaya
SikapJumlah responden yang menggunakan atau tidak menggunakan
AKDR
lamanya tahun yang dilalui oleh responden dihitung berdasarkan
akte kelahiran
Tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh
responden
Segala sesuatu yang diketahui responden, meliputi:
1. pengerti an
2. Jenis dan cara pemasangan 3.keuntungan dan kerugian Pengaruh
budaya dan lingkungan ibu yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi
AKDR Kesediaan responden di wilayah kerja Puskesmas Pekan Heran
untuk memilih AKDR
Nominal RasioOrdinalOrdinalOrdinal
Ordinal
Tidak=Tidak menggunakan AKDR
Ya=Menggunakan AKDR
1). Remaja = < 15 tahun 2) Dewasa = 16-44 tahun 3). Tua >
45 tahun1) Rendah : SD / Tidak sekolah2) Menengah : SMP / SMA3)
tinggi: Akademi / Perguruan tinggi1) Baik = skor 80 2) Cukup = skor
65-80%
3) Kurang = skor 651) Tidak mendukung = nilai < median
2) Mendukung = nilai median 1) Positif = nilai < median
2) Negatif = nilai median
3.7Analisis Data
Analisis data yaitu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis
kuantitatif, yang dimaksud untuk mengolah dan mengorganisasikan
data serta menemukan hasil yang dapat dibaca dan dapat
diinterpretasikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
sistem komputerisasi melalui program SPSS.1. Analisa
UnivariatMenganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk
mendeskripsikan variabel bebas dan variabel terikat.2. Analisa
Bivariat Analisa Bivariat merupakan analisa untuk melihat hubungan
antara dua variabel yaitu variabel independen (pendidikan, sikap,
pengetahuan, budaya dan usia) dengan variabel dependen (perilaku
ibu dalam memilih AKDR). Data dianalisa dengan menggunakan uji
statistik Chi Square.3.Analisis Mutivariat
Analisis Multivariat menggunakan uji regresi logistik. Adapun
Regresi Logistik merupakan salah satu bagian dari Analisis Regresi,
yang digunakan untuk memprediksi probabilitas kejadian suatu
peristiwa, dengan mencocokkan data pada fungsi logit kurva
logistik. Metode ini merupakan model linear umum yang digunakan
untuk regresi binomial. Seperti analisis regresi pada umumnya,
metode ini menggunakan beberapa variabel bebas, baik numerik maupun
kategori. Pada penelitian ini yang akan diukur adalah probabilitas
bahwa pemilihan AKDR pada peserta KB aktif Diwilayah kerja
Puskesmas Pekan Heran Kabupaten Indragiri Hulu dapat diprediksi
dari informasi usia, pendidikan, pengetahuan, budaya dan sikap
akseptor tersebut.
DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Anonymous.
2007, Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depdiknas, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka
Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu. 2012, Profil kesehatan
Kabupaten Inhu. Rengat: Dinkes Kab. Inhu.
Glasier. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: Rineka Cipta
Herlina, dkk, 2008. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan
Perubahan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Percut Sei Tuan
tahun 2007. Hanafiah, M. Jusuf. Amir, 2010. Buku Ajar Penuntun
Kuliah. Ginekologi. Jakarta : EGC.
Hidayat. A, 2007. Metode Penelitian kebidanan, Jakarta :
Penerbit Salemba Medika Imbarwati, 2009, Beberapa Faktor yang
Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada Peserta KB IUD dan Peserta
KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Semarang : Undip.
Juliansyah, Noor, 2011, Metodologi Penelitian.edisi1,
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Meliono, Irmayanti, 2007. Pengetahuan. Jakarta: Lembaga
Penerbitan FEUI;.
Notoatmodjo, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:
Rineka Cipta. Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian ilmu Keperawatan Ed.II, Jakarta : Salemba Medika.
SDKI. 2007. Presentase TFR Di Wilayah Indonesia. Diakses pada 5
April 2012, dari www.sdki.com/2007/11/tfr-kb . Saifudin, Abdul
Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi . Jakarta :
YBPS. Sarwono. Prawihardjo, 2003. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Rivai, Veithzal, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta :
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiono, 2011, Statistika unluk Penelitian, Bandung:PT
Alfabeta
Suratun dkk, 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan
Kontrasepsi . Jakarta : Trans Info Media. Taylor, Taher. M. D..
(2003). Medical ethics. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka
utama
Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Keluarga Berencana,
Jakarta : Balai PustakaVarney, H., Kriebs, J. M., & Gegor, C.
L, 2006, Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol. 1 ed.4. Jakarta: EGC
Yetti, Anggaraini, 2012, Pelayanan Keluarga Berencana, Rohima
Press, Yogyakarta
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM MEMILIH ALAT
KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAN HE RAN
PROPOSALOLEH :
RINI SUSANTI NIM : 130 302 133
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AL-INSYIRAH PEKANBARU
TAHUN 2014DAFTAR ISIHalaman Judul .. i
Daftar Isi..... ii
Daftar Tabel ... iii
Daftar Gambar iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian . 6
1.4 Manfaat Penelitian 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kontrasepsi AKDR .. 7
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan AKDR... 14
2.3 Penelitian Terkait . 21
2.4 Kerangka Konsep .. . 22
2.5 Hipotesa Penelitian 23 BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain dan Jenis Penelitian... 24
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian . 24
3.3 Populasi dan Sampel .. 24
3.4 Cara Pengumpulan Data . 26
3.5 Pengolahan Data .... 27
3.6 Definisi Operasional ... 28
3.7 Analisa Data . 31
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional . 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 23
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM MEMILIH ALAT
KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAN HERAN
Selamat pagi/siang/sore. Kami adalah mahasiswa Stikes
Al-Insyirah Pekanbaru yang sedang mengadakan penelitian tentang
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memilih alat
kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Pekan Heran. Kami
membutuhkan waktu dan kesediaan Ibu untuk menjawab beberapa
pertanyaan seputar pengetahuan dan alasan mengenai metode
kontrasepsi suntik. Jawaban yang Ibu berikan akan dirahasiakan,
tidak akan dipublikasikan. Hanya peneliti yang akan mengetahui
informasi yang terdapat dalam kuesioner ini. Ibu tidak harus
menjawab pertanyaan yang tidak ingin Ibu jawab dan dapat mengakhiri
wawancara setiap saat. Namun demikian, jawaban jujur yang Ibu
berikan sangat kami harapkan.
Tanggal Wawancara
:..........................................
Nomer Responden: IDENTITAS RESPONDEN1. a. Nama Ibu
: ....................................................
b. Umur Ibu
:.....................................................
2. Pendidikan terakhir
: ....................................................1
PENGETAHUAN
A. Pengertian Kontrasepsi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
1.Pengertian dari alat kontrasepsi adalah ?A. Menambah jumlah
angka kelahiran
B. Usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak
C. Memperbanyak anak2. Di bawah ini contoh dari metode KB yang
mantap adalah ?A. AKDR
B. Susuk
C. MOW dan MOP3.Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi AKDR?
A. alat kontrasepsi yang diminum
B. alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim
C. alat kontrasepsi untuk para suami
4.Pemasangan Alat kontrasepsi AKDR dilakukan oleh ?A. Tenaga
kesehatan terlatih
B. Dukun Bayi
C. Ibu Lurah
5.Bahan kontrasepsi AKDR terbuat dari, kecuali ?A. Plastik
B. Besi
C. Aluminium foil
6. Nama lain dari kontrasepsi AKDR adalah ?A. IUD
B. Spiral
C. Semua benar
7. Jenis-jenis alat kontrasepsi AKDR adalah ?A. Inert
B. Kondom
C. Pil
8. Cara kerja kontrasepsi AKDR adalah, kecuali ?A. Menganggu
kemampuan sperma berjalan melewati rongga rahim
B. Membuat hubungan seksual lebih menyenangkan
C. Menggangu proses pembuahan di tuba falopii sebelum ovum
mencapai rongga rahim
9. Salah satu fungsi pemakaian alat kontrasepsi AKDR adalah ?A.
Menyebabkan sperma suami tidak bisa masuk ke rahim ibu
B. Mengganggu kenyamanan pada saat berhubungan seksual
C. Mengganggu pergerakan sperma melalui pembentukan mukus servik
yang kental
10. Persyaratan penggunaan alat kontrasepsi AKDR adalah, kecuali
?A. Usia produktif
B. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
C. Pada saat hamil muda 11. Ibu yang dilarang menggunakan alat
kotrasepsi AKDR adalah ?A. Menghendaki kehamilan segera
B. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya
infeksi
C. Tidak menghendaki metode hormonal
12. Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi AKDR adalah ?A.
Cocok untuk pasangan yang sudah tidak menghendaki kehamilan
B. Praktis dan ekonomis
C. Dapat membunuh beberapa penyebab radang dan penyakit menular
seksual13. Efek samping dari penggunaan AKDR adalah ?A. Terlambat
pemulihan kesuburan
B. Timbul jerawat
C. Rasa mulas atau nyeri (kram bawah perut)
14. Kapan ibu mengunakan alat kontrasepsi AKDR setelah
melahirkan, yaitu ?A. 2 minggu setelah melahirkan
B. 1 minggu setelah melahirkan
C. 1 bulan setelah melahirkan
15. Keuntungan apabila ibu mengunakan alat kontrasepsi AKDR
adalah ?A. Dapat langsung digunakan setelah pemasangan
B. Tidak boleh berhubungan seksual setelah pemasangan minimal 1
minggu
C. Cocok untuk pemakaian KB jangka pendek
2. Budaya
1 Apakah suami ibu setuju dengan alat kontrasepsi dalam rahim
yang ibu gunakan?
A. Ya
B. Tidak
2 Apakah suami ibu mendukung sepenuhnya dalam penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim yang ibu gunakan?
A. Ya
B. Tidak
3 Apakah suami ibu juga ikut mengantarkan ibu ke pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan alat kontrasepsi dalam rahim yang ibu
gunakan?
A. Ya
B. Tidak
4 Apakah suami ibu turut mengikuti konseling pemilihan alat
kontrasepsi dalam rahim ?
A. Ya
B. Tidak
5 Apakah suami ibu turut mendukung apabila ibu menggunakan
kontrasepsi dalam rahim?
A. Ya
B. Tidak
6 Apakah suami ibu ikut serta dalam menentukan alat kontrasepsi
dalam rahim yang ibu gunakan?
A. Ya
B. Tidak 7 Apakah suami ibu ikut menandatangani informed consent
tentang alat kontrasepsi dalam rahim yang diberikan petugas ?
A. Ya
B. Tidak 8 Apakah suami ibu mengeluh saat berhubungan karena
alat kontrasepsi dalam rahim yang ibu gunakan?
A. Ya
B. Tidak
9. Apakah tokoh masyarakat / tokoh agama mendukung penggunaan
alat kontrasepsi dalam rahim yang ibu gunakan?
A. Ya
B. Tidak
10. Apakah terdapat tokoh agama di lingkungan ibu yang menentang
penggunaan alat kontrasepsi yang ibu gunakan?
A. Ya
B. Tidak
11 Apakah kontrasepsi dalam rahim yang ibu gunakan dilarang
agama yang ibu anut ?
A. Ya
B. Tidak
12. Apakah ibu pernah beralih alat kontrasepsi ke alat
kontrasepsi dalam rahim?
A. Ya
B. Tidak
13. Pada saat ibu beralih alat kontrasepsi ke alat kontrasepsi
dalam rahim, apakah suami sering mengeluhkan adanya perasaan tidak
nyaman pada saat berhubungan seksual?
A. YaB. Tidak
3. Sikap
Petunjuk Pengisian :1 Pilihlah pertanyaan dibawah ini sesuai
dengan dengan pendapat dan persepsi ibu.
2 Berilah tanda (x) pada jawaban yang ibu pilih dengan ketentuan
sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) : Jika pernyataan tersebut sangat sesuai
dengan pendapat ibu.
Setuju (S) : Jika pernyataa tersebut sesuai dengan pendapat
ibu.
Tidak Setuju (TS) : Jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan
pendapat ibu
Sangat Tidak Setuju (STS):Jika pernyataan tersebut sangat tidak
sesuai menurut pendapat ibu.
NoPernyataan SikapSSSTSSTS
1Saya merasa perlu untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam
rahim karena banyak manfaatnya.
2Saya yakin sekali bahwa alat kontrasepsi dalam Rahim sangat
efektif untuk menunda kehamilan.
3Saya selalu berkonsultasi dengan petugas kesehatan tentang
manfat dan efek samping dari alat kontrasepsi dalam Rahim yang saya
gunakan
4Saya sangat yakin bahwa pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim
yang saya gunakan tidak melanggar norma adat daerah saya.
5Suami saya setuju saya menggunakan alat kontrasepsi dalam
rahim.
6Saya yakin bahwa alat kontrasepsi dalam rahim tidak akan
mengganggu kenyamanan hubungan seks dengan suami saya.
7Saya semakin yakin akan penggunaan alat kontrasesi dalam rahim
setelah suami saya ikut mendampingi saya saat konseling dengan
petugas kesehatan tentang AKDR ini
8Saya tidak khawatir akan efek samping alat kontrasepsi dalam
rahim.
9Saya tidak terpengaruh dengan pandangan negatif orang lain
mengenai alat kontrasepsi dalam rahim.
10Saya bersedia menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim setelah
anak ini lahir.
1
7
1. Usia
2. Pendidikan
3. Budaya
4. Pengetahuan
5. Sikap
Perilaku Ibu dalam Memilih AKDR
23
ii
iii
iv
PENUTUP :
Terima kasih atas waktu dan jawaban yang telah ibu berikan,
wawancara yang saya perlukan cukup sekian. Mungkin ibu ada memiliki
pertanyaan berkaitan dengan penelitian ini. Sekali lagi terima
kasih, saya permisi dulu.
_1405118983.unknown
_1405118984.unknown