Hindawi Publishing KorporasiBedah Invasif MinimalVolume 2012, ID
Artikel 484.135, 8 halamandoi: 10.1155/2012/484135
Clinical StudyPerbaikan Hernia dengan Laparoskopi dibandingkan
Herniotomi Terbuka pada Anak-Anak: Sebuah Studi Acak
TerkendaliRafik Shalaby, 1 Refaat Ibrahem, 1 Mohamed Shahin, 2
Abdelaziz Yehya, 1Mohamed Abdalrazek, 1 Ibrahim Alsayaad, 2
andMaged Ali Shouker3
1Unit Bedah Anak, Al-Azhar University Hospitals, Kairo,
Mesir2Unit Bedah Anak, Al-Azhar University Hospitals, Damietta,
Mesir3Departemen Pencitraan Diagnostik, Al-Azhar University
Hospitals, Kairo, Mesir
Korespondensi harus ditujukan kepada Rafik Shalaby,
[email protected]
Diterima 30 Agustus 2012, Revisi 13 November 2012, diterima 30
November 2012
Akademik Editor: Othmar Schob
Hak Cipta 2012 Rafik Shalaby et al. Ini adalah artikel akses
terbuka didistribusikan di bawah lisensi Creative Commons
Attribution,yang memungkinkan penggunaan tak terbatas, distribusi,
dan reproduksi dalam media apapun, asalkan karya asli benar
dikutip.Latar Belakang. Perbaikan hernia dengan laparoskopi pada
masa bayi dan masa kanak-kanak masih diperdebatkan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membandingkan perbaikan hernia dengan
laparoskopi dibandingkan dengan herniotomi terbuka dalam hal waktu
operasi,lamanya dirawat di rumah sakit, pembentukan hidrokel pasca
operasi, tingkat kekambuhan, kenaikan dari testis karena
iatrogenik, atrofi testis, dan hasil kosmetik. Pasien dan Metode.
Dua ratus lima puluh pasien dengan hernia inguinalis secara acak
dibagi menjadi dua kelompok yang sama. Grup A menjadi sasaran
perbaikan hernia inguinal dengan laparoskopi. Grup B menjadi
sasaran untuk herniotomi terbuka. Data kependudukan disamakan
antara kedua kelompok. Dilakukan penilaian volume testis dan
penilaian duplex di pra operasi, periode awal, dan akhir pasca
operasi. Hasil. Semua kasus telah berhasil diselesaikan tanpa
konversi. Waktu operasi rata-rata untuk kelompok A adalah 7,6 3,5
menit, 9,2 4,6 menit dan 11,4 2,7 menit, masing-masing untuk hernia
unilateral, hernia unilateral pada anak obesitas, dan hernia
bilateral. Tingkat kekambuhan 0,8% pada kelompok A, sedangkan pada
kelompok B tingkat kekambuhan 2,4%. Kesimpulan. Perbaikan hernia
dengan laparoskopi oleh RN (Reverdin Needle) adalah perbaikan
hernia yang efektif. Kesimpulan ini ditandai dengan pengurangan
waktu operasi, tingkat kekambuhan yang rendah, tidak ada atrofi
testis, tidak ada kenaikan testis akibat iatrogenik, dan hasil
kosmetik yang sangat baik.
1.pengantarPerbaikan hernia inguinalis (HI) adalah salah satu
prosedur bedah yang paling sering dilakukan pada bayi dan
anak-anak. Herniotomi terbuka adalah pengobatan standar terhadap
modalitas dari semua pengobatan alternatif yang dievaluasi.
Sekarang menjadi mudah dilakukan, memiliki tingkat keberhasilan
yang tinggi, dan rendahnya tingkat komplikasi. Namun, baru-baru
ini, banyak pusat(center) yang rutin melakukan perbaikan hernia
dengan laparoskopi pada anak-anak dan ada banyak laporan
menggambarkan berbagai teknik laparoskopi daripada pendekatan
tradisional terbuka [1-4]. Keuntungan dari perbaikan hernia dengan
laparoskopi termasuk paparan visual yang sangat baik, diseksi
minimal, komplikasi minimal, tingkat kekambuhan, dan meningkatnya
hasil kosmetik dibandingkan dengan pendekatan tradisional terbuka
dilaporkan. Selain itu, perbaikan hernia dengan laparoskopi juga
memungkinkan proses paten vaginalis (PPV) hernia kontralateral
menjadi jelas dan diperbaiki dalam operasi yang sama [5-7]. Studi
Kontrol acak dari perbaikan hernia dengan laparoskopi dibandingkan
OH(Open Herniotomi) pada anak-anak masih jarang dalam literatur
[8-10]. Makalah ini menyajikan serangkaian besar dan menjelaskan
teknik baru yaitu menggunakan Reverdin Needle (RN) dalam perbaikan
hernia laparoskopi dibandingkan dengan OH, untuk yang terbaik dari
pengetahuan kita, teknik ini belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Jadi, penelitian prospektif terkontrol acak ini dilakukan untuk
membandingkan perbaikan hernia dengan laparoskopi dibantu oleh
Reverdin Needle (RN) dengan OH(open herniotomi) pada bayi dan
kanak-kanak dalam hal waktu operasi, lamanya di rumah sakit,
pembentukan hidrokel pasca operasi, tingkat kekambuhan, penaikan
dari testis akibat iatrogenik, atrofi testis, dan hasil kosmetik
.
2. Pasien dan MethodsSebuah penelitian prospektif acak
terkontrol dilakukan di Unit Bedah Anak-anak Rumah Sakit Al-Azhar
dan 2 rumah sakit swasta, selama empat tahun periode.
Studi kita ini disetujui oleh komite etika. Dua ratus lima puluh
pasien dengan IH(hernia inguinalis) secara acak dibagi ke dalam dua
kelompok yang sama dengan urutan nomor tabel secara acak setelah
mendapat persetujuan tertulis dari orang tua. Kelompok A (n = 125)
menjadi subjek perbaikan hernia inguinalis dengan laparokopi
dibantu oleh RN(Reverdin Needle) (Gambar 1) (Martin Medizin
Technik, Tuttlingen, Jerman). Grup B (n = 125) adalah subjek yang
dikenakan untuk herniotomi terbuka (OH). Data demografi disamakan
antara kedua kelompok (Tabel 1). Kriteria inklusi meliputi hernia
inguinalis bilateral, hernia berulang, hernia pada anak obesitas,
hernia inguinalis dengan hernia umbilikalis dan hernia pada
ipsilateral dengan kontralateral. Kriteria eksklusi meliputi hernia
inguinalis unilateral pada anak obes dan hernia dengan testis tidak
turun(undesensus testis). Hasil utama dari pengukuran adalah waktu
operasi, lamannya di rumah sakit, pembentukan hidrokel paska
operasi, tingkat kekambuhan, kenaikan testis akibat iatrogenik,
atrofi testis, dan hasil kosmetik. Semua anak-anak yang dijadikan
subjek penelitian di interview, pemeriksaan klinis, pemeriksaan
laboratorium rutin, dan inguinoscrotal U/ S. Ukuran dan perfusi
testis dari kasus laki-laki (n = 179) dievaluasi saat awal operasi,
selama operasi (dalam waktu 48 jam selama operasi), dan akhir
operasi (6 bulan setelah operasi) dengan menggunakan Gray-scale
ultrasonografi, dan USG Doppler (DUS) (keduanya baik Doppler maupun
Duplex). (Sonoline Antaris, Siemens, Medical Corporation U / S
Erlangen, Jerman). Para pasien diperiksa dengan linear 7.5MHz,
phasedarray transduser. Kedua testis di scan pada bidang melintang
dan membujur sementara pasien berada dalam posisi terlentang, dan
obat penenang digunakan jika diperlukan dalam bentuk parasetamol
supositoria. Testis di sisi terpengaruh (dalam kasus unilateral)
pertama discan untuk mengoptimalkan pengaturan Doppler untuk
menilai aliran darah yang lambat dalam testis. Volume testis pada
kedua sisi dihitung menggunakan rumus elipsoid (volume = 0,523 D1
D2 D3), di mana D1, D2, dan D3 adalah panjang maksimal yang diukur,
anteroposterior, dan diameter melintang. Rasio v didefinisikan
sebagai v = volume sisi testis yang dioperasi (pasca operasi) /
volume sisi testis yang sama (sebelum operasi). Volume testis dan
Rasio v dihitung selama pemeriksaan pra operasi dan akhir pasca
operasi. Kriteria atrofi testis digambarkan dengan terjadinya
pengurangan sebesar 75% dari perkiraan volume testis , rasio v
kurang dari 75%, dan indeks resistif (RI) lebih dari 0,7. Semua
operasi yang dilakukan oleh tiga penulis pertama, dan residen
senior yang memegang kamera. Di grup A, setelah induksi general
anestesi dengan pemasangan endotrakeal tube, pasien diposisikan
terlentang dengan posisi Trendelenburg(kaki lebih tinggi dari
kepala). Insersi pada pusar dilakukan dengan metode terbuka.Tekanan
pneumoperitoneum dipertahankan 8 sampai 12 mmHg. Laparoskopi
digunakan untuk menggambarkan kedua sisi panggul(pelvis) dan IIRs.
Perbaikan hernia dengan laparoskopi dilakukan sesuai dengan teknik
yang dijelaskan oleh Shalaby et al, 2006., dengan beberapa
modifikasi [11]. Sebuah forsep (gunting tang) Maryland 3mm,
memegang ujung benang prolene 3/0, dimasukkan ke dalam rongga perut
tanpa trocar di perbatasan lateral musculus rectus tepat di atas
umbilikus kita meninggalkan ujung panjang benang luar perut (Gambar
2).
Sebuah sayatan menusuk kulit dilakukan 2 cm di atas dan lateral
IIR di sisi kanan, dan 2 cm di atas dan medial ke sisi kiri IIR dan
RN dimasukkan ke dalam rongga perut (Gambar 2). Jarum itu diarahkan
untuk menembus peritoneum pada arah jam 3 pada IIR dan maju terus
untuk melewati batas bawah dari IIR dibawah peritoneum dan di depan
saluran spermatika dan vas deferens untuk menembus peritoneum pada
arah jam 9 dari IIR. Perawatan untuk menghindari cedera pada
saluran spermatika, dan vas deferens dengan memegang dan mengangkat
peritoneum menjauhi saluran spermatika dan vas deferens dan RN
selalu terlihat di bawah peritoneum (penanda jarum). Kemudian, sisi
lubang RN dibuka dan benang Maryland terus dimasukkan di dalamnya.
Kemudian, sisi lubang RN ditutup, dan jarum dikeluarkan sampai
mencapai titik arah Pukul 3. Kemudian, RN dengan terpasang seutas
benang tersebut dimasukkan lagi pada arah pukul 3 dan maju
sepanjang tepi bagian atas IIR tersebut di bawah peritoneum dan
fascia transversalis untuk keluar dari lubang yang sama pada arah
pukul 9 di mana ujung pendek dari benang ditarik keluar dari RN dan
ditarik keluar rongga perut untuk mengikat jahitan extracorporeal.
Sebelum mengencangkan simpul, skrotum dijepit dan tekanan
intraperitoneal dibebaskan untuk membuang gas dalam kantung hernia.
Sebuah cincin internal yang kontralateral dengan sebuah prosesus
vaginalis yang paten (lebih dari 2mm) dianggap sebagai kemungkinan
penyebab pengembangan hernia secara klinis dan diperbaiki pada
waktu yang sama [7]. Sayatan kulit ditutup dengan steri-strips.
Pada kelompok B, OH dilakukan melalui insisi lipatan kulit
inguinal. Ligasi tinggi dari kantung dilakukan dengan menggunakan
jahitan 4/0, 3/0 mudah diserap (Monocryl). Pada kantung bagian
distal adalah celah terbuka untuk mencegah pembentukan hidrokel
pasca operasi. Luka akibat operasi ini ditutup pada lapisan,
menggunakan jahitan yang mudah diserap.Semua pasien diikuti (di
follow up) di klinik pasien rawat jalan setelah 7 hari, 2 minggu, 6
bulan, 1 tahun, dan 2 tahun. Orangtua disarankan untuk menghubungi
departemen bedah anak, jika ada kekhawatiran pada periode pasca
operasi segera.
3. Analisis statistikData yang terkumpul diorganisir,
ditabulasikan, dan dianalisis menggunakan Sosial Statistical
Package for Social Science (SPSS) versi 16 (SPSS Inc, USA). Data
kualitatif, frekuensi, dan persentase distribusi dihitung, dan Chi
square test digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok. Data
kuantitatif, rata- rata, standar deviasi (SD), dan rentang
dihitung, dan sebagai perbandingan antara dua kelompok, sampel
diuji menggunakan uji T. Untuk interpretasi hasil, P