Page 1
KARYA ILMIAH TERAPAN
PERAWATAN SEKOCI PENOLONG DI KM. ISA GLORY
SESUAI SOLAS 1974
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran
RIZKY RAHADIANTO PRATAMA
NIT. 03 15 053 1 41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
2018
Page 2
PERAWATAN SEKOCI PENOLONG DI KM. ISA GLORY
SESUAI SOLAS 1974
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran
RIZKY RAHADIANTO PRATAMA
NIT. 03 15 053 1 41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2018
Page 3
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rizky Rahadianto Pratama
Nomor Induk Taruna : 03 15 053 1 41
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III
Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :
PERAWATAN SEKOCI PENOLONG DI KM. ISA GLORY SESUAI
SOLAS 1974
Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan
yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi
yang di tetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.
SURABAYA, ……………………….
RIZKY RAHADIANTO PRATAMA
Page 4
iii
PERSETUJUAN SEMINAR
KARYA ILMIAH TERAPAN
Judul : PERAWATAN SEKOCI PENOLONG DI KM. ISA
GLORY SESUAI SOLAS 1974
Nama Taruna : RIZKY RAHADIANTO PRATAMA
N I T : 03 15 053 1 41
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III
Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.
SURABAYA, …………………………..
Menyetujui:
Pembimbing I
SEMUEL D. PARERUNGAN, SH, MH
Penata (III/c)
NIP. 19740426 199808 1 001
Pembimbing II
DAVIQ WIRATNO, S.Si.T, MT
Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19790107 200212 1 002
Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika
Capt. DAMOYANTO PURBA, M.Pd.
Penata (III/c)
NIP. 19730919 201012 1 001
Page 5
iv
PENGESAHAN
KARYA ILMIAH TERAPAN
PERAWATAN SEKOCI PENOLONG DI KM. ISA GLORY SESUAI
SOLAS 1974
Disusun dan Diajukan Oleh :
RIZKY RAHADIANTO PRATAMA
NIT. 03 15 053 1 41
Ahli Nautika Tingkat III
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan
Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada Tanggal, 2018
Menyetujui:
Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika
Capt. DAMOYANTO PURBA, M.Pd
Penata (III/c)
NIP. 19730919 201012 1 001
Penguji I
Capt. DAMOYANTO PURBA, M.Pd
Penata (III/c)
NIP. 19730919 201012 1 001
Penguji II
SEMUEL D. PARERUNGAN, SH, MH
Penata (III/c)
NIP. 19740426 199808 1 001
Penguji III
DAVIQ WIRATNO, S.Si.T, MT
Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19790107 200212 1 002
Page 6
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
oleh karena limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah Terapan ini dengan judul:
“PERAWATAN SEKOCI PENOLONG DI KM. ISA GLORY SESUAI SOLAS
1974”.
Karya Ilmiah Terapan (KIT) merupakan salah satu persyaratan baku
Taruna untuk menyelesaikan studi program Diploma III dan wajib diselesaikan
pada periode yang di tetapkan. KIT merupakan proses penyajian keadaan tertentu
yang dialami penulis pada saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PRALA)
ketika berada di atas kapal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, susunan kalimat,
maupun cara penulisan serta pembahasan materi akibat keterbatasan penulis
dalam penguasaan materi, waktu dan data-data yang diperoleh.
Untuk itu penulis senantiasa menerima kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Penulisan karya tulis ilmiah ini
dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak, olehnya itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada kedua orang
tua dan saudara tercinta serta kakak kelas yang selalu memberi dukungan baik
moril maupun material serta kepada:
Page 7
vi
1. Bapak Capt. Heru Susanto, MM. selaku Direktur Politeknik Pelayaran
Surabaya.
2. Bapak Semuel D. Parerungan, SH, MH. selaku dosen pembimbing materi.
3. Bapak Daviq Wiratno, S.Si.T, MT. selaku dosen pembimbing teknik
penulisan.
4. Bapak Capt. Damoyanto Purba, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Nautika.
5. Para dosen di POLTEKPEL Surabaya pada umumnya dan para dosen jurusan
Nautika pada khususnya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
yang sangat bermanfaat.
6. Rekan-rekan taruna/i Politeknik Pelayaran Surabaya dan pihak yang
membantu dalam penyusunan karya ilmiah terapan ini.
Terima kasih kepada beliau dan semua pihak yang telah membantu,
semoga semua amal dan jasa baik mereka mendapat imbalan dari Allah SWT.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kekurangan didalam penulisan karya ilmiah terapan ini. Penulis berharap semoga
karya ilmiah terapan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis
serta berguna bagi pembaca.
Surabaya, 2018
RIZKY RAHADIANTO PRATAMA
Page 8
vii
ABSTRAK
RIZKY RAHADIANTO PRATAMA, 2018, Perawatan Sekoci Penolong di
Kapal Sesuai Solas 1974. Dibimbing oleh Bapak Semuel D. Parerungan, SH, MH.
Dan Bapak Daviq Wiratno, S.Si.T, MT
Banyaknya permasalahan pada saat proses perawatan sekoci yang tidak sesuai
prosedur akan mempengaruhi kelancaran poses pemakaian sekoci. Permasalahan
ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dalam perawatan dan proses
penurunan sekoci. Dalam hal ini jangan sampai terjadi ketidaklancaran penurunan
sekoci dan tidak berfungsinya sekoci yang pada akhirnya mengakibatkan
kecelakaan pada awak kapal pada saat keadaan darurat.. Namun pada dasarnya
segala musibah disebabkan oleh karena (human error) / kesalahan manusia. Untuk
mencegah hal tersebut maka perlu dipersiapkan pengetahuan serta pengawasan
perawatan sekoci yang sesuai dengan prosedur perawatan sekoci yang telah ada,
penelitian ini bertujuan untuk lebih memaksimalkan pengecekan pada sekoci
penolong agar menghindari kerusakan saat digunakan dalam keadaan darurat
diatas kapal.
Penelitian ini dilaksanakan di KM. Isa Glory saat praktek layar, sumber data
yang diperoleh langsung dari kapal, penelitian dengan cara observasi dan
wawancara dengan berbagai narasumber seperti nahkoda beserta seluruh anak
buah kapal.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya
kedisiplinan anak buah kapal dalam melakukan pekerjaan, kurang telitinya anak
buah kapal dalam mengecek sekoci penolong yang mengakibatkan sekoci
penolong tidak bekerja dengan maksimal saat keadaan darurat terjadi.
Kata kunci : Perawatan, Pengecekan, Sekoci Penolong, Keadaan Darurat
Page 9
viii
ABSTRACT
RIZKY RAHADIANTO PRATAMA, 2018,Lifeboats maintenance on the ship according
to solas 1974. Guided by Mr. Semuel D. Parerungan, SH, MH. And Mr. Daviq Wiratno,
S.Si.T, MT
The number of problems during the lifeboat process that does not match the
procedure will affect the smoothness of the poses of lifeboats. This problem is due to a lack of
knowledge in care and the process of decreasing the lifeboats. In this case do not let the lack
of decrease in the lifeboat and the non-functioning of the lifeboat that eventually resulted in
an accident on the crew of the ship during an emergency .. But basically all calamities
caused by (human error) / human error. To prevent this, it is necessary to prepare knowledge
and supervision of lifeboat maintenance in accordance with the lifeboat procedure, study
aims to further maximize checks on the lifeboats to avoid damage when used in an emergency
onboard.
This study was conducted on a MV. Isa Glory during a screening practice, data
sources obtained directly from the ship, research by way of observation and interviews with
various speakers such as the captain and all the crew.
The results obtained from this study indicate that the lack of discipline of the crew in
performing the work, the lack of care of the crew in checking the lifeboats that cause
lifeboats do not work maximally when an emergency occurs.
Keywords: Maintenance, Checking, Lifeboat, Emergency
Page 10
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii
PERSETUJUAN SEMINAR ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................... 3
C. BATASAN MASALAH ..................................................... 3
D. TUJUAN PENELITIAN ................................................... 3
E. MANFAAT PENELITIAN ................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA ........................ 5
B. LANDASAN TEORI ......................................................... 5
1. Sekoci Penolong .......................................................... 5
2. Sekoci Untuk Penyelamat Diri di Laut ....................... 8
3. Prosedur Darurat ......................................................... 14
4. Teori Perawatan Sekoci ............................................... 16
Page 11
x
5. Safety of Life at Sea (SOLAS) .................................... 23
C. KERANGKA PENELITIAN ............................................ 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN ........................................................ 26
B. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN ........................... 26
C. JENIS DAN SUMBER DATA .......................................... 27
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ................................. 28
E. TEKNIK ANALISIS DATA .............................................. 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............. 32
B. HASIL PENELITIAN ....................................................... 35
C. PEMBAHASAN ................................................................ 38
BAB V METODE PENELITIAN
A. KESIMPULAN ................................................................. 49
B. SARAN .............................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
Page 12
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1 Review penelitian Sebelumnya ............................................................. 5
Page 13
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1 Sekoci Tertutup ..................................................................................... ................. 6
2.2 Sekoci Terbuka ..................................................................................... ................. 6
4.1 KM. ISA GLORY ................................................................................. ................. 34
4.2 Sekoci 1 ................................................................................................ ................. 46
4.3 Sekoci 2 ................................................................................................ ................. 46
4.4 Perawatan Sekoci oleh ABK Mesin ..................................................... ................. 47
4.5 Perawatan Sekoci oleh ABK Deck ....................................................... ................. 47
Page 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini transportasi laut merupakan suatu kebutuhan dan menjadi alternatif
terbaik dalam rantai perdagangan dunia, oleh sebab itu pelayaran yang aman dan
nyaman sangat dibutuhkan, keselamatan pelayaran merupakan saah satu faktor
yang mutlak yang harus dipenuhi agar kapal dapat beroperasi dengan baik. Dalam
dunia pelayaran terdapat berbagai macam bahaya yang dapat mengancam jiwa
awak kapal. Bahaya-bahaya tersebut diantaranya yaitu bahaya yang disebabkan
karena faktor kesalahan/kelalaian manusia seperti tubrukan, kebakaran,
kebocoran, tenggelam dan kandas. Bahaya lainnya yaitu dari faktor alam, seperti
badai dan struktur geografi laut yang dapat menimbulkan bahaya navigasi.
Gangguan apapun pada saat kapal berlayar merupakan keadaan darurat
karena akan memperlambat kapal tiba pada tepat waktuya. Yang dimaksud
dengan keadaan darurat adalah keadaan di luar keadaan normal yang terjadi di
atas kapal sehingga merugian pihak kapal dan mempunyai tingkat kecenderungan
dapat mebahayakan jiwa manusia, harta benda dan lingkungan dimana kapal
berada. Keadaan darurat dapat disebabkan oleh :
1. Bahaya tubrukan di laut.
2. Bahaya kebakaran / ledakan.
3. Bahaya kapal kandas.
4. Bahaya kebocoran / kapal tenggelam.
5. Bahaya orang jatuh ke laut.
6. Bahaya pencemaran di laut.
Page 15
2
Untuk mengatasi keadaan-keadaan bahaya di atas kapal, maka IMO
(International Maritime Organization) mengeluarkan peraturan tentang
keselamatan di atas kapal yaitu SOLAS ’74 yang telah mengatur kewajiban
pemilik dan perusahaan kapal untuk keselamatan di atas kapal. Menurut aturan
SOLAS Consolidated Edition 2010 bab III Life-saving Appliances and
Arrangements aturan 20 Operational Readiness, Maintenance and Inspections
terdapat ketentuan-ketentuan tentang perawatan sekoci di atas kapal yang harus
dilakukan oleh setiap kapal agar sekoci selalu siap digunakan pada saat keadaan
daruat, isi dari ketentuan SOLAS tersebut diantaranya sekoci harus diperiksa
secara visual untuk memastikan bahwa sekoci siap untuk digunakan.
Salah satu kejadian darurat dalam kerusakan sekoci akibat tidak terawat yang
dilaporkan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi ialah macetnya derek
sekoci sehingga tidak bisa diturunkan yang tejadi di Di KM Madani dewi-dewi
(alat untuk meluncurkan sekoci-red) sekoci penolong tidak terawat sehingga
berpotensi terganggunya proses peluncuran sekoci saat keadaan darurat. Uji petik
ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian
Perhubungan melakukan terhadap tiga kapal yang melakukan sandar di Pelabuhan
Balikpapan pada 25-26 Juli 2012.
Dari fenomena di atas, mendorong penulis untuk mengangkat masalah ini
untuk diteliti dan kemudian dituagkan dalam Karya Ilmiah Terapan yang berjudul:
PERAWATAN SEKOCI PENOLONG DI KM. ISA GLORY SESUAI
SOLAS 1974
Page 16
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana cara melakukan perawatan sekoci penolong dengan benar di atas
kapal sesuai solas 1974 ?
2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan pada saat perawatan sekoci
penolong ?
C. Batasan Masalah
Dalam proposal penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup masalah yang
hanya membahas mengenai perawatan sekoci di atas KM. Isa Glory yang
dilakukan oleh Mualim sesuai dengan ketentuan, agar sekoci dapat digunakan
dengan baik saat keadaan darurat oleh para awak kapal serta dapat menunjang
keselamatan awak kapal tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui cara melakukan perawatan sekoci di atas KM. Isa Glory
dengan cara yang benar sesuai dengan solas 1974 guna menunjang
keselamatan awak kapal saat keadaan darurat.
2. Agar dapat mengetahui apa saja yang diperhatikan dalam perawatan sekoci
penolong dan apa saja kelengkapan dari sekoci penolong tersebut.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahaan yang telah diuraikan di atas, maka penulis
berharap akan beberapa manfaat yang dapat dicapai :
Page 17
4
1. Manfaat Teoretis
Dengan membaca penelitian ini diharapkan pembaca, pelaut, maupun
kalangan umum dapat menguasai perawatan sekoci yang dipakai untuk
menanggulangi keadaan darurat sehinga kerusakan materi dan lingkungan
akibat keadaan darurat dapat diperkecil atau dihilangkan sama sekali.
2. Manfaat Praktis
Dengan melaksanakan perawatan – perawatan sekoci penolong dengan
semaksimal mungkin sehingga pembaca, pelaut, maupun kalangan umum
dapat menguasai perawatan sekoci yang benar sehingga dapat diterapkan
nantinya terjadi keadaan darurat tersebut.
Page 18
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Review Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Review Penelitian Sebelumnya
No. Penulis Judul Penelitian Masalah Hasil
1 Yuyun Yuniar Alat keselamatan
sekoci diatas
kapal
Bagaimana peranan
alat keselamatan
sekoci penyelamat
di atas kapal
Sekoci berfungsi
sebagai alat
penyelamat ketika
terjadi kecelakaan
pada kapal ketika
kapal dalam
menghadapi bahaya
kapal tenggelam.
B. Landasan Teori
1. Sekoci Penolong
Sekoci adalah alat penolong yang dapat digunakan untuk evakuasi
seluruh awak kapal dan penumpang karena memilki konstruksi yang lebih
kuat dari alat penolong lainnya dan kapasitas maksimalnya mencapai 150
orang tergantung dari ukuran sekoci (SOLAS 1974, BAB III ayat 41, Pasal
2.2.1)
Page 19
6
Gambar 2.1 Sekoci Tertutup
Sumber : https://img1.cgtrader.com/items/95755/ed7180816e/lifeboat-
3d-model.jpg
Gambar 2.2 Sekoci Terbuka
Sumber : https://sc01.alicdn.com/kf/Solas-Open-FRP-lifeboat-rescue-
boat.jpg
Dalam proses perawatan sekoci harus memperhatikan cara menurunkan
sekoci demi kelancaran dan keamanan dalam latihan meninggalkan kapal
ataupun pada saat terjadi situasi darurat :
a) Orang-orang yang ada di belakang dan depan dewi-dewi harus berhati-
hati kemungkinan sekoci meluncur secara mendadak yang dapat
membahayakan.
Page 20
7
b) Peralatan untuk menurunkan sekoci harus selalu dalam kondisi baik.
(Personal Safety and Social Responsibility, Badan Diklat Perhubungan,
2000:35)
Selain itu, sekoci penolong beserta perlengkapan untuk menurunkan
sekoci penolong harus selalu siap dipakai dan dapat diluncurkan dalam
waktu 30 menit (SOLAS 1960). Pada kapal-kapal penumpang, setiap
sekoci penolong harus disimpan di atas dewi-dewi masing-masing.
Untuk menggerakkan suatu anggota di kapal dalam melaksanakan
perawatan alat keselamatan pada umumnya dapat dilaksanakan dengan
baik maka diperlukan dan dibutuhkan suatu metode pelaksanaan
perawatan yang baik pula, hal ini tidak terlepas dari peran para Mualim
yang bertanggung jawab atas alat-alat keselamatan tersebut. Para Mualim
harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan bisa
mengarahkan, memberi isntruksi yang jelas, mudah dipahami dengan
sungguh-sungguh dan mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan serta
bekerjasama dengan baik sehingga pelaksanaan perawatan berjalan
dengan maksimal, dan hal ini juga harus didukung dengan peralatan dan
keterampilan awak kapal yang baik.
Setiap awak kapal harus berpartisipasi dalam latihan meninggalkan
kapal. Dalam pelaksanaan perawatan sekoci penolong, pasti dibutuhkan
personil pendukung yang yang dilibatkan dalam proses tersebut. Untuk
itu, Mualim I selaku penanggung jawab keberadaan alat keselamatan dan
Mualim III sebagai penanggung jawab pengoperasian alat-alat
keselamatan haus memberikan penjelasan kepada personil pendukung
Page 21
8
tersebut. Kerjasama antar anak buah kapal juga sangat menentukan
dalam kegagalan dan keberhasilan sebuah pekerjaan. Untuk itu harus
saling membantu antara bagian yang satu dengan yang lainnya, dimana
hubungan ini sangat diperlukan demi kelancaran tugas masing-masing.
Kalau lebih dari 25% dari jumlah awak kapal belum berpartisipasi dalam
latihan meninggalkan kapal yang berlangsung dalam bulan yang lalu,
maka latihan dilakukan lagi dalam waktu 24 jam setelah kapal
meninggalkan pelabuhan. (Personal Survival Techniques, Badan Diklat
perhubungan, 2000:21).
2. Sekoci untuk penyelamat diri di laut
a) Persyaratan konstruksi
(1) Sekoci yang disetujui harus dibuat dengan konstruksi yang kuat dan
memiliki stabilitas yang baik pada saat dimuati penuh dan dengan
lambung bebas yang memadai. Sekoci harus memilki lambung yang
tegar sehigga mampu mempertahankan stabilitasnya pada kedudukan
tegak di perairan tenang dengan muatn penuh;
(2) Sekoci yang disetujui harus mampu diturunkan ke air dengan muatan
penuh secara aman serta memiliki kekuatan untuk ditunda/ditarik
dan diturunkan untuk kecepatan kapal 5 knot;
(3) Lambung sekoci tidak boleh terbuat dari bahan yang mudah terbakar
atau muatan terhadap api/panas;
(4) Tempat duduk sekoci harus serendah mungkin dan di bawah
permukaan air serta mampu menahan beban orang dengan berat 100
kg dengan ruang tempat duduk yang nyaman;
Page 22
9
(5) Sekoci harus kokoh sehingga tidak terjadi defleksi bila dimuati
beban:
(a) Untuk sekoci metal 1.25 kali berat sekoci;
(b) Untuk sekoci selain metal 2 kali berat sekoci.
(6) Sekoci harus dikonstruksi mampu untuk benturan dengan lambang
kapal pada kekuatan 3 meter/detik dan tidak rusak bila dijatuhkan ke
air pada ketinggian 3 meter.
(7) Jarak tegak antara lantai dengan bagian dalam penutup sekoci yang
menutupi sekoci lebih dari 50% luar lantai harus:
(a) Tidak kurang dari 1.3 m untuk sekoci yang diperbolehan
membawa 9 orang atau lebih;
(b) Tidak kurang dari 1.7 m untuk sekoci yang diperbolehkan
membawa 24 orang atau lebih;
(c) Tidak kurang dari jarak antara 1.3 m sampai 1.7 m untuk sekoci
yang diperbolehkan mengangkut antara 9 sampai 24 orang
dengan cara interpolasi angka-angka tersebut.
b) Daya angkut sekoci
(1) Sekoci yang diijinkan adalah sekoci yang daya angkutnya tidak lebih
dari 150 orang;
(2) Selain daya angkut yang ditentukan berdasarkan kapasitas (volume)
sekoci sebagaimana aturan dari SIMPSON’S Rule, sesuai dengan
SOLAS 1974 penentuan daya angkut sekoci adalah sebagai berikut :
(a) Sedikit mungkin dengan acuan jumalah orang dengan berat rata
– rata 75 kg semuanya menggunakan rompi penolong, dapat
Page 23
10
duduk dengan normal tanpa menggaggu operasi mesin atau
pendayung atau;
(b) Sedikit mungkin dengan acuan ruang gerak tiap orang cukup
bebas dan jarak antara injakan kaki dengan tempat duduk tidak
kurang dari 3 cm.
(3) Letak dan posisi tempat duduk harus secara jelas diketahui.
c) Ketentuan lain
(1) Sekoci penolong untuk kaal penumpang harus dapat dinaik turunkan
berulang-ulng dengan beban penuh;
(2) Sekoci penolong untuk kapal barang harus dapat diturunkan dalam
waktu tidak lebih dari 3 menit, dan harus dapat diturunkan berulang-
ulang.
(3) Sekoci harus memiliki tangga embarkasi;
(4) Sekoci harus dirancang sedemikian rupa sehingga orang yang sakit
(tak berdaya) dapat dinaikkan ke sekoci dengan nyaman;
(5) Lantai dan injakan sekoci harus dibuat tidak licin.
d) Perlengkapan sekoci
Perlengkapan bagi sekoci yang diijinkan harus sesuai dengan
ketentuan aturan 41 paragraf 8 SOLAS 1974 bab III.
(1) Spesifikasi sekoci penolong bermotor yaitu :
(a) Dengan mesin pembakaran kompresi, harus bisa distart setiap
saat;
(b) Bahan bakar paling sedikit harus cukup 24 jam dengan
kecepatan penuh terus menerus;
Page 24
11
(c) Harus bisa bergerak mundur;
(d) Mesin dan alat-alatnya harus terlindungi pada saat digunakan
dalam keadaan cuaca buruk;
(e) Kecepatan maju dengan kecepatan penuh pada air tenang 6
knots.
(2) Mechanically propeller
(a) Harus mempunyai tenaga yang cukup untuk segera menjauh dari
lambng kapal ketika sekoci diturunukan dan harus bisa
mempertahankan haluan dalam segala cuaca;
(b) Harus bisa digerakkan oleh orang yang tidak terlatih;
(c) Harus dilengkapi dengan alat pengubah putaran (maju menjadi
mundur) oleh juru mudi setiap saat.
(3) Tulisan-tulisan pada badan sekoci:
(a) Nama kapal;
(b) Kapasitas sekoci penolong;
(c) Ukuran-ukuran sekoci;
(d) Nomor sekoci.
(4) Cara pemberian nomor sekoci:
(a) Dimulai dari muka ke belakang;
(b) Nomor ganjil dilambng kanan, nomor genap dilambung kiri;
(c) Nomor ditulis lambung haluan sekoci.
(5) Syarat penyimpanan sekoci :
(a) Jauh dari haluan dan buritan kapal;
Page 25
12
(b) Bisa diturunkan ketika kapal kosong, kapal miring 15°, dari sisi
yang tinggi;
(c) Harus bisa diturunkan dalam waktu 30 menit.
(6) Gunanya sekat peluncur :
(a) Menahan benturan sekoci dengan badan kapal;
(b) Membantu penurunan sekoci ketika kapal miring lebih besar
dari 15°.
(7) Perlengkapan sekoci :
(a) Dayung apung dengan 2 cadangan;
(b) Dayung kemudi;
(c) 1.5 set keleti dengan rantai pengikatnya;
(d) Ganco (boad hook)
(e) Dua prop (sumbat) untuk setiap lubang beserta rantai
pengikatnya. Bagi sekoci yang dilengkapi dengan sumbat
otomatis tidak dilengkapi dengan sumbat biasa;
(f) Dua buah ember dari bahan metal;
(g) Kemudi dengan tangkainya (celaga);
(h) Dua buah kampak, satu pada masing – masing ujungnya;
(i) Lampu beserta minyaknya cukup 12 jam;
(j) Dua kotak korek api yang disimpan dalam kemasan kedap air;
(k) Tiang dengan labran dari kawat tahan karet beserta layar
berwarna orange;
(l) Kompas beserta penerangnya;
(m) Tali penolong (life line) terikat sekeliling luar sekoci;
Page 26
13
(n) Jangkar/jangkar air;
(o) Dua buah tali pangolin (toggle pointer), di muka dan di
belakang diikat dengan cakil;
(p) 4.5 liter minyak peredam ombak terbuat dari hewan atau
tumbuhan;
(q) Makanan yang disimpan dalam kemasan kedap air;
(r) Air tawar 3 liter untuk tiap orang;
(s) 4 buah cerawat paying (parachute flare);
(t) 6 buah cerawat tangan (hand flare);
(u) 2 isyarat asap orange (smoe signal) untuk siang hari;
(v) Obat-obatan pada kemasan kedap air;
(w) Senter yang bisa dipakai untuk mengirim isyrat morse, dengan
baterai dan balonnya;
(x) Cermin isyarat siang hari;
(y) Pisau lipat (jack knife) beserta pembuka kaleng yang selalu
terikat pada badan sekoci dengan rantai;
(z) Dua buah tai buangan yang terapung;
(aa) Pompa tangan;
(bb) Satu set alat pancing;
(cc) Terpal pelindung yang berawarna orange;
(dd) Khusus sekoci motor harus ada pemadam api untuk jenis
kebakaran minyak;
(ee) Radio injing/emergency portable radio pada salah satu sekoci.
Page 27
14
3. Prosedur Darurat
Menurut Zieahmadi (2013: 1) Prosedur keadaan darurat adalah tata cara
atau pedoman kerja dalam menanggulangi atau mencegah keadaan yang
membahayakan jiwa manusia, harta benda maupun lingkungan, untuk
mengurangi kerugian lebih besar.
a) Macam-macam keadaan darurat diatas kapal
(1) Tubrukan
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal
dengan dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin
terdapat situasi kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpah
minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi
lainnya adalah kepanikan atau ketakutan petugas di kapal yang justru
memperlambat tindakan, pengamanan, penyelamatan dan
penanggulangan keadaan darurat tersebut.
(2) Kebakaran / ledakan
Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan
terhadap kebakran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang
penyimpanan perlengkapan kapal, instalasi listrik dan tempat
akomodasi nahkoda dan anak buah kapal.
Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau
sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-
duanya dapat menimbulkan situasi darurat serta perlu diatasi.
Page 28
15
Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu
sangat berbeda dengan keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada
situasi demikian terdapat kondisi yang pans dan ruang gerak terbats
dan kadang-kadang kepanikan atau ketidaksiapan petugas untuk
bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang digunakan
sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah
(3) Kandas
Kapal kandas pada umumnya di dahului dengan tanda-tanda
putaran baling-baling terasa berat, asap di cerobong mendadak
hitam, badan kapal bergetar dan kecepatan kapal berubah kemudian
berhenti mendadak.
Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat
tergantung pada permukaan dasar laut atau sungai dan situasi di
dalam kapal tentua akan tergantung juga pada keadaan kapal
tersebut.
Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan
menimbulkan pencemaran atau bahaya tenggelam kalau air yang
masuk ke dalam kapal tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya
kebakaran tentu akandapat saja terjadi apabilabahan bakar atau
minyak terkondisi denga jaringan listrik yang rusak menimbulkan
nyala api dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran.
Kemungkina kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja
terjadi karena situasi yang tidak terduga atau terjatuh saat terjadi
perubahan posisi kapal.
Page 29
16
Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat
sementara tergantung pada posisi permukaan dasar laut dan sungai,
ataupun cara mengatasi sehinga keadan darurat seperti ini aka
membuat situasi di lingkungan kapal akan terjadi rumit.
(4) Kebocoran / Tenggelam
Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi
dapat juga terjadi karena tubrukan maupun kebakaran serta
kerusakan kulit pelat kapal karena korosi, sehingga kalau tidak
segera diatas kapal akan segera tenggelam.
Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi
kebocoran terbatas, bahka kapal menjadi miring membuat situasi
sulit diatasi. Keadaaan darurat ini akan menjadi rumit apabila
pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung
sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karna untuk mengatsi
keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan kebersamaan.
(5) Orang jatuh ke laut ( Man Over Board )
Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan
yang membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan
penyelamatan.
Pertolongan yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan
karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta
kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang
tersedia.
Page 30
17
4. Teori Perawatan Sekoci
Menurut ketentuan SOLAS 1974 Consolidated Edition 2014, Chapter III
tentang Life-saving appliances and arrangements, Regulation 20 tentang
Operational readiness, maintenance and inspections, Point 3 tentang
Maintenance (MSC/Circ. 1093) terdapat beberapa teori yang berkaitan
dengan perawatan sekoci :
a) Perawatan dan pemeriksaan sekoci
Perawatan sekoci adalah faktor mutlak sehingga sebelum kapal
meninggalkan pelabuhan dan selama perjalanan sekoci harus dapat
bekerja dan setiap saat dapat digunakan. Menurut SOLAS 1974
Consolidated Edition 2014 Chapter III Regulation 36 instruksi perawatan
sekoci harus mudah dimengerti, diilustrasi dan harus mempunyai :
(1) Checklist yang digunakan saat pemeriksaan;
(2) Instruksi perawatan dan perbaikan;
(3) Jadwal periode perawatan;
(4) Diagram lubrication print dengan lubricant yang direkomendasikan;
(5) Daftar penggantian alat;
(6) Daftar sumber spare part;
(7) Catatan inspeksi dan perawatan.
Perawatan, pengujian dan pemeriksaa sekoci harus dilaksanakan
berdasarkan pedoman yang dikembangkan oleh SOLAS 1974
Consolidated Edition 2014 dengan cara tetap memperhatikan dan
memastikan keadaan peralatan tersebut.
Page 31
18
(1) Pemeriksaan Mingguan
Beberapa tes dan pemeriksaan yang harus dimasukkan dalam
log book, adapun pemeriksaan mingguan yaitu :
(a) Sekoci dan peralatan peluncur harus secara visual diperiksa
untuk memastikan bahwa mereka siap untuk digunakan.
(b) Semua mesin dalam sekoci dijalankan selama tidak kurang dari
3 menit dengan suhu lingkungan berada di atas suhu minimum
yang diperlukan untuk memulai dan menjalankan mesin. Selama
jangka waktu ini, harus dipastikan bahwa gear box dan gear box
train bekerja dengan baik. Jika karakteristik khusus dari sebuah
mesin motor yang dipasang pada sekoci tidak memungkinkan
untuk dijalankan dalam waktu 3 menit dengan baling – baling
tidak terendam oleh air maka tes ini tidak perlu dilakukan.
Kecuali kapal yang dibangun sebelum tanggal 1 Juli 1986.
(c) Sekoci pada kapal kargo diturunkan dari posisinya tanpa orang
di dalamnya, untuk demonstrasi peralatan peluncuran dengan
syarat cuaca dan kondisi laut memungkinkan.
(2) Pemeriksaan Bulanan
Beberapa tes dan pemeriksaan yang harus dilakukan bulanan
harus dimasukkan dalam log book, adapun pemeriksaan bulanan
yaitu :
(a) Sekoci pada kapal kargo diturunkan dari posisinya tanpa orang
didalamnya, untuk demonstrasi peralatan peluncuran dengan
syarat cuaca dan kondisi laut memungkinkan.
Page 32
19
(b) Pemeriksaan peralatan sekoci harus dilakukan bulanan
menggunakan checklist yang diminta aturan SOLAS 1974 untuk
memastikan bahwa peralatan tersebut selama keadaan baik dan
harus dicatat dalam log book.
Pemeriksaan dan perawatan secara rutin serta catatannya dilakukan
oleh awak kapal. Perbaikan dan penggantian suku cadang juga harus
dilakukan sesuai dengan persyaratan dan standar pabrik pembuatnya.
Beberapa item yang penting untuk dites dan diperiksa kondisi dan
operasionalnya :
(1) Pemeriksaan pada sekoci yaitu :
(a) Kondisi struktur lifeboat termasuk peralatannya yang tetap
maupun tidak tetap.
(b) Mesin dan sistem propulsi.
(c) Sistem sprinkler.
(d) Sistem air supply.
(e) Sistem kendali.
(f) Sistem bailing.
(2) Syarat penyimpanan sekoci :
(a) Jauh dari haluan dan buritan kapal;
(b) Bisa diturunkan ketika kapal kosong, kapal miring 15°, dari sisi
yang tinggi;
(c) Harus bisa diturunkan dalam waktu 30 menit.
Setiap pemeriksaan dilakukan, sekoci harus dapat bekerja
seperti sebagai berikut :
Page 33
20
(i) Dengan mesin pembakaran kompresi, harus bisa distart
setiap saat;
(ii) Bahan bakar paling sedikit harus cukup 24 jam dengan
kecepatan penuh terus menerus;
(iii) Harus bisa bergerak mundur;
(iv) Mesin dan alat-alatnya harus terlindungi pada saat
digunakan dalam keadaan cuaca buruk;
(v) Kecepatan maju dengan kecepatan penuh pada air tenang 6
knots.
(vi) Harus mempunyai tenaga yang cukup untuk segera menjauh
dari lambung kapal ketika sekoci diturunukan dan harus
bisa mempertahankan haluan dalam segala cuaca;
(vii) Harus bisa digerakkan oleh orang yang tidak terlatih;
(3) Pemeriksaan pada release gear yaitu :
(a) Pengoperasian perangkat untuk aktifasi release gear.
(b) Hidrostatik sistem interlock.
(c) Kabel pengontrol dan pelepasan.
(d) Hook pengait.
Dengan catatan :
(i) Pengaturan dan pemeliharaan peralatan pelepasan
merupakan hal yang penting berkaitan dengan keselamatan
operasional dari sekoci dan keselamatan personil dalam
sekoci.
Page 34
21
(ii) Pengaturan atau adjustment release gear tidak dapat
dilakukan saat hook sedang menahan beban.
(iii) Release gear harus diperiksa sebelum melakukan tes
operasionalnya. Release gear juga diperiksa setelah tes
operasional disertai tes rem dinamis pada winch. Pastikan
bahwa tidak ada kerusakan telah terjadi selama winch dites
terutama saat hook diikat.
(4) Pemeriksaan pada dewi – dewi yaitu :
(a) Struktur dewi – dewi.
(b) Wire dan sheaves.
(c) Pelumasan pada wire, sheaves dan bagian yang bergerak.
(d) Sistem penyimpanan energi.
(e) Sistem hidrolik.
(5) Pemeriksaan pada winch yaitu :
(a) Membuka dan memeriksa keadaan rem.
(b) Mengganti bantalan rem, jika perlu.
(c) Sistem remote control.
(d) Sitem power supply.
(6) Cara menurunkan sekoci
Adapun cara penurunan sekoci dari kapal ke air juga harus
diperhatikan karena dengan cara menurunkan sekoci sesuai dengan
prosedur dapat merawat dan menjaga sekoci agar tetap dapat
digunakan dengan baik. Sebelum menurunkan sekoci perhatikan
painternya masih terikat dengan benar di sekoci dari railing kapal,
Page 35
22
dan tidak kencang atau tegang tertambat di railing agar penurunan
sekoci nantinya tidak tertahan. Berikut cara menurunkan sekoci :
(a) Lepaskan pengunci hand brake pada boat winch dengan cara
mencabut toggle pinnya;
(b) Semua awak kapal naik dan masuk ke dalam sekoci kecuali
orang yang memiliki tugas untuk menurunkan sekoci;
(c) Berdiri dengan benar pada stage untuk melepaskan cradle
stopper handle dari penahannya dengan cara mencabut toggle
pin;
(d) Lepaskan trigger line dan lashing line dari release hook
terhadap badan sekoci agar tidak tersangkut;
(e) Orang yang bertugas menurunkan sekoci selanjutnya naik dan
masuk ke dalam sekoci, kemudian menutup semua pintu sekoci;
(f) Tarik tali remote control wire dari dalam sekoci untuk memutar
keluar dan menurunkan sekoci. Dalam penarikan tali remote
control wire harus dilakukan dengan hati-hati dengan
menariknya secara perlahan karena hal ini akan menyebabkan
terjadi oleng pada sekoci. Akibatnya dapat membahayakan
orang yang berada dalam sekoci tersebut;
(g) Ketika sekoci hampir mencapai permukaan laut, orang yang
bertugas menarik tali remote control wire harus mengurangi
kecepatan penurunan dengan cara sedikit mengendurkan tarikan
terhadap tali remote control wire hingga sekoci bersentuhan
langsung dengan permukaan laut secara perlahan;
Page 36
23
(h) Setelah sekoci sudah berada di atas permukaan laut segera
lepaskan tali remote control wire dari dalam sekoci;
(i) Lepaskan sekoci dari kedua boat hooknya dan lepaskan juga
sekoci dari Painternya.
Dari pernyataan di atas bahwa sekoci yang digunakan dalam peluncuran
harus diperiksa secara berkala dengan memperhatikan wilayah secara khusus
dan diperbarui bila perlu atau dengan interval tidak lebih dari 5 tahun.
5. Safety of Life at Sea (SOLAS)
Menurut SOLAS 1974 Consolidated Edition 2014 dari semua konvensi
internasional Berurusan dengan keamanan maritim, yang terpenting adalah
Internasional Konvensi untuk Keselamatan Hidup di Laut, lebih dikenal
sebagai SOLAS, yang meliputi berbagai macam langkah yang dirancang
untuk meningkatkan keamanan pengiriman. Edisi konsilidasi 2014
merupakan salah satu dari yang tertua dari jenisnya: versi pertama adalah
diadopsi pada tahun 1914 setelah tenggelam dari Titanic dengan kerugian
lebih dari 1.500 nyawa. Sejak itu ada sudah empat versi SOLAS lagi. Itu versi
sekarang diadopsi pada tahun 1974 dan mulai berlaku pada tahun 1980.
Untuk memberikan referensi yang mudah untuk semua persyaratan SOLAS
yang berlaku Mulai 1 Juli 2014, edisi ini terbit Sebuah teks konsolidasi
Konvensi, protokolnya tahun 1978 dan 1988 dan semuanya perubahan yang
berlaku sejak tanggal tersebut. Organisasi Maritim Internasional (IMO), yang
bertemu untuk pertama kalinya di Jakarta 1959, adalah badan khusus dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengabdikan diri untuk maritim urusan.
Kepentingan utamanya bisa jadi disimpulkan dalam kalimat: Aman, aman
Page 37
24
dan pengiriman yang efisien pada lautan bersih. Selama bertahun-tahun, IMO
telah berkembang dan mempromosikan adopsi lebih banyak dari 40 konvensi
dan protokol serta lebih dari 1.000 kode dan rekomendasi berhubungan
dengan keamanan maritim, pencegahan polusi di laut dan hal lainnya. Itu
Yang terpenting adalah wajib untuk kapal yang bergerak dalam perdagangan
internasional, dan bahkan rekomendasinya seringkali universal dalam
dampaknya. Untuk memastikan bahwa tindakannya benar diimplementasikan
di seluruh dunia, IMO beroperasi sebuah program kerjasama teknis,
memberikan konsultasi dan konsultasi layanan, mengatur pelatihan individu
melalui fellowship dan pelatihan umum melalui sejumlah institusi, dan
menyebarkan informasi tentang kegiatan dengan cara yang luas program
penerbitan.
SOLAS juga dapat diartikan hukum atau pedoman untuk pelaut
mengenai keselamatan jiwa di laut yang berfungsi mengatur segala
keterkaitan pelaut dalam bekerja agar sesuai prosedur pada SOLAS sehingga
dapat menghindari dan mengurangi kecelakaan kerja di laut.
Page 38
25
C. Kerangka Penelitian
Sering terjadi kerusakan sekoci yang tidak terduga karena kurangnya pengecekan
dan tidak bisa digunakan secara maksimal saat keadaan darurat terjadi.
Penyebabnya ?
1. Awak kapal yang kurang maksimal melaksanakan
perawatan dan pengecekan sekoci
2. Awak kapal yang kurang memahami cara perawatan
dan pengecekan yang baik dan benar sesuai dengan
ketentuan
Bagaimana
penanganannya ?
1. Mempelajari dan memahami cara perawatan dan pengecekan sekoci yang
ada sesuai ketentuan
2. Melaksanakan perawatan dan pengecekan rutin dengan jangka waktu
yang tepat dan berkala sesuai ketentuan
PERAWATAN SEKOCI PENOLONG DI KM. ISA GLORY SESUAI SOLAS 1974
Page 39
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini peniliti menggunakan metode penelitian
campuran. Metode penelitian campuran merupakan suatu pendekatan yang
mengombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kuantitatif dan bentuk kualitatif.
Penelitian metode campuran adalah suatu metode penelitian yang melibatkan
pemakaian 2 metode, yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode kualitatif
dalam studi tunggal atau satu penelitian. Penelitian jenis ini lebih kompleks bila
dibandingkan dengan penelitian yang lainnya, tidak hanya sekedar
mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data, tetapi juga melibatkan fungsi
dari penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif sehingga secara keseluruhan
lebih besar bila dibandingkan kedua penelitian tersebut. Penggunaan 2 metode
penelitian ini dipandang lebih dapat memberikan suatu pemahaman yang lebih
lengkap mengenai isu atau masalah penelitian daripada penggunaan salah satu
metode penelitian di antaranya.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Proposal penelitian ini dilakukan sebelum melaksanakan praktek layar
dan dilanjutkan pada saat taruna atau taruni melakukan praktek layar selama
12 bulan diatas KM. Isa Glory.
2. Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini di Politeknik Pelayaran Surabaya dan
akan dilanjutkan pada saat melaksanakan praktek laut di KM. Isa Glory.
Page 40
27
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penusunan proposal ini adalah
data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan
langsung dan wawancara. Dari sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut.
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti dengan maksud untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan. Peneliti mendapatkan data primer ini melalui
wawancara langsung ke responden tentang studi perawatan sekoci di atas
kapal guna menunjang keselamatan awak kapal saat keadaan darurat.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia hingga peneliti
mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang sudah tersedia. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel,
jurnal serta situs di internet yang berkenan dengan penelitian yang dilakukan.
Data yang peneliti peroleh berupa data-data yang nyata sesuai di lokasi,
karena di KM. Isa Glory sudah tersedia data-data yang ada, seperti data
tentang studi perawatan sekoci di atas kapal guna menunjang keselamatan
awak kapal saat keadaan darurat. Data tersebut digunakan untuk mendukung
penelitian penulis tentang studi perawatan sekoci di atas KM. Isa Glory guna
menunjang keselamatan awak kapal saat keadaan darurat.
Page 41
28
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah sebelumnya, maka dalam
penyusunan proposal ini dibutuhkan suatu pengumpulan data sehingga dapat
memperoleh data yang benar dan sesuai agar tujuan penelitian dapat tercapai.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yakni :
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Tanpa
wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperloeh
dengan jalan bertanya langsung. Adapun wawancara yang dilakukan adalah
wawancara tidak berstruktur, dimana di dalam metode ini memungkinkan
pertanyaan berlangsung luwes, arah pertanyaan lebih terbuka, tetap fokus,
sehingga diperoleh informasi yang kaya dan pembicaraan tidak kaku. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh data di lokasi penelitian dengan aktual dan fakta
yang sesuai.
2. Dokumentasi
Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data dengan cara
dokumentasi, yaitu mempelajari dokumen yang berkaitan dengan seluruh data
yang diperlukan dalam pnelitian. Dokumentasi dari asal kata dokumen yang
artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis. Dokumentasi yang berbentuk
tulisan seperti catatan-catatan kecil yang berupa informasi dari hasil
wawancara sedangkan dokumen yang berbentuk gambar seperti foto.
Page 42
29
Dokumentasi yang berbentuk tulisan seperti catatan-catatan kecil yang
berupa informasi dari hasil wawancara sedangkan dokumen yang berbentuk
gambar seperti di foto. Dokumen yang berbentuk karya misalnya gambar
tentang kejadian yang berhubungan.
3. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan
secara cermat dan sistematik. Observasi harus dilakukan secara teliti dan
sistematik. Observasi harus dilakukan secara teliti dan sistematis untuk
mendapatkan hasil yang bisa diandalkan dan peneliti harus mempunyai latar
belakang atau pengetahuan yang lebih luas tentang objek penelitian
mempunyai dasar teori dan sikap objektif. Observasi yang dilakukan oleh
peneliti bisa direalisasikan dengan cara mencatat informasi yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti. Dengan melakukan observasi, peneliti dapat
memahami konteks data dalam berbagai situasi, sehingga dapat memperoleh
pandangan secara menyeluruh. Untuk itu peneliti dapat melakukan
pengamatan secara langsung dalam mendapatkan bukti yang terkait dengan
objek penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Tahap menganalisa data adalah tahap yang paling penting dan menentukan
dalam suatu penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan tujuan
menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpresentasikan. Selain itu data dimanfaatkan agar dapat digunakan untuk
menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini
berandaskan pada analisa induktif. Peneliti berusaha merumuskan pernyataan atau
Page 43
30
abtraksi teoritis lebih umum yang menyatakn induksi analisis yang menghasilkan
proposisi yang berusaha mencakup setiap kasus yang dianalisis dan menghasilkan
proposisi interaktif universal. Salah satu ciri penting induksi analisis adalah
tekanan pada kasus negatif yang menyangkut proposisi yang dibangun peneliti.
Analisis ini dilakukan berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman
empiris berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan
dokumentasi kemudian disusun untuk mengumpukan data
Setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah menyederhanakan data
yang diperoleh ke dalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami dan
diinterpresentasikan, yang pada hakekatnya merupakan upaya untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang ada. Sesuai dengan metode penelitian deskriptif,
maka data akan diuraikan sedetail mungkin dengan uraian-uraian kualitatif.
Artinya dari data yang ada dianalisis serinci mungkin dengan cara
mengabstrasikan secara teliti setiap informasi yang diperoleh selama di lapangan,
sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Dalam penulisan ini peneliti menggunakan
2 macam metode analisis data :
1. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun
secara terpadu dan mudah untuk dapat dipahami yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan dan kemungkinan adanya
pengambilan suatu tindakan.
2. Menarik Simpulan atau Verifikasi
Menarik kesimpulan merupakan kemampuan seorang peneliti dalam
menyimpulkan berbagai temuan data diperoleh selama penelitian
Page 44
31
berlangsung. Metode analisis data yang diperoleh selama penelitian ini adalah
analisis kualitatif, dimana data-data yang diperoleh pengertian dan
pemahaman tentang masalah yang diteliti sehngga dapat menjelskan suatu
kebenaran dari data-data yang diperoleh selama penelitian. Peneliti
menganilisis data tersebut sehingga dapat memperoleh pembahasan mengenai
masalah yang didapat, kemudian dari pembahasan masalah tersebut dapat
diambil kesimpulannya dan peneliti dapat memberian saran-saran yang
diperlukan.
Page 45
DAFTAR PUSTAKA
Boedi Arianto, Setio., ct al.(2013). Evaluasi Ketersediaan Fasilitas Keselamatan
Kapal Pada Lintas Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Laporan Akhir.
Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia .(2002). Pengertian perawatan, (online) ,
(http://kbbi.co.id/arti-kata/perawatan. Diakses pada 21 April 2017).
Kamus Besar Bahasa Indonesia .(2002). Pengertian memaksimalkan, (online),
(http://kbbi.co.id/arti-kata/memaksimalkan. Diakses pada 21 April 2017).
Novera, Arfianna.(2008). UPAYA MENGATASI KECELAKAAN KAPAL LAUT
BERDASARKAN UU NO. 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN.
Discussion Paper. Fakultas Hukum Unsri.
PT. Isa Lines. Sistem manajemen keselamatan KM. Isa Glory
Sistem Managemen Pemeliharaan Kapal. (2016). Sistem Pemeliharaan Kapal,
(online), (http://smpemeliharaankapal.blogspot.co.id/2016/02/kegiatan-
pemeliharaan-kapal-berbasis.html. Diakses pada 13 Juli 2017).
Sugeng, Mas. (2016). Penelitian Campuran, (online), (http://ayo-nambah-
ilmu.blogspot.co.id/2016/06/metode-penelitian-campuran-tujuan.html.
Diakses pada 16 Juli 2017).
THAMRIN, THAMRIN (2001) IMPLEMENTASI KODE INTERNASIONAL
MANAJEMEN KESELAMATAN (ISM CODE) DALAM
PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PADA KAPAL TANKER
PERTAMINA DI PELABUHAN PANJANG PROVINSI LAMPUNG.
Undergraduate thesis, Diponegoro University.
Tim penyusun. Buku Basic Safety Training. Surabaya: Politeknik Pelayaran
Surabaya
Velasco Indonesia. Perawatan alat keselamatan kapal.
(http://velascoindonesia.com/perawatan-alat-keselamatan-kapal/. Diakses
pada 15 Juli 2017).
Wikipedia. (2015). Sekoci. (https://id.wikipedia.org/wiki/Sekoci. Diakses pada 10
Juli 2017).
Yuniar, Yuyun. (2010). Alat keselamatan sekoci diatas kapal. Surabaya