Top Banner
Tugas Mandiri Periodonsia II PERAWATAN PERIODONTAL PADA PASIEN WANITA Disusun Oleh : 1.Amanda Puji 021211131005 2. Tri Desiana K.H 021211131006 3. Nur Ariska Nugrahani 021211131007 4. Adam Bimasakti 021211131008 5. Erina Fatmala 021211131009 DEPARTEMEN PERIODONSIA i
50

PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

Mar 25, 2023

Download

Documents

Ali Muthohari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

Tugas Mandiri Periodonsia II

PERAWATAN PERIODONTAL PADA PASIENWANITA

Disusun Oleh :

1.Amanda Puji 021211131005

2.Tri Desiana K.H 021211131006

3.Nur Ariska Nugrahani 021211131007

4.Adam Bimasakti 021211131008

5.Erina Fatmala 021211131009

DEPARTEMEN PERIODONSIA

i

Page 2: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI - UA

Semester Genap – 2014/2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................i

DAFTAR GAMBAR......................................ii

DAFTAR TABEL......................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................1

1.1..................................Latar Belakang

...............................................1

1.2.................................Rumusan Masalah

...............................................2

1.3................................Tujuan Penulisan

...............................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................3

2.1 Pubertas......................................3

2.2 Menstruasi....................................4

2.3 Kehamilan.....................................7

2.4 Kontrasepsi Oral.............................19

2.5 Menopouse....................................22

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................26

3.1 Kesimpulan...................................26

ii

Page 3: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

3.2 Saran........................................26

DAFTAR PUSTAKA.....................................27

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Granuloma pyogenik pada kehamilan........9

Gambar 2. Diagram Urutan Perawatan untuk pasien kehamilan.........................................16

iii

Page 4: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penyebab respon Gingiva untuk meningkatkan hormon estrogen dan Progesteron selama kehamilan . .13

Tabel 2. Obat Lokal Anestesi dan Analgesic selama Kehamilan .........................................18

Tabel 3. Klasifikasi Obat Sistem FDA Berdasarkan

Potensi yang

dapat Menyebabkan Cacat Lahir .....................19

iv

Page 5: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

v

Page 6: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di bidang kedokteran gigi, dalam penanganan kasus

periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah

ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah

berikutnya adalah merencanakan perawatan yang akan

dilakukan terhadap kasus tersebut.

Dalam rencana perawatan tersebut tercakuplah semua

prosedur yang diperlukan untuk menciptakan dan

memelihara kesehatan periodonsium. Rencana perawatan

yang disusun bukanlah suatu rencana yang bersifat

final. Perkembangan yang terjadi selama perawatan

berjalan yang belum terdeteksi sebelumnya, bisa

menyebabkan harus dimodifikasinya rencana perawatan

yang telah disusun.

Namun demikian, sudah menjadi ketentuan bahwa

perawatan periodontal tidak dibenarkan untuk dimulai

sebelum disusunnya rencana perawatan, kecuali perawatan

emergensi. Perawatan periodontal membutuhkan suatu

perencanaan jangka panjang. Manfaat perawatan

periodontal bagi pasien adalah diukur dari seberapa

lama gigi geliginya masih dapat berfungsi optimal, dan

bukan dari seberapa banyak gigi yang diputuskan

untuk dipertahankan.

Page 7: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

2

Perawatan periodontal adalah lebih diarahkan untuk

menciptakandan memelihara kesehatan periodonsium di

rongga mulut pasien, dan bukan untuk secara khusus

mengketatkan kembali gigi yang telah mobiliti. Kondisi

periodontal dari gigi yang dapat dipertahankan lebih

penting artinya dari jumlah gigi yang dipertahankan

tersebut.

Dalam merencanakan perawatan periodontal, titik

tolaknya adalah gigi mana yang dapat dipertahankan

dengan tingkat keraguan yang minimal dan rentang

keamanan yang maksimal. Gigi yang berdasarkan penilaian

prognosisnya lebih menjurus ke prognosis hopeless

sebenarnya tidak bermanfaat untuk dipertahankan,

meskipun gigi tersebut bebas dari karies. Gigi dengan

kondisi yang demikian akan menjadi sumber gangguan bagi

pasien dan mengancam kesehatan periodonsium.

Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting

bukan saja untuk mencegah penyakit oral, melainkan juga

untuk memelihara kesehatan umum yang baik. Perawatan

gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat

dan dapat menjalankan fungsinya. Oleh karena itu terapi

klinisi juga bertanggung jawab

mengidentifikasi masalah medis pasien untuk merumuskan

rencana pengobatan tepat. Memahami kondisi kesehatan

umum pasien memungkinkan dokter untuk mengobati pasien

secara total, bukan hanya refleksi penyakit

periodontalnya saja. Salah satunya wanita dengan

Page 8: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

3

berbagai fisiologis tubuh yang berpengaruh dan

bermanifestasi di rongga mulut ataupun

sebaliknya.Sehingga terapi periodontal pada wanita

perlu diberikan perhatian khusus mengacu pada berbagai

perubahan fluktuatif fisiologis wanita pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perawatan periodontal pada wanita

pubertas, menstruasi, wanita hamil, wanita pengguna

oral kontrasepsi dan menopause ?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui perawatan periodontal pada wanita

pubertas, menstruasi,

wanita hamil, wanita pengguna oral kontrasepsi dan

menopause

Page 9: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pubertas2.1.1 Manifestasi Periodontal

Pubertas terjadi antara usia rata-rata 11 sampai

14 di sebagian besar perempuan. Produksi hormon seks

(estrogen dan progesteron) meningkat, tetap relatif

konstan selama sisa fase reproduksi. Prevalensi

gingivitis juga meningkat, tanpa peningkatan jumlah

plak. Bakteri anaerob gram negatif, khususnya

Prevotella intermedia, merupakan penyebab dari

gingivitis pada masa pubertas. Kornman dan Loesche

menjelaskan bahwa organisme anaerob ini dapat

menggunakan hormon ovarium sebagai pengganti faktor

pertumbuhan vitamin K. Tingkatan dari black-pigmented

Bacteroides, khususnya P. intermedia (sebelumnya

dikenal sebagai Bacteroides intermedius), diperkirakan

meningkat dengan peningkatan kadar hormon gonadotropic

pada pubertas. Capnocytophaga sp. juga mengalami

peningkatan pada masa tersebut, secara proporsional.

Organisme ini terlibat dalam peningkatan perdarahan

khususnya selama masa pubertas.

Penelitian terbaru yang terkait dengan gingivitis

pada masa pubertas menunjukkan proporsi yang tinggi

Page 10: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

5

pada, spirochetes, dan P. intermedia. Peningkatan

signifikan secara statistik dalam inflamasi gingiva dan

proporsi P. intermedia dan P. nigrescens telah terlihat

di gingivitis pubertas. Sebuah penelitian pada remaja

umur 11-17 tahun ditemukan tingkat yang lebih tinggi

pada Actinobacillus actinomycetemcomitans dan

Fusobacterium nucleatum, yang dikaitkan dengan indeks

perdarahan, kedalaman probing, dan kehilangan

perlekatan.

Selama pubertas, jaringan periodontal merespon

faktor lokal secara berlebihan. Reaksi hiperplastik

pada gingiva mungkin terjadi di daerah yang terdapat

sisa-sisa makanan, material alba, plak, dan kalkulus.

Jaringan yang meradang menjadi eritematosa, lobulated,

dan retractable. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah

dengan mechanical debridement dari jaringan gingiva.

Secara histologis, konsistennya seperti inflamasi

hiperplasi.

Selama masa reproduksi, perempuan cenderung

memiliki lebih respon imun yang kuat, termasuk

konsentrasi immunoglobulin yang lebih tinggi, respon

primer dan sekunder yang lebih kuat, meningkat

perlawanan terhadap immunologic tolerance, dan

kemampuan lebih besar untuk melawan tumor dan

homografts. Alergi, sensitivitas, dan asma lebih sering

terjadi pada remaja pria, tapi setelah pubertas

Page 11: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

6

perempuan menjadi lebih rentan daripada rekan-rekan

pria mereka.

2.1.2 Management

Selama pubertas, penyuluhan pada orang tua atau

pengasuh merupakan bagian dari kesuksesan terapi

periodontal. Pencegahannya termasuk program menjaga

kebersihan mulut. Pada kasus gingivitis ringan terapi

scalling dan root planning dapat diterima dengan baik,

dengan menjaga kebersihan mulut. Kasus gingivitis yang

parah mungkin memerlukan kultur mikroba, obat kumur

antimikroba dan pembebasan local site, atau terapi

antibiotik. Perawatan periodontal mungkin perlu lebih

sering ketika terjadi ketidakstabilan jaringan

periodontal.

Dokter harus mengenali manifestasi periodontal

atau lesi intraoral yang terdapat pada penyakit

sistemik (misalnya, diabetes). Riwayat penyakit

penderita dan rujukan medis harus diserahkan ketika

dianggap perlu. Dokter harus menyadari efek chronic

regurgitation of gastric pada jaringan intraoral;

kelompok usia ini juga rentan terhadap gangguan makan,

yaitu bulimia dan anorexia nervosa. Perimolysis

(penipisan enamel dan dentin), biasanya pada permukaan

lingual gigi anterior rahang atas, bervariasi dengan

durasi dan frekuensi perilaku. Juga, pembesaran

kelenjar parotid (terkadang pada kelenjar sublingual)

Page 12: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

7

telah diperkirakan terjadi pada 10% sampai 50% dari

pasien yang pengonsumsi alkohol. Oleh karena itu

terjadi penuruan flow saliva, yang akan meningkatkan

sensitivitas membran mukosa, eritema gingiva, dan

karies.

2.2 Menstruasi2.2.1 Manifestasi Periodontal

Dalam massa sistem reproduksi, siklus ovarium

dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior.

Gonadotropin follicle-stimulating hormon (FSH) dan

luteinizing hormon (LH) yang dihasilkan oleh kelenjar

hipofisis anterior. Sekresi hormon gonadotropin juga

tergantung pada siklus kerja hipotalamus. Perubahan

kadar konsentrasi dari gonadotropins dan hormon ovarium

terjadi selama siklus menstruasi yang berlangsung pada

setiap bulan. Dibawah pengaruh FSH dan LH, estrogen dan

progesteron merupakan hormon steroid yang diproduksi

oleh ovariumselama siklus menstruasi yang berperan

untuk mempersiapkan rahim dalam implantasi telur.

Dalam siklus reprodusi terdapat 2 fase tahap,

Tahap pertama adalah follicular phase pada fase ini tingkat

FSH meningkat dan Estradiol (E2) yang merupakan bentuk

utama dari estogen yang disintesis oleh perkembangan

folikel dan puncaknya terjadi sekitar 2 hari sebelum

ovulasi. Estogen ini berpengaruh dalam perangsangan

telur untuk bergerak menuju bagian bawah tubulus

Page 13: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

8

fallopi (ovulasi) dan merangsang proliferasi sel

stroma, pembuluh darah dan kelenjar endometrium.

Tahap kedua disebut fase luteal. Dalam

perkembangan corpus luteum akan memicu sintesis

estradiol dan progesteron. Kadar puncak Estrogen

Sebesar 0,2 ng/ml dan progesteron pada 10,0 ng/mk untuk

menyelesaikan pembentukan kembali endometrium sebagai

tempat implatasi telur yang telah dibuahi dikuti

penurunan kadar hormon ovarium sehingga terjadinya

siklus mentruasi. Telah dijelaskan bahwa hormon

ovarium dapat meningkatkan resiko peradangan pada

jaringan gingiva dan memicu terjadinya iritasi lokal.

Inflamasi gingiva dapat diperburuk dengan keadaan yang

tidak seimbang atau peningkatan hormon reproduksi.

Sejumlah penelitian telah menunjukan secara in

vitro dan in vivo bahwa hormon reproduksi memperngaruhi

dan mengubah sistem kerja imunitas tubuh. Selain itu,

bukti menunjukan bahwa interaksi antara estrogen dan

sel-sel sistem imunitas tubuh dapat menimbulakn efek

regulasi nonimune. Pada beberapa penelitian menyebutkan

bahwa peningkatan hormonal gingival berinteraksi dengan

siklus mestruasi. TNF- dan PGE2 yang berfluktuasi

selama siklus mentruasi, dan faktorangiogenetic, faktor

pertumbuhan endotel dan reseptor dapat dipengaruhi oleh

progesteron dan estrogen yang berkontribusi untuk

peningkatan inflamasi gingiva yang terjadi selama

siklus menstruasi.

Page 14: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

9

Progestron telah dikaitkan dengan peningkatan

permeabilitas mikrovaskularasi, mengubah tingkat dan

pola produksi kolagen dalam gingivan meningkatkan

metabolisme folat dan mengubah sistem respon imunitas

tubuh. Progesteron berperan dalam merangsang hormon

prostlagandin yang memediasi respon tubuh dalam proses

peradangan. PGE2 merupakan produk utama monosit dan

meningkat dalam inflamasi gingiva. Menurut Miyagi et

al, kemotaksis leukosit polimornuklear (PMN, neutrofil)

ditingkatkan oleh progesteron dan diturunkan oleh

estradiol.

Pada penelitian jaringan gingiva akan mengalami

edema selama siklus menstruasi dan eritematosa sebelum

onset menstruasi pada beberapa wanita. Dan terjadinya

peningkatan eksudat gingiva (GCF) pada fase siklus

mentruasi yang sedikit dihubungkan dengan peningkatan

mobilitas gigi Insiden postextraction osteitis juga

lebih tinggi selama inisiasi menstruasi. Tidak ada

temuan laboratorium hematologi yang signifikan terkait

hal ini, selain jumlah trombosit sedikit berkurang dan

sedikit peningkatan dalam waktu pembekuan.

Ketika kadar progesteron terletak dalam level

tertinggi (selama fase luteal) akan memicu terjadinya

ulkus aptous berulang, lesi herpes labialis dan infeksi

candida pada beberapa wanita. Esophageal Sphinter yang

rentan terpengaruh oleh kadar progesteron akab

berakibat wanita lebih rentan terhadap penyakit

Page 15: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

10

gastroesophageal eflux (GERD), gejala GERD terdiri dari

mulas, regurgitasi, nyeri dada dan apabila dalam

tingkat yang lebih parah beberapa pasien mengalami

gejala batuk-batuk, suara serak, sakit tenggorokan,

asma dan radang gusi.

2.2.2 Management

Selama tingkat puncak konsentrasi progesteron

(sekitar 7 sampai 10 hari sebelum menstruasi) sindrom

pramesntruasi ( PMS) juga dapat terjadi . pada wanita

yang mengalami pramenstruasi memiliki tingkat lebih

rendah dari neurotransmitterr tertentu seperti

enkhephalins, endorphins, GABA, dan serotonin serta

perubahan sikap seperti depresi, mudah marah, perubahan

suasana hati dan penurunan konsentrasi, lebih peka

terhadap proses inflamasi dan refleks muntah yang

memuncak merupakan gejala penurunan neurotransmiter.

Peningkatan perdarahan gingiva dan nyeri yang

terkait dengan siklus menstruasi memerlukan pemantauan

lebih dekat dalam perawatan periodontal. Perawatan

periodontal harus dititrasi dengan kebutuhan pasien

individu dan jika bermasalah, interval 3 sampai 4 bulan

harus direkomendasikan. Sebuah obat kumur antimikroba

sebelum peradangan siklik dapat diindikasikan selain

itu Penekanan perawatan harus ditempatkan pada

kesehatan mulut.

Page 16: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

11

Selama gejala pramentruasi banyak wanita

menunjukan gejala fisik termasuk kelelahan, perut

kembung, tangan atau kaki yang bengkak, sakit kepala,

nyeri pada daerah payudara, mual dan gangguan

pencernaan. Dokter harus menyadari bahwa obat

nonsteroid antiinflamasi (NSAID), infeksi, dan makanan

asam dapat memperburuk gejala GERD. Pasien GERD

dianjurkan terapi dengan obat antagonis reseptor H2

(cimetidine, famotidine, nizatidine, ranitidine), agen

prokinetik (cisapride, metoclopramide), dan inhibitor

pompa proton (lansoprazole, omeprazole, pantoprazole,

atau rabeprazole).

Obat-obat ini berinteraksi dengan beberapa

antibiotik dan antijamur, dan dengan demikian review

farmakologi mereka diperlukan. Debridement periodontal,

dan menghindari obat kumur yang mengandung alkohol

tinggi dapat mengurangi gejala yang berubungan dengan

gingiva serta karies.

PMS sering diobati dengan antidepresan. Selective

serotonin reuptake inhibitor (SSRI) merupakan pilihan

lini pertama karena mereka memiliki efek samping yang

lebih sedikit dibandingkan antidepresan lain, tidak

memerlukan pemantauan darah, dan aman dalam overdosis.

(Sertraline menduduki peringkat kedua belas dan

merupakan obat pilihan untuk pengobatan PMS.141)

Dokter harus menyadari bahwa pasien yang memakai

fluoxetine telah meningkat efek samping dengan

Page 17: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

12

meningkatnya ikatan protein obat (misalnya, aspirin),

dan paruh diazepam dan sistem saraf pusat (SSP)

depresan lainnya meningkat. SSRI yang umum tambahan

fluvoxamine, paroxetine, dan citalopram. Antidepresan

lain yang mungkin diresepkan adalah selective serotonin

dan norepinefrin reuptake (SNRIs), trisiklik,

trazodone, mirtazapin, nefazodone, dan Maprotiline.

2.3 Kehamilan

2.3.1 Manifestasi Periodontal

Hubungan antara kehamilan dan keradangan

periodontal telah dikenal selama bertahun-tahun. Pada

tahun 1778, Vermeeren membahas tentang "toothpains"

dalam kehamilan. Pada tahun 1818, Pitcarin

mendeskripsikan tentang hiperplasia gingiva saat

kehamilan. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa

penyakit periodontal dapat mempengaruhi kesehatan

sistemik dari si pasien dan efek negatif terhadap

kesehatan janin dengan tingginya resiko berat bayi

lahir rendah atau dikenal dengan sebutan bayi prematur.

Pada tahun 1877, Pinard menemukan kasus pertama

dengan adanya "pregnancy gingivitis." Baru-baru ini

penelitian periodontal mulai fokus pada mekanisme

terjadinya "pregnancy gingivitis", terjadi pada 30%

sampai 100% dari semua wanita hamil. Hal ini ditandai

dengan eritema, edema, hiperplasia, dan peningkatan

Page 18: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

13

perdarahan. Secara histologis, deskripsi dari

"pregnancy gingivitis" sama dengan gingivitis. Namun,

faktor-faktor etiologi berbeda meskipun punya kesamaan

klinis dan histologis. Kasus berkisar dari mild to-

severe inflamasi yang dapat berkembang menjadi

hiperplasia parah, nyeri, dan perdarahan.

Granuloma pyogenik ("tumor kehamilan," epulis

granuloma) terjadi sekitar 0,2% menjadi 9,6% dari

kehamilan. Granuloma pyogenik secara klinis dan secara

historis dibedakan dari granuloma pyogenik terjadi pada

wanita hamil atau pada pria. Granuloma pyogenik paling

sering muncul pada bulan kedua atau ketiga saat

kehamilan. Secara klinis, granuloma pyogenik mudah

berdarah dan menjadi hiperplastik dan nodular. Ketika

lesi dipotong, lesi biasanya tidak meninggalkan cacat

yang besar. Granuloma pyogenik ini berbentuk “sessile”

atau bertangkai dan ulserasi, warnanya dari merah

keunguan menjadi biru tua, tergantung pada

vaskularisasi dari lesi dan tingkat stasis vena. Lesi

secara klasik terjadi di daerah gingivitis dan

berhubungan dengan kebersihan mulut yang buruk dan

adanya kalkulus. Kehilangan tulang alveolar biasanya

tidak terkait dengan granuloma piogenik kehamilan.

Page 19: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

14

Gambar 1. Granuloma pyogenik pada kehamilan (Tumor

kehamilan)

2.3.2 Peran Hormon Kehamilan

1. Komposisi Plak Subgingival

Studi epidemiologi menunjukkan hubungan antara

tingkat perawatan dirumah dan tingkat keparahan

inflamasi gingiva. Tampaknya berhubungan dengan tanda-

tanda inflamasi gingiva dan jumlah plak lebih besar

setelah kelahiran daripada selama kehamilan. Perubahan

dalam komposisi plak subgingiva terjadi selama

kehamilan.

Seperti disebutkan, Kornman dan Loesche bahwa

selama trimester kedua, gingivitis dan perdarahan

gingiva meningkat, tanpa peningkatan kadar plak.

Perbandingan bakteri anaerobik / aerobik meningkat,

selain Bacteroides melaninogenicus dan P. intermedia

(2,2% sampai 10,1%). Penulis menyarankan bahwa

estradiol atau progesteron dapat menggantikan menadione

(vitamin K) sebagai faktor pertumbuhan penting bagi P.

intermedia tetapi tidak untuk Porphyromonas gingivalis

Page 20: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

15

atau Eikenella corrodens. Ada juga peningkatan P.

gingivalis selama minggu ke-21 sampai minggu ke-27

kehamilan, tetapi secara statistik tidak signifikan.

Peningkatan relatif terhadap jumlah P. intermedia

mungkin menjadi indikator yang lebih sensitif dari

situasi hormonal sistemik berubah dari parameter klinis

gingivitis. Sebuah studi baru-baru ini menyimpulkan

tingkat subgingival bakteri terkait dengan

periodontitis yang tidak berubah. Jumlah bakteri P.

gingivalis dan Tannerella forsythia lebih tinggi dan

berhubungan dengan perdarahan saat probing pada minggu

ke-12.

2. Penyakit periodontal dan Bayi Prematur, Berat Bayi

Lahir Rendah

Studi dilakukan menunjukkan bahwa terapi

periodontal rutin non-surgical setelah trimester

pertama tidak terkait dengan hasil kehamilan. Awalnya,

Offnbacher et al memberikan bukti bahwa penyakit

periodontal yang tidak diobati pada wanita hamil dapat

menjadi faktor risiko signifikan untuk bayi prematur

(<37 minggu kehamilan '), berat bayi lahir rendah

(<2500 g). Hubungan antara infeksi saluran urogenital

dan bayi prematur, berat bayi lahir (PLBW)

didokumentasikan dengan baik dalam studi manusia dan

Page 21: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

16

hewan. Peneliti periodontal, mencurigai penyakit

periodontal sebagai sumber infeksi lain, menemukan

bahwa jika ibu yang berisiko PLBW memiliki resiko

kehilangan perlekatan jaringan periodontal lebih

daripada ibu yang rutin kontrol memiliki bayi dengan

berat badan normal saat lahir.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa hubungan

penyakit periodontal dengan kelahiran PLBW dapat

terjadi sebagai akibat dari infeksi dan dimediasi

secara tidak langsung, terutama oleh translokasi produk

bakteri seperti endotoksin (lipopolisakarida [LPS]) dan

dr ibu yang menghasilkan mediator inflamasi. Jared et

al menjelaskan bahwa dalam rahim terdapat paparan

bakteri patogen yangdapat meningkatkan resiko neonatal

pada unit perawatan intensif. Molekul biologis aktif,

seperti PGE2 dan TNF α, yang biasanya terlibat dalam

kelahiran normal, dibangkitkan untuk artifisial tingkat

tinggi dengan proses infeksi, yang dapat mendorong

bakteri gram negatif pada penyakit periodontal, oleh

karena itu pertumbuhan bakteri akan berlebihan atau

invasi bakteri gram negatif dalam saluran urogenital.

Gingiva fluid crevikular (GCF) tingkat PGE2 berhubungan

positif dengan tingkat PGE2 intraamniotik (p = 0.018)

yang menunjukkan bahwa infeksi periodontal gram negatif

dapat mempengarui keadaan sistemik untuk memulai

persalinan awal sebagai sumber LPS, atau melalui

stimulasi mediator inflamasi sekunder seperti PGE2 dan

Page 22: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

17

interleukin-1 beta (IL-1β). Offenbacher et al

menyarankan hubungan respon dan dosis untuk

meningkatkan GCF PGE2 sebagai penanda aktivitas

penyakit periodontal saat ini dan penurunan berat badan

lahir. Empat organisme terkait dengan plak dan

periodontitis adalah T. forsythia, P. gingivalis, A.

actinomycetemcomitans, dan Treponema denticola

terdeteksi pada tingkat yang lebih tinggi pada ibu PLBW

dibandingkan dengan keadaan normal.

3. Preeklampsia

Sebuah tinjauan sistematis preeklampsia dan

periodontitis menunjukkan resiko peningkatan selama

kehamilan. Preeklamsia adalah suatu kondisi yang

mengancam jiwa pada akhir kehamilan yang ditandai

dengan tekanan darah tinggi dan protein urine berlebih.

4. Maternal Immunoresponse

Sistem kekebalan tubuh ibu ditekan selama

kehamilan. Respon memungkinkan janin untuk bertahan

hidup sebagai allograft. Faktor imunosupresif dalam

wanita hamil dapat ditandai oleh peningkatan monosit

(yang dalam jumlah besar menghambat respon proliferasi

in vitro untuk mitogens, sel-sel alogenik, dan antigen

larut), dan pregnancy specific βl-glikoprotein

berkontribusi terhadap respon limfosit berkurang untuk

mitogens dan antigens. Selain itu, terjadi penurunan

rasio sel T helper perifer sel T penekan (CD4 / CD8)

selama kehamilan.

Page 23: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

18

Perubahan-perubahan dalam respon imun maternal

menunjukkan peningkatan kerentanan terhadap

pengembangan inflamasi gingiva. Dalam satu studi,

indeks gingiva lebih tinggi, tetapi persentase dari T3,

T4, dan sel-sel tampaknya menurun dalam darah perifer

dan jaringan gingiva selama kehamilan dibandingkan

dengan laporan penelitian dari grup kontrol. Penelitian

lain menunjukkan menurunnya PMN (neutrofil) kemotaksis,

depresi sel imunitas dimediasi, fagositosis, dan respon

sel-T menurun dengan kadar hormon ovarium meningkat,

terutama progesteron. Penurunan respon vitro limfosit

darah perifer ke beberapa mitogens dan bakteri P.

intermedia telah dilaporkan.

Ada bukti juga menunjukkan penurunan jumlah

absolut CD4 + sel dalam darah perifer selama kehamilan

dibandingkan dengan jumlah sel-sel ini postpartum. Lapp

et al menunjukkan bahwa tingkat progesteron yang

tinggi selama kehamilan mempengaruhi perkembangan

peradangan lokal oleh down regulation dari IL-6

produksi, ketahanan dari gingiva terhadap inflamasi

yang dihasilkan oleh bakteri.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan kelahiran

prematur dikaitkan dengan penurunan tingkat

imunoglobulin G (IgG) antibodi terhadap bakteri patogen

jaringan periodontal pada wanita dengan periodontitis

ketika dinilai selama trimester kedua tetapi tidak

terkait dengan hasil kelahiran. Juga, ada hormon

Page 24: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

19

ovarium merangsang produksi prostaglandin, khususnya

PGE1 dan PGE2, yang merupakan mediator kuat dari respon

inflamasi. Dengan prostaglandin yang bertindak sebagai

imunosupresan, inflamasi gingiva dapat meningkat ketika

tingkat mediator tinggi. Kinney et al menemukan bahwa

tingkat progesteron yang tinggi selama kehamilan

mempengaruhi plasminogen activator inhibitor tipe 2

(PAI-2) dan mengganggu keseimbangan sistem

fibrinolitik. Karena PAI-2 berfungsi sebagai inhibitor

penting proteolisis jaringan, penelitian ini

menunjukkan bahwa komponen Sistem fibrinolitik mungkin

terlibat dalam pengembangan pregnancy gingivitis.

Selama kehamilan, kadar hormon seks meningkat

secara dramatis. Progesteron mencapai tingkat 100 ng /

ml, 10 kali fase luteal puncak menstruasi. Estradiol

dalam plasma dapat mencapai tingkat 30 kali lebih

tinggi daripada selama siklus reproduksi. Pada awal

kehamilan dan selama siklus ovarium normal, korpus

luteum adalah sumber utama estrogen dan progesteron.

Selama kehamilan, plasenta mulai menghasilkan estrogen

dan progesteron.

Estrogen dapat mengatur proliferasi sel,

diferensiasi, dan keratinisasi, sedangkan progesteron

mempengaruhi permeabilitas mikrovaskularisasi, mengubah

tingkat dan pola produksi kolagen, dan meningkatkan

metabolisme rincian folat (diperlukan untuk

pemeliharaan jaringan). Konsentrasi tinggi dari hormon

Page 25: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

20

seks dalam jaringan gingiva, air liur, serum, dan GCF

juga dapat menimbulkan respon yang tinggi.

Regulasi dalam proses seluler yang paling banyak

dilakukan oleh hormon terjadi melalui interaksi produk

ini dengan reseptor intraseluler. Efek yang dihasilkan

tergantung pada konsentrasi hormon terikat menyebar

melalui membran sel. Vittek dkk telah menunjukkan

reseptor estrogen dan progesteron tertentu dalam

jaringan gingiva, memberikan bukti biokimia langsung

bahwa jaringan ini dapat berfungsi sebagai organ target

hormon seks. Muramatsu dan Takaesu menemukan

peningkatan konsentrasi hormon seks dalam air liur dari

bulan pertama dan memuncak pada bulan kesembilan

kehamilan, seiring dengan bertambahnya persentase P.

intermedia. Kedalaman probing, sejumlah situs gingiva

dengan perdarahan, dan kemerahan meningkat sampai 1

bulan setelah melahirkan. Juga, bukti menunjukkan

konsentrasi hormon seks di GCF, menyediakan media

pertumbuhan patogen periodontal.

2.3.3 Manifestasi Oral lain saat Kehamilan

Seperti disebutkan sebelumnya, perimolysis (erosi

asam gigi) dapat terjadi jika "morning sickness" atau

refleks esofagus yang berulang sehingga bisa

memuntahkan isi lambung.

Tabel 1. Penyebab respon Gingiva untuk meningkatkan hormon

estrogen dan Progesteron selama kehamilan

Page 26: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

21

A. Komposisi Plak

Subgingiva

B. Maternal

Imunosupresan

1. Peningkatanrasio konsentrasianaerobik / aerobik

2. Konsentrasilebih tinggi dari Prevotellaintermedia (pengganti hormonseks untuk vitamin K- faktorpertumbuhan)

3. Konsentrasi yanglebih tinggi dariBacteroides melaninogenicuskonsentrasi yang lebihtinggi dari Porphyromonasgingivalis

1. Sistem kekebalan tubuhibu ditekan selamakehamilan. Respon janinuntuk bertahan hidupsebagai allograft.

2. Faktor imunosupresifdalam wanita hamildapat ditandai olehpeningkatan monosit danpenurunan rasio sel Thelper perifer sel Tpenekan (CD4 / CD8).

3. Peningkatan kerentananterhadap inflamasigingiva.

4. Menurunnya PMN(neutrofil) kemotaksis,depresi sel imunitasdimediasi, fagositosis,dan respon sel-Tmenurun dengan kadarhormon ovariummeningkat, terutamaprogesteron.

5. Hormon ovariummerangsang produksiprostaglandin,khususnya PGE1 danPGE2.

6. Progesteron yang tinggiselama kehamilanmempengaruhiplasminogen activatorinhibitor tipe 2 (PAI-2) dan mengganggukeseimbangan sistemfibrinolitik.

Page 27: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

22

C. Konsentrasi Sex Hormon1. Estrogen

a. Meningkatkan proliferasi sel dalam pembuluh darah(dikenal di endometrium).

b. Mengurangi keratinisasi, dengan meningkatkanglikogen epitel 2. Progesteron

a. Meningkatkan pelebaran pembuluh darah, danmeningkatkan permeabilitas (yang mengakibatkanedema dan akumulasi sel inflamasi).

b. Meningkatkan proliferasi kapiler yang baruterbentuk pada jaringan gingiva (peningkatankecenderungan perdarahan).

c. Peningkatan kerusakan metabolisme folat (defisiensi folat dapat menghambat perbaikan jaringan).

d. Reseptor spesifik yang ditemukan dalam jaringan gingiva.

e. Mengurangi plasminogen activator inhibitor tipe 2,dan meningkatkan proteolisis jaringan.

3. Estrogen dan Progesterona. Efek substansi dasar dari jaringan ikat dengan

meningkatkan saliva. Konsentrasi peningkatan saliva dengan peningkatan konsentrasi dalam serum.

2.3.4 Manajemen Klinis

Sebuah riwayat medis merupakan komponen penting

dari pemeriksaan periodontal, terutama pada pasien

hamil. Karena perubahan imunologi, peningkatan volume

darah (mengesampingkan prolaps katup mitral dan murmur

jantung), dan interaksi janin, dokter harus rajin dan

konsisten memantau stabilitas medis dan jaringan

periodontal pasien. Riwayat medis harus mencakup

komplikasi kehamilan, keguguran sebelumnya, dan baru-

baru ini seperti kram, bercak, atau muntah merusak.

Page 28: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

23

Dokter kandungan dari pasien harus dihubungi untuk

membahas status medis, kebutuhan periodontal atau gigi,

dan rencana pengobatan yang diusulkan. Dengan membentuk

rongga mulut yang sehat dan menjaga tingkat kebersihan

mulut yang optimal adalah tujuan utama pada pasien

hamil. Sebuah program periodontal pencegahan terdiri

dari konseling gizi dan langkah-langkah kontrol plak

yang ketat oleh dokter gigi.

1. Kontrol Plak

Berhubung dengan meningkatnya kecenderungan

inflamasi gingiva selama kehamilan harus secara jelas

menjelaskan secara kepada pasien sehingga teknik yang

dapat diterima kebersihan mulut dapat diajarkan,

diperkuat, dan dipantau selama kehamilan. Scaling,

polishing, dan root planing dapat dilakukan bila

diperlukan selama kehamilan. Beberapa praktisi

menghindari penggunaan kandungan alkohol sebagai

antimikroba pada wanita hamil dan lebih memilih untuk

menggunakan berbasis non-alkohol unutk membersihkan

mulut.

2. Prenatal Fluoride

Resep dalam pemberian suplemen floride dalam

keadaan prenatal telah menjadi daerah kontroversi.

Meskipun dua studi telah menyatakan hasil yang

bermanfaat, menunjukkan bahwa efficacy klinis suplemen

floride prenatal tidak pasti dan mekanisme yang

florides prenatal mungkin memberi cariostatik. American

Page 29: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

24

Dental Association (ADA) dan American Academy of

Pediatric Dentistry tidak merekomendasikan penggunaan

floride prenatal karena efficacy yang belum terbukti.

2.3.5 Perawatan

1. Pilihan Perawatan Gigi

Selain kontrol plak dengan baik, itu adalah hal

yang bijaksana untuk menghindari perawatan gigi elektif

jika mungkin selama trimester pertama dan trimester

ketiga. Trimester pertama adalah periode organogenesis,

ketika janin sangat rentan terhadap pengaruh

lingkungan. Di trimester ketiga, bahaya kelahiran

prematur ada karena rahim sangat sensitif terhadap

rangsangan eksternal. Waktu duduk yang lama mungkin

perlu harus dihindari karena wanita yang paling tidak

nyaman saat ini.

Selanjutnya, sindrom hipotensi telentang mungkin

terjadi. Dalam setengah berbaring atau posisi

terlentang, pembuluh darah besar, terutama vena cava

inferior, ditekan oleh uterus gravid. Dengan mengganggu

aliran balik vena, kompresi ini akan menyebabkan

hipotensi, penurunan curah jantung, dan akhirnya

kehilangan kesadaran. Sindrom hipotensi telentang

biasanya dapat diatasi dengan mengubah pasien miring ke

kiri, sehingga bisa menghapus tekanan pada vena kava

dan memungkinkan darah untuk kembali dari ekstremitas

bawah dan daerah panggul. Sebuah pencegahan dengan 6

Page 30: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

25

inci wedge lunak (digulung handuk) harus ditempatkan

pada sisi kanan pasien ketika dia berbaring untuk

pengobatan klinis.

Pada awal trimester kedua adalah masa paling aman

untuk memberikan perawatan gigi rutin. Penekanan saat

ini adalah pada pengendalian penyakit aktif dan

menghilangkan potensi masalah yang bisa timbul pada

akhir kehamilan. Perawatan dengan operasi bedah mulut

atau periodontal dapat ditunda sampai setelah

melahirkan. "Tumor Kehamilan" yang menyakitkan,

mengganggu pengunyahan, atau terus berdarah atau

bernanah setelah debridement mekanis mungkin memerlukan

eksisi dan biopsi. American Academy of Periodontology

telah mengembangkan pernyataan, posisi mengenai

kebutuhan untuk menyediakan terapi periodontal yang

tepat untuk pasien hamil. Karena penelitian ini

menunjukkan kemungkinan dampak pada janin, adanya

infeksi akut, abses, atau sumber potensial lainnya yang

menyebar dari sepsis dapat menjamin intervensi yang

cepat terlepas dari tahap kehamilan.

Page 31: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

26

Gambar 2. Diagram Urutan Perawatan untuk pasien kehamilan

2. Radiografi Gigi

Keselamatan radiografi gigi selama kehamilan telah

diatur, yang disediakan seperti film kecepatan tinggi,

filtrasi, kolimator, dan apron. Namun, yang paling

diinginkan untuk tidak memiliki radiasi selama

kehamilan, terutama selama trimester pertama, karena

janin yang sedang berkembang sangat rentan kerusakan

terhadap radiasi. Ketika radiografi diperlukan untuk

diagnosis, bantuan yang paling penting bagi pasien

adalah memakai pelindung apron.

Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika apron

digunakan selama radiografi gigi kontemporer, gonad dan

radiasi janin tidak terpengaruh. Bahkan dengan keamanan

yang jelas radiografi gigi, film x-ray harus diambil

Page 32: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

27

secara selektif selama kehamilan dan hanya bila

diperlukan dan tepat untuk membantu dalam diagnosis dan

pengobatan. Dalam kebanyakan kasus, panorama, atau film

periapikal yang dipilih.

3. Obat

Terapi obat pada pasien hamil merupakan

kontroversial karena obat dapat mengefek pada janin

dengan difusi melalui plasenta. Resep harus dengan

durasi sangat penting bagi kesejahteraan pasien hamil

dan harus ada pertimbangan hati-hati dari potensi efek

samping. Sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh US

Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1979

untuk menilai tingkat risiko janin terkait dengan

banyak obat resep memberikan pedoman keselamatan.

Dokter yang bijaksana harus berkonsultasi, referensi

seperti Briggs et al Obat Kehamilan dan Menyusui dan

Olin Obat Fakta dan Perbandingan, untuk informasi

mengenai faktor risiko kehamilan FDA terkait dengan

obat resep.

Idealnya, ada obat harus diberikan selama

kehamilan, terutama trimester pertama. Namun, kadang-

kadang tidak mungkin untuk mematuhi aturan ini.

Untungnya, obat yang paling umum dalam praktek dokter

gigi dapat diberikan selama kehamilan dengan relatif

aman, meskipun ada pengecualian penting yang. Tabel 1

dan 2 merupakan pedoman umum untuk anestesi dan

analgesik, antibiotik, dan obat-obatan penenang-

Page 33: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

28

hipnotik. Secara khusus, antibiotik sering diperlukan

dalam terapi periodontal. Efek pada obat tertentu pada

janin tergantung pada jenis antimikroba, dosis,

trimester, dan durasi perjalanan terapi.

Tabel 2.Obat Lokal Anestesi dan Analgesic selama Kehamilan

Page 34: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

29

*Dapat menggunakan vasokontriksi jika dibutuhkan

T Menghindari pemaikaian yang lama

FDA, US Food and Drug Administration

4. Pemberian ASI

Biasanya, ada resiko bahwa obat dapat memasukkan

ASI dan di transfer ke bayi, di antaranya paparan dapat

memiliki efek samping. Sayangnya, ada informasi yang

konklusif sedikit tentang dosis obat dan efek melalui

ASI. Namun, studi klinis retrospektif dan pengamatan

empiris digabungkan dengan farmakologis. Jumlah obat

diekskresikan dalam ASI biasanya tidak lebih dari 1%

sampai 2% dari dosis ibu. Oleh karena itu sangat tidak

mungkin bahwa sebagian besar obat memiliki signifikan

secara farmakologis. Ibu harus mengambil obat yang

diresepkan setelah menyusui dan kemudian menghindari

Page 35: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

30

untuk memberi ASI selama 4 jam atau lebih, jika

mungkin, kurangi konsentrasi obat dalam ASI.

Tabel 3. Klasifikasi Obat Sistem FDA Berdasarkan Potensi yang

dapat Menyebabkan Cacat Lahir

Klasifikasi Obat Sistem FDA Berdasarkan Potensi yang

dapat Menyebabkan Cacat Lahir

A. Sebuah studi pada wanita, gagal untuk menunjukkanresiko pada janin saat trimester pertama (tidakada bukti ada risiko pada trimester selanjutnya),dan kemungkinan munculnya kerusakan janin.

B. Studi reproduksi hewan tidak menunjukkan resikopada janin tetapi tidak ada studi terkontrol padawanita hamil, atau studi reproduksi hewan telahmenunjukkan efek buruk (selain penurunanfertilitas) yang tidak ada konfirmasi dalam studiterkontrol pada wanita di trimester pertama (dantidak ada bukti risiko pada trimester selanjutnya).

C. Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk padajanin (teratogenik, embryocidal, atau lainnya) dantidak ada studi terkontrol pada wanita, atau studipada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat harusdiberikan hanya jika potensinya bermanfaat saatpotensi resiko pada janin.

D. Ada bukti positif resiko pada janin manusia, tetapimanfaat penggunaan pada wanita hamil dapat diterima(misalnya, jika obat yang dibutuhkan dalam situasiyang mengancam jiwa atau penyakit yang seriusdimana obat yang lebih aman tidak dapat digunakanatau tidak efektif).

X. Studi pada hewan atau manusia telah menunjukkankelainan janin, atau ada bukti risiko janinberdasarkan pengalaman manusia, atau keduanya, danrisiko penggunaan obat pada wanita hamil jelasmelampaui setiap manfaat mungkin. Obat ini kontra

Page 36: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

31

indikasi pada wanita yang sedang atau yang mungkinhamil.

2.4 Kontrasepsi Oral

2.4.1 Kandungan Obat Kontrasepsi Oral

Dua hormon utama yang terkandung dalam obat

kontrasepsi adalah progesterone dan estrogen. Estrogen

adalah hormon seks utama pada wanita, sedangkan

progesterone merupakan "hormon kehamilan," dan

memainkan peran penting dalam sistem reproduksi wanita.

Kedua hormon ini mengatur siklus menstruasi dan ovulasi

(Levin dan Hammes, 2011).

Progesterone dalam kontrasespsi oral bertujuan

mengurangi kemampuan sperma untuk mencapai rahim.

Sedangkan esterogen berperan dalam penipisan lapisan

rahim sehingga mengurangi keberhasilan pembuahan ovum

secara drastis (Darney, 2005).

Pada dasarnya, semua kontrasepsi oral melakukan

satu atau lebih dari tiga hal (Levin dan Hammes, 2011).

:

(1) mencegah sperma mencapai sel telur,

(2) mencegah telur yang telah dibuahi dari

menanamkan di dalam rahim,

(3) mencegah atau menunda ovulasi.

Page 37: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

32

2.4.2 Pengaruh Esterogen dan Progesteron pada

Kontrasepsi Oral terhadap Kesehatan Jaringan

Periodontal

Wanita normal pengguna kontrasepi oral mungkin

memiliki respon berlebih pada iritasi gingiva daripada

pada wanita hamil. Mullally et al menemukan bahwa

wanita pengguna kontrasepsi oral memiliki kondisi

jaringan periodontal yang buruk terutama pada bagian

gingiva. Peradangan gingiva berkisar dari edema ringan

sampai hyperplastic gingival, munculnya lebih banyak

eksudat pada wanita normal pengguna kontrasepsi oral

daripada wanita hamil (Carranza, 2011).

Kalkwarf melaporkan bahwa respon berlebih pada

iritasi gingiva mungkin disebabkan oleh perubahan

microvascular, peningkatan permeabilitas gingiva, dan

meningkatkan sintesis prostaglandin. PGE yang

merupakan mediator inflmmation, akan meningkat secara

nyata dengan meningkatnya kadar hormon seks (Knight dan

Bryan, 2009).

Jensen et al menyatakan terdapat peningkatan

jumlah mikroba yang sangat tinggi khususnya spesies

Bacteroides pada kelompok wanita normal pengguna

kontrasepsi oral daripada kelompok wanita hamil. Namun

tidak ada perbedaan klinis pada status gingival indeks

dan aliran GCF (Carranza, 2011).

Penggunaan kontrasepsi oral dapat menyebabkan

inflamasi gingival kronis karena jangka penggunaan

Page 38: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

33

kontrasepsi oral yang lama mengakibatkan peningkatan

kadar estrogen dan progesteron. Namun tidak ditemukan

mengenai durasi penggunaan yang tepat. Dosis, durasi,

dan jenis OC merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

kondisi kesehatan jaringan periodontal (Farhad, 2013).

Komposisi saliva juga berubah pada pasien yang

memakai kontrasepsi oral seperti protein, asam sialic,

hexosamine fucose, ion hidrogen, dan jumlah elektrolit

(Carranza, 2011). Kecepatan flow saliva bisa meningkat

dalam satu laporan dan menurun pada 30% dari subyek

dalam laporan lain (Knight dan Bryan, 2009).

Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral beresiko

2-3 kali lipat mengalami osteitis local pasca ekstraksi

gigi molar tiga rahang bawah. mengalami dua kali lipat

menjadi tiga kali lipat peningkatan dalam kejadian

osteitis lokal setelah ekstraksi gigi molar tiga rahang

bawah. Kandungan esterogen pada kontrasepsi oral

diyakini mempengaruhi faktor-faktor pembekuan (Knight

dan Bryan, 2009).

2.4.3 Management

1. Medical histories

Adanya medical histories dari pasien memudahkan dokter

gigi dalam menentukan rencana perawatan beserta

jenis obat dan antibiotic.

2. Edukasi mengenai Obat Kontrasepsi Oral

Page 39: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

34

Dokter perlu memberikan informasi mengenai efek

samping dan resiko penggunaan obat kontrasepsi

terhadap jaringan periodontal (Farhad, 2013).

3. Melakukan Terapi Periodontal

Pada inflamasi gingival yang berlebihan, dokter

tetap perlu melakukan stabilisasi OH dan

mengeliminasi faktor predisposisi dengan terapi

non-surgical dahulu seperti scaling dan root

planning. Jika terapi tersebut sudah tidak

adequate, perlu dilakukan terapi surgical. Untuk

melakukan terapi, pasien harus berkonsultasi

terlebih dahulu kepada dokter yang bersangkutan

4. Mengurangi atau memberhentikan penggunaan

kontrasepsi oral

Saat melakukan perawatan dental,penggunaan

kontrasepsi oral sebaiknya diberhentikan atau

dikurangi untuk menghindari resiko osteotis

terlebih paca ektraksi molar tiga rahang bawah.

Pasien harus konsultasi ke dokter yang

bersangkutan untuk memberhentikan atau mengurangi

penggunaan kontrasepsi oral (Knight dan Bryan,

2009).

2.5 Menopouse

Page 40: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

35

Sepanjang masa hidup wanita, jumlah oosit akan

berkurang secara bertahap. Menopause dihubungkan dengan

gejala penurunan estrogen. Level estradiol akan turun

secara bertahap pada tahun-tahun sebelum menopause.

Level gonadotropin FSH dan LH akan mulai meningkat dan

level hormon seks mulai berfluktuasi. Tahap

perimenopause ini dikarakterisasi dengan terjadi

peningkatan pengurangan respon ovarium sehingga ovulasi

sporadis terjadi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan

implikasi pengurangan hormon pada jaringan periodontal

dan perubahan sistemik yang bermanifestasi. (Carranza

dan Newman, 2002).

2.5.1 Perubahan Oral

Perubahan oral yang terjadi pada menopause

termasuk penipisan mukosa oral, ketidaknyamanan di

mulut (rasa terbakar), resesi gingiva, xerostomia,

sensasi rasa yang berubah, kehilangan tulang alveolar,

dan resorpsi ridge alveolar.

Fluktuasi hormon seks yang terjadi selama

menopause berimplikasi terhadap penyebab perubahan

inflamasi pada gingiva, hipertropi atau atropi.

Estrogen mempengaruhi proliferasi sel, diferensiasi dan

keratinisasi epitel gingiva. Reseptor hormon

diindentifikasi pada lapisan basal dan spinosum

epitelium dan jaringan ikat, di mana berimplikasi pada

gingiva dan jaringan mulut lainnya sebagai manifestasi

Page 41: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

36

terjadinya defisiensi hormon. Steroid seks dikenal

memiliki efek langsung pada jaringan ikat oral, di mana

estrogen meningkatkan kandungan cairan intraseluler.

Kekurangan estrogen dapat menyebabkan pengurangan

pembentukan kolagen pada jaringan ikat, sehingga

terjadi pengurangan ketebalan kulit. Perubahan pada

kolagen mempengaruhi seperti sendi, rambut, kuku dan

kelenjar. (Carranza dan Newman, 2002)

Osteopenia dan osteporosis dihubungkan dengan

pasien menopause. Osteopenia merupakan pengurangan

massa tulang akibat ketidakseimbangan antara resorpsi

dan pembentukan tulang, menyokong terjadinya resorpsi

sehingga menyebabkan demineralisasi dan osteoporosis.

Osteoporosis merupakan penyakit dengan karakterisasi

berupa massa tulang rendah dan kerapuhan serta

peningkatan risiko terjadinya fraktur. (Carranza dan

Newman, 2002)

Kehilangan tulang pada wanita muncul secara cepat

pada tahun-tahun setelah menopause ketika level alami

estrogen menurun. Defisiensi estrogen terkait dengan

terjadinya peningkatan inflamasi gingiva. Penurunan

level alami estrogen, asupan kalsium dan vitamin D yang

berkurang serta pengabaian kebersihan mulut dapat

menyebabkan periodontitis yang parah. Wanita mulai

kehilangan densitas tulang dengan laju kira-kira 1% per

tahun setelah menopause.

Page 42: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

37

Hilangnya tulang mempengaruhi bagian tubuh ini

secara berurutan (menurun) pada tulang rahang, tulang

kranial, iga, tulang belakang, dan tulang panjang. Efek

asupan kalsium yang memadai dan Hormone Replacement

Therapy (HRT) membentuk dasar beberapa studi dan juga

menunjukkan bahwa peningkatan asupan kalsium / vitamin

D dan perawatan periodontal konvensional dapat

meningkatkan proses inflamatori dan kegoyangan gigi

pada pasien osteoporosis yang mengalami periodontitis.

(Pakiza et al, 2011).

Diperkirakan sekitar 25 juta orang Amerika yang

mengalami osteoporosis di mana 80% di antaranya adalah

perempuan. Banyak bukti terbaru menunjukkan kemungkinan

keterlibatan osteoporosis dengan kehilangan gigi dan

juga kehilangan tulang alveolar.

2.5.2 Management

Merupakan tanggungjawab klinisi untuk meninjau

riwayat medis pasien dan mencari informasi terbaru.

Adanya perubahan pada jaringan lunak mulut dan jaringan

ikat selama perimneopause dan postmenopause, pemberian

pertanyaan mengenai perubahan hormon perlu dilakukan

dan didokumentasikan. Banyak terapi seperti HRT / ERT

tersedia, dari pembuatan resep hingga pendekatan

holistik perlu dilakukan. Obat-obatan dapat merubah

clotting time, memperpanjang masa kerja obat lain, dan

Page 43: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

38

berintervensi dengan penyerapan atau efektivitas obat-

obatan yang diresepkan. (Carranza dan Newman, 2002)

Ketika penipisan gingiva dan jaringan mukosa

muncul, augmentasi jaringan lunak dapat dilakukan.

Penyikatan gigi dengan sikat gigi yang lembut

menggunakan ujung sikat gigi dapat mencegah penggosokan

pada gingiva yang menipis. Dentrifices dengan partikel

abrasif yang minimal seharusnya digunakan. Obat kumur

harus mengandunga alkohol dengan konsentrasi rendah.

Saat pemeliharaan periodontal, permukaan akar harus

dibersihkan pelan sehingga trauma jaringan lunak dapat

minimal. Sakit pada mulut dapat dikarenakan penipisan

jaringan, xerostomia, asupan nutrisi yang kurang, atau

penurunan kadar hormon. Telah diketahui bahwa ketika

pasien yang mengalami gejala oral diberikan HRT, gejala

menurun secara signifikan. (Carranza dan Newman, 2002).

HRT adalah tipe perawatan yaitu tubuh diberikan hormon

untuk mencegah atau mengobati beberapa kondisi medis

(menopause atau osteoporosis pada wanita) HRT berupa

hormon sintetik, yang dibuat di laboratorium, namun

dapat berfungsi sebagai hormon alami di tubuh

Jika pasien adalah rentan terkena osteoporosis,

perempuan menopause, kaukasia atau Asia, perokok,

aktivitas fisik minimal, asupan kalsium rendah,

perawakan kurus atau berat badan kurang dari 58 kg,

memiliki penyakit sistemik yang terkait predisposisi

dan riwayat genetik, perlu mengkonsultasikan risiko dan

Page 44: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

39

keuntungan penggunaan HRT serta suplemen vitamin

D/kalsium secara individual. Natrium fluorida,

bifosfonat (alendronat), modulator reseptor estrogen

selektif, dan hormon paratiroid dapat menjadi

alternatif terapi untuk pasien osteoprosis. Penjagaan

ketat stabilitas jaringan periodontal pada pasien,

melakukan pemeliharaan periodontal, pemberitahuan pada

pasien mengenai risiko poten terjadinya pengurangan

kadar hormon pada jaringan mulut serta

mengkonsultasikan pada dokter yang merawat. Pada tahun

1994 Konferensi NIH mengenai rekomendasi asupan kalsium

optimum yaitu 1000 mg kalsium per hari untuk wanita

premenopause dan 1500 mg per hari pada wanita

postmenopause. (Newman, 2002). Suplemen vitamin D dan

kalsium dapat menyebabkan kesehatan periodontal lebih

baik, meskipun suplemen bukan merupakan cara yang

dikenal untuk mengobati periodontitis, namun dapat

berperan penting saat perawatan dental (kontrol

biofilm, debridement, GTR) yang dilakukan sebelum

terjadi kerusakan periodontal yang parah dan

menyebabkan kegoyangan atau kehilangan gigi. (Pakiza,

et al, 2011).

Studi klinis sekarang dilakukan berdasar pada

keuntungan potensial penempatan membran barier kolagen

pada perawatan regeneratif periodontal pada teknik GRT

(Guided Tissue Regeneration). GTR dilakukan menggunakan

bovine collagen grafting dengan anastesi lokal. Sponge

Page 45: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

40

bovine collagen diletakkan menutupi tulang alveolar yang

rusak dan permukaan akar yang terekspos di sekitar

jaringan periodontal yag rusak, dilebihkan 2-3 mm

sepanjang CEJ lalu dijahit di mana akan tampak

sepanjang pebatasan gusi. (Pakiza, et al, 2011).

Kolagen tersebut menyediakan substrat untuk

migrasi, proliferasi dan adesi fibroblas dan juga

berperan sebagai agen topikal hemostatik dan

menyebabkan sel progenitor periodonsium bertumbuhan

sehingga terjadi proses penyembuhan tulang yang rusak

tanpa menimbulkan respon imun humoral atau seluler.

Hasil studi ini mengungkapkan perbaikan kondisi

jaringan periodontal dengan terjadi penurunan kedalaman

poket dan peningkatan level perlekatan serta terjadi

pengurangan BI dan PI disertai peningkatan trabekulasi

tulang dan ketinggian tulang alveolar pada gambaran

radiologis. (Pakiza et al, 2011).

Page 46: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

41

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Pasien wanita mungkin hadir dengan pertimbangan

periodontal dan sistemik yang mengubah terapi

konvensional.Pasien harus diedukasi mengenai efek dari

hormon seks pada jaringan periodontal dan mulut serta

kebutuhan yang konsisten untuk menghilangkan faktor

iritasi lokal. Riwayat kesehatan menyeluruh dalam

pasien wanita harus mencakup pertanyaan tentang

keteraturan menstruasi, penggunaan kontrasepsi oral,

terapi penggantian hormon, obat kesuburan, kehamilan

dan menyusui.

3.2 Saran

Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting

bukan saja untuk mencegah penyakit oral, melainkan juga

Page 47: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

42

untuk memelihara kesehatan umum yang baik karena

didapat hubungan timbal balik diantara keduanya. Baik

dokter gigi dan pasien hendaknya saling kooperatif

untuk mendukung rencana perawaran yang akan dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Darney, Philip D. (2005). "Oral Contraception". A

Clinical Guide for Contraception (4th ed.). Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins. p. 21.

Page 48: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

43

2. Farhad, Shirin Z et al. 2013. Association between

Oral Contraceptive Use and IL-6 Level and

Periodontal Health. Journal of Periodontology, p.1-2

3. Hwee, WB. 2012. The Effect of Continuous Combination

Oral Contraceptive Use on Subsequent Fertility.

School of Physician Assistant Studies, p1.

4. Knight, G.M and Bryan W.A.The Effect of Hormonal

Contraceptive on The Human Periodontium. p. 4-7

5. Kromhout, Don; Alessandro Menotti, Hugo Kesteloot,

Susanna Sans 2002. Prevention of Coronary Heart Disease by Diet

and Lifestyle.

6. Levin, Ellis R.; Hammes, Stephen R. (2011).

"Estrogens and progestins". In Brunton; Chabner,

Bruce A.; Knollmann, Björn C. Goodman & Gilman's

pharmacological basis of therapeutics (12th ed.). New York:

McGraw-Hill Medical. pp. 1163–1166.

7. McMurray JJ, Pfeffer MA. 2005. Heart failure.

Lancet 365 (9474): 1877–89. doi:10.1016/S0140-

6736(05)66621-4. PMID 15924986

8. Mitchell, Richard Sheppard; Kumar, Vinay; Abbas,

Abul K.; Fausto, Nelson. 2007. Robbins Basic

Page 49: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

44

Pathology (8th ed.). Philadelphia: Saunders.

pp. 345.ISBN 1-4160-2973-7.

9. Newman MG, Takei HH, Carranza FA, & Klokkevold PR.

2006. Carranza's clinical periodontology, 11th ed.

St.Louis: Saunders Elvesier. Hal. 396-411

10. Pakiza, et al. Healing And Regeneration of Tissues

Following Periodontal Treatment in Menopausal Women.

Pakistan Oral & Dental Journal 2011 31(1): 158-161

11. Williamson,LM et al. 2009. Limits to Modern

Contraceptive Use Among Young Women In Developing

Countries: A Systematic Review Of Qualitative

Research. Biomed Central p.1-2

Page 50: PERAWATAN PERIDONTAL PADA WANITA

45