PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan; b. bahwa dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan di bidang industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang dihasilkan termasuk yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia; c. bahwa untuk mengenali limbah yang dihasilkan secara dini diperlukan identifikas berdasarkan uji tosikologi dengan penentuan nilai akut dan atau kronik untuk menentukan limbah yang dihasilkan termasuk sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun; d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu mengubah dan menyempurnakan beberapa ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3815); P.P. NO. 85 TAHUN 1999 1/45
45
Embed
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN ... · PDF fileUndang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolan Lingkungan ... P.P. NO. 85 TAHUN 1999 1/45 . ... • PENJELASAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999
TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan;
b. bahwa dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan di bidang industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang dihasilkan termasuk yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia;
c. bahwa untuk mengenali limbah yang dihasilkan secara dini diperlukan identifikas berdasarkan uji tosikologi dengan penentuan nilai akut dan atau kronik untuk menentukan limbah yang dihasilkan termasuk sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun;
d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu mengubah dan menyempurnakan beberapa ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3815);
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
1/45
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH
TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Pasal I
Mengubah ketentuan Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga keseluruhannya berbunyi sebagai berikut :
Pasal 6
Limbah B3 dapat diidentifikasikan menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi.
2. Ketentuan Pasal 7 diubah, sehingga keseluruhannya berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7
1. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
b. Limbah B3 dari sumber spesifik;
c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
2. Perincian dari masing-masing jenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti tercantum dalam lampiran I Peraturan Pemerintah ini.
3. Uji karakteristik limbah B3 meliputi :
a. mudah meledak;
b. mudah terbakar;
c. bersifat reaktif;
d. beracun;
e. menyebabkan infeksi; dan P.P. NO. 85 TAHUN 1999
2/45
f. bersifat korosif.
4. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik.
5. Daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah dilakukan uji karakteristik dan atau uji toksikologi.
3. Ketentuan Pasal 8 diubah, sehingga keseluruhannya berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
1. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang tidak termasuk dalam Lampiran I, Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini, apabila terbukti memenuhi pasal 7 ayat (3) dan atau (4) maka limbah tersebut merupakan limbah B3.
2. Limbah B3 dari kegiatan yang tercantum dalam Lampiran I, Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini dapat dikeluarkan dari daftar tersebut oleh instansi yang bertanggung jawab, apabila dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa limbah tersebut bukan limbah B3 berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis, lembaga penelitian terkait dan penghasil limbah.
3. Pembuktian secara ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan :
a. Uji karakteristik limbah B3;
b. Uji toksikologi; dan atau
c. Hasil studi yang menyimpulkan bahwa limbah yang dihasilkan tidak menimbulkan pencemaran dan gangguan kesehatan terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya.
4. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) akan ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis dan lembaga penelitian terkait.
Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
3/45
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 7 Oktober 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 7 Oktober 1999 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MULADI
• PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
• LAMPIRAN I:
Tabel 1, Daftar Limbah B3 dari Sumber yang Tidak Spesifik
Tabel 2, Daftar Limbah B3 dari Sumber yang Spesifik
Tabel 3, Daftar Limbah dari Bahan Kimia Kadaluarsa, Tumpahan Sisa Kemasan, atau Buangan Produk yang Tidak Memenuhi Spesifikasi
• LAMPIRAN II, Baku Mutu TCLP Zat Pencemar dalam Limbah untuk Penentuan Karakteristik Sifat Racun
• LAMPIRAN III, Daftar Zat Pencemar dalam Limbah yang Bersifat Kronis
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
4/45
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999
TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999
TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
UMUM
Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan di bidang industri.
Pembangunan di bidang idustri tersebut di satu pihak akan menghasilkan barang yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup rakyat, dan di lain pihak industri itu juga akan menghasilkan limbah. Diantara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri tersebut terdapat limbah bahan berbahaya beracun (limbah B3).
Untuk mengidentifikasi limbah sebagai limbah B3 diperlukan uji karakteristik dan uji toksikologis atas limbah tersebut. Pengujian ini meliputi karakterisasi limbah atas sifat-sifat mudah meledak dan atau mudah terbakar dan atau bersifat reaktif, dan atau beracun dan atau menyebabkan infeksi, dan atau berisfat korosif. Sedangkan uji teksikologi digunakan untuk mengetahui nilai akut dan atau kronik limbah. Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengetahui hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji untuk menetapkan nilai LD50. Sedangkan sifat kronis limbah B3 ditentukan dengan cara mengevaluasi sifat zat pencemar yang terdapat di dalam limbah dengan menggunakan metodelogi tertentu.
Apabila suatu limbah tidak tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah ini, lolos uji karakteristik limbah B3, lolos uji LD50, dan tidak bersifat kronis maka limbah tersebut bukan limbah B3, namun pengelolaannya harus memenuhi ketentuan.
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
5/45
Limbah B3 yang dibuang langsung kedalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap kegiatan industri dapat meminimalkan llimbah B3 yang dihasilkan dan mencegah masuknya limbah B3 dari luar Wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia
dalam pengawasan perpindahan lintas batas limbah B3 telah meratifikasi Konvensi Basel pada tanggal 12 Juli 1993 dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993.
Untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari limbah B3 yang dihasilkan maka limbah B3 yang telah dihasilkan perlu dikelola secara khusus. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait berbagai pihak yang masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :
a. Penghasil Limbah B3;
b. Pengumpul Limbah B3;
c. Pengangkut Limbah B3;
d. Pemanfaat Limbah B3;
e. Pengelola Limbah B3;
f. Penimbun Limbah B3;
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan.
Dalam melakukan pengelolaan limbah B3 perlu diperhatikan hirarki pengelolaan limbah B3 antara lain dengan mengupayakan reduksi pada sumber, pengolahan bahan, subtitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan, dan digunakannya teknologi bersih. Bilamana masih dihasilkan limbah B3 maka diupayakan pemanfaatan limbah B3.
Pemanfaatan limbah B3, yang mencakup kegiatan daur ulang (recycling) perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuxe) merupakan satu mata rantai penting dalam pengelolaan limbah B3. Dengan teknologi pemanfaatan limbah B3 di satu pihak dapat dikurangi jumlah limbah B3 sehingga biaya pengolahan limbah B3 juga dapat ditekan dan dilain pihak akan dapat meningkatkan pemanfaatan bahan baku. Hal ini pada gilirannya akan mengurangi kecepatan pengurasan sumber daya alam.
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
6/45
PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 6
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengelolaan limbah B3 adalah mengidentifikasikan limbah dari penghasil tersebut apakah termasuk limbah B3 atau tidak.
Mengidentifikasikan limbah ini akan memudahkan pihak penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah, atau penimbun dalam mengenali limbah B3 tersebut sedini mungkin.
Mengidentifikasi limbah sebagai limbah B3 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3 sebagai mana pada lampiran I Peraturan Pemerintah ini, dan apabila cocok dengan daftar jenis limbah B3 tersebut, maka limbah tersebut termasuk limbah B3;
b. Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limah B3 sebagaimana pada lampiran I Peraturan Pemerintah ini maka diperiksa apakah limbah tersebut memiliki karakteristik: mudah meledak, dan atau mudah terbakar, dan atau beracun, dan atau bersifat reaktif, dan atau menyebabkan infeksi, dan atau bersifat korosif.
c. Apabila kedua tahapan tersebut adalah dilakukan dan tidak memenuhi ketentuan limbah B3, maka dilakukan uji toksikologi.
Angka 2
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharan alat, pencucian, pencegahan korosi (inhibitor korosi), pelarut kerak, pengemasan, dan lain-lain.
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
7/45
Huruf b
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang sacara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
Huruf c
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumapahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi, karena tidak memenuhi yang ditentukan alat tidak dapat dimanfaatkan kembali, maka suatu produk menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolaan seperti limbah B3 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pengujian karakteristik limbah dilakukan sebelum limbah tersebut mendapat perlakuan pengolahan. Limbah diidentifikasi sebagai limbah B3 apabila memenuhi salah satu atau lebih karakteristik limbah B3.
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan:
a. Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan, standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
b. Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut :
1. Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24 % volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 600 C (1400 F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
2. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (250
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
8/45
C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
3. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
4. Merupakan limbah pengoksidasi.
c. Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut :
1. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan.
2. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
3. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
4. Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi Ph antara 2 dan 12,5 dapat menghsilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
5. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (250C, 760 mmHg).
6. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limabh organic peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
9/45
d. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk
identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah ini. Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah ini, dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah ini, maka limbah tersebut merupakan limbah B3. Bila nilai konsentrasi zat pencemar labih kecil dari nilai ambang batas pada Lampiran Peraturan Pemerintah ini maka dilakukan uji toksikologi.
e. Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan dan masyarakat disekitar lokasi pembuangan limbah.
f. Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut :
1. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatu pengujian 550C.
3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
Ayat (4)
Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengukur hubungan dosis–respons antara limbah dengan kematian hewan uji,untuk menetapkan nilai besa LD50. Yang dimaksud dengan LD50 (Lethal Dose Fifty) adalah dosis limbah yang menghasilkan 50% respons kematian pada populasi hewan uji. Nilai tersebut diperoleh dari
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
10/45
analisis data secara grafis dan atau stastistik terhadap hasil uji hayati tersebut. Metodologi dan cara penentuan nilai LD50 ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab.
Apabila nilai LD50 secara oral lebih besar dari 50 mg/kg berat badan, maka terhadap limbah yang mengandung salah satu zat pencemar pada Lampiran III Peraturan Pemerintah ini dilakukan evaluasi sifat kronis.
Sifat kronis limbah (toksik, mutagenik, karsinogenik, teratogenik, dan lain-lain) ditentukan dengan cara mencocokkan zat pencemar yang ada dalam limbah tersebut dengan Lampiran III Peraturan Pemerintah ini. Apabila limbah tersebut mengandung salah satu dan atau lebih zat pencemar yang terdapat dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah ini. Maka limbah tersebut merupakan limbah B3 setelah mempertimbangkan faktor-faktor dibawah ini :
1. Sifat racun alami yang dipaparkan oleh zat pencemar;
2. Konsentrasi dari zat pencemar ;
3. Potensi bermigrasinya zat pencemar dari limbah kelingkungan bila mana tidak dikelola dengan baik;
4. Sifat persisten zat pencemar atau produk degradasi racun pada zat pencemar;
5. Potensi dari zat pencemar atau turunan/degradasi produk senyawa toksik untuk berubah menjadi tidak berbahaya;
6. Tingkat dimana zat pencemar atau produk degradasi zat pencemar terbioakumulasi di ekosistem;
7. Jenis limbah yang tidak dikelola sesuai ketentuan yang ada yang berpotensi mencemari lingkungan;
8. Jumlah limbah yang dihasilkan pada satu tempat atau secara regional atau secara nasional berjumlah besar;
9. Dampak kesehatan dan pencemaran/kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah yang
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
11/45
mengandung zat pencemar pada lokasi yang tidak memenuhi persyaratan;
10. Kebijaksanaan yang diambil oleh instansi Pemerintah lainnya atau program Peraturan perundang-undangan lainnya berdasarkan dampak pada kesehatan dan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah atau zat pencemarnya;
11. Faktor-faktor lain yang dapat dipertanggung jawabkan merupakan limbah B3.
Metodologi untuk evaluasi Lampiran III Peraturan Pemerintah ini ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis dan lembaga penelitian terkait. Apabila setelah dilakukan uji penentuan toksisitas baik akut maupun kronis dan tidak memenuhi ketentuan di atas, maka limbah tersebut dapat dinyatakan sebagai limbah non B3, dan pengelolaannya dilakukan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawb setelah berkoordinasi dengan instansi teknis yang terkait.
Ayat (5)
Cukup jelas
Angka 3
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal II
Cukup jelas
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
12/45
LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 85 TAHUN 1999 TANGGAL 7 OKTOBER 1999
Tabel 1. : Daftar limbah B3 dari sumber yang tidak spesifik
Tabel 2. : Daftar limbah B3 dari sumber yang spesifik
Tabel 3. : Daftar limbah dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
13/45
TABEL 1. DAFTAR LIMBAH B3 DARI SUMBER YANG TIDAK SPESIFIK
KODE LIMBAH BAHAN PENCEMAR Pelarut Terhalogenasi
D1001a Tetrakloroetilen
D1002a Trikloroetilen
D1003a Metilen Klorida
D1004a 1,1,2-Trikloro, 1,2,2, Trifluoroetana
D1005a Triklorofluorometana
D1006a Orto-diklorobenzena
D1007a Klorobenzena
D1008a Trikloroetana
D1009a Fluorokarbon Terklorinasi
D1010a Karbon Tetraklorida
Pelarut Yang Tidak Terhalogenasi
D1001b Dimetilbenzena
D1002b Aseton
D1003b Etil Asetat
D1004b Etil Benzena
D1005b Metil Isobutil Keton
D1006b n-Butil Alkohol
D1007b Sikloheksanon
D1008b Metanol
D1009b Toluena
D1010b Metil Etil Keton
D1011b Karbon Disulfida
D1012b Isobutanol
D1013b Piridin
D1014b Benzena
D1015b 2-Etoksietanol
D1016b 2-Nitropropana
D1017b Asam Kresilat
D1018b Nitrobenzana
Asam/Basa
D1001c Amonium Hidroksida
D1002c Asam Hidrobromat
D1003c Asam Hidroklorat
D1004c Asam Hidrofluorat
D1005c Asam Nitrat
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
14/45
D1006c Asam Fosfat
D1007c Kalium Hidroksida
D1008c Natrium Hidroksida
D1009c Asam Sulfat
D1010c Asam Klorida
Yang tidak spesifik lainnya
D1001d PCB'S (Polychlorinated Biphenyls)
D1002d Lead Scrap
D1003d Limbah Minyak Diesel Industri
D1004d Fiber Asbes
D1005d Pelumas Bekas
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
15/45
TABEL 2. DAFTAR LIMBAH B3 DARI SUMBER YANG SPESIFIK Kode
Limbah Jenis Industri/Kegiatan Kode
Kegiatan Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
D201 PUPUK 2412 Proses produksi amonia, urea dan/atau asam fosfat IPAL yang mengolah efluen dari proses produksi di atas
Katalis bekas Sludge proses produksi Limbah laboratorium Sludge dari IPAL Karbon aktif bekas
Logam berat (terutama As, Hg) Sulfida/senyawa amonia
D202 PESTISIDABahan organik atau inorganik yang digunakan untuk pemberantasan atau pengendalian hama atau gulma (insektisida, herbisida, fungisida, algasida, rodensida, defoliant)
2421 MFDP1) pestisida Penyimpanan dan pengemasan pestisida IPAL yang mengolah efluen dari proses produksi pestida
Sludge dari IPAL Alat pengemasan dan
perlengkapan Produk off-spec2) Residu proses produksi dan
formulasi Pelarut bekas Absorban dan filter bekas Residu proses destilasi,
evaporasi Pengumpulan debu Limbah laboratorium Residu dari insinerator
Bahan aktif pestisida Hidrokarbon
terhalogenasi Pelarut mudah terbakar Logam dan logam berat
D203 PROSES KLORO ALKALI Umumnya merupakan kegiatan yang terkait dalam produksi senyawa kimia atau produk yang berbahan dasar plastik seperti: soda kostik, klorin, vinylchlorid, polyvinylchloride, parafin mengandung klorin, ethylenedichloride, hypochlorites, hydrochloric acid, dll.
2411 2413 2429
Proses produksi klorin (metode elektrolis dengan menggunakan proses sel merkuri) Pemurnian garam Proses produksi soda kostik
(metode sel merkuri) IPAL yang mengolah efluen dari
proses produksi di atas
Sludge dari IPAL Absorban dan filter bekas Alat yang terkontaminasi Hg Sludge hasil proses
pengawetan Limbah laboratorium
Logam berat (terutama Hg) Hidrokarbon
terhalogenasi
1) Manufaktur, formulasi, distribusi dan pemakaian. 2) Produk yang tidak memenuhi syarat.
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
16/45
Kode
Limbah Jenis Industri/Kegiatan Kode
Kegiatan Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
Bahan dari produk off-spec Residu dari kegiatan produksi Katalis bekas Pelarut bekas Limbah laboratorium Sludge dari IPAL
Bahan organik (terutama senyawa fenol) Hidrokarbon
terhalogenasi
D205
POLIMER Kegiatan produksi, baik khusus ataupun terintegrasi dalam manufaktur produk plastik atau serat, dengan cara polimerisasi yang menghasilkan produk seperti misalnya: polyvinyl chloride (PVC), polyvinyl acetate (PVA), polyethylene (PE), polypropilene (PP), acrylonitrile butadiene styrene (ABS), acrylonitrile styrene (AS), syntetic resin (alkyd, amino, epaxy, phenolic, polyester, polyurethane, vinyl acrylic), polyethyelene terephthalate (PET), ploystyrene (PS), styrene butadeiene rubber (SBR)
2413 2430 2520 2430
MFDP monomer dan polimer IPAL yang mengolah efluen
dari produksi polimer
Monomer/oligomer yang tidak bereaksi Katalis bekas Residu produksi/reaksi polimer
absorban (misalnya: karbon aktif bekas) Limbah laboratorium Sludge dari IPAL Sisa dan bekas stabiliser (misalnya
dalam produksi PVC: Cd, Zn, As) Fire retardant (misalnya Sb dan
senyawa bromin organik) Senyawa Sn organik Residu dari proses destilasi
Berbagai senyawa organik Hidrokarbon
terhalogenasi Logam berat (terutama
Cd, Pb, Sb, Sn) Sludge terkontaminasi
Zn dari proses produksi rayon/resin akritik
D206 PETROKIMIAIndustri yang menghasilkan produk organik dari proses pemecahan fraksi minyak bumi atau gas alam, termasuk produk turunan yang dihasilkan langsung dari produk dasarnya. Misalnya: parafin, olefin, naftan dan Hidrokarbon aromatis (metana, etana, propana, etilen, propilen, butana, sikloheksana, benzena, toluen, naftalen, asetilen, asam asetat, xylene) dan seluruh produk turunannya.
2320 2411 2413 2429
MFDP produk petrokimia IPAL yang mengolah efluen
dari proses pengolahan limbah
Sludge proses produksi dan fasilitas penyimpanan
Katalis bekas Tar (residu akhir) Residu proses produksi/reaksi Sludge dari IPAL Absorban (misalnya: karbon aktif) bekas
dan filter bekas) Limbah laboratorium Sludge dari IPAL Residu/ash proses spray drying Pelarut bekas
Organik Hidrokarbon
terhalogenasi Logam berat (terutama
Cr, Ni, Sb)
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
17/45
Kode
Limbah Jenis Industri/Kegiatan Kode
Kegiatan Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
D207 PENGAWETAN KAYU 2010 2021 2029 3511 4520
Proses pengawetan kayu IPAL yang mengolah
efluen proses pengawetan kayu
Sludge dari proses pengawetan kayu dan fasilitas penyimpanan
Sludge dari alat pengolahan dan pengawetan kayu
Produk off-spec dan produk left-over
Pelarut bekas Kemasan bekas Sludge dari IPAL
Fenol terklorinasi (misalnya: pentaklorofenol)
Hidrokarbon terhalogenasi
Senyawa organometal
D208
PELEBURAN/PENGOLAHAN BESI DAN BAJA
2710 2731 2891
Proses peleburan besi/baja Proses casting besi/baja Proses besi/baja: rooling,
drawing, sheeting Coke manufacturing IPAL yang mengolah efluen
dari proses coke oven/blast furnace
Ash, dross, slag dari furnace Debu, residu dan/atau sludge dari
fasilitas pengendali pencemaran udara
Sludge dari IPAL Pasir foundry dan debu cupola Emulsi minyak dari
pendingin/pelumas Sludge ammonia steel lime Sludge dari proses roling
Logam berat (terutama As, Cr, Pb, Ni, Cd, Th, dan Zn)
Organik (fenolic, naftalen)
Sianida Limbah minyak
D209
OPERASI PENYEMPURNAAN BAJA 2710 2731
Penyempurnaan dan pemrosesan baja Steel surface treatment
(pickling, passivation, cleaning)
Larutan asam/alkali bekas dan residunya
Residu terkontaminasi Sianida (hot metal treatment)
Slag dan residu lain yang terkontaminasi logam berat
Sludge dari proses pengolahan residu
Larutan pengolah bekas Fluxing agent bekas
Logam berat (terutama As, Cr, Pb, Ni, Cd, Th, dan Zn)
Larutan asam dan alkali
Nitrat Fluorida Sianida (kompleks)
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
18/45
Kode Limbah
Jenis Industri/Kegiatan Kode Kegiatan
Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
D210
PELEBURAN TIMAH HITAM (Pb) 2720 2732 3720
Proses peleburan timah sekunder dan/atau primer
IPAL yang mengolah efluen dari proses peleburan timah
Sludge dari fasilitas proses peleburan Debu dan/atau sludge dari fasilitas
pengendali pencemaran udara Ash, slag dan dross yang merupakan
residu dari proses peleburan Limbah dari proses skimming Larutan asam bekas Sludge dari IPAL
Logam berat (terutama As, Pb, Cd, Zn, Th)
Larutan asam
D211 PELEBURAN DAN PEMURNIAN TEMBAGA
2720 2732 3720
Proses primer dan sekunder peleburan dan penyempurnaan tembaga Peleburan dengan electric
arch furnace Pabrik asam (acid plant) IPAL yang mengolah
efluen dari proses peleburan tembaga
Sludge dari fasilitas proses peleburan dan penyempurnaan Debu dan/atau sludge dari fasilitas
pengendali pencemaran udara Larutan asam bekas Residu dari proses penyempurnaan
secara elektrolitis Sludge dari IPAL Sludge dariAcid plant blowdown Ash, slag dan dross yang
merupakan residu dari proses peleburan
Logam berat (terutama Cu, Pb, Cd, Th) Larutan asam
D212 TINTAKegiatan-kegiatan yang menggunakan tinta seperti percetakan pada kertas, plastik, tekstil, dll., termasuk proses deinking pada pabrik bubur kertas
2221 2102 2109 2422 2520 2211
MFDP tinta Proses deinking pada
pabrik bubur kertas IPAL yang mengolah efluen
dari proses yang berhubungan dengan tinta
Sludge dari proses produksi dan penyimpanan Sludge terkontaminasi tinta Pelarut bekas Sludge dari IPAL Residu dari proses pencucian Kemasan bekas tinta Produk off-spec dan kadaluarsa
Organik (binder dan resin) Hidrokarbon
terhalogenasi Senyawa organometal Pelarut mudah
terbakar Logam berat (terutama
Cr, Pb) Pigmen dan zat warna Deterjen Calico printing - As
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
19/45
Kode Limbah
Jenis Industri/Kegiatan Kode Kegiatan
Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
D213
TEKSTIL
1711/1712 1721/1722 1723/1729 1810/1820
Proses finishing tekstil Proses dyeing bahan tekstil Proses printing bahan
tekstil IPAL yang mengolah efluen
proses kegiatan di atas
Sludge dari IPAL mengandung logam berat Pelarut bekas (cleaning) Fire retardant, (Sb/Senyawa
brom organik)
Logam berat (terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn) Hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing) Pigmen, zat warna dan pelarut organik Tensioactive (surfactant)
D214
MANUFAKTUR DAN PERAKITAN KENDARAAN DAN MESIN Mencakup manufaktur dan perakitan kendaraan bermotor, sepeda, kapal, pesawat terbang, traktor, alat-alat berat, generator, mesin-mesin produksi, dll. Termasuk pembuatan suku cadang dan asesori dan rangka
Seluruh proses yang berhubungan fabrikasi dan finishing logam, manufaktur mesin dan suku cadang dan perakitan. Termasuk kegiatan yang terkait dengan D215 dan D216 IPAL yang mengolah efluen dari proses di atas
Sludge proses produksi Pelarut bekas dan cairan
pencuci (organik & anorganik) Residu proses produksi Sludge dari IPAL
Logam dan logam berat (terutama As, Ba, Cd, Cr, Pb, Ag, Hg, Cu, Ni, Zn, Se, Sn) Nitrat Residu cat Minyak dan gemuk Senyawa amonia Pelarut mudah terbakar Asbestos Larutan asam
D215
ELEKTROPLATING DAN GALVANIS Mencakup kegiatan pelapisan logam pada permukaan logam atau plastik dengan proses elektris
Semua proses yang berkaitan dengan kegiatan pelapisan logam termasuk proses perlakuan: phospahting, etching, polishing, chemical conversion coating, anodising Pre-treatment: pikling, degreasing, stripping, cleaning, grinding, sand blasting, weld cleaning, depainting IPAL yang mengolah effluen proses elektroplasting dan galvanis
Sludge pengolahan dan pencucian
Larutan pengolah bekas Larutan asam (pickling) Dross, slag Pelarut bekas (terklorinasi) Larutan bekas proses
degreasing Sludge IPAL Residu dari larutan batch
Logam dan logam berat (terutama Cd, Cr, Cu, Pb, As, Ba, Hg, Se, Ag, Ni, Zn, Sn) Sianida Senyawa amonia Fluorida Fenol Nitrat
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
20/45
Kode
Limbah Jenis Industri/Kegiatan Kode
Kegiatan Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
Sludge cat Pelarut bekas Sludge dari IPAL Filter bekas Produk off-spec Residu proses destilasi Cat anti korosi (Pb, Cr) Debu dan/atau sludge dari unit
pengendalian pencemaran udara Sludge proses dip painting
Bahan organik (resin) Hidrokarbon
terhalogenasi Caustic sludge Pelarut mudah
meledak Pigmen Logam dan logam
berat (terutama As, Ba, Cd, Cr, Pb, Hg, Se, Ag, Zn) Senyawa Sn Organik
D217 BATERE SEL KERING 3140 MFDP batere sel kering IPAL yang mengolah effluen proses produksi batere
Sludge proses produksi Residu proses produksi Batere bekas, off-spec dan
kadaluarsa Sludge IPAL Metal powder Dust, slag, ash
Logam berat (terutama Cd, Pb, Ni, Zn, Hg) Residu padat mengandung logam
D218 BATERE SEL BASAH 3140 MFPD batere sel basah IPAL yang mengolah
effluen proses produksi batere
Sludge proses produksi Batere bekas, kadaluarsa dan
off-spec Sludge dari IPAL Larutan asam/alkali
Logam berat (terutama Cd, Pb, Ni, Zn, Sb) Asam/alkali Sel mengandung Litium
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
21/45
Kode Limbah
Jenis Industri/Kegiatan Kode Kegiatan
Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
D219 KOMPONEN ELEKTRONIK/ PERALATAN ELEKTRONIK
3110/3120 3150/3190 3210/3220 3230/3320
Manufaktur dan perakitan komponen dan peralatan elektronik
IPAL yang mengolah effluen proses
Sludge proses produksi Pelarut bekas Mercury contactor/switch Lampu fluororesens (Hg) Coated glass Larutan etching untuk printed
circuit Caustic stripping (photoresist) Residu solder dan fluxnya Limbah pengecatan
Logam dan logam berat (terutama As, Ba, Cd, Cr, Pb, Ag, Hg, Cu, Ni, Zn, Se, Sn, Sb) Nitrat Fluorida Residu cat Bahan organik Lartuan alkali/asam Pelarut terhalogenasi
,li>Residu proses etching (FeCl3)
D220 EKSPLORASI DAN PRODUKSI MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI
1110 1120
Eksplorasi dan produksi Pemeliharaan fasiltas
produksi Pemeliharaan fasilitas
penyimpanan IPAL yang mengolah
effluen Pemrosesan minyak dan gas alam Tanki penyimpanan
Slop minyak Lumpur bor (drilling mud) bekas Sludge minyak Karbon aktif dan absorban bekas Sludge dari IPAL Cutting pemboran Residu dasar tanki (yang memiliki
kontaminan di atas standar dan memiliki karakteristik limbah B3)
Bahan organik Bahan
terkontaminasi minyak
Logam berat Merkuri (pada karbon
aktif,
D221 KILANG MINYAK DAN GAS BUMI 2320 Proses pengolahan IPAL yang mengolah
effluen proses pengolahan
Unit Dissolved Air Flotation (DAF)
Pembersihan heat exchanger
Tanki penyimpanan
Sludge minyak Katalis bekas Karbon aktif bekas Sludge dari IPAL Filter bekas Residu dasar tanki (yang memiliki kontaminan di atas
standar dan memiliki karakteristik limbah B3) Limbah laboratorium Limbah PCB
Bahan organik Bahan terkontaminasi minyak Logam dan logam berat (terutama Ba, Cr, Pb, Ni) Sulfida Tensioactive (Surfactan, dll.)
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
22/45
Kode Limbah
Jenis Industri/Kegiatan Kode Kegiatan
Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
D222 PERTAMBANGAN 1320 1020
Kegiatan pertambangan yang berpotensi untuk menghasilkan limbah B3 seperti penambangan tembaga, emas, batubara, timah, dll.
Sludge pertambangan terkontaminasi logam berat, flotation sludge/tailing (yang memliki kontaminan di
atas standar dan memliki karakteristik limbah B3) Pelarut bekas Limbah laboratorium Limbah PCB
D223 PLTU YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATUBARA
4010 • Pembakaran batubara yang digunakan untuk pembangkit listrik
Fly ash Bottom ash (yang memliki kontaminan di
atas standar dan memiliki karakteristik limbah B3) Limbah PCB
Sludge dari proses tanning dan finishing
Pelarut bekas Sludge dari IPAL Asam kromat bekas
D224 PENYAMAKAN KULIT 19111912 1920
Proses tanning dan finishing
Proses trimming/shaving/buffing
IPAL yang mengolah effluen dari proses di atas
• Logam berat Bahan organik (PNA - polynuclear aromatics)
Logam berat (terutama Cr, Pb)
Pelarut organik Larutan asam
D225
ZAT WARNA DAN PIGMEN 2422 2429 2411
MFDP zat warna dan pigmen
IPAL yang mengolah effluen proses yang berkaitan dengan zat warna dan pigmen
sludge proses produksi dan fasilitas penyimpanan
Pelarut bekas Sludge dari IPAL Residu produksi/reaksi Absorban dan filter bekas Produk off-spec
Kegiatan Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
D226 FARMASI 2423 MFDP produk farmasi IPAL yang mengolah
effluen proses manufaktur dan produksi farmasi
Sludge dari fasilitas produksi Pelarut bekas Produk off-spec, kadaluarsa
dan sisa Sludge dari IPAL Peralatan dan kemasan
bekas Residu proses produksi dan
formulasi Absorban dan filter (karbon
aktif) Residu proses destilasi,
evaporasi dan reaksi Limbah laboratorium Residu dari proses insinerasi
Bahan organik Hidrokarbon
terhalogenasi Pelarut mudah meledak Logam berat (terutama
As) Bahan aktif
D227 RUMAH SAKIT 7511 9309
Seluruh rumah sakit dan laboratorium klinis
Limbah klinis Produk farmasi kadaluarsa Peralatan laboratorium
terkontaminasi Kemasan produk farmasi Limbah laboratorium Residu dari proses insinerasi
Limbah terinfeksi Residu produk farmasi Bahan-bahan kimia
D228 LABORAORIUM RISET DAN KOMERSIAL beberapa industri memiliki laboratorium, misalnya: tekstil, makanan, pulp & paper, penyempurnaan, bahan kimia, cat, karet, dll.
7310 7422
Seluruh laboratorium kecuali yang termasuk D227
Pelarut Bahan kimia kadaluarsa Residu sampel
Bahan kimia (murni atau tekonsentrasi) dan larutan kimia berbahaya dan beracun
P.P. NO. 85 TAHUN 1999
24/45
Kode Limbah
Jenis Industri/Kegiatan Kode Kegiatan
Sumber Pencemaran Asal/Uraian Limbah Pencemaran Utama
D229 FOTOGRAFI 2211/2221 2222/2429
• MFDP bidang fotografi Larutan developer, fixer, bleach bekas Pelarut bekas Off-set Cr
Perak Pelarut organik Senyawa pengoksidasi
D230 PENGOLAHAN BATUBARA DENGAN PIROLISIS Cokes productions
2310 Proses produksi IPAL yang mengolah
effluen dari proses
Residu proses produksi (tar) Residu minyak
Hidrokarbon organik (PNA) Residu minyak
D231
DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS
9000 Proses purifikasi dan regenerasi
Filter dan absorban bekas Residu proses destilasi dan
evaporasi (tar) Residu minyak/emulsi/sludge
(DAF/dasar tanki)
Material terkontaminasi minyak Logam berat (terutama
1. 2. D5458 Toluene diisocyanate D5459 o-Toluidine D5460 o-Toluidine hydrochloride D5461 p-Toluidine D5462 Toxaphene D5463 Triallate D5464 2,4,6-Tribromophenol D5465 1,2,4-Trichlorobenzene D5466 1,1,2-Trichloroethane D5467 Trichloroethylene D5468 Trichloromethanethiol D5469 Trichloromonofluoromethane D5470 2,4,5-Trichlorophenol D5471 2,4,6-Trichlorophenol D5472 2,4,5-T D5473 Trichloropropane,NOS* D5474 1,2,3-Trichloropropane D5475 O,O,O-Triethyl phosphorothioate D5476 Triethylamine D5477 1,3,5-Trinitrobenzene D5478 Tris(1-aziridinyl) phosphine sulfide D5479 Tris(2,3-dibromopropyl)phoshate D5480 Trypan blue D5481 Uracil mustard D5482 Vanadium pentoxide D5483 Vinyl chloride D5484 Warfarin, pada konsentrasi lebih kecil dari 0.3% D5485 Warfarin, pada konsentrasi lebih besar dari 0.3% D5486 Warfarin salt, pada konsentrasi lebih kecil dari 0.3% D5487 Warfarin salt, pada konsentrasi lebih besar dari0.3% D5488 Zine cyanide D5489 Zine phosphide, pada konsentrasi lebih besar dari 10% D5490 Zine phosphide, pada konsentrasi lebih kecil atau sama dengan 10% D5491 Ziram