PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional, perlu adanya pedoman pembentukan instansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional yang disesuaikan dengan karakteristik jenis, sifat, dan beban kerja tugas dan fungsi organisasi; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tentang Pedoman Pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2085); 4.Peraturan ….
32
Embed
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA … KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,
Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 23
Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional, perlu
adanya pedoman pembentukan instansi vertikal di
lingkungan Badan Narkotika Nasional yang disesuaikan
dengan karakteristik jenis, sifat, dan beban kerja tugas dan
fungsi organisasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a,
perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika
Nasional tentang Pedoman Pembentukan Instansi Vertikal
di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5062);
2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan
Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 60);
3. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16
Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2085);
4.Peraturan ….
2
4. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika
Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional
Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 493);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL.
Pasal 1
Pedoman Pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan
Narkotika Nasional adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
Badan Narkotika Nasional ini.
Pasal 2
Pedoman Pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan
Narkotika Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
merupakan acuan dalam pembentukan intansi vertikal di
lingkungan Badan Narkotika Nasional.
Pasal 3 ….
3
Pasal 3
Pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan Narkotika
Nasional berdasarkan Peraturan Kepala Badan Narkotika
Nasional ini ditetapkan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional
setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur
Negara.
Pasal 4
Penjelasan mengenai persyaratan, prosedur dan tata cara
penilaian pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan
Narkotika Nasional adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
Badan Narkotika Nasional ini.
Pasal 5
Pada saat Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini mulai
berlaku, Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 10
Tahun 2014 tentang Pedoman Pembentukan dan Pengembangan
Organisasi Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6 ….
4
Pasal 6
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di J a k a r t a
Pada tanggal 15 Juni 2 0 1 5
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL
TTD
ANANG ISKANDAR
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Juni 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD
YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 912
Paraf :
1. Kasubbag Organisasi : . . .
2. Kabag Ortala : . . .
3. Karo Kepeg & Org : . . .
4. Kabag TU : . . .
5. Karo Umum : . . .
6. Sestama : . . .
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA BADAN
NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN
INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Badan Narkotika Nasional dibentuk dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika di Indonesia. Pembentukan Badan Narkotika Nasional
tidak terlepas dari keseriusan pemerintah dalam merespon perkembangan
permasalahan narkoba yang terus meningkat di Indonesia.
Untuk mempermudah pengawasan dan pengendalian serta terintegrasi dari
program pelaksanaan bidang pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan prekursor
serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol
(P4GN), maka Badan Narkotika Nasional mempunyai perwakilan di daerah
baik tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota. Perwakilan Badan
Narkotika Nasional merupakan instansi vertikal Badan Narkotika Nasional.
Berdasarkan Pasal 31 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010
tentang Badan Narkotika Nasional, bahwa instansi vertikal Badan Narkotika
Nasional terdiri dari :
1. Badan Narkotika Nasional Provinsi yang selanjutnya disebut dengan
BNNP; dan
2. Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
dengan BNNK/Kota.
Berdasarkan ....
2
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010, kedudukan BNNP
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Narkotika
Nasional. BNNP mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi, dan
wewenang Badan Narkotika Nasional dalam wilayah Provinsi. Dalam
melaksanakan tugas, BNNP menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi;
b. pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama;
c. pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada BNN
Kabupaten/Kota;
d. penyusunan rencana program dan anggaran BNNP;
e. evaluasi dan penyusunan laporan BNNP; dan
f. pelayanan administrasi BNNP.
Demikian pula dengan BNNK/Kota, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor
23 Tahun 2010, BNNK/Kota berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Narkotika Nasional melalui Kepala BNNP. BNNK/Kota
mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang Badan
Narkotika Nasional dalam wilayah Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan
tugas BNNK/Kota menyelenggarakan fungsi :
a. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan,
pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi;
b. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberantasan dalam
rangka pemetaan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam
wilayah Kabupaten/Kota;
c. pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama;
d. penyusunan rencana program dan anggaran BNNK/Kota;
e. evaluasi dan penyusunan laporan BNNK/Kota; dan
f. pelayanan administrasi BNNK/Kota.
Untuk mewujudkan organisasi instansi vertikal Badan Narkotika Nasional
yang proporsional, efektif dan efisien, maka perlu ditetapkan pedoman
tentang pembentukan instansi vertikal Badan Narkotika Nasional terutama
mengenai persyaratan, prosedur dan tata cara penilaian pembentukan
Instansi Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
B.MAKSUD ....
3
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Pedoman pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional
dimaksudkan sebagai acuan pembangunan, perwujudan, dan
penyusunan organisasi instansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika
Nasional.
2. Tujuan
Pedoman pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional
bertujuan menciptakan landasan yang jelas dan baku dalam
pembentukan Instansi Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pedoman Pembentukan Instansi Vertikal Badan Narkotika
Nasional ini diperuntukkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dan BNNP dalam pembentukan Instansi Vertikal
Badan Narkotika Nasional.
D. PENGERTIAN UMUM
Pengertian umum dalam Pedoman ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat BNN adalah
Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2. Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional adalah Badan Narkotika
Nasional dalam wilayah Provinsi dan Badan Narkotika Nasional dalam
wilayah Kabupaten/Kota.
3. Badan Narkotika Nasional Provinsi yang selanjutnya disingkat BNNP
adalah instansi vertikal Badan Narkotika Nasional yang melaksanakan
tugas, fungsi, dan wewenang Badan Narkotika Nasional dalam wilayah
Provinsi.
4.Badan ....
4
4. Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat
BNN Kabupaten/Kota adalah instansi vertikal Badan Narkotika Nasional
yang melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang Badan Narkotika
Nasional dalam wilayah Kabupaten/Kota.
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran gelap
Narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya
disingkat dengan P4GN.
6. Kerawanan Daerah adalah hasil analisa dari data dukung yang terdiri
beberapa unsur dari daerah yang mengusulkan pembentukan Instansi
Vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
7. Entry Point Narkoba adalah pintu rawan masuk Narkoba (Darat, Laut,
Perairan, Udara) di daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota.
8. Pecandu Narkoba adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
9. Tindak Pidana Narkoba adalah perbuatan pidana atau perbuatan
kejahatan yang berhubungan dengan narkoba.
10. Tersangka Tindak Pidana Narkoba adalah seorang yang karena
perbuatannya atau keadaaannya berdasarkan bukti permulaan patut
diduga sebagai pelaku tindak pidana narkoba.
11. Tindak Pidana Lainnya keadaan yang sebenarnya dari suatu perkara
kriminalitas yang tidak terkait dengan narkoba.
12. Tingkat Prevalensi Daerah adalah hasil penelitian dari penyalah guna
narkoba berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur dan jenis
penyalahgunaan zat.
13. Pembentukan adalah penyusunan, perwujudan, dan pembangunan
organisasi instansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
E. DASAR DAN PRINSIP PEMBENTUKAN
Pembentukan organisasi instansi vertikal dilakukan dengan pertimbangan:
1. Perkembangan lingkungan strategis yang dinamis.
2. Tuntutan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah.
3. Penyesuaian terhadap volume dan beban kerja.
4. Penyesuaian terhadap struktur organisasi tingkat pusat.