I SALINAN I
Menimbang
Mengingat
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA
NOMOR 29 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN KEMISKINANTAHUN 2015-2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
a. bahwa dalam rangka penjabaran kebijakan dan strategi daerahdalam penanggulangan kemiskinan di Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta mengacu kepada Rencana Aksi Nasional ProgramPenanggulangan Kemiskinan Tahun 2012-2014, perlu disusunRencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKIJakarta Tahun 2015-2017;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Rencana AksiDaerah Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015-2017;
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 ter,tang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional 2005-2025;
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang PemerintahanProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota NegaraKesatuan Republik Indonesia;
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2Tahun 2015;
6. Peraturan Pemerintah NOiilor 58 Tahun 2005 tentang PengelolaanKeuangan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang PenguatanPeran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah;
Menetapkan
2
9. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
10. Peraturan Presiden Nomor 15, Tahun 2010 tentang PercepatanPenanggulangan Kemiskinan;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentangPedoman Pengelolaan Keuanga~ Daerah sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 21 Tahun 2011;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang TimKoordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokokPengelolaan Keuangan Daerah;
14. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang SistemPerencanaan Pembangunan dan Penganggaran Terpadu;
15. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 20::3 tantang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-3017;
16. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang OrganisasiPerangkat Daerah;
17. Peraturan Gubernur Nemor 77 Tahun 2011 tentang Tim KoordinasiPenanggulangan Kemiskinan;
18. Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2013 tentang Sistem danProsedur Pengelolaan Keuangan Oaerah sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Gubernur Nomer 161 Tahun 2014;
19. Peraturan Gubernur Nomor 162 Tahun 2013 tentang PedomanPenatausahaan Keuangan Daerah;
MEMUTUSKAN:
PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA AKSI DAERAHPENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2015-2017.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Pemngkat Daerah sebagaiunsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus IbukotaJakarta.
34. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPDadalah satuan kerja perangkat daerah, yang terdiri dari SekretariatDaerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Inspektorat,Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas, Lembaga TeknisDaerah, Kota Administrasi, Kabupaten Administrasi, Kecamatan,Kelurahan dan Satuan Polisi Pamong Praja.
5. Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan yang selanjutnyad!sebut RAD Nangkis adalah rencana kerja Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta dalam upaya penanggulangan kemiskinan dari tahun2015 hingga tahun 2017.
BAB II
RAD NANGKIS
.Pasal2
RAD Nangkis merupakan dokumen perencanaan yang barisi acuan dalamperumusan kebijakan, strategi dan program serta kegiatan di daerahsebagai pedomall dalam upaya penanggulangan kemiskinan dalammendukung pelaksanaan pembangunan daerah pada Tahun 2015-2017.
Pasal3
Dokumen RAD Nangkis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebagaimanatercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariPeraturan Gubernur ini, dengan sisternatika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
BAB III
BABIV
BABV
PERKEMBANGAN KEMISKINAN CAN PROGRAMPENANGGULANGAN KEMISKINAN
TARGET DAN PRIORITAS WILAYAH SASARANPENANGGULANGAN KEMISKINAN
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGANKEMISKINAN
RENCANA AKSI DAERAH
Pasal4
,,
RAD Nangkis menjadi pedoman SKPD untuk menyusun Rencana Kerja,dan menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan dalam upayapenanggu!angan kemiskinan.
BAB III
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal5
(1) Pemerintah Daerah melakukan pemantauan dan evaluasipelaksanaan RAD Nangkis.
4(2) Tata cara pernantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD Nangkis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
PELAPOR/\NPasal6
Kepala SKPD dengan dikoordinasikan oleh Kepala Badan PerencanaanPembangunan Daerah melaporkan pelaksanaan penanggulangan kemiskinankepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, paling sedikit 1 (satu) tahunsekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
BABV
PEMBIAYAAN
Pasal?
Biaya pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dibebankan pada :a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); danb. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (AP8D).
BABVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal8
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Benta DaerahProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 Februari 2015GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
ttd
BASUKI T. PURNAMADiundangkan di Jakartapada tanggal 25 Februari 2015SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
ttd
SAEFULLAHBERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTATAHUN 2015 NOMOR 35004
uai dengan aslinyaEKRETARIAT DAERAHI\I';l~US IBUKOTA JAKARTA,
iii
RENCANA AKSI DAERAH (RAD)
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TAHUN 20152017
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
iv
RENCANA AKSI DAERAH (RAD)
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TAHUN 20152017
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 i
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR SINGKATAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 2
1.3 Dasar Hukum Penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 2
1.4 Sistematika RAD Penanggulangan Kemiskinan 3
BAB II PERKEMBANGAN KEMISKINAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN 4
2.1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia 4
2.2 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta 12
2.3 Sasaran Penanggulangan Kemiskinan 18
2.4 Perkembangan Program Penanggulangan Kemiskinan 24
2.4.1 Program Bantuan dan Jaminan Sosial (Klaster 1) 25
2.4.2 Program Pemberdayaan Masyarakat (Klaster 2) 39
2.4.3 Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Klaster 3) 50
2.4.4 Program Pendukung (Klaster 4) 61
BAB III TARGET DAN PRIORITAS WILAYAH SASARAN PENANGGULANGAN
KEMISKINAN 69
3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan 69
3.2 Target Indikator Capaian Penanggulangan Kemiskinan 70
3.3 Prioritas Wilayah Sasaran Penanggulangan Kemiskinan
Berbasis Data PPLS 70
DAFTAR ISI
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 ii
BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 75
4.1 Strategi dan Kebijakan Makro 75
4.2 Strategi dan Kebijakan Klaster 77
4.2.1 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 1 77
4.2.2 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 2 80
4.2.3 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 3 84
4.2.4 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 4 86
4.3 Strategi Khusus 88
4.4 Keterkaitan Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
dengan Prioritas Lainnya 89
BAB V RENCANA AKSI 91
5.1 Penjelasan Matriks Rencana Aksi 91
5.2 Matriks Rencana Aksi 92
5.3.1 Rencana Aksi Klaster 1 92
5.3.2 Rencana Aksi Klaster 2 95
5.3.3 Rencana Aksi Klaster 3 100
5.3.4 Rencana Aksi Klaster 4 102
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 iii
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Periode 20022012 6
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Maret
2011-Maret 2012
8
Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Tahun 2011-2012
8
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Wilayah, Maret
2012
10
Tabel 5. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Per Provinsi, Tahun 2012
12
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta Periode 2002
2012
15
Tabel 7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
DKI Jakarta Tahun 2011-2012
16
Tabel 8. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Per Kabupaten/Kota, Tahun 2011
17
Tabel 9. Jumlah Rumah Tangga Secara Nasional Berdasarkan Kriteria Sangat
Miskin, Miskin dan Hampir Miskin
20
Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Kriteria
Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin
20
Tabel 11. Jumlah Rumah Tangga dari Basis Data Terpadu, 2011 24
Tabel 12. Distribusi Pendapatan, 2010 25
Tabel 13. Jumlah sasaran Biaya Personal Pendidikan, 2013 28
Tabel 14. Jumlah Siswa Putus Sekolah (jiwa) 28
Tabel 15. Perhitungan Kebutuhan dan Unit Cost Siswa Penerima Bantuan 29
Tabel 16. Proyeksi Sasaran Baduta Gakin, 2011 33
Tabel 17. Data Panti Sosial Provinsi DKI Jakarta 35
Tabel 18. Jenis Pelayanan KB Beserta Satuan Biaya Yang Ditanggung 40
Tabel 19. Perhitungan Unit Cost Bantuan Biaya Penyelenggaraan Pendidikan
Kesetaraan bagi PKBM
42
Tabel 20. Penyelenggaraan PAUD Tahun 2012 44
Tabel 21. Jumlah RW Kumuh Provinsi DKI Jakarta 61
Tabel 22. Perkembangan Pelaksanaan BOP 65
Tabel 23. Perkembangan Pelaksanaan BOB 67
Tabel 24. Target RPJMD 2013-2017 69
Tabel 25. Instansi Pelaksana Strategi Makro Penanggulangan Kemiskinan 75
DAFTAR TABEL
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 iv
Gambar 1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Nasional,
2002-2012
5
Gambar 2. Skenario Penurunan Tingkat Kemiskinan Nasional 7
Gambar 3. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2), 2002-2012
9
Gambar 4. Persentase Penduduk Miskin Per Provinsi Tahun 2012 11
Gambar 5. Perbandingan Penduduk Miskin per Provinsi, Maret 2012 13
Gambar 6. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI
Jakarta, 20022012
14
Gambar 7. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) DKI Jakarta, 2002-2012
17
Gambar 8. Persentase Penduduk Miskin Per Kabupaten/Kota Tahun 2011 18
Gambar 9. Kesalahan penetapan sasaran program (exclusion dan inclusion
error)
21
Gambar 10. Distribusi Pendapatan, 2010 23
Gambar 11. Mekanisme Pemberian Kartu Jakarta Pintar 30
Gambar 12. Perkembangan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Daerah 2007-2012
32
Gambar 13. Persentase kelangsungan pemakaian alat dan obat kontrasepsi
oleh Pasangan Usia Subur 2007-2011
39
Gambar 14. Mekanisme pelaksanaan PPMK 46
Gambar 15. Ilustrasi Gambar Rencana Penataan Kampung 62
Gambar 16. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Persentase Penduduk
Miskin Provinsi DKI Jakarta 2009-2013
68
Gambar 17. Prioritas Wilayah Berdasarkan Jumlah Sasaran Desil 1-4 72
Gambar 18. Prioritas Wilayah Berdasarkan Persentase Jumlah Sasaran Desil 1-
4 (PPLS 2011) terhadap Jumlah Penduduk (Sensus Penduduk,
2010)
73
DAFTAR GAMBAR
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 v
A
Adm Administrasi
AMHP Alat Medis Habis Pakai
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APK Angka Partisipasi Kasar
APM Angka Partisipasi Murni
ARAM Angka Ramalan
Askeskin Asuransi Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin
ASEAN Association of Southeast Asia Nations
ATAP Angka Tetap
B
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BAU Bussiness As Usual
BBM Bahan Bakar Minyak
BDT Basis Data Terpadu
BLM Bantuan Langsung Mandiri
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
BOK Bantuan Operasional Kesehatan
BOP Biaya Operasional Pendidikan
BOS Bantuan Operasional Sekolah
BPLHD Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah
BPMPKB Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana
BPN Badan Pertanahan Nasional
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
DAFTAR SINGKATAN
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 vi
BPS Badan Pusat Statistik
BPSM Biaya Personal Siswa Miskin
BSM Bantuan Siswa Miskin
BULOG Badan Urusan Logisitik
C
CCT Conditional Cash Transfer
CPR Contraceptive Prevalence Rate
CSR Corporate Social Responsibility
D
DO Delivery Order
Dinsos Dinas Sosial
Dinkes Dinas Kesehatan
Disdik Dinas Pendidikan
Disnakertrans Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Disparbud Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Disorda Dinas Olahraga dan Pemuda
DKI Daerah Khusus Ibukota
DKP Dinas Kelautan dan Pertanian
DPGP Dinas Perumahan Permukiman dan Gedung PEMDA
DPP Dinas Pertamanan dan Permakaman
DPU Dinas Pekerjaan Umum
F
FCC Food Crisis Center
G
Gemasko Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi
GK Garis Kemiskinan
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 vii
H
HGU Hak Guna Usaha
HPB Harga Pembelian Beras
HPP Harga Pembelian Pemerintah
I
IKK Ibukota Kecamatan
INA-DRGs Indonesia-Diagnosis Related Groups
INA-CBGs Indonesia-Case Based Groups
Indeks P1 Indeks Kedalaman Kemiskinan
Indeks P2 Indeks Keparahan Kemiskinan
Ingub Instruksi Gubernur
Inpres Instruksi Presiden
J
Jamkesda Jaminan Kesehatan Daerah
Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat
JDA Jakarta Dalam Angka
JPKM Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
JPKMM Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin
JPS Jaring Pengamanan Sosial
K
Ka. Kepala
Kadivre Kepala Divisi Regional
Kadis Kepala Dinas
KaKansilog Kepala Kantor Seksi Logistik
Kanppekab Kantor Perencanaan Pembangunan Kabupaten Administrasi
Kanppeko Kantor Perencanaan Pembangunan Kota Administrasi
KAPET Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
Kasubdivre Kepala Sub-Divisi Regional
KBI Kawasan Barat Indonesia
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 viii
Kepgub Keputusan Gubernur
Kesmas Kesejahteraan Masyarakat
Kesos Kesejahteraan Sosial
KIA-KB Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana
KJP Kartu Jakarta Pintar
KJS Kartu Jakarta Sehat
KJK Koperasi Jasa Keuangan
KK Kepala Keluarga
KKMB Konsultan Keuangan Mitra Bank
Korwil Koordinator wilayah
KPA Komisi Penanggulangan Aids
KPAP Komisi Penanggulangan Aids Provinsi
KPS Keluarga Pra Sejahtera
KS1 Keluarga Sejahtera I
KSP-KJKS Koperasi Simpan Pinjam-Koperasi Jasa Keuangan Syariah
KTI Kawasan Timur Indonesia
KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KUBE Kelompok Usaha Bersama
KUR Kredit Usaha Rakyat
L
Lapas Lembaga Pemasyarakatan
LCGC Low Cost and Green Car
LDP Lembaga Diklat Profesi
LKM Lembaga Keuangan Mikro
LMK Lembaga Masyarakat Kelurahan
M
MA Madrasah Aliyah
MBR Masyarakat Berpenghasilan Rendah
MDGs Millennium Development Goals
MI Madrasah Ibtidaiyah
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 ix
MoU Memorandum of Understanding
MP3EI Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
MP3KI Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia
MTs Madrasah Tsanawiyah
N
NPL Non Performing Loan
NTB Nusa Tenggara Barat
NTP Nilai Tukar Petani
NTT Nusa Tenggara Timur
O
Opsus Operasi Pasar Khusus
P
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
PDB Produk Domestik Bruto
Pemda Pemerintah Daerah
PEMK Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
Pemprov Pemerintah Provinsi
Perda Peraturan Daerah
Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri
Permendikbud Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Permendiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
Perpres Peraturan Presiden
Perum Perusahaan Umum
PKH Program Keluarga Harapan
PKS Perjanjian Kerja Sama
PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PNPM-KP PNPM Kelautan dan Perikanan
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 x
PNPM-MP PNPM Mandiri Perdesaan
PNS Pegawai Negeri Sipil
Pokja Kelompok Kerja
Pokmas Kelompok Masyarakat
POLRI Polisi Republik Indonesia
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
P4T Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
PP Peraturan Pemerintah
PPI Pangkalan Pendaratan Ikan
PPK Program Penanggulangan Kemiskinan
PPKD Pusat Pengembangan Kebijakan Daerah
PPLS Pendataan Program Perlindungan Sosial
PPMK Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
PPN Perencanaan Pembangunan Nasional
PPP Public Private Partnership
PPP Purchasing Power Parity
PSE Pendataan Sosial Ekonomi
PSKLH Prasarana Sarana Kota dan Lingkungan Hidup
PT Pendidikan Tinggi
PTA Pendidikan Tinggi Agama
PTPN PT Perkebunan Nusantara
PUAP PNPM Usaha Agribisnis Perdesaan
PUGAR Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
PUMP Pengembangan Usaha Mina Perdesaan
PUS Pasangan Usia Subur
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
R
RAD Rencana Aksi Daerah
RAN Rencana Aksi Nasional
Raskin Program Beras untuk Masyarakat Miskin
RI Republik Indonesia
RKM Rencana Kerja Masyarakat
RKP Rencana Kerja Pemerintah
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 xi
RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RS Rumah Sakit
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
RTM Rumah Tangga Miskin
RTHM Rumah Tangga Hampir Miskin
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
RTS Rumah Tangga Sasaran
RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin
RTS-PM Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat
Ruta Rumah Tangga
S
Satker Satuan Kerja
SD Sekolah Dasar
SDA Sumber Daya Alam
SDKI Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
SDM Sumber Daya Manusia
SHAT Sertifikasi Hak Atas Tanah
SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional
SKB Surat Keputusan Bersama
SKP Surat Keabsahan Peserta
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMA Sekolah Menengah Atas
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
SMP Sekolah Menengah Pertama
SPA Surat Perintah Alokasi
SPBU Stasiun Pengisian Bahan Bakar
SPDKP Survey Pelayanan Dasar Kesehatan dan Pendidikan
SPBN Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Nelayan
SPPB Surat Perintah Pengeluaran Barang
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 xii
SSM Subsidi Siswa Miskin
Susenas Survey Sosial Ekonomi Nasional
T
Tapem Tata Pemerintahan
TD Titik Distribusi
TKPK Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
TNI Tentara Nasional Indonesia
TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
TUK Tempat Uji Kompetensi
U
UKM Usaha Kecil dan Menengah
UKPD Unit Kerja Perangkat Daerah
UMKM Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
UMKMP Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan
UP4B Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
UPDB Unit Pengelola Dana Bergulir
UPPKH Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan
UPPKS Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
UPT Unit Pelaksana Teknis
UU Undang Undang
UUD Undang Undang Dasar
W
Waka Wakil Kepala
Wardes Warung Desa
WBS Warga Binaan Sosial
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 1
1.1 Latar Belakang
Penyusunan
RAD
Penanggulangan
Kemiskinan
2015-2017
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan utama
yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia dalam proses
pembangunan secara nasional. Indonesia, sebagaimana
seluruh wilayah lainnya di dunia, memiliki permasalahan
kemiskinan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing
yang bersifat multi-dimensi, multi-sektor dan multi-periode,
sehingga membutuhkan upaya penanganan secara serius
dan berkelanjutan. Dalam rangka memantapkan upaya
penanggulangan kemiskinan tersebut, Pemerintah
melakukan intergrasi Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan rancangan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan
Kemiskinan Indonesia (MP3KI) ke dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) Tahun 2013, yang bertujuan untuk
memperkuat perkonomian domestik bagi peningkatan dan
perluasan kesejahteraan rakyat.
Adanya kecenderungan perlambatan penurunan tingkat
kemiskinan nasional secara makro, dikhawatirkan akan
berpengaruh negatif terhadap pencapaian target
penanggulangan kemiskinan pada akhir 2014, dan apabila
penanganannya masih bersifat business as usual. Untuk itu, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) selanjutnya menyiapkan Rencana Aksi Nasional
Program Penanggulangan Kemiskinan (RAN-PPK) 2012-
2014. RAN-PPK ini dimaksudkan untuk mempertajam
strategi, kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan
sehingga mampu mengantisipasi berbagai perubahan
eksternal yang memiliki dampak signifikan dalam upaya
pencapaian target penurunan kemiskinan sesuai RPJMN
2010-2014.
Dalam konteks regional, kecenderungan pelambatan
penurunan tingkat kemiskinan juga terjadi di Provinsi DKI
Jakarta yang juga merupakan Ibukota Negara, di mana
dikhawatirkan akan mempengaruhi target capaian
penanggulangan kemiskinan, sebagaimana yang tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 dan
Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian MDGs
Provinsi DKI Jakarta sebagaimana Peraturan Gubernur
Nomor 114 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah (RAD)
Percepatan Pencapaian MDGs. Untuk itu diperlukan sebuah
kajian jangka menengah (mid-term review) dari seluruh kebijakan-kebijakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang
BAB I PENDAHULUAN
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 2
terkait dengan upaya penurunan angka kemiskinan dalam
bentuk rencana aksi daerah (RAD) penanggulangan
kemiskinan Provinsi DKI Jakarta. Sehingga diharapkan dapat
menjadi tinjauan secara menyeluruh yang mencakup
proyeksi penurunan angka kemiskinan secara realistis serta
penyempurnaan program penanggulangan kemiskinan yang
ada, baik melalui perhitungan kembali alokasi anggaran,
penajaman sasaran dan target program afirmatif
(keberpihakan) serta perbaikan dalam pengelolaan program
secara keseluruhan agar upaya penanggulangan kemiskinan
berjalan efektif, efisien dan terarah dalam 5 (lima) tahun ke
depan
1.2 Maksud dan
Tujuan
Penyusunan
RAD
Penanggulangan
Kemiskinan
2015-2017
Maksud penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan
2015-2017 adalah tersedianya dokumen rencana
tindakan/aksi dalam upaya penanggulangan kemiskinan
oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sedangkan tujuan penyusunan RAD Penanggulangan
Kemiskinan 2015-2017 adalah untuk :
1. Mempertajam arah kebijakan, strategi dan program
penanggulangan kemiskinan sehingga mampu
mengantisipasi adanya dinamika perubahan eksternal
yang memiliki dampak signifikan terhadap pencapaian
target penurunan kemiskinan sesuai dokumen RPJMD
2013-2017 dan RAD Pencapaian MDGs;
2. Menciptakan pedoman dan acuan bagi SKPD Provinsi DKI
Jakarta dan semua pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
1.3 Dasar Hukum
Penyusunan
RAD
Penanggulangan
Kemiskinan
2015-2017
Dasar hukum yang melandasi penyusunan RAD
Penanggulangan Kemiskinan 2015-2017 adalah:
1. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
2. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Pembangunan yang Berkeadilan;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010
tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
(TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota;
4. Peraturan Gubernur Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; dan
5. Instruksi Gubernur Nomor 106 Tahun 2012 tentang
Penggunaan Data Rumah Tangga Hasil Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 3
1.4 Sistematika RAD
Penanggulangan
Kemiskinan
2015-2017
Dokumen RAD Penanggulangan Kemiskinan terdiri atas 6
(enam) bab sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang penyusunan
RAD Penanggulangan Kemiskinan, maksud dan tujuan
penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan, dasar
hukum dan sistematika penulisan RAD Penanggulangan
Kemiskinan.
2. Perkembangan Kemiskinan dan Program Penanggulangan
Kemiskinan
Bab ini membahas mengenai perkembangan kemiskinan
(2002-2012), baik secara nasional maupun regional, serta
perkembangan pelaksanaan dari program-program
afirmatif (keberpihakan) dalam kerangka 4 (klaster)
penanggulangan kemiskinan.
3. Target dan Prioritas Wilayah Sasaran Penanggulangan
Kemiskinan
Bab ini membahas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan, target indikator capaian
penanggulangan kemiskinan, serta prioritas wilayah
sasaran penanggulangan kemiskinan berbasis data PPLS.
4. Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Bab ini membahas mengenai strategi dan kebijakan baru
yang akan diterapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
DKI Jakarta terkait penanggulangan kemiskinan,
sebagaimana juga tercantum dalam RPJMD 2013-2017,
sebagai respon terhadap dinamika eksternal yang ada.
5. Rencana Aksi
Bab ini membahas mengenai rencana tindak/aksi berupa
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan terkait
penanggulangan kemiskinan berdasarkan 4 (empat)
klaster yang ada (termasuk matriks target dan indikasi
anggaran).
6. Penutup
Bab ini membahas mengenai kaidah pelaksanaan
dokumen RAD Penanggulangan Kemiskinan ini, baik
dalam kerangka perencanaan maupun penganggaran,
sehingga diharapkan implementasinya dapat berjalan
dengan baik.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 4
2.1 Perkembangan
Kemiskinan
di Indonesia
Secara nasional, perkembangan jumlah dan persentase
penduduk miskin secara makro selama satu dekade terakhir
sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 terus
menunjukkan tren penurunan yang signifikan. Hal ini sejalan
dengan salah satu target pencapaian MDGs dalam rangka
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, yaitu
menurunkan hingga setengahnya porsi penduduk dengan
tingkat pendapatan kurang dari USD PPP 1 per hari dalam
kurun waktu 1990-2015. Ini menunjukkan bahwa telah
terjadi peningkatan kesejahteraan, yang ditunjukkan melalui
penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia, walaupun
pada tahun 2006 telah terjadi peningkatan jumlah penduduk
miskin di Indonesia hingga mencapai 39,3 juta jiwa (lihat
gambar 1).
Gambar 1.
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Nasional, 20022012
Sumber:BPS, diolah dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) beberapa tahun.
BAB II PERKEMBANGAN KEMISKINAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 5
Secara nasional, jumlah penduduk yang masih hidup di
bawah garis kemiskinan pada bulan Maret 2012 tercatat
sebesar 29,1 juta jiwa (11,96 persen). Jika dilakukan
komparasi dengan jumlah penduduk miskin pada bulan yang
sama di tahun 2011 yaitu sebesar 30,0 juta jiwa (12,49
persen), maka telah terjadi penurunan jumlah penduduk
miskin sebesar 0,89 juta jiwa atau setara dengan penurunan
angka kemiskinan sekitar 0,53 persen.
Capaian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan
pada paruh dekade terakhir telah berhasil diturunkan
dengan laju penurunan berkisar antara 0,53 sampai 1,27
persen per tahunnya dan mampu mengentaskan hampir 5
juta penduduk miskin dari garis kemiskinan pada periode
tersebut, jika dibandingkan dengan paruh paruh dekade
sebelumnya yang memiliki laju penurunan tingkat
kemiskinan antara 0,78 sampai 1,17 persen per tahunnya
(lihat tabel 1).
Tabel 1.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Periode 20022012
Tahun Jumlah Penduduk
Miskin (juta)
Persentase terhadap
total penduduk
(Poverty Incidence)
Persentase Perubahan
Tingkat Kemiskinan
2002 38,4 18,20
2003 37,3 17,42 2002-2003 -0,78
2004 36,1 16,66 2003-2004 -0,76
2005 35,1 15,97 2004-2005 -0,69
2006 39,3 17,75 2005-2006 1,78
2007 37,2 16,58 2006-2007 -1,17
2008 35,0 15,42 2007-2008 -1,16
2009 32,5 14,15 2008-2009 -1,27
2010 31,0 13,33 2009-2010 -0,82
2011 30,0 12,49 2010-2011 -0,84
2012 29,1 11,96 2011-2012 -0,53 Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.
Selanjutnya, jika dilihat dari skenario target tingkat
kemiskinan secara nasional dapat kita lihat bahwa telah
terjadi perlambatan penurunan tingkat kemiskinan. Hal ini
dapat kita amati dengan membandingkan perkembangan
tingkat kemiskinan secara dan target capaian sesuai RPJMN
2010-2014, di mana capaian pada bulan Maret 2012 sebesar
11,96 persen bahkan berada di atas target skenario moderat
yang telah ditentukan sebesar 11,50 persen (lihat gambar 2).
Maka dapat digambarkan bahwa secara makro capaian
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 6
tingkat kemiskinan secara nasional tersebut sudah off-track dari targetnya.
Gambar 2.
Skenario Penurunan Tingkat Kemiskinan Nasional
Sumber:TNP2K
Dari capaian pada tahun 2012 tersebut, secara makro,
porporsi penduduk miskin terbanyak berada pada rural area atau perdesaan sebesar 15,12 persen atau sebanyak 18,48
juta jiwa. Sedangkan persentase penduduk miskin pada
urban area hanya 8,78 persen atau sebanyak 10,65 juta jiwa (lihat tabel 2). Sehingga, selama periode Maret 2011-Maret
2012 penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan
masing-masing mengalami penurunan sebanyak 399,5 ribu
jiwa (0,45 persen) dan 487 ribu jiwa (0,60 persen). Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Peningkatan upah harian (nominal) buruh tani dan buruh
bangunan;
2. Peningkatan jumlah penerima raskin;
3. Peningkatan penerima pelayanan kesehatan gratis;
4. Rendahnya inflasi periode Maret 2011-Maret 2012
sebesar 3,97 persen;
5. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan dengan
kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP);
6. Pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 7
Tabel 2.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
Maret 2011-Maret 2012
Daerah/Tahun Jumlah Penduduk
Miskin (Juta)
Persentase
Penduduk Miskin
(1) (2) (3)
Perkotaan
Maret 2011 11,05 9,23
Maret 2012 10,65 8,78
Perdesaan
Maret 2011 18,97 15,72
Maret 2012 18,48 15,12
Kota+Desa
Maret 2011 30,02 12,49
Maret 2012 29,13 11,96
Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2011 dan Maret 2012.
Jika melihat Indeks P1 dan Indeks P2 pada periode Maret
2011-Maret 2012, dapat kita lihat terjadi penurunan Indeks
P1 sebesar 0,2 dan Indeks P2 sebesar 0,08. Penurunan nilai
kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin
mendekati Garis Kemiskinan (GK) dan ketimpangan
pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin
menyempit atau berkurang (lihat tabel 3).
Tabel 3.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Tahun 2011-2012
Tahun Kota Desa Kota+Desa
(1) (2) (3) (4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Maret 2011 1,52 2,63 2,08
Maret 2012 1,40 2,36 1,88
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Maret 2011 0,39 0,70 0,55
Maret 2012 0,36 0,59 0,47
Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2011 dan Maret 2012
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 8
Dalam perkembangannya, Indeks P1 dan Indeks P2 selama
satu dekade terakhir menunjukkan tren penurunan yang
cukup signifikan. Indeks P1 tercatat turun sebesar 1,13 poin,
di mana pada saat yang bersamaan Indeks P2 pun
mengalami penurunan hingga sebesar 0,32 poin. Dengan
demikian terdapat kecenderungan perbaikan pendapatan
penduduk miskin dan ketimpangan di antara penduduk
miskin semakin berkurang. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa keadaan penduduk miskin semakin
membaik dalam satu dekade terakhir.(lihat gambar 3).
Dapat kita lihat pula penurunan Indeks P1 dalam paruh
dekade terakhir cukup pesat, dari 2,99 pada tahun 2007
menjadi 1,88 pada tahun 2012. Sedangkan penurunan
Indeks P2 cenderung melandai dengan penurunan berkisar
0,03 sampai 0,08.
Gambar 3.
Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2), 2002-2012
Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 9
Di sisi lain, perkembangan kemiskinan di Indonesia dapat
juga dilihat secara regional berdasarkan kawasan atau
wilayah kepulauan besar. Pada tahun 2012, Kawasan Timur
Indonesia (KTI) memiliki persentase penduduk miskin yang
lebih besar daripada Kawasan Barat Indonesia (KBI) (lihat
tabel 4).
Dari data yang ada, gabungan wilayah Maluku dan Papua
memiliki persentase penduduk miskin hingga mencapai
24,77 persen. Sedangkan wilayah dengan persentase
penduduk miskin terendah adalah Kalimantan, dengan
capaian 6,69 persen. Wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara serta Sulawesi mencatatkan capaian persentase
penduduk miskin pada masing-masing wilayah di atas 10
persen.
Tabel 4.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Wilayah, Maret 2012
Pulau Jumlah Penduduk Miskin (000)
Persentase Penduduk
Miskin (%)
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sumatera 2075,54 4225,33 6300,87 10,15 13,30 12,07
Jawa 7209,94 8897,26 16107,20 8,84 15,46 11,57
Bali dan Nusa
Tenggara 640,23 1393,71 2033,94 12,13 17,03 15,11
Kalimantan 266,15 688,42 954,57 4,41 8,37 6,69
Sulawesi 341,04 1756,20 2097,24 5,70 14,86 11,78
Maluku dan Papua 114,33 1524,27 1638,60 5,88 32,64 24,77
Indonesia 10.647,23 18.485,19 29.132,42 8,78 15,12 11,96
Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012
Pada tahun 2012 tercatat pula bahwa provinsi Papua
memiliki persentase penduduk miskin sebesar 31,11 persen
dan provinsi Papua Barat sebesar 28,2 persen (lihat gambar
4). Capaian tersebut merupakan capaian terendah dari 33
provinsi yang ada di Indonesia. Sedangkan pada provinsi DKI
Jakarta tercatat memiliki persentase penduduk miskin
sebesar 3,69 persen, yang diikuti oleh provinsi Bali dengan
persentase penduduk miskin sebesar 4,18 persen. Capaian
kedua provinsi tersebut merupakan capaian terbaik secara
nasional dan lebih baik daripada rata-rata persentase
penduduk miskin nasional yang hanya sebesar 11,96 persen
sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 10
Gambar 4.
Persentase Penduduk Miskin Per Provinsi Tahun 2012
Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012
Namun demikian, secara kuantitas, konsentrasi penduduk
miskin pada tahun 2012 masih berada di wilayah pulau
Jawa, terutama di provinsi Jawa Timur (5,1 juta jiwa), Jawa
Tengah (4,9 juta jiwa) dan Jawa Barat (4,5 juta jiwa).
Provinsi lainnya yang memiliki konsentrasi penduduk
miskin di atas 1 juta jiwa antara lain Sumatera Utara (1,4
juta jiwa), Lampung (1,2 juta jiwa), Sumatera Selatan (1,1
juta jiwa) dan Nusa Tenggara Timur (1,0 juta jiwa). Dengan
demikian provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbesar
adalah Jawa Timur sebanyak 5,07 juta jiwa, diikuti oleh Jawa
Tengah sebanyak 4,97 juta jiwasedangkan provinsi dengan
jumlah penduduk miskin terendah adalah Kepulauan Bangka
Belitung sebanyak 71,36 ribu jiwa, diikuti oleh Maluku Utara
sebanyak 91,79 ribu jiwa (lihat tabel 5 dan gambar 5).
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 11
Tabel 5.
Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Per Provinsi, Tahun 2012
No Provinsi Jumlah Penduduk Miskin
(ribu jiwa)
Persentase Penduduk
Miskin (%)
1 DKI Jakarta 363,20 3,69
2 Bali 168,78 4,18
3 Kalimantan Selatan 189,88 5,06
4 Kepulauan Bangka Belitung 71,36 5,53
5 Banten 652,80 5,85
6 Kalimantan Tengah 148,05 6,51
7 Kalimantan Timur 253,34 6,68
8 Kepulauan Riau 131,22 7,11
9 Kalimantan Barat 363,31 8,17
10 Sulawesi Utara 189,12 8,18
11 Sumatera Barat 404,74 8,19
12 Riau 483,07 8,22
13 Jambi 271,67 8,42
14 Maluku Utara 91,79 8,74
15 Jawa Barat 4.477,53 10,09
16 Sulawesi Selatan 825,79 10,11
17 Sumatera Utara 1.407,25 10,67
18 Sulawesi Barat 160,46 13,24
19 Jawa Timur 5.070,98 13,40
20 Sulawesi Tenggara 316,33 13,71
21 Sumatera Selatan 1.057,03 13,78
22 Jawa Tengah 4.977,36 15,34
23 Sulawesi Tengah 418,64 15,40
24 DI Yogyakarta 565,32 16,05
25 Lampung 1.253,83 16,18
26 Gorontalo 186,91 17,33
27 Bengkulu 311,66 17,70
28 Nusa Tenggara Barat 852,64 18,63
29 Aceh 909,04 19,46
30 Nusa Tenggara Timur 1.012,52 20,88
31 Maluku 350,23 21,78
32 Papua Barat 229,99 28,20
33 Papua 966,59 31,11
Indonesia 29.132,42 11,96
Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 12
Gambar 5.
Perbandingan Penduduk Miskin per Provinsi, Maret 2012
Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012
2.2 Perkembangan
Kemiskinan
di Provinsi DKI
Jakarta
Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di
DKI Jakarta secara makro pada kurun waktu yang sama
tahun 2002-2012, menunjukkan fluktuasi dari tahun ke
tahunnya. Pada tahun 2002, tercatat 286,88 ribu jiwa
penduduk provinsi DKI Jakarta (sekitar 3,42 persen) berada
di bawah Garis Kemiskinan. Dalam kurun waktu satu dekade,
jumlah penduduk miskin di provinsi DKI Jakarta tercatat
oleh BPS menjadi 363,20 ribu jiwa (atau sekitar 3,69
persen). Sehingga dapat kita lihat bahwa ternyata jumlah
penduduk miskin di Jakarta telah mengalami peningkatan
sebanyak 76,32 ribu jiwa atau meningkat 0,27 persen (lihat
gambar 6).
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 13
Gambar 6.
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta, 20022012
Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.
Melihat kenyataan tersebut, BPS Provinsi DKI Jakarta
menyatakan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin
di Jakarta telah memasuki tahap Hardcore Poverty, yang sulit untuk diturunkan lagi atau menurun secara signifikan.
Namun demikian, dalam paruh dekade terakhir terdapat
penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di
provinsi DKI Jakarta. BPS mencatat persentase penduduk
miskin di DKI Jakarta berkurang 0,92 persen pada paruh
dekade terakhir.
Sebagai Ibukota Negara, capaian jumlah dan persentase
penduduk miskin di provinsi DKI Jakarta ini memiliki
pengaruh terhadap capaian secara nasional. Paruh dekade
terakhir menunjukkan kesamaan tren pelambatan, baik di
provinsi DKI Jakarta maupun secara nasional.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 14
Tabel 6.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta Periode 20022012
Tahun Jumlah Penduduk
Miskin (ratus ribu)
Persentase terhadap
total penduduk
(Poverty Incidence)
Persentase Perubahan
Tingkat Kemiskinan
2002 2,87 3,42
2003 2,94 3,42 2002-2003 0,00
2004 2,77 3,18 2003-2004 -0,24
2005 3,16 3,61 2004-2005 0,43
2006 4,07 4,57 2005-2006 0,96
2007 4,06 4,61 2006-2007 0,04
2008 3,80 4,29 2007-2008 -0,32
2009 3,23 3,62 2008-2009 -0,67
2010 3,12 3,48 2009-2010 -0,14
2011 3,63 3,75 2010-2011 0,27
2012 3,63 3,69 2011-2012 -0,06
Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun
Secara umum, jumlah penduduk miskin di Provinsi DKI
Jakarta yang masih hidup di bawah garis kemiskinan per
bulan Maret 2012 adalah sebesar 363, 20 ribu jiwa (3,69
persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin
pada bulan Maret 2011 yaitu sebesar 363,42 ribu jiwa (3,75
persen), maka telah terjadi penurunan jumlah penduduk
miskin sebesar 0,22 ribu jiwa atau telah terjadi penurunan
angka kemiskinan sebesar 0,06 persen. Posisi Provinsi DKI
Jakarta yang telah mencapai hardcore poverty, menjadikan deviasi naik-turunnya angka kemiskinan sangat tipis.
Kisaran capaian penurunan per tahun hanya sebesar 0,06
sampai dengan 0,64 persen selama satu dekade terakhir
(lihat tabel 6).
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 15
Tabel 7.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan DKI Jakarta
Tahun 2011-2012
Bulan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
(1) (2) (3) Maret 2011 0,6 0,15
Maret 2012 0,5 0,13
Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2011 dan Maret 2012
Jika melihat Indeks P1 dan Indeks P2 di provinsi DKI Jakarta
pada periode Maret 2011-Maret 2012, dapat kita lihat terjadi
penurunan Indeks P1 sebesar 0,1 dan Indeks P2 sebesar
0,02. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung
semakin meningkat dan mendekati garis kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga
semakin menyempit atau berkurang (lihat tabel 7).
Dalam perkembangannya, Indeks P1 dan Indeks P2 provinsi
DKI Jakarta selama satu dekade terakhir menunjukkan tren
peningkatan. Indeks P1 tercatat naik sebesar 0,11 poin, di
mana pada saat yang bersamaan Indeks P2 pun mengalami
peningkatan hingga sebesar 0,06 poin. Dengan demikian
terdapat kecenderungan penurunan pendapatan penduduk
miskin dan ketimpangan di antara penduduk miskin
semakin melebar. Maka dapat dikatakan bahwa keadaan
penduduk miskin sedikit memburuk dalam satu dekade
terakhir (lihat gambar 7).
Meskipun berfluktuasi, dalam paruh dekade terakhir Indeks
P1 mengalami penurunan dari 0,59 pada tahun 2007
menjadi 0,5 pada tahun 2012. Namun, pada Indeks P2 terjadi
peningkatan dari 0,12 pada tahun 2007 menjadi 0,13 pada
tahun 2012.
Untuk data per wilayah dalam provinsi DKI Jakarta, kita
harus menggunakan data tahun 2011. Hal ini dikarenakan
data pada tingkat kabupate/kota dihitung pada tahun
berikutnya. Sampai dengan saat ini, data tahun 2012 sampai
dengan tingkat kabupaten/kota belum dapat diperoleh dari
BPS RI
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 16
Gambar 7.
Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) DKI Jakarta, 2002-2012
Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.
Tabel 8.
Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Per Kabupaten/Kota, Tahun 2011
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Miskin
(ribu jiwa)
Persentase Penduduk
Miskin (%)
1 Kepulauan Seribu 2,47 11,53
2 Jakarta Selatan 71,84 3,43
3 Jakarta Timur 83,82 3,06
4 Jakarta Pusat 32,63 3,56
5 Jakart Barat 79,71 3,44
6 Jakarta Utara 84,73 5,07
Jakarta 355,20 3,64
Sumber:BPS, diolah dari Susenas September 2011
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 17
Secara kawasan atau wilayah, sebaran tingkat kemiskinan
pada wilayah kabupaten/kota administrasi di tahun 2011
memiliki disparitas yang cukup tinggi. Kabupaten Kepulauan
Seribu memiliki persentase penduduk miskin tertinggi
sebesar 11,53 persen, sedangkan Kota Administrasi Jakarta
Timur memiliki persentase penduduk miskin paling rendah
sebesar 3,06 persen (lihat gambar 8).
Namun demikian, konsentrasi penduduk miskin pada
wilayah kabupaten/kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta
banyak ditemukan di wilayah Kota Administrasi Jakarta
Utara sebanyak 84,73 ribu jiwa, diikuti oleh Kota
Administrasi Jakarta Timur sebanyak 83,82 ribu jiwa.
Sedangkan Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki jumlah
penduduk miskin paling sedikit, yaitu sebanyak 2,47 ribu
jiwa. (lihat tabel 8 dan gambar 8)
Gambar 8.
Persentase Penduduk Miskin Per Kabupaten/Kota Tahun 2011
Sumber:BPS, diolah dari Susenas September 2011
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 18
2.3 Sasaran Penanggulangan Kemiskinan
Konsep Pendataan
Kemiskinan
Sebelum mendalami masing-masing kelompok program
penanggulangan kemiskinan atau klaster, perlu diketahui
bahwa sasaran program menggunakan data kemiskinan
mikro (berbeda dengan data makro kemiskinan yang
sebelumnya dibahas pada sub bab 2.1 dan 2.2). Keduanya
digunakan oleh pemerintah, baik pusat maupun dan daerah,
namun memiliki metodologi yang berbeda.
Secara umum dapat dijabarkan bahwa data makro
kemiskinan merupakan data yang hanya menunjukkan
jumlah agregat. Data ini dihasilkan dengan menggunakan
Garis Kemiskinan atau berdasarkan rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan, yang diperoleh melalui Susenas yang
diadakan setiap tahunnya oleh BPS. Data ini digunakan
sebagai dasar bagi perencanaan, monitoring dan evaluasi
pembangunan secara makro. Data makro kemiskinan ini
memiliki keunggulan karena dapat digunakan untuk melihat
perkembangan jumlah penduduk dengan berbagai
karakteristiknya dari waktu ke waktu berikutnya (time series). Namun demikian data tersebut tidak dapat menunjukkan identitas individu dan keberadaan/alamat
mereka, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan program-program pembangunan yang
bersifat langsung ditujukan kepada masyarakat miskin
(targeting), terutama untuk program-program yang ditujukan untuk memenuhi akses terhadap pelayanan dasar
(kemiskinan non pendapatan). Untuk tujuan tersebut dan
dalam rangka peningkatan efektivitas penanggulangan
kemiskinan, pemerintah melalui BPS melengkapi data
kemiskinan dengan data mikro kemiskinan.
Data mikro kemiskinan adalah data kemiskinan yang
menunjukkan identitas individu/rumah tangga (ruta) dan
keberadaan/alamat. Data mikro kemiskinan diperoleh
melalui survey PSE-05 dan diperbaharui melalui PPLS 2008
dan PPLS 2011. Pada awalnya, RTS dikelompokkan menjadi
ruta sangat miskin (RTSM), ruta miskin (RTM) dan ruta
hampir miskin/near poor (RTHM). RTHM dapat diklasifikasikan sebagai penduduk yang berada sedikit di
atas garis kemiskinan, namun sangat rentan terhadap
guncangan ekonomi. Dasar pengelompokan tersebut adalah
nilai skor RTS (IRM), yang dihitung dari bobot variabel dan
nilai skor variabel terpilih. (lihat tabel 9). Data mikro
kemiskinan ini digunakan sebagai data target program
terkait penanggulangan kemiskinan.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 19
Tabel 9.
Jumlah Rumah Tangga Secara Nasional
Berdasarkan Kriteria Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin
Kategori
PSE-05 PPLS-2008
Rumah
Tangga %
Rumah
Tangga %
Anggota Rumah
Tangga (jiwa)
RT Sangat Miskin (RTSM) 3.894.314 20,4 2.988.865 17,1 15.944.536
RT Miskin (RTM) 8.236.990 43,1 6.828.824 39,1 25.190.010
RT Hampir Miskin (RTHM) 6.969.601 36,5 7.665.288 43,8 19.261.505
TOTAL 19.100.905 100,0 17.482.977 100,0 60.396.051 Sumber:BPS, PSE 2005 dan PPLS 2008
Berdasarkan data PSE-05 dan PPLS 2008, dapat kita lihat
bahwa terjadi penurunan jumlah ruta yang masuk kategori
RTSM dan RTM dari 12,13 juta pada tahun 2005 menjadi
9,81 juta pada tahun 2008. Namun demikian, jumlah ruta
yang masuk kategori RTHM justru mengalami peningkatan
dari 6,97 juta pada tahun 2005 menjadi 7,66 juta pada tahun
2008. Hal ini mengindikasikan peningkatan kesejahteraan
masyarakat miskin , tetapi di sisi lain juga menunjukkan
kerentanan masyarakat terhadap gejolak ekonomi dan sosial
masih cukup tinggi, di mana penduduk yang berada pada
kategori hampir miskin tersebut masih sangat rentan untuk
terjatuh ke dalam kemiskinan bila terjadi krisis ekonomi
berkepanjangan yang mempengaruhi daya beli, terutama
kebutuhan pokok.
Tabel 10.
Jumlah Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan Kriteria Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin
Kategori
PSE-05 PPLS-2008
Rumah Tangga % Rumah Tangga %
RT Sangat Miskin (RTSM) 23.651 14,7 28.909 16,0
RT Miskin (RTM) 70.316 43,8 51.063 28,3
RT Hampir Miskin (RTHM) 66.513 41,4 100.688 55,7
TOTAL 160.480 100,0 180.660 100,0 Sumber:BPS, PSE 2005 dan PPLS 2008
Hal serupa juga terjadi di Provinsi DKI Jakarta, di mana
terjadi penurunan jumlah ruta yang masuk ke dalam
kategori RTSM dan RTM dari 93,97 ribu pada tahun 2005
menjadi 79,97 ribu pada tahun 2008. Namun, terjadi
peningkatan jumlah ruta dengan kategori RTHM dari 66,51
ribu pada tahun 2007 menjadi 100,68 ribu pada tahun 2008
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 20
(lihat tabel 10). Hal lain yang perlu dicermati pula adalah
terjadinya peningkatan jumlah ruta dengan kategori RTSM
dari 23,65 ribu pada tahun 2005 menjadi 28,90 ribu pada
tahun 2008.
Basis Data Terpadu Efektifitas penanggulangan kemiskinan oleh Pemerintah
Indonesia sangat ditentukan oleh kualitas sistem penetapan
target sasaran yang digunakan. Sistem tersebut dapat
dikatakan efektif bila mampu dengan tepat mengidentifikasi
kelompok ruta/keluarga miskin dan menjadikan kelompok
miskin sebagai peserta program atau penerima bantuan,
sekaligus di saat yang bersamaan mampu mengidentifikasi
kelompok ruta/keluarga tidak miskin dan menjadikan
kelompok tidak miskin tersebut sebagai bukan penerima
bantuan.
Jika kelompok miskin tidak menjadi penerima bantuan, maka
sistem penetapan sasaran tersebut membuat kesalahan yang
disebut dengan exclusion error. Sementara itu, apabila kelompok tidak miskin menjadi penerima bantuan maka
sistem penetapan sasaran tersebut membuat kesalahan
yang disebut inclusion error (lihat gambar 9)
Gambar 9.
Kesalahan penetapan sasaran program (exclusion dan inclusion error)
Sumber:TNP2K
Berbagai studi dan pengalaman selama ini memperlihatkan
bahwa program penanggulangan kemiskinan umumnya
memiliki ke dua jenis kesalahan tersebut dan menggunakan
sistem penetapan sasaran serta basis data yang berbeda
(World Bank, 2012). Selain itu, data ruta miskin hasil PSE
2005 dan PPLS 2008 yang digunakan dalam penentuan
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 21
sasaran beberapa program juga sudah seharusnya
diperbaharui karena kondisi sosial ekonomi masyarakat
selama beberapa tahun mungkin berubah dan terdapat
penilaian bahwa sumber data tersebut kurang tepat.
Dalam rangka mendukung penetapan sasaran program
perlindungan sosial dan mengacu pada Perpres Nomor
15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
Inpres Nomor 1/2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, dan Inpres
Nomor 3/2010 tentang Program Pembangunan Yang
Berkeadilan serta mempercepat pencapaian target
penurunan tingkat kemiskinan absolut menjadi 8%-10%
pada tahun 2014, TNP2K bekerja sama dengan BPS dan Bank
Dunia kemudian mengembangkan sistem penetapan sasaran
yang baru, yang merupakan kelanjutan dari PSE 2005 dan
PPLS 2008, melalui PPLS 2011.
PPLS 2011 ini bertujuan untuk memperbaiki hasil ke dua
pendataan sebelumnya (PSE 2005 dan PPLS 2008) guna
mengurangi kesalahan dalam penargetan. PPLS 2011 ini
diselenggarakan untuk membangun sistem basis data
terpadu (BDT) yang mencakup 40% rerata nasional ruta
dengan kondisi sosial ekonomi terendah di Indonesia atau
sekitar 24 juta ruta (sekitar 96 juta individu) dan dapat
digunakan untuk penargetan seluruh program perlindungan
sosial. Untuk itu, sekitar 45%-50% ruta menengah ke bawah
(+ 25 juta ruta) dicacah melalui PPLS 2011, yang dilakukan
pada Juli-Agustus 2011. Sebagai perbandingan, PPLS 2008
hanya mencakup kurang dari 30% ruta.
Saat BDT dikembangkan, cakupan 40% dirasa cukup untuk
memenuhi kebutuhan penargetan program perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan. Jika kita melihat
distribusi pendapatan, dapat kita lihat bahwa distribusi
condong/miring di sebelah kiri distribusi atau berada di
sekitar garis kemiskinan (lihat gambar 10). Banyak
penduduk yang memiliki pendapatan per kapita per bulan
tidak jauh dari GK (garis biru) atau sebanyak 13% populasi.
Untuk menjangkau penduduk yang rentan terhadap
kemiskinan, GK perlu disesuaikan. Peningkatan GK sebanyak
1,5 kali akan meningkatkan populasi penduduk yang berada
di bawah GK menjadi 40% populasi. Cakupan 40% inilah
yang dianggap dapat mewakili penduduk miskin, termasuk
mereka yang rentan untuk jatuh ke dalam kemiskinan
karena guncangan ekonomi berkepanjangan yang akan
mempengaruhi daya beli.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 22
Gambar 10.
Distribusi Pendapatan, 2010
Sumber:World Bank
Data ruta yang tersimpan dalam BDT dari TNP2K
diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelompok/desil, yang
didasarkan pada distribusi konsumsi seluruh ruta secara
nasional. Ke empat desil tersebut adalah:
o Desil 1, merupakan ruta yang termasuk dalam 10% ruta
dengan tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia,
atau yang biasanya disebut ruta miskin
o Desil 2, merupakan ruta yang termasuk dalam 11%-
20% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di
Indonesia, atau yang biasa disebut dengan ruta hampir
miskin
o Desil 3, merupakan ruta yang termasuk dalam 21%-
30% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di
Indonesia, atau yang biasa disebut dengan ruta rentan
miskin
o Desil 4, merupakan ruta yang termasuk dalam 31%-
40% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di
Indonesia, atau biasa disebut dengan ruta rentan miskin
lainnya.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 23
Tabel 11.
Jumlah Rumah Tangga dari Basis Data Terpadu, 2011
No Provinsi
Jumlah Rumah Tangga
Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Total
1 Nanggroe Aceh Darussalam 156,60 115,91 115,90 98,63 487,04
2 Sumatera Utara 277,91 281,79 281,77 78,26 919,721
3 Sumatera Barat 83,78 105,88 105,86 28,26 323,788
4 Riau 76,78 90,42 90,41 24,68 282,282
5 Jambi 52,21 66,86 66,85 7,36 193,276
6 Sumatera Selatan 178,15 154,07 154,06 63,86 550,142
7 Bengkulu 54,65 38,80 38,79 18,27 150,497
8 Lampung 268,48 191,03 191,01 95,75 746,267
9 Kepulauan Bangka Belitung 12,92 16,70 16,70 4,39 50,715
10 Kepulauan Riau 15,79 28,36 28,35 5,46 77,955
11 DKI Jakarta 92,68 89,73 89,72 13,95 286,075
12 Jawa Barat 990,01 1.164,61 1.164,59 417,08 3736,279
13 JawaTengah 1.115,06 997,91 997,89 513,88 3624,746
14 DI Yogyakarta 132,24 114,45 114,45 79,20 440,343
15 Jawa Timur 1.230,04 1.189,67 1.189,65 421,72 4031,085
16 Banten 136,95 246,54 246,54 91,18 721,211
17 Bali 41,23 76,68 76,68 10,48 205,066
18 Nusa Tenggara Barat 192,98 158,82 158,82 77,76 588,377
19 Nusa Tenggara Timur 167,10 141,30 141,28 100,46 550,136
20 Kalimantan Barat 71,71 93,22 93,21 27,63 285,78
21 Kalimantan Tengah 25,77 33,30 33,29 8,91 101,271
22 Kalimantan Selatan 40,93 70,72 70,72 9,54 191,915
23 Kalimantan Timur 55,32 56,82 56,82 11,52 180,477
24 Sulawesi Utara 43,94 65,13 65,12 9,31 183,504
25 Sulawesi Tengah 82,78 69,92 69,91 31,87 254,474
26 Sulawesi Selatan 160,63 189,88 189,87 103,56 643,942
27 Sulawesi Tenggara 59,20 58,53 58,52 23,57 199,818
28 Gorontalo 34,10 32,84 32,84 11,41 111,193
29 Sulawesi Barat 27,30 28,29 28,29 17,46 101,344
30 Maluku 55,75 36,70 36,69 15,37 144,516
31 Maluku Utara 15,08 22,98 22,98 2,38 63,427
32 Papua Barat 44,69 24,10 24,08 0,00 92,869
33 Papua 220,04 113,04 113,08 0,00 446,157
Indonesia 6.212,78 6.164,99 6.164,76 2.423,17 20.965,69
Sumber:TNP2K, BDT
Jumlah ruta berdasarkan BDT 2011 yang diperoleh dari
TNP2K menunjukkan bahwa secara nasional total jumlah
ruta adalah sebanyak 20,96 juta ruta. Sedangkan jumlah ruta
yang masuk kategori desil 1 s.d 3 memiliki jumlah yang
berimbang, sekitar + 6 juta ruta. Sedangkan ruta yang masuk
kategori desil 4 hanya sekitar 2,4 juta ruta (lihat tabel 11).
Untuk wilayah DKI Jakarta, populasi ruta dengan kategori
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 24
desil 1 adalah sebanyak 92,68 ribu ruta atau setara dengan
478,14 ribu jiwa, sedangkan jumlah ruta dengan kategori
desil 2 dan 3 hampir berimbang, sekitar + 89 ribu ruta atau
total sebanyak 733,49 ribu jiwa. Jumlah ruta yang masuk
kategori desil 4 sebanyak 13,95 ribu ruta atau 46,50 ribu
jiwa. Sehingga secara total populasi ruta yang masuk ke
dalam BDT di Provinsi DKI Jakarta adalah sebanyak 286,075
ribu ruta atau sebanyak 1,25 juta jiwa (lihat tabel 12).
Tabel 12.
Distribusi Pendapatan, 2010
Desil 1 92,68
Desil 2 89,73
Desil 3 89,72
Desil 4 13,95
Desil 1 478,14
Desil 2 391,17
Desil 3 342,32
Desil 4 46,50
Jumlah Rumah
Tangga
Jumlah
Individu
Sumber:TNP2K, BDT
2.3 Perkembangan
Program
Penanggulangan
Kemiskinan
Untuk mencapai sasaran penurunan tingkat kemiskinan
provinsi DKI Jakarta pada akhir tahun 2017 sebesar 3,40 -
3,50 persen, sebagaimana diamanatkan sebagai target
RPJMD 2013-2017, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
merumuskan program-program yang pro-poor atau memiliki sifat keberpihakan (affirmative) kepada masyarakat miskin. Senada dengan pemerintah, dalam rangka meningkatkan
efektifitas pelaksanaan program, usaha perbaikan terus
dilakukan sehingga program dapat tepat sasaran dan tepat
alokasi pendanaan, sesuai dengan jumlah dan sebaran
penduduk miskin, sebagaimana yang telah disampaikan
sebelumnya.
Lebih lanjut, dalam rangka mempertajam fokus pelaksanaan,
setiap program penanggulangan kemiskinan dikelompokkan
ke dalam 4 (empat) kelompok program atau klaster, sebagai
berikut:
1. Klaster 1
Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis
keluarga, dengan tujuan untuk melakukan pemenuhan
hak dasar, mengurangi beban pengeluaran dan
perbaikan kualitas hidup keluarga miskin;
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 25
2. Klaster 2
Kelompok program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat, dengan tujuan
untuk mengembangkan potensi dan memperkuat
kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat
dalam pembangunan, meningkatkan pendapatan dan
taraf hidup masyarakat melalui usaha dan kerja sama
untuk mencapai keberdayaan dan kemandirian;
3. Klaster 3
Kelompok program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil
(UMK), dengan tujuan untuk membuka dan memberikan
akses permodalan dan penguatan ekonomi bagi pelaku
usaha berskala mikro dan kecil;
4. Klaster 4
Kelompok program pendukung penanggulangan
kemiskinan, dengan tujuan untuk mensinergikan
kebijakan dan program yang mendukung
penanggulangan kemiskinan (pro rakyat).
2.3.2 Program Bantuan dan Jaminan Sosial (Klaster 1)
Cakupan Klaster 1 Cakupan program pada kelompok bantuan sosial dilakukan
dengan konsentrasi penanggulangan kemiskinan berbasis
keluarga dan individu. Program-program pada klaster ini
meliputi:
1. Bantuan pendidikan yaitu penyediaan biaya personal
pendidikan bagi peserta didik dari keluarga tidak
mampu melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP) mulai jenjang
pendidikan dasar hingga menengah.
2. Bantuan kesehatan antara lain penyediaan jaminan
kesehatan masyarakat melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS)
dan penanganan permasalahan kurang gizi dan gizi
buruk melalui pemberian Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI).
3. Bantuan langsung kepada keluarga/individu sasaran
lainnya antara lain berupa pelayanan dan rehabilitasi
bagi Warga Binaan Sosial, pelayanan pemakaman gratis,
pelayanan dokumen kependudukan bagi penduduk
rentan adminduk, pelayanan Keluarga Berencana (KB)
gratis, Pemberian jaminan hidup di lokasi transmigrasi
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 26
Biaya Personal
Pendidikan melalui
Kartu Jakarta Pintar
(KJP)
Biaya personal pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP)
merupakan biaya yang diberikan kepada peserta didik untuk
pemenuhan kebutuhan dasar dalam bidang pendidikan yang
meliputi seragam sekolah, sepatu dan kaos kaki, tas, buku
dan alat tulis, biaya transportasi ke sekolah, tambahan gizi,
biaya bimbingan belajar dan/atau biaya ekstrakurikuler.
Biaya personal ini diperuntukkan bagi peserta didik dari
keluarga tidak mampu, sesuai dengan kriteria PPLS dari BPS.
Secara umum, program ini bertujuan untuk:
1. Mendukung terselenggaranya wajib belajar 12 (dua
belas) tahun;
2. Meningkatkan akses layanan pendidikan;
3. Menjamin kepastian layanan pendidikan;
4. Menurunkan angka putus sekolah; dan
5. Meningkatkan kualitas hasil pendidikan
Secara khusus program tersebut untuk membantu siswa dari
keluarga kurang mampu (miskin) agar tidak putus sekolah.
Hal ini dikarenakan alokasi dana BOP yang diberikan belum
mencakup biaya untuk keperluan pribadi peserta didik
(biaya transportasi, seragam, buku dan alat tulis, dll). Ini
yang menjadi masalah, khususnya bagi peserta didik yang
berasal dari keluarga kurang mampu, di mana mereka tidak
memiliki kemampuan untuk menyediakan keperluan
pribadinya. Berdasarkan data yang ada dari JDA tahun 2012,
jumlah peserta didik yang putus sekolah pada semua jenjang
pendidikan masih cukup banyak.
Biaya Personal Pendidikan melalui KJP ini merupakan
pengembangan dari program sebelumnya yaitu Beasiswa
Rawan Putus Sekolah. Hanya saja sasaran programnya
diperluas, tidak hanya pada jenjang SMA/MA/SMK saja
melainkan pada seluruh jenjang pendidikan. Jumlah target
sasaran program ini dihitung dengan mengacu pada jumlah
penduduk miskin dengan usia sekolah yang masuk ke dalam
BDT. Total jumlah penerima sebanyak 332.465 jiwa, dengan
rincian kelompok usia 7-12 tahun sebanyak 170.386 jiwa,
kelompok usia 13-15 tahun sebanyak 83.852 jiwa, dan
kelompok usia 16-18 tahun sebanyak 78.227 jiwa (lihat tabel
13).
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 27
Tabel 13.
Jumlah sasaran Biaya Personal Pendidikan, 2013
Kelompok
Usia Jenjang Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Total
7-12 Setara SD/MI 84.830 49.913 32.176 3.467 170.386
13-15 Setara SMP/MTs 36.996 26.029 18.607 2.220 83.852
16-18 Setara SMA/MA/SMK 28.710 24.980 21.721 2.816 78.227
TOTAL 150.536 100.922 72.504 8.503 332.465
Sumber:TNP2K, BDT
Tabel 14.
Jumlah Siswa Putus Sekolah (jiwa)
Jenjang Tahun
2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012
SD/MI 914 914 612 507 347 533
SMP/MTs 2.172 2.103 1.086 1.592 1.076 1.070
SMA/MA 1.229 1.253 943 618 686 342
SMK 2.857 3.186 2.488 2.355 2.399 2.761
Sumber:BPS DKI Jakarta, JDA 2012
Selain itu, program ini juga untuk mengurangi jumlah siswa
putus sekolah akibat kekurangan biaya. Jumlah siswa putus
sekolah berdasarkan data BPS, pada tahun 2011/2012
khususnya untuk jenjang SD/MI dan SMK meningkat
dibanding tahun sebelumnya, dimana dapat dilihat pada
tabel 14.
Besarnya bantuan sebagai berikut :
Jenjang SD/SDLB/MI sebesar Rp. 180.000,- per siswa
per bulan
Jenjang SMP/SMPLB/MTs sebesar Rp. 210.000,- per
siswa per bulan
Jenjang SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA sebesar Rp.
240.000,- per siswa per bulan
Bantuan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
personal siswa kurang mampu seperti transportasi, buku,
alat tulis dan tas sekolah, baju dan sepatu sekolah, serta
tambahan makan dan minum. Detil kebutuhan dapat dilihat
pada tabel 15 di bawah ini.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 28
Tabel 15.
Perhitungan Kebutuhan dan Unit Cost Siswa Penerima Bantuan
Sumber: Dinas Pendidikan
No Unit Kebutuhan
Unit Cost/Tahun/Satuan Pendidikan
SD/SDLB/MI SMP/SMPLB/MTs
SMA/SMALB/ SMK/SMKLB/MA
1 Transport ke dan dari Sekolah
Rp. 900.000,- Rp. 1. 200.000,- Rp. 1.320.000,-
2 Buku, Alat Tulis, dan Tas Sekolah
Rp. 400.000,- Rp. 450.000,- Rp. 450.000,-
3 Baju dan Sepatu Sekolah Rp. 560.000,- Rp. 560.000 Rp. 710.000,-
4 Tambahan Makan dan Minum
Rp. 300.000,- Rp. 335.000,- Rp. 400.000,-
Jumlah Total Per Tahun Rp. 2.160.000,- Rp. 2.520.000,- Rp. 2.880.000,-
Mekanisme Pemberian Kartu Jakarta Pintar (KJP)
Mekanisme pemberian KJP dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Calon penerima Kartu Jakarta Pintar berasal dari
Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang
dikeluarkan oleh Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) ditambahkan
dengan usulan peserta diluar PPLS yang dihimpun oleh
satuan pendidikan, Seksi Pendidikan Kecamatan, dan
Kanwil Agama.
b. Calon Penerima kemudian diverifikasi oleh Satuan
Pendidikan dan direkapitulasi oleh Dinas Pendidikan
dan diusulkan kepada TAPD.
c. TAPD menetapkan penerima KJP melalui Surat
Keputusan yang menjadi dasar untuk pembuatan
rekening dan pencetakan Kartu Jakarta Pintar oleh Bank
DKI.
d. Kartu Jakarta Pintar diserahkan kepada penerima yang
termuat dalam SK Penerima KJP dan dana KJP dapat
dimanfaatkan.
Secara lengkap dapat dilihat melalui diagram alur pada
Gambar 11 dibawah ini.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 29
Gambar 11.
Mekanisme Pemberian Kartu Jakarta Pintar
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 30
Penyediaan Dana
Premi Warga Miskin
Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional
(JKN) dari APBD
Pelaksanaan Program Kartu Jakarta Sehat
Sebelum diberlakukannya program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) oleh Pemerintah Pusat yang merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Provinsi
DKI Jakarta melaksanakan program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Daerah melalui Kartu Jakarta Sehat.
Dengan adanya Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) ini,
diharapkan akan meningkatkan akses penduduk miskin ke
fasilitas kesehatan. Guna mendukung Program KJS, Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta telah bekerjasama dengan
Fakultas Kedokteran UI-RSCM guna meningkatkan
kemampuan dokter Puskesmas sehingga terjadi penguatan
di pelayanan primer. Selain itu telah dibentuk Sistem
Pelayanan Gawat Darurat Terpadu 119 (SPGDT 119) yang
akan membantu petugas kesehatan dan masyarakat untuk
mengetahui ketersediaan tempat tidur di kelas III, ICU, ICCU,
NICU dan PICU di rumah sakit provider Program KJS.
Pelayanan yang ditanggung oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta antara lain Unit Gawat Darurat, Rawat Jalan, Rawat
Inap, ICU, ICCU, NICU, PICU, HCU, HCU, Isolasi, Ambulans,
Tindakan Operasi dan Tindakan Penunjang.
Sasaran Program KJS adalah penduduk Provinsi DKI Jakarta
yang miskin dan rentan dengan lama domisili minimal 3
(tiga) tahun, sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta Nomor 14 Tahun 2013 pasal 6 ayat 2
dengan maksimum kuota 4.700.000 jiwa termasuk peserta
Jamkesmas DKI Jakarta, penduduk yang telah mendapatkan
Kartu Jakarta Sehat yang diterbitkan sebelum 1 April 2013,
Kartu JPK Gakin dan Kartu Jamkesda Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta, serta penduduk DKI Jakarta yang
berobat ke Puskesmas, dan yang dirawat inap di kelas 3
(tiga) rumah sakit, tidak termasuk Peserta Askes Sosial,
Pejabat Negara, Peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK)
Jamsostek, karyawan Badan Usaha Milik Negara, Karyawan
Lembaga/Institusi/Perusahaan, dan penduduk yang telah
mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan lainnya,
kecuali yang termasuk dalam definisi masyarakat rentan
sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 14
tahun 2013.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 31
Gambar 12.
Perkembangan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah
2007-2012
Sumber: UPT Jamkesda, Dinas Kesehatan, 2013
Penduduk DKI Jakarta yang miskin dan rentan (dengan lama
domisili minimal 3 (tiga) tahun) sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 14 tahun
2013 antara lain:
a. penduduk yang termasuk dalam data kemiskinan pada
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta.
b. penduduk miskin atau rentan yang tidak termasuk
dalam data kemiskinan BPS Provinsi DKI Jakarta namun
mudah terkena dampak dari suatu keadaan dan/atau
kebijakan pemerintah dan belum mempunyai jaminan
kesehatan.
c. penduduk miskin atau rentan berdasarkan hasil
verifikasi administrasi dan peninjauan lapangan oleh
petugas UP Jamkesda Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta.
d. penduduk miskin atau rentan dalam pelayanan
kesehatan Ambulans Gawat Darurat milik Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
e. penghuni panti sosial/rumah singgah yang telah
memiliki sertifikat kepesertaan yang bersifat kolektif
dan direkomendasikan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi
DKI Jakarta.
f. korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
g. korban perdagangan orang (trafficking).
h. korban bencana alam dan penyakit
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 32
Penyediaan Dana Premi Warga Miskin Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dari APBD
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan
dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Peserta BPJS Kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu:
1. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.
Adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN
yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah sebagai
peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah
fakir miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur
melalui Peraturan Pemerintah.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.
Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri dari:
a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota
keluarganya.
c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya.
Penduduk DKI Jakarta yang masuk dalam kategori miskin
dan rentan miskin dan tidak termasuk dalam daftar
Penerima Bantuan Iuran (PBI) program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), akan dibayarkan preminya oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta melalui dana APBD. Hal ini diatur
dalam Peraturan Gubernur Nomor 123 Tahun 2014 tentang
Kepesertaan dan Pelayanan Jaminan Kesehatan.
Pendaftaran sebagai peserta PBI dilakukan oleh Kepala
Puskesmas setempat kepada BPJS Kesehatan cabang
setempat dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan melalui
Kepala UP Jamkesda. Khusus pendaftaran Warga Binaan
Sosial (WBS), orang terlantar di daerah dan korban tindak
kekerasan di daerah sebagai peserta PBI dilakukan oleh
Kepala Puskesmas setempat kepada BPJS Kesehatan cabang
setempat dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan melalui
UP Jamkesda dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi
Kepala Dinas Sosial melalui Kepala Panti Sosial setempat.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 33
Tabel 16.
Proyeksi Sasaran Baduta Gakin, 2011
SASARAN BADUTA GAKIN JUMLAH
Jakarta Pusat 1,099
Jakarta Utara 2,011
Jakarta Barat 2,788
Jakarta Selatan 2,519
Jakarta Timur 3,291
Kepulauan Seribu 26
DKI Jakarta 11,734
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI)
Usia di bawah dua tahun (baduta) merupakan masa kritis
yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang bayi dan
anak baik fisik maupun kecerdasan. Oleh sebab itu masalah
gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia
dibawah dua tahun harus ditanggulangi secara serius. Hasil
survei kesehatan menunjukkan bahwa beberapa faktor
penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang usia 6-11
bulan dan anak usia 12-24 bulan (baduta) di Indonesia
adalah rendahnya mutu Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) dan pola asuh pemberian makan yang tidak tepat
sehingga kebutuhan zat gizi tidak tercukupi khususnya
energi dan zat gizi seperti Zat Besi (Fe) dan Seng (Zn).
Kesulitan ekonomi yang dialami sebagian masyarakat
Indonesia, termasuk Provinsi DKI Jakarta mengakibatkan
menurunnya daya beli masyarakat terhadap pangan di
tingkat keluarga sehingga memperburuk asupan zat gizi
Baduta. Sebagian kasus kekurangan gizi dari tingkat ringan
sampai tingkat berat terjadi pada keluarga miskin (gakin).
Keadaan bencana seperti banjir juga makin memperburuk
kondisi tersebut.
Upaya penanggulangan perlu dilakukan khususnya bagi bayi
usia 6-11 bulan dan anak usia 12-24 bulan dari keluarga
miskin agar gangguan tumbuh kembang dapat dicegah dan
ditanggulangi dengan baik. Bantuan berupa Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) bagi bayi usia 6-11 bulan
dan anak usia 12-24 bulan gakin diberikan dengan harapan
dapat mencegah terjadinya gizi buruk, gizi kurang serta
mempertahankan status gizi baik, pada baduta keluarga
miskin.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 34
Perkembangan pelaksanaan program ini, jika dibandingkan
terhadap sasaran bayi dua tahun dari keluarga miskin
(baduta gakin) Provinsi DKI Jakarta sebesar 11.734 jiwa
(diolah dari data sasaran BPS), maka realisasi capaian
cakupan pemberian MP-ASI untuk baduta gakin pada tahun
2011 adalah 33,71%, dan mengalami sedikit kenaikan pada
capaian tahun 2012 menjadi 34,62%. Capaian ini diharapkan
terus mengalami kenaikan sehingga mencakup ke seluruh
sasaran baduta gakin.
Mekanisme pelaksanaan pemberian bantuan MP-ASI, yaitu:
Puskemas Kecamatan menganggarkan MP-ASI untuk baduta
gakin sesuai dengan kemampuan dan mendistribusikan MP-
ASI tersebut ke Puskesmas Kelurahan untuk diberikan
kepada sasaran. Bentuk bantuan MP-ASI yang diterima yakni
berupa bubur dan biskuit dengan besaran total nominal
Rp.720.000,00 per baduta.
Pelayanan dan
Rehabilitasi bagi Warga
Binaan Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Jalanan
yang tersebar di wilayah Provinsi DKI Jakarta senantiasa
dilakukan proses penjangkauan / penertiban untuk
mendapatkan perlindungan dan kemandirian pelayanan
kesejahteraan sosial. Hal ini dilakukan secara terintegrasi
seiring dengan usaha pembangunan kesejahteraan sosial di
Provinsi DKI Jakarta dan perwujudannya dilakukan melalui
Panti-Panti Sosial.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki sebanyak 27 panti
sosial yang terbagi menjadi 13 rumpun menurut jenis warga
binaan, yaitu :
1. Balita,
2. Anak,
3. Remaja
4. Usia lanjut terlantar,
5. Anak jalanan,
6. Penyandang cacat tubuh,
7. Tuna grahita,
8. Tuna netra
9. Penyandang psikotik,
10. Gelandangan dan pengemis,
11. Wanita tuna susila,
12. Wanita korban kekerasan dan
13. Mantan pengguna narkoba
Layanan yang diberikan di panti-panti sosial ini meliputi
perawatan dan asrama, kesehatan dan gizi, pembinaan dan
mental, pendidikan, kesejahteraan sosial, bimbingan dan
latihan keterampilan, penampungan sementara, identifikasi
dan motivasi hingga pembinaan awal rujukan.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 35
Tabel 17.
Data Panti Sosial Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
NO NAMA PANTI WARGA BINAAN SOSIAL DAYA
TAMPUNG
1. Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas
Bangsa
Balita Terlantar 100 Orang
2. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1
Klender
Anak Terlantar ( Usia SD, Laki-
laki dan Perempuan)
100 Orang
3. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2 Anak Jalanan (Khusus laki-laki,
Usia SD sd SMA)
150 Orang
4. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Anak Terlantar (Khusus
Perempuan, Usia SD sd SMA)
100 Orang
5. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Anak Terlantar (Khusus Laki-
laki, Usia SD sd SMA)
100 Orang
6. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 5 Anak Jalanan (Khusus
Perempuan, Usia SD sd SMA)
190 Orang
7. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 6 Anak Jalanan (Khusus Laki-laki,
Usia SD sd SMA)
200 Orang
8. Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Remaja Terlantar 120 Orang
9. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Lanjut Usia Terlantar 110 Orang
10. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Lanjut Usia Terlantar 175 Orang
11. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Lanjut Usia Terlantar 125 Orang
12. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Lanjut Usia Terlantar 160 Orang
13. Panti Sosial Tresna Werdha Usada Mulia 5 Lanjut Usia Terlantar (sakit) 200 Orang
14. Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti Penyandang Cacat Tubuh 120 Orang
15. Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih Penyandang Cacat Grahita
(Keterbelakangan mental)
100 Orang
16. Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Penyandang Psikotik Berat 550 Orang
17. Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Penyandang Psikotik Sedang 250 Orang
18. Panti Sosial Bina laras Harapan Sentosa 3 Penyandang Psikotik Ringan 200 Orang
19. Panti Sosial Bina laras Harapan Sentosa 4 Penyandang Psikotik Terampil 276 Orang
20. Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul
Khotimah
Mantan Penyandang Narkoba 100 Orang
21. Panti Sosial Bina Karya Harapan Jaya Gelandangan Pengemis 200 Orang
22. Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulia
Mantan Wanita Tuna Susila 180 Orang
23. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1
Gelandangan Pengemis (Panti
Penampungan sementara hasil
razia)
300 Orang
24. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Gelandangan Pengemis (Panti
Penampungan sementara hasil
razia)
200 Orang
25. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3 Gelandangan Pengemis (Panti
Penampungan sementara hasil
razia)
120 Orang
26. Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin Penyandang Cacat Netra 100 Orang
27. Panti Sosial Perlindungan Bhakti Kasih Korban Tindak Kekerasan 75 Orang
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 36
Pelayanan
Pemakaman Gratis
Permasalahan tingginya harga lahan khususnya pemakaman
di Provinsi DKI Jakarta menyebabkan tekanan psikologis
tersendiri bagi warga miskin yang sedang kehilangan
anggota keluarganya. Ketidakmampuan secara ekonomi
menyebabkan tidak terjangkaunya kebutuhan untuk
memakamkan jenazah, dari mulai perlengkapan
pemulasaraan jenazah, hingga penyediaan lahan
pemakaman.
Untuk itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan
salah satu program yaitu pemberian santunan sebesar
Rp.885.000,00 atau pelayanan pemakaman gratis bagi warga
miskin/tidak mampu, mencakup seluruh proses pemakaman
jenazah dari mulai memandikan sampai dengan
memakamkan jenazah.
Anggaran program pemberian santunan berada di Suku
Dinas Pemakaman di 5 (lima) wilayah kota Provinsi DKI
Jakarta, sedangkan program pelayanan pemakaman gratis