Top Banner

of 123

Peraturan Gubernur Nomor 29 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015-2017

Mar 09, 2016

Download

Documents

agnes ginting

Merupakan dokumen perencanaan daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2015 - 2017
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • I SALINAN I

    Menimbang

    Mengingat

    GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

    PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

    NOMOR 29 TAHUN 2015

    TENTANG

    RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN KEMISKINANTAHUN 2015-2017

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

    a. bahwa dalam rangka penjabaran kebijakan dan strategi daerahdalam penanggulangan kemiskinan di Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta mengacu kepada Rencana Aksi Nasional ProgramPenanggulangan Kemiskinan Tahun 2012-2014, perlu disusunRencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKIJakarta Tahun 2015-2017;

    b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Rencana AksiDaerah Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015-2017;

    1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 ter,tang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional;

    2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional 2005-2025;

    3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang PemerintahanProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota NegaraKesatuan Republik Indonesia;

    4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan;

    5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2Tahun 2015;

    6. Peraturan Pemerintah NOiilor 58 Tahun 2005 tentang PengelolaanKeuangan Daerah;

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang PenguatanPeran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah;

  • Menetapkan

    2

    9. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

    10. Peraturan Presiden Nomor 15, Tahun 2010 tentang PercepatanPenanggulangan Kemiskinan;

    11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentangPedoman Pengelolaan Keuanga~ Daerah sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 21 Tahun 2011;

    12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang TimKoordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kabupaten/Kota;

    13. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokokPengelolaan Keuangan Daerah;

    14. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang SistemPerencanaan Pembangunan dan Penganggaran Terpadu;

    15. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 20::3 tantang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-3017;

    16. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang OrganisasiPerangkat Daerah;

    17. Peraturan Gubernur Nemor 77 Tahun 2011 tentang Tim KoordinasiPenanggulangan Kemiskinan;

    18. Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2013 tentang Sistem danProsedur Pengelolaan Keuangan Oaerah sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Gubernur Nomer 161 Tahun 2014;

    19. Peraturan Gubernur Nomor 162 Tahun 2013 tentang PedomanPenatausahaan Keuangan Daerah;

    MEMUTUSKAN:

    PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA AKSI DAERAHPENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN 2015-2017.

    BABI

    KETENTUAN UMUM

    Pasal1

    Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan :

    1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

    2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Pemngkat Daerah sebagaiunsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

    3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus IbukotaJakarta.

  • 34. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPDadalah satuan kerja perangkat daerah, yang terdiri dari SekretariatDaerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Inspektorat,Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas, Lembaga TeknisDaerah, Kota Administrasi, Kabupaten Administrasi, Kecamatan,Kelurahan dan Satuan Polisi Pamong Praja.

    5. Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan yang selanjutnyad!sebut RAD Nangkis adalah rencana kerja Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta dalam upaya penanggulangan kemiskinan dari tahun2015 hingga tahun 2017.

    BAB II

    RAD NANGKIS

    .Pasal2

    RAD Nangkis merupakan dokumen perencanaan yang barisi acuan dalamperumusan kebijakan, strategi dan program serta kegiatan di daerahsebagai pedomall dalam upaya penanggulangan kemiskinan dalammendukung pelaksanaan pembangunan daerah pada Tahun 2015-2017.

    Pasal3

    Dokumen RAD Nangkis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebagaimanatercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariPeraturan Gubernur ini, dengan sisternatika sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    BAB II

    BAB III

    BABIV

    BABV

    PERKEMBANGAN KEMISKINAN CAN PROGRAMPENANGGULANGAN KEMISKINAN

    TARGET DAN PRIORITAS WILAYAH SASARANPENANGGULANGAN KEMISKINAN

    STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGANKEMISKINAN

    RENCANA AKSI DAERAH

    Pasal4

    ,,

    RAD Nangkis menjadi pedoman SKPD untuk menyusun Rencana Kerja,dan menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan dalam upayapenanggu!angan kemiskinan.

    BAB III

    PEMANTAUAN DAN EVALUASI

    Pasal5

    (1) Pemerintah Daerah melakukan pemantauan dan evaluasipelaksanaan RAD Nangkis.

  • 4(2) Tata cara pernantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD Nangkis

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB IV

    PELAPOR/\NPasal6

    Kepala SKPD dengan dikoordinasikan oleh Kepala Badan PerencanaanPembangunan Daerah melaporkan pelaksanaan penanggulangan kemiskinankepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, paling sedikit 1 (satu) tahunsekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

    BABV

    PEMBIAYAAN

    Pasal?

    Biaya pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dibebankan pada :a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); danb. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (AP8D).

    BABVI

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal8

    Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Benta DaerahProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

    Ditetapkan di Jakartapada tanggal 18 Februari 2015GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

    IBUKOTA JAKARTA,

    ttd

    BASUKI T. PURNAMADiundangkan di Jakartapada tanggal 25 Februari 2015SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS

    IBUKOTA JAKARTA,

    ttd

    SAEFULLAHBERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTATAHUN 2015 NOMOR 35004

    uai dengan aslinyaEKRETARIAT DAERAHI\I';l~US IBUKOTA JAKARTA,

  • iii

    RENCANA AKSI DAERAH (RAD)

    PENANGGULANGAN KEMISKINAN

    TAHUN 20152017

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

  • iv

    RENCANA AKSI DAERAH (RAD)

    PENANGGULANGAN KEMISKINAN

    TAHUN 20152017

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 i

    DAFTAR ISI i

    DAFTAR TABEL iii

    DAFTAR GAMBAR iv

    DAFTAR SINGKATAN v

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang Penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 1

    1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 2

    1.3 Dasar Hukum Penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 2

    1.4 Sistematika RAD Penanggulangan Kemiskinan 3

    BAB II PERKEMBANGAN KEMISKINAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN

    KEMISKINAN 4

    2.1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia 4

    2.2 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta 12

    2.3 Sasaran Penanggulangan Kemiskinan 18

    2.4 Perkembangan Program Penanggulangan Kemiskinan 24

    2.4.1 Program Bantuan dan Jaminan Sosial (Klaster 1) 25

    2.4.2 Program Pemberdayaan Masyarakat (Klaster 2) 39

    2.4.3 Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    (Klaster 3) 50

    2.4.4 Program Pendukung (Klaster 4) 61

    BAB III TARGET DAN PRIORITAS WILAYAH SASARAN PENANGGULANGAN

    KEMISKINAN 69

    3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan 69

    3.2 Target Indikator Capaian Penanggulangan Kemiskinan 70

    3.3 Prioritas Wilayah Sasaran Penanggulangan Kemiskinan

    Berbasis Data PPLS 70

    DAFTAR ISI

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 ii

    BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 75

    4.1 Strategi dan Kebijakan Makro 75

    4.2 Strategi dan Kebijakan Klaster 77

    4.2.1 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 1 77

    4.2.2 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 2 80

    4.2.3 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 3 84

    4.2.4 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 4 86

    4.3 Strategi Khusus 88

    4.4 Keterkaitan Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

    dengan Prioritas Lainnya 89

    BAB V RENCANA AKSI 91

    5.1 Penjelasan Matriks Rencana Aksi 91

    5.2 Matriks Rencana Aksi 92

    5.3.1 Rencana Aksi Klaster 1 92

    5.3.2 Rencana Aksi Klaster 2 95

    5.3.3 Rencana Aksi Klaster 3 100

    5.3.4 Rencana Aksi Klaster 4 102

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 iii

    Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Periode 20022012 6

    Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Maret

    2011-Maret 2012

    8

    Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

    Tahun 2011-2012

    8

    Tabel 4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Wilayah, Maret

    2012

    10

    Tabel 5. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin

    Per Provinsi, Tahun 2012

    12

    Tabel 6. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta Periode 2002

    2012

    15

    Tabel 7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

    DKI Jakarta Tahun 2011-2012

    16

    Tabel 8. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin

    Per Kabupaten/Kota, Tahun 2011

    17

    Tabel 9. Jumlah Rumah Tangga Secara Nasional Berdasarkan Kriteria Sangat

    Miskin, Miskin dan Hampir Miskin

    20

    Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Kriteria

    Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin

    20

    Tabel 11. Jumlah Rumah Tangga dari Basis Data Terpadu, 2011 24

    Tabel 12. Distribusi Pendapatan, 2010 25

    Tabel 13. Jumlah sasaran Biaya Personal Pendidikan, 2013 28

    Tabel 14. Jumlah Siswa Putus Sekolah (jiwa) 28

    Tabel 15. Perhitungan Kebutuhan dan Unit Cost Siswa Penerima Bantuan 29

    Tabel 16. Proyeksi Sasaran Baduta Gakin, 2011 33

    Tabel 17. Data Panti Sosial Provinsi DKI Jakarta 35

    Tabel 18. Jenis Pelayanan KB Beserta Satuan Biaya Yang Ditanggung 40

    Tabel 19. Perhitungan Unit Cost Bantuan Biaya Penyelenggaraan Pendidikan

    Kesetaraan bagi PKBM

    42

    Tabel 20. Penyelenggaraan PAUD Tahun 2012 44

    Tabel 21. Jumlah RW Kumuh Provinsi DKI Jakarta 61

    Tabel 22. Perkembangan Pelaksanaan BOP 65

    Tabel 23. Perkembangan Pelaksanaan BOB 67

    Tabel 24. Target RPJMD 2013-2017 69

    Tabel 25. Instansi Pelaksana Strategi Makro Penanggulangan Kemiskinan 75

    DAFTAR TABEL

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 iv

    Gambar 1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Nasional,

    2002-2012

    5

    Gambar 2. Skenario Penurunan Tingkat Kemiskinan Nasional 7

    Gambar 3. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

    Keparahan Kemiskinan (P2), 2002-2012

    9

    Gambar 4. Persentase Penduduk Miskin Per Provinsi Tahun 2012 11

    Gambar 5. Perbandingan Penduduk Miskin per Provinsi, Maret 2012 13

    Gambar 6. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI

    Jakarta, 20022012

    14

    Gambar 7. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

    Keparahan Kemiskinan (P2) DKI Jakarta, 2002-2012

    17

    Gambar 8. Persentase Penduduk Miskin Per Kabupaten/Kota Tahun 2011 18

    Gambar 9. Kesalahan penetapan sasaran program (exclusion dan inclusion

    error)

    21

    Gambar 10. Distribusi Pendapatan, 2010 23

    Gambar 11. Mekanisme Pemberian Kartu Jakarta Pintar 30

    Gambar 12. Perkembangan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

    Daerah 2007-2012

    32

    Gambar 13. Persentase kelangsungan pemakaian alat dan obat kontrasepsi

    oleh Pasangan Usia Subur 2007-2011

    39

    Gambar 14. Mekanisme pelaksanaan PPMK 46

    Gambar 15. Ilustrasi Gambar Rencana Penataan Kampung 62

    Gambar 16. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Persentase Penduduk

    Miskin Provinsi DKI Jakarta 2009-2013

    68

    Gambar 17. Prioritas Wilayah Berdasarkan Jumlah Sasaran Desil 1-4 72

    Gambar 18. Prioritas Wilayah Berdasarkan Persentase Jumlah Sasaran Desil 1-

    4 (PPLS 2011) terhadap Jumlah Penduduk (Sensus Penduduk,

    2010)

    73

    DAFTAR GAMBAR

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 v

    A

    Adm Administrasi

    AMHP Alat Medis Habis Pakai

    APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    APK Angka Partisipasi Kasar

    APM Angka Partisipasi Murni

    ARAM Angka Ramalan

    Askeskin Asuransi Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin

    ASEAN Association of Southeast Asia Nations

    ATAP Angka Tetap

    B

    Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    BAU Bussiness As Usual

    BBM Bahan Bakar Minyak

    BDT Basis Data Terpadu

    BLM Bantuan Langsung Mandiri

    BLUD Badan Layanan Umum Daerah

    BOK Bantuan Operasional Kesehatan

    BOP Biaya Operasional Pendidikan

    BOS Bantuan Operasional Sekolah

    BPLHD Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah

    BPMPKB Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana

    BPN Badan Pertanahan Nasional

    BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

    DAFTAR SINGKATAN

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 vi

    BPS Badan Pusat Statistik

    BPSM Biaya Personal Siswa Miskin

    BSM Bantuan Siswa Miskin

    BULOG Badan Urusan Logisitik

    C

    CCT Conditional Cash Transfer

    CPR Contraceptive Prevalence Rate

    CSR Corporate Social Responsibility

    D

    DO Delivery Order

    Dinsos Dinas Sosial

    Dinkes Dinas Kesehatan

    Disdik Dinas Pendidikan

    Disnakertrans Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Disparbud Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

    Disorda Dinas Olahraga dan Pemuda

    DKI Daerah Khusus Ibukota

    DKP Dinas Kelautan dan Pertanian

    DPGP Dinas Perumahan Permukiman dan Gedung PEMDA

    DPP Dinas Pertamanan dan Permakaman

    DPU Dinas Pekerjaan Umum

    F

    FCC Food Crisis Center

    G

    Gemasko Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi

    GK Garis Kemiskinan

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 vii

    H

    HGU Hak Guna Usaha

    HPB Harga Pembelian Beras

    HPP Harga Pembelian Pemerintah

    I

    IKK Ibukota Kecamatan

    INA-DRGs Indonesia-Diagnosis Related Groups

    INA-CBGs Indonesia-Case Based Groups

    Indeks P1 Indeks Kedalaman Kemiskinan

    Indeks P2 Indeks Keparahan Kemiskinan

    Ingub Instruksi Gubernur

    Inpres Instruksi Presiden

    J

    Jamkesda Jaminan Kesehatan Daerah

    Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat

    JDA Jakarta Dalam Angka

    JPKM Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

    JPKMM Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin

    JPS Jaring Pengamanan Sosial

    K

    Ka. Kepala

    Kadivre Kepala Divisi Regional

    Kadis Kepala Dinas

    KaKansilog Kepala Kantor Seksi Logistik

    Kanppekab Kantor Perencanaan Pembangunan Kabupaten Administrasi

    Kanppeko Kantor Perencanaan Pembangunan Kota Administrasi

    KAPET Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

    Kasubdivre Kepala Sub-Divisi Regional

    KBI Kawasan Barat Indonesia

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 viii

    Kepgub Keputusan Gubernur

    Kesmas Kesejahteraan Masyarakat

    Kesos Kesejahteraan Sosial

    KIA-KB Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana

    KJP Kartu Jakarta Pintar

    KJS Kartu Jakarta Sehat

    KJK Koperasi Jasa Keuangan

    KK Kepala Keluarga

    KKMB Konsultan Keuangan Mitra Bank

    Korwil Koordinator wilayah

    KPA Komisi Penanggulangan Aids

    KPAP Komisi Penanggulangan Aids Provinsi

    KPS Keluarga Pra Sejahtera

    KS1 Keluarga Sejahtera I

    KSP-KJKS Koperasi Simpan Pinjam-Koperasi Jasa Keuangan Syariah

    KTI Kawasan Timur Indonesia

    KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    KUBE Kelompok Usaha Bersama

    KUR Kredit Usaha Rakyat

    L

    Lapas Lembaga Pemasyarakatan

    LCGC Low Cost and Green Car

    LDP Lembaga Diklat Profesi

    LKM Lembaga Keuangan Mikro

    LMK Lembaga Masyarakat Kelurahan

    M

    MA Madrasah Aliyah

    MBR Masyarakat Berpenghasilan Rendah

    MDGs Millennium Development Goals

    MI Madrasah Ibtidaiyah

    MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 ix

    MoU Memorandum of Understanding

    MP3EI Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

    MP3KI Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia

    MTs Madrasah Tsanawiyah

    N

    NPL Non Performing Loan

    NTB Nusa Tenggara Barat

    NTP Nilai Tukar Petani

    NTT Nusa Tenggara Timur

    O

    Opsus Operasi Pasar Khusus

    P

    PBB Perserikatan Bangsa Bangsa

    PDB Produk Domestik Bruto

    Pemda Pemerintah Daerah

    PEMK Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan

    Pemprov Pemerintah Provinsi

    Perda Peraturan Daerah

    Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri

    Permendikbud Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Permendiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

    Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan

    Perpres Peraturan Presiden

    Perum Perusahaan Umum

    PKH Program Keluarga Harapan

    PKS Perjanjian Kerja Sama

    PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

    PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

    PNPM-KP PNPM Kelautan dan Perikanan

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 x

    PNPM-MP PNPM Mandiri Perdesaan

    PNS Pegawai Negeri Sipil

    Pokja Kelompok Kerja

    Pokmas Kelompok Masyarakat

    POLRI Polisi Republik Indonesia

    Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

    P4T Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah

    PP Peraturan Pemerintah

    PPI Pangkalan Pendaratan Ikan

    PPK Program Penanggulangan Kemiskinan

    PPKD Pusat Pengembangan Kebijakan Daerah

    PPLS Pendataan Program Perlindungan Sosial

    PPMK Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

    PPN Perencanaan Pembangunan Nasional

    PPP Public Private Partnership

    PPP Purchasing Power Parity

    PSE Pendataan Sosial Ekonomi

    PSKLH Prasarana Sarana Kota dan Lingkungan Hidup

    PT Pendidikan Tinggi

    PTA Pendidikan Tinggi Agama

    PTPN PT Perkebunan Nusantara

    PUAP PNPM Usaha Agribisnis Perdesaan

    PUGAR Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat

    PUMP Pengembangan Usaha Mina Perdesaan

    PUS Pasangan Usia Subur

    Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

    R

    RAD Rencana Aksi Daerah

    RAN Rencana Aksi Nasional

    Raskin Program Beras untuk Masyarakat Miskin

    RI Republik Indonesia

    RKM Rencana Kerja Masyarakat

    RKP Rencana Kerja Pemerintah

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 xi

    RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah

    RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

    RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

    RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

    RS Rumah Sakit

    RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

    RTM Rumah Tangga Miskin

    RTHM Rumah Tangga Hampir Miskin

    RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah

    RTS Rumah Tangga Sasaran

    RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin

    RTS-PM Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat

    Ruta Rumah Tangga

    S

    Satker Satuan Kerja

    SD Sekolah Dasar

    SDA Sumber Daya Alam

    SDKI Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

    SDM Sumber Daya Manusia

    SHAT Sertifikasi Hak Atas Tanah

    SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional

    SKB Surat Keputusan Bersama

    SKP Surat Keabsahan Peserta

    SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

    SMA Sekolah Menengah Atas

    SMK Sekolah Menengah Kejuruan

    SMP Sekolah Menengah Pertama

    SPA Surat Perintah Alokasi

    SPBU Stasiun Pengisian Bahan Bakar

    SPDKP Survey Pelayanan Dasar Kesehatan dan Pendidikan

    SPBN Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Nelayan

    SPPB Surat Perintah Pengeluaran Barang

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 xii

    SSM Subsidi Siswa Miskin

    Susenas Survey Sosial Ekonomi Nasional

    T

    Tapem Tata Pemerintahan

    TD Titik Distribusi

    TKPK Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

    TNI Tentara Nasional Indonesia

    TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

    TUK Tempat Uji Kompetensi

    U

    UKM Usaha Kecil dan Menengah

    UKPD Unit Kerja Perangkat Daerah

    UMKM Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    UMKMP Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan

    UP4B Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

    UPDB Unit Pengelola Dana Bergulir

    UPPKH Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan

    UPPKS Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

    UPT Unit Pelaksana Teknis

    UU Undang Undang

    UUD Undang Undang Dasar

    W

    Waka Wakil Kepala

    Wardes Warung Desa

    WBS Warga Binaan Sosial

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 1

    1.1 Latar Belakang

    Penyusunan

    RAD

    Penanggulangan

    Kemiskinan

    2015-2017

    Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan utama

    yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia dalam proses

    pembangunan secara nasional. Indonesia, sebagaimana

    seluruh wilayah lainnya di dunia, memiliki permasalahan

    kemiskinan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing

    yang bersifat multi-dimensi, multi-sektor dan multi-periode,

    sehingga membutuhkan upaya penanganan secara serius

    dan berkelanjutan. Dalam rangka memantapkan upaya

    penanggulangan kemiskinan tersebut, Pemerintah

    melakukan intergrasi Masterplan Percepatan dan Perluasan

    Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan rancangan

    Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan

    Kemiskinan Indonesia (MP3KI) ke dalam Rencana Kerja

    Pemerintah (RKP) Tahun 2013, yang bertujuan untuk

    memperkuat perkonomian domestik bagi peningkatan dan

    perluasan kesejahteraan rakyat.

    Adanya kecenderungan perlambatan penurunan tingkat

    kemiskinan nasional secara makro, dikhawatirkan akan

    berpengaruh negatif terhadap pencapaian target

    penanggulangan kemiskinan pada akhir 2014, dan apabila

    penanganannya masih bersifat business as usual. Untuk itu, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional

    (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    (Bappenas) selanjutnya menyiapkan Rencana Aksi Nasional

    Program Penanggulangan Kemiskinan (RAN-PPK) 2012-

    2014. RAN-PPK ini dimaksudkan untuk mempertajam

    strategi, kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan

    sehingga mampu mengantisipasi berbagai perubahan

    eksternal yang memiliki dampak signifikan dalam upaya

    pencapaian target penurunan kemiskinan sesuai RPJMN

    2010-2014.

    Dalam konteks regional, kecenderungan pelambatan

    penurunan tingkat kemiskinan juga terjadi di Provinsi DKI

    Jakarta yang juga merupakan Ibukota Negara, di mana

    dikhawatirkan akan mempengaruhi target capaian

    penanggulangan kemiskinan, sebagaimana yang tercantum

    dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    (RPJMD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 dan

    Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian MDGs

    Provinsi DKI Jakarta sebagaimana Peraturan Gubernur

    Nomor 114 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah (RAD)

    Percepatan Pencapaian MDGs. Untuk itu diperlukan sebuah

    kajian jangka menengah (mid-term review) dari seluruh kebijakan-kebijakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang

    BAB I PENDAHULUAN

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 2

    terkait dengan upaya penurunan angka kemiskinan dalam

    bentuk rencana aksi daerah (RAD) penanggulangan

    kemiskinan Provinsi DKI Jakarta. Sehingga diharapkan dapat

    menjadi tinjauan secara menyeluruh yang mencakup

    proyeksi penurunan angka kemiskinan secara realistis serta

    penyempurnaan program penanggulangan kemiskinan yang

    ada, baik melalui perhitungan kembali alokasi anggaran,

    penajaman sasaran dan target program afirmatif

    (keberpihakan) serta perbaikan dalam pengelolaan program

    secara keseluruhan agar upaya penanggulangan kemiskinan

    berjalan efektif, efisien dan terarah dalam 5 (lima) tahun ke

    depan

    1.2 Maksud dan

    Tujuan

    Penyusunan

    RAD

    Penanggulangan

    Kemiskinan

    2015-2017

    Maksud penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan

    2015-2017 adalah tersedianya dokumen rencana

    tindakan/aksi dalam upaya penanggulangan kemiskinan

    oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

    Sedangkan tujuan penyusunan RAD Penanggulangan

    Kemiskinan 2015-2017 adalah untuk :

    1. Mempertajam arah kebijakan, strategi dan program

    penanggulangan kemiskinan sehingga mampu

    mengantisipasi adanya dinamika perubahan eksternal

    yang memiliki dampak signifikan terhadap pencapaian

    target penurunan kemiskinan sesuai dokumen RPJMD

    2013-2017 dan RAD Pencapaian MDGs;

    2. Menciptakan pedoman dan acuan bagi SKPD Provinsi DKI

    Jakarta dan semua pemangku kepentingan dalam

    pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

    1.3 Dasar Hukum

    Penyusunan

    RAD

    Penanggulangan

    Kemiskinan

    2015-2017

    Dasar hukum yang melandasi penyusunan RAD

    Penanggulangan Kemiskinan 2015-2017 adalah:

    1. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang

    Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

    2. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang

    Pembangunan yang Berkeadilan;

    3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010

    tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

    (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota;

    4. Peraturan Gubernur Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tim

    Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; dan

    5. Instruksi Gubernur Nomor 106 Tahun 2012 tentang

    Penggunaan Data Rumah Tangga Hasil Pendataan

    Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 3

    1.4 Sistematika RAD

    Penanggulangan

    Kemiskinan

    2015-2017

    Dokumen RAD Penanggulangan Kemiskinan terdiri atas 6

    (enam) bab sebagai berikut:

    1. Pendahuluan

    Bab ini membahas mengenai latar belakang penyusunan

    RAD Penanggulangan Kemiskinan, maksud dan tujuan

    penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan, dasar

    hukum dan sistematika penulisan RAD Penanggulangan

    Kemiskinan.

    2. Perkembangan Kemiskinan dan Program Penanggulangan

    Kemiskinan

    Bab ini membahas mengenai perkembangan kemiskinan

    (2002-2012), baik secara nasional maupun regional, serta

    perkembangan pelaksanaan dari program-program

    afirmatif (keberpihakan) dalam kerangka 4 (klaster)

    penanggulangan kemiskinan.

    3. Target dan Prioritas Wilayah Sasaran Penanggulangan

    Kemiskinan

    Bab ini membahas mengenai faktor-faktor yang

    mempengaruhi kemiskinan, target indikator capaian

    penanggulangan kemiskinan, serta prioritas wilayah

    sasaran penanggulangan kemiskinan berbasis data PPLS.

    4. Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

    Bab ini membahas mengenai strategi dan kebijakan baru

    yang akan diterapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi

    DKI Jakarta terkait penanggulangan kemiskinan,

    sebagaimana juga tercantum dalam RPJMD 2013-2017,

    sebagai respon terhadap dinamika eksternal yang ada.

    5. Rencana Aksi

    Bab ini membahas mengenai rencana tindak/aksi berupa

    kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan terkait

    penanggulangan kemiskinan berdasarkan 4 (empat)

    klaster yang ada (termasuk matriks target dan indikasi

    anggaran).

    6. Penutup

    Bab ini membahas mengenai kaidah pelaksanaan

    dokumen RAD Penanggulangan Kemiskinan ini, baik

    dalam kerangka perencanaan maupun penganggaran,

    sehingga diharapkan implementasinya dapat berjalan

    dengan baik.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 4

    2.1 Perkembangan

    Kemiskinan

    di Indonesia

    Secara nasional, perkembangan jumlah dan persentase

    penduduk miskin secara makro selama satu dekade terakhir

    sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 terus

    menunjukkan tren penurunan yang signifikan. Hal ini sejalan

    dengan salah satu target pencapaian MDGs dalam rangka

    menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, yaitu

    menurunkan hingga setengahnya porsi penduduk dengan

    tingkat pendapatan kurang dari USD PPP 1 per hari dalam

    kurun waktu 1990-2015. Ini menunjukkan bahwa telah

    terjadi peningkatan kesejahteraan, yang ditunjukkan melalui

    penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia, walaupun

    pada tahun 2006 telah terjadi peningkatan jumlah penduduk

    miskin di Indonesia hingga mencapai 39,3 juta jiwa (lihat

    gambar 1).

    Gambar 1.

    Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Nasional, 20022012

    Sumber:BPS, diolah dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) beberapa tahun.

    BAB II PERKEMBANGAN KEMISKINAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 5

    Secara nasional, jumlah penduduk yang masih hidup di

    bawah garis kemiskinan pada bulan Maret 2012 tercatat

    sebesar 29,1 juta jiwa (11,96 persen). Jika dilakukan

    komparasi dengan jumlah penduduk miskin pada bulan yang

    sama di tahun 2011 yaitu sebesar 30,0 juta jiwa (12,49

    persen), maka telah terjadi penurunan jumlah penduduk

    miskin sebesar 0,89 juta jiwa atau setara dengan penurunan

    angka kemiskinan sekitar 0,53 persen.

    Capaian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan

    pada paruh dekade terakhir telah berhasil diturunkan

    dengan laju penurunan berkisar antara 0,53 sampai 1,27

    persen per tahunnya dan mampu mengentaskan hampir 5

    juta penduduk miskin dari garis kemiskinan pada periode

    tersebut, jika dibandingkan dengan paruh paruh dekade

    sebelumnya yang memiliki laju penurunan tingkat

    kemiskinan antara 0,78 sampai 1,17 persen per tahunnya

    (lihat tabel 1).

    Tabel 1.

    Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Periode 20022012

    Tahun Jumlah Penduduk

    Miskin (juta)

    Persentase terhadap

    total penduduk

    (Poverty Incidence)

    Persentase Perubahan

    Tingkat Kemiskinan

    2002 38,4 18,20

    2003 37,3 17,42 2002-2003 -0,78

    2004 36,1 16,66 2003-2004 -0,76

    2005 35,1 15,97 2004-2005 -0,69

    2006 39,3 17,75 2005-2006 1,78

    2007 37,2 16,58 2006-2007 -1,17

    2008 35,0 15,42 2007-2008 -1,16

    2009 32,5 14,15 2008-2009 -1,27

    2010 31,0 13,33 2009-2010 -0,82

    2011 30,0 12,49 2010-2011 -0,84

    2012 29,1 11,96 2011-2012 -0,53 Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.

    Selanjutnya, jika dilihat dari skenario target tingkat

    kemiskinan secara nasional dapat kita lihat bahwa telah

    terjadi perlambatan penurunan tingkat kemiskinan. Hal ini

    dapat kita amati dengan membandingkan perkembangan

    tingkat kemiskinan secara dan target capaian sesuai RPJMN

    2010-2014, di mana capaian pada bulan Maret 2012 sebesar

    11,96 persen bahkan berada di atas target skenario moderat

    yang telah ditentukan sebesar 11,50 persen (lihat gambar 2).

    Maka dapat digambarkan bahwa secara makro capaian

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 6

    tingkat kemiskinan secara nasional tersebut sudah off-track dari targetnya.

    Gambar 2.

    Skenario Penurunan Tingkat Kemiskinan Nasional

    Sumber:TNP2K

    Dari capaian pada tahun 2012 tersebut, secara makro,

    porporsi penduduk miskin terbanyak berada pada rural area atau perdesaan sebesar 15,12 persen atau sebanyak 18,48

    juta jiwa. Sedangkan persentase penduduk miskin pada

    urban area hanya 8,78 persen atau sebanyak 10,65 juta jiwa (lihat tabel 2). Sehingga, selama periode Maret 2011-Maret

    2012 penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan

    masing-masing mengalami penurunan sebanyak 399,5 ribu

    jiwa (0,45 persen) dan 487 ribu jiwa (0,60 persen). Hal ini

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

    1. Peningkatan upah harian (nominal) buruh tani dan buruh

    bangunan;

    2. Peningkatan jumlah penerima raskin;

    3. Peningkatan penerima pelayanan kesehatan gratis;

    4. Rendahnya inflasi periode Maret 2011-Maret 2012

    sebesar 3,97 persen;

    5. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan dengan

    kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP);

    6. Pertumbuhan ekonomi Indonesia.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 7

    Tabel 2.

    Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah

    Maret 2011-Maret 2012

    Daerah/Tahun Jumlah Penduduk

    Miskin (Juta)

    Persentase

    Penduduk Miskin

    (1) (2) (3)

    Perkotaan

    Maret 2011 11,05 9,23

    Maret 2012 10,65 8,78

    Perdesaan

    Maret 2011 18,97 15,72

    Maret 2012 18,48 15,12

    Kota+Desa

    Maret 2011 30,02 12,49

    Maret 2012 29,13 11,96

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2011 dan Maret 2012.

    Jika melihat Indeks P1 dan Indeks P2 pada periode Maret

    2011-Maret 2012, dapat kita lihat terjadi penurunan Indeks

    P1 sebesar 0,2 dan Indeks P2 sebesar 0,08. Penurunan nilai

    kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata

    pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin

    mendekati Garis Kemiskinan (GK) dan ketimpangan

    pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin

    menyempit atau berkurang (lihat tabel 3).

    Tabel 3.

    Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

    Tahun 2011-2012

    Tahun Kota Desa Kota+Desa

    (1) (2) (3) (4)

    Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

    Maret 2011 1,52 2,63 2,08

    Maret 2012 1,40 2,36 1,88

    Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

    Maret 2011 0,39 0,70 0,55

    Maret 2012 0,36 0,59 0,47

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2011 dan Maret 2012

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 8

    Dalam perkembangannya, Indeks P1 dan Indeks P2 selama

    satu dekade terakhir menunjukkan tren penurunan yang

    cukup signifikan. Indeks P1 tercatat turun sebesar 1,13 poin,

    di mana pada saat yang bersamaan Indeks P2 pun

    mengalami penurunan hingga sebesar 0,32 poin. Dengan

    demikian terdapat kecenderungan perbaikan pendapatan

    penduduk miskin dan ketimpangan di antara penduduk

    miskin semakin berkurang. Dengan demikian dapat

    dikatakan bahwa keadaan penduduk miskin semakin

    membaik dalam satu dekade terakhir.(lihat gambar 3).

    Dapat kita lihat pula penurunan Indeks P1 dalam paruh

    dekade terakhir cukup pesat, dari 2,99 pada tahun 2007

    menjadi 1,88 pada tahun 2012. Sedangkan penurunan

    Indeks P2 cenderung melandai dengan penurunan berkisar

    0,03 sampai 0,08.

    Gambar 3.

    Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

    Kemiskinan (P2), 2002-2012

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 9

    Di sisi lain, perkembangan kemiskinan di Indonesia dapat

    juga dilihat secara regional berdasarkan kawasan atau

    wilayah kepulauan besar. Pada tahun 2012, Kawasan Timur

    Indonesia (KTI) memiliki persentase penduduk miskin yang

    lebih besar daripada Kawasan Barat Indonesia (KBI) (lihat

    tabel 4).

    Dari data yang ada, gabungan wilayah Maluku dan Papua

    memiliki persentase penduduk miskin hingga mencapai

    24,77 persen. Sedangkan wilayah dengan persentase

    penduduk miskin terendah adalah Kalimantan, dengan

    capaian 6,69 persen. Wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa

    Tenggara serta Sulawesi mencatatkan capaian persentase

    penduduk miskin pada masing-masing wilayah di atas 10

    persen.

    Tabel 4.

    Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Wilayah, Maret 2012

    Pulau Jumlah Penduduk Miskin (000)

    Persentase Penduduk

    Miskin (%)

    Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    Sumatera 2075,54 4225,33 6300,87 10,15 13,30 12,07

    Jawa 7209,94 8897,26 16107,20 8,84 15,46 11,57

    Bali dan Nusa

    Tenggara 640,23 1393,71 2033,94 12,13 17,03 15,11

    Kalimantan 266,15 688,42 954,57 4,41 8,37 6,69

    Sulawesi 341,04 1756,20 2097,24 5,70 14,86 11,78

    Maluku dan Papua 114,33 1524,27 1638,60 5,88 32,64 24,77

    Indonesia 10.647,23 18.485,19 29.132,42 8,78 15,12 11,96

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012

    Pada tahun 2012 tercatat pula bahwa provinsi Papua

    memiliki persentase penduduk miskin sebesar 31,11 persen

    dan provinsi Papua Barat sebesar 28,2 persen (lihat gambar

    4). Capaian tersebut merupakan capaian terendah dari 33

    provinsi yang ada di Indonesia. Sedangkan pada provinsi DKI

    Jakarta tercatat memiliki persentase penduduk miskin

    sebesar 3,69 persen, yang diikuti oleh provinsi Bali dengan

    persentase penduduk miskin sebesar 4,18 persen. Capaian

    kedua provinsi tersebut merupakan capaian terbaik secara

    nasional dan lebih baik daripada rata-rata persentase

    penduduk miskin nasional yang hanya sebesar 11,96 persen

    sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 10

    Gambar 4.

    Persentase Penduduk Miskin Per Provinsi Tahun 2012

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012

    Namun demikian, secara kuantitas, konsentrasi penduduk

    miskin pada tahun 2012 masih berada di wilayah pulau

    Jawa, terutama di provinsi Jawa Timur (5,1 juta jiwa), Jawa

    Tengah (4,9 juta jiwa) dan Jawa Barat (4,5 juta jiwa).

    Provinsi lainnya yang memiliki konsentrasi penduduk

    miskin di atas 1 juta jiwa antara lain Sumatera Utara (1,4

    juta jiwa), Lampung (1,2 juta jiwa), Sumatera Selatan (1,1

    juta jiwa) dan Nusa Tenggara Timur (1,0 juta jiwa). Dengan

    demikian provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbesar

    adalah Jawa Timur sebanyak 5,07 juta jiwa, diikuti oleh Jawa

    Tengah sebanyak 4,97 juta jiwasedangkan provinsi dengan

    jumlah penduduk miskin terendah adalah Kepulauan Bangka

    Belitung sebanyak 71,36 ribu jiwa, diikuti oleh Maluku Utara

    sebanyak 91,79 ribu jiwa (lihat tabel 5 dan gambar 5).

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 11

    Tabel 5.

    Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin

    Per Provinsi, Tahun 2012

    No Provinsi Jumlah Penduduk Miskin

    (ribu jiwa)

    Persentase Penduduk

    Miskin (%)

    1 DKI Jakarta 363,20 3,69

    2 Bali 168,78 4,18

    3 Kalimantan Selatan 189,88 5,06

    4 Kepulauan Bangka Belitung 71,36 5,53

    5 Banten 652,80 5,85

    6 Kalimantan Tengah 148,05 6,51

    7 Kalimantan Timur 253,34 6,68

    8 Kepulauan Riau 131,22 7,11

    9 Kalimantan Barat 363,31 8,17

    10 Sulawesi Utara 189,12 8,18

    11 Sumatera Barat 404,74 8,19

    12 Riau 483,07 8,22

    13 Jambi 271,67 8,42

    14 Maluku Utara 91,79 8,74

    15 Jawa Barat 4.477,53 10,09

    16 Sulawesi Selatan 825,79 10,11

    17 Sumatera Utara 1.407,25 10,67

    18 Sulawesi Barat 160,46 13,24

    19 Jawa Timur 5.070,98 13,40

    20 Sulawesi Tenggara 316,33 13,71

    21 Sumatera Selatan 1.057,03 13,78

    22 Jawa Tengah 4.977,36 15,34

    23 Sulawesi Tengah 418,64 15,40

    24 DI Yogyakarta 565,32 16,05

    25 Lampung 1.253,83 16,18

    26 Gorontalo 186,91 17,33

    27 Bengkulu 311,66 17,70

    28 Nusa Tenggara Barat 852,64 18,63

    29 Aceh 909,04 19,46

    30 Nusa Tenggara Timur 1.012,52 20,88

    31 Maluku 350,23 21,78

    32 Papua Barat 229,99 28,20

    33 Papua 966,59 31,11

    Indonesia 29.132,42 11,96

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 12

    Gambar 5.

    Perbandingan Penduduk Miskin per Provinsi, Maret 2012

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012

    2.2 Perkembangan

    Kemiskinan

    di Provinsi DKI

    Jakarta

    Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di

    DKI Jakarta secara makro pada kurun waktu yang sama

    tahun 2002-2012, menunjukkan fluktuasi dari tahun ke

    tahunnya. Pada tahun 2002, tercatat 286,88 ribu jiwa

    penduduk provinsi DKI Jakarta (sekitar 3,42 persen) berada

    di bawah Garis Kemiskinan. Dalam kurun waktu satu dekade,

    jumlah penduduk miskin di provinsi DKI Jakarta tercatat

    oleh BPS menjadi 363,20 ribu jiwa (atau sekitar 3,69

    persen). Sehingga dapat kita lihat bahwa ternyata jumlah

    penduduk miskin di Jakarta telah mengalami peningkatan

    sebanyak 76,32 ribu jiwa atau meningkat 0,27 persen (lihat

    gambar 6).

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 13

    Gambar 6.

    Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta, 20022012

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.

    Melihat kenyataan tersebut, BPS Provinsi DKI Jakarta

    menyatakan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin

    di Jakarta telah memasuki tahap Hardcore Poverty, yang sulit untuk diturunkan lagi atau menurun secara signifikan.

    Namun demikian, dalam paruh dekade terakhir terdapat

    penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di

    provinsi DKI Jakarta. BPS mencatat persentase penduduk

    miskin di DKI Jakarta berkurang 0,92 persen pada paruh

    dekade terakhir.

    Sebagai Ibukota Negara, capaian jumlah dan persentase

    penduduk miskin di provinsi DKI Jakarta ini memiliki

    pengaruh terhadap capaian secara nasional. Paruh dekade

    terakhir menunjukkan kesamaan tren pelambatan, baik di

    provinsi DKI Jakarta maupun secara nasional.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 14

    Tabel 6.

    Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta Periode 20022012

    Tahun Jumlah Penduduk

    Miskin (ratus ribu)

    Persentase terhadap

    total penduduk

    (Poverty Incidence)

    Persentase Perubahan

    Tingkat Kemiskinan

    2002 2,87 3,42

    2003 2,94 3,42 2002-2003 0,00

    2004 2,77 3,18 2003-2004 -0,24

    2005 3,16 3,61 2004-2005 0,43

    2006 4,07 4,57 2005-2006 0,96

    2007 4,06 4,61 2006-2007 0,04

    2008 3,80 4,29 2007-2008 -0,32

    2009 3,23 3,62 2008-2009 -0,67

    2010 3,12 3,48 2009-2010 -0,14

    2011 3,63 3,75 2010-2011 0,27

    2012 3,63 3,69 2011-2012 -0,06

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun

    Secara umum, jumlah penduduk miskin di Provinsi DKI

    Jakarta yang masih hidup di bawah garis kemiskinan per

    bulan Maret 2012 adalah sebesar 363, 20 ribu jiwa (3,69

    persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin

    pada bulan Maret 2011 yaitu sebesar 363,42 ribu jiwa (3,75

    persen), maka telah terjadi penurunan jumlah penduduk

    miskin sebesar 0,22 ribu jiwa atau telah terjadi penurunan

    angka kemiskinan sebesar 0,06 persen. Posisi Provinsi DKI

    Jakarta yang telah mencapai hardcore poverty, menjadikan deviasi naik-turunnya angka kemiskinan sangat tipis.

    Kisaran capaian penurunan per tahun hanya sebesar 0,06

    sampai dengan 0,64 persen selama satu dekade terakhir

    (lihat tabel 6).

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 15

    Tabel 7.

    Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan DKI Jakarta

    Tahun 2011-2012

    Bulan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

    (1) (2) (3) Maret 2011 0,6 0,15

    Maret 2012 0,5 0,13

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2011 dan Maret 2012

    Jika melihat Indeks P1 dan Indeks P2 di provinsi DKI Jakarta

    pada periode Maret 2011-Maret 2012, dapat kita lihat terjadi

    penurunan Indeks P1 sebesar 0,1 dan Indeks P2 sebesar

    0,02. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan

    bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung

    semakin meningkat dan mendekati garis kemiskinan dan

    ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga

    semakin menyempit atau berkurang (lihat tabel 7).

    Dalam perkembangannya, Indeks P1 dan Indeks P2 provinsi

    DKI Jakarta selama satu dekade terakhir menunjukkan tren

    peningkatan. Indeks P1 tercatat naik sebesar 0,11 poin, di

    mana pada saat yang bersamaan Indeks P2 pun mengalami

    peningkatan hingga sebesar 0,06 poin. Dengan demikian

    terdapat kecenderungan penurunan pendapatan penduduk

    miskin dan ketimpangan di antara penduduk miskin

    semakin melebar. Maka dapat dikatakan bahwa keadaan

    penduduk miskin sedikit memburuk dalam satu dekade

    terakhir (lihat gambar 7).

    Meskipun berfluktuasi, dalam paruh dekade terakhir Indeks

    P1 mengalami penurunan dari 0,59 pada tahun 2007

    menjadi 0,5 pada tahun 2012. Namun, pada Indeks P2 terjadi

    peningkatan dari 0,12 pada tahun 2007 menjadi 0,13 pada

    tahun 2012.

    Untuk data per wilayah dalam provinsi DKI Jakarta, kita

    harus menggunakan data tahun 2011. Hal ini dikarenakan

    data pada tingkat kabupate/kota dihitung pada tahun

    berikutnya. Sampai dengan saat ini, data tahun 2012 sampai

    dengan tingkat kabupaten/kota belum dapat diperoleh dari

    BPS RI

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 16

    Gambar 7.

    Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

    Kemiskinan (P2) DKI Jakarta, 2002-2012

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.

    Tabel 8.

    Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin

    Per Kabupaten/Kota, Tahun 2011

    No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Miskin

    (ribu jiwa)

    Persentase Penduduk

    Miskin (%)

    1 Kepulauan Seribu 2,47 11,53

    2 Jakarta Selatan 71,84 3,43

    3 Jakarta Timur 83,82 3,06

    4 Jakarta Pusat 32,63 3,56

    5 Jakart Barat 79,71 3,44

    6 Jakarta Utara 84,73 5,07

    Jakarta 355,20 3,64

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas September 2011

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 17

    Secara kawasan atau wilayah, sebaran tingkat kemiskinan

    pada wilayah kabupaten/kota administrasi di tahun 2011

    memiliki disparitas yang cukup tinggi. Kabupaten Kepulauan

    Seribu memiliki persentase penduduk miskin tertinggi

    sebesar 11,53 persen, sedangkan Kota Administrasi Jakarta

    Timur memiliki persentase penduduk miskin paling rendah

    sebesar 3,06 persen (lihat gambar 8).

    Namun demikian, konsentrasi penduduk miskin pada

    wilayah kabupaten/kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta

    banyak ditemukan di wilayah Kota Administrasi Jakarta

    Utara sebanyak 84,73 ribu jiwa, diikuti oleh Kota

    Administrasi Jakarta Timur sebanyak 83,82 ribu jiwa.

    Sedangkan Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki jumlah

    penduduk miskin paling sedikit, yaitu sebanyak 2,47 ribu

    jiwa. (lihat tabel 8 dan gambar 8)

    Gambar 8.

    Persentase Penduduk Miskin Per Kabupaten/Kota Tahun 2011

    Sumber:BPS, diolah dari Susenas September 2011

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 18

    2.3 Sasaran Penanggulangan Kemiskinan

    Konsep Pendataan

    Kemiskinan

    Sebelum mendalami masing-masing kelompok program

    penanggulangan kemiskinan atau klaster, perlu diketahui

    bahwa sasaran program menggunakan data kemiskinan

    mikro (berbeda dengan data makro kemiskinan yang

    sebelumnya dibahas pada sub bab 2.1 dan 2.2). Keduanya

    digunakan oleh pemerintah, baik pusat maupun dan daerah,

    namun memiliki metodologi yang berbeda.

    Secara umum dapat dijabarkan bahwa data makro

    kemiskinan merupakan data yang hanya menunjukkan

    jumlah agregat. Data ini dihasilkan dengan menggunakan

    Garis Kemiskinan atau berdasarkan rata-rata pengeluaran

    per kapita per bulan, yang diperoleh melalui Susenas yang

    diadakan setiap tahunnya oleh BPS. Data ini digunakan

    sebagai dasar bagi perencanaan, monitoring dan evaluasi

    pembangunan secara makro. Data makro kemiskinan ini

    memiliki keunggulan karena dapat digunakan untuk melihat

    perkembangan jumlah penduduk dengan berbagai

    karakteristiknya dari waktu ke waktu berikutnya (time series). Namun demikian data tersebut tidak dapat menunjukkan identitas individu dan keberadaan/alamat

    mereka, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk

    melaksanakan program-program pembangunan yang

    bersifat langsung ditujukan kepada masyarakat miskin

    (targeting), terutama untuk program-program yang ditujukan untuk memenuhi akses terhadap pelayanan dasar

    (kemiskinan non pendapatan). Untuk tujuan tersebut dan

    dalam rangka peningkatan efektivitas penanggulangan

    kemiskinan, pemerintah melalui BPS melengkapi data

    kemiskinan dengan data mikro kemiskinan.

    Data mikro kemiskinan adalah data kemiskinan yang

    menunjukkan identitas individu/rumah tangga (ruta) dan

    keberadaan/alamat. Data mikro kemiskinan diperoleh

    melalui survey PSE-05 dan diperbaharui melalui PPLS 2008

    dan PPLS 2011. Pada awalnya, RTS dikelompokkan menjadi

    ruta sangat miskin (RTSM), ruta miskin (RTM) dan ruta

    hampir miskin/near poor (RTHM). RTHM dapat diklasifikasikan sebagai penduduk yang berada sedikit di

    atas garis kemiskinan, namun sangat rentan terhadap

    guncangan ekonomi. Dasar pengelompokan tersebut adalah

    nilai skor RTS (IRM), yang dihitung dari bobot variabel dan

    nilai skor variabel terpilih. (lihat tabel 9). Data mikro

    kemiskinan ini digunakan sebagai data target program

    terkait penanggulangan kemiskinan.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 19

    Tabel 9.

    Jumlah Rumah Tangga Secara Nasional

    Berdasarkan Kriteria Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin

    Kategori

    PSE-05 PPLS-2008

    Rumah

    Tangga %

    Rumah

    Tangga %

    Anggota Rumah

    Tangga (jiwa)

    RT Sangat Miskin (RTSM) 3.894.314 20,4 2.988.865 17,1 15.944.536

    RT Miskin (RTM) 8.236.990 43,1 6.828.824 39,1 25.190.010

    RT Hampir Miskin (RTHM) 6.969.601 36,5 7.665.288 43,8 19.261.505

    TOTAL 19.100.905 100,0 17.482.977 100,0 60.396.051 Sumber:BPS, PSE 2005 dan PPLS 2008

    Berdasarkan data PSE-05 dan PPLS 2008, dapat kita lihat

    bahwa terjadi penurunan jumlah ruta yang masuk kategori

    RTSM dan RTM dari 12,13 juta pada tahun 2005 menjadi

    9,81 juta pada tahun 2008. Namun demikian, jumlah ruta

    yang masuk kategori RTHM justru mengalami peningkatan

    dari 6,97 juta pada tahun 2005 menjadi 7,66 juta pada tahun

    2008. Hal ini mengindikasikan peningkatan kesejahteraan

    masyarakat miskin , tetapi di sisi lain juga menunjukkan

    kerentanan masyarakat terhadap gejolak ekonomi dan sosial

    masih cukup tinggi, di mana penduduk yang berada pada

    kategori hampir miskin tersebut masih sangat rentan untuk

    terjatuh ke dalam kemiskinan bila terjadi krisis ekonomi

    berkepanjangan yang mempengaruhi daya beli, terutama

    kebutuhan pokok.

    Tabel 10.

    Jumlah Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta

    Berdasarkan Kriteria Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin

    Kategori

    PSE-05 PPLS-2008

    Rumah Tangga % Rumah Tangga %

    RT Sangat Miskin (RTSM) 23.651 14,7 28.909 16,0

    RT Miskin (RTM) 70.316 43,8 51.063 28,3

    RT Hampir Miskin (RTHM) 66.513 41,4 100.688 55,7

    TOTAL 160.480 100,0 180.660 100,0 Sumber:BPS, PSE 2005 dan PPLS 2008

    Hal serupa juga terjadi di Provinsi DKI Jakarta, di mana

    terjadi penurunan jumlah ruta yang masuk ke dalam

    kategori RTSM dan RTM dari 93,97 ribu pada tahun 2005

    menjadi 79,97 ribu pada tahun 2008. Namun, terjadi

    peningkatan jumlah ruta dengan kategori RTHM dari 66,51

    ribu pada tahun 2007 menjadi 100,68 ribu pada tahun 2008

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 20

    (lihat tabel 10). Hal lain yang perlu dicermati pula adalah

    terjadinya peningkatan jumlah ruta dengan kategori RTSM

    dari 23,65 ribu pada tahun 2005 menjadi 28,90 ribu pada

    tahun 2008.

    Basis Data Terpadu Efektifitas penanggulangan kemiskinan oleh Pemerintah

    Indonesia sangat ditentukan oleh kualitas sistem penetapan

    target sasaran yang digunakan. Sistem tersebut dapat

    dikatakan efektif bila mampu dengan tepat mengidentifikasi

    kelompok ruta/keluarga miskin dan menjadikan kelompok

    miskin sebagai peserta program atau penerima bantuan,

    sekaligus di saat yang bersamaan mampu mengidentifikasi

    kelompok ruta/keluarga tidak miskin dan menjadikan

    kelompok tidak miskin tersebut sebagai bukan penerima

    bantuan.

    Jika kelompok miskin tidak menjadi penerima bantuan, maka

    sistem penetapan sasaran tersebut membuat kesalahan yang

    disebut dengan exclusion error. Sementara itu, apabila kelompok tidak miskin menjadi penerima bantuan maka

    sistem penetapan sasaran tersebut membuat kesalahan

    yang disebut inclusion error (lihat gambar 9)

    Gambar 9.

    Kesalahan penetapan sasaran program (exclusion dan inclusion error)

    Sumber:TNP2K

    Berbagai studi dan pengalaman selama ini memperlihatkan

    bahwa program penanggulangan kemiskinan umumnya

    memiliki ke dua jenis kesalahan tersebut dan menggunakan

    sistem penetapan sasaran serta basis data yang berbeda

    (World Bank, 2012). Selain itu, data ruta miskin hasil PSE

    2005 dan PPLS 2008 yang digunakan dalam penentuan

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 21

    sasaran beberapa program juga sudah seharusnya

    diperbaharui karena kondisi sosial ekonomi masyarakat

    selama beberapa tahun mungkin berubah dan terdapat

    penilaian bahwa sumber data tersebut kurang tepat.

    Dalam rangka mendukung penetapan sasaran program

    perlindungan sosial dan mengacu pada Perpres Nomor

    15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,

    Inpres Nomor 1/2010 tentang Percepatan Pelaksanaan

    Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, dan Inpres

    Nomor 3/2010 tentang Program Pembangunan Yang

    Berkeadilan serta mempercepat pencapaian target

    penurunan tingkat kemiskinan absolut menjadi 8%-10%

    pada tahun 2014, TNP2K bekerja sama dengan BPS dan Bank

    Dunia kemudian mengembangkan sistem penetapan sasaran

    yang baru, yang merupakan kelanjutan dari PSE 2005 dan

    PPLS 2008, melalui PPLS 2011.

    PPLS 2011 ini bertujuan untuk memperbaiki hasil ke dua

    pendataan sebelumnya (PSE 2005 dan PPLS 2008) guna

    mengurangi kesalahan dalam penargetan. PPLS 2011 ini

    diselenggarakan untuk membangun sistem basis data

    terpadu (BDT) yang mencakup 40% rerata nasional ruta

    dengan kondisi sosial ekonomi terendah di Indonesia atau

    sekitar 24 juta ruta (sekitar 96 juta individu) dan dapat

    digunakan untuk penargetan seluruh program perlindungan

    sosial. Untuk itu, sekitar 45%-50% ruta menengah ke bawah

    (+ 25 juta ruta) dicacah melalui PPLS 2011, yang dilakukan

    pada Juli-Agustus 2011. Sebagai perbandingan, PPLS 2008

    hanya mencakup kurang dari 30% ruta.

    Saat BDT dikembangkan, cakupan 40% dirasa cukup untuk

    memenuhi kebutuhan penargetan program perlindungan

    sosial dan penanggulangan kemiskinan. Jika kita melihat

    distribusi pendapatan, dapat kita lihat bahwa distribusi

    condong/miring di sebelah kiri distribusi atau berada di

    sekitar garis kemiskinan (lihat gambar 10). Banyak

    penduduk yang memiliki pendapatan per kapita per bulan

    tidak jauh dari GK (garis biru) atau sebanyak 13% populasi.

    Untuk menjangkau penduduk yang rentan terhadap

    kemiskinan, GK perlu disesuaikan. Peningkatan GK sebanyak

    1,5 kali akan meningkatkan populasi penduduk yang berada

    di bawah GK menjadi 40% populasi. Cakupan 40% inilah

    yang dianggap dapat mewakili penduduk miskin, termasuk

    mereka yang rentan untuk jatuh ke dalam kemiskinan

    karena guncangan ekonomi berkepanjangan yang akan

    mempengaruhi daya beli.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 22

    Gambar 10.

    Distribusi Pendapatan, 2010

    Sumber:World Bank

    Data ruta yang tersimpan dalam BDT dari TNP2K

    diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelompok/desil, yang

    didasarkan pada distribusi konsumsi seluruh ruta secara

    nasional. Ke empat desil tersebut adalah:

    o Desil 1, merupakan ruta yang termasuk dalam 10% ruta

    dengan tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia,

    atau yang biasanya disebut ruta miskin

    o Desil 2, merupakan ruta yang termasuk dalam 11%-

    20% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di

    Indonesia, atau yang biasa disebut dengan ruta hampir

    miskin

    o Desil 3, merupakan ruta yang termasuk dalam 21%-

    30% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di

    Indonesia, atau yang biasa disebut dengan ruta rentan

    miskin

    o Desil 4, merupakan ruta yang termasuk dalam 31%-

    40% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di

    Indonesia, atau biasa disebut dengan ruta rentan miskin

    lainnya.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 23

    Tabel 11.

    Jumlah Rumah Tangga dari Basis Data Terpadu, 2011

    No Provinsi

    Jumlah Rumah Tangga

    Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Total

    1 Nanggroe Aceh Darussalam 156,60 115,91 115,90 98,63 487,04

    2 Sumatera Utara 277,91 281,79 281,77 78,26 919,721

    3 Sumatera Barat 83,78 105,88 105,86 28,26 323,788

    4 Riau 76,78 90,42 90,41 24,68 282,282

    5 Jambi 52,21 66,86 66,85 7,36 193,276

    6 Sumatera Selatan 178,15 154,07 154,06 63,86 550,142

    7 Bengkulu 54,65 38,80 38,79 18,27 150,497

    8 Lampung 268,48 191,03 191,01 95,75 746,267

    9 Kepulauan Bangka Belitung 12,92 16,70 16,70 4,39 50,715

    10 Kepulauan Riau 15,79 28,36 28,35 5,46 77,955

    11 DKI Jakarta 92,68 89,73 89,72 13,95 286,075

    12 Jawa Barat 990,01 1.164,61 1.164,59 417,08 3736,279

    13 JawaTengah 1.115,06 997,91 997,89 513,88 3624,746

    14 DI Yogyakarta 132,24 114,45 114,45 79,20 440,343

    15 Jawa Timur 1.230,04 1.189,67 1.189,65 421,72 4031,085

    16 Banten 136,95 246,54 246,54 91,18 721,211

    17 Bali 41,23 76,68 76,68 10,48 205,066

    18 Nusa Tenggara Barat 192,98 158,82 158,82 77,76 588,377

    19 Nusa Tenggara Timur 167,10 141,30 141,28 100,46 550,136

    20 Kalimantan Barat 71,71 93,22 93,21 27,63 285,78

    21 Kalimantan Tengah 25,77 33,30 33,29 8,91 101,271

    22 Kalimantan Selatan 40,93 70,72 70,72 9,54 191,915

    23 Kalimantan Timur 55,32 56,82 56,82 11,52 180,477

    24 Sulawesi Utara 43,94 65,13 65,12 9,31 183,504

    25 Sulawesi Tengah 82,78 69,92 69,91 31,87 254,474

    26 Sulawesi Selatan 160,63 189,88 189,87 103,56 643,942

    27 Sulawesi Tenggara 59,20 58,53 58,52 23,57 199,818

    28 Gorontalo 34,10 32,84 32,84 11,41 111,193

    29 Sulawesi Barat 27,30 28,29 28,29 17,46 101,344

    30 Maluku 55,75 36,70 36,69 15,37 144,516

    31 Maluku Utara 15,08 22,98 22,98 2,38 63,427

    32 Papua Barat 44,69 24,10 24,08 0,00 92,869

    33 Papua 220,04 113,04 113,08 0,00 446,157

    Indonesia 6.212,78 6.164,99 6.164,76 2.423,17 20.965,69

    Sumber:TNP2K, BDT

    Jumlah ruta berdasarkan BDT 2011 yang diperoleh dari

    TNP2K menunjukkan bahwa secara nasional total jumlah

    ruta adalah sebanyak 20,96 juta ruta. Sedangkan jumlah ruta

    yang masuk kategori desil 1 s.d 3 memiliki jumlah yang

    berimbang, sekitar + 6 juta ruta. Sedangkan ruta yang masuk

    kategori desil 4 hanya sekitar 2,4 juta ruta (lihat tabel 11).

    Untuk wilayah DKI Jakarta, populasi ruta dengan kategori

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 24

    desil 1 adalah sebanyak 92,68 ribu ruta atau setara dengan

    478,14 ribu jiwa, sedangkan jumlah ruta dengan kategori

    desil 2 dan 3 hampir berimbang, sekitar + 89 ribu ruta atau

    total sebanyak 733,49 ribu jiwa. Jumlah ruta yang masuk

    kategori desil 4 sebanyak 13,95 ribu ruta atau 46,50 ribu

    jiwa. Sehingga secara total populasi ruta yang masuk ke

    dalam BDT di Provinsi DKI Jakarta adalah sebanyak 286,075

    ribu ruta atau sebanyak 1,25 juta jiwa (lihat tabel 12).

    Tabel 12.

    Distribusi Pendapatan, 2010

    Desil 1 92,68

    Desil 2 89,73

    Desil 3 89,72

    Desil 4 13,95

    Desil 1 478,14

    Desil 2 391,17

    Desil 3 342,32

    Desil 4 46,50

    Jumlah Rumah

    Tangga

    Jumlah

    Individu

    Sumber:TNP2K, BDT

    2.3 Perkembangan

    Program

    Penanggulangan

    Kemiskinan

    Untuk mencapai sasaran penurunan tingkat kemiskinan

    provinsi DKI Jakarta pada akhir tahun 2017 sebesar 3,40 -

    3,50 persen, sebagaimana diamanatkan sebagai target

    RPJMD 2013-2017, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah

    merumuskan program-program yang pro-poor atau memiliki sifat keberpihakan (affirmative) kepada masyarakat miskin. Senada dengan pemerintah, dalam rangka meningkatkan

    efektifitas pelaksanaan program, usaha perbaikan terus

    dilakukan sehingga program dapat tepat sasaran dan tepat

    alokasi pendanaan, sesuai dengan jumlah dan sebaran

    penduduk miskin, sebagaimana yang telah disampaikan

    sebelumnya.

    Lebih lanjut, dalam rangka mempertajam fokus pelaksanaan,

    setiap program penanggulangan kemiskinan dikelompokkan

    ke dalam 4 (empat) kelompok program atau klaster, sebagai

    berikut:

    1. Klaster 1

    Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis

    keluarga, dengan tujuan untuk melakukan pemenuhan

    hak dasar, mengurangi beban pengeluaran dan

    perbaikan kualitas hidup keluarga miskin;

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 25

    2. Klaster 2

    Kelompok program penanggulangan kemiskinan

    berbasis pemberdayaan masyarakat, dengan tujuan

    untuk mengembangkan potensi dan memperkuat

    kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat

    dalam pembangunan, meningkatkan pendapatan dan

    taraf hidup masyarakat melalui usaha dan kerja sama

    untuk mencapai keberdayaan dan kemandirian;

    3. Klaster 3

    Kelompok program penanggulangan kemiskinan

    berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil

    (UMK), dengan tujuan untuk membuka dan memberikan

    akses permodalan dan penguatan ekonomi bagi pelaku

    usaha berskala mikro dan kecil;

    4. Klaster 4

    Kelompok program pendukung penanggulangan

    kemiskinan, dengan tujuan untuk mensinergikan

    kebijakan dan program yang mendukung

    penanggulangan kemiskinan (pro rakyat).

    2.3.2 Program Bantuan dan Jaminan Sosial (Klaster 1)

    Cakupan Klaster 1 Cakupan program pada kelompok bantuan sosial dilakukan

    dengan konsentrasi penanggulangan kemiskinan berbasis

    keluarga dan individu. Program-program pada klaster ini

    meliputi:

    1. Bantuan pendidikan yaitu penyediaan biaya personal

    pendidikan bagi peserta didik dari keluarga tidak

    mampu melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP) mulai jenjang

    pendidikan dasar hingga menengah.

    2. Bantuan kesehatan antara lain penyediaan jaminan

    kesehatan masyarakat melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS)

    dan penanganan permasalahan kurang gizi dan gizi

    buruk melalui pemberian Makanan Pendamping Air

    Susu Ibu (MP-ASI).

    3. Bantuan langsung kepada keluarga/individu sasaran

    lainnya antara lain berupa pelayanan dan rehabilitasi

    bagi Warga Binaan Sosial, pelayanan pemakaman gratis,

    pelayanan dokumen kependudukan bagi penduduk

    rentan adminduk, pelayanan Keluarga Berencana (KB)

    gratis, Pemberian jaminan hidup di lokasi transmigrasi

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 26

    Biaya Personal

    Pendidikan melalui

    Kartu Jakarta Pintar

    (KJP)

    Biaya personal pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP)

    merupakan biaya yang diberikan kepada peserta didik untuk

    pemenuhan kebutuhan dasar dalam bidang pendidikan yang

    meliputi seragam sekolah, sepatu dan kaos kaki, tas, buku

    dan alat tulis, biaya transportasi ke sekolah, tambahan gizi,

    biaya bimbingan belajar dan/atau biaya ekstrakurikuler.

    Biaya personal ini diperuntukkan bagi peserta didik dari

    keluarga tidak mampu, sesuai dengan kriteria PPLS dari BPS.

    Secara umum, program ini bertujuan untuk:

    1. Mendukung terselenggaranya wajib belajar 12 (dua

    belas) tahun;

    2. Meningkatkan akses layanan pendidikan;

    3. Menjamin kepastian layanan pendidikan;

    4. Menurunkan angka putus sekolah; dan

    5. Meningkatkan kualitas hasil pendidikan

    Secara khusus program tersebut untuk membantu siswa dari

    keluarga kurang mampu (miskin) agar tidak putus sekolah.

    Hal ini dikarenakan alokasi dana BOP yang diberikan belum

    mencakup biaya untuk keperluan pribadi peserta didik

    (biaya transportasi, seragam, buku dan alat tulis, dll). Ini

    yang menjadi masalah, khususnya bagi peserta didik yang

    berasal dari keluarga kurang mampu, di mana mereka tidak

    memiliki kemampuan untuk menyediakan keperluan

    pribadinya. Berdasarkan data yang ada dari JDA tahun 2012,

    jumlah peserta didik yang putus sekolah pada semua jenjang

    pendidikan masih cukup banyak.

    Biaya Personal Pendidikan melalui KJP ini merupakan

    pengembangan dari program sebelumnya yaitu Beasiswa

    Rawan Putus Sekolah. Hanya saja sasaran programnya

    diperluas, tidak hanya pada jenjang SMA/MA/SMK saja

    melainkan pada seluruh jenjang pendidikan. Jumlah target

    sasaran program ini dihitung dengan mengacu pada jumlah

    penduduk miskin dengan usia sekolah yang masuk ke dalam

    BDT. Total jumlah penerima sebanyak 332.465 jiwa, dengan

    rincian kelompok usia 7-12 tahun sebanyak 170.386 jiwa,

    kelompok usia 13-15 tahun sebanyak 83.852 jiwa, dan

    kelompok usia 16-18 tahun sebanyak 78.227 jiwa (lihat tabel

    13).

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 27

    Tabel 13.

    Jumlah sasaran Biaya Personal Pendidikan, 2013

    Kelompok

    Usia Jenjang Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Total

    7-12 Setara SD/MI 84.830 49.913 32.176 3.467 170.386

    13-15 Setara SMP/MTs 36.996 26.029 18.607 2.220 83.852

    16-18 Setara SMA/MA/SMK 28.710 24.980 21.721 2.816 78.227

    TOTAL 150.536 100.922 72.504 8.503 332.465

    Sumber:TNP2K, BDT

    Tabel 14.

    Jumlah Siswa Putus Sekolah (jiwa)

    Jenjang Tahun

    2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012

    SD/MI 914 914 612 507 347 533

    SMP/MTs 2.172 2.103 1.086 1.592 1.076 1.070

    SMA/MA 1.229 1.253 943 618 686 342

    SMK 2.857 3.186 2.488 2.355 2.399 2.761

    Sumber:BPS DKI Jakarta, JDA 2012

    Selain itu, program ini juga untuk mengurangi jumlah siswa

    putus sekolah akibat kekurangan biaya. Jumlah siswa putus

    sekolah berdasarkan data BPS, pada tahun 2011/2012

    khususnya untuk jenjang SD/MI dan SMK meningkat

    dibanding tahun sebelumnya, dimana dapat dilihat pada

    tabel 14.

    Besarnya bantuan sebagai berikut :

    Jenjang SD/SDLB/MI sebesar Rp. 180.000,- per siswa

    per bulan

    Jenjang SMP/SMPLB/MTs sebesar Rp. 210.000,- per

    siswa per bulan

    Jenjang SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA sebesar Rp.

    240.000,- per siswa per bulan

    Bantuan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

    personal siswa kurang mampu seperti transportasi, buku,

    alat tulis dan tas sekolah, baju dan sepatu sekolah, serta

    tambahan makan dan minum. Detil kebutuhan dapat dilihat

    pada tabel 15 di bawah ini.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 28

    Tabel 15.

    Perhitungan Kebutuhan dan Unit Cost Siswa Penerima Bantuan

    Sumber: Dinas Pendidikan

    No Unit Kebutuhan

    Unit Cost/Tahun/Satuan Pendidikan

    SD/SDLB/MI SMP/SMPLB/MTs

    SMA/SMALB/ SMK/SMKLB/MA

    1 Transport ke dan dari Sekolah

    Rp. 900.000,- Rp. 1. 200.000,- Rp. 1.320.000,-

    2 Buku, Alat Tulis, dan Tas Sekolah

    Rp. 400.000,- Rp. 450.000,- Rp. 450.000,-

    3 Baju dan Sepatu Sekolah Rp. 560.000,- Rp. 560.000 Rp. 710.000,-

    4 Tambahan Makan dan Minum

    Rp. 300.000,- Rp. 335.000,- Rp. 400.000,-

    Jumlah Total Per Tahun Rp. 2.160.000,- Rp. 2.520.000,- Rp. 2.880.000,-

    Mekanisme Pemberian Kartu Jakarta Pintar (KJP)

    Mekanisme pemberian KJP dapat dijelaskan sebagai berikut

    a. Calon penerima Kartu Jakarta Pintar berasal dari

    Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang

    dikeluarkan oleh Tim Nasional Percepatan

    Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) ditambahkan

    dengan usulan peserta diluar PPLS yang dihimpun oleh

    satuan pendidikan, Seksi Pendidikan Kecamatan, dan

    Kanwil Agama.

    b. Calon Penerima kemudian diverifikasi oleh Satuan

    Pendidikan dan direkapitulasi oleh Dinas Pendidikan

    dan diusulkan kepada TAPD.

    c. TAPD menetapkan penerima KJP melalui Surat

    Keputusan yang menjadi dasar untuk pembuatan

    rekening dan pencetakan Kartu Jakarta Pintar oleh Bank

    DKI.

    d. Kartu Jakarta Pintar diserahkan kepada penerima yang

    termuat dalam SK Penerima KJP dan dana KJP dapat

    dimanfaatkan.

    Secara lengkap dapat dilihat melalui diagram alur pada

    Gambar 11 dibawah ini.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 29

    Gambar 11.

    Mekanisme Pemberian Kartu Jakarta Pintar

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 30

    Penyediaan Dana

    Premi Warga Miskin

    Peserta Jaminan

    Kesehatan Nasional

    (JKN) dari APBD

    Pelaksanaan Program Kartu Jakarta Sehat

    Sebelum diberlakukannya program Jaminan Kesehatan

    Nasional (JKN) oleh Pemerintah Pusat yang merupakan

    bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Provinsi

    DKI Jakarta melaksanakan program Jaminan Pemeliharaan

    Kesehatan Daerah melalui Kartu Jakarta Sehat.

    Dengan adanya Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) ini,

    diharapkan akan meningkatkan akses penduduk miskin ke

    fasilitas kesehatan. Guna mendukung Program KJS, Dinas

    Kesehatan Provinsi DKI Jakarta telah bekerjasama dengan

    Fakultas Kedokteran UI-RSCM guna meningkatkan

    kemampuan dokter Puskesmas sehingga terjadi penguatan

    di pelayanan primer. Selain itu telah dibentuk Sistem

    Pelayanan Gawat Darurat Terpadu 119 (SPGDT 119) yang

    akan membantu petugas kesehatan dan masyarakat untuk

    mengetahui ketersediaan tempat tidur di kelas III, ICU, ICCU,

    NICU dan PICU di rumah sakit provider Program KJS.

    Pelayanan yang ditanggung oleh Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta antara lain Unit Gawat Darurat, Rawat Jalan, Rawat

    Inap, ICU, ICCU, NICU, PICU, HCU, HCU, Isolasi, Ambulans,

    Tindakan Operasi dan Tindakan Penunjang.

    Sasaran Program KJS adalah penduduk Provinsi DKI Jakarta

    yang miskin dan rentan dengan lama domisili minimal 3

    (tiga) tahun, sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur

    Provinsi DKI Jakarta Nomor 14 Tahun 2013 pasal 6 ayat 2

    dengan maksimum kuota 4.700.000 jiwa termasuk peserta

    Jamkesmas DKI Jakarta, penduduk yang telah mendapatkan

    Kartu Jakarta Sehat yang diterbitkan sebelum 1 April 2013,

    Kartu JPK Gakin dan Kartu Jamkesda Dinas Kesehatan

    Provinsi DKI Jakarta, serta penduduk DKI Jakarta yang

    berobat ke Puskesmas, dan yang dirawat inap di kelas 3

    (tiga) rumah sakit, tidak termasuk Peserta Askes Sosial,

    Pejabat Negara, Peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK)

    Jamsostek, karyawan Badan Usaha Milik Negara, Karyawan

    Lembaga/Institusi/Perusahaan, dan penduduk yang telah

    mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan lainnya,

    kecuali yang termasuk dalam definisi masyarakat rentan

    sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 14

    tahun 2013.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 31

    Gambar 12.

    Perkembangan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah

    2007-2012

    Sumber: UPT Jamkesda, Dinas Kesehatan, 2013

    Penduduk DKI Jakarta yang miskin dan rentan (dengan lama

    domisili minimal 3 (tiga) tahun) sebagaimana dimaksud

    dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 14 tahun

    2013 antara lain:

    a. penduduk yang termasuk dalam data kemiskinan pada

    Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta.

    b. penduduk miskin atau rentan yang tidak termasuk

    dalam data kemiskinan BPS Provinsi DKI Jakarta namun

    mudah terkena dampak dari suatu keadaan dan/atau

    kebijakan pemerintah dan belum mempunyai jaminan

    kesehatan.

    c. penduduk miskin atau rentan berdasarkan hasil

    verifikasi administrasi dan peninjauan lapangan oleh

    petugas UP Jamkesda Dinas Kesehatan Provinsi DKI

    Jakarta.

    d. penduduk miskin atau rentan dalam pelayanan

    kesehatan Ambulans Gawat Darurat milik Dinas

    Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

    e. penghuni panti sosial/rumah singgah yang telah

    memiliki sertifikat kepesertaan yang bersifat kolektif

    dan direkomendasikan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi

    DKI Jakarta.

    f. korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

    g. korban perdagangan orang (trafficking).

    h. korban bencana alam dan penyakit

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 32

    Penyediaan Dana Premi Warga Miskin Peserta Jaminan

    Kesehatan Nasional (JKN) dari APBD

    Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari

    Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan

    dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial

    yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-

    Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

    Nasional (SJSN) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

    dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan

    kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

    iurannya dibayar oleh Pemerintah.

    Peserta BPJS Kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah

    Pusat terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu:

    1. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.

    Adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan

    orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN

    yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah sebagai

    peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah

    fakir miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur

    melalui Peraturan Pemerintah.

    2. Bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.

    Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri dari:

    a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.

    b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota

    keluarganya.

    c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya.

    Penduduk DKI Jakarta yang masuk dalam kategori miskin

    dan rentan miskin dan tidak termasuk dalam daftar

    Penerima Bantuan Iuran (PBI) program Jaminan Kesehatan

    Nasional (JKN), akan dibayarkan preminya oleh Pemerintah

    Provinsi DKI Jakarta melalui dana APBD. Hal ini diatur

    dalam Peraturan Gubernur Nomor 123 Tahun 2014 tentang

    Kepesertaan dan Pelayanan Jaminan Kesehatan.

    Pendaftaran sebagai peserta PBI dilakukan oleh Kepala

    Puskesmas setempat kepada BPJS Kesehatan cabang

    setempat dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan melalui

    Kepala UP Jamkesda. Khusus pendaftaran Warga Binaan

    Sosial (WBS), orang terlantar di daerah dan korban tindak

    kekerasan di daerah sebagai peserta PBI dilakukan oleh

    Kepala Puskesmas setempat kepada BPJS Kesehatan cabang

    setempat dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan melalui

    UP Jamkesda dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi

    Kepala Dinas Sosial melalui Kepala Panti Sosial setempat.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 33

    Tabel 16.

    Proyeksi Sasaran Baduta Gakin, 2011

    SASARAN BADUTA GAKIN JUMLAH

    Jakarta Pusat 1,099

    Jakarta Utara 2,011

    Jakarta Barat 2,788

    Jakarta Selatan 2,519

    Jakarta Timur 3,291

    Kepulauan Seribu 26

    DKI Jakarta 11,734

    Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

    Pemberian Makanan

    Pendamping Air Susu

    Ibu (MP-ASI)

    Usia di bawah dua tahun (baduta) merupakan masa kritis

    yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang bayi dan

    anak baik fisik maupun kecerdasan. Oleh sebab itu masalah

    gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia

    dibawah dua tahun harus ditanggulangi secara serius. Hasil

    survei kesehatan menunjukkan bahwa beberapa faktor

    penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang usia 6-11

    bulan dan anak usia 12-24 bulan (baduta) di Indonesia

    adalah rendahnya mutu Makanan Pendamping Air Susu Ibu

    (MP-ASI) dan pola asuh pemberian makan yang tidak tepat

    sehingga kebutuhan zat gizi tidak tercukupi khususnya

    energi dan zat gizi seperti Zat Besi (Fe) dan Seng (Zn).

    Kesulitan ekonomi yang dialami sebagian masyarakat

    Indonesia, termasuk Provinsi DKI Jakarta mengakibatkan

    menurunnya daya beli masyarakat terhadap pangan di

    tingkat keluarga sehingga memperburuk asupan zat gizi

    Baduta. Sebagian kasus kekurangan gizi dari tingkat ringan

    sampai tingkat berat terjadi pada keluarga miskin (gakin).

    Keadaan bencana seperti banjir juga makin memperburuk

    kondisi tersebut.

    Upaya penanggulangan perlu dilakukan khususnya bagi bayi

    usia 6-11 bulan dan anak usia 12-24 bulan dari keluarga

    miskin agar gangguan tumbuh kembang dapat dicegah dan

    ditanggulangi dengan baik. Bantuan berupa Makanan

    Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) bagi bayi usia 6-11 bulan

    dan anak usia 12-24 bulan gakin diberikan dengan harapan

    dapat mencegah terjadinya gizi buruk, gizi kurang serta

    mempertahankan status gizi baik, pada baduta keluarga

    miskin.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 34

    Perkembangan pelaksanaan program ini, jika dibandingkan

    terhadap sasaran bayi dua tahun dari keluarga miskin

    (baduta gakin) Provinsi DKI Jakarta sebesar 11.734 jiwa

    (diolah dari data sasaran BPS), maka realisasi capaian

    cakupan pemberian MP-ASI untuk baduta gakin pada tahun

    2011 adalah 33,71%, dan mengalami sedikit kenaikan pada

    capaian tahun 2012 menjadi 34,62%. Capaian ini diharapkan

    terus mengalami kenaikan sehingga mencakup ke seluruh

    sasaran baduta gakin.

    Mekanisme pelaksanaan pemberian bantuan MP-ASI, yaitu:

    Puskemas Kecamatan menganggarkan MP-ASI untuk baduta

    gakin sesuai dengan kemampuan dan mendistribusikan MP-

    ASI tersebut ke Puskesmas Kelurahan untuk diberikan

    kepada sasaran. Bentuk bantuan MP-ASI yang diterima yakni

    berupa bubur dan biskuit dengan besaran total nominal

    Rp.720.000,00 per baduta.

    Pelayanan dan

    Rehabilitasi bagi Warga

    Binaan Sosial

    Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Jalanan

    yang tersebar di wilayah Provinsi DKI Jakarta senantiasa

    dilakukan proses penjangkauan / penertiban untuk

    mendapatkan perlindungan dan kemandirian pelayanan

    kesejahteraan sosial. Hal ini dilakukan secara terintegrasi

    seiring dengan usaha pembangunan kesejahteraan sosial di

    Provinsi DKI Jakarta dan perwujudannya dilakukan melalui

    Panti-Panti Sosial.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki sebanyak 27 panti

    sosial yang terbagi menjadi 13 rumpun menurut jenis warga

    binaan, yaitu :

    1. Balita,

    2. Anak,

    3. Remaja

    4. Usia lanjut terlantar,

    5. Anak jalanan,

    6. Penyandang cacat tubuh,

    7. Tuna grahita,

    8. Tuna netra

    9. Penyandang psikotik,

    10. Gelandangan dan pengemis,

    11. Wanita tuna susila,

    12. Wanita korban kekerasan dan

    13. Mantan pengguna narkoba

    Layanan yang diberikan di panti-panti sosial ini meliputi

    perawatan dan asrama, kesehatan dan gizi, pembinaan dan

    mental, pendidikan, kesejahteraan sosial, bimbingan dan

    latihan keterampilan, penampungan sementara, identifikasi

    dan motivasi hingga pembinaan awal rujukan.

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 35

    Tabel 17.

    Data Panti Sosial Provinsi DKI Jakarta

    Sumber: Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

    NO NAMA PANTI WARGA BINAAN SOSIAL DAYA

    TAMPUNG

    1. Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas

    Bangsa

    Balita Terlantar 100 Orang

    2. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1

    Klender

    Anak Terlantar ( Usia SD, Laki-

    laki dan Perempuan)

    100 Orang

    3. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2 Anak Jalanan (Khusus laki-laki,

    Usia SD sd SMA)

    150 Orang

    4. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Anak Terlantar (Khusus

    Perempuan, Usia SD sd SMA)

    100 Orang

    5. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Anak Terlantar (Khusus Laki-

    laki, Usia SD sd SMA)

    100 Orang

    6. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 5 Anak Jalanan (Khusus

    Perempuan, Usia SD sd SMA)

    190 Orang

    7. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 6 Anak Jalanan (Khusus Laki-laki,

    Usia SD sd SMA)

    200 Orang

    8. Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Remaja Terlantar 120 Orang

    9. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Lanjut Usia Terlantar 110 Orang

    10. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Lanjut Usia Terlantar 175 Orang

    11. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Lanjut Usia Terlantar 125 Orang

    12. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Lanjut Usia Terlantar 160 Orang

    13. Panti Sosial Tresna Werdha Usada Mulia 5 Lanjut Usia Terlantar (sakit) 200 Orang

    14. Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti Penyandang Cacat Tubuh 120 Orang

    15. Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih Penyandang Cacat Grahita

    (Keterbelakangan mental)

    100 Orang

    16. Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Penyandang Psikotik Berat 550 Orang

    17. Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Penyandang Psikotik Sedang 250 Orang

    18. Panti Sosial Bina laras Harapan Sentosa 3 Penyandang Psikotik Ringan 200 Orang

    19. Panti Sosial Bina laras Harapan Sentosa 4 Penyandang Psikotik Terampil 276 Orang

    20. Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul

    Khotimah

    Mantan Penyandang Narkoba 100 Orang

    21. Panti Sosial Bina Karya Harapan Jaya Gelandangan Pengemis 200 Orang

    22. Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan

    Mulia

    Mantan Wanita Tuna Susila 180 Orang

    23. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1

    Gelandangan Pengemis (Panti

    Penampungan sementara hasil

    razia)

    300 Orang

    24. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

    Gelandangan Pengemis (Panti

    Penampungan sementara hasil

    razia)

    200 Orang

    25. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3 Gelandangan Pengemis (Panti

    Penampungan sementara hasil

    razia)

    120 Orang

    26. Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin Penyandang Cacat Netra 100 Orang

    27. Panti Sosial Perlindungan Bhakti Kasih Korban Tindak Kekerasan 75 Orang

  • Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 36

    Pelayanan

    Pemakaman Gratis

    Permasalahan tingginya harga lahan khususnya pemakaman

    di Provinsi DKI Jakarta menyebabkan tekanan psikologis

    tersendiri bagi warga miskin yang sedang kehilangan

    anggota keluarganya. Ketidakmampuan secara ekonomi

    menyebabkan tidak terjangkaunya kebutuhan untuk

    memakamkan jenazah, dari mulai perlengkapan

    pemulasaraan jenazah, hingga penyediaan lahan

    pemakaman.

    Untuk itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan

    salah satu program yaitu pemberian santunan sebesar

    Rp.885.000,00 atau pelayanan pemakaman gratis bagi warga

    miskin/tidak mampu, mencakup seluruh proses pemakaman

    jenazah dari mulai memandikan sampai dengan

    memakamkan jenazah.

    Anggaran program pemberian santunan berada di Suku

    Dinas Pemakaman di 5 (lima) wilayah kota Provinsi DKI

    Jakarta, sedangkan program pelayanan pemakaman gratis