- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 6 TAHUN 2019 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2018–2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Banten Tahun 2018 – 2025. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4210); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
74
Embed
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN PROVINSI ......- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 6 TAHUN 2019 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI BANTEN TAHUN …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
- 1 -
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR 6 TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
PROVINSI BANTEN TAHUN 2018–2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
GUBERNUR BANTEN,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, perlu menetapkan Peraturan Daerah
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Provinsi Banten Tahun 2018 – 2025.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4210);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4966);
4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
- 2 -
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011
tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5262);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 Tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 2036);
8. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah Provinsi
Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2011
Nomor 32) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2011 tentang RTRW Provinsi Banten Tahun 2010-
2030 (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun
2017 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Banten Tahun 2017 Nomor 69).
- 3 -
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BANTEN
dan
GUBERNUR BANTEN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA INDUK
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
BANTEN TAHUN 2018-2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Banten.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
3. Gubernur adalah Gubernur Banten.
4. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Banten
yang selanjutnya disebut RIPPARPROV adalah dokumen
perencanaan pembangunan kepariwisataan Provinsi Banten
untuk periode Tahun 2018 sampai denganTahun 2025.
5. Pembangunan adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih
baik yang di dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan,
implementasi dan pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai
tambah sesuai yang dikehendaki.
6. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta
interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah
kabupaten/kota dan pengusaha.
7. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
- 4 -
pengusaha, pemerintah, pemerintah daerah, dan pemerintah
kabupaten/kota.
8. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.
9. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
atau tujuan kunjungan wisatawan.
10. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
11. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi
Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau
lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik
wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.
12. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu
lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam
melakukan aktifitas kehidupan keseharian.
13. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara
khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan,
kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan
kunjungan ke destinasi pariwisata.
14. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana
transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah
asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di
dalam wilayah destinasi pariwisatadalam kaitan dengan motivasi
kunjungan wisata.
15. Destinasi Pariwisata Provinsi yang selanjutnya disingkat DPP
adalah destinasi pariwisata yang berskala Provinsi Banten.
16. Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi yang selanjutnya disingkat
KSPP adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata Provinsi
Banten yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih
- 5 -
aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, social dan budaya,
pemberdayaan sumberdaya alam dan daya dukung lingkungan
hidup.
17. Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi yang selanjutnya
disingkat KPPP adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup
luasan area tertentu sebagai suatu kawasan dengan komponen
kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema produk
wisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai
komponen pencitraan kawasan tersebut.
18. Perwilayahan Pembangunan Destinasi Pariwisata Provinsi adalah
hasil perwilayahan pembangunan kepariwisataan yang
diwujudkan dalam bentuk Destinasi Pariwisata Provinsi, Kawasan
Strategis Pariwisata Provinsi dan Kawasan Pengembangan
Pariwisata Provinsi.
19. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu
lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana
semestinya.
20. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara
individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas
hidup, kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan
kepariwisataan.
21. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk
wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk
mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku
kepentingannya.
22. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan
pariwisata.
23. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta
jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi
pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumberdaya
manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara
- 6 -
berkesinambungan, guna menghasilkan perubahan ke arah
pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan.
24. Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik dilingkungan
pemerintah maupun swasta yang berhubungan dengan
penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan.
25. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disebut SDM
Pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait secara
langsung dan tidak langsung dengan kegiatan kepariwisataan.
26. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata.
27. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan
pekerja pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk
pariwisata, pelayanan dan pengelolaan kepariwisataan.
BAB II RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Daerah ini meliputi :
a. Pembangunan kepariwisataan provinsi;
b. Pembangunan destinasi pariwisata provinsi;
c. Pembangunan pemasaran pariwisata provinsi;
d. Pembangunan industri pariwisata provinsi;
e. Pembangunan kelembagaan kepariwisataan provinsi;
f. Indikasi program pembangunan kepariwisataan provinsi;
g. Kerjasama;
h. Pendanaan; dan
i. Pembinaan dan pengawasan.
BAB III
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Pasal 3
(1) Pembangunan kepariwisataanProvinsi meliputi:
a. destinasi pariwisata;
b. pemasaran pariwisata;
c. industri pariwisata; dan
d. kelembagaan kepariwisataan.
- 7 -
(2) Pembangunan kepariwisataan Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan RIPPARPROV.
(3) RIPPARPROV sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat :
a. visi;
b. misi;
c. tujuan;
d. sasaran; dan
e. arah pembangunan kepariwisataan Provinsi dalam kurun
waktu Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2025.
(4) Visi pembangunan kepariwisataan Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a adalah “Menjadikan Banten
Sebagai Destinasi Pariwisata Berkelas Dunia yang Berdaya Saing
dan Berkelanjutan”.
(5) Dalam mewujudkan visi pembangunan kepariwisataan Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditempuh melalui 4
(empat) misi pembangunan kepariwisataan Provinsi dengan
mengembangkan:
a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah
dicapai, berwawasan lingkungan dan meningkatkan
pendapatan daerah;
b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan
wisatawan nusantara dan mancanegara;
c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel,
menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan
d. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan
masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme
operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong
terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan.
(6) Tujuan pembangunan kepariwisataan Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c adalah:
a. meningkatkan kualitas dan kuantitasdestinasi pariwisata;
b. mengkomunikasikan DPP dengan menggunakan media
pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggungjawab;
- 8 -
c. mewujudkan industri pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian daerah; dan
d. mengembangkan Sumber Daya Manusia dan lembaga
kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu
mensinergikan pembangunan destinasi pariwisata,
pemasaran pariwisata, dan industri pariwisata secara
profesional.
(7) Sasaran pembangunan kepariwisataan Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d adalah peningkatan:
a. jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;
b. jumlah kunjungan wisatawan nusantara;
c. jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara;
d. jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan
e. produk domestik regional bruto di bidang kepariwisataan.
(8) Arah pembangunan kepariwisataan Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf e meliputi pembangunan
kepariwisataan Provinsi dilaksanakan dengan:
a. berdasarkan prinsip pembangunan kepariwisataan yang
berkelanjutan;
b. berorientasi pada upaya peningkatan kesempatan kerja,
pengurangan kemiskinan, peningkatan pertumbuhan serta
pelestarian lingkungan;
c. tata kelola yang baik;
d. cara terpadu, lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku;
dan
e. mendorong kemitraan sektor publik dan privat.
Pasal 4
Pelaksanaan RIPPAR PROV sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
diselenggarakan secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan Pemerintah Kabupaten/Kota Sesuai kewenangannya,
masyarakat dan dunia usaha.
Pasal 5
(1) RIPPARPROV menjadi pedoman bagi pembangunan
kepariwisataan Provinsi.
- 9 -
(2) RIPPARPROV sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
pedoman penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Kabupaten/ Kota.
Pasal 6
Indikator sasaran pembangunan kepariwisataan Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (7), tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Pasal 7
Arah pembangunan kepariwisataan Provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (8) menjadi dasar arah kebijakan, strategi, dan
indikasi program pembangunan kepariwisataan Provinsi Banten
dalam kurun waktu tahun 2018 sampai dengan tahun 2025 yang
meliputi pembangunan:
a. Destinasi Pariwisata Provinsi;
b. Pemasaran pariwisata Provinsi;
c. Industri pariwisata Provinsi; dan
d. Kelembagaan Kepariwisataan Provinsi.
BAB IV
PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA PROVINSI
Bagian Kesatu Umum
Pasal 8
Pembangunan DPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a
meliputi:
a. perwilayahan pembangunan DPP;
b. pembangunan daya tarik wisata;
c. pembangunan aksesibilitas pariwisata;
d. pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata;
e. pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan
f. pengembangan investasi di bidang pariwisata.
- 10 -
Bagian Kedua Perwilayahan PembangunanDestinasi Pariwisata Provinsi
Pasal 9
Perwilayahan Pembangunan DPP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf a meliputi:
a. DPP;
b. KSPP;dan
c. KPPP.
Pasal 10
(1) Pembangunan DPP, KSPP dan KPPP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 dilaksanakan secara bertahap dengan kriteria
prioritas memiliki:
a. komponen destinasi yang siap untuk dikembangkan;
b. posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang
strategis;
c. posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik
pembangunan kepariwisataan di wilayah sekitar baik
dalam konteks regional maupun nasional;
d. potensi kecenderungan produk wisata masa depan;
e. kontribusi yang signifikan dan/atau prospek yang positif
dalam menarik kunjungan wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara dalamwaktu yang relatif cepat;
f. citra yang sudah dikenal secara luas;
g. kontribusi terhadap pengembangan keragaman produk
wisata di Daerah; dan
h. keunggulan daya saing regional,nasional dan internasional.
(2) DPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a
ditentukandengan kriteria:
a. Merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah
kabupaten/ kota dan/atau lintas kabupaten/kota yang
didalamnya terdapat kawasan-kawasan pengembangan
pariwisata Provinsi, yang diantaranya merupakan KSPP dan
KPPP;
b. Memiliki daya tarik wisata yang berkualitas dan dikenal
secara luas secara regional, nasional dan internasional, serta
- 11 -
membentuk jejaring produk wisata dalam bentuk pola
pemaketan produk dan pola kunjungan wisatawan;
c. memiliki kesesuaian tema daya tarik wisata yang
mendukung penguatan daya saing;
d. memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur
yang mendukung pergerakan wisatawan dan kegiatan
kepariwisataan; dan
e. memiliki keterpaduan dengan rencana sektor terkait.
(3) KSPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b ditentukan
dengan kriteria:
a. memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi
pengembangan pariwisata;
b. memiliki sumberdaya pariwisata potensial untuk menjadi
daya tarik wisata unggulan dan memiliki citra yang sudah
dikenal secara nasional;
c. memiliki potensi pasar, baik skala regional,nasional maupun
khususnya internasional;
d. memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak
investasi;
e. memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan
dan keutuhan wilayah;
f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup;
g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian
dan pemanfaatan asset budaya, termasuk di dalamnya aspek
sejarah dan kepurbakalaan;
h. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
i. memiliki kekhususan dari wilayah;
j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama
dan pasar wisatawan potensial nasional; dan
k. memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.
(4) KPPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c ditentukan
dengan kriteria :
a. memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi
pengembangan pariwisata;
- 12 -
b. memiliki sumberdaya pariwisata potensial untuk menjadi
dayatarik wisata dan memiliki citra yang sudah dikenal
secara skala regional;
c. memiliki potensi pasarskala regional dan nasional;
d. memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak
investasi;
e. memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan
dan keutuhan wilayah;
f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup;
g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian
dan pemanfaatan asset budaya, termasuk di dalamnya aspek
sejarah dan kepurbakalaan;
h. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
i. memiliki kekhususan dari wilayah;
j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan
potensial nasional; dan
k. memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.
Pasal 11
(1) Perwilayahan pembangunan DPP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 terdiri dari:
a. 8 (delapan) DPP tersebar di 8 (delapan) Kabupaten/Kota;
b. 11 (sebelas) KSPP tersebar di 7 (tujuh) DPP; dan
c. 9 (sembilan) KPPP tersebar di 5 (lima) DPP.
(2) Perwilayahan 8 (delapan) DPP sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. DPP Pantai Utara Tangerang dan sekitarnya;
b. DPP Kota Tangerang dan sekitarnya;
c. DPP Tangerang Selatan dan sekitaranya;
d. DPP Pantai Barat Serang dan sekitarnya;
e. DPP Pantai Utara Serang dan sekitarnya;
f. DPP Cilegon dan sekitarnya;
g. DPP Pantai Barat – Selatan Pandeglang dan sekitarnya;
h. DPP Pantai Selatan Lebak – Taman Nasional Gunung
Halimun Salak dan sekitarnya.
- 13 -
(3) DPP Pantai Utara Tangerang dan sekitarnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri dari 1(satu) KSPP
meliputi:
a. KSPP Tangerang Utara dan sekitarnya; dan
b. KPPP Solear dan sekitarnya.
(4) DPP Kota Tangerang dan sekitarnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b terdiri dari 1 (satu) KSPP yaitu KSPP
Cisadane dan sekitarnya.
(5) DPP Kota Tangerang Selatan dan sekitarnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri dari 3 (tiga) KPPP,
meliputi:
a. KPPP Situ Gintung dan sekitarnya;
b. KPPP Situ Pamulang dan sekitarnya; dan
c. KPPP Situ Rawa Kutuk dan sekitarnya.
(6) DPP Pantai Barat Serang dan sekitarnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d terdiri dari1 (satu) KSPP dan 1 (satu) KPPP,
meliputi:
a. KSPP Anyer – Cinangka dan sekitarnya; dan
b. KPPP Pamarayan dan sekitarnya;
(7) DPP Pantai Utara Serang dan sekitarnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf e terdiri dari 1 (satu) KSPP dan 1 (satu)
KPPP, meliputi:
a. KSPP Kawasan Kesultanan Banten dan sekitarnya; dan
b. KPPP Minapolitan Pontirta dan sekitarnya;
(8) DPP Cilegon dan sekitarnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf f terdiri dari 1 (satu) KSPP dan 1 (satu) KPPP, meliputi:
a. KSPP Situ Rawa Arum dan sekitarnya;
b. KPPP Cikerai dan sekitarnya; dan
c. KPPP Cipala dansekitarnya.
(9) DPP Pantai Barat – Selatan Pandeglang dan sekitarnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g terdiri dari 3 (tiga)
KSPP, meliputi:
a. KSPP Ujung Kulon dan sekitarnya;
b. KSPP Tanjung Lesung dan sekitarnya; dan
c. KSPP Carita dan sekitarnya;
- 14 -
(10) DPP Pantai Selatan Lebak– Taman Nasional Gunung Halimun
Salak dan sekitarnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
h terdiri dari 3 (tiga) KSPP dan 1 (satu) KPPP, meliputi:
a. KSPP Sawarna dan sekitarnya;
b. KSPP Leuwidamar dan sekitarnya;
c. KSPP Bagedur dan sekitarnya; dan
d. KPPP Banten Kidul dan sekitarnya;
(11) Peta perwilayahan KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 12
Arah kebijakan Pembangunan DPP, KSPP dan KPPP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 meliputi:
a. perencanaan pembangunan DPP, KSPP dan KPPP;
b. implementasi pembangunan DPP, KSPP dan KPPP;dan
c. pengendalian implementasi pembangunan DPP, KSPP dan KPPP.
Pasal 13
(1) Strategi untuk perencanaan pembangunan DPP, KSPP dan KPPP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a meliputi
kegiatan penyusunan:
a. rencana detail pembangunan DPP, KSPP dan KPPP; dan
b. regulasi tata bangunan dan tata lingkungan DPP, KSPP dan
KPPP.
(2) Strategi untuk implementasi pembangunan DPP, KSPP dan KPPP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b dilakukan
melalui penyusunan indikasi program pembangunan
kepariwisataan Provinsi.
(3) Strategi untuk pengendalian implementasi pembangunan DPP,
KSPP dan KPPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c
meliputi:
a. Penegakan regulasi pembangunan melalui monitoring dan
pengawasan oleh Pemerintah Daerah terhadap penerapan
rencana detail DPP, KSPP dan KPPP;
- 15 -
b. peningkatan koordinasi antara pemerintah, pemerintah
daerah, pemerintah kabupaten/kotadan pelaku usaha serta
masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana detail DPP, KSPP dan
KPPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) ditetapkan
oleh Gubernur.
Bagian Ketiga
Pembangunan DayaTarik Wisata
Pasal 14
(1) Pembangunan dayatarik wisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf b meliputi:
a. daya tarik wisata alam;
b. daya tarik wisata budaya; dan
c. daya tarik wisatahasil buatan manusia.
(2) Pembangunan dayatarik wisata sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan berdasarkan prinsip menjunjung tinggi
nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya
pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan
dayatarik wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta
mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian
dan keberlanjutan sumber dayanya.
Pasal 15
Arah kebijakan pembangunan dayatarik wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), meliputi:
a. Perintisan pengembangan daya tarik wisata dalam rangka
mendorong pertumbuhan DPP dan pengembangan daerah;
b. Pembangunan dayatarik wisata untuk meningkatkan kualitas
dan daya saing produk dalam menarik minat dan loyalitas
segmen pasar yang ada;
c. Pemantapan daya tarik wisata untuk meningkatkan daya saing
produk dalam menarik kunjungan ulang wisatawan dan segmen
pasar yang lebih luas; dan
d. revitalisasi daya tarik wisata dalam upaya peningkatan kualitas,
keberlanjutan dan daya saing produk dan DPP.
- 16 -
Pasal 16
(1) Strategi untuk perintisan pengembangan daya tarik wisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, meliputi
kegiatan:
a. Mengembangkan daya tarik wisata baru didestinasi
pariwisata yang belum berkembang kepariwisataannya; dan
b. memperkuat upaya pengelolaan potensi kepariwisataan dan
lingkungan dalam mendukung upaya perintisan.
(2) Strategi untuk pembangunan daya tarik wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, meliputi kegiatan:
a. Mengembangkan inovasi manajemen produk dan kapasitas
daya tarik wisata untuk mendorong akselerasi
perkembangan DPP; dan
b. memperkuat upaya konservasi potensi kepariwisataan dan
lingkungan dalam mendukung intensifikasi daya tarik
wisata.
(3) Strategi untuk pemantapan daya tarik wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf c, meliputikegiatan :
a. Mengembangkan diversifikasi atau keragaman nilai daya
tarik wisata dalam berbagai tema terkait; dan
b. Memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan konservasi
potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung
diversifikasi daya tarik wisata.
(4) Strategi untuk revitalisasi daya tarik wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf d, meliputi kegiatan:
a. Revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang menjadi
penggerak kegiatan kepariwisataan padadaya tarik wisata;
dan
b. Memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan konservasi
potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung
revitalisasi daya tarik dan kawasan di sekitarnya.
Bagian Keempat Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata
Pasal 17
(1) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf c meliputi penyediaan dan pengembangan:
- 17 -
a. sarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan
angkutan kereta api;
b. prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan
angkutan kereta api; dan
c. sistem transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan
angkutan keretaapi.
(2) Pembangunan aksesibilitas pariwisata sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dimaksudkan untuk mendukung pengembangan
kepariwisataan dan pergerakan wisatawan menuju destinasi
dan pergerakan wisatawan di dalam DPP.
Pasal 18
Arah kebijakan penyediaan dan pengembangan sarana transportasi
angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut,
angkutan udara, dan angkutan kereta api sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, meliputi peningkatan dan
pengembangan:
a. kemudahan akses dan pergerakan wisatawan menuju destinasi
dan pergerakan wisatawan didalam DPP; dan
b. kenyamanan dan keamanan pergerakan wisatawan menuju
destinasi dan pergerakan wisatawan didalam DPP.
Pasal 19
(1) Strategi untuk peningkatan dan pengembangan kemudahan
akses dan pergerakan wisatawan menuju destinasi dan
pergerakan wisatawan di dalam DPP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf a, meliputi kegiatan :
a. Meningkatkan ketersediaan moda transportasi sebagai
sarana pergerakan wisatawan menuju destinasi dan
pergerakan wisatawan di dalam DPP sesuai kebutuhan dan
perkembangan pasar;
b. meningkatkan kecukupan kapasitas angkut moda
transportasi menuju destinasi dan pergerakan wisatawan
- 18 -
didalam DPP sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar;
dan
c. mengembangkan keragaman atau diversifikasi jenis moda
transportasi menuju destinasi dan pergerakan wisatawan
didalam DPP sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.
(2) Strategi untuk peningkatan dan pengembangan kenyamanan
dan keamanan pergerakan wisatawan menuju destinasi dan