PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan parkir oleh masyarakat selain merupakan salah satu usaha ekonomis yang keberadaannya dapat diupayakan bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf g Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir termasuk salah satu jenis Pajak yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota; c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar tentang Pajak Parkir. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
27
Embed
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR · 19. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR
NOMOR 13 TAHUN 2010
TENTANG
PAJAK PARKIR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KARANGANYAR,
Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan parkir oleh masyarakat selain
merupakan salah satu usaha ekonomis yang keberadaannya
dapat diupayakan bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf g
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir termasuk salah satu jenis
Pajak yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut huruf a dan huruf
b, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten
Karanganyar tentang Pajak Parkir.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 207 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3684);
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3987);
6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4189);
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5049);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3258);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
12.Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 12
Tahun 2007 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 Nomor 12);
13.Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 7
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi
Kewenangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Karanganyar Tahun 2008 Nomor 7);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR
dan
BUPATI KARANGANYAR
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK PARKIR
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Karanganyar.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Karanganyar.
3. Bupati adalah Bupati Karanganyar.
4. Badan adalah Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan,
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainya, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah(BUMD)
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi lainya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
5. Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas,
median, dan bahu jalan.
6. Penyidik adalah pejabat polisi Negara republik Indonesia atau PPNS tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh undang undang untuk melakukan
penyidikan.
7. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat dengan PPNS
adalah pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam
pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik
Polri.
8. Juru Sita adalah petugas yang ditunjuk oleh atau atas kuasa Menteri
Keuangan untuk melaksanakan Surat Paksa.
9. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Karanganyar.
10. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.
11. Pajak Parkir, yang selanjutnya dapat disebut Pajak adalah kontribusi wajib
kepada Daerah atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik
yang di sediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor.
12. Kendaraan adalah sesuatu alat yang dapat bergerak di jalan baik kendaraan
bermotor dan tidak bermotor.
13. Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan
Pajak.
14. Wajib Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan daerah.
15. Masa Pajak Daerah adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka
waktu lain yang diatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan
kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor,
dan melaporkan pajak terutang.
16. Tahun Pajak Daerah adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun
kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun kalender.
17. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
18. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data
obyek dan subyek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai
kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan
penyetorannya.
19. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD
adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan perpajakan daerah.
20. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti
pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau yang telah dilakukan dengan cara lain ke kas
daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
21. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat
SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administratif dan jumlah pajak yang masih harus
dibayar.
22. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya
disingkat SKPDKBT ,adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
23. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat
SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak
yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
24. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat dengan
SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
25. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat
untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga
dan/atau denda.
26. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan
Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil,
Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah,
Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.
27. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat
Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
28. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas anding
terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut.
30. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah dan retribusi daerah.
31. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di
bidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
32. Surat Paksa adalah Surat Perintah membayar utang pajakdan biaya
penagihan pajak.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 2
(1) Dengan nama Pajak Parkir dipungut pajak atas setiap pelayanan
penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau
badan.
(2) Objek Pajak adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik
yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor.
(3) Objek Pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini meliputi:
a. halaman areal parkir atau gedung parkir;
b. tempat penitipan kendaraan;
c. garasi kendaraan bermotor yang difungsikan sebagai tempat parkir
dengan dipungut biaya.
(4) Dikecualikan dari obyek Pajak adalah:
a. penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan
untuk karyawannya sendiri;
c. penyelenggaraan tempat Parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan
Negara asing dengan asas timbal balik.
Pasal 3
(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir
kendaraan bermotor.
(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat
parkir.
BAB III
DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PENGHITUNGAN
Pasal 4
(1) Dasar pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya
dibayar kepada penyelanggara tempat Parkir.
(2) Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada
penerima jasa Parkir.
Pasal 5
Tarif Pajak ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).
Pasal 6
Besaran pokok Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).
BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 7
Pajak yang terutang dipungut di Wilayah Daerah
BAB V
MASA PAJAK
Pasal 8
Masa Pajak diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB VI
PENETAPAN
Pasal 9
(1) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran Parkir.
(2) Tata cara penetapan pajak diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10
(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar
dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.
(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
PEMUNGUTAN PAJAK
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan
Pasal 11
(1) Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.
(2) Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan
menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.
Pasal 12
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Pejabat
dapat menerbitkan:
a. SKPDKB dalam hal:
1) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar;
2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Pejabat dalam jangka waktu
tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama
24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak
tersebut.
(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib
Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan
sebesar 25% (dua puluhnlima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama
24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
Bagian Kedua
Surat Tagihan Pajak
Pasal 13
(1) Bupati dapat menerbitkan STPD jika :
a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai
akibat salah tulis dan/atau salah hitung;
c. wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk
paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
Bagian Ketiga
Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Pasal 14
(1) Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak
yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya
pajak.
(2) SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus
dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan.
(3) Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat
pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 15
(1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding
yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat
ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 16
(1) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk
oleh Bupati atau pejabat sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD,
SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk,
hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya
1( satu) hari kerja atau dalam waktu yang telah ditentukan oleh Bupati.
(3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan dengan menggunakan SSPD.
Pasal 17
(1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk
mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus
dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum dibayar atau kurang
dibayar.
(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda
pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi
persyaratan yang yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum dibayar atau kurang
dibayar.
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata
cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 18
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 diberikan
tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
(2) Bentuk, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 19
(1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai
awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak
saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak
yang terutang.
(3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Bupati.
Pasal 20
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka
waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau surat Peringatan
atau Surat lain yang sejenis,jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan
Surat Paksa.
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setalah lewat 21 (dua puluh satu)
hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis.
Pasal 21
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam
sesudah tanggal Pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 22
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang
pajaknya,setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat