PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM (Studi Kasus di PT. Multimas Nabati Asahan) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : DEDDY IRAWAN MANURUNG NIM : 050403037 D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA
DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM
(Studi Kasus di PT. Multimas Nabati Asahan)
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
DEDDY IRAWAN MANURUNG
NIM : 050403037
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 1 0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT. Multimas Nabati Asahan bergerak dalam industri minyak goreng yang
mengelolah Crude Plam Oil (CPO) sebagai bahan baku utama yang diperoleh dari
perkebunan dan pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit. Produk yang dihasilkan
dari Crude Palm Oil (CPO) ini adalah minyak goreng RBDOL (Refined Blached
Deodorized Olein) sebagai produk utama dan RBDST (Refiened Blached
Deodorized Stearin) serta Pfad (Palm Fatty Acid destilate) sebagai produk
sampingan. Teknologi yang digunakan dalam industry merupakan teknologi semi
otomatis dimana pekerjaan mesin masih dikontrol oleh manusia. PT. Multimas
Nabati Asahan memasarkan produknya umumnya dalam bentuk kemasan dengan
merek dagang “SANIA”, yang dipasarkan di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera
meliputi Medan, Pekan Baru dan Bengkulu. Sedangkan pemasaran luar negeri PT.
Multimas Nabati Asahan memasarkan produk olein dalam bentuk minyak curah
(bulking oil) tanpa merek dagang. Selain itu PT. Multimas Nabati Asahan juga
memasarkan PKM (Palm Kernel Meal) mereka kenegera-negara seperti Jepang,
Australia dan negara pembeli lainnya.
Penilaian kinerja pada PT. Multimas Nabati Asahan merupakan suatu
tahapan yang penting yang harus dijalankan dalam rangka mengevaluasi
performansi perusahaan tersebut. Penilaian kinerja ini bertujuan memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil
yang diinginkan.
Penilaian kinerja pada perusahaan seringkali dikaitkan dengan penilaian
performansi perusahaan dibidang finansial berupa parameter keuangan seperti
keuntungan, harga yang harus dibayar, cash flow, dan pengambilan modal.
Penilaian dibidang finansial dianggap sebagai fokus pengukuran kinerja yang
paling mewakili kinerja perusahaan terutama perusahaan yang berorientasi profit.
Namun demikian, ternyata aspek finansial tidak bisa menjadi satu-satunya tolak
ukur dalam penilaian keberhasilan perusahaan karena terdapat aspek penting yang
lain yang diperlukan untuk memperoleh gambaran riil suatu perusahaan. Misalnya
aspek nonfinansial seperti pelanggan yang tentu saja menjadi suatu ukuran
penting apakah perusahaan tersebut benar-benar berhasil dalam memenuhi
permintaan pelanggan.
Solusi dari permasalahan tersebut ada lima dimensi yang disebut dengan
Performance Prism. Performance prism memiliki lima segi yaitu untuk atas dan
bawah adalah satisfaction dari stakeholder dan kontribusi stakeholder. Sedangkan
untuk ketiga sisi berikutnya adalah strategi, proses dan kapabilitas. Sistem
pengukuran kinerja model Performance Prism berupaya menyempurnakan model
-model sebelumnya diantaranya Balanced Scorecard. Model ini tidak hanya
didasari oleh strategi tetapi juga memperhatikan kepuasan dan kontribusi
stakeholder, proses dan kapabilitas organisasi. Memahami atribut apa yang
menyebabkan stakeholder (pemilik dan investor, supplier, konsumen, tenaga
kerja, pemerintah dan masyarakat sekitar) puas adalah langkah penting dalam
model Performance Prism. Dan untuk dapat mewujudkan kepuasan para
stakeholder tersebut secara sempurna, maka pihak manajemen perlu untuk
mempertimbangkan strategi-strategi apa saja yang harus dilakukan, proses-proses
apa saja yang diperlukan untuk dapat menjalankan strategi tersebut, serta
kemampuan apa saja yang harus dipersiapkan untuk melaksanakannya.
Pada tugas akhir ini diharapkan akan menghasilkan penilaian kinerja
perusahaan yang berorientasi profit dengan mempertimbangkan peranan aspek
nonfinansial perusahaan dan perananan stakeholder dalam peningkatkan kinerja
perusahaan
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan diatas, maka ada beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi. Masalah – masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana merancang suatu sistem penilaian kinerja perusahaan yang
berorientasi pada profit dengan mempertimbangkan aspek nonfinansial.
2. Bagaimana menentukan KPI (Key Performance Indicator) yang didasarikan
atas integrasi seluruh stakeholder perusahaan.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kepuasan dan kontribusi para stakeholder untuk
menentukan indikator kinerja dari kriteria strategi, proses dan kapabilitas PT
Multimas Nabati Asahan.
2. Mengukur kinerja PT Multimas Nabati Asahan dengan menggunakan metode
Performance prism pada tingkat korporasi perusahaan.
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan pembatasan masalah penelitian tersebut adalah
implementasi pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan data- data pada
periode 2009-2010.
Untuk asumsi sebagai dasar landasan berpikir dan kerangka kerja
pelaksanaan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Aktifitas perusahaan berlangsung normal,
2. Tidak ada hal-hal keamanan yang mempengaruhi manajemen dan kegiatan
operasional perusahaan seperti lokasi, harga, kondisi perekonomian negara,
dan hal -hal keamanan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan usulan perbaikan kinerja pada perusahaan sehingga dapat
menjadi masukkan untuk implementasi bagi perusahaan.
2. Dapat memberikan solusi dalam pengambilan keputusan dalam upaya
meningkatkan profit perusahaan melalui perbaikan kinerja.
1.6. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan dalam pemahaman dalam penelitian ini maka akan
diuraikan tentang sistematika laporan penelitian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan asumsi yang digunakan serta
sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Berisi sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, struktur organisasi,
uraian tugas dan tanggung jawab, tenaga kerja dan kerja perusahaan, sistem
pengupahan yang berlaku di perusahaan, proses produksi, bahan yang digunakan,
jumlah dan spesifikasi produk, uraian proses produksi dan mesin serta peralatan
yang digunakan.
BAB III LANDASAN TEORI
Berisi dasar-dasar teori yang mendukung permasalahan, teori tentang
ergonomi, kelelahan, waktu kerja dan waktu istirahat dan produktivitas kerja.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian secara sistematis, yang
meliputi identifikasi masalah, studi literatur, pengkajian pengendalian,
pengembangan kerangka dan alat pemecahan masalah, persiapan penelitian,
pelaksanaan penelitian, pengolahan data, analisis dan kesimpulan.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi data hasil penelitian, baik berupa data primer maupun data
sekunder. Data ini kemudian diolah secara statistik sesuai dengan tujuan
penelitian.
BAB VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Berisi analisi dan pembahasan masalah hasil dari penelitian. Dengan cara
membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang ada. Disamping itu juga
diupayakan untuk memberikan perbandingan kondisi kerja yang ada dengan
kondisi kerja yang diusulkan.
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari rangkaian penelitian yang sudah dilakukan. Dalam
bab ini juga diberikan masukan berdasarkan kondisi nyata yang dihadapi pada saat
penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Pengukuran Kinerja Dan Sasarannya
Pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai upaya untuk melakukan
penilaian tehadap kualitas aktifitas kerja yang dilakukan. Menurut Neely et al.
(1995), pengukuran kinerja adalah suatu set matrik yang digunakan untuk
menghitung efisiensi dan efektifitas dalam suatu rangkaian tindakan. Pengukuran
kinerja juga dapat diartikan sebagai penentuan secara periodic efektifitas
operasional bagian organisasi dan personilnya berdasarkan standar dan kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya. (Mulyadi dan Setyawan, 1999: 227)
Beberapa elemen pengukuran kinerja menurut Dale Furtwengler (2002: 1)
adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan kinerja
Perbaikan kinerja ini diukur berdasarkan :
a. Kecepatan, kecepatan dalam sebuah proses akan dapat meningkatkan
efisiensi
b. Kualitas, kecepatan tanpa kualitas merupakan hal yang sia -sia, maka
kualitas merupakan suatu keharusan dalam pengukuran kinerja
c. Layanan, sebuah pelayanan yang buruk akan menghapuskan manfaat
apapun yang dicapai dalam kecepatan d an kualitas.
d. Nilai, nilai adalah kombinasi dari kecepatan, kualitas dan harga yang
memungkinkan pelanggan untuk merasakan bahwa mereka mendapatkan
sesuatu yang lebih daripada yang mereka bayarkan .
2. Pengembangan karyawan
Segmen proses penilaian kinerja ini berhubungan dengan keahlian karyawan.
Tugas utama dalam sebuah kepemimpinan adalah untuk mengembangkan
kemempuan karyawan sehingga menciptakan karyawan yang berkualitas
yang menghargai kepemimpinan itu.
3. Kepuasan karyawan
Kepuasan karyawan merupakan elemen k unci dalam perbaikan kinerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan karyawan adalah sebagai
berikut:
a. Keanekaragaman
b. Perkembanagan
c. Pembelajaran
d. Partisipasi
e. Pengakuan
f. keamanan
4. Keputusan kompensasi
Dengan selalu mengaitkan kompensasi karyawan dengan hasil - hasil yang
bisa dikuantifikasikan dan dengan memastikan bahwa para karyawan dapat
menelusuri kemajuan mereka akan dapat memacu motivasi. Hal ini
dikarenakan sangat sulit untuk tetap bermotivasi jika penghargaannya tidak
jelas.
5. Komunikasi
Dengan adanya komunikasi yang jelas antara karyawan dan pimpinan maka
akan memungkinkan untuk melakukan evaluasi kinerja secara bersama-sama.
Dan hal ini merupakan jaring pengaman baik pimpinan maupun karyawan
tidak akan terkejut da lam penilaian kinerja berikutnya.
Kecenderungan yang sering terjadi dalam pengukuran kinerja adalah
dengan mengukur hasil akhir, hal ini biasanya dikaitkan dengan finansial. jika
hasil tersbut tidak memenuhi target yang telah direncanakan maka kinerja
dikatakan buruk. Menurut Dale Furtwengler (2002: 11) ada beberapa masalah
dalam pengukuran kinerja dengan pendekatan ini , yaitu
1. Tidak semua hasil dapat diukur
2. Ukuran lain yang bermanfaat ada yang terlupakan
Pengukuran kinerja dengan pendekatan diatas kurang akurat untuk
diterapkan, karena pengukuran kinerja memiliki sasaran atau tujuan yang lebih
dari sekedar teknik untuk mengukur, melainkan sebagai identif ikasi kelemahan
proses yang ada. Ada dua tipe sasaran pengukuran kinerja menurut Michael
Armstrong (2004: 73) yaitu:
1. Sasaran kerja
Sasaran kerja atau sasaran operasional mengacu pada ahasil-hasil yang dicapai
atau pada kontribusi yang diberikan terhadap pencapaian sasaran tim
departemen
2. Sasaran pengembanagan
Sasaran pengembangan yaitu sasaran pribadi atau belajar terkait dengan apa
yang harus diperhatikan dan dipelajari individu agar mampu meningkatkan
kinrja mereka. Syarat pengukuran kinerja yang efektif menurut Y uwono,
Sutarno dan Ichsan 2003 (dalam chatsani: 2005) adalah:
a. Didasarkan pada masing-masing aktifitas dari karakteristik organisasi itu
sendiri sesuai sudut pandang pelanggan.
b. Evaluasi atas berbagai aktifitas mengunakan ukuran -ukuran kineraja yang
Customer-validated.
c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktifitas yang
mempengaruhipelanggan sehingga menghasilkan pengukuran yang
komprehensif .
d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisas I
megenai masalah-masalah yang ada kemungkinan perbaikan.
2.2. Pengukuran kinerja dengan manajemen berdasarkan sasaran dengan
menggunakan Performance Prism
Pengukuran dalam hal ini adalah usaha unt uk melihat pesoalan yang
dicapai akibat penerapan/aplikasi manajemen dalam teknologi yang diterapkan
guna meningkatkan kinerja. Tujuan dari pengukuran kinerja secara umum adalah
untuk mengevaluasi kinerja yang ada, menganalisa faktor -faktor yang
berpengaruh dalam menunjang perbaikan kinerja serta mereduksi faktor –faktor
yang menghambat.
Performance prism merupakan penyempurnaan dari teknik pengukuran
kinerja yang ada sebelumnya sebagai sebuah kerangka kerja (framework).
Keuntungan dari framework tersebut adalah melibatkan semua stakeholder dari
organisasi, terutama investor, pelanggan, end-users, karyawan, para penyalur,
mitra persekutuan, masyarakat dan regulator. Pada prinsipnya metode ini
dikerjakan dalam dua arah yaitu dengan mempertimbangkan apa kebutuhan dan
keinginan (needs and wants) dari semua stakeholder, dan uniknya lagi metode ini
juga mengidentifikasikan kontribusi dari stakeholders terhadap organisasi
tersebut. Pada pokoknya hal itu menjadi hubungan timbal balik dengan masing -
masing stakeholder Filosofi performance prism berasal dari sebuah bangun
prisma yang memiliki lima segi yaitu untuk atas dan bawah adalah satisfaction
dari stakeholder dan kontribusi stakeholder. Sedangkan untuk ketiga si si
berikutnya adalah strategy, process dan capabilitay. Prisma juga dapat
membelokkan cahaya yang datang dari salah satu bidang ke bidang yang lainya.
Hal ini menunjukkan kompleksitas dari performance prism yang berupa interaksi
dari kelima sisinya .
Performance prism memiliki pendekatan pengukuran kinerja yang dimulai
dari stakeholder, bukan dari strategi. Identifikasi secara detail tentangkepuasan
dan kontribusi stakeholder akan membawa sebuah organisasi dalam sebuah
pengambilan keputusan berupa strategi yang tepat. Sehingga dimungkinkan
organisasi dapat mengeveluasi strategi yang telah dilakukan sebelumnya.
Terdapat lima pertanyaan yang mendasari teori performance prism yaitu
sebagai berikut:
a. Stakeholder satisfaction : Siapa yang menjadi stakeholder kunci dan apa yang
mereka inginkan serta apa yang mereka perlukan?
b. Strategy : Strategi apa yang seharusnya diterapkan untuk memenuhi apa yang
menjadi kinginan dan kebutuhan stakeholder?
c. Process : Proses kritis apakah yang diperlukan untuk menjalankan strategi
tersebut?
d. Capability : Kemampuan apa yang harus kita operasikan untuk meningkatkan
proses tersebut?
e. Stakeholder contribution : Kontribusi apakah dari stakeholder yang kita
perlukan jika kita akan mengembangkan kemampuan tersebut?
Gambar 2.1 Kerangka Kerja Performance Prism
Ruang lingkup performance prism meliputi interaksi anatara
Stakeholder contribution dan Stakeholder satisfaction yang kemudian
diproyeksikan kedalam strategy, process dan Capability. Ruang lingkup
tersebut dapat dijelaskan pada gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Ruang Lingkup Performance Prism
(Neely dan Adams, (2000 a, b, c))Pihak manajemen dalam hal ini mempertimbangkan ada enam kunci pada
hubungan stakeholder yaitu:
1. Investor (Shareholder)
Suatu perusahaan umum harus menerapkan usaha terbaiknya untuk membawa
pada harapan para investornya.
2. Pelanggan (Customer)
Perusahaan selalu ingin mempertahankan pelanggan dan menemukan lebih
banyak lagi pelanggan potensial.
3. Karyawan (Employees)
Perusahaan harus mempertahankan karyawan, karena hal ini berarti suatu
nilai tambah bagi investor dan pelanggan (menunjukkan performance
perusahaan baik), tetapi penghematan biaya harus tetap dialakuakan.
4. Penyalur (Supplier)
Banyaknya supplier yang memenuhi kebutuhan perusahaan akan cenderung
dapat mengakibatkan pembengkakan biaya, karena mempunyai efek pada
biaya administratif ( misal untuk membayar faktur/invoices dll). Pengurangan
biaya untuk hal ini perlu untuk secara hati-hati ditargetkan, beberapa kontrak
persediaan perlu untuk dirundingkan kembali dengan para supplier. Sistem
Pengukuran Kinerja Supplier difokuskan dalam rangka memonitor prestasi
dan kemajuan pada penghematan biaya, hal ini tentunya perlu data-data yang
akurat untuk melakukan pengukuran.
5. Regulators
Peraturan Pemerintah secara langsung memberikan pengaruh yang besar bagi
perusahaan, pemenuhan dengan peraturan merupakan suatu comformity
(bukan hanya issu). Perusahaan manapun harus memelihara reputasinya di
dalam pasar, karenanya ketidak berhasilan pemenuhan peraturan berpotensi
merusakkan publisitas di dalam pasar. Karena reputasi dari korporasi dapat
dirusakkan oleh hal tersebut, belum lagi proses pengadilan sebagai
konsekwensinya memberikan biaya-biaya tambahan.
6. Communities
Masyarakat (communities) adalah faktor lain yang (pada waktunya resesi)
kadang-kadang mereka dihubungkan ke regulator juga, (missal hukum
ketenaga-kerjaan). Kebijakan standar etis harus ditempatkan secara internal
dan secara eksternal. Ini merupakan tuntutan di dalam lingkungan bisnis masa
kini. Dan untuk baiknya pihak manajemen harus memasti kan bahwa aspek
ini dapat dipenuhi dalam upaya perbaikan sistem pengukuran
2.3 Analitical Hierarcy Process (AHP)
Pembobotan KPI dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya
adalah dengan Analitical Hierarcy Process (AHP) Peralatan utama proses
Analisis Hirarki (Analytical Hierarchy Process) adalah sebuah hirarki fungsional
dengan input utamanya persepsi manusia. Dalam penjabaran hirarki tujuan, tidak
ada pedoman yang pasti seberapa jauh pengambil keputusan menjabarkan tujuan
menjadi y ang lebih rendah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam
melakukan proses penjabaran hirarki tujuan adalah:
1. Pada saat pembelajaran tujuan ke dalam sub tujuan, harus diperhatikan apakah
setiap aspek dari tujuan yang lebih, tinggi tercakup dalam sub tujuan tersebut.
2. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu manghindari terjadinya pembagian yang
terlampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertikal.
3. Suatu tujuan belum ditetapkan untuk dijabarkan atas hirarki tujuan yang lebih
rendah harus ditentukan suatu tindakan atau hasil terbaik yang dapat diperoleh
bila tujuan tersebut tidak dimasukkaan. Model AHP dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty, dapat memecahkan,masalah yang kompleks dimana aspek
atau kriteria yang diambil cukup banyak (Kadarsyah, 1998: 130-131).
Beberapa keuntungan yang diperoleh dalam penerapan AHP, antara,lain:
a. Sifatnya yang fleksibel, manyebabkan penambahan dana pengurangan
criteria pada suatu hierarki dapat dilakukan dengan mudah dan tidak
mengacaukan atau merusak hierarki
b. Dapat memasukkan preferensi pribadi sekaligus mengakomodasi berbagai
kepentingan pihak lain sehingga diperoleh penilaian yang objektif dan
tidak sektoral.
c. Proses perhitunganya relat if mudah karena hanya membutuhkan operasi
dan logika sederhana
d. Dengan cepat dapat menunjukkan prioritas, dominasi, tingkat kepentingan
ataupun pengaruh dari setiap elemen terhadap eemen lainya .
AHP juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu antara lain:
1. Partsipan yang dipilih harus memiliki kompetensi pengetahuan dan
pengalaman mendalam terhadap segenap aspek permasalahan serta serta
mengenai metode AHP itu sendiri.
2. Bila ada pertisipan yang kuat maka aka n mempengaruhi partisipan yang
lainya.
3. Penilaian cenderung subjektif karena sangat dipengaruhi oleh situasi serta
preferensi, pesepsi, konsep dasa r dan sudut pandang partisipan.
4. Jawaban atau penilaian responden yang konsisten tidak selalu logis dalam arti
sesuai dalam permasalahan yang ada. (Saaty, 1988 : 7-9)
2.3.1 Prinsip Pokok Analitical Hierarcy Process
Dalam menggunakan AHP, ada tiga prinsip pokok ya ng harus
diperhatikan, yaitu: (Saaty, 1988 : 7-9)
1. Prinsip penyusunan hierarki
Untuk memperoleh pengetahuan yang rinci, pikiran kita menyusun realitas
yang kompleks kedalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan kemudian
bagian ini kendala bagian -bagiannya lagi dan seterusnya secara hierarki
(berjenjang) .
2. Prinsip menentukan prioritas
Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar atau pihak-pihak
terkait yang berkompeten terhadap pengambilan keputusan. Baik secara
langsung maupun tidak langsung.
3. Prinsip konsistensi logis
Dalam mempergunakan prinsip ini, AHP memasukkan baik aspek kualitatif
maupun kuantitatif pikiran manusia. Aspek kuantitatif untuk mengekspresikan
penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat sedangkan aspek kualitatif
untuk mendefinsikan persoalan dan hierarkinya.
2.3.2 Langkah-Langkah Metode Analitical Hierarcy Process
Pada dasarnya langkah langkah pada metode AHP meliputi:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan sol usi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan
dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada
tingkat kriteria yang bawah.
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masingmasing tujuan atau kriteria
yang setingkat biasanya perbandingan dilakukan berdasarkan (judgement) dari
pengambilan keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibandingkan elemen lainya.
4. Melekukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement
seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah. Dengan n adalah banyaknaya jumlah
elemen yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya , jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tin gkat hierarki.
7. Menghitung vektor eigen untuk setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai
vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk
mensintesiskan judgement dalam menentukan prioritas elemen-elemen pada
tingkat hierarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Memeriksa inkonsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10% maka penialaian
data judgement harus diperbaiki.(Kadarsyah, 1998 : 131-133).
2.3.3 Formulasi Matematis
Formulasi matematis AHP dilakukan dengan menggunakan suatu matrik.
Misalkan dalam suatu sub sistem operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen-
elemen A1, A2, A3 ............An, maka hasil perbandingan secara berpasangan
elemen -elemen operasi akan membentuk matrik perbandingan. Skala nilai
perbandingan berpasangan menurut Saaty adalah berikut: