Top Banner
Perancangan Sistem Informasi Rawan Pangan Kabupaten Klaten dengan Fungsi Gi* Statistik Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer Peneliti: Mei Ambarwati (672015734) Ramos Somya, S.Kom., M.Cs. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Juli 2016
19

Perancangan Sistem Informasi Rawan Pangan Kabupaten ......Perancangan Sistem Informasi Rawan Pangan Kabupaten Klaten dengan Fungsi Gi* Statistik Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas

Feb 04, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Perancangan Sistem Informasi Rawan Pangan Kabupaten

    Klaten dengan Fungsi Gi* Statistik

    Artikel Ilmiah

    Diajukan kepada

    Fakultas Teknologi Informasi

    untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

    Peneliti:

    Mei Ambarwati (672015734)

    Ramos Somya, S.Kom., M.Cs.

    Program Studi Teknik Informatika

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    Juli 2016

  • ii

  • iii

  • v

  • 1

    1. Pendahuluan Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki

    yang harus dipenuhi oleh negara maupun masyarakatnya. Pangan juga menjadi hak

    asasi manuasia setiap rakyat sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor

    7 Tahun 1996 tentang Pangan. Ketersediaan pangan yang cukup secara nasional

    tidak menjamin adanya ketahanan pangan tingkat wilayah (regional), pedesaan, serta

    rumah tangga.

    Ketahanan pangan menjadi hal penting yang harus diperhatikan pada suatu

    wilayah (negara/propinsi/kabupaten). Ketahanan pangan merupakan salah satu hal

    yang menunjang terbentuknya kualitas sumber daya manuasia yang baik karena

    pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk

    mempertahankan hidup dan kehidupan.

    Suatu daerah di mana kebutuhan pangan masyarakatnya tersedia dalam jumlah

    yang cukup, mempunyai keragaman serta mutu gizi yang seimbang maka daerah

    tersebut tergolong mempunyai ketahanan pangan yang tinggi. Apabila suatu daerah

    mempunyai kondisi pangan yang sebaliknya maka daerah tersebut tergolong daerah

    rawan pangan [1].

    Kerawanan pangan yang bersifat kronis membutuhkan penanganan jangka

    panjang, sedangkan kerawanan yang bersifat transien memerlukan penangan jangka

    pendek. Ketahanan pangan dan kerawanan pangan suatu daerah ditentukan dengan

    beberapa indikator yaitu rasio konsumsi normatif, presentase penduduk pra sejahtera,

    presentase rumah tangga tanpa akses listrik, presentase perempuan buta huruf, angka

    harapan hidup, Underweight pada balita, serta presentase rumah tangga tanpa akses

    ke air bersih.

    Pada tahun 2005, Badan Ketahanan Pangan (BKP) mengeluarkan Peta

    Kerawanan Pangan (Food Insecurity Atlas/FIA). Pada tahun 2009, Dewan Ketahanan

    Pangan (DKP) dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi bekerja sama dengan United

    Nation World Food Programme (WFP) meluncurkan Peta Ketahanan dan Kerawanan

    Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA) yang mencakup 346

    kabupaten dari 32 provinsi. Walaupun FIA dan FSVA berhasil membuat perbedaan

    tingkat ketahanan dan kerawanan pangan di Indonesia, namun peta tersebut belum

    dapat memberikan gambaran pengaruh faktor-faktor penyebab disuatu daerah

    terhadap daerah lainnya.

    Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, pada penelitian ini akan

    dilakukan bagaimana perancangan sistem informasi rawan pangan Kabupaten Klaten

    dengan fungsi Gi*statistik yang berbasis web untuk mengatasi permasalahan yang

    ada. Sistem ini menampilkan informasi tentang data spasial dan wilayah geografis

    Kabupaten Klaten. Data pangan yang digunakan diambil dari Peta Ketahanan dan

    Kerentanan Pangan Jawa Tengah Tahun 2010. Sistem ini akan dikembangkan

    menggunakan bahasa pemrograman PHP, MySQL sebagai database, dan Mapserver

    sedangkan untuk pengolahan data spasialnya menggunakan fungsi Gi*statistik.

    Sistem ini dirancang untuk membantu Dinas Ketahanan Pangan yang ada di

    Kabupaten Klaten.

  • 2

    2. Kajian Pustaka

    Penelitian terdahulu yang pertama, penelitian tersebut membahas tentang

    bagaimana penerapan konsep neighbours analysis menggunakan metode Moran’s I

    untuk mengetahui korelasi indikator kerawanan pangan antar kecamatan di Minahasa

    Tenggara. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa indikator kerawanan

    pangan tersebut mempunyai korelasi yang tinggi. Selain itu penelitian ini juga

    memberikan informasi kecamatan yang memiliki status rawan pangan. Indikator

    yang paling berpegaruh yaitu prosentase Rasio Konsumsi Normatif dan Prosentase

    Angka Harapan Hidup [2].

    Penelitian terdahulu yang kedua, penelitian tersebut dilakukan pembuatan

    sistem berupa GUI (Graphic User Interface) yang menampilkan peta digital yang

    mengandung informasi data spasial pengaruh Produk Domestik Regional Bruto

    (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia, Jumlah Penduduk, dan Pengangguran

    terhadap kemiskinan pada perisode 2005-2009 dengan menggunakan metode Gi*

    statistik. Pada penelitian tersebut perhitungan data menggunakan bantuan R-studio

    untuk mendapatkan pola spasial. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa

    variable PDRB, jumlah penduduk serta tingkat pengangguran dapat menentukan

    daerah rawan miskin karena memiliki pola spasial yang sama dengan pola spasial

    data kemisikinan [3].

    Penelitian ini metode Gi*statistik juga digunakan untuk menghasilkan sebuah

    pola spasial dari indikator-indikator rawan pangan. Namun output yang dihasilkan

    yakni berupa peta yang berbasis web yang nantinya dapat di akses oleh semua pihak.

    Hasil perhitungan yang diperoleh dari metode Gi* statistik akan dibandingkan

    dengan hasil perhitungan Badan Ketahan pangan (BKP).

    Rawan pangan adalah kondisi suatu daerah, masyarakat, atau rumah tangga

    yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi

    standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian besar

    masyarakatnya [4]. Indikator-indikator yang berpengaruh terhadap kerawanan

    pangan [5]. Ketersediaan Pangan : 1) Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap

    ketersediaan bersih “padi + jagung + ubi kayu + ubi jalar”, Akses terhadap Pangan

    dan Penghidupan : 2) Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, 3)

    Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai, 4) Persentase

    rumah tangga tanpa akses listrik, Pemanfaatan Pangan : 5) Angka harapan hidup

    pada saat lahir, 6) Berat badan balita dibawah standar, 7) Perempuan Buta Huruf, 8)

    Rumah tangga tanpa akses ke air bersih, 9) Persentase rumah tangga yang tinggal

    lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan. Data spasial adalah sebuah data yang berorientasi geografis dan memiliki

    sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya. Data spasial mempunyai dua

    bagian penting yang membuat berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial)

    dan informasi deskriptif (attribute). Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan

    suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, serta

    informasi datum dan proyeksi. Sedangkan, informasi deskriptif (atribut) atau

    informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang

    berkaitan dengannya, misalkan : jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos dan

    sebagainya [6].

  • 3

    Autokorelasi spasial adalah korelasi antara nilai-nilai sebuah variable dan

    nilai-nilai lainnya pada variable yang sama. Jika terdapat pola sistematik didalam

    penyebaran sebuah variable, maka terdapat autokorelasi spasial. Adanya autokorelasi

    spasial mengindikasi bahwa nilai atribut pada daerah tertentu terkait oleh nilai atribut

    tersebut pada daerah lain yang letaknya berdekatan atau bertetangga [7].

    Fungsi Gi*Statistik adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi

    terbentuknya pengelompokan secara lokal (hotspot) yang dapat diinterpretasikan

    sebagai asosiasi antar nilai wilayah yang diobservasi dengan sekelilingnya yang

    dikembangkan oleh Getis dan Ord .

    Hotspot (titik panas) merupakan suatu kondisi yang mengindikasi suatu

    wilayah membentuk clustering atau mengelompok di sebuah distribusi spasial.

    Mendeteksi hotspot secara sederhana yaitu dengan mengamati suatu lokasi dengan

    fenomena melimpah/besar. Mendeteksi hotspot adalah langkah awal untuk

    mengetahui proses untuk membangkitkan kejadian dari pola spasial [8]. Hotspot

    diberikan pada lokasi dengan banyak atau beragam kasus dalam daerah observasi

    atau wilayah yang paling beragam. Penentuan indikator suatu wilayah dikatakan

    ekstrim tinggi hingga rendah bergantung dari nilai z(Gi), di mana z(Gi) > +2 artinya

    ada hubungan lokasi nilai positif signifikan, sedangkan apabila z(Gi) < -2

    mengindikasi bahwa nilai keterkaitan antar wilayah kecil, rendah [9]. Pada penelitian

    ini yang dijadikan titik awal yakni kecamatan Klaten Utara(xi), karena daerah ini

    memiliki keragaman kasus yang tinggi.

    Tetangga pada Gi*statistik adalah daerah-daerah yang dikelompokkan

    berdasarkan titik awal sebagai titik pusatnya. Ada dua jenis tetangga yaitu tetangga

    per region dari titik awal dan tetangga dari luar daerah perhitungan atau tetangga

    berdasarkan letak geografis (xj). Tetangga yang digunakan pada perhitungan ini

    yakni jumlah kecamatan yang ada di kabupaten Klaten. Sedangkan tetangga (xj)

    yang berada disekitar wilayah studi dihtiung berdasarkan letak geografis yang

    berdekatan dengan wilayah studi yang telah ditentukan. Kabupaten Klaten dikelilingi

    oleh Kabupaten Boyolali (19 kecamatan), Kabupaten Sukoharjo (12 kecamatan),

    Kabupaten Gunung Kidul (18 kecamatan), Kabupaten Sleman (17 kecamatan)

    sehingga jumlah kecamatan yang mengelilingi Kabupaten Klaten sebanyak 66

    wilayah dan menjadi 92 wilayah dihitung dengan kecamatan yang ada di Kabupaten

    Klaten sendiri. Keseluruhan kecamatan yang berjumlah 92 menjadi penentu n

    (jumlah wilayah studi keseluruhan berdasarkan letak geografis). Tetangga yang

    berdekatan dengan kecamatan Klaten Utara dibagi menjadi enam bagian terdekat

    yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Tabel Penentuan Tetangga di Kabupaten Klaten

    N

    o

    Tetangga terdekat

    ke-

    Meliputi Kecamatan Jumlah

    Tetangga

    Jumlah Tetangga

    dari tetangga

    1 I Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten Selatan,

    Kalikotes, Trucuk, Ceper, Ngawen

    7 7

    2 II Kebonarum, Karangnongko, Jatinom, Karanganom

    4 11

    3 III Jogonalan, Wedi, Bayat 3 14

    4 IV Tulung, Polanharjo, Delanggu, Pedan 4 18

    5 V Wonosari, Juwiring, Karangdowo, Cawas 4 22

    6 VI Kemalang, Manisrenggo, Parambanan,

    Gantiwarno

    4 26

  • 4

    Jumlah tetangga pertama didapat dari jumlah tetangga dari Klaten Utara

    sebagai titik awal yang memiliki jumlah tetangga termasuk Klaten Utara tujuh

    kecamatan. Jumlah tetangga kedua adalah empat kecamatan dengan jumlah tetangga

    dari tetangga adalah sebelas kecamatan (jumlah tetangga pertama ditambah dengan

    jumlah tetangga kedua). Jumlah tetangga dari tetangga didapat dengan

    menjumlahkan jumlah tetangga dengan tetangga selanjutnya. Adapun Rumus Fungsi

    Gi*Statistik dari Getis dan Ord,

    (1)

    Variabel z(Gi): nilai Local Indicator Spatial Autocorrelation – Getis and Ord,

    ∑wijxj: Jumlah kasus pada tetangga, x: Rata-rata seluruh kasus, n: Jumlah area yang

    berdekatan dengan hotspot, wi: Jumlah tetangga antara wilayah studi dengan

    tetangga terdekatnya, s²: variance/perbedaan antar i (sites).

    3. Metode dan Perancangan Sistem

    Pada penelitian ini,akan dilakukan beberapa tahapan penelitian yang secara

    garis besar terbagi ke dalam lima tahapan, yaitu : 1) Analisis kebutahan dan

    pengumpulan data yang diperlukan. 2) Perancangan Sistem. 3) Perancangan

    aplikasi/program. 4) Implementasi dan pengujian sistem, serta analisi hasil

    pengujian. 5) Penulisan laporan hasil penelitian [10]. Tahapan-tahapan yang

    dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1 Tahapan Penelitian

    Gambar 1 menjelaskan bahwa tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan

    adalah sebagai berikut : tahap pertama : analisis dan pengumpulan data, di mana

    pihak developer mencaritahu kebutuhan client dalam pembuatan aplikasi. Tahap ini

    dilakukan dengan mencari informasi data yang didapat dari Badan Ketahanan

    Pangan Kabupaten Klaten. Tahap kedua, ketiga, dan keempat dilakukan

  • 5

    menggunakan metode prototyping. Metode penelitian yang digunakan pada

    perancangan sistem ini adalah prototyping. Model ptototyping merupakan suatu

    teknik untuk mengumpulkan informasi tertentu mengenai kebutuhan-kebutuhan

    informasi pengguna secara tepat. Pengguna kebutuhan seringkali menjelaskan

    sekumpulan sasaran umum perangkat lunak, namun tidak mengidentifikasikan

    kebutuhan input, proses atau output[11].

    Gambar 2 Tahapan-tahapan Metode Prototyping [11]

    Tahapan-tahapan metode prototyping akan terus berlangsung dari waktu ke

    waktu hingga semua kebutuhan terpenuhi. Tahap pengumpulan kebutuhan

    merupakan proses menganalisa kebutuhan yang terdapat pada permasalahan yang

    dihadapi, pengumpulan data, kemudian membangun aplikasi dengan landasan teori

    yang ada. Analisis kebutuhan sistem ini dilakukan dengan pencarian data-data serta

    informasi yang dibutuhkan sistem. Terdapat empat analisis kebutuhan dalam

    perancangan sistem yaitu analisis kebutuhan sistem, analisis kebutuhan data, analisis

    kebutuhan perangkat keras dan analisis kebutuhan perangkat lunak.

    Pada tahap ini data yang dibutuhkan untuk membangun sistem dalam penelitian

    ini adalah data Rasio konsumsi normatif, Persentase penduduk hidup di bawah garis

    kemiskinan, Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai,

    Persentase rumah tangga tanpa akses listrik, Angka harapan hidup pada saat lahir,

    Berat badan balita dibawah standar, Perempuan Buta Huruf, Rumah tangga tanpa

    akses ke air bersih, Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari

    fasilitas kesehatan serta peta daerah Kabupaten Klaten. Analisis kebutuhan perangkat

    keras serta kebutuhan perangkat lunak yang digunakan dalam pemodelan sistem ini

    yaitu : perangkat keras yang akan digunakan adalah Prosesor Intel Core i3, 2.40

    GHz, RAM 2 GB dan Hardisk 320 GB. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan

    adalah sistem operasi Windows 7 ultimate, Mapserver, Web browser (dalam

    penelitian ini digunakan Google Chrome), Adobe Dreamweaver CS5, ArcView

    untuk digitasi peta, dan Microsoft Office Visio untuk membuat DFD.

    Tahap perancangan sistem dilakukan dengan pembuatan desain sistem

    berdasarkan kebutuhan yang telah dikumpulkan. Pembuatan desain dilakukan dengan

    tujuan agar ptototype yang nantinya dibuat dapat memenuhi kebutuhan yang ada.

    Tahap pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang dibuat

    sudah sesuai dengan kebutuhan, dan menemukan kesalahan-kesalahan yang terjadi

  • 6

    pada sistem. Apabila sistem belum memenuhi permintaan maka proses akan berulang

    ke tahap pertama hingga tahap uji coba, begitu seterusnya hingga permasalahan

    terpecahkan.

    Setelah prototype dibuat, pengujian dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui

    apa saja yang perlu ditambahkan atau dikurangu pada sistem dari aplikasi ini.

    Evaluasi pertama, fungsi untuk menampilkan data yang diinterpretasikan ke peta

    sudah bisa, namun pada saat data dihitung menggunakan fungsi Gi*Statistik ada

    beberapa daerah yang tidak dapat dipetakan dan tidak sesuai dengan hasil

    perhitungan manualnya. Sehingga sistem harus ada yang dirubah dan diperbaiki

    untuk penanganan-penanganan error dan sedikit perubahan antarmuka. Evaluasi

    kedua, semua input yang tidak sesuai sudah diberi penanganan, sehingga sistem dari

    aplikasi ini berjalan dengan baik. Hasil dari pengujian prototype kedua ini adalah

    mengenai desain dan grafs tampila antarmuka dan fasilitas yang ada pada aplikasi

    ini.

    Perancangan sistem dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk diagram aliran

    data atau data flow diagram (DFD). Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu model

    logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan darimana asal data dan

    kemana tujuan data yang keluar dari sistem. Data disimpan di mana, proses apa yang

    menghasilkan data tersebut dan interaksi anatara data yang tersimpan dan proses

    yang dikenakan pada data tersebut [12].

    Adapun deskripsi Rumusan Masalah dalam sistem ini adalah : 1) Pengelolaan

    nilai masukan untuk menentukan daerah rawan pangan. 2) Pemrosesan nilai masukan

    dengan fungsi Gi* statistik. 3) Menampilkan peta hasil perhitungan Gi* statistik. 4)

    Menganalisis peta daerah rawan pangan sesuai dengan indikator yang ditunjukan

    dengan warna pada peta.

    UserAdmin

    Sistem Pemodelan

    Klasifikasi Rawan

    Pangan

    Login

    Data Rawan Pangan

    Analisis Peta

    Menampilkan Peta

    Menampilkan Peta

    Menampilkan Data

    Gambar 3 Context Diagram Sistem Pemodelan Klasifikasi Rawan Pangan

    Gambar 3 menunjukkan proses sistem secara garis besar, di mana user dapat

    melihat peta yang telah diproses menggunakan fungsi Gi*statistik maupun peta data

    aslinya. Selain itu user dapat menganalisis peta tersebut dan mengambil keputusan

    yang tepat. Admin dapat memasukkan nilai ataupun data ke dalam model, kemudian

    nilai tersebut diolah menggunakan fungsi Gi*statistik yang hasilnya ditampilkan

    dalam bentuk peta.

  • 7

    Gambar 4 DFD Level 1 Pemodelan Klasifikasi

    DFD Level 1 menunjukan proses kerja pemodelan sistem klasifikasi daerah

    rawan pangan. Pada gambar 4, admin diharuskan melakukan login terlebih dahulu

    untuk mengakses data. Setelah admin berhasil melakukan login, admin meng-update

    data dalam basis data dan data tersebut dihitung oleh sistem. Kemudian hasil

    masukkan yang sudah dihitung ditampilkan dalam bentuk peta. User menganalisis

    peta hasil perhitungan fungsi Gi*statistik dengan membandingkan peta. DFD Level 2

    menjelaskan proses perhitungan Gi*statistik, di mana data yang diupdate oleh admin

    kemudian dihitung berdasarkan tetangga terdekat dari kecamatan yang terpilih

    sebagai hotspot.

    Admin3.2

    Pengelolaan

    Data

    3.1 Hitung

    Dengan Metode

    Tetangga

    terdekat I

    Tetangga

    terdekat VI

    Tetangga

    Terdekat V

    Tetangga

    terdekat IV

    Tetangga

    terdekat III

    Tetangga

    terdekat II

    Tbl Data

    Update Data

    Lakukan Hitung

    Dihitung

    dihitung

    dihitung

    dihitung

    dihitung

    Dihitung

    Pilih

    Update Hasil

    Hitungan

    Tampilkan Peta

    Gambar 5 DFD Level 2 Pemodelan Klasifikasi

    4. Hasil Implementasi dan Pembahasan

    Hasil dari pengembangan pemodelan pola spasial daerah rawan pangan yakni

    berupa peta spasial. Tampilan awal dari pemodelan ini berupa halaman web yang

    dapat diakses oleh user dan admin seperti Gambar 6.

  • 8

    Gambar 6 Tampilan Awal Web

    Untuk mengakses halaman admin, admin diharuskan login. Jika usename atau

    password salah maka admin kembali ke halaman login. Admin melakukan update

    data dengan cara memasukan file berekstensi .xls yang kemudian di ubah kedalam

    bentuk database. Setelah data disimpan di dalam database, data yang terupdate

    diolah menggunakan fungsi Gi*statistik. Hasil pengolahan data ditampilkan dalam

    bentuk peta. Kode Program 1 Perintah untuk Menghitung Data dengan Gi*statistik

    1. $query="select ras_kon from rkn"; 2. $result = mysql_query($query) or die(mysql_error()); 3. $ras_kon = array(); $i=0; 4. while ($data= mysql_fetch_array($result)) { 5. $ras_kon[$i]=$data["ras_kon"]; 6. $i++;} 7. $query="select avg(ras_kon) as avg from rkn"; 8. $result = mysql_query($query) or die(mysql_error()); 9. while ($data= mysql_fetch_array($result)) { 10. $avg=$data["avg"];} 11. for($i=0;$i

  • 9

    Kode Program 1 menunjukan fungsi untuk menghitung data dengan

    menggunakan Gi*statistik. Data yang diinput dihitung berdasarkan kategori tetangga

    terdekat. Sebelum diterapkan ke kode program, perhitungan dilakukan secara manual

    menggunakan Microsoft Office Excel. Kode Program 2 Perintah untuk Memberikan Warna Layer Peta

    Kode program 2 menunjukan fungsi untuk memeberikan warna layer pada peta

    Kabupaten Klaten. Pola peta divisualisasikan dengan warna yang berbeda beda

    sesuai dengan range nilai. Suatu daerah dikatakan bernilai tinggi apabila daerah

    tersebut dan tetangga memiliki nilai z(Gi) > +2, dan apabila suatu daerah memiliki

    nilai z(Gi) < -2 daerah tersebut dikatan daerah bernilai rendah. Penentuan warna dari

    nilai z(Gi) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Keterangan Warna Legenda pada Pola z(Gi)

    Kode Program 3 Perintah untuk Menentukan Warna berdasarkan Nilai z(Gi)

    Kode Program 3 menjelaskan tentang fungsi penentuan warna untuk daerah

    Kabupaten Klaten berdasarkan nilai range z(Gi) yang diperoleh. Sedangkan untuk

    membuat fungsi warna itu sendiri dijelaskan pada Kode Program 2. Daerah

    pemodelan klasifikasi rawan pangan dibagi menjadi lima kelompok, yakni :

    Range Nilai Warna

    ≤ -2 Ungu

    -1 < -2 Biru Muda

    -0 < -1 Kuning

    0 < 1 Kuning Tua

    1 < 2 Merah Muda

    ≥ +2 Merah

    1. while ($row1 = mysql_fetch_array($result)) { 2. $namaKec = $row1['kecamatan']; 3. if ($row1['Z_ras'] -1]) {$data[$namaKec] = 2; 6. } else if ($row1['Z_ras'] = 0]) {$data[$namaKec] = 3; 7. } else if ($row1['Z_ras'] 1]) {$data[$namaKec] = 4; 8. } else if ($row1['Z_ras'] > 2) {$data[$namaKec] = 5; 9. }$i++;

    1. foreach ($_SESSION['data'] as $kec => $kla) { 2. $objClassSur = ms_newClassObj($objLayerSur); 3. $objClassSur->Set("name", $kec); 4. $objClassSur->SetExpression($kec); 5. $objStyleSur = ms_newStyleObj($objClassSur); 6. if ($data != null) {switch ($data[$kec]){ 7. case 0: 8. $objStyleSur->color->setRGB(163,73,164);break; 9. case 1: 10. $objStyleSur->color->setRGB(153,217,234);break; 11. case 2: 12. $objStyleSur->color->setRGB(255,255,32);break; 13. case 3: 14. $objStyleSur->color->setRGB(217,217,0);break; 15. case 4: 16. $objStyleSur->color->setRGB(255,174,201);break; 17. case 5: 18. $objStyleSur->color->setRGB(237,28,36);break;

  • 10

    Gambar 7 Petunjuk Klasifikasi Wilayah Rawan Pangan

    Gambar 7 menunjukan suatu wilayah dikatakan level 1 apabila, wilayah studi

    dan sekitarnya memiliki nilai z(Gi) < -2. Level 2 apabila suatu wilayah dan tetangga

    sekitarnya mempunyai z(Gi) > +2 dan z(Gi) < -2, kemudian dikatakan level 3 jika

    suatu wilayah mempunyai z(Gi) = 1 sedangkan wilayah sekitar memiliki z(Gi) < -2.

    Suatu wilayah dikatakan level 4 jika suatu wilayah memiliki nilai z(Gi) = 0

    sedangkan tetangga sekitar memiliki rata-rata nilai z(Gi) > +2. Apabila suatu wilayah

    dikatakan level 5 jika wilayah studi dan daerah sekitarnya memiliki nilai z(Gi) > +2.

    Gambar 8 Pola RKN, Penduduk Miskin, dan Perempuan Buta huruf dengan Gi*

  • 11

    Gambar 8 menunjukan bahwa daerah daerah Klaten Utara, Klaten Tengah,

    Klaten Selatan, Ngawen, Ceper, Trucuk dan Kalikotes termasuk pada kategori level

    resiko tinggi. Hasil keluaran perhitungan Gi* statistik menunjukan warna merah

    muda z(Gi) bernilai antara 1 - 2. Sehingga dapat diartikan, bahwa daerah-daerah

    tersebut kerawanan pangannya dipengaruhi oleh rasio konsumsi normatif,

    kemiskinan dan buta huruf.

    Gambar 9 Pola Rumah Tangga tanpa Akses Air dan Berat Badan Balita dibawah standar dengan Gi*

    Pola yang terbentuk pada Gambar 9 menunjukan bahwa tingkat moderat di

    daerah Klaten Utara dan tetangga sekitarnya yang memiliki nilai lebih tinggi

    daripada nilai region lain. Menyebabkan indikator-indikator tersebut juga

    berpengaruh di daerah sekitar atau tetangga Klaten Utara.

    Gambar 10 Pola Angka Harapan Hidup dengan Gi*

    Gambar 10 menunjukkan variable Angka Harapan Hidup di mana daerah

    Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten Selatan, Trucuk, Ngawen, Ceper, serta

    Kalikotes setelah dihitung dengan fungsi Gi*statistik mempunya nilai z(Gi) < -2

    sehingga dapat dikatakan daerah-daerah tersebut jika dilihat dari variable Angka

    Harapan Hidup tidak berpengaruh terhadap kerawanan pangan. Karena daerah-

    daerah tersebut termasuk pada tingkat level resiko rendah.

    Standar eror adalah standar deviasi dari rata-rata sampel. Rumus dari standar

    eror adalah sebagai berikut :

    (2)

  • 12

    Keterangan : Sy = Standar error, S2 = variance, N = jumlah data. Semakin

    kecil nilai standar eror maka sampel tersebut lebih akurat. Data pada ketahanan

    pangan yang dihitung menggunakan Gi*statistik akan dicocokan dengan data dari

    Badan Ketahan Pangan Kabupaten Klaten untuk mengetahui valid atau tidak data

    yang dihitung menggunakan Gi*statistik. Untuk mengetahui valid atau tidak, data

    dari perhitungan Gi*statitik dan data Badan Ketahanan Pangan akan dihitung

    menggunakan standar eror. Data yang dipakai sudah dikalikan 100%. Perhitungan

    standar eror data RKN pada perhitungan BKP dirumuskan sebagai berikut : Tabel 3 Perhitungan standar error data RKN pada perhitugan BKP

    Perhitungan standar error data RKN pada perhitungan Gi*statistik dirumuskan

    sebagai berikut : Tabel 4 Perhitungan standar error data RKN pada perhitugan Gi*statistik

    x rata-rata (x-rata-rata) (x-rata-rata)^2

    0,00 62,11538 -62,12 3858,32 0,00 62,11538 -62,12 3858,32

    63,00 62,11538 0,88 0,78

    63,00 62,11538 0,88 0,78

    12,00 62,11538 -50,12 2511,55

    134,00 62,11538 71,88 5167,40

    134,00 62,11538 71,88 5167,40

    76,00 62,11538 13,88 192,78 63,00 62,11538 0,88 0,78

    0,00 62,11538 -62,12 3858,32

    76,00 62,11538 13,88 192,78

    134,00 62,11538 71,88 5167,40

    134,00 62,11538 71,88 5167,40

    x rata-rata (x-rata-rata) (x-rata-rata)^2

    2,00 2 0,00 0,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    2,00 2 0,00 0,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    3,00 2 1,00 1,00

    2,00 2 0,00 0,00 2,00 2 0,00 0,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    2,00 2 0,00 0,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    1,00 2 -1,00 1,00 2,00 2 0,00 0,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    3,00 2 1,00 1,00

    3,00 2 1,00 1,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    3,00 2 1,00 1,00

    6,00 2 4,00 16,00

    2,00 2 0,00 0,00

    7,00 2 5,00 25,00

    1,00 2 -1,00 1,00

    Jumlah 58,00

    Variance 1,52

    SE 0,242038985

  • 13

    34,00 62,11538 -28,12 790,47

    12,00 62,11538 -50,12 2511,55

    12,00 62,11538 -50,12 2511,55

    12,00 62,11538 -50,12 2511,55 34,00 62,11538 -28,12 790,47

    34,00 62,11538 -28,12 790,47

    76,00 62,11538 13,88 192,78

    34,00 62,11538 -28,12 790,47

    76,00 62,11538 13,88 192,78

    0,00 62,11538 -62,12 3858,32 134,00 62,11538 71,88 5167,40

    134,00 62,11538 71,88 5167,40

    134,00 62,11538 71,88 5167,40

    Jumlah 65586,65

    Variance 51,22

    SE 1,403563912

    Dari perhitungan standar eror antara data BKP dan Gi*statistik didapatka hasil

    yakni untuk standar eror (SE) BKP sebesar 0,242 sedangkan standar eror (SE)

    Gi*statistik sebesar 1,404. Dari hasil perbandingan standar eror (SE) antara data

    kerawanan pangan yang dihitung menggunakan Gi*statistik dan BKP menunjukan

    bahwa nilai standar eror Gi*statistik lebih tinggi daripada data dari BKP. Berarti data

    yang diperoleh dari data BKP lebih akurat dibanding dengan perhitunagn

    Gi*statistik.

    Pengujian aplikasi dilakukan dengan menguji fungsi-fungsi dari aplikasi yang

    telah dibuat untuk mencari kesalahan pada sistem. Pengujian aplikasi dilakukan agar

    sistem yang dibuat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat memenuhi

    kebutuhan pengguna. Pengujian alpha pada aplikasi ini menggunakan metode

    blackbox,yaitu pengujian fungsi-fungsi aplikasi secara langsung tana memperhatikan

    alur eksekusi program. Pengujian ini dilakukan dengan memperhatikan apakah

    fungsi telah berjalan sesuai rancangan dan sesuai yang diharapkan. Tabel 5 adalah

    hasil pengujian dari aplikasi yang telah dilakukan. Tabel 5 Hasil Pengujian Alpha (Blacbox)

    Fungsi yang diuji Kondisi Output yang

    diharapkan

    Output yang

    dihasilkan sistem

    Status

    pengujian

    Login Username dan password

    benar Username dan password

    salah maupun kosong

    Sukses login

    Gagal login

    Sukses login

    Gagal login

    Valid

    Input data Tabel database keadaan

    kosong

    Tabel database terisi

    Sukses input data

    Gagal input data

    Sukses input data

    Gagal input data

    Valid

    Fungsi Gi*statistik Sesuai dengan pergitungan

    manual Microsoft Office

    Excel

    Sukses Sukses Valid

    Load peta Buka halaman peta Sukses load peta Sukses load peta Valid

    Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada aplikasi web dapat dilihat status

    pengujian dari setiap fungsi valid, maka disimpulkan bahwa aplikasi ini berjalan

    dengan baik dan sesuai yang diharapkan. Pengujian beta dilakukan dengan

    memberikan kuesioner kepada pengguna yang dipilih secara acak, yang sebelumnya

    telah melihat demo mengenai aplikasi ini. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui

    penilaian pengguna terhadap aplikasi ataupun mengetahui bug yang ditemui

    pengguna. Selain itu, tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah

    aplikasi sudah membantu dalam memberikan informasi kepada pengguna. Pengujian

  • 14

    dilakukan dengan membagikan kuesioner yang diberikan kepada 30 responden yang

    dipilih secara acak. Tabel 6 Hasil Jawaban Kuesioner

    No Pernyataan SS S CS TS STS

    1 Aplikasi ini mudah digunakan 11 15 3 1 0

    2 Tampilan, huruf dan gambar dari aplikasi ini dapat dilihat

    dengan jelas

    5 9 14 2 0

    3 Menu-menu pada aplikasi mudah dipahami 9 17 3 1 0

    4 Aplikasi ini membantu memberikan informasi daerah yang

    berpotensi rawan pangan

    13 9 8 0 0

    5 Aplikasi ini bermanfaat memberikan informasi indikator

    yang berpengaruh di suatu daerah

    14 6 10 0 0

    Berdasarkan hasil dari pengisian kuisioner tersebut, dapat ditarik kesimpulan

    bahwa 50% sangat setuju bahwa aplikasi ini mudah digunakan, 46,67% cukup setuju

    bahwa tampilan, huruf dan gambar dari aplikasi ini dapat dilihat dengan jelas,

    56,67% setuju bahwa menu pada aplikasi mudah dipahami, 43,33% sangat setuju

    bahwa aplikasi ini membantu memberikan informasi daerah yang berpotensi rawan

    pangan, 46,67% sangat setuju bahwa aplikasi ini bermanfaat memberikan informasi

    indikator yang berpengaruh di suatu daerah.

    5. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

    bahwa daerah rawan pangan dapat dimodelkan menggunakan fungsi Gi* statistik.

    Data nyata rawan pangan serta indikator dimodelkan, sehingga menghasilkan pola

    spasial yang menunjukkan kluster/ pengelompokkan daerah rawan pangan.

    Hasil pengujian juga menunjukan bahwa sistem pemodelan klasifikasi daerah

    rawan pangan Kabupaten Klaten ini membantu user untuk mengetahui tingkat

    kerawanan pangan serta mengetahui indikator yang paling berpengaruh ditiap

    masing-masing daerah. Indikator yang paling berpengaruh terhadap kerawanan

    pangan di kabupaten Klaten yakni indikator Rasio Konsumsi Normatif, Penduduk

    hidup di bawah Garis Kemiskinan serta indikator Perempuan Buta Huruf. Dengan

    pemodelan sistem yang berbasis web ini user ataupun admin Badan Ketahan Pangan

    dipermudah dalam pengaksesan maupun pengolahan data.

    Proses perhitungan standar error yang dilakukan pada data perhitungan Gi*

    statistik dan BKP menunjukkan bahwa data yang diperoleh menggunakan proses

    perhitungan BKP memiliki tingkat akurasi yang lebih dibandingkan dengan

    perhitungan menggunakan Gi* statistik. Hal ini ditunjukan dengan hasil perolehan

    standar eror dari Badan Ketahanan Pangan sebesar 0,242 sedangkan perhitungan Gi*

    statistik satndar error yang dihasilkan sebesar 1,404. Karena standar eror Badan

    Ketahanan Pangan lebih kecil maka data tersebut lebih akurat.

  • 15

    6. Pustaka [1] Anwar Syaiful,dkk, 2010, Analisis Potensi dan Ketersediaan Pangan dalam

    Kaitannya dengan Ketahanan Pangan di Jawa Tengah.

    [2] Widi .P, C.A,dkk, 2013, Identifikasi Pola Spasial Daerah Rawan Pangan di Kabupaten Minahasa Tenggara Menggunakan Moran’s I, Prosiding SNTI

    2013, Vol: 10 No. 1.

    [3] Barnabas Mahanaim, Imanuel,2012, Pemodelan Pola Spasial Daerah Rawan Miskin di Lihat dari PDRB, IPM, Jumlah pengangguran, Jumlah Penduduk,

    Tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Tengah 2005-2009,

    http://repository.uksw.edu/handle/123456789/2786. Diakses tanggal 13 Mei

    2016

    [4] Badan Ketahanan Pangan, 2006, Pedoman Program Aksi Desa Mandiri Pangan (MAPAN). Departemen Pertanian

    [5] Dewan Ketahanan Pangan, 2009, Panduan Penyusunan FSVA 2009.

    [6] Puntodewo, Atie, Sonya Dewi, Jusupta Tarigan, 2003, Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam, CIFOR : Indonesia.

    [7] Curtis, J. A. and Lee, A. W., Spatial Pattern of Diabetes Related Health Problems for Vulneral Populations in Los Angeles, USA, 2010.

    [8] Getis, A. & Boots, B, 1978, Model of Spatial Processes, Cambridge: Univ. Press

    [9] Getis A., Ord,J.K., 1992, The Analysis of Spatial Association by Use of Distance Statistics, Geographical Analysis, 24, 189-206.

    [10] Hasibuan, Zainal A. 2007. Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi : Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Jakarta : Ilmu

    Komputer Univesitas Indonesia.

    [11] Pressman, Roger, 2001, Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi (Buku Satu), Yogyakarta : Andi.

    [12] Kristanto, Andri, 2003, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, Yogyakarta : Gava Media.