PERANCANGAN PROSES PRODUKSI SURFAKTAN NON IONIK ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG) BERBASIS PATI SAGU DAN DODEKANOL SERTA KARAKTERISASINYA PADA FORMULASI HERBISIDA MOCHAMAD NOERDIN N.K. DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
124
Embed
PERANCANGAN PROSES PRODUKSI SURFAKTAN … · perancangan proses produksi surfaktan non ionik alkil poliglikosida (apg) berbasis pati sagu dan dodekanol serta karakterisasinya pada
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERANCANGAN PROSES PRODUKSI SURFAKTAN NON IONIK ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG) BERBASIS PATI SAGU DAN
DODEKANOL SERTA KARAKTERISASINYA PADA FORMULASI HERBISIDA
MOCHAMAD NOERDIN N.K.
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan Proses Produksi Surfaktan Non Ionik Alkil Poliglikosida (APG) Berbasis Pati Sagu dan Dodekanol serta Karakterisasinya pada Formulasi Herbisida adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Bogor, Agustus 2008
Mochamad Noerdin N.K. NIM F 351060091
ABSTRACT MOCHAMAD NOERDIN N.K. Process Design of Non Ionic Alkyl Polyglicosides (APG) Surfactant Production from Sago Starch and Dodekanol and Its Characteristics on Herbicide Formulation. Under direction of ANI SURYANI and DADANG.
Alkyl poliglycosides (APG) are non ionic surfactant which is commonly used in some products like herbicides, personal care products, cosmetics and textile bleachings. APG is new generation of surfactant that is environmental friendly. Raw materials of APG are fatty alcohol from palm oil or palm kernel oil and carbohydrates like the strach, that make APG as biodegradable surfactant. The aim of research was to obtain non ionic surfactant alkyl polyglycosides (APG) based on sago starch and fatty alcohol C12 (dodekanol). This research is modification of production process of APG two steps method from Wuest, et al. (1992), in order to obtain optimum condition temperature of butanolysis and mol ratio of sago starch-dodecanol to emulsion stability (water : xylene), characterisisation of APG, herbicide formulation and its hebicide formulation effectiveness. Result of response surface, showed that emulsion stability (water:xylene) added APG (%) was 72.58% at temperature of butanolysis 147.8oC and at ratio of sago starch-dodekanol 1:3.27 (w/w). Result of validation showed that emulsion stability (water : xylene) with addtion of APG was 72.3%. Equation model of optimum condition was Y= 64.29 + 35.53X1 – 29.82X1
2 – 9.63x2 – 23.09X2
2 -20.56X1X2 which similar with experimental datas. APG at 1 % (w/v) was able to decrease surface tension 23.375 dyne/cm and interfacial tension between water : xylene at APG concentration of 0.4% (w/v) was 8.17 dyne/cm. Value of HLB was 8.8 so that the catogorize of this surfactant emulsion of oil in water (O/W) and wetting agent. APG pH in optimum process condition was 7.15. Application of herbicide formulation (glyphosate and APG surfactant) that was stored five weeks at temperature of 150C, room temperatur (26-290C) and 400C showed high effectiveness. The storeage temperature was not significantly different on herbicide efectiveness.
RINGKASAN MOCHAMAD NOERDIN N.K. Perancangan Proses Produksi Surfaktan Non Ionik Alkil Poliglikosida (APG) Berbasis Pati Sagu dan Dodekanol serta Karakterisasinya Pada Formulasi Herbisida. Di bimbing oleh ANI SURYANI dan DADANG
Surfaktan (surface active agent) merupakan senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang pada umumnya diproduksi dari minyak bumi (petrokimia) dan minyak-lemak (oleokimia). Penggunaan oleokimia sebagai bahan baku surfaktan perlu pengembangan lebih lanjut karena beberapa kelebihan oleokimia jika dibandingkan petrokomia, diantaranya mudah terurai secara biologis dan dapat diperbaharui.
Alkil Poliglikosida (APG) merupakan surfaktan non ionik yang dapat digunakan pada formulasi beberapa produk seperti formulasi herbisida, produk-produk perawatan tubuh, produk kosmetik, dan pemucatan kain tekstil. Bahan baku APG adalah alkohol lemak dari oleokimia minyak kelapa atau minyak inti sawit dan karbohidrat dari sumber pati seperti kentang, jagung, dan sagu.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh surfaktan non ionik APG yang berbasis pada pati sagu dan alkohol lemak C 12 (dodekanol). Penelitian ini mengkaji rancang proses produksi APG metode dua tahap, optimasi suhu proses butanolisis dan rasio mol pati sagu-dodekanol terhadap nilai kestabilan emulsi air:xilena, karakterisasi APG dan hasil formulasi dan efektivitas herbisidanya. Rancang proses produksi APG dilakukan dengan memodifikasi proses produksi dua tahap Wuest, et al. (1992) dengan merubah sumber patinya dari kentang menjadi pati sagu dan netralisasi mengganti MgO dengan NaOH, serta penggunaan 2 buah reaktor menjadi 1 buah reaktor. Rancangan percobaan yang digunakan untuk optimasi menggunakan metode permukaan respon dengan faktor rasio mol pati sagu – dodekanol = 1 : 2,5 sampai dengan 1 : 6 dan suhu proses butanolisis dari suhu 1300C sampai 1500C.
Rancangan percobaan optimasi sintesis APG menggunakan metode permukaan respon (Response Surface Method) dan penelitian menggunakan rancangan komposit terpusat. Faktor yang dianalisis ada dua yaitu suhu proses butanolisis (X1) dengan rentang antara 130 – 150 °C dan rasio mol pati : alkohol lemak (X2) dengan rentang antara 1:2,5 – 1:6. Sedangkan rancangan percobaan pada aplikasi formulasi herbisida hasil penyimpan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 3 faktor dan dua kali ulangan. Faktor yang dikaji adalah variasi suhu penyimpanan yaitu suhu 15oC, suhu ruang (26-290C), dan suhu 40oC , variasi konsentrasi glifosat yaitu konsentrasi 16%, 24% dan 48%, variasi konsentrasi surfaktan APG terdiri dari 4%, 6%, 8% dan 10%. Untuk pengujian efektivitas dengan skoring menggunakan statistik non parametrik uji Kruskal Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu butanolisis memiliki pengaruh 2,76 % dengan selang kepercayaan 97,53 %. Suhu butanolisis berpengaruh positif terhadap nilai kestabilan emulsi air : xilene dengan penambahan surfaktan APG. Sedangkan faktor rasio mol pati sagu dengan alkohol lemak memberikan pengaruh negatif dengan selang kepercayaan 60,44 %. Hasil analisis terhadap permukaan respon kestabilan emulsi APG dari suhu proses butanolisis (X1) dan rasio mol pati sagu-dodekanol (X2) menunjukkan model yang berbentuk optimum dengan persamaan Y= 64,29 + 35,53X1 – 29,82X1
2 - 9,63x2 – 23,09X2
2 -20,56X1X2 Hasil analisis statistik dari model tersebut menunjukkan nilai kestabilan emulsi
air:xilena dengan penambahan APG (%) yaitu 72,58% pada suhu butanolisis 147,8oC dan pada rasio mol pati sagu-dodekanol 1:3,27 (b/b). Hasil validasi dengan melakukan percobaan dititik tersebut menunjukkan nilai kestabilan emulsi air:xilena dengan penambahan APG yang dihasilkan sebesar 72,3%.
Selain itu, hasil validasi dibandingkan dengan APG komersial dengan parameter tegangan permukaan, tegangan antarmuka, HLB dan pH. Pada pengukuran tegangan permukaan air pada konsentrasi APG 1% (b/v) diperoleh nilai tegangan permukaan APG
komersial 21,36 dyne/cm dan APG hasil validasi 23,375 dyne/cm. Nilai tegangan antarmuka antara air dan xilene pada konsentrasi 0.4% (b/v) APG komersial 7,96 dyne/cm dan APG hasil validasi 8.17 dyne/cm. Nilai HLB yang diperoleh APG komersial 13,4 dan APG hasil validasi 8,8. Menurut Griffin, APG yang dihasilkan termasuk kategori surfaktan jenis minyak dalam air (O/W) dan bahan pembasah. Pengukuran pH penting dilakukan mengingat APG merupakan suatu asetal yang akan stabil pada kondisi netral dan lebih baik lagi pada kondisi basa. Pengukuran dilakukan dengan pengenceran sebesar 10% (b/v) dikarenakan APG berbentuk pasta. Dari hasil pengukuran pH APG komersial sebesar 7,55 dan APG hasil validasi kondisi optimum sebesar 7,15.
Karakterisasi formulasi herbisida antara lain warna formulasi herbisida adalah coklat keruh, derajat keasaman (pH) sekitar basa (6,7) nilai tegangan permukaan formulasi herbisida berkisar antara 27,69 - 29,25 dyne/cm.
Penyimpanan 5 minggu pada suhu 150C menyebabkan formulasi herbisida membeku, pada suhu ruang kestabilan formulasi berubah sampai minggu kedua dan minggu selanjutnya tidak berubah. Sedangkan penyimpanan pada suhu 400C, kestabilan emulsi formulasi herbisida konstan.
Pengamatan aplikasi formulasi herbisida hasil penyimpanan 5 minggu dengan suhu 150C, suhu ruang (26-290C) dan 400C antara lain persentase penutupan gulma dan efektivitas herbisida. Semakin tinggi konsentrasi glifosat maka persentase penutupan gulma akan semakin rendah dan dengan konsentrasi APG 6 % atau 8 % sudah cukup meningkatkan efektivitas herbisidanya terutama pada 2 MSA. Berdasarkan uji Kruskal Wallis, hanya konsentrasi glifosat yang signifikan yaitu konsentrasi 48 % sedangkan konsentrasi APG tidak berpengaruh nyata Kata kunci : Alkil Poliglikosida (APG); Alcohol lemak; butanolisis, Transasetalisasi;
Kestabilan Emulsi; Metode Permukaan Respon, Persentase Penutupan Gulma, Bobot Kering Gulma, uji efektivitas
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PERANCANGAN PROSES PRODUKSI SURFAKTAN NON IONIK ALKIL POLIGLIKOSIDA (APG) BERBASIS PATI SAGU DAN
DODEKANOL SERTA KARAKTERISASINYA PADA FORMULASI HERBISIDA
MOCHAMAD NOERDIN N.K.
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Tesis : Perancangan Proses Produksi Surfaktan Non Ionik Alkil Poliglikosida (APG) Berbasis Pati Sagu dan Dodekanol serta Karakterisasinya pada Formulasi Herbisida
Nama : Mochamad Noerdin N K NIM : F351060091
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ani Suryani, DEA Ketua
Dr. Ir. Dadang, MSc. Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Dr. Ir. Irawadi Jamaran
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.
Tanggal Ujian : 27 Agustus 2008 Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul Perancangan Proses Produksi Surfaktan Non Ionik Alkil Poliglikosida (APG) Berbasis Pati Sagu dan Dodekanol serta Karakterisasinya pada Formulasi Herbisida. Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2007 hingga bulan Juni 2008. Karya ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian (TIP), Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Ani Suryani, DEA dan Dr. Ir. Dadang, MSc selaku pembimbing, atas segala arahan dan bimbingan selama penelitian serta kepercayaan dan kesabaran dalam membimbing sampai terselesaikannya tesis ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor, yang memberikan kesempatan belajar di IPB dengan biaya dari Anggaran DIPA 2006 Departemen Perindustrian. Terima kasih pula disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Irawadi Jamaran selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjana TIP, para staf pengajar TIP dan teman-teman TIP angkatan 2006 atas bantuan dan dukungan selama studi. Semasa studi banyak orang yang membantu saya namun tidak ada yang melebihi bantuan isteri, anak, orang tua, kakak-kakak dan adik-adik tercinta yang dengan sabar memberikan semangat serta mendoakan keberhasilan studi ini. Terima kasih kepada bapak dan ibu di Laboratorium TIP dan Balai Besar Industri Agro serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berperan dalam proses penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2008
Mochamad Noerdin N.K.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung Jawa Barat tanggal 8 Juli 1963 sebagai anak pertama
dari enam bersaudara. Ayah bernama Nana Kurniadji dan ibu Imas Maspupah.
Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung, dan lulus pada tahun 1988.
Penulis pernah bekerja pada Silvonsult Wanayasa di Bogor selama dua tahun, sejak
tahun 1992 bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Balai Besar Industri Agro (BBIA)
Departemen Perindustrian Bogor. Selama bekerja sebagai peneliti di BBIA, penulis
berkesempatan untuk mendapatkan pendidikan non gelar di dalam dan luar negeri. Dalam
bidang lingkungan, tahun 1995 penulis mendapat beasiswa dari Carl Duisberg
Gesselschaft (CDG) untuk pelatihan penanganan limbah cair di Bremen Universitat
Jerman selama 13 bulan.
Pada tahun 2006 penulis mendapat kesempatan dari BBIA untuk melanjutkan
sekolah di program studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB dengan
mendapat bantuan dukungan dana dari program DIPA 2006 BBIA.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... . xvi
Halaman 1 Peta potensi kelapa dunia........................................................................... 4 2 Produktivitas kelapa Indonesia dan negara-negara lain ............................. 5
3 Komposisi asam-asam lemak minyak kelapa dan minyak nabati lain (%). 6
4 Reaksi kimia alkohol lemak dan hasilnya.................................................... 9
5 Karakteristik alkohol lemak dengan berbagai panjang rantai ..................... 10
6 Komposisi kandungan pati sagu dan beberapa sumber pati lainnya per
100 g ......................................................................................................... 12
7 Kandungan amilosa dan amilopektin berbagai jenis pati ............................ 12
8 Nilai HLB dan aplikasinya berdasarkan konsep Grifin ................................ 17
9 Desain percobaan untuk optimasi sintesis APG ......................................... 31
10 Koefisien parameter dan nilai signifikansi pengaruh faktor suhu
butanolisis dan rasio mol pati sagu dengan lemak alkohol dengan
respon uji kestabilan emulsi air : xilena dengan penambahan
A 16 4 6,7 B 16 6 6,7. C 16 8 6,7 D 16 10 6,7 E 24 4 6,7 F 24 6 6,7 G 24 8 6,6 H 24 10 6,6 I 48 4 6,6 J 48 6 6.6 K 48 8 6.6 L 48 10 6,6 M 16 % glifosat 5,0 N 24 % glifosat 5,0 0 48 % glifosat 5,0
Derajat keasaman fromulasi herbisida setelah penyimpanan tidak
berubah, yaitu untuk formulasi herbisida dengan menggunakan surfaktan APG
yang dihasilkan mempunyai pH netral dan herbisida pembanding masih
mempunyai pH sekitar 5.
Kestabilan Formulasi Herbisida
Stabilitas atau kestabilan emulsi merupakan salah satu karakter
terpenting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi ketika
dipasarkan (Suryani et al. 2000).
61
Pengamatan terhadap kestabilan formulasi herbisida dilakukan setiap
minggu selama lima minggu, hasil pengamatan kestabilan formulasi herbisida
selama penyimpanan pada suhu 150C, 26-290C, dan 400C dapat dilihat pada
Tabel 22.
Tabel 22 Kestabilan formulasi herbisida (%) perminggu selama penyimpanan lima minggu pada suhu 150C, 26-290C, dan 400C
HSA dan 14 HSA selama penelitian dapat dilihat pada foto-foto berikut.
75
Gambar 36 Foto lahan percobaan awal penelitian (0 MSA) untuk aplikasi formulasi herbisida dengan konsentrasi glifosat 48 % dan konsentrasi APG 8 % pada suhu 400C (a), suhu 150C (b), dan suhu ruang (26-290C) (c)
a
b
c
76
Gambar 37 Foto lahan percobaan awal penelitian (4 HSA) untuk aplikasi
formulasi herbisida dengan konsentrasi glifosat 48 % dan konsentrasi APG 8 % pada suhu 400C (a), suhu 150C (b), dan suhu ruang (26-290C) (c)
a
b
c
77
Gambar 37. Foto lahan percobaan awal penelitian (7 HSA) untuk aplikasi formulasi herbisida dengan konsentrasi glifosat 48 % dan konsentrasi APG 8 % pada suhu 400C (a), suhu 150C (b), dan suhu ruang (26-290C) (c)
a
b
c
78
Gambar 42. Foto lahan percobaan awal penelitian (14 HSA) untuk aplikasi formulasi herbisida dengan konsentrasi glifosat 48 % dan konsentrasi APG 8 % pada suhu 400C (a), suhu 150C (b), dan suhu ruang (26-290C) (c)
a
b
c
79
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Kondisi proses optimum diperoleh pada suhu butanolisis 147,860C dan rasio
mol pati sagu-fatty alkohol 1:3,27 dengan respon stabilitas emulsi air:xilena
dengan penambahan APG (%) sebesar 72,68%. Model persamaan optimasi
2. Validasi dilakukan pada kondisi optimum yaitu pada rasio mol 1 : 3,27 dan
pada suhu butanolisis 147,86oC dan nilai stabilitas emulsi air:xilena dengan
penambahan APG (%) yang diperoleh sebesar 72,3%.
3. Karakterisasi APG yang dihasilkan hampir sama dengan karakteristik standar
dengan respon uji kemampuan menurunkan tegangan permukaan dan
tegangan antar muka, HLB, FTIR dan pH.
4. Formulasi herbisida hasil penyimpanan pada suhu 150C, suhu ruang (26-
290C), dan 400C dengan bahan aktif glifosat pada konsentrasi 48% dengan
konsentrasi APG 6 % dan 8% efektif mengendalikan gulma rumput terutama
mulai pengamatan 2 MSA bahkan lebih efektif dibandingkan dengan
herbisida pembanding yang ada di pasar
5. Penyimpanan pada suhu 150C, suhu ruang (26-290C), dan 400C tidak
mempengaruhi efektivitas formulasi herbisida.
Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disarankan
penelitian lanjutan antara lain:
1. Penelitian lanjutan dengan penggandaan skala (skala pilot) dan perhitungan
tekno-ekonomi usaha pembuatan surfaktan APG
2. Penelitian lanjutan dengan pemanfaatan sumber karbohidrat dan alkohol
lemak lain sebagai bahan baku sintesa APG.
3. Dilakukan modifikasi penggunaan butanol dan katalis yang digunakan pada
tahapan proses butanolisis dan transasetalisasi
4. Penelitian lanjutan proses pemucatan surfaktan APG sama dengan warna
surfaktan yang beredar di pasar.
5. Penelitian lanjutan mengenai keefektifan terhadap gulma spesies dominan di
lahan pertanian
80
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Kajian Pasar dan Poduk Hilir Kelapa Sawit. http://209.85.175.104/search?q=cache:NoBsfQhi4v0J:seafast.ipb.ac.id/seafast.info/ 20 Agustus 2007.
Anwar, K. 2008. Optimasi Suhu dan Konsentrasi Sodium Bisulfit (NaHSO3) pada
Proses Pembuatan Sodium Lignosulfonat Berbasis Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
APCC (Asian Pacific Coconut Community). 2007. Peta Potensi Dunia Kelapa
dan Sebaran Potensi Kelapa di Indonesia. Jakarta. Balzer, D. and Luders, H., 2000. Nonionik Surfactant Alkyl Polyglucosides.
Marcell Dekker Inc. New York Basel. Bodner, G. M, dan Pardue, H. L. 1989. Chemistry An Experimental Science.
John Willey and sons. Inc., New York. BPS. 2006. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. Badan Pusat
Statistik, Jakarta
Bujang, K. dan Ahmad, F.B. 2000. Production and Utilization in Malaysia. Dalam : Sagu Untuk Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Sagu; Manado, 6 Oktober 2003. manado. Pusat Penelitian dan pengembangan Perkebunan manado. Halaman 16-19.
Cremlyn, R. J. 1991. Agrochemicals: Preparation and Mode of Action. John &
Wiley Sons. New York. 369p. Darto. 2008. Aplikasi Alkyl Polyglycoside (Apg) Berbasis Fatty Alcohol Minyak
Kelapa Dan Pati Sagu Sebagai Surfaktan Dalam Formulasi Herbisida. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB Bogor
Faber, R.D. 2002. Patens: Hard Surface Cleaner Containing Alkyl
Polyglycosides. Dalam www.uspot.gov. 12 Februari 2007.
Flider, F.J. 2001. Commercial Consideration and Markets for Naturally Derived Biodegradable Surfactant. Inform 12(12):1161-1164.
Gibson, M.W., dan Leedy, C 2001. Patens: Process for Reducing Cycle Times in
Reaction During The Production of Alkyl Polylicosides. Dalam www.uspto.gov. 12 Februari 2007.
Giribabu, K dan Ghosh, P. 2007. Adsorption of Non ionik Surfactants at Fluid-
Fluid Interfaces: Importance in the Coalescence of Bubbles and drops. Chemical Engineering Science 62; 3057-3067.
Hall, et al. 2000. Sustainable Surfactant: Renewable Feedstocks for The 21st
Century Fat and Oil as Oleochemical Raw Material. Dalam http://www.nf.org. 12 Maret 2007.
81
Harmita. 2006. Analisis Fisikokimia. Departemen Farmasi FMIPA, Universitas Indonesia.
Hart. 2003. Kimia Organik. Suatu Kuliah Singkat Edisi ke-11. Erlangga, Jakarta Haryadi. 2004. Kembangkan Sagu untuk Tekan Impor Beras dalam Jangka
Panjang. Pidato ilmiah pengukuhan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,
Herliana, E. 2005. Fraksinasi Pati Sagu (Metroxylon sp.) dengan Metode
Pelarutan Air Panas. Fateta IPB. Bogor.
Hill, K., M. Biermann., Rossmaier, H., Eskuchen, R., Wuest, W., Wollmann, J., Bruns, B., Hellmann, G., Ott, K., Winkle, W., dan Wollmann, K. 1996. Patens: Process for Direct Production of Alkyl polyglycosides. Dalam www.uspto.gov. 12 Februari 2007.
Hill, K., Von Rybinski and Stoll, W.G. (Eds). 1997. Alkyl Polyglycoside
Technology, Properties and Application. Dalam http:/www.scf-online.com. 12 Februari 2007.
Hill, K. 2000. Fats and Oil as Oleochemical Raw Material. Dalam Pure
Appl.Chem Vol. 72, No. 7, pp. 1255-1264,. Cognis D GmbH, Germany
Holmberg, K., Kronberg, B., dan Lindman, B. 2003. Surfactant and Polimer in Aques Solution. Ed ke-2. Chichester: J. Wiley.
Humas. 2006. Sagu, Potensial Perkaya Keragaman Pangan. Dalam
www.bbpt.go.id. 12 Maret 2007 Indrawanto, R., 2008. Optimasi Nisbah Mol Glukosa-Fatty Alcohol C12 Dan Suhu
Asetalisasi Pada Proses Pembuatan Surfaktan Nonionik Alkyl Polyglycosides (APG). Fakultas Teknologi Pertanian. IPB Bogor.
Kadir, M. 2007. Efektivitas Berbagai Dosis Dan Waktu Aplikasi Herbisida 2,4
Dimetilamina Terhadap Gulma Echinocloa Colonum, Echinocloa Cruss-Galli, Dan Cyperus Iria Pada Padi Sawah. Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN 1858-4330
Kamel, B. S. 1991. Emulsifier. Di dalam Food Additive User’s Handbook. Smith,
Jim (ed). Van Nostrand Reinhoid. NY. Kuang, D., Obaje, O.J., dan Ali, O.M. 2000. Synthesis and Characterization of
Acetylated Glucose Fatty Esters from Palm and Palm Kernel Oil Fatty Methyl Esters. J. of Oil Palm Re 12 (2):14-19.
Limbongan, J. 2007. Morfologi Beberapa Jenis Sagu Potensial Di Papua.
Jurnal Litbang Pertanian, 26(1), 2007. Margaretha, A. 1999. Synthesis of Fructosa-Based Surfactans. Ph.D dissertation:
Technische Universiteit Delft.
82
McWhorter, C. G. 1990. Adjuvants for Herbicides chapter 2: The use of Adjuvants. Weed science Society of America, Champaign, Illinois.
McCurry, Jr.; Patrick M. Varvil; Janet R. dan Pickens; Carl E. 1996. Patens:
“Process for Making Alkyl Glycosides. Dalam www. Uspto.gov, 12 Februari 2007
Metheson. 1996. Surfactant Raw Materials. Clasification, Synthesis, and Uses.
In : Soap and Etergen : A Theoretical and Practical Review. Spitz, L.. (Ed). AOCS Press, Champaign, Illinois.
Moechtar. 1989. Farmasi Fisika: Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Muchtadi, T.R. 1990. Emulsi Bahan Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fateta, IPB, Bogor.
Moenandir, J. 1988. Fisiologi Herbisida (Ilmu Gulma : buku II). Rajawali Pers.
Jakarta. Noor, E. dan Sutisna, N . 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut
Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Nurjannah, U. 2003. Pengaruh Dosis Herbisida Glifosat dan 2,4-D terhadap
Pergeseran Gulma dan Tanaman Kedelai tanpa Olah Tanah. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Jurnal Ilmu- Pertanian Indonesia. Vol 5 No. 1 hal. 27-33.
Pomeranz, Y. 1991. Functional Properties of Food Components. Second
Edition. Academic Press Inc Porter, M.R. 1991. Handbook of Surfactant. Chapman & Hall, New York. Presents, Z. 2000. All About Fatty alkohol. Dalam http://www.condea.org. 12
Maret 2007. Rieger, M.M. 1985. Surfactant in Cosmetic. Surfactant Science Series. Marcel
Dekker Inc., New York. pp 488. Roshid, I. 2006. Kajian Aplikasi Campuran Herbisida Glifosat dengan
Metsulfuron Metil dalam Pengendalian Beberapa Gulma Pertanian. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian, IPB.
Sadi, S. 1994. Gliserolisis Minyak Sawit dan Inti Sawit dengan Piridin. Buletin
PPKS 2 (3) : 155 – 164.
Samad, M. Y. 2002. Meningkatkan Produksi Industri Kecil Sagu Melalui Penerapan Teknologi Ekstraksi Semi Mekanis. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.4, No.5, (Agustus 2002), hal. 11-17 Humas-BPPT/ANY
83
Sofiyaningsih, N dan Nurcahyani, N. 2006. Esterifikasi Asam Oleat dengan Sorbitol Menggunakan H2SO4 Sebagai Katalisator Melalui Distilasi Reaktif. Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Supriatna, D. 2008. Pengaruh Proses Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)
terhadap Aktivitasnya sebagai Penurun Kadar Glukosa Darah pada Tikus Diabetes Melitus. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Statistik Perkebunan Indonesia. 2006. Kelapa (Coconut). Direktorat Jenderal
Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta 2006. Suryani, A., Sailah, I., dan Hambali, E. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan
Teknologi Industri Pertanian-Fateta IPB, Bogor. Swern, D. 1979. Bailey’s Industrial Oil and fat Products. Vol. 14 th Edition. John
Willey and Son Inc., New York. Tollenean, M., Dibo,A.A., Aguilera,A., Weise,S.F., and Swanron, C.J. 1994.
Effect of Crop Density on Weed Inference in Maize. J. Agronomy 86 (4):592-595.
Tominack, R. L. 2000. Herbicide Formulations. J. Toxicol Clin Toxico l38:129–
135. Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmojo. 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta. Utomo, I. H. 1995. Beberapa Hasil Penelitian Pengujian Round Up 75 WSG pada
Lahan Alang-alang di Perkebunan. Kumpulan Makalah Peluncuran Produk BaruHerbisida 75 WSG. PT. Monagro Kimia. Bandar Lampung. 8 hal.
Van Valkenburg, J.W. 1990. Terminology, Classificationj and Chemistry.
Adjuvan for Hebicides. The Weed Science Society of America 309 West Clark Street Champaign, Illinois 51820.
Wuest, W., Eskuchen,R., Wollman, J., Hill, K., dan Biermann, M. 1992 . Patens:
Process for Preparing Alkyl Glucosides Compounds from Oligo-and/or Polysaccharides. dalam www.uspto.gov. 12 Februari 2007.
Wuest, W., Eskuchen, R., Schulz, P., Bauer, V., Carduck, F., Esser, H., Zeise, C., Weuthen, M., dan Penninger, J. 1996. Patens: Process for Bleaching Discolored Surface-Active Alkyl Glycosides and for Working Up The Bleached Material. Dalam www.uspto.gov. 12 Februari 2007.
Wuryaningsih, S.R. 2007. LIPI Manfaatkan Sawit sebagai Pengganti Petrokimia.
Pusat Penelitian Kimia LIPI. Jakarta
84
Lampiran 1. Proses produksi alkil poliglikosida dengan dua tahap
Suhu 140-145oC, 4,3 – 4,7 bar Katalis asam (asam p-toluene sulfonat) Suhu 115-1180C, vakum Didinginkan pada suhu 90oC
+ MgO s/d pH 8-10 selama 30 menit, tekanan normal Suhu 160-180 oC tekanan 15 mmHg +Air +H2O2 +NaOH
Netralisasi
Destilasi
APG Kasar Alkohol lemak
Pemucatan/Bleaching
APG
Reaktor 2 Transasetalisasi
Reaktor 1 Butanolisis
Alkohol lemak
air + butanol
Air Butanol Pati Sagu
asam p-toluene sulfonat
85
Lampiran 2. Metode analisa APG Stabilitas emulsi (Modifikasi ASTM D 1436, 2000)
Stabilitas emulsi diukur diantara air dan xilena. Xilena dan air dicampur
dengan perbandingan 6:4. Campuran tersebut dikocok selama 5 menit
menggunakan vortex mixer. Pemisahan emulsi antara xilena dan air diukur
berdasarkan lamannya pemisahan antar fasa sebelum dan sesudah
ditambahkan surfaktan dibandingkan nilainya. Penetapan stabilitas emulsi
dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara pengukuran berdasarkan
pemisahan dengan asumsi bahwa sistem emulsi yang sempurna bernilai 100.
% stabilitas = (Tinggi keseluruhan-tinggi pemisahan) x 100 Tinggi keseluruhan
Pengukuran tegangan permukaan metode Du Nouy (ASTM D-1331. 2000) Peralatan dan wadah sampel yang digunakan harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan larutan asam sulfat-kromat dan dibilas dengan aquades, lalu
dikeringkan. Cincin platinum yang digunakan pada alat tensiometer dan
mempunyai mean circumferense = 5,945.
Posisi alat diatur agar horizontal dengan menggunakan water pass dan
diletakkan pada tempat yang bebas dari gangguan, seperti getaran, angin, sinar
matahari dan panas. Larutan surfaktan dengan ragam konsentrasi, dimasukkan
ke dalam gelas kimia dan diletakkan di atas dudukan tensiometer. Suhu cairan
diukur dan dicatat. Selanjutnya cincin platinum dicelupkan ke dalam sampel
tersebut (lingkaran logam tercelup ± 3 mm di bawah permukaan cincin). Skala
vernier tensiometer diatur pada posisi nol dan jarum penunjuk harus berada pada
posisi terhimpit dengan garis pada kaca. Selanjutnya kawat torsi diputar
perlahan-lahan sampai film cairan tepat putus, saat film cairan tepat putus, skala
dibaca dan dicatat sebagai nilai tegangan permukaan.
Pengukuran tegangan antar muka (ASTM D-1331. 2000) Metode menentukan tegangan antar muka hampir sama dengan
pengukuran tegangan permukaan. Tegangan antar muka menggunakan dua
cairan yang berbeda tingkat kepolarannya, yaitu larutan surfaktan dengan ragam
konsentrasi dan xilena (1:1). Larutan surfaktan terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam wadah sampel, kemudian dicelupkan cincin platinum ke dalamnya
(lingkaran logam tercelup ± 3 mm di bawah permukaan cincin). Setelah itu,
86
secara hati-hati larutan xilena ditambahkan di atas larutan surfaktan sehingga
sistem terdiri atas dua lapisan. Kontak antara cincin dan larutan xilena sebelum
pengukuran harus dihindari. Setelah tegangan antar muka mencapai equilibrium,
yaitu benar-benar terbentuk dua lapisan terpisah yang sangat jelas, pengukuran
selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama pada pengukuran tegangan
permukaan.
Penentuan nilai HLB
Nilai HLB digunakan untuk menentukan sifat kelarutan surfaktan APG di
dalam air dan menentukan aplikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB yang dimiliki
surfaktan APG.
Penentuan nilai HLB (Gupta et al. 1983 dalam Kuang et al. 2000). HLB
dari surfaktan APG ditentukan menggunakan metode bilangan air (water number
method). Larutan surfaktan APG yang mengandung 1 g surfaktan APG dalam 25
ml campuran piridina dan benzena 95:5 (v/V) dititrasi dengan aquades sampai
kekeruhan permanen. Nilai HLB dari sampel surfaktan APG diperoleh dengan
interpolasi pada kurva standar HLB.
Tabel 2.1. Pengaruh nilai HLB pada kelarutan surfaktan dalam air.
Kelarutan dalam air Nilai HLB Aplikasi
Tidak mampu terdispersi dalam air
Pengemulsi w/o
Kemampuan mendispersi kurang baik
Dispersi seperti susu; tidak stabil
Wetting agent
Dispersi seperti susu;stabil
Tembus cahaya untuk larutan jernih Larutan jernih
0 2
4 6 8 10 12
14
16 18
Detergent Pengemulsi o/w Solubilizer
Sumber: Adamson dalam Indrawanto (2008)
87
Spektroskopi infra merah
Analisis spektroskopi infra merah memberikan informasi mengenai
adanya gugus fungsi yang terdapat dalam molekul. Vibrasi dari setiap gugus
fungsi akan muncul pada bilangan gelombang yang berbeda.
Vibrasi ulur OH muncul pada 3.500-3.300 cm-1
Vibrasi ulur C=C cincin benzena pada 1.605,1.495 dan 1.466 cm-1
Vibrasi C=O muncul pada 1740-1675 cm-1 dan 1110-1220 cm-1
Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah
dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.
Berat APG murni Rendemen (%) = x 100 %
Berat total bahan baku awal
88
Lampiran 3. Data proses produksi APG Tabel 3.1. Hasil pengamatan tahapan proses butanolisis
Simbol satuan
percobaan Pati sagu
(gr) Butanol
(gr) Air (gr)
Katalis para asam toluene sulfonat (gr) Suhu (°C) Tekanan Hasil (butil glikosida)
A 20,25 78,5 17,5 0,24 130 2,6 – 3,0 Larutan coklat muda dan sedikit pasta B 20,25 78,5 17,5 0,24 130 2,6 – 3,0 Larutan coklat muda dan sedikit pasta C 20,25 78,5 17,5 0,24 150 4,5 – 5,0 Larutan coklat muda D 20,25 78,5 17,5 0,24 150 4,5 – 5,0 Larutan coklat muda E1 20,25 78,5 17,5 0,24 140 3,5 – 4,5 Larutan coklat muda E2 20,25 78,5 17,5 0,24 140 3,5 – 4,5 Larutan coklat muda F 20,25 78,5 17,5 0,24 125,9 2,2 -2,4 Larutan coklat muda G 20,25 78,5 17,5 0,24 154,1 4,8 – 5,2 Larutan coklat muda H 20,25 78,5 17,5 0,24 140 3,5 – 4,5 Larutan coklat muda I 20,25 78,5 17,5 0,24 140 3,5 – 4,5 Larutan coklat muda
Keterangan
A Suhu butanolisis 130 dengan rasio mol pati sagu –alkohol lemak 1:2,5 B Suhu butanolisis 130 dengan rasio mol pati sagu - alkohol lemak 1:6 C Suhu butanolisis 150 dengan rasio mol pati sagu - alkohol lemak 1:2,5 D Suhu butanolisis 150 dengan rasio mol pati sagu - alkohol lemak 1:6 E1 Suhu butanolisis 140 dengan rasio mol pati sagu - alkohol lemak 1:4,25 E2 Suhu butanolisis 140 dengan rasio mol pati sagu - alkohol lemak 1:4,25 F Suhu butanolisis 125,9 dengan rasio mol pati sagu - alkohol lemak 1:4,25 G H
Suhu butanolisis 154,1 dengan rasio mol pati sagu - alkohol lemak 1:4,25 Suhu butanolisis 140 dengan rasio mol pati sagu - alkohol lemak 1:1,78
I Suhu butanolisis 140 dengan rasio mol pati sagu - alkohol lemak 1:6,72
89
Tabel 3.2 . Hasil pengamatan tahapan proses transasetalisasi
Simbol satuan
percobaan
Alcohol lemak (gr)
Katalis para asam
toluena sulfonat (gr)
Suhu (°C) Tekanan Hasil
A 58,13 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
B 139,50 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
C 58,13 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
D 139,50 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
E1 98,81 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
E2 98,81 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
F 98,81 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
G 98,81 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
H 41,39 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
I 156,24 0,12 110-120 Vakum Larutan coklat muda
Tabel 3.3 . Hasil pengamatan tahapan proses netralisasi
Netralisasai Simbol satuan
percobaan
Suhu (0C)
Waktu (menit) pH
awal
NaOH 50%
(tetes) Warna awal pH
akhir Warna akhir
A 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
B 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
C 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
D 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
E1 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
E2 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
F 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
G 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
H 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
I 80-90 30 4 20 Coklat muda 10 Coklat muda
90
Tabel 3.4. Hasil pengamatan tahapan proses destilasi
Produk Simbol satuan
percobaan
Suhu (0C)
Waktu (menit)
Tekanan (mmHg)
Rendemen (gr) Karakter fisik A 160-180 30-60 20-50 13,848 Pasta, warna coklat
gelap B 160-180 30-60 20-50 7,240 Pasta, warna coklat
gelap C 160-180 30-60 20-50 15,905 Pasta, warna coklat
gelap D 160-180 30-60 20-50 26,416 Pasta, warna coklat
gelap E1 160-180 30-60 20-50 13,140 Pasta, warna coklat
gelap E2 160-180 30-60 20-50 22,316 Pasta, warna coklat
gelap F 160-180 30-60 20-50 15,854 Pasta, warna coklat
gelap G 160-180 30-60 20-50 19,682 Pasta, warna coklat
gelap H 160-180 30-60 20-50 8,257 Pasta, warna coklat
gelap I 160-180 30-60 20-50 12,392 Pasta, warna coklat
gelap
Tabel 3 5.. Hasil pengamatan tahapan proses pemucatan
Pemucatan Simbol satuan percobaan
Suhu (0C)
Waktu (menit) Air (ml) H2O2
(tetes) Karakter fisik
A 60-80 30 5,9 10 Pasta, warna coklat tua
B 60-80 30 3,1 10 Pasta, warna coklat tua
C 60-80 30 6,8 10 Pasta, warna coklat muda
D 60-80 30 11,3 10 Pasta, warna coklat muda
E1 60-80 30 5,6 10 Pasta, warna coklat muda
E2 60-80 30 9,0 10 Pasta, warna coklat muda
F 60-80 30 6,8 10 Pasta, warna coklat muda
G 60-80 30 8,4 10 Pasta, warna coklat muda
H 60-80 30 3,5 10 Pasta, warna coklat muda
I 60-80 30 5,3 10 Pasta, warna coklat muda
91
Lampiran 4. Data analisa pengujian AOG Tabel 4.1. Hasil pengujian tegangan permukaan APG
Apg * Perlakuan 0,000 0 . . .Suhu * APG * Perlakuan 0,000 0 . . .
Glifosat * APG * Perlakuan 0,000 0 . . .
Suhu * Glifosat * APG * Perlakuan 0,000 0 . . .
Error 535,905 36 14,886 Total 696.376,412 72 Corrected Total 2.901,507 71 • Nilai signifikasi < α : berpengaruh nyata • Nilai signifikasi > α : tidak Berpengaruh nyata
Tabel 7.2 Uji Duncan kestabilan formulasi herbisida pada minggu pertama untuk
faktor suhu
Suhu (0C) N Rataan Pengelompokan Duncan
26-29 24 94,4221 A
15 8 100,0000 B
40 8 100,0000 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
96
Tabel 7.3. Uji Duncan kestabilan formulasi herbisida pada minggu pertama untuk faktor konsentrasi glifosat
Konsentrasi glifosat (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
16 24 95,1279 A
48 24 99,5508 B
24 24 99,7433 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
Tabel 7.4. Uji Duncan kestabilan formulasi herbisida pada minggu pertama untuk
faktor konsentrasi APG
Konsentrasi APG (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
10 18 96,3244 A
8 18 97,7772 AB
6 18 98,9739 AB
4 18 99,4872 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
Tabel 7.5. Uji Duncan kestabilan formulasi herbisida pada minggu pertama untuk
aktor perlakuan
Perlakuan N Rataan Pengelompokan Duncan
RD 2 69,2300 A
RC 2 83,0750 B
RB 2 93,0750 C
RA 2 96,1550 C
RG 2 98,4600 C
RJ 2 98,4600 C
RK 2 98,4600 C
RL 2 98,4600 C
RF 2 99,2300 C
RH 2 99,2300 C
RI 2 99,2300 C
RE 2 100,00 C
15A 2 100,00 C
97
Perlakuan N Rataan Pengelompokan Duncan
15B 2 100,00 C
15C 2 100,00 C
15D 2 100,00 C
15E 2 100,00 C
15F 2 100,00 C
15G 2 100,00 C
15H 2 100,00 C
15I 2 100,00 C
15J 2 100,00 C
15K 2 100,00 C
15L 2 100,00 C
40A 2 100,00 C
40B 2 100,00 C
40C 2 100,00 C
40D 2 100,00 C
40E 2 100,00 C
40F 2 100,00 C
40G 2 100,00 C
40H 2 100,00 C
40I 2 100,00 C
40J 2 100,00 C
40K 2 100,00 C
40L 2 100,00 C • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
98
Tabel 7.6. Analisis ragam pengaruh penyimpanan pada suhu 150C, 26-290C, 400C terhadap kestabilan formulasi herbisida pada minggu kedua sampai minggu kelima
Apg * Perlakuan 0,000 0 . . .Suhu * APG * Perlakuan 0,000 0 . . .
Glifosat * APG * Perlakuan 0,000 0 . . .
Suhu * Glifosat * Apg * Perlakuan 0,000 0 . . .
Galat 535,905 36 14,886 Total 694.708,500 72 Corrected Total 3.046,048 71 • Nilai signifikasi < α : berpengaruh nyata • Nilai signifikasi > α : tidak Berpengaruh nyata
Tabel 7.7. Uji Duncan kestabilan formulasi herbisida pada pada minggu kedua
sampai minggu kelima untuk faktor suhu
Suhu (0C) N Rataan Pengelompokan Duncan
26-29 24 94,0371 A
15 8 100,0000 B
40 8 100,0000 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
99
Tabel 7.8. Uji Duncan kestabilan formulasi herbisida pada minggu kedua sampai minggu kelima untuk faktor konsentrasi glifosat
Konsentrasi glifosat (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
16 24 94,9354 A
48 24 99,4867 B
24 24 99,6150 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
Tabel 7.9. Uji Duncan kestabilan formulasi herbisida pada minggu kedua sampai
minggu kelima untuk faktor konsentrasi APG
Konsentrasi APG (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
10 18 96,2389 A
8 18 97,6917 AB
6 18 98,8028 AB
4 18 99,3161 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
Tabel 7.10. Uji Duncan kestabilan formulasi herbisida pada minggu kedua sampai
minggu kelima untuk faktor Perlakuan
Perlakuan N Rataan Pengelompokan Duncan
RD 2 68,4600 A
RC 2 82,3050 B
RB 2 92,3050 C
RA 2 96,1550 C
RF 2 98,4600 C
RG 2 98,4600 C
RI 2 98,4600 C
RJ 2 98,4600 C
RK 2 98,4600 C
RL 2 98,4600 C
RE 2 99,2300 C
RH 2 99,2300 C
15A 2 100,00 C
100
Perlakuan N Rataan Pengelompokan Duncan
15B 2 100,00 C
15C 2 100,00 C
15D 2 100,00 C
15E 2 100,00 C
15F 2 100,00 C
15G 2 100,00 C
15H 2 100,00 C
15I 2 100,00 C
15J 2 100,00 C
15K 2 100,00 C
15L 2 100,00 C
40A 2 100,00 C
40B 2 100,00 C
40C 2 100,00 C
40D 2 100,00 C
40E 2 100,00 C
40F 2 100,00 C
40G 2 100,00 C
40H 2 100,00 C
40I 2 100,00 C
40J 2 100,00 C
40K 2 100,00 C
40L 2 100,00 C • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
101
Lampiran 8. Analisis statistik persentase penutupan gulma Tabel 8.1. Analisis sidik ragam pangaruh suhu penyimpanan dan formulasi herbisida
terhadap persentase penutupan gulma 1 MSA
Sumber Jumlah Kuadrat db Kuadrat
Tengah F Sig.
Suhu 159,896 2 79,948 2,046 0,144Glifosat 6500,146 2 3250,073 83,158 0,000APG 196,847 3 65,616 1,679 0,189Suhu * Glifosat 286,646 4 71,661 1,834 0,144Suhu * APG 220,049 6 36,675 0,938 0,480Glifosat * APG 196,382 6 32,730 0,837 0,549Suhu * Glifosat * APG 168,910 12 14,076 0,360 0,969Galat 1407,000 36 39,083 Total 425.464,000 72 • Nilai signifikasi < α : berpengaruh nyata • Nilai signifikasi > α : tidak Berpengaruh nyata
suhu 150C, suhu ruang dan 400C untuk faktor konsentrasi glifosat
Konsentrasi Glifosat (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
48 24 62,7500 A
24 24 80,9792 B
16 24 84,3956 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata Tabel 8.3. Analisis sidik ragam pangaruh suhu penyimpanan dan formulasi herbisida
terhadap persentase penutupan gulma 2 MSA
Sumber Jumlah Kuadrat db Kuadrat
Tengah F Sig.
Suhu 2051,340 2 1025,670 16,242 0,000Glifosat 27788,882 2 13894,441 220,025 0,000APG 555,622 3 185,207 2,933 0,046Suhu * Glifosat 943,514 4 235,878 3,735 0,012Suhu * APG 211,076 6 35,179 0,557 0,761Glifosat * APG 518,118 6 86,353 1,367 0,254Suhu * Glifosat * APG 504,653 12 42,054 .0,666 0,771Galat 2273,375 36 63,149 Total 165.194,250 72 • Nilai signifikasi < α : berpengaruh nyata • Nilai signifikasi > α : tidak Berpengaruh nyata
102
Tabel 8.4 . Uji Duncan persentase penutupan gulma (%) 2 MSA hasil penyimpanan suhu 150C, suhu ruang, dan 400C untuk faktor suhu penyimpanan
Suhu (0C) N Rataan Pengelompokan Duncan
26-29 24 35,0833 A
15 24 45,3125 B
40 24 47,2500 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata Tabel 8.5. Uji Duncan persentase penutupan gulma (%) 2 MSA hasil penyimpanan
suhu 150C, suhu ruang, dan 400C untuk faktor konsentrasi glifosat
Konsentrasi glifosat (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
48 24 15,0417 A
24 24 52,9167 B
16 24 59,6875 C • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata Tabel 8.6. Uji Duncan persentase penutupan gulma (%) 2 MSA hasil penyimpanan
suhu 150C, suhu ruang, dan 400C untuk faktor konsentrasi APG
Konsentrasi APG (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
8 18 38,9444 A
10 18 41,0556 B
6 18 43,9444 BC
4 18 45,2500 C • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
103
Tabel 8.7 Uji Duncan persentase penutupan gulma (%) 2 MSA hasil penyimpanan suhu 150C, suhu ruang, dan 400C untuk faktor interaksi
Perlakuan N Pengelompokan Duncan RJ 2 A RK 2 A 40L 2 A 15L 2 A 15K 2 A 40K 2 A 15J 2 AB RL 2 AB 40J 2 AB RI 2 ABC 15I 2 ABCD 40I 2 ABCDE RG 2 BCDEF RH 2 CDEFG RE 2 DEFGH RA 2 EFGHI RF 2 FGHIJ 15G 2 GHIJK RC 2 GHIJK RD 2 GHIJK 15D 2 HIJK 15F 2 HIJK RB 2 HIJK 40F 2 HIJK 40G 2 HIJK 15H 2 IJK 40C 2 IJK 40H 2 IJK 15A 2 IJK 15C 2 JK 15B 2 JK 40D 2 JK 40E 2 JK 40A 2 K 40B 2 K 15E 2 K • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
104
Lampiran 9. Analisis statistik bobot kering gulma Tabel 9.1. Analisis ragam pengaruh penyimpanan pada suhu 150C, 26-290C, 400C
APG * perlakuan .000 0 . . .Suhu * APG * perlakuan .000 0 . . .
glifosat * APG * perlakuan .000 0 . . .
Suhu * glifosat *APG * perlakuan .000 0 . . .
Galat 323.337 36 8.982 Total 16092.381 72 Corrected Total 1834.439 71 • Nilai signifikasi < α : berpengaruh nyata • Nilai signifikasi > α : tidak Berpengaruh nyata Tabel 9.2. Uji Duncan bobot kering gulma (%) 1 MSA hasil penyimpanan suhu 150C,
suhu ruang, dan 400C untuk faktor konsentrasi glifosat
Konsentrasi glifosat (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
48 24 8,2101 A
24 24 16,0271 B
16 24 17,9794 C • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
105
Tabel 9.3. Analisis ragam pengaruh penyimpanan pada suhu 150C, 26-290C, 400C terhadap bobot kering gulma pada 2 MSA
suhu 150C, suhu ruang dan 400C untuk factor suhu Suhu (0C) N Rataan Pengelompokan Duncan
26-29 24 3,8894 A
15 24 5,0246 B
40 24 6,3148 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
106
Tabel 9.5. Uji Duncan bobot kering gulma (g) 1 MSA hasil penyimpanan suhu 150C, suhu ruang, dan 400C untuk faktor konsentrasi glifosat
Konsentrasi glifosat (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
48 24 1,5867 A
24 24 6,5019 B
16 24 8,0402 C • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata Tabel 9.6. Uji Duncan bobot kering gulma (g) 2 MSA hasil penyimpanan suhu 150C,
suhu ruang, dan 400C untuk faktor konsentrasi APG
Konsentrasi APG (%) N Rataan Pengelompokan Duncan
8 18 4,7393 A
10 18 5,1178 AB
6 18 5,6489 AB
4 18 5,9994 B • Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
Tabel 9.7. Uji Duncan bobot kering gulma (g) 2 MSA hasil penyimpanan suhu 150C,
suhu ruang, dan 400C untuk faktor perlakuan
Perlakuan N Rataan Pengelompokan Duncan RJ 2 1.1794 A RK 2 1.1794 A 40L 2 1.2451 A 15L 2 1.2677 A 15K 2 1.3276 A 40K 2 1.3385 A 15J 2 1.5906 A RL 2 1.6897 AB 40J 2 1.7411 AB RI 2 1.9999 AB 15I 2 2.1987 ABC 40I 2 2.2833 ABC
• Huruf pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata • Huruf pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata
108
Lampiran 10. Analisis statistik efektivitas herbisida hasil penyimpanan