II-1 PERANCANGAN PERAKITAN ALAT PRODUKSI BIODIESEL DENGAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) (Studi kasus: Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), Serpong, Tangerang) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HERMAN DWI PRANOWO I 1304012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
140
Embed
PERANCANGAN PERAKITAN ALAT PRODUKSI …... · Judul tugas akhir : Perancangan Perakitan Alat Produksi Biodiesel Dengan ... biarkan orang lain menghinamu tetapi bagiku kau tetap komputer
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II-1
PERANCANGAN PERAKITAN ALAT PRODUKSI BIODIESEL DENGAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA)
(Studi kasus: Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), Serpong, Tangerang)
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
HERMAN DWI PRANOWO I 1304012
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
II-2
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : PERANCANGAN PERAKITAN ALAT PRODUKSI BIODIESEL
DENGAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) (Studi kasus: Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN),
Pembantu Dekan I Ketua Jurusan Fakultas Teknik Teknik Industri UNS Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Lobes Herdiman, MT NIP 19561112 198403 2 007 NIP 19641007 199702 1 001
II-3
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Herman Dwi Pranowo
Nim : I 1304012
Judul tugas akhir : Perancangan Perakitan Alat Produksi Biodiesel Dengan Metode Design for Assembly (DFA) (Studi Kasus: Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), Serpong, Tangerang)
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak
mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa
Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan
batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau
dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup
menanggung segala konsekuensinya.
Surakarta, Juli 2010
Herman Dwi Pranowo I 1304012
II-4
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, Al Amin
suri tauladan kita.
Pada kesempatan yang sangat baik ini, dengan segenap kerendahan hati
dan rasa yang setulus-tulusnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, bapak dan ibuku yang telah memberikan doa, kasih
sayang dan dukungan kupersembahkan karyaku untuk kedua orang tuaku
tercinta.
2. Ir. Noegroho Djarwanti, M.T. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Sakun, Darno, Hirmanto, bangga bisa kenal dengan kalian. Kalianlah bagian
penting dari semua kisah sedih dan bahagia perjalananku di kota Solo yang tak
akan terlupakan.
14. Seluruh teman Teknik Industri angkatan ’04 UNS yang bersama berjuang
dalam menyelesaikan studi Strata-1. Atas semua bantuannya saya
mengucapkan banyak terima kasih.
15. B 5429 QH motor Honda Grand tersayangku terima kasih berkatmu aku
melangkah sampai sejauh ini, tetap kuatkan kakimu.
16. Celeron 2.0 Ghz dan Pentium 4 2.4 Ghz komputerku tercepat dalam aksess,
biarkan orang lain menghinamu tetapi bagiku kau tetap komputer tercepatku.
17. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan dalam kata pengantar ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun
siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir
ini masih jauh dari sempurna, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik yang membangun.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
II-6
ABSTRAK Herman Dwi Pranowo, NIM: I1304012. PERANCANGAN PERAKITAN ALAT PRODUKSI BIODIESEL DENGAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA). (STUDI KASUS: PUSAT TEKNOLOGI BAHAN INDUSTRI NUKLIR (PTBIN), SERPONG, TANGERANG). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, April 2010.
Desain produk yang kurang tepat menyebabkan perancangan menjadi tidak efisien, sehingga mengurangi keandalan dari produk tersebut dan meningkatkan biaya proses perakitan. Oleh karena itu, industri perlu mendesain produk sebaik mungkin baik agar dapat meningkatkan daya saing produknya. Metode design for assembly (DFA) dengan memperhatikan terhadap masalah biaya produksi suatu produk yang dapat disederhanakan tanpa mengurangi fungsi produk. Desain yang awalnya rumit dan tidak mobile, menjadi lebih sederhana dan mampu digunakan ditempat manapun.
Penelitian ini merupakan pengembangan alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel dengan mempertimbangkan metode design for assembly. Perancangan ulang mengarah pada penggunaan teknologi ultrasonik dalam pengolah minyak nabati menjadi biodiesel. Teknologi ultrasonik dalam pengolah minyak nabati menjadi biodiesel digunakan pada proses reaction dan proses washing. Penggunaan teknologi ultrasonik dapat mengeliminasi penggunaan boiler pada alat pengolah minyak nabati desain awal.
Analisis DFA pada alat pengolah minyak nabati, total waktu perakitan untuk desain awal memerlukan waktu 204 menit dengan nilai efisiensi 0.44 dan biaya perancangan Rp 305.100.000, total waktu perakitan untuk desain perancangan ulang adalah 36 menit dengan nilai efisiensi 0.83 dan biaya perancangan Rp 74.100.000.
Kata kunci: Metode design for assemby (DFA), biodiesel, boiler, teknologi
ultrasonik. xvii + 128 halaman, 38 tabel, 33 gambar, 3 lampiran Daftar pustaka: 26 (1944-2008)
II-7
ABSTRACT Herman Dwi Pranowo, NIM: I1304012. ASSEMBLING DESIGN PROCESSING BIODIESEL EQUIPMENT WITH METHOD OF DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA). (CASE STUDY: PUSAT TEKNOLOGI BAHAN INDUSTRI NUKLIR (PTBIN), SERPONG, TANGERANG). THESIS. Surakarta : Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, April 2010.
Product design that is less precise cause of design is not efficient, thus reducing the reliability of these products and increase the assembly cost. Therefore, the industry needs to design the best possible products both in order to improve the competitiveness of its products. Method of design for assembly (DFA) with attention to the problem of the production costs of a product which can be simplified without reducing the functionality of the product. Initially complicated design and are not mobile, it becomes more simple and can be used in place anywhere.
This research is the development of vegetable oil processing equipment to biodiesel by considering the method of design for assembly. Redesign leads to the use of ultrasonic technology in the processing of vegetable oils into biodiesel. Ultrasonic technology in the processing of vegetable oil into biodiesel is used in the process of reaction and washing process. The use of ultrasonic technology can eliminate the use of boilers in vegetable oil processing devices initial design.
DFA analysis of edible oil processing devices, the total assembly time for the initial design takes 204 minutes to 0.44 and cost-efficiency value of design Rp 305.100.000, total assembly time for the design redesign is 36 minutes with an efficiency score of 0.83 and design costs Rp 74.100. 000. Keywords: Method of design for assemby (DFA) method, biodiesel, boiler,
4.2.1 Membangkitkan alternatif atas fungsi alat pengolah minyak nabati......................................................................................
4.2.2 Morfologi chart alat pengolah minyak nabati........................
II-17
II-18
II-24
II-24
II-27
II-28
II-28
II-32
II-35
II-40
II-41
II-45
II-47
II-48
III-2
III-3
III-4
III-7
III-7
IV-1
IV-1
IV-2
IV-8
IV-10
IV-12
IV-19
IV-19
IV-23
II-10
4.2.3 Mengevaluasi elemen komponen dalam fungsi alat pengolah minyak nabati.........................................................
4.2.4 Stimulasi atas waktu penyelesaian.........................................
4.2.5 Performansi alat perancangan ulang......................................
4.2.6 Menentukan biaya design for assembly (DFA) ....................
4.2.7 Pemilihan alternatif alat pengolah minyak nabati..................
4.2.8 Rekayasa nilai alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel.................................................................................
4.2.9 Spesifikasi komponen alat pengolah minyak nabati..............
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1 Analisis Hasil Penelitian..................................................................
5.1.1 Analisis identifikasi komponen alat pengolah minyak nabati......................................................................................
5.1.2 Analisis pembangkitan alternatif atas fungsi alat pengolah minyak nabati.........................................................................
5.1.3 Analisis evaluasi komponen dalam fungsi alat pengolah minyak nabati.........................................................................
5.1.4 Analisis pemilihan alternatif alat pengolah minyak nabati....
5.2 Interpretasi Hasil Penelitian.............................................................
Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner diukur.
Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidakkonsistenan
respon yang diberikan responden. Saaty (1980) telah menyusun nilai CR
(consistency ratio) yang diijinkan adalah CR < 0,1.
2.3.2 Skala Persepsi Alternatif
Perbandingan dua hal merupakan proses perhitungan paling mudah yang
mampu dilakukan manusia dan keakuratannya dapat dipertanggungjawabkan.
Kondisi seseorang harus memilih antara dua elemen, misalnya w1 dan w2 dengan
dasar suatu kriteria maka otaknya secara otomatis membentuk suatu skala rasio
antara w1 dan w2 atau w1/w2. Bentuk skala rasio inilah yang menjadi input dasar
perbandingan pasangan yang sekaligus menyatakan bagaimana persepsi seseorang
dalam menghadapi suatu masalah pengambilan keputusan. Karena otak manusia
pun ada batasnya, maka skala rasio itu juga harus mempunyai batas tertentu yang
tidak terlampau besar tetapi cukup menampung persepsi manusia. Dalam
II-30
perbandingan pasangan digunakan batas 1 sampai 9 yang dianggap cukup
mewakili persepsi manusia.
Tabel 2.4 Skala penilaian untuk perbandingan pasangan
Tingkat Kepentingan Definisi Keterangan
1 Sama pentingnya Kedua elemen/kriteria mempunyai pengaruh yang sama.
3 Sedikit lebih
penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen/kriteria dibandingkan dengan pasangannya.
5 Lebih penting Satu elemen/kriteria sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat dibandingkan dengan elemen nyata, pasangannya.
7 Sangat penting Satu elemen/kriteria terbukti sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya.
9 Mutlak lebih
penting
Satu elemen/kriteria terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi.
2,4,6,9 Nilai tengah Diberikan bila terdapat keraguan penilaian diantara dua tingkat kepentingan yang berdekatan.
Aji = 1/aij Kebalikan Diberikan apabila elemen/kriteria pada kolom j lebih disukai dibandingkan pasangannya.
Sumber: Saaty Thomas L., 1991
2.4 REKAYASA NILAI
Nilai adalah kegunaan dari suatu produk atau jasa. Sehingga nilai dapat
berupa kegunaan (use value), kebanggan (esteem value), nilai tukar (exchange
value), dan biaya (cost value). Nilai juga sering diartikan sebagai rasio antara
performansi produk dengan biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan
performansi, persamaannya sebagai berikut:
CP
V = .........................................................................persamaan 2.5
dengan; P = Performansi produk
C = Biaya produk
Performansi yang baik dari suatu produk belum tentu akan menghasilkan
nilai yang tinggi jika biaya yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut
sangat tinggi. Sehingga untuk meningkatkan nilai dari suatu produk dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
II-31
1. Mengurangi biaya dengan tetap menjaga performansi.
2. Meningkatkan performansi dengan tetap mempertahankan biaya.
3. Meningkatkan performansi dan menurunkan biaya.
Dengan pengertian nilai tersebut maka usaha untuk meningkatkan nilai
(added value) merupakan inti yang dibahas dalam rekayasa nilai. Rekayasa nilai
menurut Lawrence D. (1972) adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif dan
sistematis dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan biaya yang tidak
diperlukan. Zimmerman dan Hart (1982) mendefinisikan bahwa rekayasa nilai
adalah suatu teknik manajemen yang menggunakan pendekatan untuk mencapai
keseimbangan fungsional terbaik antara biaya, keandalan, dan penampilan dari
suatu sistem atau produk. Sedangkan Seller mendefinisikan rekayasa nilai sebagai
suatu penerapan sistematik dari sejumlah teknik untuk mengidentifikasi fungsi
suatu benda atau jasa dengan memberikan nilai terhadap masing-masing fungsi
serta mengembangkan sejumlah alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi
dengan biaya minimum.
Dari beberapa definisi tersebut rekayasa nilai dapat diartikan sebagai suatu
teknik manajemen yang kreatif dan sistematis dengan mengidentifikasi dan
mengembangkan fungsi suatu benda atau jasa untuk mencapai keseimbangan
antara biaya, keandalan, dan penampilan suatu sistem atau produk.
Berdasarkan definisi diatas maka Zimmerman dan Hart (1982)
menyatakan karakteristik dari rekayasa nilai, yaitu:
1. Berorientasi pada fungsi. Fungsi adalah apapun yang membuat sesuatu dapat
bekerja atau bernilai sehingga rekayasa nilai menempatkan fungsi sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam mencapai nilai yang diinginkan.
2. Berorientasi pada sistem. Segala proses perbaikan yang dilakukan mengikuti
suatu rencana kerja formal untuk mengidentifikasi dan menghilangkan biaya
yang tidak perlu.
3. Berorientasi pada siklus hidup produk. Rekayasa nilai berkembang mulai dari
perancangan produk, produk mulai diperkenalkan, produk dewasa sampai
produk mengalami masa kemunduran sehingga perlu dipertimbangkan biaya
dan pengoperasian peralatan terlibat.
II-32
4. Multi disiplin. Pelibatan semua elemen perusahaan dalam suatu tim menjadi
suatu keharusan untuk menyukseskan perancangan produk tersebut.
5. Rekayasa nilai merupakan suatu teknik manajemen yang dapat dibuktikan dan
mengakomodasi pola pikir kreatif terhadap hal baru dan bersifat inovatif.
6. Bukan merupakan review desain atau perbaikan kalkulasi yang dilakukan oleh
perancang.
7. Pengurangan biaya proses tidak berarti mengorbankan realibilitas dan
keandalan.
Disamping rekayasa nilai juga dikenal istilah analisis nilai (value
analysis). Perbedaan antara keduanya terletak pada penggunaannya. Rekayasa
nilai digunakan untuk produk/rancangan baru sedangkan analisis nilai digunakan
untuk mengevaluasi dan mengembangkan produk atau rancangan yang telah ada.
2.5 BIOENERGI
Bioenergi adalah energi alternatif terbarukan yang dapat digunakan
sebagai pengganti energi fosil yang diperkirakan akan habis dalam waktu
20 hingga 30 tahun mendatang. Terbatasnya ketersediaan energi fosil membuat
bioenergi menjadi salah satu energi alternatif yang banyak dikembangkan.
Ketersediaan energi fosil di Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Ketersediaan energi fosil di Indonesia
Energi Fosil Minyak Bumi Gas Batu Bara
Sumber daya 86,9 miliar barel 384,7 TSCF*) 57 miliar ton
Cadangan (proven+possible) 9 miliar barel 182 TSCF*) 19,3 miliar ton
Produksi per tahun 500 juta barel 3,0 TSCF*) 130 juta ton
Ketersediaan (tanpa eksplorasi cadangan/ produksi) per tahun
23 miliar barel 62 TSCF*) 146 miliar ton
*) TSCF (Trillion Standard Cubic Feet) Sumber: Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi, 2007
Bioenergi yaitu material yang dihasilkan oleh makhluk hidup (tanaman,
hewan, dan mikroorganisme). Kelebihan bioenergi selain dapat diperbaharui
adalah bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek
rumah kaca, dan kontinuitas bahan baku terjamin. Bioenergi mempunyai dua
bentuk, yaitu tradisional dan modern. Bioenergi tradisional yang sering kita temui
II-33
yaitu kayu bakar, sedangkan bioenergi yang lebih modern di antaranya bioetanol,
biodiesel, PPO atau SVO, dan biogas. Jalur konversi biomassa ditunjukkan di
gambar 2.3.
Gambar 2.3 Jalur konversi biomassa menjadi bioenergi Sumber: Soerawidjaja Tatang H., 2006
2.5.1 Biodiesel
Pengertian ilmiah paling umum dari istilah ”biodiesel” mencakup sembarang
(dan semua) bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari sumber daya hayati atau
biomassa. Sekalipun demikian, definisi pengertian biodiesel yang lebih sempit
dan telah diterima luas di dalam industri, yaitu bahwa “biodiesel adalah bahan
bakar mesin atau motor diesel yang terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak”
(Soerawidjaja Tatang H., 2006), yaitu:
1. Sumber bahan baku biodiesel.
Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang, dan ganggang.
Biasanya bahan baku pembuatan biodiesel yang lazim digunakan adalah
minyak nabati, karena sumber minyak nabati mudah untuk diperoleh.
a. Minyak kelapa.
II-34
Minyak kelapa dihasilkan dari buah kelapa tua yakni diperoleh dari daging
buah kelapa yang diekstrak melalui pembuatan santan dan akhirnya
menjadi minyak. Atau, dihasilkan melalui proses pengeringan buah kelapa
menjadi kopra dan selanjutnya diolah untuk mendapatkan minyaknya.
Berdasarkan kandungan asam lemak, minyak kelapa digolongkan ke
dalam minyak asam laurat karena komposisi asam tersebut paling besar
dibandingkan dengan asam lemak lainnya.
b. Minyak kelapa sawit.
Dari kelapa sawit dapat dihasilkan minyak kelapa sawit (biasa disebut
dengan palm oil) yang sangat potensial untuk digunakan sebagai pengganti
bahan bakar diesel. Keunggulan palm oil sebagai bahan baku biodiesel
adalah kandungan asam lemak jenuh yang tinggi sehingga akan
menghasilkan angka setana yang tinggi. Selain itu palm oil mempunyai
perolehan biodiesel yang tinggi per hektar kebunnya.
Kelapa sawit merupakan sumber bahan baku penghasil minyak terefisien
dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Secara
garis besar, buah kelapa sawit terdiri dari daging buah yang dapat diolah
menjadi CPO (crude palm oil) dan inti (kernel) yang dapat diolah menjadi
PKO (palm kernel oil). Minyak CPO dan PKO memiliki perbedaan, baik
dalam komposisi asam lemak yang terkandung maupun sifat fisiko-
kimianya. Selain dari dua jenis minyak sawit yang telah disebutkan diatas,
terdapat juga fraksi minyak sawit turunan CPO yang sudah dimurnikan
yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Perbedaannya
adalah pada RBDPO kandungan asam lemak bebas sudah sangat kecil,
sehingga tidak diperlukan lagi tahap pre-esterifikasi.
II-35
Gambar 2.4 Beberapa gambar kelapa sawit (elaeis guineensis)
Sumber: Zandy A., 2007
c. Minyak jarak.
Minyak jarak dihasilkan dengan mengekstrak biji jarak. Biasanya, cara
yang digunakan adalah pengepresan mekanik. Cara ekstraksi ini paling
sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyaknya di
atas 10 %. Pengepresan mekanik menggunakan dua teknik, yaitu
pengepresan hidrolik dan pengepresan berulir. Minyak jarak memiliki
komposisi trigliserida yang mengandung asam lemak oleat dan linoleat.
d. Minyak goreng bekas (minyak jelantah).
Minyak jelantah adalah minyak yang dihasilkan dari sisa penggorengan,
baik dari minyak kelapa maupun minyak sawit. Minyak jelantah dapat
menyebabkan minyak berasap atau berbusa pada saat penggorengan,
meninggalkan warna cokelat, serta flavor yang tidak disukai dari makanan
yang digoreng. Dengan meningkatnya produksi dan konsumsi minyak
goreng, ketersediaan minyak jelantah kian hari kian melimpah.
Sampai saat ini, minyak jelantah belum dimanfaatkan dengan baik dan
hanya dibuang sebagai limbah rumah tangga ataupun industri.
Meningkatnya produksi dan konsumsi nasional minyak goreng, akan
berkorelasi dengan ketersediaan minyak jelantah yang semakin meningkat
meningkat pula. Oleh karena itu, pemanfaatan minyak goreng bekas
sebagai bahan baku biodiesel akan memberikan nilai tambah bagi minyak
jelantah.
II-36
2. Proses pengolahan biodiesel.
Proses pengolahan minyak nabati menjadi biodiesel dapat dilakukan melalui
dua proses yaitu esterifikasi dan transesterifikasi.
a. Esterifikasi.
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis
yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat dan, karena ini, asam sulfat,
asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan
katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja
Tatang H., 2006). Agar reaksi dapat berlangsung ke konversi yang
sempurna pada temperatur rendah (misalnya paling tinggi 120o C), reaktan
metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih (biasanya
lebih besar dari 10 kali nisbah stoikhiometrik) dan air produk ikutan reaksi
harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak. Melalui kombinasi-
kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode penyingkiran
air, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat
dituntaskan dalam waktu 1 sampai beberapa jam.
b. Transesterifikasi.
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi
dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan
alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara
alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok
gugus alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan, karena
harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut
metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik
dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME).
Gambar 2.5 Reaksi transesterifikasi dari trigliserida menjadi biodiesel
Sumber: Mittlebatch M. dan Remschmidt C., 2004
II-37
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa
adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum tetapi reaksi berjalan
dengan lambat (Mittlebatch, 2004). Katalis yang biasa digunakan pada
reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, karena katalis ini dapat
mempercepat reaksi. Reaksi transesterifikasi sebenarnya berlangsung
dalam 3 tahap, sebagai berikut:
Gambar 2.6 Tahapan reaksi transesterifikasi Sumber: Mittlebatch M. dan Remschmidt C., 2004
Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil
asam-asam lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke
arah produk, yaitu:
a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi,
b. Memisahkan gliserol,
c. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi
eksoterm).
3. Hal-hal yang mempengaruhi reaksi transesterifikasi.
Pada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu
menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang
maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta
perolehan biodiesel melalui transesterifikasi (Freedman, 1984), sebagai
berikut:
a. Pengaruh air dan asam lemak bebas,
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar
kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Semua bahan
yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi
dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus
II-38
terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan
uap air dan karbon dioksida.
b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah,
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah
3 mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester
dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1
dapat menghasilkan konversi 98% (Bradshaw dan Meuly, 1944). Secara
umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang
digunakan, maka konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah.
Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah
98% - 99%, sedangkan pada 3:1 adalah 74% - 89%. Nilai perbandingan
yang terbaik adalah 6:1 karena dapat memberikan konversi yang
maksimum.
c. Pengaruh jenis alkohol,
Pada rasio 6 : 1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi
dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol.
d. Pengaruh jenis katalis,
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk
reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium
hidroksida (KOH), natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida
(KOCH3). Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat
(metoksida). Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang
maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati. Jumlah
katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak nabati untuk
natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.
e. Metanolisis crude dan refined Minyak Nabati,
Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati
refined. Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang
telah dihilangkan getahnya dan disaring.
f. Pengaruh temperatur.
II-39
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30° C – 65° C
(titik didih metanol sekitar 65° C). Untuk waktu 6 menit, pada temperatur
60o C konversi telah mencapai 94 % sedangkan pada 45o C yaitu 87 % dan
pada 32o C yaitu 64 %. Temperatur yang rendah akan menghasilkan
konversi yang lebih tinggi namun dengan waktu reaksi yang lebih lama.
4. Asam lemak bebas (free fatty acid).
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terpisahkan dari trigliserida,
digliserida, monogliserida, dan gliserin bebas. Hal ini dapat disebabkan oleh
pemanasan dan terdapatnya air sehingga terjadi proses hidrolisis. Oksidasi
juga dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak nabati.
Dalam proses konversi trigliserida menjadi alkil esternya melalui reaksi
transesterifikasi dengan katalis basa, asam lemak bebas harus dipisahkan atau
dikonversi menjadi alkil ester terlebih dahulu karena asam lemak bebas akan
mengkonsumsi katalis. Kandungan asam lemak bebas dalam biodiesel akan
mengakibatkan terbentuknya suasana asam yang dapat mengakibatkan korosi
pada peralatan injeksi bahan bakar, membuat filter tersumbat dan terjadi
sedimentasi pada injektor (www.journeytoforever.com).
2.6 BIODIESEL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF
Biodiesel sebagai energi alternatif pengganti solar memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
1. Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih
baik (free sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global.
2. Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik
dibandingkan dengan minyak kasar.
3. Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai
(biodegradable).
4. Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat
diperbaharui.
5. Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi
secara lokal.
II-40
Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses
pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi
minyak nabati menjadi biodiesel tinggi (mencapai 95 %).
2.6.1 Perbandingan Biodiesel Dengan Minyak Solar
Biodiesel memiliki sifat fisis yang sama dengan solar sehingga bisa
dipergunakan sebagai bahan bakar pengganti untuk kendaraan bermesin diesel.
Secara komposisi kimia, biodiesel berbeda dengan minyak solar. Pada umumnya
minyak solar terdiri atas 30-35% senyawa hidrokarbon aromatik dan 65-70%
parafin disertai sedikit olefin. Sementara biodiesel sebagian besar terdiri atas
C16-C18 fatty acid methyl ester dengan 1-3 ikatan rangkap untuk setiap
molekulnya. Karakteristik yang menjadi kelebihan biodiesel bila dibandingkan
dengan minyak solar adalah pada emisi gas buang, kadar sulfur, angka setana,
keteruraian dan stabilitas, serta pelumasan dan pembersihan mesin.
1. Emisi gas buang,
Secara kimia, pembakaran adalah proses oksidasi yang memerlukan oksigen
cukup agar tercapai pembakaran sempurna yang menghasilkan gas karbon
dioksida (CO2) dan uap air (H2O). Pembakaran yang tidak sempurna akan
menghasilkan gas karbon monoksida (CO) atau residu (C).
Biodiesel adalah oxygenated fuel, yaitu bahan bakar yang mengandung
oksigen yang kemudian ikut terbakar selama proses oksidasi sehingga
menghasilkan emisi yang lebih baik karena ada tambahan pasokan oksigen
tersebut. Pemakaian biodiesel melalui pencampuran dengan minyak solar
dalam jumlah tertentu (misalnya sampai dengan 30% biodiesel atau dikenal
dengan sebutan B30) akan memperbaiki emisi gas buang secara signifikan,
seperti ditunjukkan pada tabel 2.6 dan tabel 2.7.
Tabel 2.6 Penurunan emisi regulasi B30
Emisi Regulasi Penurunan Emisi Rata-rata (%)
CO (g/km) 25,35
NOx+THC 10,82
Partikulat 42,02
II-41
Opasitas 23,5
Sumber: Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT, 2005
Tabel 2.7 Emisi senyawa aromatik dengan solar dan B30
Jarak 0 km Jarak 20.000 km Parameter (µg/gram) Solar B30 ∆% Solar B30 ∆%
Benzene 113 99 -12 186 168 -10
Toluene 83 56 -33 274 260 -5
Xylene 31 19 -39 113 96 -15
Ethyl Benzena 22 13 -41 86 73 -15
Sumber: Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT, 2005
2. Kadar sulfur,
Seperti ditunjukkan pada tabel 2.8, kadar sulfur dalam biodiesel lebih rendah
daripada minyak solar. Kadar sulfur ini berpengaruh terhadap kandungan SOx
dalam gas buang hasil pembakaran.
Tabel 2.8 Perbandingan spesifikasi minyak solar dan biodiesel
No Parameter Minyak solar Biodiesel 1 Massa jenis pada (kg/m3) 820-870
(15º C) 850-890 (15º C)
2 Viskositas kinematik pada 40º C, mm2/s (cSt) 1,6-5,8 2,3-6,0
3 Angka setana min. 45 min. 51 4 Titik nyala (mangkok tertutup), (o C) min. 60 min. 100 5 Titik kabut (o C) - maks. 18 Titik tuang (o C) maks. 18 - 6 Korosi bilah tembaga (3 jam, 50o C) maks. No. 1 maks. No. 3 7 Residu karbon, %-berat,
· Dalam contoh asli · Dalam 10 % ampas distilasi
maks. 0,1
maks. 0,05 (maks 0,03)
8 Air dan sedimen, % vol. maks. 0,05 maks. 0,05 9 Temperatur distilasi 90 %, (o C) - maks. 360
10 Temperatur distilasi 95 %, (o C) maks. 370 - 11 Abu tersulfatkan (% massa) maks. 0,01 maks. 0,02 12 Belerang, (ppm (mg/kg)) maks. 5000 maks. 100 13 Fosfor, (ppm (mg/kg)) - maks. 10 14 Angka asam (mg-KOH/g) maks. 0,6 maks. 0,8 15 Gliserol bebas (% massa) - maks. 0,02 16 Gliserol total (% massa) - maks. 0,24
22 Pompa pengering 2.15 0.01 23 Pompa vakum 2.15 0.01 24 Kondensor vakum 2.15 0.01 25 Filter produk 4.55 0.02 26 Tangki air panas 4.55 0.02 27 Pompa air panas 2.15 0.01 28 Pompa air pendingin 2.15 0.01 29 Steam header 2.15 0.01 30 Pemipaan 43.70 0.21 31 Subdistribution panel 25.35 0.12
Total : 204 1
Perhitungan prioritas waktu perakitan per komponen didapatkan dari hasil
pembagian waktu operasi perakitan per komponen dengan total waktu
perakitan.
Contoh perhitungan:
Prioritas waktu operasi perakitan per komponen = tan
tanperakiwaktuTotal
boilerperakiWaktu
= 204
35.25
= 0.12
2. Ultrasonik,
Konsep desain perancangan alat pengolah minyak biodiesel dengan ultrasonik
bekerja secara kontinyu mulai dari tangki bahan hingga pemisahan produk
(biodiesel) dengan gliserol dan sisa-sisa bahan katalis dengan kapasitas
produksi 100 liter/batch. Konsep desain perancangan alat pengolah minyak
nabati dapat dilihat pada gambar 4.3.
IV-63
Gambar 4.3 Konsep desain perancangan alat pengolah minyak nabati
Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa konsep desain alat pengolah minyak
nabati mengeliminasi penggunaan boiler pada alat sebelumnya dan
menggantikannya dengan teknologi ultrasonik. Sehingga komponen-komponen
tangki evaporator, pompa evaporator, kondensor, dan steam header dapat
dihilangkan. Penggunaan teknologi ultrasonik dapat juga digunakan dalam
proses washing dan proses drying sehingga komponen pada proses tersebut
dapat dihilangkan.
Berbeda dengan alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel dengan
menggunakan boiler, dalam sistem ini energi terkonsentrasi pada volume bahan
baku dalam reaktor sehingga dalam waktu yang sama produk yang dihasilkan
berlipat. Dalam pengoperasian maksimum panas yang dihasilkan tidak lebih
dari 80o C.
Bagian utama perancangan alat pengolah minyak nabati adalah reaktor
ultrasonik. Energi kavitasi yang dihasilkan ultrasonik pada frekuensi hingga 20
kHz dapat membuat bahan minyak dengan katalisator secara cepat bereaksi
membentuk biodiesel dan gliserol yang kemudian dipisahkan pada proses
selanjutnya.
IV-64
Berdasarkan konsep desain perancangan ulang alat pengolah minyak nabati,
komponen-komponen yang digunakan dideskripsikan menjadi 4 macam
meliputi mekanik, kontrol, elektrik, dan plumbing. Deskripsi komponen
perancangan ulang alat pengolah minyak nabati dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Komponen perancangan alat pengolah minyak nabati dengan ultrasonik
Mekanik Kode Kontrol Kode Elektrik Kode Plumbing KodeFeedstock tank M1 Sight glass indicator C1 Distribution panel E1 Selang P1Catalyst tank M2 Termokopel C2 Adaptor E2 Pipa SS P2Ultrasonik reaktor M3 Kontrol motor DC C3 Motor DC E3 Shock sambungan P3Pompa M4 Kontrol motor AC C4 Heater E4 Shock L P4Static stirrer M5 Pressure gauge C5 Trafo step down E5 Shock T P5Rangka M6 Kontrol fluida C6 Motor AC E6 Kran P6
Tranduser ultrasonik E7
Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa komoponen mekanik terdiri dari komponen
tangki minyak, tangki katalis, reaktor ultrasonik, pompa, stirrer, dan rangka
utama. Untuk komponen kontrol terdiri dari komponen sight glass indicator,
termokopel, kontrol motor DC, kontrol motor AC, pressure gauge, dan kontrol
fluida. Untuk komponen elektrik terdiri dari komponen distribution panel,
adaptor, motor DC, heater, trafo step down, motor AC, dan tranduser
ultrasonik. Sedangkan untuk komponen plumbing terdiri dari komonen selang,
pipa, shock sambungan, shock L, shock T, dan kran.
4.1.3 Permasalahan Dalam Proses Perancangan Alat Pengolah Minyak Nabati
Sebelum sampai pada tahap perancangan, sebaiknya dibuat tabel
permasalahan yang mendukung untuk perancangan ulang alat pengolah minyak
nabati, agar diketahui permasalahan yang terjadi dalam pengoperasian alat
pengolah minyak nabati. Parameter permasalahan dalam alat pengolah minyak
nabati, yaitu:
IV-65
1. Komponen alat pengolah minyak nabati,
· Kesulitan dalam pengoperasian, penggunaan komponen yang berbeda
dalam tiap proses pengolahan pada alat pengolah minyak nabati menjadi
biodiesel membuat alat rumit untuk dioperasikan karena pengaturan tiap
komponen tidak mudah.
· Tidak mobile, ukuran alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel yang
besar membuat alat ini tidak mudah dipindah-pindahkan.
· Pengadaan peralatan tidak murah, pengadaan alat pengolahan minyak
nabati menjadi biodiesel membutuhkan biaya sebesar 300 – 310 juta
rupiah.
2. Kapasitas input alat pengolah minyak nabati ,
· Membutuhkan energi besar, pengoperasian alat pengolah minyak nabati
menjadi biodiesel membutuhkan daya listrik sebesar 15 kW.
3. Proses dari waktu pengolahan,
· Proses pengolahan panjang, proses pengolahan biodiesel pada alat
pengolah minyak nabati menjadi biodiesel ini membutuhkan waktu selama
8-9 jam/batch.
· Proses perakitan lama, penggunaan komponen proses yang banyak
membuat proses perakitan pada alat pengolah minyak nabati menjadi
biodiesel ini menjadi lama.
4. Pengolah bahan baku minyak nabati,
· Bahan baku tidak mudah diperoleh, lokasi pabrik pengolah biodiesel yang
tidak berdekatan dengan lingkungan petani pengolah minyak nabati.
Permasalahan pada alat pengolah minyak nabati ditinjau dari segi kemudahan
dirakit dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Daftar tingkat masalah pada perancangan alat pengolah minyak nabati
No Parameter Resistensi Alat Terhadap Memudahkan Alat Dalam
Perakitan 1 Komponen alat pengolah minyak nabati 3
2 Kapasitas input alat pengolah minyak nabati 1
3 Proses dari waktu pengolahan 2
4 Pengolah bahan baku minyak nabati 1
IV-66
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa permasalahan pada perancangan
alat pengolah minyak nabati ditinjau dari segi kemudahan perakitan yang paling
dominan adalah parameter komponen alat pengolah minyak nabati dengan
3 resistensi, sedangakan parameter proses dari waktu pengolahan berada di urutan
kedua dengan 2 resistensi yang diikuti oleh parameter kapasitas input alat
pengolah minyak nabati dan parameter pengolah bahan baku minyak nabati di
urutan ketiga dan keempat dengan 1 resistensi. Pada gambar 4.4 ditampilkan
grafik histogram permasalahan dalam proses perancangan alat pengolah minyak
nabati untuk memperjelas dan mempermudah pembacaan data.
Permasalahan Dalam Proses Perancangan Alat Pengolah Minyak Nabati
0
1
2
3
4
Komponen Kapasitas input Proses dariwaktu
Bahan baku
Parameter
Fre
kuen
si
Gambar 4.4 Histogram permasalahan alat pengolah minyak nabati
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa permasalahan tertinggi pada perancangan
alat pengolah minyak nabati yaitu pada komponen alat pengolah minyak nabati
dengan 3 resistensi. Data permasalahan tersebut digunakan untuk menentukan
langkah penyelesaian dalam perbaikan perancangan alat pengolah minyak nabati.
4.1.4 Pemilihan Komponen Assembly Alat Pengolah Minyak Nabati
Berdasarkan identifikasi komponen perancangan alat pengolah minyak
nabati yang telah terdeskripsi, langkah selanjutnya adalah menganalisa dan
memilih komponen dalam suatu perakitan (assembly). Pemilihan komponen
assembly perancangan ulang alat pengolah minyak nabati dapat dilihat pada
tabel 4.5.
IV-67
Tabel 4.5 Pemilihan komponen assembly perancangan alat pengolah minyak nabati
IV-68
Sebelum melakukan tahap perancangan alat pengolah minyak nabati
sebaiknya mengetahui hubungan tiap komponen dalam perancangan, sehingga
akan didapatkan komponen yang sesuai untuk dikembangkan. Keputusan
pemilihan berdasarkan perakitan (assembly) antar komponen, dengan
pertimbangan apakah komponen tersebut memiliki hubungan dengan komponen
lain ketika dirakit. Contoh untuk komponen tangki minyak ketika dirakit dengan
komponen kontrol pemanas, komponen heater, dan komponen kran memiliki
hubungan yang kuat sehingga keputusan yang diambil adalah ”dipilih”.
4.1.5 Bill of Material (BOM)
Material penyusun produk (bill of material) pada alat pengolah minyak
nabati desain awal terdiri dari komponen boiler, peralatan utama, peralatan
pendukung, komponen kelistrikan, pemipaan, dan rangka utama. Seluruh
komponen tersebut dirangkai menjadi satu. Bill of material alat pengolah minyak
nabati dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Bill of material alat pengolah minyak nabati
IV-69
Gambar 4.5 bill of material alat pengolah minyak nabati dijelaskan dari
setiap komponen penyusun beserta fungsinya, yaitu:
1. Alat pengolah minyak nabati, serangkaian gabungan beberapa komponen
penyusun yang berfungsi sebagai alat pengolah minyak nabati menjadi
biodiesel.
2. Rangka utama, berfungsi sebagai penyangga komponen penyusun alat
pengolah minyak nabati. Rangka utama alat pengolah minyak nabati dapat
dilihat pada gambar 4.5.
3. Pemipaan, serangkaian gabungan beberapa komponen yang berfungsi sebagai
penghubung antar peralatan proses.
4. Kelistrikan, serangkaian komponen yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga
listrik ke peralatan-peralatan proses dari sumber listrik.
5. Boiler, berfungsi sebagai komponen penghasil uap air dalam proses. Bill of
material boiler dapat dilihat pada gambar 4.6.
Gambar 4.6 Rangka utama alat pengolah minyak nabati
6. Peralatan utama, serangkaian gabungan beberapa komponen penyusun alat
pengolah minyak nabati digunakan secara langsung dalam proses. Peralatan
utama terbagi dalam 4 macam yaitu, pretreatment system, reaction system,
washing system, dan drying system. Bill of material dari komponen
pretreatment system dapat dilihat pada gambar 4.8. Bill of material dari
komponen reaction system dapat dilihat pada gambar 4.9. Bill of material dari
komponen washing system dan drying system dapat dilihat pada gambar 4.10.
7. Peralatan pendukung, serangkaian gabungan beberapa komponen penyusun
alat pengolah minyak nabati yang digunakan sebagai pendukung peralatan
utama. Bill of material peralatan pendukung dapat dilihat pada gambar 4.11.
IV-70
Gambar 4.7 Bill of material boiler
Gambar 4.7 bill of material boiler dijelaskan dari masing-masing
komponen penyusun beserta fungsinya, yaitu:
1. Water system, serangkaian gabungan beberapa komponen penyusun boiler
yang berfungsi dalam penanganan air.
2. Air and flue system, serangkaian gabungan beberapa komponen penyusun
boiler yang berfungsi untuk mengeluarkan udara panas.
3. Fuel system, serangkaian gabungan beberapa komponen penyusun boiler yang
berfungsi dalam penanganan bahan bakar.
4. Steam system, serangkaian gabungan beberapa komponen penyusun boiler
yang berfungsi dalam penanganan uap air.
5. Safety system, serangkaian gabungan beberapa komponen penyusun boiler
yang berfungsi untuk keamanan.
IV-71
Gambar 4.8 Bill of material pretreatment system
IV-72
Gambar 4.9 Bill of material reaction system
IV-17
Gambar 4.8 bill of material pretreatment system dijelaskan dari masing-
Desain alternatif VIII mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Kelebihan
a. Proses reaksi cepat
b. Biodiesel yang dihasilkan banyak
c. Tahan karat
d. Tahan api
e. Mudah dipindah-pindahkan
f. Mudah untuk diopersikan
g. Dapat diopersikan didalam
ruangan
Kelemahan
a. Daya yang dibutuhkan besar
b. Proses persiapan pipa rumit
c. Harga lebih mahal dari alternatif-
alternatif lain
Keempat alternatif tersebut merupakan penyelesaian yang dapat
direalisasikan dalam pembuatan alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel,
mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan desain awal, baik dari segi efisiensi
dan mobilitas.
4.2.6 Menentukan Biaya Design For Assembly (DFA)
Biaya yang dianalisis merupakan biaya bahan baku dan biaya operasi
perakitan alat pengolah minyak nabati. Tahap ini menganalisa biaya alat pengolah
minyak nabati desain awal dan alternatif perancangan ulang alat pengolah minyak
nabati yang diterima, sebagai berikut:
1. Boiler,
Harga material alat pengolah minyak nabati didapat dari harga material alat
yang berlaku pada bulan Desember 2009. Biaya alat pengolah minyak nabati
desain awal dapat dilihat pada tabel 4.13.
IV-37
Tabel 4.13 Biaya alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel desain awal
Komponen Material Kebutuhan Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Biaya bahan baku Boiler Boiler 150 kg/jam 1 unit 50,000,000.00 50,000,000.00
Besi siku 800 kg 50,000.00 40,000,000.00 Rangka utama Baut 100 buah 15,000.00 1,500,000.00 Pelat CS (4'x8') 1 lembar 2,000,000.00 2,000,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00
Tangki minyak kotor
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Pelat CS (4'x8') 1 lembar 2,000,000.00 2,000,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00
Tangki minyak bersih
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Filter tekan 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Filter tekan Pressure gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa minyak Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Pelat SUS 304 (4'x8') 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Tangki pencampuran katalis Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00
Pelat SUS 304 1 lembar 1,800,000.00 1,800,000.00 Kondensor pencampur katalis Shell coil 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa pencampur katalis Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00
Pelat SUS 304 (4'x8') 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00
Tangki reaktor
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Pelat SUS 304 1 lembar 1,800,000.00 1,800,000.00 Kondensor
reaktor Shell coil 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa reaktor Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Pelat SUS 304 (4'x8') 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Tangki evaporator 1
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa
evaporator 1 Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Pelat SUS 304 1 lembar 1,800,000.00 1,800,000.00 Kondensor
evaporator 1 Shell tube 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pelat SUS 304 (4'x8') 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Tangki evaporator 2
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa
evaporator 2 Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Pelat SUS 304 1 lembar 1,800,000.00 1,800,000.00 Kondensor
evaporator 2 Shell tube 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Tangki pencuci Pelat SUS 304 (4'x8') 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00
IV-38
Lanjutan tabel 4.13
Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa tangki pencuci Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00
Pelat SUS 304 1 lembar 1,800,000.00 1,800,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pressure gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00
Tangki pengering vakum
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa
pengering Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa vakum Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Pelat SUS 304 1 lembar 1,800,000.00 1,800,000.00 Kondensor
vakum Shell 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pelat SUS 304 1 lembar 1,800,000.00 1,800,000.00 Filter 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00
Filter produk
Pressure gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Pelat CS (4'x8') 1 lembar 2,000,000.00 2,000,000.00 Tangki air
panas Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa air
panas Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa air
pendingin Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Steam header 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Steam header Pressure gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Steam trap SS 15 unit 260,000.00 3,900,000.00 Valve SS 60 unit 100,000.00 6,000,000.00 Flange SS 60 unit 100,000.00 6,000,000.00 Reducer SS 5 unit 500,000.00 2,500,000.00 Tee SS 5 unit 500,000.00 2,500,000.00
Pemipaan
Elbow SS 60 unit 100,000.00 6,000,000.00 Kabel NYY (4x6) mm2
100 meter 22,500.00 2,250,000.00
Kabel NYYHY (4x2.5) mm
100 meter 25,000.00 2,500,000.00
Kontaktor 3 Phase 13 unit 50,000.00 650,000.00 Tombol tekan 14 unit 50,000.00 700,000.00 Pengaman MCB 3 Phase
1 unit 50,000.00 50,000.00
Pengaman MCCB 3 Phase
13 unit 50,000.00 650,000.00
Subdistribution panel
TOR 14 unit 50,000.00 700,000.00 Jumlah biaya bahan baku : 300,000,000.00
stainless steel, pipa stainless steel, dan rangka apollo steel. Biaya
perancangan ulang alat pengolah minyak nabati alternatif III dapat dilihat
pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Biaya perancangan ulang alat pengolah minyak nabati (alternatif III)
Komponen Material Kebutuhan Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Biaya bahan baku Pelat SUS 304 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00
Tangki minyak
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Pelat SUS 304 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Tangki katalis
Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00 Reaktor ultrasonik
Double pipe SS 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00
Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa sentrifugal kapasitas rendah
Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00
Stirrer Static stirrer SS 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Adaptor Adaptor 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Tranduser ultrasonik
Tranduser ultrasonik 1 unit 20,000,000.00 20,000,000.00
Trafo step down
Trafo step down 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Selang 5 meter 20,000.00 100,000.00 Pipa SS 13 cm 12 unit 50,000.00 600,000.00 Shock sambungan SS 8 unit 50,000.00 400,000.00 Shock siku SS 12 unit 50,000.00 600,000.00 Shock T SS 1 unit 50,000.00 50,000.00 Kran 3 unit 50,000.00 150,000.00
Pemipaan
Pressure gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Distribution panel
Kabel NYY (4x6) mm2
10 meter 22,500.00 225,000.00
IV-40
Lanjutan tabel 4.14
Kabel NYYHY (4x2.5) mm
17 meter 25,000.00 425,000.00
Kontaktor 3 Phase 3 unit 50,000.00 150,000.00 Tombol pengaman 1 unit 50,000.00 50,000.00 Termokpel 1 unit 500,000.00 500,000.00 Ampere rmeter 1 unit 500,000.00 500,000.00 Volt meter 1 unit 500,000.00 500,000.00 Kontrol motor 1 unit 1,000,000.00 1,000,000.00
Pengaman MCB 3 Phase
3 unit 50,000.00 150,000.00
Besi apollo 100 kg 25,000.00 2,500,000.00 Rangka utama Baut besi 60 unit 5,000.00 300,000.00
Jumlah biaya bahan baku : 68,200,000.00 Biaya operasi Pemasangan peralatan
Perkakas perakitan 36 menit 25,000.00 900,000.00
Jumlah biaya operasi : 900,000.00 Total biaya bahan baku + biaya operasi : 69,100,000.00
Tabel 4.14 dapat dilihat biaya perancangan ulang alat pengolah minyak
nabati alternatif III yaitu sebesar Rp 69.100.000 yang didapat dari biaya
bahan baku sebesar Rp 68.200.000 dan biaya operasi sebesar Rp 900.000.
b. Alternatif IV,
Alternatif IV merupakan kombinasi komponen tangki minyak stainless
steel, tangki katalis stainless steel, pompa sentrifugal kapasitas tinggi
stainless steel, pipa stainless steel, dan rangka apollo steel. Biaya
perancangan ulang alat pengolah minyak nabati alternatif IV dapat dilihat
pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Biaya perancangan ulang alat pengolah minyak nabati (alternatif IV)
Komponen Material Kebutuhan Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Biaya bahan baku Pelat SUS 304 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00
Tangki minyak
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Pelat SUS 304 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Tangki katalis
Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00 Reaktor ultrasonik Double pipe SS 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00
Casing 1 unit 5,500,000.00 5,500,000.00 Pompa sentrifugal kapasitas tinggi Motor AC 1 unit 7,000,000.00 7,000,000.00
IV-41
Lanjutan tabel 4.15
Stirrer Static stirrer SS 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00
Adaptor Adaptor 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Tranduser ultrasonik
Tranduser ultrasonik 1 unit 20,000,000.00 20,000,000.00
Trafo step down Trafo step down 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Selang 5 meter 20,000.00 100,000.00
Pipa SS 13 cm 12 unit 50,000.00 600,000.00 Shock sambungan SS
8 unit 50,000.00 400,000.00
Shock siku SS 12 unit 50,000.00 600,000.00
Shock T SS 1 unit 50,000.00 50,000.00
Kran 3 unit 50,000.00 150,000.00
Pemipaan
Pressure gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Kabel NYY (4x6) mm2
10 meter 22,500.00 225,000.00
Kabel NYYHY (4x2.5) mm
17 meter 25,000.00 425,000.00
Kontaktor 3 Phase 3 unit 50,000.00 150,000.00
Tombol pengaman 1 unit 50,000.00 50,000.00
Termokpel 1 unit 500,000.00 500,000.00
Ampere rmeter 1 unit 500,000.00 500,000.00
Volt meter 1 unit 500,000.00 500,000.00
Kontrol motor 1 unit 1,000,000.00 1,000,000.00
Distribution panel
Pengaman MCB 3 Phase 3 unit 50,000.00 150,000.00
Besi apollo 100 kg 25,000.00 2,500,000.00 Rangka utama
Baut besi 60 unit 5,000.00 300,000.00
Jumlah biaya bahan baku : 73,200,000.00
Biaya operasi Pemasangan peralatan Perkakas perakitan 36 menit 25,000.00 900,000.00
Jumlah biaya operasi : 900,000.00
Total biaya bahan baku + biaya operasi : 74,100,000.00
Tabel 4.15 dapat dilihat biaya perancangan ulang alat pengolah minyak
nabati alternatif IV yaitu sebesar Rp 74.100.000 yang didapat dari biaya
bahan baku sebesar Rp 73.200.000 dan biaya operasi sebesar Rp 900.000.
c. Alternatif VII,
Alternatif VII merupakan kombinasi komponen tangki minyak stainless
steel, tangki katalis stainless steel, pompa sentrifugal kapasitas rendah
stainless steel, pipa galvanis, dan rangka apollo steel. Biaya alat pengolah
minyak nabati alternatif VII dapat dilihat pada tabel 4.16.
IV-42
Tabel 4.16 Biaya perancangan ulang alat pengolah minyak nabati (alternatif VII)
Komponen Material Kebutuhan Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Biaya bahan baku Pelat SUS 304 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00
Tangki minyak
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Pelat SUS 304 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Tangki katalis
Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00 Reaktor ultrasonik Double pipe SS 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00
Casing 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pompa sentrifugal kapasitas rendah Motor AC 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Stirrer Static stirrer SS 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Adaptor Adaptor 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Tranduser ultrasonik
Tranduser ultrasonik
1 unit 20,000,000.00 20,000,000.00
Trafo step down Trafo step down 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Selang 5 meter 20,000.00 100,000.00 Pipa galvanis 13 cm 12 unit 200,000.00 2,400,000.00 Shock sambungan galvanis
8 unit 200,000.00 1,600,000.00
Shock siku galvanis 12 unit 200,000.00 2,400,000.00 Shock T galvanis 1 unit 200,000.00 200,000.00 Kran 3 unit 100,000.00 300,000.00
Pemipaan
Pressure gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Kabel NYY (4x6) mm2
10 meter 22,500.00 225,000.00
Kabel NYYHY (4x2.5) mm
17 meter 25,000.00 425,000.00
Kontaktor 3 Phase 3 unit 50,000.00 150,000.00 Tombol pengaman 1 unit 50,000.00 50,000.00 Termokpel 1 unit 500,000.00 500,000.00 Ampere rmeter 1 unit 500,000.00 500,000.00 Volt meter 1 unit 500,000.00 500,000.00 Kontrol motor 1 unit 1,000,000.00 1,000,000.00
Distribution panel
Pengaman MCB 3 Phase
3 unit 50,000.00 150,000.00
Besi apollo 100 kg 25,000.00 2,500,000.00 Rangka utama Baut besi 60 unit 5,000.00 300,000.00
Jumlah biaya bahan baku : 73,300,000.00 Biaya operasi Pemasangan peralatan
Perkakas perakitan 36 menit 25,000.00 900,000.00
Jumlah biaya operasi : 900,000.00 Total biaya bahan baku + biaya operasi : 74,200,000.00
IV-43
Tabel 4.16 dapat dilihat biaya perancangan ulang alat pengolah minyak
nabati alternatif VII yaitu sebesar Rp 74.200.000 yang didapat dari biaya
bahan baku sebesar Rp 73.300.000 dan biaya operasi sebesar Rp 900.000.
d. Alternatif VIII,
Alternatif VIII merupakan kombinasi komponen tangki minyak stainless
steel, tangki katalis stainless steel, pompa sentrifugal kapasitas tinggi
stainless steel, pipa galvanis, dan rangka apollo steel. Biaya perancangan
ulang alat pengolah minyak nabati alternatif VIII dapat dilihat pada tabel
4.17.
Tabel 4.17 Biaya perancangan ulang alat pengolah minyak nabati (alternatif VIII)
Komponen Material Kebutuhan Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Biaya bahan baku Pelat SUS 304 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Heater 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00
Tangki minyak
Temperature gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Pelat SUS 304 1 lembar 2,500,000.00 2,500,000.00 Pengaduk 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00
Tangki katalis
Motor DC 1 unit 2,000,000.00 2,000,000.00 Reaktor ultrasonik Double pipe SS 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00
Casing 1 unit 5,500,000.00 5,500,000.00 Pompa sentrifugal kapasitas tinggi Motor AC 1 unit 7,000,000.00 7,000,000.00 Stirrer Static stirrer SS 1 unit 5,000,000.00 5,000,000.00 Adaptor Adaptor 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Tranduser ultrasonik
Tranduser ultrasonik
1 unit 20,000,000.00 20,000,000.00
Trafo step down Trafo step down 1 unit 2,500,000.00 2,500,000.00 Selang 5 meter 20,000.00 100,000.00 Pipa galvanis 13 cm 12 unit 200,000.00 2,400,000.00 Shock sambungan galvanis
8 unit 200,000.00 1,600,000.00
Shock siku galvanis 12 unit 200,000.00 2,400,000.00 Shock T galvanis 1 unit 200,000.00 200,000.00 Kran 3 unit 100,000.00 300,000.00
Pemipaan
Pressure gauge 1 unit 500,000.00 500,000.00 Kabel NYY (4x6) mm2 10 meter 22,500.00 225,000.00
Kabel NYYHY (4x2.5 )mm
17 meter 25,000.00 425,000.00
Kontaktor 3 Phase 3 unit 50,000.00 150,000.00 Tombol pengaman 1 unit 50,000.00 50,000.00 Termokpel 1 unit 500,000.00 500,000.00
Distribution panel
Ampere rmeter 1 unit 500,000.00 500,000.00
IV-44
Lanjutan tabel 4.17
Volt meter 1 unit 500,000.00 500,000.00 Kontrol motor 1 unit 1,000,000.00 1,000,000.00 Pengaman MCB 3 Phase 3 unit 50,000.00 150,000.00
Besi apollo 100 kg 25,000.00 2,500,000.00 Rangka utama Baut besi 60 unit 5,000.00 300,000.00
Jumlah biaya bahan baku : 78,300,000.00 Biaya operasi Pemasangan peralatan
Perkakas perakitan 36 menit 25,000.00 900,000.00
Jumlah biaya operasi : 900,000.00 Total biaya bahan baku + biaya operasi : 79,200,000.00
Tabel 4.17 dapat dilihat biaya perancangan ulang alat pengolah minyak
nabati alternatif VII yaitu sebesar Rp 79.200.000 yang didapat dari biaya
bahan baku sebesar Rp 78.300.000 dan biaya operasi sebesar Rp 900.000.
Dari keempat alternatif biaya perancangan ulang alat pengolah minyak nabati,
alternatif VIII memiliki biaya yang paling mahal yaitu Rp 79.200.000 dan
alternatif III memiliki biaya yang paling murah yaitu Rp 69.100.000.
4.2.7 Pemilihan Alternatif Alat Pengolah Minyak Nabati
Beberapa alternatif perancangan alat pengolah minyak nabati menjadi
biodiesel telah diterima, maka perlu dilakukan penyelidikan untuk setiap alternatif
perancangan alat pengolah minyak nabati secara menyeluruh. Tahap pemilihan
alternatif menggunakan matrik perbandingan pasangan (pairwise comparison)
dijelaskan, sebagai berikut:
1. Menyusun kriteria desain,
Krieria desain disusun berdasarkan hasil penelitian yang disetujui pihak pakar.
Terdapat 3 kriteria desain yang digunakan sebagai pertimbangan, sebagai
berikut:
a. Kemudahan dalam pengoperasian,
b. Kecepatan waktu pengoperasian,
c. Pelaksanaan proses,
Pihak pakar adalah orang ahli dalam bidang pengolahan minyak nabati
menjadi biodiesel dari Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir – BATAN,
Berdasarkan hasil perhitungan λmaks diperoleh nilai 5.032, sehingga nilai
indeks konsistensi (CI) yang diperoleh:
CI =
= 15
5032.5--
= 0.008
Nilai RI untuk n = 5 adalah 1.12, nilai rasio konsistensi (CR) yang diperoleh:
CR = RICI
= 12.1008.0
= 0.007 (konsisten)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai CR adalah 0.007, bahwa data untuk
kriteria pelaksanaan proses konsisten.
Bobot alternatif kemudian diringkas dalam matrik preferensi. Matrik
preferensi alternatif berdasarkan kriteria desain dapat dilihat pada tabel 4.23.
Tabel 4.23 Matrik preferensi alternatif berdasarkan kriteria desain
Kriteria Desain Desain Kemudahan dalam
pengopersian Kecepatan waktu
pengoperasian Pelaksanaan
proses Desain awal 0.052 0.059 0.059 Alternatif III 0.269 0.177 0.177 Alternatif IV 0.269 0.269 0.269 Alternatif VII 0.269 0.199 0.199 Alternatif VIII 0.140 0.296 0.296
4. Menghitung bobot keseluruhan alternatif,
Menghitung bobot keseluruhan alternatif dengan cara mengalikan bobot
kriteria desain (tabel 4.19) dengan matrik preferensi (tabel 4.23) kemudian
menjumlahkan bobot keseluruhannya.
Desain awal = (0.539x0.052) + (0.297x0.059) + (0.164x0.059) = 0.0552
Alternatif III = (0.539x0.269) + (0.297x0.177) + (0.164x0.177) = 0.2267
Alternatif IV = (0.539x0.269) + (0.297x0.269) + (0.164x0.269) = 0.2692
Alternatif VII = (0.539x0.269) + (0.297x0.199) + (0.164x0.199) = 0.2369
Alternatif VIII = (0.539x0.140) + (0.297x0.296) + (0.164x0.296) = 0.2119
IV-53
Grafik hasil perhitungan bobot keseluruhan alternatif dapat dilihat pada
gambar 4.13.
Gambar 4.13 Bobot keseluruhan alternatif
Gambar 4.13 menunjukkan bahwa alternatif IV memiliki bobot keseluruhan
tertinggi dengan nilai 0.2692 dan desain awal memiliki bobot keseluruhan
terendah dengan nilai 0.0552.
5. Merangking alternatif keputusan,
Bobot keseluruhan alternatif diketahui maka selanjutnya merangking alternatif
berdasarkan nilai terbesar ke nilai terkecil. Rangking alternatif desain dapat
dilihat pada tabel 4.24.
Tabel 4.24 Rangking alternatif desain
Desain Bobot Keseluruhan
Alternatif IV 0.2692
Alternatif VII 0.2369
Alternatif III 0.2267
Alternatif VIII 0.2119
Desain awal 0.0552
Berdasarkan tabel 4.24 diatas dapat dilihat bahwa alternatif IV berada di
rangking pertama dengan skor 0.2692, diikuti oleh alternatif VII dengan skor
0.2369 pada rangking kedua, alternatif III dengan skor 0.2267 pada rangking
ketiga, alternatif VIII dengan skor 0.2119 pada rangking keempat, dan desain
awal dengan skor 0.0552 pada rangking terakhir. Alternatif yang dipilih dalam
perancangan ulang adalah alternatif IV.
IV-54
4.2.8 Rekayasa Nilai Alat Pengolah Minyak Nabati Menjadi Biodiesel
Perancangan alat pengolah minyak nabati terbaik selesai dalam pengertian
bahwa tahap perancangan akan memasuki tahap implementasi, maka dilakukan
estimasi dan analisa nilai. Estimasi nilai untuk menaksir tingkat nilai tambah
(added value) desain alat pengolah minyak nabati, sebagai berikut:
1. Boiler,
Manfaat fungsi performansi, keuntungan atau kebanggaan yang dinyatakan
dengan nilai moneter alat pengolah minyak nabati desain awal, yaitu:
Manfaat fungsi performansi = 0.0552
V = CP
= 305100000
0552.0
= 1.81 x 10-10
2. Ultrasonik,
Manfaat fungsi performansi, keuntungan atau kebanggaan yang dinyatakan
dengan nilai moneter alternatif desain alat pengolah minyak nabati, yaitu:
Manfaat fungsi performansi = 0.2692
V = CP
= 74100000
0.2692
= 3.63 x 10-9
Pada perhitungan diatas alat pengolah minyak nabati desain awal (boiler)
mendapat nilai 1.81 x 10-10. Sedangakan alternatif desain alat pengolah minyak
nabati (ultrasonik) mendapat nilai 3.63 x 10-9. Sehingga tingkat nilai tambah
alternatif desain alat pengolah minyak nabati (ultrasonik) lebih baik daripada
desain awal (boiler). Perbandingan added value alat pengolah minyak nabati
menjadi biodiesel dapat dilihat pada gambar 4.13.
IV-55
Gambar 4.14 Perbandingan added value alat pengolah minyak nabati
Gambar 4.14 dapat dilihat bahwa alternatif desain alat pengolah minyak
nabati (ultrasonik) lebih tinggi dibandingkan desain awal (boiler) dengan nilai
3.63 x 10-9.
4.2.9 Spesifikasi Komponen Alat Pengolah Minyak Nabati
Spesifikasi komponen penyusun alternatif desain alat pengolah minyak
nabati yang dipilih dijelaskan, sebagai berikut:
1. Tangki minyak
Fungsi : Menyimpan bahan baku minyak nabati
Bentuk : Tangki silinder tegak berpengaduk, berpenutup datar,
dan berdasar torispherical dengan dilengkapi heater
Bahan material : Pelat stainless SUS 304
Jumlah : 1 unit
Tinggi tangki : 100 cm
Diameter : 50 cm
Kapasitas tangki : 100 liter
Jenis heater : electric heater
Daya heater : 1500 Watt
Temperatur operasi : 70o C – 80o C
Pengontrol suhu : programmable temperature control Autronics
Jenis pengaduk : dinamik stirrer dengan penggerak motor
Kecepatan putaran : 10 rpm
IV-56
Gambar 4.15 Spesifikasi tangki minyak
Keterangan gambar 4.15 beserta fungsinya, yaitu:
1. Motor, digunakan sebagai penggerak pengaduk dan berdaya listrik.
2. Pengaduk, digunakan untuk menghomogenkan minyak dalam tangki.
3. Kontrol suhu, digunakan untuk mengatur suhu dalam tangki.
4. Pemanas (heater), digunakan sebagai pemanas dan berdaya listrik.
5. Kontrol fluida, digunakan untuk mengendalikan banyaknya minyak yang
masuk dalam tangki.
6. Baling-baling pengaduk, digunakan untuk mengaduk minyak dalam
tangki.
7. Inlet fluida, digunakan untuk memasukkan minyak dalam tangki.
8. Pipa keluar (outlet pipe), digunakan untuk mengeluarkan minyak dari
tangki.
2. Tangki katalis
Fungsi : Menyimpan dan mencampur bahan baku katalis
(metanol dan NaOH)
Bentuk : Tangki silinder tegak berpengaduk, berpenutup datar,
dan berdasar torispherical dengan dilengkapi heater
Bahan material : Pelat stainless SUS 304
Jumlah : 1 unit
1
2
3
4
5 6 7 8
IV-57
Tinggi tangki : 50 cm
Diameter : 30 cm
Kapasitas tangki : 25 liter
Jenis pengaduk : dinamik stirrer dengan penggerak motor
Kecepatan putaran : 10 rpm
Gambar 4.16 Spesifikasi tangki katalis
Keterangan gambar 4.16 beserta fungsinya, yaitu:
1. Motor, digunakan sebagai penggerak pengaduk dan berdaya listrik.
2. Pengaduk, digunakan untuk menghomogenkan minyak dalam tangki.
3. Kontrol fluida, digunakan untuk mengendalikan banyaknya minyak yang
masuk dalam tangki.
4. Baling-baling pengaduk, digunakan untuk mengaduk minyak dalam
tangki.
5. Inlet fluida, digunakan untuk memasukkan minyak dalam tangki.
6. Pipa keluar (outlet pipe), digunakan untuk mengeluarkan minyak dari
tangki.
3. Pompa
Fungsi : Mempercepat pengaliran fluida dalam komponen proses
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit
Daya pompa : 220 V, 4.3 A
1
2
3
4 5 6
IV-58
Kecepatan putaran : 1500 rpm
Kapasitas pompa : > 60 m3 /jam
Gambar 4.17 Spesifikasi pompa
4. Reaktor ultrasonik
Fungsi : Tempat terjadinya proses reaksi.
Jenis : Double pipe
Bahan material : Stainless SUS 304
Jumlah : 1 unit
Daya ultrasonik : 500 W
Frekuensi ultrasonik : 20 kHz
Amplitudo : 220 V
Gambar 4.18 Spesifikasi reaktor ultrasonic
3
2
1
4
IV-59
Keterangan gambar 4.18 beserta fungsinya, yaitu:
1. Inlet pipe, digunakan untuk memasukkan minyak dalam reaktor.
2. Pipa pendingin, digunakan untuk mendinginkan minyak dalam reaktor.
3. Pipa kavitasi, digunakan untuk proses kavitasi oleh ultrasonik yang tidak
lain adalah proses reaksi pembentukkan biodiesel.
4. Outlet pipe, digunakan untuk mengeluarkan minyak dalam reaktor.
5. Stirrer
Fungsi : Tempat pencampuran bahan baku minyak nabati dan
katalis
Jenis : Static stirrer
Bahan material : Plat stainless SUS 304
Jumlah : 1 unit
Efisiensi campuran : 75 %
Gambar 4.19 Spesifikasi stirrer
6. Pipa
Fungsi : Menghubungkan dan mengalirkan fluida ke komponen
proses
Bahan material : Pipa Stainless SUS 304
Jumlah : 12 unit
IV-60
Gambar 4.20 Spesifikasi pipa
7. Shock siku
Fungsi : Menghubungkan dan mengalirkan fluida ke komponen
proses
Bahan material : Pipa Stainless SUS 304
Jumlah : 12 unit
Gambar 4.21 Spesifikasi shock siku
8. Shock T
Fungsi : Menghubungkan dan mengalirkan fluida dari tangki
minyak dan tangki katalis ke stirrer
Bahan material : Pipa Stainless SUS 304
Jumlah : 1 unit
Gambar 4.22 Spesifikasi shock T
IV-61
9. Kran
Fungsi : Mengatur banyaknya fluida yang masuk dan keluar
Bahan material : Stainless SUS 304
Jumlah : 3 unit
Sistem kerja : Manual dengan tuas
Gambar 4.23 Spesifikasi kran
10. Rangka
Fungsi : Tempat penyangga komponen-komponen proses
Bentuk : Persegi panjang dengan dilengkapi roda
Bahan material : Besi apollo
Jumlah : 1 unit
Tebal rangka : 5 cm
Diameter roda : 6 cm
Ukuran siku : 4 x 6 cm
Alas : Triplek dengan ketebalan 1 cm
IV-i
Gambar 4.24 Spesifikasi rangka
Penyesuaian dimensi disesuaikan kebutuhan alat pengolah minyak nabati
dengan ultrasonik. Alternatif desain alat pengolah minyak nabati dapat dilihat
pada gambar 4.25.
Gambar 4.25 Alternatif desain alat pengolah minyak nabati
IV-ii
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian yang
telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interprestasi
hasil tersebut diuraikan dalam sub bab dibawah ini.
5.1 ANALISIS HASIL PENELITIAN
Analisis hasil penelitian perlu dilakukan untuk menelaah hasil yang telah
diperoleh dari penelitian. Pada sub bab ini diuraikan mengenai analisis terhadap
hasil pengumpulan dan pengolahan data penelitian.
5.1.1 Analisis Identifikasi Komponen Alat Pengolah Minyak Nabati
Pada tahap identifikasi alat pengolah minyak nabati desain awal (boiler)
terdapat 31 komponen dengan total waktu perakitan 204 menit dan total prioritas
waktu perakitan 1. Sedangkan untuk identifikasi perancangan ulang alat pengolah
minyak nabati menghasilkan 4 macam komponen yaitu komponen mekanik,
komponen kontrol, komponen elektrik, dan komponen plumbing.
Tahap mengidentifikasi komponen perancangan ulang alat pengolah
minyak nabati dilakukan dengan mensubtitusi penggunaan boiler dan ultrasonik
sehingga komponen yang berfungsi menguapkan excess metanol dalam minyak
seperti, tangki evaporator, pompa evaporator, kondensor, dan steam header
dihilangkan. Komponen proses washing dan proses drying juga dihilangkan
karena ultrasonik dapat digunakan dalam proses washing dan proses drying.
5.1.2 Analisis Pembangkitan Alternatif Atas Fungsi Alat Pengolah Minyak Nabati
Pembangkitan alternatif atas fungsi menghasilkan alternatif komponen
perancangan alat pengolah minyak nabati. Alternatif komponen dibangkitkan dan
disesuaikan dengan teknologi yang digunakan dalam perancangan ulang.
Tahap pembangkitan alternatif atas komponen dalam penelitian
menghasilkan 7 alternatif komponen dan bahan yang dapat dikembangkan yaitu,
reaktor ultrasonik, komponen stirrer, komponen pipa, dan komponen rangka.
IV-iii
5.1.3 Analisis Evaluasi Komponen Dalam Fungsi Alat Pengolah Minyak Nabati
Nilai efisiensi untuk alat pengolah minyak desain awal (boiler) yaitu 0.44
dan nilai efisiensi untuk perancangan ulang alat pengolah minyak nabati
(ultrasonik) yaitu 0.83. Nilai ini menunjukkan bahwa desain perancangan ulang
lebih baik dari desain awal berdasarkan nilai efisiensinya.
Metode design for assembly nilai efisiensi rancangan didapat dengan
mempertimbangkan waktu operasi dan komponen yang ada. Waktu operasi
diperoleh dari hasil pengukuruan waktu handling dan waktu insertion secara
manual dengan menggunakan alat ukur waktu (stopwatch).
Implementasi penggunaan metode design for assembly untuk penelitian
ini kurang efektif karena perancangan ulang alat pengolah minyak nabati menjadi
biodiesel ini masih bersifat usulan sehingga dalam menentukkan waktu operasi
dengan diseragamkan waktu operasi pada desain awal dan mempertimbangkan
bentuk dan ukuran komponen.
Biaya perancangan alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel desain
awal (boiler) yaitu sebesar Rp 305.100.000. Biaya perancangan ulang alat
pengolah minyak nabati menjadi biodiesel (ultrasonik) alternatif III yaitu sebesar
Rp 69.100.000, untuk alternatif IV yaitu sebesar Rp 74.100.000, untuk alternatif
VII yaitu sebesar Rp 74.200.000, dan untuk alternatif VIII yaitu sebesar
Rp 79.200.000.
5.1.4 Analisis Pemilihan Alternatif Alat Pengolah Minyak Nabati
Ada 3 kriteria yang menjadi dasar dalam pemilihan alternatif alat pengolah
minyak nabati menjadi biodiesel yaitu, kemudahan dalam pengoperasian,
kecepatan waktu pengoperasian, dan pelaksanaan proses. Kriteria kemudahan
dalam pengoperasian merupakan kriteria yang paling dominan dengan nilai bobot
0.539. Alternatif IV menempati peringkat pertama dengan nilai bobot keseluruhan
0.2692, alternatif VII dengan nilai bobot keseluruhan 0.2369 pada rangking
kedua, alternatif III dengan nilai bobot keseluruhan 0.2267 pada rangking ketiga,
alternatif VIII dengan nilai bobot keseluruhan 0.2119 pada rangking keempat, dan
desain awal dengan nilai bobot keseluruhan 0.0552 pada rangking terakhir.
Alternatif yang dipilih dalam perancangan ulang adalah alternatif IV.
IV-iv
Implementasi penggunaan matriks perbandingan pasangan (pairwise
comparison) dalam penelitian ini belum sesuai karena hanya menggunakan satu
responden. Dasar dari matrik perbandingan pasangan itu sendiri adalah
membandingakan tiap alternatif keputusan berdasarkan beberapa responden untuk
mencari alternatif keputusan yang konsistensi. Hal ini bukan masalah serius
karena sedikit nilai konsistensi masih dapat diterima selama memenuhi syarat CR
kurang dari 10%.
5.2 INTERPRETASI HASIL PENELITIAN
Hasil perancangan ulang alat pengolah minyak nabati dengan ultrasonik
dapat memudahkan pengoperasian, mempercepat waktu pengoperasian, dan
memudahkan pelaksanaan proses. Nilai efisiensi (E) alat pengolah minyak desain
awal adalah 0.44 dengan waktu perakitan 204 menit dan biaya perakitan
Rp 5.100.000. Nilai efisiensi perancangan ulang alat pengolah minyak nabati
adalah 0.83 dengan waktu perakitan 36 menit dan biaya perakitan Rp 900.000.
Hal ini menunjukkan bahwa perancangan ulang alat pengolah minyak nabati
memiliki tingkat kemudahan pengoperasian, waktu pengoperasian, dan
pelaksanaan proses yang lebih baik dibandingkan desain awal.
Biaya perancangan alat pengolah minyak nabati desain awal sebesar
Rp 305.100.000 sedangkan biaya perancangan ulang alat pengolah minyak nabati
alternatif IV sebesar Rp 74.100.000. Hal ini menunjukkan bahwa perancangan
ulang alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel memiliki biaya perancangan
lebih murah.
Interpretasi hasil perhitungan added value untuk alat pengolah minyak desain awal (boiler) adalah 1.81 x 10-10 sedangkan perancangan ulang alat pengolah minyak nabati (ultrasonik) adalah 3.63 x 10-9. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penambahan nilai untuk desain perancangan ulang alat pengolah minyak nabati lebih baik dari desain awal.
IV-v
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir yang membahas tentang kesimpulan
yang diperoleh serta usulan atau saran untuk pengembangan penelitian lebih
lanjut. Penjelasan dari kesimpulan dan saran tersebut diuraikan pada pada sub
bab di bawah ini.
6.1 KESIMPULAN
Bagian kesimpulan ini merupakan jawaban atas tujuan penelitian yang
telah ditetapkan sebelumnya, berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan, dan
analisis data yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Alat yang dirancang dalam penelitian ini adalah alat pengolah minyak nabati
menjadi biodiesel menggunakan metode design for assembly (DFA). Dengan
metode design for assembly (DFA) penggunaan komponen yang banyak
dalam desain awal dapat diminimasi, sehingga biaya perancangan lebih murah
dan waktu perakitan lebih singkat. Dalam metode design for assembly (DFA)
ini juga mensubtitusi penggunaan boiler dengan teknologi ultrasonik.
2. Pada desain awal alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel didapatkan
nilai efisiensi yaitu 0.44, waktu perakitan 204 menit, dan biaya perancangan
Rp 305.100.000. Perancangan ulang alat pengolah minyak nabati menjadi
biodiesel didapatkan nilai efisiensi yaitu 0.83, waktu perakitan 36 menit, dan
biaya perancangan Rp 74.100.000. Alternatif desain pengembangan alat
pengolah minyak nabati yang dipilih yaitu desain alternatif IV, karena desain
tersebut memiliki nilai performansi yang lebih baik dibandingkan desain
alternatif lainnya dengan nilai performansi 0.2692 sedangkan desain awal
memiliki nilai performansi 0.0552. Hasil perhitungan added value didapatkan
nilai (V) untuk perancangan ulang alat pengolah minyak nabati menjadi
biodiesel yaitu 3.63 x 10-9 sedangakan untuk desain awal yaitu 1.81 x 10-10.
6.2 SARAN
IV-vi
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian untuk langkah
pengembangan atau penelitian selanjutnya, sebagai berikut:
1. Perancangan alat pengolah minyak nabati menjadi biodiesel ini masih bersifat
usulan, sehingga masih perlu dilakukan penelitian dan pengujian lebih lanjut
terhadap alat ini setelah diaplikasikan.
2. Penelitian selanjutnya disarankan merancang alat pengolah minyak nabati
menjadi biodiesel yang lebih detail mengenai spesifikasi peralatan, proses
pengoperasian, dan mekanisme alat tersebut.
IV-vii
DAFTAR PUSTAKA
Adi Kurniawan P., 2008. Pengembangan Sepeda Flexi Dengan Metode DFA. Thesis Sarjana-2: Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Danardono AS., dkk, 2008. Perancangan dan Pengembangan Vaccine Carrier Box Menggunakan Model Design For Assembly (DFA). Jurnal Teknologi: Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Jakarta.
Balai Riset Desain dan Sistem Teknologi, 2005. Laporan Akhir Kajian Strategi Pengembangan Industri Biodiesel dalam Rangka Pemenuhan Target Penggunaan Biodiesel Sebagai Landmark Energi. Jakarta: Balai Riset Desain dan Sistem Teknologi, BPPT.
Balai Riset Desain dan Sistem Teknologi, 2008. Membangun Pabrik Biodiesel Skala Kecil. Jakarta: Penebar Swadaya.
Boothroyd G., Dewhurst D., dan Knight W., 1994. Product Design for Manufacture and Assembly, Wakefield: Marcel Dekker.
Bradshaw G.B. dan Meuly W.C., 1944. Preparation of Detergent. US Patent Office 2,360,844.
Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi, 2007. Kebijakan Subtitusi BBM dengan Biofuel. Presentasi Seminar Biofuel Expedition 2007, Yogyakarta.
Freedman B., Pryde E.H., dan Mounts T.L., 1984. Variables Affecting The Yields of Fatty Esters from Transesterfied Vegetable Oils.
Lewis W. dan Samuel A., 1989. Fundamentals of Engineering Design, Tokyo: Prentice Hall.
Miles Lawrence D., 1972. Techniques of Value Analysis and Engineering, 2nd Edition. New York: Mc Graw – Hill Book Company.
Mittlebatch M. dan Remschmidt C., 2004. Biodiesel, The Comprehensive Handbook. Vienna: Boersedruck Ges.m.b.H.
Paramita D., 2007. Usulan Perancangan Pada Desain Knee Ankle Foot Orthosis (KAFO) Dengan Pendekatan Metode FAST (Function Analysis System Technique). Skripsi Sarjana-1: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
IV-viii
Roy Bernard, 1991. The Outrangking Approach The Foundations of Electre Methods. Journal Theory and Decision: Springer Netherlands.
Saaty Thomas L., 1991. The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Alocation, 2nd Edition. Pennsylvania: RWS Publications.
Soerawidjaja Tatang H., 2006. Fondasi - Fondasi Ilmiah dan Keteknikan dari Teknologi Pembuatan Biodiesel. Handout Seminar Nasional “Biodesel Sebagai Energi Alternatif Masa Depan”: Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Susilo Bambang, 2008. Model Kinetik Aplikasi Gelombang Ultrasonik untuk Produksi Biodiesel. Makalah Oral: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
Susilo Bambang, 2008. Aplikasi Gelombang Ultrasonik Untuk Pengolahan Biodiesel Dari Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Malang: Bayumedia Publishing.
Untoro P., Teknologi Ultrasonik Untuk Biodiesel, URL: http:// (http://pudjiuntoro.wordpress.com/). [Online, accessed 3 April 2009].
Wahjudi D., 1999. Penilaian Desain Produk Dengan Assembly Analysis and Line Balancing Spreadsheet dan Ullman 13 Guidelines Untuk Meningkatkan Kinerja Perakitan. Jurnal Teknik Mesin 1: Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Widodo I.D., 2005. Perencanaan Dan Pengembangan Produk. Yogyakarta: UII Press.
Zandy A., dkk, 2007. Intensifikasi Proses Produksi Biodiesel. Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa ITB Bidang Energi Penghargaan PT. Rekayasa Industri, Bandung.
Zimmerman L.W., dan Hart G.D., 1982. Value Engineering: Apractical Approach For Owwer, Designers and Contractors. New York: Van Nostrand Reinhold Company.