Top Banner
196 SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK MEMPERMUDAH KONSUMEN MEMBELI PRODUK HIJAU Binangkit Intan Bahaduri [email protected] Jurusan Visual Communication Design - Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra ABSTRACT Recently, environmental problem sparked environmental awareness and increased number of green prod- uct brands. Unfortunately, people have difficulty finding these brands due to lack of media exposure, both mass media and social media. This research was conducted in order to find solutions in the form of business to facilitate consumers to buy green products. This research is supported by data sources from literature, qualitative data through structured interviews and quantitative data through questionnaires and observation so that business ideas can run effectively according to market conditions. To answer existing problems, author designed Boxwood, a green product marketplace. Boxwood focused as a place that brings together green products stores with consumers, making it easier for green product transactions. Keyword : marketplace, e-commerce, green products, environmental problems ABSTRAK Masalah lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini memicu kesadaran lingkungan dan meningkatkan jum- lah merek produk hijau. Sayangnya, masyarakat kesulitan menemukan merek-merek tersebut karena kurangnya paparan media, baik media massa maupun media sosial. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari solusi berupa produk bisnis untuk mempermudah konsumen membeli produk hijau. Penelitian didukung sumber data dari literatur, data kualitatif melalui wawancara terstruktur dan data kuantitatif melalui kuesioner dan observasi agar ide bisnis dapat berjalan secara efektif sesuai kondisi pasar. Untuk menjawab permasalahan yang ada, penulis merancang bisnis e-commerce Boxwood sebagai marketplace produk hijau. Boxwood fokus sebagai wadah yang mempertemukan toko produk hijau dengan kon- sumen, sehingga memudahkan transaksi produk hijau. Kata Kunci: marketplace, e-commerce, produk hijau, masalah lingkungan
10

PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

Oct 22, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

196 SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK MEMPERMUDAH KONSUMEN MEMBELI PRODUK HIJAU

Binangkit Intan Bahaduri [email protected]

Jurusan Visual Communication Design - Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra

ABSTRACTRecently, environmental problem sparked environmental awareness and increased number of green prod-uct brands. Unfortunately, people have difficulty finding these brands due to lack of media exposure, both mass media and social media. This research was conducted in order to find solutions in the form of business to facilitate consumers to buy green products. This research is supported by data sources from literature, qualitative data through structured interviews and quantitative data through questionnaires and observation so that business ideas can run effectively according to market conditions. To answer existing problems, author designed Boxwood, a green product marketplace. Boxwood focused as a place that brings together green products stores with consumers, making it easier for green product transactions.

Keyword : marketplace, e-commerce, green products, environmental problems

ABSTRAKMasalah lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini memicu kesadaran lingkungan dan meningkatkan jum-lah merek produk hijau. Sayangnya, masyarakat kesulitan menemukan merek-merek tersebut karena kurangnya paparan media, baik media massa maupun media sosial. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari solusi berupa produk bisnis untuk mempermudah konsumen membeli produk hijau. Penelitian didukung sumber data dari literatur, data kualitatif melalui wawancara terstruktur dan data kuantitatif melalui kuesioner dan observasi agar ide bisnis dapat berjalan secara efektif sesuai kondisi pasar. Untuk menjawab permasalahan yang ada, penulis merancang bisnis e-commerce Boxwood sebagai marketplace produk hijau. Boxwood fokus sebagai wadah yang mempertemukan toko produk hijau dengan kon-sumen, sehingga memudahkan transaksi produk hijau.

Kata Kunci: marketplace, e-commerce, produk hijau, masalah lingkungan

Page 2: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

197SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

Bahaduri Perancangan Marketplace Boxwood Untuk Mempermudah Konsumen Membeli Produk Hijau

PENDAHULUANSampah plastik adalah isu lawas dalam topik lingkungan hidup. Isu ini sudah berkem-bang sejak awal 1970-an, tepatnya setelah terbit laporan dari Science tentang prevalensi pelet plastik di Atlantik Utara (Ryan, 2015:1). Sekarang, isu sampah plastik terdengar semakin keras.

Laporan UN Environment 2018 mengatakan bahwa lebih dari 8,3 miliar ton plastik telah diproduksi se-jak awal 1950-an. Sekitar 60% dari plastik berakhir di TPA (tempat pembuangan akhir) dan lingkungan. UN Environment memperkirakan, jika pola konsumsi dan pemborosan plastik berlanjut, maka pada tahun 2050 akan ada sekitar 12 miliar ton sampah plastik di TPA dan lingkungan. Indonesia sebagai ne-gara penghasil sampah plastik laut terbesar nomor dua dunia (CNBC Indonesia), tentu ikut merasakan kerugian dari limbah plastik. Terlepas dari keraguan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia terhadap julukan yang diberikan oleh Jenna Jambeck, peneliti dari Amerika Serikat itu (sumber: mong-abay.com), data lain dari Bank Dunia patut diperhitungkan. Menurut berita dari alinea.com, Bank Dunia menyatakan bahwa Indonesia telah kehilangan pendapatan hingga US$ 140 juta di sektor pariwisata dan US$ 31 juta di sektor penangkapan ikan akibat sampah plastik. Namun, Indonesia tidak mengha-dapi masalah ini sendiri. Studi menunjukkan bahwa total kerugian ekonomi akibat rusaknya ekosistem laut dunia oleh plastik adalah US$ 13 miliar setiap tahun (UN Environment, 2018:vii).

Kerugian tidak berhenti di ekonomi, namun juga berdampak pada ekosistem lingkungan hingga manusia. Saat ini, banyak berita tentang hewan-hewan “pemakan” plastik. Mulai dari kura-kura yang salah mengira bahwa plastik adalah makanan, hingga ikan yang terkontaminasi limbah plas-tik. Juli 2019 lalu, Liputan 6 memberitakan video viral seorang ibu menemukan delapan item sampah plastik (sendok plastik utuh, bungkus permen, penutup botol deodorizer, tali plastik, dan lain-lain) di ikan yang dibeli dari pasar daerah Sukabumi, Jawa Barat. Contoh kasus tersebut mem-berikan gambaran bahwa limbah plastik tidak bisa dipandang sebelah mata.

Gambar 1. Kura-kura mengira plastik makananannya Sumber: Troy Mayne (worldwildlife.org).

Page 3: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

198 SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

Masalah limbah plastik yang nyata ini memicu reaksi dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Indonesia mengeluarkan dana sebesar US$ 1 miliar untuk rencana aksi nasional (RAN) pengelolaan sampah laut dan sudah terlaksana sejak 2017 (sumber: mongabay.com). Dalam Perpres no 97 tahun 2017, pemerintah membuat target untuk mengurangi sampah rumah tangga dan sejenisnya sebesar 30 persen dan penanganan 70 persen sampai 2025 (Statistik Lingkungan Indonesia, 2018: vii). Pemerintah Kota Bandung ikut andil dengan membuat aturan yang mewajibkan seluruh penyedia dan pelaku usaha untuk mengurangi penyediaan kantong plastik secara bertahap hingga mencapai 100% di tahun 2025 (sumber: greeners.co).

Kesadaran lingkungan di masyarakat pun meningkat. Waskito dan Harsono (dalam Saraswaty dan Suprapti, 2015:2412) menyebutkan bahwa warga Yogyakarta menunjukkan perilaku sadar lingkungan. Mereka lebih memilih produk yang dapat didaur ulang, mempertimbangkan produk isi ulang, meman-faatkan produk daur ulang, dan cenderung loyal dengan merek yang peduli lingkungan.

Bisnis-bisnis berbasis ramah lingkungan bermunculan di Indonesia. Mulai dari toko kosmetik seperti The Bodyshop hingga zero-waste shop seperti Alang-Alang Surabaya. Bahkan, CNBC Indonesia membuat klaim di konten video Youtube bulan Agustus 2019 bahwa tren toko zero-waste meningkat.Bisnis produk hijau memiliki potensi untuk sustainable. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Waskito (2015), produk ramah lingkungan meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli karena kontribusi penghargaan masyarakat terhadap produk hijau.

Sayangnya, peningkatan bisnis produk hijau belum didukung dengan awareness mengenai merek-merek tersebut. Alasannya karena harga produk hijau yang lebih mahal dibandingkan produk biasa (Widodo, T. & Qurniawati, R.S., 2016:79), merek produk hijau kurang terpapar media (baik media massa maupun media sosial), dan tidak adanya wadah yang menampung bisnis-bisnis tersebut sehingga sulit ditemukan calon konsumen.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis menawarkan solusi bisnis berupa marketplace Box-wood. Marketplace dipilih karena konsepnya telah banyak dikenal masyarakat Indonesia melalui platform Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee. Namun, marketplace umum tidak menjual gaya hidup ramah lingkungan sehingga kurang mendukung calon konsumen yang berminat pada produk hijau.

Target pasar Boxwood adalah laki-laki dan perempuan berusia 18 tahun ke atas, pendapatan menengah hingga menengah atas, tingkat pendidikan minimal SMA, dan sering terpapar konten tentang lingkungan.

Page 4: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

199SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

Bahaduri Perancangan Marketplace Boxwood Untuk Mempermudah Konsumen Membeli Produk Hijau

Kompetitor potensial Boxwood adalah Zero Waste Indonesia (www.zerowaste.id) dan marketplace umum di Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: produk bisnis untuk mempermudah konsumen membeli produk hijau.

METODE PENELITIANn Prosedur dan Metode pengumpulan data penelitiann Kuesioner: menyebarkan kuesioner terhadap calon konsumen.n Wawancara terstruktur: melakukan wawancara dengan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan

terhadap expert user dan extreme user.n Observasi: melakukan observasi terhadap kompetitor.n Studi literatur: membaca dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan penelitian.

Metode market test pada calon konsumenn Kuesioner disebarkan terhadap calon konsumen dengan cara daring. Kuesioner berisi pertan-

yaan mengenai data responden, minat terhadap produk hijau, market test, dan kompetitor.n Wawancara terhadap extreme user dengan cara tatap muka atau lewat aplikasi chatting.

Profil research subject

n Expert user:1. Fany Basa Masyardi: alumni Despro ITS, pemilik bisnis Luido.co (bisnis produk daur ulang

lumpur lapindo).2. Syukriyatun: alumni ITS, pemilik bisnis Robries Gallery (bisnis produk daur ulang sampah

plastik).3. Faruq: alumni Teknik Informatika PENS, Software Engineer PT Payfazz, pemenang IoT

KMIPN tingkat Nasional 2019.

n Extreme user:1. Fiamanati Sulaiha: Alumni Teknik Geomatika ITS, aktivis lingkungan.2. Rachmat Yudha: Mahasiswa Teknik Lingkungan UPN Veteran Surabaya, aktivis lingkungan.3. Anang Hidayat: Pembina Palaekopra SMAN 1 Bangkalan.

Metode penelitian kompetitorn Observasi: dilakukan oleh penulis dengan cara observasi media sosial dan olah data traffic web-

site kompetitor.

Page 5: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

200 SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

n Kuesioner terhadap konsumen dilakukan dengan penyebaran kuesioner via daring tentang kompetitor.

HASIL DAN PEMBAHASANKarakteristik Responden KuesionerKuesioner diisi oleh 63 responden yang sebagian besar tinggal di Jawa Timur (79,4%), sementara 3,2% lainnya masing-masing dari Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Bali, Palangkaraya dan 1,6% masing-masing dari Sulawesi Utara, Sumatra Utara, dan Kalimantan Utara. Pendidikan re-sponden adalah S1 (79,4%), 9,5% lainnya masing-masing sarjana S1/S2 dan SMA, sementara 1,6% gap year. Kuesioner sebagian besar diisi oleh mahasiswa (80,6%), lalu karyawan (12,9%), dan lain-lain.Masalah yang Dihadapi

Kuesioner disebarkan kepada responden via daring. Kuesioner berisi 22 pertanyaan yang berkaitan dengan data responden, minat terhadap produk hijau, market test, dan pertanyaan mengenai kompetitor.Sebanyak 79,4% responden merasakan dampak kerusakan lingkungan di Indonesia sehingga men-ingkatkan kesadaran untuk menjaga lingkungan. Terbukti, 95,2% responden pernah berminat un-tuk membeli produk yang mendukung ramah lingkungan. Meskipun hanya 55,6% yang akhirnya memutuskan membeli produk hijau, sedangkan 44,4% lainnya tidak pernah. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya informasi mengenai toko penyedia produk hijau karena 74,6% responden menjawab kesulitan menemukannya.

Selain kesulitan untuk menemukan produk hijau, variasi produk juga sedikit, seperti diakui oleh dua extreme user, Fiamanati Sulaiha dan Anang Hidayat. Padahal, produk hijau yang ditawarkan merek-merek lokal sangat beragam. Misalnya kapas reusable dari Sedari Kini Yogyakarta, pernak-pernik daur ulang Robries Gallery, dan zero-waste shop Alang-alang Surabaya.

Kurangnya exposure terhadap merek produk hijau lokal juga dirasakan oleh pemilik bisnis, Fany Basa Masyardi dan Syukriyatun. Keduanya mengaku, saat ini baru fokus memasarkan produk lewat event semacam bazar dan kerjasama dengan arsitek. Masyardi menyatakan bahwa bisnisnya pernah dipasarkan lewat marketplace umum, namun kurang mendapat respon dari masyarakat.

Peluang Bisnis74,6% responden yang menyatakan kesulitan mendapatkan produk hijau memberi gambaran diper-lukannya wadah untuk mempertemukan penjual dan pembeli. Wadah tersebut adalah pasar.

Page 6: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

201SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

Bahaduri Perancangan Marketplace Boxwood Untuk Mempermudah Konsumen Membeli Produk Hijau

Namun, di era sekarang, lebih banyak orang yang ingin menghemat waktu dan tenaga dengan cara belanja online. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 74,6% responden mengaku lebih sering belanja online daripada offline. Fiamanati Sulaiha mengatakan bahwa dirinya lebih memilih belanja online karena menghemat waktu dan pilihan produk di e-commerce lebih beragam. Demikian pula Rachmat Yudha, salah satu extreme user yang merasakan kemudahan belanja online.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat total penetrasi pengguna internet mencapai 171,17 juta jiwa (64,8% dari total penduduk Indonesia) di tahun 2018. Maka wajar jika toko berbasis digital tumbuh subur di negeri ini. Jasa keuangan London, PPRO, merilis data bahwa Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan e-commerce tercepat di dunia. Pertumbuhannya mencapai 78% pada 2018.

E-commerce berupa marketplace adalah salah satu tempat belanja faforit masyarakat Indonesia. iPrice merilis laporan e-commerce Indonesia per Juli 2019 berdasarkan rata-rata pengunjung di setiap kuartal, peringkat aplikasi, pengikut di media sosial, dan jumlah karyawan. 3 besar peringkat teratas diduduki oleh Tokopedia, Shopee, Bukalapak. Ketiga produk tersebut adalah marketplace dengan model bisnis customer to customer (C2C). Penelitian ini pun mendapatkan data kuesioner bahwa 58,7% responden belanja online di Shopee, 3,2% di Bukalapak, dan 3,2% di Tokopedia.

Didukung data-data tersebut, penulis membuat rancangan bisnis marketplace

Boxwood yang mempertemukan toko produk hijau dengan konsumen.

Melalui kuesioner, penulis ingin mengetahui minat responden terhadap rancangan bisnis tersebut. Data menunjukkan bahwa 65,1% responden tertarik belanja di marketplace yang menyediakan produk hijau. Jika marketplace tersebut tersedia hari ini, 61,9% responden kemungkinan besar akan belanja di sana, 36,5% ragu-ragu, dan 1,6% tidak tertarik.

Untuk minat produk, sebanyak 65,1% responden menginginkan peralatan makan reusable dan travel-friendly, plastik ramah lingkungan (49,2%), tas dan kantong belanja reusable (46%), dan lain-lain.

KompetitorSaat ini, kompetitor serupa Boxwood adalah Zero Waste Indonesia (https://www.zerowaste.id/). Platform yang mengklaim sebagai platform pertama di Indonesia mengenai zero-waste lifestyle ini menjual barang-

Page 7: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

202 SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

barang ramah lingkungan yang cukup beragam, misalnya peralatan mandi, pembersih sehari-hari, alat-alat bayi, dan lain-lain. Platform ini juga membuat konten berupa blog dan acara sosial bertajuk#tukarbaju.

Perkembangan platform ini cukup bagus jika dilihat dari media sosial Instagram. Zero Waste Indonesia memiliki 76.300 pengikut dan secara konstan mendapat foto tag dari pengikutnya.

Sementara data dari SiteWorthTraffic memperkirakan nilai Zero Waste Indonesia tanggal 15 Oktober 2019 adalah US$ 1.141. Zero Waste Indonesia mendapat sekitar 499 pengguna unik setiap hari yang menghasilkan 1.563 tampilan halaman dengan pendapatan harian (dari iklan Google Ad-Sense) sekitar US$ 2. Berdasarkan Alexa (perusahaan informasi website) Global Traffic Rank Zero Waste Indonesia adalah 657.702.

Jika dilihat dari data website traffic, bisa dikatakan bahwa platform ini masih dalam tahap berkem-bang. Kekurangannya adalah tidak ada promosi menarik di Zero Waste Indonesia ketika penulis mengunjungi website tersebut tanggal 15 Oktober 2019. Padahal, 69,8% responden kuesioner meng-inginkan promosi berupa diskon, subsidi ongkos kirim (63,5%), cashback (31,7%), dan lain-lain.

Kompetitor lain adalah marketplace umum karena tidak membatasi jenis bisnis vendor, termasuk produk hijau. Marketplace yang mirip dengan model bisnis Boxwood adalah Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak. Ketiganya merupakan e-commerce terbaik di Indonesia saat ini. Bahkan, menurut data dari CB Insights, Tokopedia dan Bukalapak telah memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 14,1 triliun. Namun, 58,7% responden penelitian ini lebih sering belanja online via Shopee diband-ingkan dua platform tersebut. 87,3% responden menyatakan bahwa Shopee adalah platform yang memberikan paling banyak keuntungan bagi konsumen. Menurut observasi penulis, hal itu dikarenakan Shopee memiliki banyak fitur promosi yang konsisten seperti subsidi ongkos kirim dan cashback. Platform ini juga menghadirkan permainan-permainan dengan hadiah koin yang bisa dibelanjakan di Shopee. Namun, ketiga platform tersebut tidak menghadirkan bagian khusus untuk produk hijau sehingga tidak efisien bagi konsumen produk hijau.

PENUTUPData-data di Hasil dan Pembahasan menunjukkan bahwa ada kenaikan kesadaran lingkungan dan meningkatnya keinginan untuk memperoleh produk hijau. Sayangnya, masyarakat masih kesu-litan untuk menemukan produk hijau dan pemilik bisnis ramah lingkungan kesulitan memasarkan

Page 8: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

203SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

Bahaduri Perancangan Marketplace Boxwood Untuk Mempermudah Konsumen Membeli Produk Hijau

produknya. Didukung data-data tersebut, penulis membuat rancangan bisnis berupa marketplace berbasis aplikasi digital yang mempertemukan bisnis produk hijau dengan konsumen. Marketplace ini bernama Boxwood, nama tanaman yang selalu hijau sepanjang tahun.

Gambar 2. Logo Boxwood

Boxwood akan menjadi multiplatform karena tampil di website dan aplikasi. Value preposition berupa newness karena belum banyak marketplace dengan konsep serupa, performance karena memudahkan transaksi pemilik merek produk hijau dengan konsumen, price karena menawarkan harga bersaing dan promosi yang menguntungkan kedua belah pihak, cost reduction karena produk hijau membantu konsumen menghemat pengeluaran dalam jangka panjang, risk reduction karena meminimalkan risiko penipuan, accessibility dan usability karena memudahkan konsumen menemukan produk hijau.

Gambar 3. Mockup website Boxwood

Berdasarkan penelitian di atas, penulis memberikan saran:1. Peningkatan kesadaran lingkungan dimanfaatkan sebagai peluang bisnis dan peluang bagi

produsen untuk mengembangkan produk ke konsep ramah lingkungan.2. Perusahaan yang telah memiliki konsep ramah lingkungan lebih gencar dalam mempromo-

sikan produk.3. Peneliti selanjutnya lebih detail tentang konsep strategi marketing dan branding untuk

marketplace produk hijau.4. Peneliti selanjutnya mencari desain yang cocok untuk marketplace produk hijau dan desain

terpercaya untuk e-commerce baru.

Page 9: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

204 SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

DAFTAR PUSTAKAAdharsyah, Taufan. 21 Juli 2019. CNBC Indonesia: Sebegini Parah Ternyata Masalah

Sampah Plastik di Indonesia. Diakses tanggal 14 O k t o -ber 2019 dari https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-86420/sebegini-parah- ternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia

Ambari, M. 22 Februari 2019. Mongabay: Benarkah Produksi Sampah Plastik Indonesia terbanyak kedua di dunia? Diakses tanggal 14 Oktober 2019 dari https://www.mongabay.co.id/2019/02/22/benarkah-produksi-sampah-plastik-indonesia- terbanyak-kedua-di-dunia/

Andrea, Mercy. (29 Agustus 2019). CNBC Indonesia: Kurangi Sampah, Tren Toko Zero Waste Mening-kat [Video file]. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=oedo1iwWMBQ

APJII. (2018). Laporan Survei 2018: Penetrasi & Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, Jakarta.

BPS Indonesia. (2018). Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018: Pengelolaan Sampah di Indonesia. Badan Pusat Statistik Indonesia, Jakarta.

CB Insights. Diakses tanggal 16 Oktober 2019 dari https://www.cbin-sights.com/research-unicorn-companies

Faruq. “Bisnis Marketplace dan Cara E-commerce Baru Mendapat Kepercayaan Calon Konsumen”, 21 September 2019.

Hidayat, Anang. “Minat Beli Produk Ramah Lingkungan dan Belanja Online”, 9 Oktober 2019.iPrice. Peta E-Commerce Indonesia. Diakses tanggal 15 Oktober 2019 darihttps://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/Masyardi, F.B. “Bisnis Ramah Lingkungan dan Permasalahannya”, 23 September 2019.PPRO. (2018). The PPRO Payments & E-commerce Report: High-Growth Markets 2018. PPRO,

London.Purningsih, Dewi. 12 Oktober 2019. Greeners.co: Kota Bandung Siap Kurangi Kantong Plastik Hingga

100% di Tahun 2025. Diakses tanggal 14 Oktober 2019 dari https://www.greeners.co/berita/kota-bandung-siap-kurangi-kantong-plastik-hingga-100/

Putra, N.A. 1 Juli 2019. Alinea: Indonesia Kehilangan Pendapatan US 171 Juta Akibat Sampah Plastik. Diakses tanggal 14 Oktober 2019 dari https://www.alinea.id/bisnis/indonesia-kehilangan-pendapatan-us-171-juta-akibat- sampah-plastik-b1Xjg9lka

Ryan, P.G. et al. 2015. Marine Anthropogenic Litter. Springer, Switzerland.Saraswaty, W. & Suprapti, N.W.S. 2015. “Peran Sikap Dalam Memediasi Pengaruh Kepedulian

Lingkungan Terhadap Niat Beli Produk Ramah Lingkungan (Studi Pada Produk Tup-perware).” E-Jurnal Manajemen. Volume 4, Nomor 8. FEB Universitas Udayana, Bali.

Page 10: PERANCANGAN MARKETPLACE BOXWOOD UNTUK …

205SEMINAR NASIONAL ENVISI 2020 : INDUSTRI KREATIF

Bahaduri Perancangan Marketplace Boxwood Untuk Mempermudah Konsumen Membeli Produk Hijau

Site Worth Traffic. Diakses tanggal 15 Oktober 2019 dari http://www.siteworthtraffic.com/report/zero-waste.id

Sulaiha, Fiamanati. “Minat Beli Produk Ramah Lingkungan dan Belanja Online”, 9 Oktober 2019.Syukriyatun. “Bisnis Ramah Lingkungan dan Permasalahannya”, 24 September 2019.UN Environment. (2018). SINGLE-USE PLASTICS: A Roadmap for Sustainability. United Nations

Environment Programme, Kenya.Waskito, Jati. 2015. “Upaya Meningkatkan Niat Pembelian Produk Ramah Lingkungan Melalui Nilai,

Resiko, dan Kepercayaan Terhadap Produk Hijau.” Etikonomi, Jurnal Ekonomi. Volume 14, Nomor 1. FEB Universitas Muhammadiyah Surakarta, Kartasura.

Widodo, T. & Qurniawati, R.S. 2016. “Pengaruh Kolektivisme, Perceived Consumer Effectiveness, dan Kepedulian Lingkungan Terhadap Perilaku Pembelian Ramah Lingkungan.” Jurnal Ilmiah Among Makarti. Volume 8, Nomor 16. STIE Alma Salatiga, Salatiga.

World Wild Life Organization. Diakses tanggal 16 Oktober 2019 dari https://www.worldwildlife.org/stories/what-do-sea-turtles-eat-unfortunately-plastic-bags

Yudha, Rachmat. “Minat Beli Produk Ramah Lingkungan dan Belanja Online”, 9 Oktober 2019.Yulianingsih, Tanti. 10 Juli 2019. Liputan 6: Viral Sendok Plastik Hingga Bungkus Permen di Perut

Ikan dari Laut, Indonesia Jadi Sorotan. Diakses tanggal 14 Oktober 2019 dari https://www.liputan6.com/global/read/4008608/viral-sendok-plastik-hingga- bungkus-permen-di-perut-ikan-dari-laut-indonesia-jadi-sorotan

Zero Waste Indonesia. Diakses tanggal 15 Oktober 2019 dari https://www.zerowaste.id/