Top Banner
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI "THE UNDERGREEN STORY" Albertino Kaharap Ibrahim Bina Nusantara School of Design Visual Communication Design Animation Program, Jln. K.H. Syahdan no.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480 [email protected] Albertino Kaharap Ibrahim , Ardiyansah, ST, Ahmad Faisal Choiril Anam Fathoni, S.Sn ABSTRACT In Indonesia, the animated series began to grow and become a popular entertainment, especially children. However, foreign animated series are more popular than local animated series on the Indonesian television. The author conducted the study with the aim to knowing more about the characteristics of the animal characters in the story, what is a good animated series, and also to knowing the level of interest and the public appetite for entertainment in the form of animation, in order to achieve good results and in accordance to the accurate data. Research methods include direct observation of animal behavior, data search through books and interviews either in person or through cyberspace, reference, online surveys and internet articles. The result is in the form of animated video trailer containing a 3D animated series, the design concepts that include the character, environment, property and test animation of the figures contained in the story. The conclusions of research are great people interest to animations and various references to support the visual style is used to design a concept design for an animated series of comedy animation with undergound animals as characters that have a selling value, can compete with foreign animations and well received by the people, especially in Indonesia . ABSTRAK Di Indonesia, serial animasi mulai berkembang dan menjadi hiburan yang digemari masyarakat, terutama anak anak. Akan tetapi serial animasi asing lebih merajai televisi dibanding animasi dalam negeri. Penulis melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui lebih dalam mengenai karakteristik hewan yang menjadi tokoh dalam cerita, apa itu serial animasi yang baik, juga mengetahui tingkat ketertarikan dan selera masyarakat kepada hiburan yang berupa animasi, agar hasil yang dicapai baik dan akurat sesuai dengan data pasti. Metode penelitian yang digunakan antara lain pengamatan perilaku hewan secara langsung, pencarian data melalui buku dan wawancara baik secara langsung ataupun melalui dunia maya, referensi, survei online dan artikel internet. Hasil yang dicapai adalah berupa video animasi yang berisikan trailer serial animasi 3D, konsep-konsep desain yang mencakup karakter, environment, properti dan tes animasi dari tokoh yang ada didalam cerita. Simpulan penelitian dimana animo masyaakat akan animasi yang besar dan berbagai referensi untuk menunjang gaya visual dipakai guna merancang sebuah konsep desain untuk sebuah serial animasi humor dengan hewan bawah tanah sebagai tokohnya yang memiliki nilai jual, daya saing dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat terutama di Indonesia. Kata kunci: Serial Animasi Undergreen
11

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

May 10, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL

SERIAL ANIMASI "THE UNDERGREEN STORY"

Albertino Kaharap Ibrahim

Bina Nusantara School of Design Visual Communication Design Animation Program, Jln. K.H. Syahdan no.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480

[email protected] Albertino Kaharap Ibrahim , Ardiyansah, ST, Ahmad Faisal Choiril Anam Fathoni, S.Sn

ABSTRACT In Indonesia, the animated series began to grow and become a popular entertainment, especially children. However, foreign animated series are more popular than local animated series on the Indonesian television. The author conducted the study with the aim to knowing more about the characteristics of the animal characters in the story, what is a good animated series, and also to knowing the level of interest and the public appetite for entertainment in the form of animation, in order to achieve good results and in accordance to the accurate data. Research methods include direct observation of animal behavior, data search through books and interviews either in person or through cyberspace, reference, online surveys and internet articles. The result is in the form of animated video trailer containing a 3D animated series, the design concepts that include the character, environment, property and test animation of the figures contained in the story. The conclusions of research are great people interest to animations and various references to support the visual style is used to design a concept design for an animated series of comedy animation with undergound animals as characters that have a selling value, can compete with foreign animations and well received by the people, especially in Indonesia . ABSTRAK

Di Indonesia, serial animasi mulai berkembang dan menjadi hiburan yang digemari masyarakat, terutama anak anak. Akan tetapi serial animasi asing lebih merajai televisi dibanding animasi dalam negeri. Penulis melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui lebih dalam mengenai karakteristik hewan yang menjadi tokoh dalam cerita, apa itu serial animasi yang baik, juga mengetahui tingkat ketertarikan dan selera masyarakat kepada hiburan yang berupa animasi, agar hasil yang dicapai baik dan akurat sesuai dengan data pasti. Metode penelitian yang digunakan antara lain pengamatan perilaku hewan secara langsung, pencarian data melalui buku dan wawancara baik secara langsung ataupun melalui dunia maya, referensi, survei online dan artikel internet. Hasil yang dicapai adalah berupa video animasi yang berisikan trailer serial animasi 3D, konsep-konsep desain yang mencakup karakter, environment, properti dan tes animasi dari tokoh yang ada didalam cerita. Simpulan penelitian dimana animo masyaakat akan animasi yang besar dan berbagai referensi untuk menunjang gaya visual dipakai guna merancang sebuah konsep desain untuk sebuah serial animasi humor dengan hewan bawah tanah sebagai tokohnya yang memiliki nilai jual, daya saing dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat terutama di Indonesia.

Kata kunci: Serial Animasi Undergreen

Page 2: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

PENDAHULUAN

Perkembangan animasi di Indonesia semakin meluas di Indonesia, bahkan ada banyak studio lokal yang membuat animasi untuk pihak asing, dengan tenaga kerja lokal. Dengan kata lain, perkembangan animasi di Indonesia terkenal hanya sebagai tempat produksi bagi pihak asing. Seiring dengan perkembangan jaman pun, pertumbuhan industri kreatif di Indonesia semakin berkembang. Sudah ada beberapa animasi produksi lokal yang diproduksi secara masal seperti film layar lebar Meraih Mimpi atau Homeland. Serial animasi lokal di televisi pun sudah mulai banyak yang ditayangkan seperti Serial Animasi Dongeng Rakyat tahun 2000, Kabayan Liplap pada tahun 2009, Vatalla - Sang Pelindung, Samba dan Sahabat, Petualangan Didi Tikus pada tahun 2010, dan baru baru ini muncul serial animasi baru di televisi berjudul Dufan Defender.

Sayangnya, jumlah animasi lokal yang tampil di televisi sangat kalah jumlahnya dengan serbuan animasi buatan pihak asing seperti Naruto, Doraemon, Powerpuff Girl, Kapten Tsubasa, Spongebob, Larva, Shaun The Sheep , Avatar, Ben 10, Oscar Oasis, Penguin Of Madagascar, Ipin dan Upin, dan masih banyak lagi. Perbandingan jumlah animasi lokal dengan animasi asing yang ditayangkan di televisi ini sangatlah memprihatinkan. Anak anak yang yang menjadi konsumen terbanyak animasi di Indonesia menjadi lebih banyak mendapatkan animasi buatan luar negeri, padahal jika dibandingkan dengan jumlah pembuat animasi di Indonesia, persaingan dengan animasi luar bisa disaingi. Dan para Animator Indonesia pun bisa merajai siaran animasi di negara sendiri.

Dilatar belakangi itu semua penulis ingin membuat animasi yang bisa menghibur dan menarik perhatian masyarakat juga ingin mencoba mengisi kekosongan slot animasi lokal yang masih sedikit di televisi. Penulis merancang konsep serial animasi tentang hewan peliharaan landak mini dan temannya hamster yang mencoba berpetualang di habitat aslinya, yaitu bawah tanah. Landak mini dan Hamster dipilih sebagai karakter utama karena popularitas mereka sebagai hewan peliharaan kecil yang sedang menjamur. Penulis juga memiliki harapan untuk membantu perkembangan industri animasi di Indonesia, agar tidak kalah bersaing dengan produk asing. Dalam penelitian, penulis mengkaji serial animasi yang cukup digemari oleh para pemirsa dan mencari “ formula” yang membuat animasi – animasi tersebut mudah diterima oleh masyarakat. Penulis mengkaji beberapa animasi serupa yang memiliki tokoh binatang, Sebagai contoh, penulis meneliti serial “Larva” yang ditayangkan di televisi akhir akhir ini. Serial animasi nonverbal ini bercerita tentang 2 ulat, Merah dan Kuning, yang hidup di bawah jeruji selokan. Di tempat rahasia ini, mereka melakukan sesuatu dengan benda-benda yang dibuang dan dijatuhkan orang-orang ke dalam selokan seperti bekas kunyahan permen karet, lelehan es krim, koin, cincin dan barang-barang kecil lainnya. Si Merah dan Si Kuning kadang suka bersenang-senang, tapi juga sering mendapatkan masalah seperti munculnya lalat & nyamuk yg menjadi musuh manusia, bahkan bertengkar karena memperebutkan sesuatu. Larva memiliki pola dimana ulat merah yang galak selalu terkena masalah karena ulah si kuning yang bodoh, tetapi sebenarnya mereka saling menyayangi.

Serial Animasi "Larva"

Adapula serial animasi serupa yang berjudul Oscar Oasis, serial animasi nonverbal yang berkisah

tentang petualangan Oscar si kadal dan trio binatang gurun Harchi, Popy and Buck; yang bertahan hidup di tengah gurun pasir. Yang mereka lakukan adalah menemukan air, menemukan tempat berteduh, mencari makanan dan menemukan sesuatu untuk dilakukan agar terhindar dari kebosanan. Dari kegiatan mereka digurun itu, disimpulkan inti cerita yang menjadi formula di setiap episodenya,yaitu kegiatan oscar dan trio binatang gurun yang berebut sesuatu (biasanya air atau makanan) untuk bertahan hidup di gurun pasir.

Page 3: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

Serial Animasi "Oscar Oasis"

Ada juga serial yang ditayangkan di luar negeri seperti Minuscule dan Usavich, Minuscule adalah

serial animasi buatan Prancis yang mengisahkan tentang kehidupan sehari - hari serangga dengan storyline yang lucu. Di setiap episodenya serangga protagonis memperlihatkan kegiatan khas serangga yang diaksikan seperti tingkah manusia. Minuscule mengambil setting di wilayah pedesaan Prancis, seperti rumah peternakan, kandang, mobil, permukaan jalanan, gorong- gorong, kebun bunga, tempat sampah dan semak semak. Minuscule adalah animasi nonverbal yang menggabungkan footage rekaman dengan serangga 3D.

Gambar Serial Animasi "Minuscule"

Minuscule menekankan kepada sinematografi yang baik dan cerita yang sederhana. Di setiap episodenya mengisahkan tentang kehidupan dari salah satu serangga yang ada hidup di daerah itu. Seperti kepik yang jagoan, Laba laba yang selalu sial, Ulat yang selalu makan, Koloni semut yang selalu membangun sesuatu, Siput yang selalu berkhayal, Gank lalat, bahkan Tawon yang punya angan angan ingin pergi keluar angkasa. Suara yang dipakai adalah penggabungan dari suara asli serangga dan suara buatan yang membuat emosi tersampaikan dengan lebih baik.

Serial Animasi "Usavich"

Sedangkan Usavich adalah serial animasi buatan Kanaban Graphic Jepang untuk MTV yang

mengisahkan tentang petualangan 2 ekor kelinci bernama Putin (hijau) dan Kirenenko (merah). Serial ini sudah ditayangkan sekitar 4 season. Season pertama berkisah tentang kehidupan sehari hari Putin dan

Page 4: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

Kirenenko di penjara soviet. Season kedua mengisahkan petualangan mereka saat kabur dari penjara karena Kirenenko ingin membeli sepatu. Season ketiga berkisah tentang petualangan mereka menuju lantai ke 13 dari sebuah distrik perbelanjaan. Season ke 4 berfokus pada Putin yang memperbaiki Mechanenko (robot yang dibuat Putin pada season ketiga). Usavich memiliki formula sederhana yang tertata rapi pada setiap episodenya. Di season pertama hanya berkisar pada Putin yang diganggu penjaga, Putin menyerah, Penjaga ingin mengganggu Kirenenko, Tetapi Kirenenko mampu mengatasi penjaga dengan kekuatannya. Di setiap episode kelima, akan menjadi episode musik, dimana suara dari lingkungan sekitar dan gerakan karakter berpadu menjadi musik. Di 2 episode terakhir dari sebuah season, Kirenenko selalu mengamuk dan menjadi monster. Karakter Usavich adalah kelinci, tetapi digambarkan seperti manusia.

Penulis lalu mengambil patokan genre cerita berdasar usia anak dimana di usia 5-8 tahun anak - anak mulai berimajinasi dan sangat menyukai cerita dongeng seperti negeri antah berantah. Mereka menyukai cerita seperti kacil cerdik yang pandai menggunakan akalnya untuk mengatasi hewan lain yang berniat jahat padanya. Anak- anak pada usia ini juga senang melihat sifat dan pola tongkah laku seperti pertemanan dan permusuhan, licik, dungu, ceroboh, pintar, periang, pemarah, dan sebagainya. Mereka juga mulai belajar dan mencontoh hal yang baik dan tidak, seperti sifat yang baik dan buruk atau hal yang boleh ditiru dan tak boleh ditiru. Juga untuk anak usia 9-12 Tahun, unsur cerita yang lebih rumit bisa disajikan kepada anak - anak pada usia ini. Mereka biasanya lebih menyukai cerita yang mengandung unsur petualangan dan sudah bisa menerima cerita yang mengandung konflik, pemecahan masalah, beserta solusinya yang mengandung makna renungan. Anak- anak pada usia ini cenderung tidak menyukai cerita yang bersifat menggurui atau mengajar, tapi lebih suka melihat tokoh - tokoh yang aktif beraksi, bertarung dan tampil sebagai pemenang. Melihat itu, penulis membuat konsep cerita yang cocok untuk usia 7-12 tahun.

Untuk memastikan bahwa anak - anak Indonesia saat ini baik lelaki dan perempuan menyukai film animasi, penulik merujuk dari hasil survei AGB Nielsen dari total populasi TV yang berjumlah 42.645.497 individu di 10 kota. Dua puluh satu persen pemirsa TV adalah anak-anak berusia 5-14 tahun. Jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit dengan banyaknya tuntutan atas tayangan yang sesuai untuk anak. Kepemirsaan anak pun termasuk tinggi dibandingkan dengan target pemirsa yang lebih dewasa, terutama antara jam 6.00 sampai 10.00 dan antara jam 12.00 sampai 21.00. Jumlahnya bisa mencapai rata-rata 1.478.000 individu saat jam tayang utama. Penulis juga melakukan survey dan sekitar 85% responden mengatakan menyukai animasi. Hal ini membuktikan tingginya tingkat kebutuhan hiburan bagi masyarakat, terutama animasi. Akan tetapi, jumlah animasi luar negeri yang tidak sebanding dengan jumlah animasi lokal yang sedikit di televisi. Terbukti dengan animasi lokal yang hanya dapat dihitung dengan jari seperti Vatalla atau Zeta. Belum ada animasi lokal di televisi yang benar-benar bagus dan berhasil, sehingga kepercayaan masyarakat pada produk animasi lokal menjadi rendah. Hal ini juga dipengaruhi oleh modal. Menurut Tubagus Zufri, Ketua Program Multimedia Universitas Widyatama, faktor harga perangkat lunak animasi tiga dimensi (3D) 15.000 dollar AS, atau sekitar Rp 135 juta, sementara harga untuk dua dimensi (2D) sekitar 1.000 dollar AS atau sekitar Rp 9 juta. Hal ini membuat biaya produksi film animasi lebih tinggi dari film biasa. Selain itu, film biasa dengan mudah bisa mendapat sponsor dengan mengandalkan aktor yang akan dipakai. Sementara animasi tidak selalu dapat mengandalkan tokohnya untuk dapat sponsor. Hal ini juga dipengaruhi oleh modal. Selain itu, pasar film animasi di Indonesia belum berkembang. “Satu-satunya andalan adalah stasiun televisi. Tapi stasiun televisi Indonesia masih memiliki kendala dalam hal harga pembelian dan masalah hak cipta. Melihat hal itu, penulis merancang sebuah konsep serial animasi 3D bergenre komedi yang menarik, menghibur, dan mudah diterima oleh masyarakat dengan tujuan Menciptakan serial animasi yang menghibur masyarakat, meningkatkan perkembangan dunia animasi di Indonesia dan mencoba menambahkan produk animasi lokal agar bisa bersaing dengan jumlah animasi luar negeri.

Page 5: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai oleh penulis adalah survei lapangan serta studi literatur dan referensi. Penulis pertama-tama mencari artikel tentang hewan landak, hamster, tikus tanah dan cacing, baik itu melalui buku atau artikel internet. Penulis juga melakukan pengamatan hewan secara langsung untuk memastikan perilaku yang tertera di artikel. Penulis juga bertanya ke beberapa breeder untuk mengetahui ciri khas hewan itu masing masing. Setelah itu penulis melakukan ujicoba desain karakter untuk di uji daya tariknya kepada pemirsa secara acak melalui angket tertulis dan survey online. Setelah mendapatkan hasil yang menjurus kepada animasi kartun lucu, penulis mencari lebih banyak teori penceritaan yang menjurus kepada hasil survey dan mengkaji formula dari berbagai referensi video, terutama film seri animasi setema yang ditayangkan di televisi atau yang populer di internet. Dari situ penulis mendapatkan formula dan referensi gaya visual untuk membuat animasi serial “The Undergreen Story”

HASIL DAN BAHASAN Penulis melakukan survey berupa polling secara online kepada responden melalui jasa service survey online www.surveymonkey.com . Survey penulis lakukan untuk mengetahui selera,pendapat dan antusiasme responden serta berapa besar peluang diterimanya animasi Survey pertama periode Februari - Maret 2012, 100 responden

1. Apakah anda menyukai film animasi?

Jawaban Persentase

Ya 85%

Sedikit 15%

Tidak 0%

Total 100%

2. Genre film apakah yang anda sukai?

Genre Film Persentase

Action 23%

Komedi 32%

Horor 8.8%

Slice of Life (Kehidupan sehari hari)

14,9%

Science Fiction 14%

Lainnya 6%

Page 6: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

3. Dalam menonton,apa yang paling anda utamakan?

Yang Diutamakan Persentase

Pesan Moral 17%

Action 12%

Emosi 13.6%

Karakter yang unik 15.4%

Visual yang bagus 20.5%

Cerita Original 18%

Lainnya 3.5%

Survey kedua periode Mei - Juni 2012, 133 responden

1. Apa jenis cerita kesukaan kamu?

Jenis Cerita Persentase

Petualangan 28.1%

Cerita Lucu 32.5%

Pershabatan 15.2%

Perjuangan 12.5%

Lainnya 11.7%

Total 100%

2. Apakah kamu suka dengan cerita animasi yang jagoannya hewan?

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 96 72%

Tidak 37 28%

Total 100% 100%

Page 7: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

Perhatikan gambar dibawah ini

3. Jika ada kartun lucu tentang kehidupan mereka,apa kamu mau nonton?

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 106 80%

Tidak 27 20%

Total 100% 100%

Dari hasil survei tersebut,dapat disimpulkan analisa-analisa berikut : Survey pertama periode Februari - Maret 2012, 100 responden Pertanyaan pertama untuk memastikan ketertarikan responden pada animasi, 85% responden menyukai film animasi, 15% sedikit dan tidak ada responden yang tidak menyukai animasi, Penulis menyimpulkan bahwa hampir keseluruhan koresponden menyukai animasi dan animasi dapat diterima dengan baik. Untuk pertanyaan 2-3 penulis gunakan untuk mempertimbangkan pengembangan cerita dan genre apa yang cocok dipakai agar animasi dengan tema hewan lebih mudah diterima dan dikomunikasikan ke audience., dan banyak yang menginginkan genre action komedi dengan visual yang bagus dan juga originalitas cerita, Survey kedua periode Mei - Juni 2012, 133 responden Pada pertanyaan pertama, persentase paling tinggi adalah cerita lucu dengan persentase 32.5%, diikuti dengan petualangan sebanyak 28.1%. Hal ini membuat penulis semakin yakin bahwa ketertarikan responden terhadap hiburan, terutama cerita komedi sangatlah besar. Untuk pertanyaan 2 penulis gunakan untuk mengetahui apakah tokoh hewan dapat diterima atau tidak oleh responden, dan hasilnya 72% responden menyukai tokoh animasi yang berupa hewan. Pada pertanyaan ke 3, penulis mencoba melakukan pendekatan visual kepada responden untuk mengetahui apakah responden dapat menerimanya dengan baik atau tidak. Dan 80% responden ingin menonton cerita lucu dengan karakter karakter tersebut.

Page 8: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

Desain Karakter

Konsep Awal Karakter

Pengembangan Konsep Karakter

Karakter pada “The Undergreen Story” mengalami beberapa tahap pekembangan sebelum mencapai tahap produksi. Hal ini dilakukan serupa untuk mendukung efisiensi proses kerja dan guna mendapatkan karakter yang memiliki nilai jual secara lebih matang. Setelah menentukan konsep awal yaitu hewan bawah tanah, penulis lalu melakukan studi lebih lanjut kepada hewan hewan yang akan ditampilkan didalam cerita. Dari sana penulis mendapatkan banyak data tentang sifat khas binatang binatang tersebut yang digunakan untuk mendukung pengembangan sifat, bentuk fisik atau kebiasaan karakter. Sebagai contoh,Tikus Tanah yang rabun dan rakus, Cacing yang memiliki kemampuan regenerasi bahkan mitosis (membelah diri), kecerdasan dan sifat penakut landak, atau sifat ingin tahu hamster yang tidak didukung dengan kecerdasan hewan tersebut. Penulis juga banyak mengambil teori teori pengembangan bentuk karakter dari berbagai sumber. Penulis membuat karakter dengan wujud lucu untuk mendukung appeal karakter dan juga konsep cerita. Sascha Preuss (2010) mengatakan bahwa karakter yang lucu dan imut adalah karakter yang "childlike", yang menunjukkan ketidakberdayaan dan kebutuhan untuk dilindungi, sehingga dapat menarik alam bawah sadar orang dewasa untuk memperhatikannya. Penulis menciptakan karakter dengan proporsi sedemikian rupa didasari dengan referensi dan teori dari berbagai sumber, dan juga melalui diskusi. Dan setelah mencapai sketsa akhir yang fix akhirnya diwujudkan kedalam wujud model 3 dimensi.

Page 9: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

Pleki si Landak Mini

Gambar 3D Model Pleki si Landak Mini & Referensi

Seekor Landak mini yang sifatnya malas dan agak semena mena. Meskipun malas, dia sangat cerdas dan suka membuat perkakas dan benda benda disekitar dirinya. Dibalik sifatnya yang cuek, Pleki sebenarnya sangat penakut. Pleki memiliki alat andalan untuk membuat perkakas, yaitu palu,paku dan kunci inggris yang terbuat dari kayu dan batu. Konsep Pleki awalnya dibuat berdasar bentuk segitiga dan persegi, tetapi karena tidak mendukung kelucuan, maka bentuk dasar Pleki diganti menjadi seperti labu dengan duri duri di punggungnya, expresi Pleki selalu dibuat setengah terpejam untuk menunjukkan sifat malasnya dan hobinya yaitu tidur. Warna Pleki diambil dari jenis landak jenis Dark Brown yang disesuaikan tone nya. Hamham si Hamster

Gambar 3D Model Hamham si Hamster & Referensi

Seekor Hamster yang cerewet, rakus, dan agak bodoh, ceroboh, sering bertindak tanpa pikir panjang dan selalu menjadi bulan bulanan.Menganggap Pleki sebagai sahabat sekaligus rivalnya. Dibalik kecerobohan dan kebodohannya, dia memiliki sifat tidak mau kalah dan selalu berjuang, sering pamer dan mencoba menjadi lebih hebat dari Pleki tetapi selalu gagal karena kecerobohannya sendiri. Karakter Hamham mengalami paling banyak pengembangan bentuk fisik dari awal sketsa untuk mendapatkan bentuk yang luwes untuk bergerak sekaligus mempertahankan kesan akif dan bodohnya. Hamham dibuat berdasarkan Golden Hamster, dengan warna yang dipercerah menjadi orange yang senada dengan karakter lainnya serta memiliki kesan aktif.

Page 10: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

Imol si Tikus Tanah

Gambar 3D Model Imol si Tikus Tanah & Referensi

Seekor tikus tanah yang punya hobi menggali tanah, matanya rabun dan karena itu dia sering menabrak landak dan hamster yang sedang ketika keluar dari tanah. Tikus tanah sering membawakan benda-benda aneh dari permukaan tanah untuk Pleki dan Hamham. Tikus tanah juga sangatlah rakus, setiap dia muncul selalu makan. Jika makanannya habis,maka dia akan kelaparan dan menjadi ganas lalu mengejar Pleki dan Hamham. Imol mengambil bentuk dasar lonjong seperti peluru, dengan 2 tangan besar dan hidung merah besar. Seiring dengan pengembangan konsep, beberapa perubahan dilakukan seperti penambahan alis dan kumis yang dihilangkan guna kemudahan animasi dan expresi. Kremie si Cacing Tanah

Gambar 3D Kremie si Cacing Tanah & Referensi

Mahluk yang selalu dikejar kejar tikus tanah, tidak bisa diam dan hiperaktif seperti istilah cacing kepanasan. Sangat iseng, suka mengganggu hewan lain dan memprovokasi, selalu menjadi mangsa tikus tanah tetapi tidak bisa mati, bisa beregenerasi dan membelah diri. Wujud cacing pada aslinya tidaklah lucu sama sekali, malah menjijikkan, penulis lalu mencoba mendesain wujud cacing yang bisa diterima dengan mudah dan terlihat lucu. Penulis menambahkan wajah yang jenaka guna mendukung keterbatasan fisik cacing yang tidak memiliki tangan atau kaki. Warna pun dibuat lebih cerah dari aslinya agar terlihat lebih menarik dan mudah diterima.

Page 11: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL SERIAL ANIMASI ...

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan visualisasi dari animasi serial ini, penulis yang terinspirasi dari hewan peliharaan landak mini, mencoba mengembangkan ide baru yang menggambarkan kehidupan hewan peliharaan yang mencoba hidup di lingkungan aslinya, yaitu bawah tanah. Visualisasi karakter hewan dibuat anthropomorphic untuk memudahkan karakter dalam menyampaian emosi dan melakukan aksi. Teknologi animasi pun memungkinkan untuk membuat exagerration yang tidak mungkin dilakukan hewan aslinya. Penulis mencoba mengembangkan sebuah cerita yang mengandung unsur komedi, petualangan, dan aksi berdasarkan perilaku hewan - hewan pada habitat aslinya dengan tambahan penceritaan fantasi dari imajinasi penulis. Ide animasi tidak terbatas, dan bisa diangkat dari hal- hal yang ada disekitar kita, berimajinasilah tanpa batas.

REFERENSI Alex, S. (2010). Panduan Lengkap Memelihara Kelinci & Hamster, Sleman : Pustaka Baru Press. Bennet. D. (2011). Character Design Principles, http://www.disneyanimation.com Biran, H. Misbach (2002). Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Jakarta : Tridi Book. Brown, B. (2002). Cinematography theory and practice, Burlington, MA : Focal Press. Gilbert, W. (1999). Simplified Drawing for Planning Animation, San Rafael, CA: Anamie. Majalah CONCEPT (2008). Vol04.Ed.22, Jakarta : PT. Concept Media Rahmat, R. (1999). Budi Daya Cacing Tanah, Malang : Universitas Negeri Malang Signorielli,N (2008). Age-Based Ratings, Content Designations, and Television Content, Newark Universityof Delaware. Sullivan, K. et al (2008). Ideas for the Animated Short, : Burlington, MA : Focal Press. Tomi, I. (2011). A-Z Panduan Mudah Merawat si Mungil Hamster, Yogyakarta : Cahaya Atma Pusaka. Piper, R. (2007). Extraordinary animals : an encyclopedia of curious and unusual,Westport, London : Greenwood Press. Pond, G. Wilson (2005).Encyclopedia of Animal Science, New York : Marcel Dekker. Preuss, S. 12 April (2010).The Elements of Cute Character Design. Diakses tanggal 8 April 2012 dari http://vector.tutsplus.com/articles/theory/the-elements-of-cute-character-design William, R. (2002). The Animator's Survival Kit, London : Faber and Faber. White, T. (2009).How to Make animated Films, Burlington, MA : Focal Press.

RIWAYAT PENULIS Albertino Kaharap Ibrahim lahir di kota Jakarta pada 8 Mei 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Komunikasi Visual Program Animasi pada tahun 2012.