perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir dan Syarat Untuk Mencapai Gelar Kesarjanaan Disusun oleh : Hesti Keristiani C0806014 JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULUTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
232
Embed
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN · PDF fileperancangan tersebut tercakup dalam Laporan Tugas Akhir ini dan dapat ... Asas Aksesibilitas ... Psikologi Perkembangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA
(Dengan Pendekatan Psikologi)
TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan
Mata Kuliah Tugas Akhir dan Syarat Untuk Mencapai Gelar Kesarjanaan
Disusun oleh :
Hesti Keristiani
C0806014
JURUSAN DESAIN INTERIOR
FAKULUTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)
Oleh : Hesti Keristiani
C0806014
Telah disetujui pada Mata Kuliah Kolokium dan Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Mengatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul
“PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)” adalah
benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal
yang bukan karya saya dalam Tugas Akhir ini diberi citasi (kutipan) dan
ditunjukan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.
Surakarta, Agustus 2010
Yang membuat pernyataan
Hesti Keristiani
C0806014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
(1 Timotius 4 : 12)
Hidup yang berarti adalah hidup yang mempunyai visi yang jelas, dan melangkah
ke arah tujuan yang pasti.
(Visi Victory)
Kemenangan bukan tujuan hidup namun layak diperjuangkan karena di dalamnya
ada kepuasan, gairah dan banyak hal positif lainnya.
(Visi Victory)
Salah satu kunci sukses yang umum adalah membiasakan diri melakukan hal-hal
yang tidak disukai para pecundang.
(Visi Victory)
Yang perlu dilakukan ketika mengalami kegagalan adalah bangkit dan maju lagi.
(Visi Victory)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan pimpinan
Bapak dan Ibu di Surga
Kedua kakakku di Wonogiri dan Jakarta
Kak Titus yang selalu memberi semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pimpinan yang diberikan
kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN
PSIKOLOGI”. Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan
kurikulum guna menempuh ujian dalam rangka mencapai gelar kesarjanaan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, berhubungan dengan keterbatasan yang penulis miliki.
Walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar esensi dari
perancangan tersebut tercakup dalam Laporan Tugas Akhir ini dan dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam rangka penyelesaian penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,
terutama kepada :
1. Drs. Sudarno, MA selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rahmanu Widayat, M. Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior,
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sekaligus sebagai Pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan,
bimbingan dan petunjuk kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
3. Lu’lu’ Purwaningrum, S. Sn, MT selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
4. iik Endang Siti W, S. Sn, M. Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir yang
telah dengan sabar memberikan pengarahan dan semangat kepada kami
semua.
5. Civitas akademik dan semua pihak yang menjadi bagian dalam Universitas
yang telah membantu baik secara langsung dan tidak langsung.
6. Bapak dan Ibu di Surga yang telah membesarkan dan mendidik penulis
hingga dapat mencapai level seperti sekaranng.
7. Kedua kakakku di Wonogiri dan Jakarta yang telah memberikan dukungan
moril dan materiil dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
8. Kak Titus terkasih yang selalu memberikan semangat dan selalu
mendampingi penulis dalam menyusun Tugas Akhir.
9. Ketua Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Jakarta yang telah
memberikan informasi kepada penulis.
10. Ketua Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Surakarta Bp. Drs.
Mardianto dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan informasi
yang berguna untuk Tugas Akhir ini.
11. Para staf karyawan Prof. Dr. Soeharso di Surakarta yang telah mengijinkan
penulis melakukan survey dan wawancara untuk mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
12. Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir yang saling memberikan
semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
13. Sahabat-sahabatku Mila, Nino, Awang dan Uma yang selalu ada dalam
suka dan duka.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Surakarta, Agustus 2010
Hesti Keristiani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRAK
Hesti Keristiani. C0806014. 2010. Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta. Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta merupakan judul dari proyek interior ini. Dengan latar belakang kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel dan ergonomis bagi tuna daksa yang membuat tuna daksa tidak dapat beraktivitas dengan mandiri.
Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta dibatasi dengan perancangan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel dan ergonomis bagi tuna daksa.
Tujuan perancangan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa ini adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan para tuna daksa dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja.
Penelitian ini dilaksanakan pada sebuah yayasan yang menyediakan fasilitas pendidikan dan ketrampilan khusus untuk anak cacat, yaitu Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Jakarta dan YPAC di Surakarta serta BBRSBD Prof. Dr. Soeharso di Surakarta.
Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta dengan pendekatan psikologi adalah tempat yang memberikan fasilitas rehabilitasi yang dapat membantu para tuna daksa untuk hidup layaknya manusia normal, tanpa adanya perbedaan perlakuan dari orang-orang di sekitarnya serta membantu permasalahan psikis yang dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam interior yang secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah kepribadian yang dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang diberikan berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis dan psikologis.
Fasilitas yang dirancang dalam Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa antara lain fasilitas pendidikan, ketrampilan dan terapi.
Tema perancangan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah Form follow functions atau bentuk mengikuti fungsi yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah dioperasikan oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik yang sekaliguus berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI Hal
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………….. iv
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
ABSTRAKSI …………………………………………………………………. x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xv
DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Batasan Masalah .................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
D. Tujuan Perancangan ............................................................................. 6
E. Manfaat Perancangan ........................................................................... 6
F. Metode Desain ..................................................................................... 7
G. Skema Langkah Desain ........................................................................ 9
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................. 13
ASPEK RUANG , DIMENSI, MANUSIA……………….. 13 Tinjauan Umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Bagi Tuna Daksa di Surakarta
a. Pengertian Judul .................................................................... 15
Tinjauan Umum Tuna Daksa
a. Pengertian Tuna Daksa ......................................................... 16
b. Faktor Penyebab Tuna Daksa................................................ 18
c. Klasifikasi Tuna Daksa ......................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
d. Karakteristik Tuna Daksa ...................................................... 23
e. Masalah Tuna Daksa ............................................................. 24
f. Kebutuhan Kehidupan Tuna Daksa ...................................... 25
Tinjauan Alat Bantu Gerak
a. Prosthetis & Orthotis ............................................................. 26
b. Alat bantu untuk tuna daksa .................................................. 27
Tinjauan Aksesibilitas
a. Prinsip Aksesibilitas .............................................................. 31
b. Asas Aksesibilitas ................................................................. 31
c. Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas ............................ 33
d. Pengaruh Setting Ruang Terhadap Aksesibilitas .................. 34
Tinjauan Umum Psikologi
a. Pengertian Umum Psikologi ................................................. 37
b. Ruang Lingkup Psikologi ...................................................... 42
c. Sejarah Psikologi ................................................................... 42
d. Psikologi Perkembangan ....................................................... 43
6. Tinjauan Umum Modern
a. Pengertian Modern ................................................................ 52
b. Sejarah Singkat Arsitektur Modern ....................................... 52
c. Ciri-ciri Modern .................................................................... 52
B. TINJUAN RUANG
a. Kantor/Sekretariat ................................................................. 53
b. Ruang Rehabilitasi Medis ..................................................... 54
c. Ruang Rehabilitasi Pendidikan ............................................. 55
d. Ruang Rehabilitasi Karya/Ketrampilan ................................ 58
e. Bengkel Prothetis & Orthotis ................................................ 59
f. Pintu ...................................................................................... 60
g. Ramp ..................................................................................... 63
h. Toilet ..................................................................................... 65
i. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol ..................................... 69
C. Tinjauan Sistem Sirkulasi
a. Pengertian Sirkulasi .............................................................. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
b. Unsur-unsur Sirkulasi ........................................................... 71
c. Sirkulasi Internal Bangunan .................................................. 74
D. Tinjauan Organisasi Ruang
a. Pengertian Sirkulasi .............................................................. 80
E. Komponen Pembentuk Ruang
a. Lantai .................................................................................... 84
b. Dinding .................................................................................. 86
c. Ceiling ................................................................................... 88
7) Alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote door
control).
8) Pengubah sinar infra merah (passive infra-red) (dalam Aziz
Danang Satoto, 2006)
b. Pengamanan Terhadap Kebakaran.
Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana
(api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tangga utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga
sekunder untuk umum dan staf hendaknya diletakkan di dekat
dinding dan pintu.
1) Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal yaitu:
a) Pendeteksi panas (thermal detector), yang akan bereaksi
terhadap perubahan suhu. Alat ini akan bereakis pada
tempratur maksimum yang melampaui batas, misalnya 700
C.
b) Pendeteksi asap (smoke detector), yang bereaksi terhadap
gas atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran. Detektor
ini dapat digunakan pada area yang tidak berisi material-
material yang mudah terbakar dan dapat menyebabkan
penyebaran asap yang cepat.
c) Pendeteksi api (flame detector), bereaksi pada nyala api.
2) Alat pendeteksi kebakaran harus memenuhi syarat sebagi
berikut :
a) Dipasang dengan tepat dengan jumlah yang cukup dan
disesuaikan dengan ilmu ukur ruang.
b) Dipilih dan diselaraskan pada kemungkinan bahaya
kebakaran.
c) Dirakit agar alarm sebaiknya bereaksi ketika ada tanda-
tanda kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3) Mengenai alat pemadam kebakaran yang dapat dipilih
dibawah ini:
a) Sistem penyemprotan (sprinkle system)
b) Sistem pemadaman dengan gas (gas system)
c) Tabung pemadam api (portable fire extinguisher) (dalam
Aziz Danang Satoto, 2008)
G. Furniture
Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan secara garis
besar dibagi menjadi dua yaitu :
1. Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau tidak
terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan meja.
2. Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu
berada (built-in). Contoh : rak, lemari yang menyatu dengan dinding,
tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai.
Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam
kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti
dibawah ini :
a. Sifat Peletakan.
Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas.
b. Ukuran.
Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan besaran
ruang dan kebutuhan dalam penggunaan.
c. Bentuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
d. Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar
kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang maksimal.
e. Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi suatu
tema tertentu.
f. Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu
kepentingan.
Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan dengan
pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan berikut ini :
1) Penentuan daerah aktif dan pasif.
a) Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan
frekuensi tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu lintas
(flow), gang (lorong), daerah depan pintu, dan sebagainya.
b) Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan
frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini sesuai
digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk.
2) Bentuk Kegiatan.
Bentuk kegiatan menentukan susunan letak serta kelengkapan
furniture. (dalam Aziz Danang Satoto, 2006)
H. Pertimbangan Desain
1. Bentuk
Sifat-sifat bentuk :
a. Posisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkungannya
atau lingkungan visual di mana bantik tersebut terlihat.
b. Orientasi
Arah dari sebuah bentuk relative terhadap bidang dasar, arah mata
angi, bentuk-bentu benda lain, atau terhadap seseorang yang
melihatnya.
c. Inersa Visual
Merupakan tingkat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersa
visual suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasinya
relatif terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi dan garis pandangan
manusia.
Sifat-sifat bentuk dipengaruhi oleh :
1) Perspektif yang berbeda memeprlihatkan wujud atau aspek-aspek
bentuk dalam pandangan mata mnusia.
2) Jarak terhadap bentuk menentukan ukuran yang tampak
3) Keadaan pencahayaan saat melihat bentuk akan mempengaruhi
kejelasan dan wujud serta strukturnya.
4) Lingkungan visual yang mengelilingi benda mempengaruhi
kemampuan dalam menterjemahkan dan megidentifikasikan bentuk
tersebut. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan
Tatanan, 1996 : 192)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Bentuk memiliki karakter sebagai berikut :
Bentuk Karakter Lingkaran Lingkaran adalah sesuatu yang berpusat,
memiliki arah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros.
Persegi atau bujur sangkar
Bujur sangkar atau persegi menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupaan bentuk yang statis dan netral serta memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar.
Segitiga
Segitiga menunjukkan stabilitas. Jika terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkan pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cenderung jtu ke salah satu sisinya.
2. Warna
Warna merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi
visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan
nada. Warna adalah atribut yang paling menyolok yang membedakan
suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot
visual suatu bentuk.
Warna memiliki tiga dimensi, yaitu :
a. Hue : asal usul dimana kita mengenal dan membedakan warna.
b. Value : tingkat terang dan gelap terhadap hitam atau putih suatu
warna.
Tabel II. 5 Karakter bentuk Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2000 : 39-41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
c. Intensitas : tingkat kemurnian dan kepekatan suatu warna jika
dibandingkan dengan warna yang kualitasnya sama. (Francis DK
Ching, Ilustrasi Desain Interior, 1996: 108).
Menurut Faber Birren, warna yang nyaman untuk dilihat adalah
“Visibility is one factor in color that may be readily measured. The
ability to see clearly may be determined by experiment and test and
requires neither feeling nor judgment. As has previously been
mentioned, the eye sees best in white, yellowish, or yellow-ish green
light and worst in blue light.” (Faber Birren, Color Psychology and
Color Therapy, 1961:243)
Tipe-tipe warna menurut Faber Birren dapat dijelaskan sebagai
berikut “it is logical to use cool colors such as green or blue where the
working condition exposes the employee to relatively high
temperatures. Consversly, warm tones of ivory, cream, or peach are
suitable to soften up a vaulty or chilly space and compensate for lack
of natural light.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy,
1961:249)
Warna-warna yang berfungsi sebagai penunjuk keamanan menurut Faber Birren adalah “yellow (or yellow and black bands) is standard to mark strike-against, stumbling, or failing hazards. It is paited on obstructions, low beams, dead ends, the edges of platforms and pits. Being the color of highest visibility in the spectrum, it is conspicuous under all lighting conditions ang well adapted to the above purpose.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:253)
“Orange is standard for acute hazards likely to cut, crush, burn, or shock the worker. It is painted around the edges of cutting machines and rollers. On the inside areas of machine guards and electric switch boxes, it shouts loudly when such devices are removed or left open.
Green is standard to identify first aid equipment, cabinets for stretchers, gas masks, medicines, and the like.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Red is reserved entirely and exclusively for marking of fire protection devices. It is painted on walls behind extinguishers, on floors to prevent obstruction, on valves and fittings for hose connections.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:253)
Spesifikasi warna menurut Faber Birren adalah sebagai berikut :
1) Hospitals
“…warm tones such as peach and rose are desirable for the maternity division where the patient may not be seriously ill and where a will to get well is the spirit to be encouraged. Cool tones of blues, greens, grays become appropriate for chronic patient who should be reconciled to a more prolonged stay.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:264)
2) Schools
“Elementary schoolrooms are best “color conditions” in warm tones of yellow, peach, pink. These color are stimulating to young minds and are favorable for “emotionally determined actions”, as Goldstein has noted. In secondary grades, tones of green, blue-green, blue, and gray are recommended to avoid emotional distraction and to aid mental concentration.” (Faber Birren, Color Ppsychology and Color Therapy, 1961:264)
3. Elemen Estetis
Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada benda-benda yang
memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang, benda-benda
tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur
yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Pada
akhirnya, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama, aksesoris adalah
bukti jelas hunian.
Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa :
a. Manfaat : alat-alat dan objek-objek yang memang berguna.
b. Incidental : Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
c. Dekoratif : benda seni dan tanaman. (Francis DK Ching,
Ilustrasi Desain Interior, 1996: 272-275).
4. Tema
Tema dalam perancangan Desain Interior merupakan hal yang
penting, tema dapat menimbulkan suatu suasana dan membentuk
karakter ruangan tertentu.
Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan pemecahan
bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan
dapat memenuhi tuntutan kegiatan dan fungsi ruang yang
sesungguhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN
A. YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) JAKARTA
1. Latar Belakang
YPAC ini terletak di Jl. Hang Lekiu III / 19 Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan. Yayasan ini berdiri pada 5 November 1954 oleh (Alm)
Ibu Sumarno Sosroatmojo dan diprakarsai oleh (Alm) Prof. Dr.
Soeharso. Yayasan ini berbentuk Organisasi Sosial Nirlaba (Non
Profit), sehingga dana yang dibutuhkan untuk opeasional berasal dari
bantuan pemerintah, swasta, perorangan, maupun bantuan lain yang
tidak mengikat. Pada awal berdiri sekolah ini bernama Yayasan
Pemeliharaan Anak Tjajtat Pusat, kemudian berganti nama menjadi
Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat Nasional.
Gambar III. 1 SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
2. Struktur Organisasi YPAC Jakarta
3. Fasilitas Pendidikan & Ketrampilan
Pendidikan untuk siswa penyandang tunadaksa di YPAC Jakarta
adalah sebagai berikut:
a. Taman Kanak-kanak Khusus Tunadaksa
b. Pendidikan Dasar Khusus Tuna Daksa (9 tahun), terdiri dari SD 6
tahun dan SMP 3 tahun.
1) SD Khusus Tuna Daksa Ringan (D) untuk siswa berkecerdasan
rata-rata / di atas rata-rata
Kepala Sekolah Tim Ahli
Komite Sekolah Tata Usaha
Wakil Kepala Sekolah I
Wakil Kepala Sekolah II
TKLB
SDLB
SMPLB Khusus
SMPLB
SMALB
SMALB Karya
SISWA
Diagram III. 1 Struktur organisasi SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
2) SD Khusus Tuna Daksa Sedang (D1) untuk siswa
berkecerdasan di bawah rata-rata (cacat ganda)
3) SMP Khusus Tuna Daksa Sedang (D1) merupakan jenjang
lanjutan SD Khusus Tunadaksa (D1)
c. Pendidikan Menengah, meliputi Sekolah Menengah Atas Khusus
Tuna Daksa Sedang (D1) yang merupakan lanjutan dari SMP
Khusus Tuna Daksa Sedang (D1)
d. Latihan Kerja Terlindung / Unit Karya (Sheltered Workshop).
Program ketrampilan yang diberikan adalah :
1) Menenun (membuat kain pel)
2) Kerajinan tangan
3) Merakit kepala korek api (bekerja sama dengan PT. Tokai)
4) Pertanian (tanaman hydroponic dan tanaman hias)
5) Membuat telur asin
6) Membuat sari minuman (nata de coco dan nata de radia)
7) Membuat sablon
e. Kegiatan pendukung
1) Pramuka
2) Olahraga
3) Terapi musik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Gambar III. 2 Ruang kelas TK Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 3 Furniture untuk kelas TK Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 4 Ruang kelas bahasa (kanan) dan menggambar (kiri) untuk SMP Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Gambar III. 5 Ruang menenun (kanan) dan kelas ketrampilan Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 6 Pembekalan ketrampilan oleh guru dari Jepang Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 7 Ruang pembuatan sepatu khusus penyandang cacat (brace) Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
4. Layanan Medis
Pelayanan medis yang diberikan oleh YPAC Jakarta untuk para
penyandang cacat tubuh adalah sebagai berikut :
a. Poliklinik
b. Fisioterapi
c. Terapi wicara
d. Hydroteraphy (latihan renang)
e. Terapi Okupasi
f. Pengawasan kesehatan umum / gigi
g. Bengkel pembuatan alat bantu gerak (sepatu Orthopedia dan sepatu
penyangga / brace)
5. Layanan Sosial
a. Asrama untuk karyawan dan anak yatim piatu asuhan YPAC
Jakarta.
b. Pendidikan untuk oranng tua penderita (Parents Education).
c. Rekreasi untuk sosialisasi anak.
d. Mencari keluarga angkat bagi yang memerlukan.
e. Tempat penitipan anak untuk anak Celebral Palsy (CP) berumur 2-
12 tahun yang belum dapat bersekolah. Celebral Palsy adalah
kelainan pada otak yang mengakibatkan kerusakan pada fungsi
motorik (gerak).
Unit penyantunan untuk anak berumur 12 tahun ke atas yang hanya
mampu latih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
6. Aksesibilitas
Sekolah yang terdiri dari beberapa bangunan ini memiliki
berbagai fasilitas pendukung yang dapat membantu para penyandang
cacat untuk bermobilisasi dengan baik. Fasilitas tersebut antara lain
ramp, railing pegangan tangan, dll.
7. Sirkulasi dan Aktivitas
Waktu operasional
Senin-Jumat : 07.30-14.30 WIB
YPAC Jakarta tutup pada hari libur nasional serta hari Sabtu dan
Minggu.
Aktivitas Pengunjung
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Peserta didik SLB
- Belajar formal dan
ketrampilan
Ruang kelas
penddidikan dan
ketrampilan
Gambar III. 8 Tangga darurat dan ramp Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
- Ke toilet Lavatory
Pasien rehabilitasi
- Mendaftar untuk periksa Loket
- Menunggu Ruang tunggu
- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi
Aktivitas Pengelola
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Pengelola sekolah
- Menyambut tamu Ruang tamu atau
ruang tunggu
- Rapat Ruang rapat
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Pengelola rehabilitasi
- Mengelola administrasi Ruang kantor dan
administrasi
- Rapat Ruang rapat
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Aktivitas Tenaga Medis
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Terapis
Memeriksa pasien Ruang fisioterapi,
ruang hydroterapi,
ruang okupasi
terapi, ruang
terapi wicara
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Pemeriksaan kesehatan Ruang dokter gigi
Tabel III. 1a Aktivitas pengunjung YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
Tabel III. 1b Aktivitas pengelolaYPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Dokter umum
umum/gigi
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Psikolog - Memberikan bimbingan
psikologis
Ruang bimbingan
psikologis
Tenaga prothetis &
orthetis
Membuat alat bantu
prothetis & orthotis
Bengkel kerja
prothetis & othotis
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
8. Zoning dan Grouping
a. Zoning
Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi
publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi
publik yang lebih dominan.
b. Grouping
Publik : Ruang terapi
Semi Publik : Ruang kelas, perpustakaan, ruang ketrampilan
Ruang Privat : Kantor, asrama.
Ruang Servis : Lavatory, gudang, mushola
9. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Setiap ruang di YPAC Jakarta menggunakan lantai keramik
dengan jenis dan ukuran yang berbeda. Sedangkan untuk kamar
Tabel III. 1c Aktivitas tenaga medis YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
mandi menggunakan keramik bermotif yang tidak licin karena
memiliki tekstur garis-garis.
b. Dinding
Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa
dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya
menggunakan cat dinding warna putih dan krem.
c. Ceiling
Seluruh ruang di YPAC Jakarta menggunakan ceiling
berbahan gypsumboard finishing cat tembok warna putih.
Sedangkan untuk selasar menggunakan internit berwarna putih
sebagai penutup ceilingnya.
10. Interior Sistem
a. Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang-ruang YPAC Jakarta memanfaatkan
pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui jendela.
Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan lampu TL dan
downlight.
b. Penghawaan
Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan
ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika
diperlukan.
c. Akustik
Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan
baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
d. Sistem Keamanan
Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci.
Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.
11. Furniture
Furniture pada YPAC Jakarta terbuat dari kayu dengan finishing
cat duco atau pelitur.
12. Pertimbangan Desain
a. Bentuk
Bentuk bangunan dan furniture pada YPAC Jakarta memakai
bentuk yang konvensional, yaitu kotak.
b. Warna
Warna yang menjadi dominan pada bangunan YPAC Jakarta
adalah warna putih. Sedangkan warna furniture lebih beragam,
yaitu merah, hijau dan coklat.
c. Elemen Estetis
Elemen estetis terlihat pada pemilihan warna pada furniture, yaitu
merah dan hijau.
Gambar III. 9 Furniture pada R. Kelas dan R. Ketrampilan YPAC Jakarta Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
d. Tema
Tema yang dipakai adalah warna yang dapat menarik perhatian
anak didik untuk belajar.
B. BBRSBD PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA
1. Latar Belakang
Awal berdirinya BBRSBD Prof. Dr. Soeharso dipicu oleh
banyaknya korban perang pada tahun 1945-1950. Sejak saat itu
dimulailah pembuatan tangan dan kaki tiruan (Prothese) di garasi
mobil Rumah Sakit Umum Surakarta yang dipelopori oleh (alm) Prof.
Dr. Soeharso dan (alm) R. Soeroto Reksopranoto. Karena usaha
tersebut mendapat perhatian dari Kementrian Kesehatan maka pada
tahun 1950 didirikan Rehabilitasi Centrum oleh Jend. Gatot Subroto,
kemudian pada tahun 1951 Jend. Gatot Subroto menyerahkan
bangunan itu kepada (alm) Prof. Dr. Soeharso. Pada tanggal 28
Agustus 1951 berdirilah Balai Pembangunan Penderita Cacat
(Rehabilitasi Centrum) pertama di Indonesia.
Balai Pembangunan Penderita Cacat (Rehabilitasi Centrum) ini
bertugas untuk membuat tangan dan kaki tiruan (prothese) serta
memberikan pendidikan dan pelatihan untuk para penyandang cacat
yang menunggu prothese tersebut selesai dikerjakan. Kemudian Balai
Pembangunan Penderita Cacat (Rehabilitasi Centrum) berubaha nama
menjadi Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat (LRPC), dan pada
tahun 1982 berubah kembali menjadi Pusat Rehabilitasi Penderita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Cacat Tubuh (PRPCT) “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta. Pada tahun
1994 PRPCT “Prof. Dr. Soeharso” berubah menjadi Pusat Rehabilitasi
Sosial Bina Daksa (PRSBD) “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta. Setelah
SK Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003 turun maka pada tanggal
23 Juli 2003 PRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta diubah menjadi
Balai Besar Sosial Bina Daksa (BBRSBD) “Prof. Dr. Soeharso”
Surakarta.
Selain melayani masyarakat umum yang menderita kecacatan,
BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta juga membantu para
penyandang cacat yang berasal dari ABRI.
2. Stuktur Organisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003
tanggal 23 Juli 2003, Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
(BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso Surakarta dipimpin oleh seorang
Kepala Balai dengan dibantu oleh satu Kepala Bagian dan tiga Kepala
Bidang, Kelompok Jabatan Fungsionl, dan empat Kepala Instalasi,
meliputi :
Gambar III. 10 BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
a. Bagian Tata Usaha, terdiri dari 3 Sub Bagian :
1) Sub Bagian Umum
2) Sub Bagian Kepegawaian
3) Sub Bagian Keuangan
b. Bidang Program dan Advokasi Sosial, tediri dari 3 Seksi :
1) Seksi Program
2) Seksi Advokasi
3) Seksi Evaluasi dan Laporan
4) Bidang Rehabilitasi Sosial, terdiri dari 3 Seksi :
5) Seksi Identifikasi
6) Seksi Bimbingan Sosial
7) Seksi Bimbingan Ketrampilan
c. Bidang Penyaluran dan Bibingan Lanjut, terdiri :
1) Seksi Penyaluran
2) Seksi Kerjasama
3) Seksi Bimbingan Lanjut
d. Instalasi, terdiri dari 4 Instalasi :
1) Instalasi Bengkel Prothese dan Orthosis
2) Instalasi Perawatan Revalidasi
3) Instalasi Penambahan Pengetahuan Lanjut
4) Instalasi Unit Produksi (Workshop)
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur organisasi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
menurut SK Mensos RI No : 55/HUK/2003 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
3. Tahap Pelayanan Rehabilitasi
a. Pelayanan Rehabilitasi Medik
Pelayanan ini meliputi operasi bedah orthopedi, perawatan
kesehatan, fisioterapi, occupational therapy dan pemberian alat
bantu orthopedi.
b. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Psikologi
Kepala
Bagian Tata Usaha
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian
UmumSub Bagian
Kepegawaian
Bidang Rehabilitasi
Sosial
Bidang Penyaluran &
Bimbingan Lanjut
Bidang Program &
Advokasi Sosial
Seksi Program
Seksi Advokasi
Seksi Evaluasi &
Laporan
Seksi Identifikasi
Seksi Bim. Sosial
Seksi Bim.
Ketrampilan
Seksi Penyaluran
Seksi Kerjasama
Seksi Bim. Lanjut
Kelompok Fungsional
Instalasi Bengkel Prothese &
Instalasi Perawatan Revalidasi
Instalasi Penambahan Pengetahuan
Instalasi Unit Produksi (workshop)
Diagram III. 2 Struktur organisasi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Bimbingan mental psikologis, bimbingan sosial, terapi kelompok
dan konseling individu.
c. Pemberian Penambahan Pengetahuan
Usaha untuk meningkatkan pengetahuan pada tingkat pendidikan
tertentu untuk memenuhi persyaratan masuk salah satu jenis
ketrampilan.
d. Bimbingan Penyuluhan Pemilihan Pekerjaan (Vicational Guidance)
Bimbingan dan penyuluhan untuk memberikan bantuan kepada
kelayan agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
dalam keitannya dengan pekerjaan.
e. Vocational Assesment
Kegiatan pemeriksaan terhadap berbagai ciri khas kelayan yang
menyangkut kemampuannya dalam melaksanakan tugas pekerjaan.
f. Case Conference
Dilakukan untuk merencanakan pelayanan rehabilitasi bagi
kelayan, termasuk pnentuan vak / ketrampilan kerja yang dilakukan
oleh Tim Rehabilitasi yang terdiri dari berbagai profesi antara lain :
1) Officer Rehabilitation
2) Assistance Rehabilitation
3) General Officer Manager
4) Medical Officer
5) Care Medical Officer
6) Technician of Prothetic & Orthotic
7) Pshychologist
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
8) Social Worker
9) Revalidation
10) Paedagoog
11) Vocational Guidance Officer
12) Spiritual Guidance Officer
13) Chief of Instructure
14) Head of Dormitories
15) Social Assistance
16) Placement Officer
g. Bimbingan Ketrampilan Kerja
Bimbingan kerja ini dilakukakn selama 8 bulan, meliputi berbagai
ketrampilan sebagai berikut :
1) Penjahitan putra
Gambar III. 11 Kelas menjahit untuk putra Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
2) Penjahitan putri
3) Fotografi
Gambar III. 12 Kelas menjahit untuk putri Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 13 Kelas fotografi dan kamar gelap untuk mencetak foto Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
4) Reparasi sepeda motor
5) Salon kecantikan
6) Handycraft
Gambar III. 14 Kelas reparasi sepeda motor Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 15 Kelas salon kecantikan Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 16 Ruang ketrampilan dan display untuk hasil kerajinan Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
7) Percetakan
8) Pertukangan las dan bubut
9) Pertukangan kayu
10) Pelitur
11) Ukit kayu
12) Elektronika
13) Border
14) Komputer
Gambar III. 17 Bengkel las dan bubut Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 18 Kelas pertukangan Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
15) Machine sewing
16) Bengkel prtothese dan orthese
h. Praktek Kerja Lapangan
Memberikan bekal kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan
kepada kelayan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.
Gambar III. 19 Ruang komputer Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 20 Bengkel pembuatan tangan & kaki tiruan (kanan) dan display Prothese & Orthese (kiri)
Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
i. Bimbingan Kewirausahaan
Mempersiapkan kelayan yang akan kembali ke masyarakat
sehingga mampu untuk mengahadapi persaingan bisnis yang
berkembang di masyarakat.
j. Praktek Belajar Kerja
Praktek ini dilaksanakan di perusahaan atau home industri selama 2
minggu sebelum kelayan megikuti ujian. Hal ini bertujuan untk
mendapat pengalaman beradaptasi dengan dunia kerja dan
membentuk kesiapan mental dan fisik kelayan.
k. Ujian Ketrampilan Kerja
Mengevaluasi kemampuan kelayan pada akhir bimbingan
ketrampilan yang telah dilaksanakan selama 8 bulan.
4. Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut
a. Tahap Penyaluran
Penempatan / penyaluran kerja bagi para kelayan berpedoman
pada:
1) Self Employment yaitu penyaluran kerja yang diarahkan untuk
dapat mandiri / berwiraswata.
2) Open Employment yaitu system penyaluran kerja secara
terbuka, dalam artian para kelayan dapat disalurkan ke
perusahaan yang membutuhkan.
3) Sheltered Employment yaitu system penyaluran kerja yang
dilakukan dalam bentuk terlindung, karena penyandang cacat
belum memungkinkan untuk bekerja secara mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Pelaksanaan penyaluran dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a) Dikembalikan ke Kantor Dinas Sosial pengirim
b) Mendiri pribadi
c) Melalui perusahaan, home industri dan instansi
d) Melalui LBK, KUBE, Sheltered Workshop
b. Tahap Bimbingan Lanjut & Terminasi
Proses peningkatan dan pemantapan aktualisasi / kualitas
kemampuan fisik, mental, sosial dan vokasional eks kelayan
melalui bimbingan peningkatan hidup bermasyarakat,
pengembangan usaha kerja, bimbingan pemantapan / peningkatan
usaha kerja serta mengkaji kesiapan untuk terminasi.
5. Aksesibilitas
Penyediaan aksesbilitas sebagai fasilitas utama yang membantu
para penyandang cacat sangat perlu diperhatikan agar para pengguna
dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk dapat beraktivitas secara
leluasa.
Gambar III. 21 Ramp yang terletak di luar bangunan serta railing pegangan untuk tangan Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
6. Sirkulasi dan Aktivitas
Waktu operasional
Senin-Jumat : 08.00-14.00 WIB
Prof. Dr. Soeharso Surakarta tutup pada hari libur nasional serta hari
Sabtu dan Minggu.
Aktivitas Pengunjung
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Peserta didik
(ketrampilan)
- Belajar formal dan
ketrampilan
Ruang kelas
penddidikan dan
ketrampilan
- Istirahat/tidur Kamar asrama
- Ke toilet Lavatory
Pasien rehabilitasi
- Mendaftar untuk periksa Loket
- Menunggu Ruang tunggu
- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi
Gambar III. 22 Ramp memakai bahan keramik yang licin dan tidak aman untuk digunakan Sumber : dok pribadi, 2010
Tabel III. 2a Aktivitas pengunjung BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Aktivitas Pengelola
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Pengelola rehabilitasi
- Menyambut tamu Ruang tamu atau
ruang tunggu
- Melakukan pekerjaan Kantor administrasi
- Rapat Ruang rapat
- Mengelola administrasi Ruang kantor dan
administrasi
- Seminar/lokakarya Gedung pertemuan
- Melakukan pengawasan
rehabilitasi
Ruang kepala
- Melakukan cek fisik Ruang assesment
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Aktivitas Tenaga Medis
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Terapis
Memeriksa pasien Ruang fisioterapi
dan ruang okupasi
terapi.
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Dokter umum
Pemeriksaan kesehatan
umum/gigi
Ruang dokter gigi
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Psikolog - Memberikan bimbingan
psikis
Ruang bimbingan
psikologi
Membuat alat bantu Bengkel kerja
Tabel III. 2b Aktivitas pengelola BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Tenaga prothetis &
orthetis
prothetis & orthotis prothetis & othotis
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
7. Zoning dan Grouping
a. Zoning
Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi
publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi
publik yang lebih dominan.
b. Grouping
Publik : Ruang terapi dan klinik
Semi Publik : Perpustakaan, ruang ketrampilan
Ruang Privat : Kantor, asrama.
Ruang Servis : Lavatory, gudang, mushola
8. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Setiap ruang di Prof. Dr. Soeharso Surakarta menggunakan
lantai keramik dengan jenis dan ukuran yang berbeda.
b. Dinding
Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa
dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya
menggunakan cat dinding warna krem.
Tabel III. 2c Aktivitas tenaga medis BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
c. Ceiling
Seluruh ruang di Prof. Dr. Soeharso Surakarta menggunakan
ceiling berbahan gypsumboard finishing cat tembok warna putih.
9. Interior Sistem
a. Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang-ruang Prof. Dr. Soeharso Surakarta
memanfaatkan pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk
melalui jendela. Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan
lampu TL.
b. Penghawaan
Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan
ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika
diperlukan.
c. Akustik
Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan
baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.
d. Sistem Keamanan
Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci.
Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.
10. Furniture
Furniture yang ada memakai bentuk-bentuk konvensional yang
tetap disesuaikan dengan kebutuhan penyandang cacat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
11. Pertimbangan Desain
a) Bentuk
Bentuk bangunan dan furniture pada BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta memakai bentuk kotak.
b) Warna
Warna yang dipakai pada bangunan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta adalah warna krem dan coklat.
c) Elemen Estetis
Perancangan interior bangunan ini tidak memiliki elemen estetis
yang dapat menjadi point of view dalam perancangan BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
d) Tema
Tema yang dipakai adalah tema lingkungan yang dapat dilihat pada
pemilihan warna coklat dan banyaknya tanaman yang ada di sekitar
lingkungan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
C. YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SURAKARTA
1. Latar Belakang
Yayasan sosial ini terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 364
Surakarta, berdiri pada tanggal 5 Februari 1953 yang diprakarsai oleh
Prof Dr. Soeharso. Yayasan sosial nirlaba ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi anak cacat dan melatih kemandirian serta
memperjuangkan kesetaraan hak anak cacat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
2. Pelayanan Pendidikan
a. Unit SLB-D untuk penyandang cacat tubuh yang terdiri dari TK,
SD, dan SMP.
b. Unit SLB-D1 untuk penyandang cacat tubuh yang disertai cacat
mental. Unit ini terdiri dari TK, SD, SMPLB, dan SMALB.
Menurut PP 72 Tahun 1995 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sekolah Luar Biasa, jumlah maksimum anak yang dapat dididik adalah
8 anak. Hal ini menyebabkan besaran ruang kelas yang dibutuhkan
juga terbatas. Tujuan diadakannya peraturan ini adalah untuk
memudahkan dalam menanam konsep belajar pada anak, terutama
untuk anak yang memiliki kecerdasan dibawah normal. Pendidikan
untuk Sekolah Luar Biasa perlu menggunakan alat peraga untuk
mempermudah dalam proses belajar mengajar, sedangkan waktu satu
mata pelajaran yang diperlukan adalah 2x35 menit.
Gambar III. 23 Ruang kelas untuk SD-D Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Gambar III. 24 Ruang kelas SDLB-D1 Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 26 Ruang kelas SMALB-D1 yang berkapasitas 8 anak Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 25 Ruang kelas SMPLB-D Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Fasilitas pendukung pendidikan yang dimiliki oleh YPAC
Surakarta adalah ruang perpustakan yang dapat digunakan oleh anak
didik, orang tua siswa maupun untuk umum.
Selain kegiatan pendidikan sekolah, yayasan ini juga
menyediakan kegiatan ekstrakulikuler yang terdiri dari :
1) Pramuka
2) Kesenian
3) Ketrampilan
4) Olah raga
5) Komputer
3. Pelayanan Ketrampilan / Pravokasional
Layanan ini diberikan kepada siswa lulusan SLB atau juga untuk
penyandang cacat yang berasal dari luar yayasan. Kegiatan
ketrampilan yang diberikan antara lain membuat kerajinan dari manik-
manik, membuat kain pel, dll. Kegiatan tersebut selain membantu para
penyandang cacat agar memiliki kemandirian dalam bekerja juga
Gambar III. 27 Ruang perpustakaan YPAC Surakarta Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
sebagai terapi untuk membantu saraf motorik agar dapat bergerak
dengan lebih leluasa.
4. Layanan Medis
Pelayanan yang diberikan antara lain :
a. Fisioterapi
Terapi ini diberikan untuk penderita gangguan pertumbuhan atau
keseimbangan tubuh. Terapi dilakukan dengan memijat dan
menggerakan bagian tubuh tertentu agar tubuh tidak terasa kaku
dan dapat bergerak dengan lebih baik.
Gambar III. 28 Ruang kelas untuk ketrampilan yang biasa digunakan oleh siswa didik YPAC Surakarta
Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 29 Standing frame dan parallel bar Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
b. Hydroterapi
Terapi ini juga diberikan untuk penderita gangguan
pertumbuhan dan keseimbangan tubuh. Media yang digunakan
Gambar III. 31 Kolam untuk hydroterapi Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 30 Tripot, tempat duduk dan wall bar Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
adalah air, biasanya penderita diterapi di dalam kolam renang
sehingga saraf motoriknya dapat terlatih dengan perlahan-lahan.
c. Terapi Wicara
Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu penderita untuk
dapat berkomunikasi dengan baik, karena pada dasarnya terapi ini
diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan bicara, bahasa
dan suara serta gangguan menelan dan sistem pernapasan.
Ruang ini dilengkapi dengan lapisan kedap suara agar suara
yang ditimbulkan tidak terdengar sampai keluar. Begitu pula
dengan suara yang berasal dari luar ruangan tidak dapat masuk ke
dalam, sehingga tidak mengganggu konsentrasi pasien yang sedang
diterapi.
d. Terapi Okupasi
Terapi ini untuk melatih pasien yang mengalami gangguan
fisik, mental dan sosial melalui aktivitas yang bermakna untuk
mencapai tingkat kemandirian optimal dalam fungsional harian.
Gambar III. 32 Ruang untuk terapi bicara Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
e. Pembuatan alat bantu gerak / jalan
Selain memberikan terapi medis, yayasan ini juga membantu
para penyandang cacat yang memerlukan alat bantu gerak, seperti
prothese, brace, kruk, walker, kursi roda, dll.
f. Terapi Prana
Teknik pengobatan ini betujuan untuk membantu
meregenerasi otak, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan
kecerdasan. Terapi ini bermanfaat untuk penderita gangguan
bicara, gangguan tingkah laku sosial, dll.
5. Layanan Rehabilitasi Sosial
Bagi para penyandang cacat yang berasal dari luar kota
disediakan asrama (putra-putri). Selain untuk tempat tinggal asrama ini
juga digunakan untuk tempat terapi.
Gambar III. 33 Ruang okupasi dilengkapi dengan matras sebagai alat bantu untuk terapi
Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
6. Layanan Psikologi
Pelayanan ini diberikan untuk membantu para penyandang cacat
untuk berkonsultasi tentang masalah serta kesulitan yang dihadapi agar
tidak menghambat dalam proses pengobatan maupun proses belajar.
7. Aksesibilitas
Selain untuk membantu para penyandang cacat dalam
beraktivitas, syarat bangunan yang berfungsi sebagai lembaga
pelayanan sosial bagi penyandang cacat, maka yayasan ini juga
dilengkapi dengan aksesbilitas sebagai berikut :
a. Ramp
Gambar III. 34 Asrama putri yang juga digunakan untuk terapi Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 35 Ramp yang menghubungkan level lantai yang rendah dan tinggi Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
b. Tangga
Gambar II. 36 Ramp untuk menuju kelas di lantai 2 Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 37 Tangga darurat menuju lantai 2 Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 38 Gedung serbaguna / gedung pertemuan Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Selain berbagai ruang yang berfungsi untuk pelayanan
pendidikan dan rehabilitasi di atas, YPAC Surakarta juga memiliki
gedung serbaguna yang biasa digunakan untuk seminar maupun
pertemuan lain yang berhubungan dengan penyandang cacat.
8. Sirkulasi dan Aktivitas
Waktu operasional
Senin-Sabtu : 07.00-14.00 WIB
YPAC Surakarta tutup pada hari libur nasional serta hari Sabtu dan
Minggu.
Aktivitas pengunjung
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Peserta didik SLB
(ketrampilan)
- Belajar formal dan
ketrampilan
Ruang kelas
penddidikan
Perpustakaan
- Istirahat/tidur Kamar asrama
- Ke toilet Lavatory
Peserta didik
(ketrampilan)
- Melakukan ketrampilan Ruang ketrampilan
Orang tua - Belajar Ruang pendidikan
orang tua
Perpustakaan
Pasien rehabilitasi
- Mendaftar untuk periksa Loket
- Menunggu Ruang tunggu
- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi
Tabel III. 3a Aktivitas pengunjung YPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Aktivitas Pengelola
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Pengelola rehabilitasi
- Menyambut tamu Ruang tamu atau
ruang tunggu
- Melakukan pekerjaan Kantor administrasi
- Rapat Ruang rapat
- Mengelola administrasi Ruang kantor dan
administrasi
- Seminar/lokakarya Gedung pertemuan
- Melakukan pengawasan
rehabilitasi
Ruang kepala
- Melakukan cek fisik Ruang assesment
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Pengelola sekolah
- Bekerja Kantor (ruang
kepala sekolah dan
ruang guru)
Aktivitas Tenaga Medis
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Terapis
Memeriksa pasien Ruang fisioterapi,
ruang hydroterapi,
ruang terapi
wicara dan ruang
okupasi terapi.
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Pemeriksaan kesehatan Ruang dokter gigi
Tabel III. 3b Aktivitas pengelolaYPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Dokter umum umum/gigi
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Psikolog - Memberikan bimbingan
psikis
Ruang bimbingan
psikologi
Tenaga prothetis &
orthetis
Membuat alat bantu
prothetis & orthotis
Bengkel kerja
prothetis & othotis
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
9. Zoning dan Grouping
a. Zoning
Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi
publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi
publik yang lebih dominan.
b. Grouping
Publik : Ruang terapi
Semi Publik : Ruang kelas, perpustakaan, ruang ketrampilan
Ruang Privat : Kantor, asrama.
Ruang Servis : Lavatory, gudang, mushola
10. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Beberapa ruang di YPAC Surakarta menggunakan lantai
keramik dengan jenis, ukuran dan warna yang berbeda. Sedangkan
pada ruang-ruang yang lain menggunakan tegel.
Tabel III. 3c Aktivitas tenaga medis YPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
b. Dinding
Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa
dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya
menggunakan cat dinding warna krem, biru muda dan putih.
c. Ceiling
Beberapa ruang di YPAC Surakarta menggunakan ceiling
dari cor beton yang difinishing dengan cat warna putih dan krem.
Sedangkan beberapa ruang menggunakan ceiling berbahan internit
warna putih.
11. Interior Sistem
a. Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang-ruang YPAC Solo memanfaatkan
pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui jendela.
Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan lampu TL.
b. Penghawaan
Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan
ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika
diperlukan.
c. Akustik
Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan
baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.
d. Sistem Keamanan
Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci.
Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
12. Furniture
Furniture yang ada di YPAC Surakarta memakai bentuk yang
konvensional, yaitu kotak.
13. Pertimbangan Desain
a. Bentuk
Bentuk bangunan pada YPAC Surakarta memakai bentuk kotak
yang terdiri dari beberapa bangunan yang dihubungkan dengan
koridor.
b. Warna
Warna yang dipakai pada bangunan YPAC Surakarta adalah warna
krem, putih dan coklat.
c. Elemen Estetis
Perancangan interior bangunan ini tidak memiliki elemen estetis
yang dapat menjadi point of view dalam perancangan YPAC
Surakarta.
d. Tema
Tema yang dipakai adalah tema lingkungan yang dapat dilihat pada
pemilihan warna coklat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
BAB IV
DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA
A. ANALISA EKSISTING
1. Asumsi Lokasi
Pemilihan lokasi pelayanan sosial bagi penyandang cacat, perlu
diperhatikan kriteria – kriteria sebagai berikut :
a. Lokasi pelayanan sosial bagi penyandang cacat harus strategis, yaitu
mudah dijangkau oleh umum.
b. Lokasi harus sehat, pengertiannya yaitu :
1. Lokasinya tidak berada di daerah perindustrian yang banyak terjadi
polusi udara maupun pencemaran lainnya.
2. Lokasi tersebut bukan daerah dengan tanah berlumpur atau tanah
rawa maupun tanah yang berpasir. Lokasi tidak berada di tanah
yang masih aktif (tanah gerak) yang dapat menyebabkan lantai
bangunan retak atau bergelombang.
3. Tersedianya sarana maupun fasilitas penunjang operasional.
4. Tidak berada di daerah yang memiliki tingkat kebisingan yang
tinggi.
Berdasarkan pertimbangan kriteria di atas maka lokasi Pusat
Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta menurut kondisi
daerah setempat adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
a. Berada di pinggiran kota yang cukup strategis agar proses rehabilitasi
tidak terganggu dengan kebisingan dan mudah dijangkau.
b. Lokasi dekat dengan tempat pelayanan umum lainnya.
2. Potensi Lingkungan
Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan
kepindahan ibukota Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala setelah
pemberontakan orang-orang Tionghoa yang dipimpin oleh Mas Garendi
Gambar IV.1 Denah asumsi lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Gambar IV.2 Peta kota Surakarta Sumber : www.google .com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
melawan kekuasaan Pakubuwono (PB) II. Sebelum kepindahan Keraton
Mataram, Desa Sala merupakan desa perdikan yang memiliki Bandar
(pelabuhan besar) di kampung Mojo yang berada di pinggiran Bengawan
Sala. Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Tumenggung
Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan
Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan
Mataram Islam yang baru. Maka dibangunlah keraton baru di Surakarta
pada tahun 1745, 20 km ke arah tenggara dari Kartasura di desa Sala di
tepi Bengawan Solo.
Pada perkembangannya sekarang, Kota Surakarta berkembang
menjadi kota perdagangan yang pesat. Berada di lintasan strategis jalur
selatan Jawa yang menghubungan Jakarta dan Surabaya. Kota Surakarta
sendiri dikelilingi oleh wilayah hinterland; Sukoharjo dan Wonogiri di
bagian selatan, Klaten di Barat Daya dan Boyolali di Utara, serta
Karanganyar di sebelah Timur, dan Sragen di bagian timur laut.
Merupakan pusat pertemuan perdagangan barang dan jasa yang strategis.
Kota Surakarta memiliki luas wilayah 44 Km2 dengan jumlah
penduduk mencapai 561.509 jiwa penduduk tetap, dan fluktuasi hunian
sirkuler mencapai 1.200.000 jiwa pada siang hari, merupakan kota kecil
yang padat dan riuh dengan pelbagai kegiatan ekonomi.
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan.
Berdasarkan data Pemerintah Kota Surakarta jumlah penduduk kota
Surakarta adalah 561.509 jiwa. Mata pencaharian penduduk kota terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
dari buruh, pedagang, pegawai, dan sektor informal. (Surakarta Dalam
Angka, BPS Surakarta, 2006)
Kota Surakarta dikenal sebagai ”Kota Rehabilitasi”. Selain sebagai
daerah perintis upaya rehabilitasi penyandang cacat atau diffabel, di
Surakarta juga terdapat berbagai lembaga yang terkait dengan rehabilitasi
diffabel. Mulai dari yayasan pembinaan anak cacat, rumah sakit ortopedi,
tempat pelatihan, hingga badan pembinaan olahraga cacat, yayasan
paraplegia, dan lembaga pendamping diffabel, serta lembaga yang terkait
dengan diffabel. Bahkan di kota Surakarta juga terdapat politeknik
kesehatan khusus fisioterapi, okupasi terapi, dan orthotik prosthetik.
3. Denah Eksisting
Berdasar asumsi lokasi dan lingkungan maka muncul beberapa alternatif
penerapan bangunan di lapangan :
a. View, Bangunan menghadap ke utara, menghindari arah sinar
matahari secara langsung terutama pada ME.
b. Noise, tanaman dipakai untuk mengurangi kebisingan sehingga tidak
mengganggu kegiatan pendidikan dan pelatihan.
B. PROGRAMING
1. Status Kelembagaan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ini
merupakan lembaga pelayanan sosial untuk penyandang cacat yang
dikelola oleh lembaga swasta, dengan melibatkan instansi pemerintah
pusat dan daerah serta BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
2. Struktur Organisasi
3. Sistem Operasional
Setelah melakukan studi lapangan maka dasar pertimbangan
penyusunan waktu operasional yaitu :
a. Efisiensi kegiatan pengelola
b. Waktu operasional (kegiatan belajar) peserta didik (pendidikan formal
dan ketrampilan)
c. Kegiatan rehabilitasi medis dan psikologi
Diagram IV.1 Struktur organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
d. Faktor penunjang, jam istirahat, hari libur untuk pengelola dan
penyandang cacat
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka waktu operasional Pusat
Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta adalah :
1) Kegiatan Pengelola
a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 14.00 WIB
b. Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.30 WIB
2) Kegiatan Pendidikan dan Ketrampilan
a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 12.00 WIB
b. Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.00 WIB
3) Kegiatan Rehabilitasi Medis dan Psikologi
a. Hari Senin – Kamis : pukul 09.00 – 14.00 WIB
b. Hari Jumat : pukul 09.00 – 11.00 WIB
4) Kegiatan Pembuatan Alat Bantu Gerak
a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 14.00 WIB
b. Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.00 WIB
4. Program Kegiatan
a. Program Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna
Daksa di Surakarta
1) Kegiatan pendidikan dan ketrampilan yang ditujukan untuk siswa
didik, orang tua siswa, maupun penyandang cacat secara umum.
2) Kegiatan rehabilitasi medis dan psikologis untuk penyandang
cacat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
3) Kegiatan pembuatan dan perbaikan alat bantu gerak (brace, kruk,
prothese, kursi roda, dll) untuk para penyandang cacat.
b. Program Kegiatan Manusia
1. Kegiatan Pengelola
2. Kegiatan Pendidikan & Ketrampilan
a) Tenaga Pendidik / Guru
b) Peserta Didik (SLB)
Datang/Pulang ME/SE
Kantor / Administrasi
Lavatory
Rapat
Diagram IV.2 Program kegiatan Bidang Tata Usaha Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Diagram IV.12 Program kegiatan pembuatan alat bantu gerak Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Datang/Pulang ME/SE
R. Pengukuran Prothesis & Orthotis
Lavatory
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
R. Pengukuran Prothesis &
Orthosis
Meja, kursi kerja, tempat tidur
Lavatory Kloset, tempat tissu, kran air
6. Fasilitas Ruang
ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG
Pengelola
- Pengelolaan - R. Kepala
Sekolah & Wakil
Privat
Pendidikan - Pendidikan - R. Guru Semi
Publik
Rehabilitasi
- Pelayanan rehabilitasi
- Pendidikan formal
- Ketrampilan kerja
- Pendaftaran
- Menunggu
- Pengobatan medis
- Pembuatan alat bantu
gerak
- R. Kelas
- R. Pendidikan
Orang Tua
- Perpustakaan
- R.Ketrampilan
- Loket
- R. Tunggu
- R. Terapi
- R. Ganti
- R. Pengukuran
Prothesis &
Orthotis
Publik
Service Ke kamar kecil - Lavatory Service
Tabel IV. 2 Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 1 Daftar Furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
7. Besaran Ruang
a. Kegiatan Pengelolaan
Ruang Kapasitas Kalkulasi Ruang Luasan Sumber R. Kepala Sekolah & Wakil
3 orang - R. Kepala Sekolah Luas furniture = (7,797 m²) + (7,797 m² x 15%) = 8,966 m² Sirkulasi = (3 x 1,1)+ (3 x 1,1 x 15%) = 3,33 m² Besaran ruang = 8,966 m² + 3,33 m² = 12,296 m² Toleransi = 12,296 m² x 25% = 3,074 m² - R. Wakil Kepala Sekolah Luas furniture = (12,881 m²) + (12,881 m² x 15%) = 13,159 m² Sirkulasi = (6 x 1,1)+ (6 x 1,1 x 15%) = 7,272 m² Besaran ruang = 13,159 m² + 7,272 m² = 20,431 m² Toleransi = 20,431 m² x 25% = 0,204 m²
- R. Kepala Sekolah 12,296 m² + 3,074 m² = 15,37 m² - R. Wakil Kepala Sekolah 20,431 m² + 0,204 m² = 20,635 m²
DM Asumsi
Keb. Ruang
R. Guru 12 orang Luas furniture = (31,95 m²) + (31,95 m² x 15%) = 32,419 m² Sirkulasi = (12 x 1,1)+ (12 x 1,1 x 15%) = 15,18 m² Besaran ruang = 32,419 m² + 15,18 m² = 47,599 m² Toleransi = 47,599 m² x 25% = 11,899 m²
47,599 m² + 11,899 m² = 59,498 m²
Asumsi Keb.
Ruang
Total minimun ruang yang dibutuhkan 95,503 m²
Tabel IV. 3.a Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
b. Kegiatan Rehabilitasi Pendidikan
Ruang Kapasitas Kalkulasi Ruang Luasan Sumber R. Kelas 12 ruang @
6 orang Luas furniture = (15,847 m²) + (15,847 m² x 15%) = 18,224 m² Sirkulasi = (6 x 1,1)+ (6 x 1,1 x 15%) = 7,272 m² Besaran ruang = 18,224 m²+ 7,272 m²= 25,496 m² Toleransi = 25,496 m² x 25% = 6,374 m²
25,496 m² + 6,374 m² = 31,87 m² (1 ruang kelas) 31,87 m² x 12 = 382,44 m² (12 ruang kelas)
Asumsi Keb.
Ruang
R.
Pendidikan
Orang Tua
10 orang Luas furniture = (26,225 m²) + (26,225 m² x 15%) = 26,637 m² Sirkulasi = (10 x 1)+ (10 x 1x 15%) = 11,5 m² Besaran ruang = 26,637 m² + 11,5 m² = 36,137 m² Toleransi = 36,137 m² x 25% = 9,534 m²
36,137 m² + 9,534 m² = 45,671 m²
Asumsi Keb.
Ruang
Perpustakaan 10 orang Luas furniture = (39,092 m²) + (39,092 m² x 15%) = 44,955m² Sirkulasi = (10 x 1,1)+ (10 x 1,1 x 15%) = 12,65 m² Besaran ruang = 44,955 m² + 12,65 m² = 57,605 m² Toleransi = 57,605 m² x 25% = 14,401 m²
57,605 m² + 14,401 m² = 72,006 m²
TSS Asumsi
Keb. Ruang
R.
Ketrampilan
4 ruang @ 5 orang
- R. Handycraft Luas furniture = (14,787 m²) + (14,787 m² x 15%) = 17,005 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 17,005 m² + 6,325 m² = 23,330
29,162 m² + 38,075 m² + 15,908 m² + 19,646 m² = 102,791 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
m² Toleransi = 23,33 m² x 25% = 5,832 m² Luas = 23,33 m² + 5,832 = 29,162 m²
- R. Jahit Luas furniture = (20,987 m²) + (20,987 m² x 15%) = 24,135 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 24,135 m² + 6,325 m² = 30,460 m² Toleransi = 30,460 m² x 25% = 7,615 m² Luas = 30,460 m² + 7,615 m² = 38,075 m² - R. Komputer Luas furniture = (5,567 m²) + (5,567 m² x 15%) = 6,402 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 6,402 m² + 6,325 m² = 12,727 m² Toleransi = 12,727 m² x 25% = 3,181 m² Luas = 12,727 m² + 3,181 m² = 15,908 m² - R. Bordir Luas furniture = (8,167 m²) + (8,167 m² x 15%) = 9,392 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 9,392
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
m² + 6,325 m² = 15,717 m² Toleransi = 15,717 m² x 25% = 3,929 m² Luas = 15,717 m² + 3,929 m² = 19,646 m²
Total minimun ruang yang dibutuhkan 543,41 m²
c. Kegiatan Rehabilitasi Medis & Psikis
Ruang Kapasitas
Kalkulasi Ruang Luasan Sumber
Loket
4 orang
Luas furniture = (8,706 m²) + (8,706 m² x 15%) = 10,011 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 10,001 m² + 5,126 m² = 15,137 m² Toleransi = 15,126 m² x 25% = 3,784 m²
15,126 m² + 3,784 m² = 18,921 m²
NAD Asumsi
Keb. Ruang
R. Tunggu 2 orang Luas furniture = (1,74 m²) + (1,74 m² x 15%) = 2,001 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 2,001 m² + 2,563 m² = 4,564 m² Toleransi = 4,564 m² x 25% = 1,141 m²
4,564 m² + 1,141m²= 5,705 m²
NAD Asumsi
Keb. Ruang
R. Fisioterapi 4 orang Luas furniture = (26,488 m²) + (26,488 m² x 15%) = 30,461 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m²
35,587 m² + 8,896 m² = 44,483 m²
Asumsi Keb.
Ruang
Tabel IV. 3.b Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Besaran ruang = 30,461 m² + 5,126 m² = 35,587 m² Toleransi = 35,587 m² x 25% = 8,896 m²
R.
Hydroterapi
2 orang Luas furniture = (4 m²) + (4 m² x 15%) = 4,6 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 4,6 m² + 2,563 m² = 7,163 m² Toleransi = 7,163m² x 25% = 0,071 m²
7,163m² + 0,071 m² = 7,234 m²
Asumsi Keb.
Ruang
R. Ganti 2 orang Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m²
2,563 m² Asumsi Keb.
RuangR. Okupasi Terapi
4 orang Luas furniture = (18,756 m²) + (18,756 m² x 15%) = 21,569 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 21,569 m² + 5,126 m² = 26,695 m² Toleransi = 26,695 m² x 25% = 6,673 m²
26,695 m² + 6,673 m² = 33,368 m²
Asumsi Keb.
Ruang
R. Bimbingan Psikologi
2 orang Luas furniture = (5,657 m²) + (5,657 m² x 15%) = 6,415 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 6,415 m² + 2,563 m² = 30,195 m² Toleransi = 6,415 m² x 25% = 2,244 m²
6,415 m² + 2,244 m² = 11,222 m²
Asumsi Keb.
Ruang
R. Pengukuran
4 orang Luas furniture = (54,89 m²) + 54,89 m² x 15%) =
68,249 m² + 17,062 m² =
Asumsi Keb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Prothetis & Orthotis
63,123 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 63,123 m² + 5,126 m² = 68,249 m² Toleransi = 68,249 m² x 25% = 17,062 m²
85,311 m² Ruang
Total minimun ruang yang dibutuhkan 257,99 m²
d. Kegiatan Service
Ruang Kapasitas Kalkulasi Ruang Luasan Sumber Lavatory 8 ruang
Luas furniture = (0,603 m²) + (0,603 m² x 15%) = 0,693 m² Sirkulasi = (1 x 1,1)+ (1 x 1,1 x 15%) = 1,281 m² Besaran ruang = 0,693 m² + 1,281 m² = 1,884 m² Toleransi = 1,884 m² x 25% = 0,471 m²
1,884 m² + 0,471 m² = 2,35 m² (1 ruang) 2,35 m² x 8 = 18,845 m² (8 ruang)
PPA Asumsi
Keb. Ruang
Total minimun ruang yang dibutuhkan 150,76 m²
Luasan total minimum kebutuhan ruang :
No. Fasilitas Luas 1.
2.
3.
4.
Pengelolaan
Rehabilitasi Pendidikan
Rehabilitasi Medis & Psikis
Kegiatan Service
95,503 m²
543,41 m²
257,99 m²
150,76 m²
Luas Total 1047,663 m²
Tabel IV. 3.c Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 3.d Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 3. e Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Besaran ruang direncanakan disesuaikan menurut kebutuhan dan
standard yang telah diterapkan dengan menggunakan standard dari :
- NAD : Neufert Architect Data
- TSS : Time Saver Standart for Buildings Type, Joseph de Chiara
- DM : Dimensi Manusia & Ruang Interior
- PPA : Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan dan
Lingkungan
- Analisa kebutuhan ruang
8. Sistem Organisasi Ruang
Hasil analisa sistem organisasi ruang pada studi lapangan :
YPAC Jakarta memakai sistem organisasi cluster dengan
mengedepankan fungsi ruang dan bangunan. Bangunan utama seperti
rehabilitasi dan kantor sekretariat berada di area luar sehingga pengunjung
langsung dapat masuk ke kantor atau tempat rehabilitasi. Sedangkan
tempat pendidikan berada di bagian dalam untuk meminimalkan
kebisingan yang mengganggu kegaiatan belajar. Jalan masuk ke bangunan
dibuat jelas agar pengunjung yang pertama kali datang mengetahui akses
masuk-keluar bangunan. Sehingga dalam analisis ini secara umum
penerapan ruang pada YPAC Jakarta adalah pola clutser terbuka dan pola
sirkulasi langsung.
Prof. Dr. Soeharso Surakarta memakai sistem organisasi terpusat.
Aktivitas manusia terpusat pada inti area bangunan, sehingga dapat
menciptakan efektivitas kerja yang tinggi. Sehingga dalam analisis ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
secara umum penerapan ruang pada Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah
pola terpusat tertutup dan pola sirkulasi memutar.
YPAC Surakarta memakai sistem organisasi cluster tertutup. Sehingga
dalam analisis ini secara umum penerapan ruang pada YPAC Surakarta
adalah pola clutser tertutup dan pola sirkulasi memutar.
Dari analisa studi lapangan, sebagai pertimbangan dalam pemilihan
organisasi ruang yang selaras dengan fungsi dan sasaran desain Diffable
Centre di Surakarta, dengan pertimbangan tema dan ide pemikiran desain
meliputi :
Ruang gerak yang cukup
Pengelompokan fungsi
ruang
Kebutuhan pencapaian
Tingkat efisiensi ruang
Tingkat efisiensi sirkulasi
Interior sistem
a) Analisa Alternatif Organisasi Ruang
Bentuk Organisasi Ruang Keterangan Organisasi Cluster
Menempatkan ruang-ruang
berdasarkan fungsinya, untuk
mempermudah pencapaian serta
efektivitas sirkulasi.
Kelebihan, dapat menyesuaikan
dengan keadaan sekitar.
Kekurangan, tidak memiliki
prioritas ruang.
Organisasi Terpusat Pengelompokan ruang terlihat
jelas dalam bentuk dan ukuran.
Kelebihan, memiliki tingkat
efiseinsi dan efektivitas yang
tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Kekurangan, memerlukan aea
yang luas untuk menempatkan
ruang-ruang sekunder.
Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang
Pertimbangan Penilaian Terpusat Cluster
Tingkat efisiensi ruang + + Pengelompokan fungsi ruang + + Aksesibilitas + - Arah pandang - +
Dari hasil analisa diatas, bentuk organisasi ruang yang digunakan
adalah organisasi cluster. Organisasi ini memudahkan dalam
pengelompokan ruang yang didasarkan pada fungsinya. Selain itu juga
memiliki sirkulasi yang cukup efektif sehingga memudahkan pencapaian
ke ruang yang lain.
b) Program ruang
ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG
Pengelola - Pengelola - R. Kepala Sekolah
& Wakil
Privat
Pendidikan - Pendidikan - R. Guru Publik
- Pendidikan
- Ketrampilan
kerja
- Pendaftaran
- R. Psikolog
- R. Kelas
- R. Pendidikan
Orang Tua
Tabel IV. 5 Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 4 Alternatif organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Rehabilitasi
- Menunggu
- Pengobatan
medis
- Pembuatan alat
bantu gerak
- Perpustakaan
- R. Ketrampilan
- Loket
- R. Tunggu
- R. Terapi
- R. Pengukuran
Prothesis &
Orthosis
Semi publik
Service - Ke kamar kecil - Lavatory Service
9. Sistem Sirkulasi
a. Analisa sirkulasi secara umum
Sistem sirkulasi ruang yang dianalisa dalam studi lapangan
merupakan paduan antara sirkulasi memutar (looping) dan langsung.
Analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global, yaitu :
Sirkulasi Horizontal Gambar Memutar
Sirkulasi diarahkan ke seluruh bangunan
menurut pengelompokan fungsi ruang
yang ada. Pengunjung dapat
mengelilingi bangunan untuk mencapai
ruang yang diinginkan.
Langsung
Pengunjung dapat langsung menuju
ruang yang dikehendaki. Jalan masuk
bangunan tampak jelas, sehingga
sirkulasi tidak terlihat rumit.
Tabel IV. 6 Hasil Analisa Organisasi Ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Sirkulasi Vertikal Keterangan Ramp
Membantu mobilisasi pemakai kursi
roda untuk beraktivitas. Kemiringan
ramp sekitar 2,5 % dan lebar 63,5 cm.
10. Hubungan Antar Ruang
a. Hubungan Ruang Secara Makro
Tabel IV. 7 Analisa tipe sirkulasi pengunjung berdasar studi lapangan
Diagram IV. 8a Hubungan ruang secara makro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
b. Hubungan Ruang Secara Mikro
11. Zoning & Grouping
Dalam penentuan zoning dan grouping pada Pusat Pendidikan dan
Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta, terdapat beberapa pertimbangan-
pertimbangan yang harus diterapkan agar dalam perencanaannya dapat
mewujudkan suatu sistem yang baik, beberapa pertimbangan tersebut
antara lain :
a. Pertimbangan umum :
1) Pencapaian sirkulasi dari pengelola dan pengunjung yang baik dan
terarah.
2) Menciptakan hubungan antar ruang saling terkait dan
aksesibilitasnya terarah.
Diagram IV. 8b Hubungan ruang secara mikro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
b. Pertimbangan khusus :
1) Kelompok kegiatan
Kelompok pengelola
Kelompok tuna daksa : penyandang cacat yang berasal dari
masyarakat luas yang ingin mendapat pelatihan vokasional serta
peserta didik SLB
Kelompok tenaga medis : para terapis dan psikolog
2) Jenis kegiatan
Rehabilitasi pendidikan formal & ketrampilan
Rehabilitasi medis dan psikis
Penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas pertimbangan sifat
kegiatan dan kegunaan ruang terhadap site dalam Pusat Pendidikan dan
Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta. Dengan dasar pertimbangan
tersebut, kriteria ruang dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna
Daksa di Surakarta terbagi dalam beberapa zona sebagai berikut :
1) Zona Publik
Merupakan pengelompokan ruang yang berhubungan dengan
kepentingan umum dan dapat dijangkau oleh semua pengunjung dan
dapat dengan mudah dicapai dari luar bangunan yaitu ruang fasilitas
penunjang.
2) Zona Semi Publik
Merupakan pengelompokan ruang yang dapat digunakan oleh
publik maupun oleh personalia. Zona ini sebagian besar ditempati oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
fasilitas personalia dan sebagian fasilitas pengunjung yang
memungkinkan interaksi antar pengunjung dengan personalia .
3) Zona Privat
Merupakan pengelompokan ruang yang hanya digunakan oleh
staf dan karyawan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta dan tertutup untuk umum, yang termasuk di dalamnya adalah
fasilitas pengelola.
4) Zona Servis
Merupakan pengelompokan ruang sebagai area pelayanan yang
menunjang segala kegiatan dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi
Tuna Daksa di Surakarta dan digunakan oleh pengunjung (umum)
maupun oleh personalia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
Analisa Zoning Grouping
Analisa Keterangan
Kelebihan
Memiliki
pengelompokan
ruang berdasarkan
fungsi sehingga
memudahkan
pengunjung untuk
mencapai ruang-
ruang yang
diinginkan.
Kekurangan
Pada zona rehabilitasi
terdapat lorong
panjang.
C. KONSEP DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA
1. Ide Dasar Desain
Ide dasar desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna
Daksa di Surakarta di Surakarta berawal dari semboyan Ki Hajar
Tabel IV. 9 Analisa zoning grouping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso dan
tut muri handayani. Ketiga semboyan tersebut berarti :
a) Ing ngarso sung tulodho berarti memberikan teladan.
b) Ing madya mangun karso berarti memberikan ide-ide pemikiran atau
gagasan.
c) Tut muri handayani berarti memberikan dorongan.
Dari ketiga semboyan tersebut dapat diambil kesimpulan untuk
menciptakan desain Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta yang dapat memberikan teladan, motivasi dan semangat bagi
manusia di dalamnya terutama untuk tuna daksa yang direhabilitasi.
Dorongan yang diberikan meliputi berbagai aspek, yaitu pendidikan,
rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis serta psikologi.
2. Tema Desain Interior
Desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta ini dirancang atas dasar permasalahan pokok yang dihadapi oleh
tuna daksa, yaitu permasalahan fisik dan rehabilitasi baik rehabilitasi
pendidikan, karya, medis dan psikologis. Dari permasalahan-permasalahan
tersebut muncul istilah form follow functions yang digunakan sebagai
dasar untuk pemilihan tema. Form follow functions atau bentuk mengikuti
fungsi yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah
dioperasikan oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik
yang sekaligus berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta ini menggunakan tema yang berasal dari esensi istilah Form
Follow Functions.
3. Atmosfer Desain Interior
Terkait dengan tema desain yang dijabarkan diatas maka suasana
yang akan ditampilkan pada interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi
Tuna Daksa di Surakarta ini adalah modern. Pertimbangannya adalah
sebagai tindak lanjut dari penjabaran tema dalam usaha pemecahan
masalah.
Penjabaran suasana modern, yaitu:
a. Karakter
Suasana modern dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1) Tidak memiliki bentuk yang rumit, memudahkan tuna daksa
untuk beraktivitas secara normal (meminimalkan bantuan dari
orang lain).
2) Membuat sifat ruang yang “ terang dan terbuka” juga sebagai
salah satu usaha lanjutan dari pemecahan masalah di atas, yaitu
untuk melatih kemandirian dan sosialisasi dengan orang lain.
Kesan modern ditekankan pada bentuk-bentuk yang minimalis
dan fungsional yang dapat disampaikan melalui pemilihan
bentuk dan desain.
b. Suasana
1) Tenang : nyaman untuk kepentingan rehabilitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
2) Aman : aksesibilitas
3) Terang : berkesan jujur dan terbuka
Pencapaian suasana tersebut dapat dilakukan dengan :
Menggunakan bahan-bahan yang aman
Memakai banyak bukaan untuk menciptakan suasana jujur dan
terbuka
4. Desain Layout
a. Pertimbangan
Dasar pertimbangan untuk menentukan pengorganisasian ruang adalah
sebagai berikut :
1) Tingkat efisiensi ruang dan ruang gerak yang cukup.
2) Pengelompokan fungsi ruang dan kebutuhan pencapaiannya.
3) Hirarki ruang, adanya urutan ruang berdasarkan kepentingannya.
5. Pembentuk Ruang
Komponen pembentuk ruang pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta, ditentukan berdasarkan hasil analisis studi
lapangan dan studi literatur, yaitu :
a) Lantai
Analisa Khusus
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan Keterangan
R. Kepala Sekolah & Wakil
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
suasana tema interior
R. Guru Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Perpustakaan Kuat menahan beban dan gesek Tahan terhadap kelembaban Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Kelas Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Nyaman dan aman Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Ketrampilan
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
pembersihan Mendukung suasana tema interior
R. Pendidikan Orang Tua
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Fisioterapi
Aman dan lunak Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Kuat menahan beban dan gesek
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Hydroterapi
Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Ganti Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Terapi Okupasi
Aman dan lunak Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Kuat menahan beban dan gesek
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
R. Psikolog
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Loket
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Tunggu
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Lavatory Tidak licin dan anti slip
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
Mudah dalam perawatan dan pembersihan
arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
b) Dinding
Analisa Khusus
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan R. Kepala Sekolah & Wakil
Tahan lama Tahan gesekan Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Guru Tahan lama Tahan gesekan Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Perpustakaan Tahan terhadap kelembaban Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Kelas Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Tabel IV. 10a Analisa pemilihan bahan untuk lantai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior
R. Ketrampilan
Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Pendidikan Orang Tua
Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Fisioterapi Aman dan lunak Memiliki pelindung sudut dinding Berfungsi sebagai akustik
Vinil Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Hydroterapi Mampu menahan kelembaban dan tidak licin Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik dinding Dinding bata plester finishing cat tembok
R. Ganti Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik dinding Dinding bata plester finishing cat tembok
R. Terapi Okupasi Aman dan lunak Memiliki pelindung sudut dinding Berfungsi sebagai akustik
Vinil Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Psikolog Berfungsi sebagai akustik Kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Loket
Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Tunggu
Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Lavatory Mampu menahan kelembaban dan tidak licin Mudah perawatan dan pembersihan
Keramik
c) Ceiling
Analisa Khusus
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan R. Kepala Sekolah & Wakil
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
R. Guru Membantu sistem pencahayaan alami
Gypsumboard Panel kayu
Tabel IV. 10b Analisa pemilihan bahan untuk dinding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Akrilik
Perpustakaan Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu
R. Kelas Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu
R. Ketrampilan
Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
R. Pendidikan Orang Tua
Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu
R. Fisioterapi Multifungsi dengan akustik dan membantu
Gypsumboard Panel kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
sistem pencahayaan alami Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Akrilik
R. Hydroterapi Mampu menahan kelembaban Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Gypsumboard Akrilik
R. Ganti Mampu menahan kelembaban Mudah dalam perawatan dan pembersihan Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan
Gypsumboard
R. Terapi Okupasi Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
R. Bimbingan Psikologi
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Loket
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
R. Tunggu
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Lavatory Mampu menahan kelembaban Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard
6. Interior Sistem
Analisa Khusus
RUANG CAPAIAN KEBUTUHAN
ALTERNATIF SISTEM INTERIOR
R. K
epal
a Se
kola
h &
Wak
il
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. G
uru
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan :
Tabel IV. 10c Analisa pemilihan bahan untuk ceiling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Perp
usta
kaan
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. K
elas
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
tingkat kebisingan
R. K
etra
mpi
lan
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. P
endi
dika
n O
rang
Tua
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. F
isio
tera
pi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. H
ydro
tera
pi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard Dapat mengurangi kelembaban udara yang ditimbulkan oleh uap air
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding
Sistem buatan : Dengan menggunakan fan
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. G
anti
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
R. T
erap
i Oku
pasi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman/standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. B
imbi
ngan
Psi
kolo
gi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. P
engu
kura
n Pr
othe
sis &
Orth
osis
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Loke
t
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman/standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. T
ungg
u
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman/standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Lava
tory
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas Dirancang otomatis tersambung dengan pintu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui ventilasi
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Menggunakan lubang angin atau ventilasi di dinding
Sistem buatan : Dengan menggunakan exhaust fan
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang
Bahan berpori penyerap bunyi : gypsumboard dan kayu
7. Desain Furniture
a. Analisa
Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di
dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
secara umum adalah:
1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan fungsi dan kubutuhan
yang ada (form follow function)
2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi
manusia (ergonomic).
3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan
aktivitas di dalam Museum (compatible).
4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko
dalam ruang museum dan memberikan kenyamanan bagi
penggunannya (savety)
Tabel IV. 11 Interior sistem Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif
bagi museum dan memberikan efek psikologis bagi para
penggunanya (positive effect)
6) Desain furniture harus bersifat fleksible dan dapat dipindah-
pindahkan sehingga mampu untuk disesuaikan dalam segala
kondisi ruang terkait, pengguna dan bahan museum (portable)
b. Dimensi
Diambil total ukuran rata–rata kebutuhan aktifitas.
1) Kelompok Kegiatan Pengelolaan
PELAKU KEGIATAN FASILITAS DIMENSI Kepala & Wakil
Kepala Sekolah
- Rapat/ pertemuan
- Kerja
- Meja & kursi rapat
- Meja & kursi kerja
- Meja komputer
- Lemari kabinet
- Meja & kursi tamu
- Rak buku - Kursi roda
150 x 250 x 75
100 x 80 x 75
60 x 80 x 75
80 x 40 x 180
150 x 150 x 45
100 x 40 x 180
110 x 80 x 45
Tenaga
Pendidik/Guru
- -
2) Kelompok Tuna Daksa
PELAKU KEGIATAN FASILITAS DIMENSI Peserta Didik
(SLB)
Belajar - Meja & kursi
kerja
- Kursi roda
- Rak buku
- Lemari
kabinet
100 x 80 x 75
110 x 80 x 45
100 x 40 x 70
120 x 60 x 180
Penyandang
cacat umum
Orang tua
Tabel IV. 12a Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 12b Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
3) Kelompok Tenaga Medis
PELAKU KEGIATAN FASILITAS DIMENSI Fisioterapis Memijat
pasien
(terapi)
- Matras
- Wall bar
- Parallel bar
- Lemari kabinet
300 x 200 x 10
120 x 20 x 254
200 x 60 x 70
80 x 40 x 70
Hydroterapis Melakukan
terapi
- Kolam air
untuk terapi
- Lemari cabinet
- Tempat tidur
200 x 200 x 70
80 x 40 x 70
100 x 200 x 50
Okupasiterapis Melakukan
terapi
- Matras
- Lemari kabinet
300 x 200 x 10
80 x 40 x 70
Psikolog Melakukan
bimbingan
psikis
- Meja & kursi
kerja
- Lemari kabinet
100 x 80 x 75
80 x 40 x 180
Pembuat alat
bantu prothetis
& orthotis
Membuat
alat bantu
gerak
- Meja & kursi
kerja
- Lemari cabinet
- Tempat tidur
100 x 80 x 75
80 x 40 x 180
100 x 200 x 50
8. Elemen Estetis
Elemen estetis yang digunakan berdasarkan pada pemilihan bahan,
bentuk dan warna yang kemudian diolah sehingga dapat menciptakan
sesuatu yang baru, indah, dan fungsional. Untuk dapat menciptakan
sesuatu yang indah, harus berpedoman pada :
Keutuhan (unity)
Penonjolan (dominance)
Keseimbangan (balance)
Tabel IV. 12c Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
9. Skema Bentuk, Bahan & Warna
a. Bentuk
Bentuk Karakter Lingkaran
Stabil
Memiliki arah pandang ke dalam
Berfungsi sebagai pusat
Persegi atau bujur
sangkar
Murni dan rasional
Statis dan netral
Segitiga Stabil
Menunjukkan keseimbangan
b. Bahan
JENIS BAHAN KARAKTER Keramik Kuat, padat, sejuk, resmi atau memberikan
kesan santai pada suatu ruang.
Karpet Lembut, lentur, nyaman, aman dan hangat.
Dapat juga berfungsi sebagai akustik.
Cat tembok Sederhana
Kaca Membuat ruang terasa luas dan terbuka,
Tabel IV. 13a Analisa karakter bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
modern.
Gypsumboard Modern
Panel kayu Hangat, menyatu dengan alam, berfungsi
sebagai akustik (meredam atau mengurangi
kebisingan)
c. Warna
1. Krem : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus, memberi
menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan
membosankan bila terlalu banyak digunakan.
3. Hijau : Ceria namun kalem, kuat, segar, relaks, natural, membuat
ruangan berkesan luas, namun jauh dari kesan monoton,
mengundang depresi, dan menjemukan bila digunakan terlalu
banyak.
Tabel IV. 13c Analisa karakter warna
Tabel IV. 13b Analisa karakter bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
10. Sistem Keamanan
a) Pengamanan Terhadap Kejahatan Manusia
b) T
c) P
e
n
g
a
d) Terhadap Bahaya Kebakaran
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan
Seluruh Ruang
• Dapat bekerja secara otomatis.
• Dapat memantau dan segera mendeteksi lokasi kejadian.
Dapat membantu petugas untuk mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.
CCTV (Close Circuit Television) Memiliki hasil rekaman gambar pada setiap bagian ruangan yang perlu pengawasan, rekaman ini dapat diputar kembali sebagai bukti dalam suatu kasus Heavy duty door contact Sejenis sensor yang dipasang untuk memproteksi pintu dan jendela yang terbuat dari besi atau logam.
Shock sensor / vibrationsensor Dipasang pada setiap kaca, yang digunakan untuk menangkap getaran bila seseorang mencoba untuk membuka atau merusak kaca. Kedua alat ini baru bereaksi setelah terjadi proses perusakan pada benda atau bidang yang diproteksinya.
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan
Seluruh
Ruang
• Dapat mendeteksi api dan
bekerja secara otomatis.
• Dapat memadamkan api
dalam pencapaian area yang
luas.
• Dapat dengan segera
• Pendeteksi panas
(thermal detector)
• Sprinkle
• Emergency
lighting and
fixture
Tabel IV. 14a Sistem keamanan terhadap kejahatan manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
11. Aksesibilitas
Akses masuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp
untuk penyandang cacat.
Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan
koridor.
Untuk ramp minimal lebar 25” (63,5 cm) sesuai standard Chairbound
People, Barrier free design,1977.
memadamkan api yang
besar.
• Dapat diletakkan di ruang
mana saja.
• Multipurpose dry
– chemical
extinguisher
Tabel IV. 14b Sistem keamanan terhadap bahya kebakaran Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna
Daksa Di Surakarta
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah
tempat yang memberikan fasilitas rehabilitasi yang dapat membantu orang-
orang diffabel untuk hidup layaknya manusia normal, tanpa adanya
perbedaan perlakuan dari orang-orang di sekitarnya serta membantu
permasalahan psikis yang dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam
interior yang secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah
kepribadian yang dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang
diberikan berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi
medis dan psikologis.
2. Lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta
berada di Jl. Ki Hajar Dewantara, belakang UNS Surakarta. Daerah ini
sangat strategis dan mudah diakses dari berbagai arah serta jauh dari area
industri yang dapat berbahaya bagi kesehatan kelayan.
3. Sasaran dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta
ini adalah para tuna daksa baik yang berasal dari dalam kota maupun luar
kota yang ingin mendapatkan rehabilitasi pendidikan dan medis.
4. Misi yang diemban adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan para tuna
daksa dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan dan
kesempatan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
5. Suasana dan karakter yang akan ditampilkan pada Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah modern tindak lanjut dari
penjabaran tema dalam usaha pemecahan masalah.
6. Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di
Surakarta dibatasi dengan objek perancangan rehabilitasi pendidikan dan
karya, rehabilitasi medis serta psikologi.
B. Konsep Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa
Di Surakarta
Konsep Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta
adalah untuk memecahkan masalah melalui pendekatan psikologis yang
diterapkan ke dalam interior. Efisiensi, efektivitas dan fungsional memiliki
pengaruh penting dalam aspek psikologis pengunjung. Pertimbangan
perancangan ini adalah :
1. Program
a. Konsep perwujudan fisik Interior rehabilitasi pendidikan, medis, dan
karya yang mampu memenuhi efisiensi, efektivitas, ergonomi, psikologis
pengguna di setiap kegiatan yang ditampung.
b. Penganalisaan kegiatan yang diwadahi di setiap ruangya hingga pola
aktivitas pada setiap kegiatan tersebut senantiasa memperhatikan
komponen pembentuk ruang, system interior, system display materi
koleksi dan sistem keamanan serta aksesibilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
c. Penciptaan suasana Interior pada fasilitas dengan memperhatikan faktor
fungsional dan efek psikologis yang timbul pada pengunjung sehingga
menjadi sebuah kesatuan ruang yang fungsional.
2. Program Ruang
ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG
Pengelola - Pengelolaan - R. Kepala Sekolah & Wakil
Privat
Pendidikan - Pendidikan - R. Guru Semi Publik
Rehabilitasi
- Pelayanan rehabilitasi
- Pendidikan formal
- Ketrampilan kerja
- Pendaftaran
- Menunggu
- Pengobatan medis
- Pembuatan alat bantu
gerak
- R. Kelas - R. Pendidikan
Orang Tua - Perpustakaan - R.Ketrampilan - Loket - R. Tunggu - R. Terapi - R. Ganti - R. Pengukuran
Prothesis & Orthotis
Publik
Service Ke kamar kecil - Lavatory Service
3. Organisasi Ruang
Bentuk organisasi ruang yang digunakan adalah organisasi cluster.
Organisasi ini memudahkan dalam pengelompokan ruang yang didasarkan
pada fungsinya. Selain itu juga memiliki sirkulasi yang cukup efektif
sehingga memudahkan pencapaian ke ruang yang lain.
Tabel V. 1 Program ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
Bentuk Organisasi Ruang Keterangan Organisasi Cluster
Menempatkan ruang-ruang
berdasarkan fungsinya, untuk
mempermudah pencapaian serta
efektivitas sirkulasi.
Kelebihan, dapat menyesuaikan
dengan keadaan sekitar.
Kekurangan, tidak memiliki
prioritas ruang.
4. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi yang dipakai adalah sistem sirkulasi langsung yang
terlihat tidak rumit.
Sirkulasi Horizontal Gambar Langsung
Pengunjung dapat langsung menuju
ruang yang dikehendaki. Jalan masuk
bangunan tampak jelas, sehingga
sirkulasi tidak terlihat rumit.
5. Tema
Tema perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa
Di Surakarta adalah Form follow functions atau bentuk mengikuti fungsi
yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah dioperasikan
oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik yang sekaligus
berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.
Tabel V. 2 Organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel V. 3 Sistem sirkulasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
6. Komponen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Kelompok Kegiatan Alternatif Bahan Kegiatan Pengelolaan Keramik Rehabilitasi Pendidikan
Keramik Karpet
Rehabilitasi Medis Keramik Karpet
Service Keramik
b. Dinding
Kelompok Kegiatan Alternatif Bahan Kegiatan Pengelolaan Kayu
Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok
Rehabilitasi Pendidikan
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok
Rehabilitasi Medis Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok
Service Keramik Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok
c. Ceiling
Kelompok Kegiatan Alternatif Bahan Kegiatan Pengelolaan Gypsumboard
Panel kayu Rehabilitasi Pendidikan
Gypsumboard Panel kayu
Rehabilitasi Medis Gypsumboard Panel kayu
Service Gypsumboard Panel kayu
Tabel V. 4a Unsur pembentuk ruang (lantai)
Tabel V.4b Unsur pembentuk ruang (dinding)
Tabel V. 4c Unsur pembentuk ruang (ceiling)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
7. Pemilihan Bentuk dan warna
a. Bentuk
Menggunakan bentuk bulat yang bersifat stabil dan terkesan aman,
karena tidak memiliki sudut-sudut tajam yang membahayakan. Bentuk
lain yang dipakai adalah kotak atau persegi yang bersifat murni dan
rasional serta netral yang melambangkan keterbukaan dan egaliter. Selain
itu menggunakaan bentuk bangun matematika sebagai ikon dalam
mendesain furniture.
b. Warna
Krem : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus, memberi ruangan
menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan
membosankan bila terlalu banyak digunakan.
Hijau : Ceria namun kalem, kuat, segar, relaks, natural, membuat
ruangan berkesan luas, namun jauh dari kesan monoton,
mengundang depresi, dan menjemukan bila digunakan terlalu
banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
8. Interior Sistem
RUANG ALTERNATIF SISTEM INTERIOR
. Psi
kolo
g
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan dengan kaca, dan logam melalui ceiling dan floor.
Sistem buatan : Pencahayaan umum dicapai dengan penggunaan luminous ceiling, lampu tunggal, lampu flourecent Lampu fluorescent jenis colour matching/nor light Lampu pijar dalam armature dengan filter warna
Sistem alami : Dengan kisi-kisi di dinding yang apabila diperlukan dapat dibuka dan ditutup
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC jenis split untuk menetralisir panas Diterapkan melalui pemakaian material komponen pembentuk ruang.
R. K
elas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. P
endi
dika
n O
rang
Tua
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
Perp
usta
kaan
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. K
etra
mpi
lan
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Loke
t R
. Tun
ggu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. T
erap
i
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. P
engu
kura
n P
roth
esis
& O
rthos
is Sistem alami :
Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati ditutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
R. K
epal
a Se
kola
h &
Wak
il
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. G
uru
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi didinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Lava
tory
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui ventilasi
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah
Sistem alami : Menggunakan lubang angin atau ventilasi di dinding
Sistem buatan : Dengan menggunakan exhaust fan Bahan berpori penyerap bunyi : gypsumboard
Tabel V. 5 Interior Sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
9. Sistem Keamanan
10. Furniture
Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di dalam
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta secara umum
adalah:
1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan fungsi dan kubutuhan yang
ada (form follow function)
2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi manusia
(ergonomic).
3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan aktivitas di
dalam (compatible).
4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko dalam
ruang dan memberikan kenyamanan bagi penggunannya (savety)
5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif bagi dan
memberikan efek psikologis bagi para penggunanya (positive effect)
6) Desain furniture harus bersifat fleksible dan dapat dipindah-pindahkan
sehingga mampu untuk disesuaikan dalam segala kondisi ruang terkait,
pengguna dan bahan (portable)
11. Aksesiblitas
a. Akses masuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa
menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp untuk
penyandang cacat.
b. Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan koridor.
Ruang Kejahatn Manusia Kebakaran
Seluruh Ruang
• Shock sensor / vibrationsensor
• CCTV (Close Circuit Television)
• Heavy duty door contact
• Pendeteksi panas (thermal detector)
• Sprinkle
Tabel V. 6 Sistem keamanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
C. Saran
Sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ada di kalangan tuna
daksa dengan melakukan pendekatan psikologis yang dituangkan ke dalam
interior untuk memberikan taraf kehidupan yang lebih baik.
Unsur-unsur interior seperti furniture, sirkulasi, bentuk dan warna, dan
elemen estetis hendaknya dianalisis sesuai dengan fungsinya agar berkaitan
dengan tema yang diinginkan agar mendukung capaian perwujudan interior yang
diharapkan. Selain itu tema yang dikupas menjadi dasar pertimbangan unsur-
unsur interior sehingga mencapai hasil optimal dari ruang yang diinginkan