7 1. Pendahuluan Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan ajar dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Bahkan dengan menggunakan e-Learning, sistem-sistem komputer dapat menyampaikan pembelajaran maupun penilaian secara langsung kepada para siswa melalui cara online dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem, inilah yang disebut pengajaran dengan bantuan komputer atau e- Learning. Pada bidang Pendidikan, dampak yang muncul ialah kegiatan belajar dan mengajar yang dikenal dengan konsep e-Learning. e-Learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar [1]. Dengan proses pembelajaran yang menggunakan media tes online akan lebih efektif, seperti halnya aplikasi Moodle yang menggunakan jaringan internet. Moodle adalah nama sebuah aplikasi komputer yang dapat mengubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web [2]. Dari observasi dan wawancara yang dilakukan mengenai evaluasi belajar online menggunkkan e-Learning berbasis moodle, siswa lebih tertarik untuk menggunakannya karena sangat menyenangkan, praktis dan menghemat tenaga dalam penulisan jawaban. Serta dalam penilaiannyapun dapat dilihat langsung oleh siswa setelah selesai mengerjakan soal. Berbeda dengan tes yang dilakukan tanpa menggunakan e-Learning berbasis moodle siswa terlihat kurang antusias dikarenakan menguras tenaga dalam penulisan. Tes essy sendiri menuntut siswa untuk mengingat, memahami, mengorganisir gagasannya ( jawaban soal tes ) yang selanjutnya diekspresikan dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata- kata sendiri. Tes essay jarang digunakakan guru di TKJ karena, cakupan materi terbatas, variasi jawaban siswa tinggi dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengoreksian. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan ternyata di SMK Negeri 2 Salatiga masih banyak guru yang melakukan tes secara konvensional. Kelebihan dari tes konvensional sendiri antara lain : (1) Kunci jawaban bersifat mutlak sehingga tidak menimbulkan subjektivitas serta tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan, (2) Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan tepat, dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti (3) tes konvensional khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal. Ada beberapa masalah dengan adanya tes secara konvensional yang memberikan dampak terhadap guru dan siswa yaitu, (1) tidak praktis dalam proses penilaian, guru dapat melakukan kesalahan kecil saat pengoreksian tes misalnya pembenaran atau penyalahan jawaban, dan jumlah penskoran nilai. (2) tidak efisien (membuang waktu atau tenaga) dimaksudkan membutuhkan ruang kelas saat tes, jumlah peserta tes terbatas, pengeluaran biaya untuk mencetak soal dan lembar jawab, membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengoreksian jawaban bagi guru, siswa harus menulis nama, tanggal, dan jawaban yang membutuhkan waktu dan tenaga untuk menulis. (3) guru kurang memanfaatkan media e-Learning berbasis moodle yang sudah diterapkan di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Dari beberapa jurnal penelitian masalah
15
Embed
Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
1. Pendahuluan
Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan
menyampaikan bahan ajar dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada
mikroprosesor. Bahkan dengan menggunakan e-Learning, sistem-sistem komputer
dapat menyampaikan pembelajaran maupun penilaian secara langsung kepada
para siswa melalui cara online dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke
dalam sistem, inilah yang disebut pengajaran dengan bantuan komputer atau e-
Learning. Pada bidang Pendidikan, dampak yang muncul ialah kegiatan belajar
dan mengajar yang dikenal dengan konsep e-Learning. e-Learning adalah proses
belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian
materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar [1].
Dengan proses pembelajaran yang menggunakan media tes online akan lebih
efektif, seperti halnya aplikasi Moodle yang menggunakan jaringan internet.
Moodle adalah nama sebuah aplikasi komputer yang dapat mengubah sebuah
media pembelajaran kedalam bentuk web [2].
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan mengenai evaluasi belajar
online menggunkkan e-Learning berbasis moodle, siswa lebih tertarik untuk
menggunakannya karena sangat menyenangkan, praktis dan menghemat tenaga
dalam penulisan jawaban. Serta dalam penilaiannyapun dapat dilihat langsung
oleh siswa setelah selesai mengerjakan soal. Berbeda dengan tes yang dilakukan
tanpa menggunakan e-Learning berbasis moodle siswa terlihat kurang antusias
dikarenakan menguras tenaga dalam penulisan. Tes essy sendiri menuntut siswa
untuk mengingat, memahami, mengorganisir gagasannya ( jawaban soal tes ) yang
selanjutnya diekspresikan dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-
kata sendiri. Tes essay jarang digunakakan guru di TKJ karena, cakupan materi
terbatas, variasi jawaban siswa tinggi dan membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam pengoreksian.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan ternyata di SMK Negeri
2 Salatiga masih banyak guru yang melakukan tes secara konvensional. Kelebihan
dari tes konvensional sendiri antara lain : (1) Kunci jawaban bersifat mutlak
sehingga tidak menimbulkan subjektivitas serta tingkat kesukaran butir soal dapat
dikendalikan, (2) Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan tepat,
dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan
pasti (3) tes konvensional khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk
dilakukan analisis butir soal. Ada beberapa masalah dengan adanya tes secara
konvensional yang memberikan dampak terhadap guru dan siswa yaitu, (1) tidak
praktis dalam proses penilaian, guru dapat melakukan kesalahan kecil saat
pengoreksian tes misalnya pembenaran atau penyalahan jawaban, dan jumlah
penskoran nilai. (2) tidak efisien (membuang waktu atau tenaga) dimaksudkan
membutuhkan ruang kelas saat tes, jumlah peserta tes terbatas, pengeluaran biaya
untuk mencetak soal dan lembar jawab, membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam pengoreksian jawaban bagi guru, siswa harus menulis nama, tanggal, dan
jawaban yang membutuhkan waktu dan tenaga untuk menulis. (3) guru kurang
memanfaatkan media e-Learning berbasis moodle yang sudah diterapkan di
jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Dari beberapa jurnal penelitian masalah
8
tes secara konvensional dapat diminimalisir menggunakan tes online. Berdasarkan
permasalahan dari uraian yang ada, maka dilakukan penelitian tentang
perancangan dan penerapan evaluasi belajar online pada mata pelajaran perakitan
komputer di SMK Negeri 2 Salatiga. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan
batasan masalah pada analisis tentang efektivitas dan mengevaluasi penilaian hasil
belajar siswa setelah menggunakan e-Learning berbasis moodle pada mata
pelajaran perakitan komputer kelas X TKJ A dan X TKJ B SMK Negeri 2
Salatiga.
2. Kajian Pustaka
Jurnal Pendidikan, oleh Zyainuri dan Eko Marpanaji. Dari hasil penelitian
tersebut diperoleh nilai posttest, serta data kelas yang menggunakan e-Learning
telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 20 siswa (80%)sedangkan kelas yang
menggunakan media cetak telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa
(78%). Data nilai pretest dan posttest menunjukkan bahwa terjadi kenaikan rerata
nilai pada siswa yang menggunakan e-Learning sebesar 45,72, lebih besar
dibandingkan yang menggunakan media cetak yaitu sebesar 32,48.Berdasarkan
hasil sumatif tersebut, maka e-Learning memperbaiki alat reproduksi sinyal audio
video CD yang dikembangkan effektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa
[3].
Jurnal Pendidikan Vokasi, oleh Numiek Sulistyo. Dalam penelitian ini data
dikumpulkan melalui angket dan observasi, kemudian data dianalisis secara
deskriptif. E-Learning dimanfaatkan untuk aktivitas belajar serta membantu guru
dalam mengefisienkan waktu pembelajaran di dalam kelas. Sekolahan yang telah
memiliki e-Learning aktif dan sarana dan prasarana pembelajaran online, dapat
dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan meningkatkan aktivitas belajar
siswa, dan juga media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas
pembelajaran online. Akan tetapi belum dilaksanakan secara optimal oleh semua
guru dalam setiap kegiatan pembelajarannya. Kriteria pelaksanaan pembelajaran
e-Learning sebagai media pembelajaran secara keseluruhan cukup efektif dengan
tingkat kecenderungan sebesar 77,27%. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan e-
Learning di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto antara lain: kesiapan SDM
untuk meningkatkan pembelajaran e-Learning, fasilitas software untuk
mengembangkan media pembelajaran, fasilitas sarana internet di lingkungan
sekolah, dan kebutuhan pelaksanaan media pembelajaran e-Learning untuk
meningkatkan dan menambah aktivitas pembelajaran di kelas. Sedangkan faktor
penghambat pelaksanaan e-Learning antara lain: belum adanya lisensi dan hak
cipta atas pembelajaran e-Learning yang telah dilaksanakan, kurangnya motivasi
untuk guru dalam mengembangkan pembelajaran e-Learning dikarenakan
tersedianya fasilitas belajar yang lain di kelas, dan masih terdapat guru yang
belum memahami tentang pengelolaan course dalam e-Learning, keterbatasan
waktu, keterbatasan fasilitas dalam hal pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan e-Learning serta dukungan untuk melaksanakan
pembelajaran e-Learning, kurangnya komitmen yang dari sekolah maupun guru
9
mengenai pengembangan pembelajaran e-Learning, serta dana yang diperlukan
untuk pelaksanaan e-Learning masih terbatas [4].
Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui keefektifan mengajar
dapat dilakukan dengan memberikan tes, karena dengan penilaian hasil tes dapat
dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran. Indikator dari
efektif sendiri ada 3 yaitu : (1) Ketuntasan hasil belajar, (2) Aktifitas belajar
siswa, (3) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Hasil penelitian
mengenai efektivitas mengajar guru dapat disimpulkan, bahwa terdapat sedikit
konsistensi hubungan antara kemampuan guru dengan efektivitas pembelajaran
[5].
Definisi tentang e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan
aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet,
jaringan komputer, maupun komputer standalone (mandiri). E-Learning tidak
berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan kontent dan
pengembangan teknologi pendidikan [1].
Sebagai penunjang kegiatan distance Learning, pengguna Moodle perlu
mencermati tipe modul-modul yang membantu pencapaian tujuan distance
learning, yaitu pendidikan berkualitas tanpa memperdulikan jarak dan waktu.
Berikut modul-modul dalam moodle adalah sebagai berikut [6]:
(1) Modul Penugasan (Assigment) : Pengelompokan berdasarkan tanggal
pengumpulan dan urutan penilaian tugas.
(2) Modul Chat : Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam waktu
yang bersamaan) berbentuk teks baik dengan pendidik atau peserta
didik.
(3) Modul Forum : Menyediakan berbagai macam tipe forum, di antaranya
forum khusus pengajar, berita khusus, forum terbuka, dalam sebuah
urutan sesuai kiriman pengguna. Dalam forum ini dapat membahas
topik-topik belajar dan terbentuk diskusi.
(4) Modul Pilihan (Choice) : Seperti sebuah poling, modul ini digunakan
untuk votting (mengambil pendapat atas suatu masalah) atau untuk
mendapatkan umpan balik dari para peserta didik.
(5) Modul Kuis (Quiz) : Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar
dapat diguanakan pada kuis yang berbeda. Pertanyaan kuis dan jawaban
dapat diacak. Fitur ini bermanfaat untuk mengurangi kecurangan.
Pertanyaan dapat diambil dari file eksternal (teks), pertanyaan pilihan
ganda mendukung jawaban tunggal dan berganda serta dimodul kuis ini
dapat mendukung bentuk pertanyaan acak.
Sebagai langkah awal, dunia pendidikan harus lebih efektif dan efisien dari
segi waktu dan tempat. Guru bisa mengajar dan mengambil nilai murid di
manapun dan kapanpun sehingga tidak ada alasan bagi guru dan murid untuk
membolos [7].
10
Ada beberapa faktor kelebihan tentang efektivitas tes online yang dilihat
dari sekolah, siswa, dan guru antara lain[1]:
Efisiensi biaya
Fleksibilitas untuk bergabung dalam forum diskusi, atau menjumpai teman
sekelas dan pengajar melalui ruang chatting.
Keberhasilan menyelesaikan pembelajaran dengan tes online mampu
membangun kemampuan belajar mandiri dan kepercayaan siswa.
Guru dapat dengan mudah mengontrol penilaian tes.
Dengan adanya tes online sangat menghemat waktu dalam pengoreksian
penilaian tes.
Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda bentuk ini bisa
mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif. Pilihan ganda
merupakan salah satu tes diagnostik yang mana soalnya merupakan soal
bertingkat dua. Tingkat pertama terdiri dari pertanyaan dengan lima pilihan
jawaban, sedangkan tingkat kedua terdiri dari lima pilihan alasan yang mengacu
pada jawaban pada tingkat pertama. Alasan tersebut terdiri dari satu jawaban
benar dan distraktor. Jawaban distraktor merupakan penjelasan siswa yang
diperoleh dari literatur, interview ataupun dari respon terbuka[11].
Evaluasi pendidikan adalah suatu proses sistematis yang mengukur,
menelaah, menafsirkan, dan mempertimbangkan sekaligus memberikan umpan
balik (feed back) untuk mengetahui tingkat pencapaian terhadap tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan serta digunakan sebagai informasi untuk
membuat keputusan [8].
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar.
3. Metode Penelitian
Metode penyelesaian masalah dalam penelitian ini menggunakan
penelitian ekperimen. Alasan penggunaan metode ini ialah untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
serta mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang
dikontrol secara ketat maka memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi
tersebut [9]. Penelitian terdiri dari beberapa tahapan pada Gambar 1.
11
Gambar 1 Alur tahapan identifikasi
Tahap Persiapan dilakukan untuk observasi terhadap guru dan siswa,
menentukan populasi sampel untuk diterapkannya penggunaan e-Learning
berbasis moodle, menyiapkan materi perakitan komputer materi perbaikan dan
perawatan peripheral, butir-butir soal pembelajaran dibuat sebagai pretest dan
posttest dan pengujian penggunaan e-Learning berbasis moodle.
Identifikasi sarana dan prasarana untuk mengetahui apa saja yang dapat
dimanfaatkan untuk penelitian. Adanya fasilitas jaringan internet wi-fi yang
optimal untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Pengumpulan data dengan melakukan observasi yang bertujuan untuk
melihat dan mencatat fenomena apa yang muncul memungkinkan terjadinya
perbedaan diantara kedua kelompok. Mengontrol variabel dari grup eksperimen
dan grup kontrol, serta mendesain penelitian experiemen. Kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variabel
mempunyai karakteristik sama atau mendekati sama, yang membedakan dari
kedua kelompok adalah bahwa grup eksperimen diberi treatment atau perlakuan
penggunaan e-Learning berbasis moodle, sedangkan grup kontrol diberikan
treatment tes pilihan ganda biasa tanpa penggunaan e-Learning berbasis moodle.
Desain strategi yang dibuat adalah dengan mendesain alur pembelajaran
dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sumber penelitian ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari Silabus dan RPP mata
pelajaran Perakitan Komputer kelas X di SMK Negeri 2 Salatiga. Tahap
pelaksanaan pada proses penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2 Salatiga
jurusan Teknik Komputer dan Jaringan pada mata pelajaran perakitan komputer.
Pelaksanaannya dilakukan di kelas X dan dibagi menjadi dua kelompok X TKJ A
dengan jumlah siswa 32 orang sebagai kelas kontrol dan TKJ B dengan jumlah
siswa 31 orang sebagai kelas eksperimen dalam penggunaan e-Learning berbasis
Moodle terhadap penilaian hasil belajar siswa. Pelajaran perakitan komputer
Identifikasi sarana dan prasarana
Pengumpulan Data
Mendesain strategi dan pelaksanaan
Penggunaan
Penyelesaian
Tahap Persiapan
12
dipilih sebagai penelitian karena pada pelajaran ini guru sering memanfaatkan
moodle untuk ulangan ataupun tes siswa.
Tahap selanjutnya adalah tahap penggunaan dengan metode eksperimen
yang bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan e-Learning berbasis moodle
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan efektif digunakan.
Tahap penyelesaian merupakan hal yang dilakukan untuk mengetahui
apakah penelitian ini dapat tercapai dengan baik atau tidak. Evaluasi ini dibagi
menjadi dua bagian, evaluasi mengenai efektivitas penggunaan e-Learning
berbasis moodle dan evaluasi terhadap penilaian hasil tes yang dilakukan setelah
proses pembelajaran dengan menggunakan e-Learning berbasis moodle.
Soal tes dibagi menjadi dua tahapan yaitu, pretest dan posttest yang
mencakup materi perbaikan dan perawatan peripheral komputer, pokok bahasan
perbaikan pada software, perawatan peripheral, kerusakan pada BIOS, macam-
macam peripheral yang berisi 50 soal pilihan ganda. Setiap soal yang benar
nilainya 2(dua) dan yang salah atau tidak dijawab bernilai 0 (nol), penilaian ini
berlaku pada semua kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Selanjutnya wawancara juga ditujukan kepada guru mapel dan siswa kelas X
untuk mengetahui bagaimana evaluasi tes online menggunakan e-Learning
berbasis moodle dibandingkan tes yang dilakukan secara konvensional dalam
pembelajaran perakitan komputer di SMK Negeri 2 Salatiga pada Tabel 1.
Tabel 1 Daftar pertanyaan wawancara guru dan siswa
Nara sumber Pertanyaan
Guru 1. Apakah kegiatan penilaian tes online menggunakan moodle
sudah cukup efektif digunakan?
2. Apakah manfaat tes online menggunakan e-Learning berbasis
moodle ini berpengaruh pada penilaian hasil belajar siswa?
Siswa 1. Bagaimana penilaian pembelajaran tes online menggunakan
e-Learning Moodle?
2. Apakah tes online yang dilakukan melalui moodle lebih
menarik?
Untuk mengetahui penilaian hasil belajar dari Pretest-Posttest siswa antara
kelas eksperimen class dengan control class pada mata pelajaran perakitan
komputer, menggunakan analisis pengujian dalam mengukur validitas nilai rata-
rata dari evaluasi belajar peserta didik menggunakan Independent Samples T-Test
kemudaian hasil nilai dianalisis menggunkan data gain. Hipotesis yang digunakan
adalah: H0 :Efektivitas tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle sama
dengan penggunaan tes secara konvensional. H1: Efektivitas tes online
menggunakan e-Learning berbasis moodle lebih terlihat adanya perbedaan
penilaian hasil belajar siswa yang lebih tinggi daripada penggunaan tes secara
konvensional.
4. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil wawancara dan observasi yang merupakan salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi
tentang efektivitas tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle maupun
penilaian hasil pembelajaran yang diterapkan guru pada mata pelajaran perakitan
13
komputer di SMK Negeri 2 Salatiga. Menurut guru pengampu, proses
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Hasil pengamatan yang dilakukan adalah untuk mengetahui keaktifan siswa kedua
kelompok, pengamatan ini berjalan secara alami seperti pembelajaran biasa, jadi
guru dan siswa tetap melakukan aktifitas pembelajaran seperti pada hari-hari
biasa. Dalam penilaian keaktifan dikelas sudah dapat terlihat bahwa sebagian
besar siswa aktif dalam mengikuti perintah yang diberikan guru akan tetapi ada
juga beberapa siswa yang kurang memerhatikan perintah guru. Hal ini yang
menuntut guru untuk lebih memerhatikan siswa baik yang aktif maupun yang
pasif. Aktif yang dimaksud dalam pemebelajaran adalah bagaimana siswa tersebut
trampil dalam menunjukkan adanya usaha untuk memecahkan masalah yang
relevan berkaitan dengan pokok pembelajaran, dalam kerja kelompok siswa dapat
menunjukkan sudah mengambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok,
serta usaha bekerjasama dan bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah
yang berbeda. Sedangkan menurut guru tes online menggunakan e-Learning
berbasis moodle sangat dibutuhkan dan harus dikembangkan baik dari semua
jurusan di SMK Negeri 2 Salatiga maupun instansi pendidikan lain, khususnya
bagi instansi pendidikan yang pernah dilakukan pelatihan penggunaan moodle.
Kelebihan dari tes online yaitu (1) penyelenggaraan tes lebih fleksibel, (2)
pengerjaan soal tetap bisa dibatasi seperti halnya ujian konvensional, (3) koefisien
reliabilitas yang didapat dari tes online dan tes konvensional tidak jauh berbeda,
(4) skor tes online dapat diketahui segera setelah tes selesai, dan (5) data siswa
mengenai hasil ujian dapat disimpan. Kelemahan dari tes online menggunakan e-
Learning berbasis moodle yaitu (1) jika komputer atau website pemuat tes online
mengalami gangguan, maka siswa tidak dapat mengerjakan soal ujian, (2) dalam
mengerjakan soal, siswa merasa terburu-buru, (3) apabila instruksi kurang jelas,
siswa cenderung bertanya pada temannya dan mengakibatkan kegaduhan, dan (4)
memungkinkan siswa mengulangi ujian, (5) siswa sering lupa dengan password
dan username.
Soal tes konfensional yang digunakan dalam bentuk pilihan ganda dengan
jumlah siswa 63 dengan 50 soal terdiri dari 5 lembar soal dan 1 lembar jawab.
Jadi untuk pembiayaan sekali tes dengan satu anak Rp 900,- kemudian untuk dua
kelas Rp 56700,-. Hal ini sangat terlihat untuk tes online biaya lebih efisien,
sekolah lebih menghemat biaya untuk pengadaan peralatan tes [1]. Fleksibilitas
waktu dan tempat merupakan keuntungan tes online.
Observasi dari proses pembelajaran yang berlangsung, terdapat perubahan
penilaian. Dilihat dari kelas kontrol yaitu kelas X TKJ A yang tidak diberikan tes
menggunakan e-Learning berbasis moodle selesai pembelajaran, siswa terlihat
kurang antusias dalam mengerjakan soal, siswa cenderung bercengkrama dengan
siswa lainnya. Jenis soal posttest yang diberikan sudah diacak nomornya menjadi
empat macam grup. Hal ini membuat siswa bertanya-tanya dengan siswa lain
untuk menyamakan soal karena pada saat pretest soal tidak dibuat grup untuk
pengacakan nomor. Penyelesaian 50 soal hanya diberikan waktu 45 menit tersebut
sangat singkat dan membutuhkan tambahan waktu 5 menit dikarenakan banyak
siswa yang kurang memanfaatkan waktu untuk mengerjakan akan tetapi malah
digunakan untuk bertanya-tanya, dan bersantai-santai.
14
Hasil selanjutnya dilihat dari kelas eksperimen yaitu kelas X TKJ B
dengan materi pembelajaran yang sama akan tetapi setelah pembelajaran selesai
siswa tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle. Dari pengamatan
yang dilakukan siswa terlihat antusias saat guru menyuruh siswa untuk
mengerjakan soal di moodle. Setelah semua siswa mengoperasikan laptop, guru
menginstruksikan untuk masuk ke IP e-Learning berbasis moodle yaitu
192.168.4.250/moodle/ kemudian login. Pada saat login ini banyak sekali siswa
yang lupa dengan password dan username hal inilah yang membuat guru harus
melihatkan password dan username bagi siswa yang lupa dengan akun didalam
moodle. Kemudian bagi siswa yang lupa password tetapi masih mengingat
username siswa masih bisa login dengan mengikuti langkah-langkah yang ada di
moodle. Soal yang diberikan sama dengan kelas kontrol yaitu 50 soal dengan
waktu 45menit. Di kelas eksperimen ini siswa fokus pada soal-soal yang mereka
kerjakan, dalam pengerjaan soal di moodle sudah ada pengaturan waktu selama 45
menit jadi jika dalam waktu 45 menit masih ada soal yang belum dikerjakan
makan siswa sudah tidak mendapat toleransi waktu lagi untuk mengerjakan. Tes
yang dilakukan menggunakan moodle sangat memudahkan guru untuk
mengontrol soal-soal mana yang kurang dimengerti siswa, selain itu guru dan
siswa dapat mengetahui langsung nilai dari tes menggunakan moodle.
Melihat dari hasil observasi dan wawancara guru yang menggunakan e-
Learning berbasis moodle hanya dijurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Hal ini sangat disayangkan karena fasilitas tiap jurusan sudah memenuhi syarat
untuk menggunakan e-Learning berbasis moodle, guru mata pelajaran perakitan
komputer juga mengungkapkan bahwa sebelum e-Learning berbasis moodle ini
diterapkan dijurusan TKJ sebelumnya sudah ada pelatihan guru-guru di SMK
Negeri 2 Salatiga untuk mengoperasikan dan memanfaatkan media yang telah
disediakan untuk e-Learning berbasis moodle. Pada proses pembelajaran yang
selama ini digunakan oleh sebagian besar guru adalah pembelajaran dan tes secara
konvensional, yaitu guru menjelaskan dan siswa mendengar setelah selesai
pembelajaran diadakan tes tertulis. Dari aspek penilaian sangat efisien dan praktis
saat tes menggunakan e-Learning berbasis moodle, guru tidak perlu mengkoreksi
satu persatu jawaban siswa yang membutuhkan waktu lama, dalam pengeluaran
biaya juga sangat menghemat anggaran sekolah serta tidak terkendala dalam
ruangan. Akan tetapi dalam pembuatan terkendala pada soal bergambar yang
memerlukan editing satu-persatu, soal uraian hanya bisa memakai keyword satu
atau dua kata kunci. Menurut guru pengampu e-Learning berbasis moodle jika
dimanfaatkan oleh semua guru akan lebih efektif dan dapat meningkatkan kualitas
mutu pendidikan. Menurut siswa yang menggunakan e-Learning berbasis moodle
sangat menyenangkan, praktis dan menghemat tenaga dalam penulisan jawaban.
Dalam penilaianpun siswa dapat melihat langsung setelah selesai mengerjakan
soal.
Pada kelas eksperimen X TKJ B dengan jumlah siswa 31 orang melakukan
tes online setelah selesai pelajaran perakitan komputer, dengan menggunakan e-
Learning berbasis moodle pada materi perbaikan dan perawatan peripheral
komputer. Sedangkan sebagai kelompok pembanding kelas kontrol X TKJ A
dengan jumlah siswa 32 orang diberikan perlakuan dengan tes secara
15
konvensional setelah selesai pelajaran perakitan komputer dengan materi yang
sama. Penelitian terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan selama
empat kali pertemuan untuk 1 kompetensi dasar perbaikan dan perawatan
peripheral komputer. Pertemuan ini disesuaikan dengan silabus SMK Negeri 2
Salatiga.
Pembahasan tentang data hasil penelitian yang digunakan dalam bentuk skor
pretest, dan skor posttest, serta skor gain. Skor gain dapat diperoleh dari selisih
antara skor pretest dan skor posttest baik siswa yang tes online menggunakan e-
Learning berbasis moodle maupun siswa yang melakukan tes secara
konvensional. Dalam menyelesaiakan data perhitungan, pengujian hipotesis
penelitian pada pelajaran perakitan komputer akan dianalisis nilai rata-rata siswa,
yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum menentukan
perhitungan analisis data maka, menentukan valid atau tidaknya butir soal terlebih
dahulu dengan membandingkan hasil rhitung dengan rtabel Product Moment. Dengan
jumlah responden 31 menurut rtabel N-2=29 dan taraf signifikansi = 5% maka ๐๐ก๐๐๐๐ = 0,355. Berdasarkan hasil dari ๐โ๐๐ก๐ข๐๐ tiap butir soal jika dibandingkan dengan
๐๐ก๐๐๐๐, maka butir soal yang tidak valid adalah jika rhitung <rtabel, yaitu sebanyak
sepuluh butir soal yaitu soal ke- 2, 17, 18, 22, 25, 31, 34, 43, 47 dan 59. Dengan
jumlah soal 60 dan yang tidak falid 10 maka soal yang dipergunakan untuk uji
pretest dan posttest sejumlah 50 soal. Untuk memperoleh analisis data hasil
belajar siswa diperoleh dari penilaian skor pada pretest dan posttest. Perlunya
melihat hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan (treatment),
dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan pengolahan dan
analisis data terhadap skor pretest dan posttest. Rekapitulasi data ditunjukkan
pada Tabel 2. Tabel 2 Rata-rata skor tes hasil belajar siswa
Kelas Nilai rata-rata
pretest
Nilai rata-rata
posttest
Eks 74,09677 79,29032
Kontrol 73,0625 76,0625
Dapat diketahui bahwa rata-rata skor pretest dan posttest pada kelas
eksperimen adalah 74,09677 dan 79,29032. Sedangkan pada kelas kontrol
diketahui rata-rata skor pretest dan posttest adalah sebesar 73,0625 dan 76,0625.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan hasil belajar pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Data skor pretest dihitung dengan tujuan untuk mengukur kemampuan siswa
sebelum menerima pembelajaran atau dengan kata lain mengukur kemampuan
awal siswa sebelum diberikannya perlakuan atau treatmen. Data berikut ini adalah
analisis statistik deskriptif skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
perhitungan menggunakan SPSS 11.5 [10].
Terlihat pada Gambar 2 bahwa rata-rata skor pretest kelas eksperimen adalah
74,0968 dengan skor minimum 66,0 dan skor maksimum 82,0 sedangkan rata-rata
16
skor pretest kelas kontrol adalah 73,0625 dengan skor minimum 66,0 dan skor
maksimal 80,0.
Gambar 2 Grafik rata-rata skor pretest
Berdasarkan deskripsi data tersebut memperhatikan grafik, dapat dilihat
bahwa rata-rata skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol perbedaannya
tidak terlalu jauh, namun untuk melihat apakah perbedaan tersebut cukup berarti
atau tidak maka akan dilakukan uji statistic dengan uji homogenitas dan
normalitas.
Setelah dilakukan pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, penilaian hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Penilaian hasil belajar siswa kelas KONTROL