16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku 2.1.1 Kajian Tentang Buku Gambar 2.1 Urutan Halaman pada buku Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal. 123 Pada umumnya buku dibagi menjadi tiga bagian yang terbagi berdasarkan fungsinya masing-masing yaitu 1 : Bagian depan: 1. Cover Depan berisi Judul Buku, Nama Pengarang, Nama atau Logo Penerbit, elemen visual atau teks lainnya. 2. Judul Bagian Dalam 3. Informasi penerbitan atau perijinan 1 Rustan,Suriyanto. 2008. Layout dan penerapannya. PT Gramedia Pustaka, Jakarta
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buku
2.1.1 Kajian Tentang Buku
Gambar 2.1 Urutan Halaman pada buku
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal. 123
Pada umumnya buku dibagi menjadi tiga bagian yang terbagi berdasarkan
fungsinya masing-masing yaitu1:
Bagian depan:
1. Cover Depan berisi Judul Buku, Nama Pengarang, Nama atau Logo
Penerbit, elemen visual atau teks lainnya.
2. Judul Bagian Dalam
3. Informasi penerbitan atau perijinan
4. Dedication, pesan atau ucapan terimakasih yang ditujukan oleh pengarang
untuk orang atau pihak lainnya
5. Kata Pengantar dari pengarang
6. Kata Sambutan dari pihak lain
1 Rustan,Suriyanto. 2008. Layout dan penerapannya. PT Gramedia Pustaka, Jakarta
17
7. Daftar Isi
Bagian Isi
Isi buku yang teridiri dari bab-bab dan sub-bab, dan tiap bab membicarakan topik
yang berbeda.
Bagian Belakang:
1. Daftar Pustaka
2. Daftar Istilah
3. Data Gambar
4. Cover belakang buku, biasanya berisi gambaran singkat mengenai isi
buku tersebut, testimonial, harga, nama atau logo penerbit, elemen
visual atau teks lainnya.
2.2 Kajian Batik Madura
2.2.1 Motif Batik Madura
Dibalik keanekaragam motif dan warna-warna cerah dalam batiknya,
gambar yang terdapat dalam batik Madura tersimpan filosofi dan cerita-cerita
yang tertuang didalamnya2. Kebanyakan cerita dalam motif batiknya adalah kisah
mengenai kehidupan masyarakat sekitar, serta flora dan fauna yang terdapat di
Madura.
Motif merupakan keutuhan dari subyek gambar yang menghiasi kain batik.
Biasanya motif batik selalu diulang-ulang untuk memenuhi seluruh bidang kain.
Kenneth F Bates mengungkapkan bahwa yang membentuk motif secara fisik
adalah unsur spot (berupa goresan, warna, tekstur) line (garis) dan mass
(massa/berupa gambar3. Kemudian motif tersebut diduplikasikan atau diberi
variasi dengan pengulangan untuk membentuk pola atau field.
Pada umumnya batik pesisir pola batik lebih bebas dan bervariasi.
Penyusunan motif sering dilakukan secara simetris maupun asimetris dengan
memadukan beberapa pola batik yang dipengaruhi alam dan kehidupan sekitar.
2 Depth Interview, Bpk Achmad Rizqi, Pengrajin Batik Madura3 Riyanto. 1997. Katalog Batik Indonesia. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI
18
Motif dalam gambar batik terbagi menjadi tiga yaitu gambar nyata (figuratif),
semiguratif, dan nonfiguratif. Motif figuratif lebih menekankan penggambaran
wujid benda aslinya misal bunga, ikan, buah-buahan dan lain sebagainya. Motif
semiguratif bentukan-bentukan pada gambar dilakukan stiliasi dan deformasi.
Walaupun motif batik disini masih dimaksudkna untuk menggambarkan sesuatu
dan mengandung filosifi tertentu, penyusunannya dapat secara bebas. Ukuran
besar-kecilnya objek, proporsi, perspektif tidak lagi perlu diperhatikan.
Pewarnaan juga memungkinkan lebih bebas.
Elemen visual yang terdapat pada batik Madura tidak memiliki pakem
dalam pembatikan seperti pada Batik Yogyakarta dan Solo. Pada hakekatnya
motif disini bersifat dekoratif. Motif batik Madura lebih banyak menggunakan
gaya motif semiguratif dikarenakan kebudayaan Islam yang berkembang pesat di
daerah ini. Ajaran pada Islam tidak boleh menggambarkan binatang atau
tumbuhan dengan wujud aslinya. Motif nonfiguratif dapat disebut juga gaya
abstrak, ada juga mempunyai bentuka-bentuk yang diabstrakkan dan sudah tidak
dapat lagi dikenali wujud aslinya. Disini apapun benda yang digambarkan sudah
tidak lagi dipersoalkan. Keindahan motif lebih ditekankan pada gaya nonfiguratif
tersebut. Dalam sebuah karya seni rupa batik, pengulangan motif dalam
keselurahan memang diperlukan. Pengulangan motif dapat mempercepat dan
mempermudah proses produksi.
Cara penamaan motif Batik di Madura dapat dibagi mejadi tiga bagian,
yaitu berdasarkan warna, berdasarkan latar/guri’, berdasarkan gambar. Seperti
yang diketahui bahwa motif batik Madura tidak memiliki pakem dalam membatik,
maka sangat mudah sekali menemui motif batik madura dengan gambar yang
sama tetapi isian/isen dan latar yang berbeda.
Salah satu contoh penamaan motif yang diambil berdasarkan warna adalah
motif Batik Bungun Kecap. Bungun Kecap (kedelai) adalah batik yang berwarna
hitam kemerah-merahan, disini dimaksudkan warna tersebut sama dengan warna
kecap kedelai berwarna hitam.
Penamaan berdasarkan latar / gurik contohnya Guri’ Sessek Manok Kajuh
Matek yang artinya latar sessek (sisik ular) dan dihiasi burung dengan ranting-
19
ranting kayu. Bila ada dua jenis guri’ yang sama-sama dominan maka penamaan
akan diambil dari kedua jenis guri’ tersebut, contohnya adalah guri’ Sessek
Carcenah yang artinya sisik ular dan carcenah atau pacar cina. Bila latar dibiarkan
kosong/putih dengan gambar motif berwarna biru atau hitam, maka penamaan
berdasarkan latar dan gambar motif. Namun apabila latar dibiarkan kosong/putih,
tidak berwarna dan gambar motif berwarna merah, maka penamaan bisa menjadi
dua macam yaitu Tar Poteh atau Bangan.
Gambar 2.2 Bang Ompai
Sumber: Wuri Alim, Zulpah Batik Tanjung Bumi
Dokumentasi oleh Rangga Paramayoga, tgl 14 Mei 2012
Gambar 2.3 Beng Kopi
Sumber: Wuri Alim, Zulpah Batik Tanjung Bumi
Dokumentasi oleh Rangga Paramayoga, tgl 14 Mei 2012
20
Gambar 2.4 Ceng Rat
Sumber: Wuri Alim, Zulpah Batik Tanjung Bumi
Dokumentasi oleh Rangga Paramayoga, tgl 14 Mei 2012
Gambar 2.5 Gejeh Sekereng
Sumber: Wuri Alim, Zulpah Batik Tanjung Bumi
Dokumentasi oleh Rangga Paramayoga, tgl 14 Mei 2012
21
Gambar 2.6 Daun Mimbeh
Sumber: Wuri Alim, Zulpah Batik Tanjung Bumi
Dokumentasi oleh Rangga Paramayoga, tgl 14 Mei 2012
Gambar 2.7 Ge-Toge
Sumber: Wuri Alim, Zulpah Batik Tanjung Bumi
Dokumentasi oleh Rangga Paramayoga, tgl 14 Mei 2012
22
Gambar 2.8 Kel-Okel
Sumber: Wuri Alim, Zulpah Batik Tanjung Bumi
Dokumentasi oleh Rangga Paramayoga, tgl 14 Mei 2012
Gambar 2.9 Lemar
Sumber: Wuri Alim, Zulpah Batik Tanjung Bumi
Dokumentasi oleh Rangga Paramayoga, tgl 14 Mei 2012
Pada Batik Madura sering dijumpai bentuk-bentuk “Isen” yang mempunyai
fungsi sebagai pengisi latar (di Jawa disebut ‘tanahan’) maupun terhadap ragam
hias atau motif. Isen-isen tersebut dalam bahasa Madura disebut juga guri’.
Karena hampir selalu memerlukan proses pembatikan ulang pula. Bentuk-bentuk
daripada guri’ umumnya dikembangkan dari titik dan garis. Nama-nama guri’
23
berasal dari benda yang sehari-hari dijumpai di lingkungan mereka. Karena sangat
berperannya guri’ dalam batik Madura, maka ukuran baik atau kurang baiknya
mutu batik Madura tergantung dari kehalusan penggambaran guri’-guri’ nya
tersebut dan banyaknya macam guri’ yang dipergunakan dalam luas bidang suatu
kain batik Madura.
2.3 Kajian Komunikasi Visual
2.3.1 Elemen Layout4
Secara umum tujuan berbagai layout adalah:
1. Menyampaikan informasi dengan lengkap dan tepat
2. Kenyamanan didalam membaca termasuk didalamnya kemudahan
mencari informasi yang dibutuhkan, navigasi dan estetika. Elemen
layout dibagi mejadi tiga, yaitu : Elemen Teks, Elemen Visual dan
Invisible Elemen.
Gambar 2.10 Elemen dalam layout
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal. 27
2.3.2 Elemen Teks dalam Layout5
Teks merupakan elemen salah satu elemen layout terpenting. Selain
elemen visual, elemen teks juga memberi segala informasi yang dibutuhkan.
2.3.2.1 Judul/Heading
Judul diberi ukuran besar untuk menarik perhatian pembaca dan
membedakan dari elemen layout lainnya.
Selain ukuran, pemilihan sifat yang tercermin dari jenis huruf harus
menarik perhatian, karena untuk judul dari segi estetis lebih diprioritaskan. Setiap
4 Rustan,Suriyanto. 2008. Layout dan penerapannya. PT Gramedia Pustaka, Jakarta5 Rustan,Suriyanto. 2008. Layout dan penerapannya. PT Gramedia Pustaka, Jakarta
24
jenis huruf memiliki sifat atau dapat memberikan kesan masing-masing yang
berbeda satu sama lain. Untuk bunyi judul tertentu akan terasa cocok dengan
menggunakan jenis huruf tertentu pula, dan hal ini dapat memperjelas makna
`Gambar 2.11 jenis font untuk judul
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal. 29
2.3.3 Elemen Visual Dalam Layout6
Yang termasuk dalam kelompok elemen visual adalah semua
elemen bukan teks yang kelihatan dalam suatu layout. Bisa saja dalam
suatu layout hanya terdapat elemen teks dan tidak ada elemen visual sama
sekali. Dokumen-dokumen yang diketik, isi halaman buku atau kamus,
biasanya tidak memakai elemen visual. Ada juga yang kebalikannya hanya
ada elemen visual tanpa teks misalnya pada iklan, yang menggunakan
strategi visual –driven
2.3.3.1 Fotografi
Kekuatan terbesar dari fotografi adalah kredibilitas dan kemampuannya
untuk memberikan kesan dapat dipercaya. Fakta menurut Poynter Institute –
sebuah sekolah jurnalisme di Amerika – bahwa orang-orang lebih menyukai
fotografi berwarna daripada fotografi hitam putih. Foto berwarna dapat perhatian
20% lebih besar daripada foto hitam putih.
6 Rustan,Suriyanto. 2008. Layout dan penerapannya. PT Gramedia Pustaka, Jakarta
25
Gambar 2.12 Contoh Layout dengan elemen visual fotografi
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal. 54
Gambar 2.13 Contoh Layout dengan elemen visual fotografi
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal. 55
Fotografi Jurnalistik
Ciri-ciri Foto Jurnalistik, adalah sebagai berikut :
1. Memiliki nilai berita dan atau menjadi berita itu sendiri
2. Melengkapi suatu berita atau artikel
3. Dimuat dalam satu media
Fotografi merupakan salah satu media visual untuk mengabadikan atau
menceritakan suatu peristiwa
Kesimpulan : Fotografi adalah elemen pendukung dalam informasi atau
cerita yang akan disampaikan.
Foto Jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Spot News : Foto-foto insidential / tanpa rencana seperti foto
kerusuhan, dll.
2. General News : Foto yang terencana seperti : foto olahraga dll )
26
3. Foto feature : Foto untuk mendukung suatu artikel
4. Essay Foto : Kumpulan beberapa foto yang bisa bercerita.
Teknik Fotografi
Untuk menghasilkan karya fotografi yang baik tentunya diperlukan untuk
menguasai teknik-teknik seperti berikut :
1. Komposisi
Komposisi adalah susunann dalam foto. Komposisi dilakukan dengan
memperhatikan :
- Point of Interest, dengan kata lain , pusat perhatian, hal atau sesuatu yang
menonjol dalam foto, sehingga mampu membuat orang langsung melihat objek
tertentu.
- Framing, kegiatan membingkai suatu objek tertentu ke dalam viewfinder.
- Balance, berkaitan dengan keseimbangan obyek foto yang akan dibidik.
2. Fokus
Kegiatan untuk mengatur ketajaman foto yang dijadikan point of interest,
yang dilakukan dengan cara memutar ring fokus pada lensa. Kegiatan focusing ini
dapat ditiadakan apabila kamera mempunyai kemampuan auto fokus, dimana
kamera memfokuskan sendiri obyek yang dibidik.
3. Penggunaan Lensa
Penggunaan lensa juga turut mempengaruhi hasil akhir foto yang didapat.
Beberapa lensa yang digunakan antara lain :
- Super Multi Coated Lens, berfungsi untuk membatasi refleksi-refleksi
pada elemen lensa sehingga gambar yang dihasilkan lebih cemerlang
dan lebih tajam menghadapi pemotretan dengan kondisi menentang
cahaya.
- Lensa Tele, dikenal dengan nama lensa pelihat jauh, memberikan
keleluasaan untuk melakukan pemotretan jarak jauh.
- Lensa Normal, memiliki sudut pandang 46 derajat, sehingga diperoleh
objek seperti objek yang ditangkap oleh mata
27
- Lensa wide angle, cenderung menangkap bidang lebih luas, sehingga
praktis digunakan pemotretan di tempat sempit dan pemandangan
alam.
- Lensa khusus seperti fish eye atau makro, yang biasa digunakan untuk
pemotretan khusus.
Simpulan:
Dalam buku Batik Madura foto merupakan elemen pendukung yang penting
karena foto dapat menggambarkan cerita yang ingin disampaikan dan untuk
memunculkan memorabilia pembaca, elemen yang dapat menggambarkan adalah
sesuatu yang seperti aslinya yaitu dengan fotografi
2.3.3.2 Ilustrasi7
Ilustrasi adalah elemen visual yang sama seperti foto, dapat mendukung
jalannya cerita atau informasi yang akan disampaikan, biasanya ilustrasi
digunakan untuk Children Book, namun ada juga buku-buku untuk masyarakat
dewasa menggunakan elemen visual ilustrasi.
Gambar 2.14 Contoh layout dengan elemen visual ilustrasi
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal. 57
Simpulan:
Ilustrasi dapat menjadi elemen pendukung dalam sebuah buku, untuk pembatas
anatar bab karena didalam buku terbagi atas beberapa bab. Untuk pembatas tiap
bab diberi pendukung elemen ilustrasi, begitu juga dengan elemen tambahan pada
tiap halaman.
7 Rustan,Suriyanto. 2008. Layout dan penerapannya. PT Gramedia Pustaka, Jakarta
28
2.3.3.3 Margin
Margin mementukan jarak antara pinggir kertas dengan area ruang yang
akan ditempati oleh elemen-elemen layout8. Fungsi margin adalah untuk
mencegah agar elemen-elemen layout terpotong pada saat dipercetakan. Namun
terkadang ada juga yang sengaja meletakkan elemen layout jatuh di pinggi
halaman bila memang konsep desain tersebut mengharuskan demikian dan sudah
ada pertimbangan estetis sebelumnya.
2.15Margin saat buku terbuka(spread)
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal.66
2.16Margin saat buku terbuka(spread)
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal.66
8 Rustan,Suriyanto. 2008. Layout dan penerapannya. PT Gramedia Pustaka, Jakarta
29
Margin Simetris (Halaman sebelah kanan adalah cerminan dari halaman
sebelah kiri) menguntungkan dari segi fungsi. Perlu diingat apabila halaman yang
dijilid banyak maka bagian pertemuan-pertemuan di tengah akan menebal dan
tertekuk, tetapi bila disediakan cukup jarak (margin di bagian dalam), maka
elemen layout tetap berada di posisi yang aman dan bebas dari ketidakterbacaan.
Sistem seperti ini adalah yang paling umum dilakukan
Simpulan:
Untuk buku batik Madura margin yang digunakan adalah margin simetris, karena
biasanya buku itu halamannya banyak dan sedikit tebal, jadi dengan penggunaan
margin simetris ini membuat aman isi tiap halaman.
2.3.3.4 Grid
Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam melayout9. Grid
mempermudah kita menentukan dimana harus meletakkan elemen layout dan
mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang
mempunyai beberapa halaman.
Dalam membuat grid, kita membagi halaman menjadi beberapa kolom
dengan garis vertikal dan ada juga yang horisontal. Untuk merancang grid harus
membutuhkan faktor-faktor ukuran bidang, konsep dan style desain yang
diinginkan, ukuran font yang akan digunakan, beberapa banyak informasi atau isi
yang ingin dicantumkan.
Grid dengan tiga dan empat kolom atau lebih akan menghasilkan lebih
banyak lagi variasi layout. Semakin banyak kolom grid, semakin fleksibel
penempatan elemen-elemen layoutnya.
Untuk membuat karya desain yang terdiri dari banyak halaman, bisa saja
menggunakan lebih dari satu sistem grid. Gambar dibawah ini adalah variasi dari
layout dengan tiga grid:
9 Rustan,Suriyanto. 2008. Layout dan penerapannya. PT Gramedia Pustaka, Jakarta
30
Gambar 2.17 Variasi Layout tiga grid
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal.69
Gambar 2.18 Variasi Layout tiga grid
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal.69
2.3.4 Prinsip Dasar Layout
Prinsip Dasar Layout adalah prinsip dasar desain grafis10. Terdapat empat
prinsip dasar layout, yaitu
2.3.4.2 Sequence/urutan
Sequence adalah urutan perhatian, yaitu membuat urutan prioritas yang
harus dibaca pertama sampai terakhir. Sequence diperlukan karena semua
informasi yang akan dijelaskan sama kuatnya, dan pembaca akan kesulitan
menangkap pesannya. Dengan adanya sequence maka akan membuat permbaca
secara otomatis akan mengurutkan pandangan matanya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Amrio R. Garcia dan
Pegie Stark pada tahun 2007, orang membaca dari kiri ke kanan, dan dari atas ke
bawah.
10 Rustan,Suriyanto. 2008. Layout dan penerapannya. PT Gramedia Pustaka, Jakarta
31
Gambar 2.19 Alur Sequence dalam Layout
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal.76
2.3.4.2 Emphasis/Penekanan
Emphasis adalah memberikan penekanan tertentu terhadap satu objek
didalam suatu layout yang dapat menjadi point of interest. Emphasis dapat
diciptakan dengan cara sebagai beriku:
- Memberi ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan elemen-elemen
layout lainnya pada halaman tersebut
- Warna yang kontras/berbeda sendiri dengan latar belakanag dan
elemen lainnya
- Meletakkan dengan posisi strategis atau yang menarik perhatian. Bila
pada umumnya, kebiasaan orang membaca dari atas ke bawah dan dari
kiri ke kanan. Maka posisi yang paling pertama dilihat orang adalah
sebelah kiri atas
- Menggunakan bentuk atau style yang berbeda dengan sekitarnya
Selain hal diatas, Emphasis juga dapat dilakukan dengan menciptakan
elemen layout yang mengandung pesan unik, emosional dan
kontraversial yang efeknya lebih kuat untuk membuat orang membaca.
32
Gambar 2.20 Emphasis dalam poster
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal.79
2.3.4.3 Balace/Keseimbangan
Balance adalah pembagian berat yang merata pada sebuah layout.
Pembagian berat yang merata tidak selalu berarti seluruh bidang layout harus
terisi elemen, namun lebih kepada menghasilkan kesan yang dibutuhkan dan
meletakkannya pada tempat yang tepat
Ada dua macam keseimbangan layout yaitu keseimbangan
simetris/balance simetris dan keseimbangan asimetris atau balace asimetris.
Keseimbangan simetris dapat dibuktikan tepat secara matematis, namun untuk
keseimbangan asimetris, lebih bersifat optis atau kelihatan seimbang.
Gambar 2.21 Balace simetris dan asimetris
Sumber: Surianto Rustam, Layout dan Penerapan hal. 80&81
33
2.3.5 Teori Warna
Pemilihan warna adalah hal penting dalam menciptakan suatu desain,
karena warna dapat menjadi poin daya tarik suatu media11. Pemilihan warna yang
representatif dimulai dari memilih warna yang dapat mempresentasikan pesan dari
sebuah desain.
Penyusunan tata warna batik sangat unik, hal ini disebabkan karena
digunakan isen-isen untuk mengisi bidang. Isen-isen yang berupa titik, garis dan
bentuk-bentuk yang absolut disamping indah juga dapat memperkaya penampilan
warna dan sebagai tekstur semu. Penggunaan isen-isen ini mirip dengan teori
pewarnaan Pointilisme, Devisionisme dan Cromolumisnarisme pada abad
Pertengahan. Teori ini banyak mengilhami para pelukis dan desainer untuk
membuat karya yang lebih cemerlang dan indah. Pointilisme adalah teori yang
dikemukakan oleh George Seurat, yang menebarkan titik-titik warna pada suatu
bidang. Dengan titik-titik ini akan membentuk warna jadian (campuran).
Prinsip pewarnaan batik yang memanfaatkan isen dapat menyatakan
gelap-terang, panas-dingin dan cerah-suramnya warna. Pernyataan hue, value dan
intensity tersebut dapat dibuat dengan isen yang berbeda-beda, sekalipun warna
yang digunakan terbatas. Warna dasar hitam jika diberi isen titik putih,
penampilannya akan terkesan lebih muda. Sedangkan warna dasar biru yang
diberi isian kuning terluhat mengandung unsur hijau, demikian seterusnya.
Pewarnaan batik disamping mempunyai keindahan yang khas juga
mempunya arti simbolis dan filosofi. Bangsa Indonesia yang bersifat magis dan
religius dahulu kala percaya akan suatu zat gaib yang dianggap sakti atau yang
tinggi hal ini juga mempengaruhi terhadap kebudayaan di Madura. Tingkat
perkembangan kepercayaan bangsa di Indonesia ada tiga tahap. Tahap pertama
adalah Animisme dan Dinamisme, tahapan kedua adalah Hinduisme dan
Budhisme, tahapan Terakhir adalah Islam dan Kristen.
Tentu saja penyebaran dan pengaruh ketiga tahapa tersebut sulit
dipisahkan secara jelas. Sampai perkembangan terakhir ini pengaruh-pengaruh
11 Sulasmi Dharmaprawira, 2002, Teori wana dan kreatifitas penggunaannya, ITB, Bandung
34
tahap pertama dan kedua masih sering terlihat, baikd alam adat istiadat maupun
karya seni rupa.
Batik yang telah berumur ratusan tahun sangat erat kitannya dengan
perkembangan budaya dan kepercayaan bangsa Indonesia sejak saat itu. Berikut
ini beberapa arti warna menurut bangsa Indonesia sesuai dengan perkembangan
kepercayaannya.
Sebagai contoh yang terdapat pada wayang kulit, warna wajah dan badan
yang bermacam-macam mengandung arti tersendiri. Kita dapat mengerti dengan
jelas bahwa warna wayang tidak mesti berwarna kuning seperti warna kulitnya,
tetapi justru dicat merah, hitam, biru dan sebagainya. Hal ini menandakan ada
maksud tertentu.
Arti warna wayang-wayang tersebut adalah12:
1. Hitam, contohnya Sri Kresna, melambangkan kemampuan menghadapi
angkara murka
2. Merah, misalnya sebagian besar raksasa, emlambangkan penguasa
peristiwa-peristiwa jahat
3. Kuning (jenar), contohnya para ksatria, melambangkan kekuatan yang
langgeng
4. Putih (sita), contohnya Hanoman, lambang daya hidup
5. Hijau (wilis), misalnya Gajah Setubondo, lambang kemampuan
membendung hawa nafsu
Warna pada ajaran Triguna (agama Budha), sebagai berikut:
1. Satwam, adalah lambang hati yang murni digambarkan dengan warna
putih
2. Rajah, adalah lambang ketamakan digambarkan dengan warna hitam
3. Tamah, adalah lambang berbudi digambarkan dengan warna kuning dan
pemarah digambarkan dengan warna merah
Menurut falsafah uzur hidup “sederek sekawan gangsal pancer” adalah:
1. Lauwawah : Penyesalan karena berbuat buruk, digambarkan tanda
warna hitam
12 Riyanto. 1997. Katalog Batik Indonesia. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI
35
2. Amarah : Lambang pemarah, digambarkan dengan warna merah
3. Supiyah : Lambang baik budi, digambarkan dengan warna kuning
4. Mutmainah : Lambang kejujuran, digambarkan dengan warna putih
5. Moyang : Lambang petunjuk baik, digambarkan dengan warna hijau
Simbol warna-warna diatas merupakan warna yang mempengaruhi pada batik
Madura. Dikarenakan kebudayaan Madura dipengaruhi oleh kerajaan Hindu-
Budha sebagaimana sama seperti daerah lainnya di Indonesia13. Lalu dimasuki
oleh kebudayaan Islam dan Kristen pada masa setelahnya.
2.4 Metode Segmen Pasar
2.4.1 Karakteristik Segmen Dewasa
Didalam Karakteristik segmen dewasa ada dua tipe orang dewasa, yaitu
dewasa secara seksual dan dewasa secara ekonomi14. Secara seksual, seseorang
dinyatakan dewasa apabila dia sudah mengalami perubahan-perubahan biologis.
Menurut konsep ini manusia dianggap dewasa apabila sudah berumur 17 tahun.
Pada usia ini umumnya orang tua mulai mengizinkan anaknya untuk merokok,
berpacaran, ataupun mewakili keluarga dalam mengambil keputusan, namun
belum cukup dewasa untuk mendairi.
Secara ekonomi, seseorang dianggap dewasa jika ia sudah memiliki
pekerjaan, sebagian langsung bekerja pada saat tamat SLTA/sejenisnya (yaitu
antara umur 18-20 Tahun0, dan sebagian lagi telah meraih gelar sarjana (antara
umur 24-27). Pada usia ini dianggap sudah dewasa apabila sudah bisa membiayai
hidupnya sendiri.
Dengan begitu dapat diperoleh sejumlah kelompok usia yaitu:
Usia 17-23 tahun : masa transisi
Usia 24-30 tahun : masa pembentukan keluarga
Usia 31-40 tahun : masa peningkatan karier
Usia 41-50 tahun : masa kemapanan
Usia 51-65 tahun : masa persiapan pensiun
13 Depth Interview, Bpk Achmad Rizqi, Budayawan Batik Madura14 Khasali, Reinald. 1998. Membidik Pasar Indonesia:Segmenting,Targeting,Positioning.GramediaPustaka Utama.Jakarta
36
Pada masa transisi, manusia cenderung memiliki penghasilannya
digunakan untuk konsumsi, yaitu makanan dan hiburan, sebagian lagi melakukan
investasi dengan bantuan orang tua untuk memperoleh gelar sarjana.
Pada usia 24-30 tahun sebagian besar orang dewasa sedang menjajaki
untuk membentuk pakaian, aksesoris, makan diluar, mencari hiburan dan mencari
informasi tentang berbagai hal.
Pada usia 31-40 tahun keluarga baru mulai terbentuk. Manusia mulai
semangat membangun rumah tangganya, pada usia 30 tahunan, mereka mulai
membutuhkan mobil, rumah dan big ticket item lainnya. Mereka mulai mencari
barang-barang berkualitas untuk menjaga penampilan dan mendukung kariernya.
Pada usia ini pengeluaran untuk anak-anak juga meningkat.
Pada usia 41-50 Tahun manusia dewasa mulai memasuki tahap usia
kemapanan. Sebagian mengalami puber kedua, dan sebagiann mulai
mengkonsumsi barang-barang yang dapat dijadikan symbol kesuksesan
Simpulan:
Yang termasuk dalam segmen Buku Batik Madura adalah sebagai berikut:
- Masa Pembentukan Keluarga (24-30)
- Masa Peningkatan Karir (31-40)
- Masa Kemapanan (41-45)
2.5 Studi Eksisting
2.5.1 Batik from The North Coast of Java
Gambar 2.20 Cover Batik from the North Coast of Java