Page 1
i
PERANAN SULTANAH TSAFIATUDDIN DALAM MEMBANGKITKAN
KEJAYAAN ACEH DARUSSALAM DI BIDANG POLITIK DAN ILMU
PENGETAHUAN (1641—1675)
SKRIPSI
OLEH
RISA BUDI UTAMI
NIM 352016001
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
AGUSTUS 2020
Page 2
ii
PERANAN SULTANAH TSAFIATUDDIN DALAM MEMBANGKITKAN
KEJAYAAN ACEH DARUSSALAM DI BIDANG POLITIK DAN ILMU
PENGETAHUAN (1641—1675)
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Palembang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan
Oleh
Risa Budi Utami
NIM 352016001
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
Agustus 2020
Page 3
iii
Skripsi oleh Risa Budi Utami ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Palembang, 31 Agustus 2020
Pembimbing I,
Dra. Nurhayati Dina, M.Pd.
Palembang, 31 Agustus 2020
Pembimbing II,
Dra. Fatmah, M.Hum.
Page 4
iv
Skripsi oleh Risa Budi Utami ini telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 31 Agustus 2020
Dewan Penguji:
Dra. Nurhayati Dina, M.Pd., Ketua
Dra. Fatmah, M.Hum., Anggota
Dr. Apriana, M.Hum., Anggota
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Program Studi Dekan
Pendidikan Sejarah, FKIP UMP,
Heryati, S.Pd., M.Hum. Dr. H. Rusdy A. Siroj, M.Pd.
Page 5
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman (Q.S. Ali-Imran: 139).
Terkadang hidup menjadi sulit untuk dijalani, namun saat kita mampu berserah dalam doa dan selalu mensyukuri setiap usaha maka disanalah letak kenikmatan hidup.
Kupersembahkan Kepada:
Ayahanda Budiyanto dan Ibunda Marini beserta adikku tersayang Rasya Pambudi yang banyak memberikan semangat, moril, dorongan yang selalu mendoakan keberhasilanku.
Dosen pembimbing Dra. Nurhayati Dina, M.Pd dan Dra. Fatmah, M.Hum terimakasih banyak atas bimbingan, saran, waktu dan bantuanya.
Rekan-rekan seperjuangan di saat bimbingan (Ira permatasari Rosadi, M. Chesar Woring, Desti Andriani, dan Kartika) yang selalu memberikan semangat, saran dan motivasi yang membangun.
Sahabatku (Arleta, Mita, Ayem, Arum, Elsa, Lita, Reni, Septi, Anisa) yang selalu memberikan semangat.
Seluruh teman seperjuangan Pendidikan Sejarah angkatan 2016 semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan sukses selalu.
Teman seperjuanganku PLP SMA Unggul Negeri 4 Palembang dan teman seperjuangan KKN di Kelurahan Pulo Gadung Permai Palembang posko 142.
Agamaku
Almamaterku
Page 7
vii
ABSTRAK
Utami, Risa Budi. 2020. Peranan Sultanah Tsafiatuddin dalam Membangkitkan Kejayaan
Aceh Darussalam di Bidang Politik dan Ilmu Pengetahuan (1641—1675). Skripsi. Program
Studi Pendidikan Sejarah (S1), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Palembang. Pembimbing: (1) Dra. Fatmah, M.Hum (II) Yuliarni, S.Pd.,
M.Hum.
Kata Kunci : Peranan Sultanah Tsafiatuddin Membangkitkan Kejayaan Aceh Darussalam
Penelitian ini dilatarbelakangi keingintahuan penulis terhadap Peranan Sultanah
Tsafiatuddin dalam Membangkitkan Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Politik dan Ilmu
Pengetahuan (1641—1675). Permasalahan ini adalah : (1) Apa yang menjadi dasar
pemikiran Sultanah Tsafiatuddin dalam memimpin Aceh Darussalam? (2) Bagaimana
peranan Sultanah Tsafiatuddin dalam membangkitkan kejayaan Aceh Darussalam di bidang
politik dan ilmu pengetahuan? (3) Bagaimana proses perkembangan kebangkitan Aceh
Darussalam di dalam bidang politik dan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Sultanah
Tsafiatuddin? (4) Bagaimana dampak dari masa pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin bagi
kehidupan masyarakat Aceh Darussalam?. Metode Historis atau metode sejarah, Jenis
Penelitian yang penulis gunakan yaitu kajian pustaka (kepustakaan). Penulis menggunakan
pendekatan, geografi, sosiologi, antropologi, politik, budaya, historis, agama. Penulis juga
menggunakan Tehnik Pengumpulan Data adalah studi kepustakaan, observasi,
dokumentasi. Analisis Data, kritik sumber, interpretasi, historiografi, sehingga penulis
berhasil merumuskan beberapa Kesimpulan : (1) Dasar pemikiran Sultanah Tsafiatuddin
dalam memimpin Aceh Darussalam bersumber dari Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 124 dan
surat Al-Hujurat ayat 13 bahwa hak dan kewajiban pria dan wanita itu sama dalam
masyarakat dunia; (2) Peranan Sultanah Tsafiatuddin dalam membangkitkan kejayaan Aceh
Darussalam di bidang politik dan ilmu Pengetahuan adalah dengan membuka kesempatan
pendidikan bagi kaum wanita agar memperoleh pendidikan dan memberikan kesempatan
wanita untuk bekerja dalam lembaga negara, serta mendorong ulama untuk menulis berbagai
disiplin ilmu pengetahuan hal ini menjadi titik tolak kebangkitan tradisi tulis-menulis di Aceh
Darussalam; (3) Proses perkembangan kebangkitan Aceh Darussalam di dalam bidang politik
dan ilmu pengetahuan adalah Sultanah Tsafiatuddin melakukan pembaharuan dalam struktur
pemerintahan dengan memberikan dasar kesetaraan gender sehingga dapat memperluas
pengertian demokrasi antara laki-laki dan perempuan, Sultanah Tsafiatuddin juga mendorong
para ulama menulis berbagi disiplin ilmu pengetahuan, sehingga buku-buku dalam berbagai
bidang ilmu karya para ulama menjadi rujukan dan menjadi pusat peradaban perkembangan
ilmu pengetahuan di Asia Tenggara; (4) Dampak dari masa pemerintahan Sultanah
Tsafiatuddin bagi kehidupan masyarakat Aceh Darussalam, membuka semua pusat
pendidikan bagi kaum wanita untuk menyetarakan kedudukan wanita agar sama dengan laki-
laki dalam segala bidang pemerintahan di Aceh Darussalam, menjadi bandar perdagangan
internasional yang sangat makmur karena letaknya strategis di jalur pelayaran dari Barat ke
Timur, masyarakat Aceh Darussalam termotivasi untuk lebih menghargai kemampuan
seseorang dalam memimpin dan membina Tamadun Melayu, serta hidup rukun dengan
mengikuti perintah Allah SWT dan Rasul-Nya karena senantiasa mengikuti ajaran Al-Qur’an
& As-Sunah. Saran: Bagi mahasiswa dan pelajar khususnya Program Studi Pendidikan
Sejarah dengan adanya penulisan penelitian ini diharapkan dapat membantu serta
memperkaya ilmu pengetahuan tentang tokoh pejuang wanita dari Aceh Darussalam
khususnya dan dari wilayah Indonesia pada umumnya.
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT,
atas rahmat dan karuniyaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul Peranan Sultanah Tsafiatuddin dalam Membangkitkan
Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Politik dan Ilmu Pengetahuan (1641—1675).
Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat mendapat gelar Sarjana Strata Satu (S1)
pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Palembang. Dengan selesainya skripsi ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan skripsi ini, diantaranya:
1. Dr. H. Rusdy A Siroj, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Heryati, S.Pd., M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang selalu
memberikan kemudahan dan kesempatan dalam pengurusan skripsi ini.
3. Dra. Nurhayati Dina, M.Pd., pembimbing pertama, yang telah membantu,
mengarahkan serta memberikan motivasi dan arahan dalam membimbing
penulis dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Fatmah, M.Hum., pembimbing kedua, yang telah membantu,
mengarahkan serta memberikan motivasi dan arahan dalam membimbing
penulis dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan
ilmu, dorongan dan semangat kepada penulis.
Page 9
ix
6. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Palembang
7. Kedua orang tuaku Ayahanda Budiyanto dan Ibunda Marini tercinta yang
senantiasa memberikan dukungan baik moril dan selalu berdoa demi
kesuksesanku dan adikku Rasya Pambudi yang selalu mendukungku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh rekan seperjuangan Program Studi Pendidikan Sejarah 2016 yang
tidak bisa saya tuliskan satu demi satu. Terima kasih untuk segala bantuannya.
9. Teman-temanku seperjuangan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di
SMA Negeri Unggul 4 Palembang
10. Teman-teman seperjuangan Kuliah Kerja Nyata (KKN ke 53) posko 142, di
Kelurahan Pulo Gadung Permai, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Palembang.
11. Agamaku dan Almamaterku.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, mungkin tidak terlepas dari
sesuatu kekurangan dan kekeliruan, seperti pepatah mengatakan tak ada gading yang
tak retak, demikian juga penulis tidak luput dari kesalahan. Oleh sebab itu, dengan
ketulusan hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan dalam skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengajaran bidang studi pendidikan sejarah dan masyarakat pada umumnya.
Palembang, Agustus 2020
Risa Budi Utami
Page 10
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... .. iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. ... v
ABSTRAK ................................................................................................. .... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ............................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Batasan Masalah .................................................................................. 13
C. Rumusan Masalah ............................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 14
E. Definisi Istilah ..................................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................
A. Pengertian Peranan, Sultanah, Membangkitkan, Kejayaan,
Aceh Darussalam, Politik, dan Ilmu Pengetahuan .............................. 20
1. Pengertian Peranan .......................................................................... 20
2. Pengertian Pemikiran ................................................................... ... 21
3. Pengertian Sultanah ........................................................................ 21
4. Pengertian Membangkitkan ........................................................... 22
5. Pengertian Kejayaan ....................................................................... 22
6. Pengertian Aceh Darussalam .......................................................... 23
7. Pengertian Politik ........................................................................... 24
8. Pengertian Ilmu Pengetahuan ......................................................... 24
B. Kondisi Kehidupan Masyarakat Aceh Pada Masa Sultan
Iskandar Tsani ..................................................................................... 25
C. Biografi Sultanah Tsafiatuddin ........................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
A. Metode Penelitian ................................................................................ 42
B. Pendekatan dan jenis Penelitian .......................................................... 44
1. Pendekatan Penelitian ..................................................................... 44
a. Pendekatan Geografi ............................................................... 45
b. Pendekatan Sosiologi ............................................................... 46
Page 11
xi
c. Pendekatan Antropologi .......................................................... 46
d. Pendekatan Politik ................................................................... 47
e. Pendekatan Budaya ................................................................. 47
f. Pendekatan Historis ................................................................. 48
g. Pendekatan Agama .................................................................. 49
2. Jenis Penelitian ............................................................................... 49
C. Lokasi Penelitian ................................................................................. 50
D. Kehadiran Peneliti ............................................................................... 51
E. Sumber Data ........................................................................................ 51
F. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 54
1. Studi Kepustakaan .......................................................................... 55
2. Dokumentasi .................................................................................. 55
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 56
1. Kritik Sumber ................................................................................ 57
2. Interpretasi ..................................................................................... 59
3. Historiografi .................................................................................. 59
H. Tahap-tahap Penelitian ........................................................................ 60
BAB IV PEMBAHASAN ..............................................................................
A. Dasar Pemikiran Sultanah Tsafiatuddin Dalam Memimpin
Aceh Darussalam ................................................................................... 62
B. Peranan Sultanah Tsafiatuddin Dalam Membangkitkan
Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Politik
dan Ilmu Pengetahuan ............................................................................ 67
1. Peranan Sultanah Tsafiatuddin Dalam Membangkitkan
Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Politik ................................ 68
2. Peranan Sultanah Tsafiatuddin Dalam Membangkitkan
Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Ilmu Pengetahuan ............... 69
C. Proses Perkembangan Kebangkitan Aceh Darussalam di
Dalam Bidang Politik dan Ilmu Pengetahuan ........................................ 72
1. Proses Perkembangan Kebangkitan Aceh Darussalam
di Dalam Bidang Politik .................................................................. 73
2. Proses Perkembangan Kebangkitan Aceh Darussalam
di Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan ................................................ 76
D. Dampak dari Masa Pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin Bagi
Kehidupan Masyarakat Aceh Darussalam ............................................. 78
1. Dampak dari Masa Pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin
Bagi Kehidupan Politik Masyarakat Aceh Darussalam .................... 79
2. Dampak dari Masa Pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin
Bagi Kehidupan Ekonomi Masyarakat Aceh Darussalam ............... 82
3. Dampak dari Masa Pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin
Bagi Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat Aceh Darussalam ....... 83
4. Dampak dari masa pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin
Bagi Kehidupn Agama Masyarakat Aceh Darussalam .................... 85
Page 12
xii
BAB V PENUTUP .........................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................. 88
B. Saran ...................................................................................................... 90
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 91
Page 13
xiii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar Halaman
1. Gambar Sultan Iskandar Muda ............................................................ 109
2. Gambar Masjid Baiturrahman ............................................................. 109
3. Gambar Sultanah Tsafiatuddin ............................................................ 110
4. Gambar Taman Sultanah Tsafiatuddin ................................................ 110
5. Gambar Peta Kekuasaan Aceh di Sumatera
dan Tanah Melayu Abad 17 ................................................................ 111
6. Gambar Silsilah Keturunan Sultanah di Aceh Darussalam ................. 111
7. Gambar Nurul Alam Naqiatuddin ....................................................... 112
8. Gambar Zakiatuddin Inayat Syah ........................................................ 112
9. Gambar Kamalat Syah ........................................................................ 113
Tabel Halaman
3.1 Tahap-Tahap Penelitian ........................................................................ 61
Page 14
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keputusan (SK) Dekan Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang ............................ 96
2. Usul Judul .............................................................................................. 97
3. Daftar Hadir Simulasi Proposal ............................................................. 98
4. Surat Persetujuan Skripsi ....................................................................... 99
5. Surat Pernyataan .................................................................................... 100
6. Kartu Ujian Skripsi ................................................................................ 101
7. Laporan Kemajuan Skripsi .................................................................... 102
8. Daftar Riwayat Hidup ............................................................................ 114
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Aceh, termasuk dalam rumpun bangsa-bangsa Melayu, yaitu
kelompok bangsa Manteue atau Mante atau disebut juga Bante, Lanun, Sakai, Jakun,
Semang (orang laut), Senui, dan lain-lain yang berasal dari negeri Perak dan Pahang
di Semenanjung Malaka. Seumileuk artinya dataran yang luas. Bangsa Mante inilah
yang kemudian berkembang ke seluruh lembah Aceh tiga segi dan kemudian
berpindah ke tempat-tempat lainnya. Lembah Aceh Besar (Aceh Tiga Segi) di
wilayah pantai Laut Indrapuri dan Tanoh Abee (tanah pasir halus).
Orang-orang asing yang pernah datang ke Aceh menyebutnya dengan nama
yang berbeda-beda. Orang-orang Portugis dan Italia menyebutnya dengan nama
Achem, Achen, dan Aceh, orang Arab menyebutnya dengan nama Asyi, Dachem,
Dagin, Dacin, sedangkan orang Cina menyebutnya dengan nama Atje dan Tashi.
“Aceh juga merupakan nama salah satu suku bangsa atau etnis sebagai penduduk asli
yang mendiami Bumi Aceh. Terdapat cukup banyak etnis yang bermukim di wilayah
Aceh, yakni etnis Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk, Jamee, Kluet, Simeulue, dan
Singkil” (Abdy, 2013: 1-2).
Islam muncul dan membuat sebuah perubahan besar pada tatanan kehidupan
dunia pada abad VII. Islam mendorong umatnya untuk membuka pikiran dan
cakrawala. Allah SWT berfirman : “Sungguh telah berlalu sebelum kamu sunnah
Page 16
2
(Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (QS. Al-Imran: 137).
Perintah ini telah membuat umat Islam di abad ke VII berupaya untuk
melakukan ekspedisi memperkenalkan Islam. Selain dilandasi faktor ideologi dan
politik, ekspansi Islam yang berlangsung begitu cepat itu juga didorong oleh buah
hasil perniagaan yang menguntungkan. “Umat Islam mulai berlomba-lomba
mengarungi lautan dan menjelajah daratan untuk menyebarkan agama Islam” (Abdy,
2013: 6). Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab kedatangan dan penyebaran
Islam di Indonesia, kenyataan ini sesuai dengan pendapat Poesponegoro dan
Notosusanto dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid III berikut ini :
Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat
aneka ragam suku bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi,
dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di
daerah-daerah pedalaman, dilihat dari sudut antropologi budaya, belum
banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya dari
luar seperti India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial, ekonomi
dan budayanya agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang
mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir lebih-lebih
di kota-kota pelabuhan, menunjukan ciri-ciri fisik dan sosial budaya
yang lebih berkembang yang disebabkan percampuran dengan bangsa
dan budaya dari luar (Poesponegoro dan Notosusanto, 2008: 14).
Kepulauan Nusantara dan Semenanjung Tanah Melayu merupakan wilayah-
wilayah yang sangat strategis, oleh karena terletak diantara Lautan Hindia dan Laut
Cina Selatan yang menghubungkan negeri-negeri sebelah Timur, seperti Cina dan
Jepang, dengan negeri-negeri sebelah Barat, yaitu anak benua India, Parsi dan negara-
negara Arab, Afrika, serta benua Eropa. Pulau Sumatera letaknya lebih dekat dengan
Teluk Parsi dan Benggala atau ke India Muka dan India Belakang.
Page 17
3
Kepulauan Nusantara sudah dikenal sebagai penghasil rempah-rempah serta
hasil bumi lainnya yang amat diminati oleh pedagang-pedagang dari Timur dan dari
Barat. Di Selat Malaka bermunculanlah pelabuhan-pelabuhan transit tempat
bertemunya para kapal dan saudagar-saudagar yang mengadakan transaksi
perniagaannya, sambil menunggu giliran datangnya angin musim Timur-Laut dan
Barat-Daya yang akan membawa saudagar tersebut kembali ketempat tujuan masing-
masing.
Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil
rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan
untuk mengawetkan makanan, bumbu masakan, bahkan obat-obatan, karena
kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku dipasaran dan harganya juga mahal.
Hal inilah yang mendorong para pedagang Asia Barat datang dengan tujuan
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Jatuhnya Kota
Konstantinopel pada tahun 1453 oleh Turki Utsmani mengakibatkan pasokan
rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus, adanya boikot yang dilakukan oleh Turki
Utsmani mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang
banyak memiliki rempah-rempah hingga sampai ke kepulauan di Nusantara.
Pada awalnya tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk
membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin
meningkatnya kebutuhan rempah-rempah di Eropa serta keuntungannya yang sangat
tinggi, bangsa Eropa kemudian mulai mengklaim daerah-daerah yang dikunjungi
sebagai daerah kekuasaannya. “Bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-
Page 18
4
rempah serta hasil bumi lainnya dengan mengeruk kekayaan alam sebanyak
mungkin” (Abdy, 2013: 10-20).
Ketika Malaka jatuh ketangan Portugis pada tahun 1511, daerah-daerah
pengaruhnya yang terdapat di Sumatra mulai melepaskan diri dari Malaka. Keadaan
ini sangat menguntungkan kemakmuran Kerajaan Aceh yang mulai berkembang.
Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah, Aceh mulai melebarkan kekuasaannya
ke daerah-daerah sekitarnya. “Operasi-operasi militer diadakan terhadap wilayah-
wilayah ini tidak saja dengan tujuan agama dan politik, tetapi juga dengan tujuan
ekonomi” (Poesponegoro dan Notosusanto, 2008: 335).
Kesultanan Aceh Darussalam berdiri menjelang runtuhnya Kerajaan
Samudera Pasai dan Kerajaan Lamuri. Kesultanan Aceh Darussalam terletak di Utara
Pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh). Sultan pertama yang
memerintah bernama Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1
Jumadil Awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. “Di awal pemerintahan
Sultan Ali Mughayat Syah, cakupan wilayahnya meliputi Daya, Deli, Pidie, Pase,
Lamuri, dan Aru” (Darmawan dan Anwarsono, 2016: 47).
Pada bulan Mei tahun 1521, Sultan Aceh Darussalam pertama, Sultan Ali
Mughayat Syah memimpin secara langsung perang melawan Portugis dengan
didampingi oleh saudara laki-lakinya bernama Raja Ibrahim, selaku Panglima perang
“Sultan Ali Mughayat Syah bekerja dengan sesama Kerajaan Islam lainnya di
Nusantara, salah satu diantaranya adalah Kerajaan Islam Demak di Jawa” (Abdy,
2013: 98).
Page 19
5
Pada tahun 1524, Kerajaan Pedir dan Kerajaan Samudra Pasai ditaklukan dan
dimasukkan ke dalam wilayah Kesultanan Aceh Darussalam dibawah pimpinan
Sultan Ali Mughayat Syah, hal tersebut dibuktikan dengan dipindahkan Lonceng
Cakra Donya ke Istana Kesultanan Aceh Darussalam, lonceng tersebut merupakan
sebuah hadiah dari Raja Cina untuk Kerajaan Samudra Pasai (Poesponegoro dan
Notosusanto, 2008: 28).
Armada laut serta laskar perang Aceh Darussalam telah didukung dengan
perlengkapan perang cukup lengkap dan sangat mutakhir, dan sebagian besar
diperoleh dari Turki dan juga diproduksi sendiri dengan alih teknologi Turki
Ottoman. Sultan Ali Mughayat Syah memerintah Kesultanan Aceh Darussalam tidak
terlalu lama hanya sekitar 10 tahun, dikarenakan ketahanan fisiknya tidak sekuat
semangat pertempurannya di dalam menghadapi setiap serangan Portugis. Sultan Ali
Mughayat Syah, pemimpin pertama Aceh Darussalam ini meninggal dunia pada 12
Dzulhijah Tahun 936 Hijriah, atau tanggal 7 Agustus 1530 Masehi. Walau masa
pemerintahan Sultan Mughayat Syah relatif singkat, namun telah berhasil
membangun kerajaan Aceh menjadi besar dan kokoh.
Sepeninggal Sultan Ali Mughayat Syah, sebagai penerus takhta Kesultanan
Aceh Darussalam, diangkatlah putra sulung almarhum Sultan Mughayat Syah yang
bernama Salahudin. Setahun Kerajaan Aceh di bawah pemerintahan Sultan
Salahuddin, suasana politik dalam negeri berada dalam keadaan genting. Diantara
orang-orang besar, dan para petinggi kerajaan saling tidak sependapat, serta curiga
satu sama lain, karena semua mementingkan keadaan diri masing-masing. “Sultan
Page 20
6
Salahuddin tidak mempunyai kecakapan untuk mempersatukan para pejabat dan
petinggi kerajaan” (Abdy, 2013: 104).
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah memaksa Sultan Salahuddin turun tahta karena
lemah dalam memimpin negara, dan telah memberi kuasa penuh kepada raja Bungsu
yang tergolong dalam kategori zalim dan korup. Melihat keadaan yang kurang
menguntungkan Sultan Alauddin Ri’ayat Syah menyerang dan menewaskan raja
Bungsu, sedangkan Sultan Salahuddin ditangkap dan dipenjarakan. Sultan Alauddin
Ri’ayat Syah langsung mengisytiharkan kerajaan di bawah pimpinanannya dengan
gelar Sultan Alauddin Ri’ayat Syah yang kemudian lebih terkenal dengan sebutan Al-
Kahhar. “Sultan Alauddin Ri’ayat Syah terkenal sebagai salah seorang sultan yang
sangat konsen terhadap pengembangan Islam dan wilayah kekuasaannya” (Adan,
2014: 182).
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah tutup usia pada tanggal 8 Jumadil Awal tahun
979 Hijriah, karena putra mahkota Abdullah juga telah gugur dalam pertempuran di
Malaka melawan Portugis, maka yang diangkat untuk meneruskan tampuk tertinggi
Kesultanan Aceh Darussalam adalah anak kedua Sultan Alauddin Ri’ayat Syah yang
bergelar Sultan Husin Ibnu Suktan Ala’uddin Ri’ayat Syah atau dikenal dengan nama
Ali Ri’ayat Syah, memimpin selama 7 tahun, dan berakhir ketika sang sultan wafat.
Pengganti Sultan Ala’uddin Ri’ayat Syah adalah anaknya , yaitu Sultan Muda.
Namun, pemerintahan Sultan Muda hanya dapat bertahan selama 7 bulan, Sultan
Muda meninggal dunia. Ketika wafat Sultan Muda masih berusia belia dan belum
mempunyai keturunan, maka Sultan Sri Alam diangkat sebagai sultan, dalam waktu
Page 21
7
yang sangat singkat, 2 bulan memerintah, Sultan Sri Alam mati terbunuh dalam
sebuah sengketa kekuasaan.
Roda pemerintahan selanjutnya dijalankan oleh Sultan Zainal Abidin,
dianggap tidak mampu menjalankan pemerintahan dan memimpin kesultanan Aceh
Darussalam dengan baik, Sultan Zainal Abidin hanya bertahan selama 10 bulan.
Tidak lama kemudian, Mansur dinobatkan menjadi pemimpin menggantikan Sultan
Zainal Abidin, dengan gelar Sultan Ala al-Din Mansur Syah, pada tahun 1579.
Terbunuhnya Sultan Mansur Syah membuat garis tahta menjadi rumit untuk
menentukan siapa yang berhak menjadi pemimpin Aceh Darussalam selanjutnya.
Atas mufakat para orang besar (tokoh adat dan kesultanan yang berpengaruh dan
dihormati), maka diputuskanlah bahwa yang berhak menduduki tahta berikutnya
adalah Sultan Buyung dengan gelar Sultan Ali Ri’ayat Syah Putra, yang meninggal
dunia pada 1589 dalam suatu peristiwa pembunuhan.
Sultan Ala’udin Ri’ayat Syah Said Al-Mukammal Ibnu Sultan Firmansyah,
yang menduduki tahta kesultanan sejak 1589 sampai dengan tahun 1604. Sultan
Muda berambisi ingin menjadi sultan penuh, maka Sultan Muda melakukan kudeta
pada tahun 1604 untuk menyingkirkan ayahnya sendiri dari tahta kesultanan.
Kemudian mengangkat lalu memproklamirkan dirinya menjadi sultan, dengan gelar
Sultan Ali Ri’ayat Syah, yang tidak disukai dan karena ketidakmampuanya sebagai
seorang sultan, akhirnya tidak bertahan lama di Singgasana. “Pada tahun 1607 Sultan
Ali Ri’ayat Syah dilengserkan secara sepakat” (Abdy, 2013: 104).
Iskandar Muda Meukuta Alam yang lahir pada tahun 1950 M (1001 H)
merupakan anak dari Laksamana Muda Maharaja Mansur Syah dan Puteri Raja Indra
Page 22
8
Wangsa. Atas kehendak rakyat dan para ulama, pembesar-pembesar negara serta
angkatan perang. “Iskandar Muda dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Aceh
Darussalam dalam usia 17 tahun” (Adan, 2013: 194).
Kesultanan Aceh Darussalam mencapai masa kejayaannya ketika dipimpin
oleh Sultan Iskandar Muda. Masa pemerintahan berlangsung selama 29 tahun, yaitu
dari tahun 1607 hingga tahun 1636. “Kendali kerajaan berjalan dengan lancar di
semua pelabuhan di pantai Barat Sumatera, pantai Timur, hingga ke Asahan di
Selatan, bahkan mencakup Semenanjung Melayu. Oleh sebab itu, Kesultanan Aceh
Darussalam ini sangat kaya dan menjadi pusat ilmu pengetahuan” (Darmawan dan
Arsono, 2016: 48).
Sebelum Sultan Iskandar Muda mangkat dalam keadaan sakit berat, telah
menetapkan menantunya, Raja Bungsu sebagai putera mahkota yang akan
menggantikannya, dengan persetujuan Kadli Malikul Adil dan anggota-anggota Balai
Gading. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, maka dinobatkanlah Raja Bungsu
menjadi Sultan Aceh dengan gelar Sultan Alaidin Mughayat Syah Iskandar Tsani
dalam usia 25 tahun. “Sultan Iskandar Tsani memerintah selama 5 tahun, beliau
mangkat dalam usia 30 tahun, tanpa meninggalkan ahli waris yang akan
menggantikanya” (Hasjmy, 1977: 48).
Selepas Sultan Iskandar Tsani mangkat dan tidak ada putera mahkota, maka
para ulama terkenal Aceh seperti Abdul Rauf Singkil (Syiah Kuala) dan Nuruddin
Ar-Raniry setelah lama bermusyawarah memutuskan Tsafiatuddin istri dari Sultan
Iskandar Tsani menjadi Sultanah menggantikan Sultan Iskandar Tsani. Sultanah
Tsafiatuddin adalah sultan perempuan pertama dalam kerajaan Aceh Darussalam
Page 23
9
yang dikhabarkan tidak terlalu jauh berbeda kemampuannya dibandingkan dengan
seorang lelaki.
Sultanah Tsafiatuddin memiliki sifat terpuji dan perangai yang baik dan
sangat takut akan Allah Ta’ala serta melaksanakan salat secara mengikut waktunya.
Sultanah Tsafiatuddin gemar membaca kitab suci Al-Qur’an dengan menyuruh orang
berbuat kebajikan serta melarang berbuat kemungkaran. Sebagai sultan perempuan
pertama beliau dikhabarkan memerintah dan menghukum sesuatu dengan sangat adil.
“Sebagai akibat daripada sifat adil dan arif, maka banyak orang yang menuntut ilmu
dan melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam” (Adan, 2014: 213-214).
Dalam melaksanakan pemerintahan, Sultanah Tsafiatuddin didukung penuh
oleh para menteri, orang-orang besar, dan para ulama. Ada dua ulama cerdik pandai
yang mendampinginya dalam soal-soal keagamaan, yaitu Nurrudin Ar-Raniry dan
Syekh Abdul Rauf Singkil. “Sultanah Tsafiatuddin berhasil mengatasi ujian berat
dan membuktikan bahwa kecakapannya dalam memerintah tidak kalah dengan kaum
laki-laki” (Abdy, 2013: 163).
Masa pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin, menjadikan Aceh dapat mencapai
kejayaan dalam bidang ilmu pengetahuan, banyak kitab-kitab dalam berbagai cabang
ilmu pengetahuan dikarang, baik atas permintaan Sultanah Tsafiatuddin atau atas
kehendak para Ulama itu sendiri. Salah seorang Ulama Besar yang mendapat
dorongan Sultanah Tsafiatuddin untuk mengarang kitab-kitab, yaitu Syekh Abdurrauf
Fansury As Singkily, dengan kitab Miratuth Thullah fi Tahili Makrifatil Ahkam untuk
menjadi pedoman bagi para Qadli (Hakim) dalam menjalankan tugasnya. Kepada
Page 24
10
Syekh Nuruddin Ar Raniry diminta agar mengarang kitab Hidayatul Imam untuk
kepentingan rakyat umum.
Salah satu kitab yang dikarang di masa pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin,
yaitu Risalah Masailal Muhtadin li Ikhwanil Mubtadi (Masalah-masalah penuntun
bagi saudara-saudara yang baru memulai). Pengarang kitab ini Syekh Daud yang
lebih terkenal dengan nama Teungku Chik Dileupeu Baba Daud, bersama Syekh
Abdurauf beliau membangun dan memimpin Pusat Pendidikan Tinggi Islam yang
bernama Dayah Manyang Leupeu di Ujung Penayong Banda Aceh. Salah satu pusat
pendidikan yang telah banyak melahirkan ulama-ulama besar, disamping Jami
Baiturrahman. “Sultanah Tsafiatuddin sanggup menjadikan Kesultanan Aceh
Darussalam sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan di ranah Asia Tenggara,
dengan memerintahkan agar semua pusat-pusat pendidikan dibuka untuk kaum pria
dan wanita” (Hasjmy, 1977: 110-118).
Penelitian tentang Aceh Darussalam sebelumnya sudah pernah telah ditulis
oleh Yovi Irawan (352008067) Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Palembang pada tahun
2014 dengan judul Peranan Kerajaan Aceh Darussalam Dalam Penyebaran Agama
Islam Di Aceh Darussalam Pada Tahun (1607—1636). Dari tulisan tersebut dapat
disimpulkan bahwa Kerajaan Aceh Darussalam memegang peranan sangat penting
dalam dunia perdagangan maupun pengembangan Dakwah Islamiyah pada abad ke
XVII. Dalam dunia perdagangan, Aceh berperan sebagai bandar dagang penghubung
tunggal dalam dunia perdagangan di Asia Tenggara yang memperdagangkan
bermacam-macam barang dagangan dari berbagai daerah di Asia Tenggara dan
Page 25
11
sebagai pemegang monopoli perdagangan lada dan biji timah di Sumatera dan
Semenanjung Malaka. Sedangkan dalam bidang pengembangan agama Islam, Aceh
sebagai penggerak perkembangan ilmu pengetahuan Islam dengan mengirimkan para
Mubaligh Islam ke daerah-daerah yang bukan Islam dan menggalakkan ulama-ulama
dari luar negeri untuk mengajar di daerah-daerah pemerintahannya serta sebagai
pembela agama Islam yang utama di atas misi Perang Salib yang dibawa oleh
Portugis.
Penelitian selanjutnya tentang peranan tokoh wanita yang terdapat di Aceh,
yang ditulis oleh Aries (352010124) pada tahun 2014 Program Studi Pendidikan
Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Palembang pada tahun 2014 dengan judul Peranan Keumalahayati Dalam
Mempertahankan Kerajaan Aceh Dari Kolonialisme Portugis dan Belanda (1585—
1604). Dari tulisan tersebut dapat disimpulkan bahwa Keumalahayati diangkat
menjadi seorang Diplomasi dan Juru Runding yang handal di Kerajaan Aceh.
Dampak perjuangan Keumalahayati bagi masyarakat Aceh dapat dilihat dari
perjuangan Keumalahayati untuk mempertahankan harkat dan martabat rakyat Aceh
melawan Portugis dan Belanda. Sebagai pemimpin Armada Inong Bale
Keumalahayati berhasil menyatukan para janda-janda dan remaja putri untuk
melawan bangsa Portugis dan Belanda, sehingga penjajah tersebut meninggalkan
Aceh. Sebagai Laksamana Keumalahayati berhasil meningkatkan komoditas
ekonomi yang dihasilkan dari bumi dan laut Aceh yang melimpah ruah sehingga
banyak digemari oleh bangsa asing. Komoditas andalan Aceh adalah lada dan
rempah-rempah.
Page 26
12
Dari kedua tulisan terdahulu yang penulis paparkan di atas, maka tulisan ini
mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan.
Persamaan kedua penelitian terdahulu dengan tulisan yang penulis lakukan adalah
sama-sama membahas tentang Kerajaan Aceh Darussalam. Pada tulisan Aries ada
kesamaan membahas tentang pahlawan wanita dari Kerajaan Aceh Darussalam.
Sedangkan perbedaannya terdapat pada fokus dan waktu penelitian, penelitian
Yovi Irawan terfokus pada penyebaran Agama Islam di Aceh Draussalam, penelitian
Aries terfokus pada peranan Keumalahayati mempertahankan Aceh dari kolonialisme
Portugis dan Belanda, sedangkan penulis sendiri terfokus pada peranan Sultanah
Tsafiatuddin dalam membangkitkan kejayaan Aceh Darussalam. Perbedaan kedua
adalah waktu penelitian, Yovi Irawan melakukan penelitian pada tahun 2014, Aries
juga melakukan penelitian pada tahun 2014, sementara penulis sendiri melakukan
penelitian pada tahun 2020.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melanjutkan penelitian ini sebagai karya ilmiah ke dalam bentuk penulisan skripsi
dengan judul Peranan Sultanah Tsafiatuddin Dalam Membangkitkan Kejayaan Aceh
Darussalam di Bidang Politik dan Ilmu Pengetahuan (1641—1675). Hasil tulisan ini
sebagai laporan akhir untuk mencapai gelar Sarjana di Program Studi Pendidikan
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Page 27
13
B. Batasan Masalah
Untuk mencapai titik fokus dalam penelitian ini, maka harus ada pembatasan
masalah adapun batasan masalah dalam penulisan penelitian ini dibedakan menjadi
dua aspek yaitu :
1. Aspek Spatial (ruang atau wilayah), dalam penelitian ini penulis membatasi
kajian di wilayah Aceh Darussalam, karena Sultanah Tsafiatuddin memerintah
di kawasan wilayah Kesultanan Aceh Darussalam.
2. Aspek temporal (waktu), terhadap aspek temporal penulis membatasi penulisan
dari tahun 1641—1675, karena masa pemerintahan Sultanah Safiatuddin
dimulai pada tahun 1641 setelah Sultan Iskandar Tsani wafat pada tanggal 15
Februari 1641, Sultanah Tsafiatuddin diangkat menjadi Sultan di Kesultanan
Aceh Darussalam, hingga berakhir pada tahun 1675 M.
C. Rumusan Masalah
Dari judul penelitian penulis tentang Peranan Sultanah Tsafiatuddin Dalam
Membangkitkan Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Politik dan Ilmu Pengetahuan
(1641—1675). Membawa dampak positif untuk mengetahui pemerintahan
Kesultanan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin. Hal
ini sangat memotivasi penulis untuk dapat merumuskan beberapa permasalahan yaitu
sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi dasar pemikiran Sultanah Tsafiatuddin dalam memimpin
Aceh Darussalam ?
2. Bagaimana peranan Sultanah Tsafiatuddin dalam membangkitkan kejayaan
Aceh Darussalam di bidang politik dan ilmu pengetahuan?
Page 28
14
3. Bagaimana proses perkembangan kebangkitan Aceh Darussalam dalam
bidang politik dan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Sultanah
Tsafiatuddin?
4. Bagaimana dampak dari masa pemerintahan Sultanah Tsafiatuddin bagi
kehidupan masyarakat Aceh Darussalam ?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang Peranan Sultanah Tsafiatuddin Dalam Membangkitkan
Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Politik dan Ilmu Pengetahuan (1641—1675)
ini memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi penulis penelitian ini akan menambah pengetahuan, baik dalam metode
penulisan maupun materi khususnya tentang Peranan Sultanah Tsafiatuddin
Dalam Membangkitkan Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Politik dan Ilmu
Pengetahuan (1641—1675).
2. Bagi lembaga, hasil penelitian ini akan memperkaya data inventarisasi
perpustakaan FKIP UMP khususnya mengenai buku kesejarahan tentang
Kerajaan Aceh, khususnya tentang Peranan Sultanah Tsafiatuddin Dalam
Membangkitkan Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Politik dan Ilmu
Pengetahuan (1641—1675).
3. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan perihal Sejarah Nasional Indonesia dan dapat dijadikan referensi
dalam penelitian lebih lanjut mengenai Kerajaan Aceh Darussalam.
Page 29
15
F. Definisi Penelitian
Definisi istilah adalah penjelasan terhadap kata-kata penting yang terdapat
dalam judul penelitian. Dalam penelitian tentang Peranan Sultanah Tsafiatuddin
Dalam Membangkitkan Kejayaan Aceh Darussalam di Bidang Politik dan Ilmu
Pengetahuan (1641—1675). Penulis dapat menguraikan beberapa definisi istilah
yang di dapat dari Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1976) sebagai
berikut:
Aceh : Daerah yang sekarang dinamakan Daerah Istimewa Aceh.
Pada masa Aceh masih sebagai kerajaan, yang dimaksud
dengan yang namanya kabupaten Aceh Besar atau dalam
bahasa Aceh disebut Aceh Rayeuk. Aceh Rayeuk disebut
Aceh sebenarnya, karena daerah itulah mulanya menjadi
daerah inti kerajaan Aceh dan juga disitulah terletak ibukota
kerajaanya, yakni yang bernama Bandar Aceh.
Agung : Besar; mulia;luhur
Agama : Segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa) serta dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu.
Al-Hadis : Setiap tulisan yang berasal dari perkataan atau pun
percakapan Rasulullah Muhammad SAW.
Al-Qur’an : Sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang umat
muslim percaya bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad.
Page 30
16
Bangsa : Kesatuan dari orang-orang yang sama atau bersamaan asal
keturunan, bahasa, adat dan sejarahnya yang dibawah
pemerintahan sendiri.
Ekspedisi : Pengiriman surat-surat, barang-barang; bagian pengiriman;
buku catatan surat-surat yang dikirimkan; 2 perjalanan ke
sesuatu daerah untuk menyelidiki.
Hartawan : orang yang banyak hartanya; orang kaya.
Ijma’ : Kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum
dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis dalam suatu
perkara yang terjadi.
Islam : Agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad Saw; orang
yang memeluk agama Islam.
Kapal : Perahu besar yang bergeladak: api (asap), kapal yang
dijalankan dengan mesin yang digerakkan oleh asap, kapal
untuk memuat barang dagangan.
Keamanan : Ketentraman; keadaan aman.
Kebijakan : Kepandaian, kemahiran; bijaksana.
Kekuasaan : Kekuasaan merupakan kuasa untuk mengurus pemerintahan
dan sebagainya.
Kesultanan : Daerah yang diperintah oleh sultan; kerajaan.
Konspirasi : Suatu persekongkolan untuk menjalankan rencana besar.
Melayu : Sebuah kelompok etnis dari orang-orang Austronesia
terutama yang menghuni Semenanjung Malaya, seluruh
Page 31
17
Sumatera, bagian Selatan Thailand, pantai Selatan Burma,
pulau Singapura, Borneo pesisir termasuk Brunei, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur dan Sarawak dan Sabah pesisir,
Filipina bagian Barat dan Selatan, dan pulau-pulau kecil yang
terletak antara lokasi ini yang secara kolektif dikenal sebagai
dunia Melayu.
Mengisytiharkan : Mengumumkan, memasyhurkan.
Negara : Persekutuan bangsa di suatu daerah yang tentu batas-batasnya
yang diperintah dan diurus oleh badan pemerintah yang
teratur.
Panglima Sagi : Orang-orang yang diangkat oleh raja untuk menjaga
keamanan dan ketertiban setiap sagoe (sudud) negeri sesuai
dengan bidang kuasa dan luas daerah yang ditentukan raja.
Peranan : Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu
seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang
berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah
bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
Politik : Merupakan pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau
kenegaraan, segala urusan dan tindakan kebijaksanaan, siasat
dan sebagainya mengenai pemerintahan suatu negara atau
terhadap negara lain.
Qishah : Hukum bunuh semacam itu dalam hukum jenayah Islam.
Page 32
18
Qiyas : Penetapan suatu hukum dan perkara baru yang belum ada
pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam
sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara
terdahulu sehingga dihukumi sama.
Rempah : Bumbu; barang apa yang dicampurkan pada masakan dsb;
bumbu-bumbu; bermacam-macam rempah.
Sultanah : Bentuk wanita dari gelar sultan dan menjadi gelar resmi bagi
wanita yang memimpin kesultanan.
Tamadun : Berasal dari kata Arab ‘Maddana’ yang berarti membangun
suatu kota atau seseorang/ masyarakat yang mempunyai
peradaban.
Ulama : Pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas
mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik
dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari
yang diperlukan, baik dari sisi keagamaan maupun sosial
kemasyarakatan.
Uleebalang : Kepala pemerintahan dalam Kesultanan Aceh yang
memimpin sebuah daerah atau Sagi, yaitu wilayah setingkat
kabupaten dalam struktur pemerintahan Indonesia sekarang.
Wahdah Al-Wujud : Doktrin yang muncul jauh setelah Rasulullah wafat, doktrin
ini dipelopori oleh Ibnu Arabi yang di dasari dari doktrin
filsafat Platonisme dan condong kepada Panteisme karena
mengatakan makhluk adalah Allah, Allah adalah makhluk.
Page 33
19
Wilayah : Daerah (pemerintah, pengawasan dsb) lingkungan daerah;
Distrik; propinsi; hak-hak menguasai tanah.
Page 34
91
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru Dilengkapi Pedoman
Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) untuk: SD, SLTP, SMU, & Umum.
Jakarta: Sandaro Jaya.
Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Yogyakarta:
Islam.
Abdurrahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: Balai Pustaka.
Abdy, A. 2013. Aceh Kerajaan Tak Terlupakan. Jakarta Selatan: PT Bina Sumber
Daya Mipa.
Adan, Hasanuddin Yusuf, 2014. Islam dan Sistem Pemerintahan di Aceh Masa
Kerajaan Aceh Darussalam. Banda Aceh: Yayasan Pena.
Ali, Muhammad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka
Aman.
Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 18. Al-Qur’an dan Terjemahnya: A-Aliyy Penerbit
Diponegoro.
Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 137. Al-Qur’an dan Terjemahnya: A-Aliyy Penerbit
Diponegoro.
Al-Qur’an Surat Al-Mujadalah ayat 11. Al-Qur’an dan Terjemahnya: A-Aliyy
Penerbit Diponegoro
Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 1. Al-Qur’an dan Terjemahanya: A-Aliyy Penerbit
Diponegoro.
Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 32. Al-Qur’an dan Terjemahanya: A-Aliyy Penerbit
Diponegoro.
Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 36. Al-Qur’an dan Terjemahanya: A-Aliyy Penerbit
Diponegoro.
Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 124. Al-Qur’an dan Terjemahanya: A-Aliyy Penerbit
Diponegoro.
Page 35
92
Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13. Al-Qur’an dan Terjemahanya: A-Aliyy Penerbit
Diponegoro.
Aries. 2014. Peranan Keumalahayati Dalam Mempertahankan Kerajaan Aceh Dari
Kolonialisme Portugis dan Belanda (1585-1604). Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Palembang: Palembang
Arif, Muhammad. 1999. Geografi Regional Indonesia. Medan: Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
Arif, M. 2011. Pengantar Kajian sejarah. Bandung: Yrama Widja.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, W. 2013. Perempuan Pejuang (Jejak Perjuangan Perempuan Islam
Nusantara Dari Masa ke Masa). Bandung: Konstanta Publishing House.
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bungin, Burhan. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Depok: Raja Grafindo
Persada
Bustami. 2019. Taman Sulthanah Safiatuddin, Wisata Budaya dan Spiritual.
https://acehtourism.travel/seni-budaya/06/2019/taman-sulthanah-safiatuddin-
wisata-budaya-dan-spiritual/. 17 Juni 2019 diakses pada 4 Agustus 2020.
Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:
Alfabeta.
Darmawan, Joko & Anwarsono, Lanang. 2016. Mengenal Budaya Nasional
(Kerajaan Nusantara). Jakarta: Erlangga.
Daryanto, 1997. Kamus Bahasa Indonesia lengkap. Surabaya: Apollo
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Page 36
93
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Jakarta:
Pustaka Widyatama.
Hamid, Abdu Rahman dan Muhammad, Saleh Majid. 2011. Pegantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Hasjmy. A. 1977. 59 Tahun Aceh Merdeka (di Bawah Pemerintahan Ratu). Jakarta:
Bulan Bintang.
Daudy, Ahmad. 1983. Allah dan Manusia dalam Konsepsi Syeikh Nuruddin Ar-
Raniry. Jakarta: Rajawali.
Gischa, Serafica. 2020. Biografi Sultan Iskandar Muda.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/08/100000069/biografi-sultan-
iskandar-muda-dan-perjuangannya?page=all. 08/01/2020, 10:00 WIB diakses
pada 20 Agustus 2020.
Hugiono & Poerwantana. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Ibnu, Suhadi. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Irawan, Yovi. 2014. Peranan Kerajaan Aceh Darussalam Dalam Penyebaran
Agama Islam Di Aceh Darussalam Pada Tahun (1607-1636). Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Palembang: Palembang.
Kartodirdjo, Sartono. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Balai Pustaka.
Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Balai Pustaka.
Madjid, Dien. 2013. Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan, Diplomasi, dan
perjuangan Rakyat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nasution, A.H. 1994. Tentara Nasional Indonesia. Jakarta: Ganaco. Nv.
Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Notosusanto, Nugroho. 1986. Mengerti Sejarah (Terjemah). Jakarta: Universitas
Gajah Mada
Page 37
94
Nurul, Zulaiha. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Noval, Muhammad. 2017. Mengenal Sosok Ratu Aceh Tajul Alam Safiatuddin.
https://historynusantara.com/mengenal-sosok-ratu-aceh-tajul-alam-
safiatuddin/. November 17, 2017 diakses pada 22 Agustus 2020.
Poerwadarminta W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. 2008. Sejarah Nasional
Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. 2008. Sejarah Nasional
Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.
Poespoprodjo, W. 1999. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis,
Kritis, Analitis, Dialektis. Jakarta: Pustaka Grafika.
Priyadi, Sugeng. 2012. Sejarah Lokal: Konsep, Metode, dan tantangannya. Jakarta:
Ombak.
Ramayulis. 2014. Sejarah Pendidikan. Jakarta: Kalam Mulia.
Reid, Anthony. 2011. Menuju Sejarah Sumatera: Antara Indonesia dan Dunia.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.
Ridwan, M. Dkk. 1999. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Pustaka Indonesia.
Said, Muhammad. 1961. Aceh Sepanjang Abad. Medan: Waspada Medan
Selegi, Susanti Faipri. 2013. Metodologi Penelitian Geografi. Palembang: Noerfikri.
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Sufi, Rusdi. 1995. Pahlawan nasional Sultan iskandar Muda. Jakarta: Cv Dwi Jaya
Karya.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bnadung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Page 38
95
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Tercapainya
dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendekatan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosda Karya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tobing, Letizia. 2013. Syarat-Syarat Jadi Pahlawan.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt50924d1435c37/syarat-
syarat-jadi-pahlawan/ abu. 17 April 2013 diakses pada 4 Agustus 2020.
Utomo, Bagus Setyo. 2017. Taman Ratu Safiatuddin.
https://www.tempatwisata.pro/wisata/Taman-Ratu-Safiatuddin. 2017 diakses
pada 20 Agustus 2020.
Wordpress. 2013. Sekilas Sejarah Masjid Baiturrahman Aceh.
https://serambiaceh.wordpress.com/2013/01/22/sekilas-sejarah-masjid-
baiturahman-aceh/. 22 Januari 2013 diakses pada 22 Agustus 2020.
Wikipedia, 2019. Sultanah. http: id.wikipedia.org/wiki/Sultanah. 2019 diakses pada
20 November 2020