Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa
salah satu tujuan Nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam GBHN Tahun 1993 “Pendidikan
nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
luhur,berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas,
kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat
jasmani dan rohani”. Oleh karena itu mutu pendidikan
Nasional perlu ditingkatkan. Untuk mencapai pendidikan
yang berkualitas tentunya dibutuhkan tenaga pendidik
yang professional, seperti yang tertera dalam UU RI No.
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
“pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan” sehingga tujuan yang terdapat dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dan GBHN 1993 dapat tercapai
sebagaimana yang diharapkan.
Dalam Undang- undang No. 2 Tahun 1989, Tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang diikuti oleh Peraturan
Pemerintah No. 38 Tahun 1992, disempurnakan menjadi
1
Page 2
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2000 Tentang Sistem
Tenaga Kependidikan merupakan salah satu landasan
konstitusional bagi pengembangan Pengawasan Pendidikan.
Disamping peraturan tersebut, dikeluarkan peraturan
bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan
Kepala Badan Administrasi Keuangan No. 118 Tahun 1996
No. 0322/0/1996 dan No. 38 Tahun 1996 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kredit. Dalam SK Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara No. 188 Tahun 1996 dengan tegas
dinyatakan bahwa Pengawas Sekolah diangkat dari
Kalangan Guru. Berdasarkan Undang-undang dan Peraturan
yang telah disebutkan diatas, maka dapat difahami
keberadaan Pengawas saat ini dan yang akan datang.
Mengingat jabatan Pengawas merupakan jabatan yang
strategis, maka tidak sembarangan guru dapat menduduki
jabatan tersebut.
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal
yang menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar
sebagai upaya untuk mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan. Penanggung jawab proses belajar mengajar
didalam kelas adalah guru, karena gurulah yang langsung
memberikan bimbingan dan latihan kepada siswa. Dalam
upaya mencapai tujuan tersebut guru tentunya memiliki
seperangkat yang kemampuan yang dipersiapkan melalui
program kependidikan sehingga mampu menjadi guru yang
2
Page 3
professional. Oleh karena itu, profesionalisme guru
sebagai tenaga kependidikan perlu ditingkatkan agar
mampu mengelola kelas dengan baik dan mampu memberikan
bimbingan dan latihan kepada siswa agar tercapai tujuan
pendidikan tersebut.
Dalam Jurnal Al- Marhalah Menjadi Guru Yang
Profesional,Tumadi,( 2008 : 3 ) Profesionalisme adalah
“ide, aliran atau pendapat suatu profesi yang harus
dilaksanakan dengan professional dengan mengacu kepada
norma-norma profesionalisme”. Dalam pengertian
profesionalisme tersirat adanya suatu keharusan
memiliki kemampuan agar profesi guru berfungsi dengan
sebaik-baiknya. Dalam hal ini pekerjaan professional
berbeda dengan pekerjaan lain karena mempunyai fungsi
sosial, yakni pengabdian kepada masyarakat. Kemampuan
untuk mengembangkan dan mendemonstrasikan prilaku bukan
sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu
melainkan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan.
Dalam buku Pendidikan Guru, Oemar Hamalik ( 2002 :
8 ) Guru adalah “suatu jabatan professional yang
memiliki peranan dan kompetensi professional”.
Sedangkan dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 1
ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah
“Pendidik professional yang mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini
3
Page 4
pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah”. Jadi guru memiliki peranan yang
sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran
yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus mampu
mamikirkan dan membuat perencanaan dengan seksama dalam
meningkatkan kesempatan belajar siswanya dan
memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru harus mampu
berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar,
bertindak sebagai fasilitator yang mampu menciptakan
kondisi dan lingkungan belajar mengajar yang kondusif
dan efektif . Disamping itu juga guru dituntut agar
mampu mengorganisasikan kelas, menggunakan metode
belajar yang berfariasi, maupun sikap dan karakteristik
guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
Dalam meningkatkan profesionalisme, guru dapat
dibimbing oleh supervisor yang dalam istilah pendidikan
disebut Pengawas. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang sangat berat, serta mempunyai peranan yang
sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan
sekolah keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam
rangka membantu dan membimbing guru ke arah tercapainya
peningkatan kualitas pembelajaran guru mata pelajaran.
Dalam melaksanakan tugasnya pengawas berkewajiban
membantu para guru dengan memberikan bimbingan dan
dukungan agar guru dapat melaksanakan tugasnya, baik
sebagai pendidik maupun pengajar.
4
Page 5
Berangkat dari latar belakang diatas peneliti
tertarik menjadikan SMAN 1 LAPPARIAJA sebagai objek
penelitian tentang “Peranan Pengawas Terhadap
Profesionalisme Guru”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan pengawas terhadap pembinaan
profesionalisme guru di SMAN 1 Lappariaja,
Kabupaten Bone Tahun Pelajaran 2014/2015
2. Bagaimana bentuk-bentuk pembinaan profesionalisme
guru di SMAN 1 LAPPARIAJA,Kabupaten Bone Tahun
Pelajaran 2014/2015
3. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pembinaan
profesionalisme guru di SMAN 1 Lappariaja
Kabupaten Bone Tahun Pelajaran 2014/2015
4. Apa solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam
pembinaan profesionalisme guru di SMAN 1
Lappariaja Kabupaten Bone Tahun Pelajaran
2014/2015
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini sangat perlu menentukan
tujuan, karena setiap pekerjaan yang tidak ditentukan
5
Page 6
tujuannya tidak akan mencapai sasaran yang tepat dan
jelas. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam
terhadap pembinaan profesionalisme guru di SMAN 1
Lappariaja Kabupaten Bone Tahun Pelajaran
2014/2015.
2. Mengetahui bentuk-bentuk pembinaan profesionalisme
guru di SMAN 1 Lappariaja Kabupaten Bone Tahun
Pelajaran 2014/2015.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
upaya pembinaan profesionalisme guru di SMAN 1
Lappariaja Kabupaten Bone Tahun Pelajaran
2014/2015.
4. Mengetahui solusi dalam mengatasi kendala-kendala
dalam pembinaan profesionalisme guru di SMAN 1
Lappariaja Kabupaten Bone Tahun Pelajaran
2014/2015
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian yang dapat diperoleh mengenai
Peranan Pengawas Terhadap Profesionalisme Guru ini
diharapkan untuk dapat diperoleh manfaat secara
teoritis maupun praktis yaitu:
1. Kegunaan Teoritis yaitu dengan hasil penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi dalam upaya menambah dan mengembangkan
6
Page 7
wawasan dan pengetahuan, terutama sekali tentang
peranan pengawas terhadap pembinaan
profesionalisme guru.
2. Kegunaan Praktis yaitu dengan hasil penelitian ini
dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi semua
fihak yang bergelut di bidang pendidikan baik bagi
pengawas maupun guru-guru di SMAN 1 Lappariaja,
dan di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi
masyarakat sebagai ransangan agar ikut serta dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya
pendidikan agama.
7
Page 8
BAB II
ACUAN TEORETIK
1. Pengertian Pengawas
Banyak orang yang membicarakan tentang merosotnya
mutu pendidikan akan tetapi dilain fihak banyak pula
yang menandaskan perlu dan pentingnya pembaharuan
pendidikan dan pengajaran, tetapi sedikit sekali yang
membicarakan tentang konsep-konsep pemecahan masalah
dalam perbaikan pendidikan dan pengajaran. Guru-guru
membutuhkan orang lain yang membantu dalam menjalankan
kewajibannya. Mereka membutuhkan pengalaman dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dan dalam menilai
hasil belajar anak. Mereka juga mengharapkan bantuan
dalam hal memecahkan masalah jabatan maupun masalah
pribadi. Semua masalah ini membutuhkan bantuan
pemecahan dari seseorang yang mempunyai kelebihan.
Orang yang berfungsi memberikan bantuan kepada guru-
guru dalam menstimulir kearah suasana belajar mengajar
yang lebih baik, orang yang dibutuhkan guru-guru dalam
menyelesaikan masalah ini adalah supervisor atau
pengawas. “Pengawas adalah sekelompok jabatan
fungsional yang bertugas memonitoring, membimbing dan
membina kehidupan lembaga persekolahan” (. Nadjamuddin
S. Baropo, 2009 : 11 ).
2. Kriteria Menjadi Pengawas
8
Page 9
Seperti yang dikutip Zainal Aqib dalam PP RI No.19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal
39 Ayat 2 yang berbunyi: Kriteria minimal untuk menjadi
pengawas satuan pendidikan meliputi:
a. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8
(delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-
kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi,
b. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai
pengawas satuan pendidikan,
c. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.
3. Tugas dan Tanggung jawab Pengawas
Pengawas memiliki tugas dan tanggung jawab yang
strategis dalam mengembangkan pendidikan dan
pengajaran. Peranan pengawas dalam melaksannakan tugas-
tugas kependidikan dan pembelajaran di sekolah,
madrasah, dan pondok pesantren ( formal dan non
formal ) yang memberikan supervisi akademik dan
manajerial, bukan saja sebagai supervisor pendidikan
namun pengawas juga sebagai konselor dan motivator agar
dapat menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar
mengajar di sekolah, madrasah, dan pondok pesantren
serta meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru,
kepala sekolah, dan pimpinan pondok pesantren serta
para stafnya menuju terselenggaranya pendidikan yang
9
Page 10
bermutu. Melihat pentingnya peranan pengawas tersebut,
ibarat ujung tombak pengawas harus mampu menghujamkan
mata tombak sebagai perantara berbagai kebijakan
pemerintah tentang kependidikan kepada sekolah, dengan
kompetensi dan professional yang dimiliki dapat
mewarnai dan menciptakan iklim kondusif dalam
pembelajaran dan kemapanan satuan pendidikan.
Kini tugas yang diamanatkan pemerintah kepada
pengawas pendidikan agama islam amatlah berat karena
berkaitan dengan berbagai kebijakan baru pemerintah
yang berhubungan dengan masalah-masalah kependidikan
dan pengajaran untuk menerapkan kurikulum dengan segala
aspeknya di sekolah dan madrasah, masalah peningkatan
mutu pendidikan yang harus terus dipacu bagi para
penyelenggara pendidikan dengan dengan segala bentuk
pembinaannya juga masalah penanaman nilai-nilai akhlaq
mulia terhadap peserta didik melalui pembinaan agama
yang semakin intensif berkaitan dengan pengaruh arus
globalisasi dengan segala dampak budaya negatifnya,
serta masalah terciptanya kerukunan umat beragama yang
dimulai dari peserta didik agar mempunyai sikap
solidaritas yang tinggi sebagai implementasi nilai-
nilai demokrasi seutuhnya yang sedang dibangun.
Pengawas pendidikan melaksanakan fungsi supervisi
pendidikan baik supervisi akademik maupun supervisi
manajerial.
10
Page 11
Surya Darma dalam Jurnalnya ( 2008 : 3 ) bahwa
dalam melaksanakan supervisi akademik, pengawas
sekolah/madrasah hendaknya memiliki peranan khusus
sebagai:
1. Patner/mitra guru dalam meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di
sekolah/madrasah binaannya,
2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan
inovasi pembelajaran dan bimbingan di
sekolah/madrasah binaannya,
3. Konsultan pendidikan dan pembelajaran di
sekolah/madrasah binaannya,
4. Konselor bagi guru dan seluruh tenaga
kependidikan di sekolah/madrasah, dan
5. Motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan
semua tenaga kependidikan di sekolah/madrasah.
Sasaran supervisi akademik yang dilakukan pengawas
yaitu membantu guru dalam hal:
1. Merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau
bimbingan,
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan,
3. Menilai proses dan hasil
pembelajaran/bimbingan,
4. Memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan
layanan pembelajaran/bimbingan,
11
Page 12
5. Memberikan umpan balik secara tepat dan teratur
dan terus menerus pada peserta didik,
6. Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar,
7. Memberikan bimbingan belajar pada peserta
didik,
8. Menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan,
9. Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan
media pembelajaran dan atau bimbingan,
10. Memanfaatkan sumber-sumber belajar,
11. Mengembangkan interaksi
pembelajaran/bimbingan (metode, strategi,
teknik, model,pendekatan dan sebagainya) yang
tepat dan berdaya guna.
Sedangkan dalam melaksanakan supervisi manajerial,
pengawas sekolah/madrasah memiliki peranan khusus
sebagai:
1. Konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan
prinsip-prinsip supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah/madrasah;
2. Programer yaitu menyusun program kepengawasan
berdasarkan visi, misi,tujuan, dan program
pendidikan di sekolah/madrasah;
12
Page 13
3. Pomposer yaitu menyusun metode kerja dan
instrumen kepengawasan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas di
sekolah/madrasah;
4. Reporter yaitu melaporkan hasil-hasil
pengawasan dan menindaklanjutinya untuk
perbaikan program pengawasan berikutnya di
sekolah/madrasah;
5. Builder yaitu: membina kepala sekolah/madrasah
dalam pengelolaan (manajemen) dan administrasi
sekolah/madrasah berdasarkan manajemen
peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah
dan membina guru dan kepala sekolah/madrasah
dalam melaksanakan bimbingan konseling di
sekolah/madrasah;
6. Supporter yaitu mendorong guru dan kepala
sekolah/madrasah dalam merefleksikan hasil-
hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan
dan kekurangan dalam melaksanakan tugas
pokoknya di sekolah/madrasah
7. Observer yaitu memantau pelaksanaan standar
nasional pendidikan di sekolah/madrasah; dan
8. User yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan
untuk membantu kepala sekolah dalam menyiapkan
akreditasi sekolah.
13
Page 14
Sasaran supervisi manajerial adalah membantu
kepala sekolah/madrasah dan tenaga kependidikan di
sekolah di bidang administrasi sekolah/madrasah yang
meliputi:
1. Administrasi kurikulum,
2. Administrasi keuangan,
3. Administrasi sarana prasarana/perlengkapan,
4. Administrasi tenaga kependidikan,
5. Administrasi kesiswaan,
6. Administrasi hubungan/madrasah dan masyarakat
7. Administrasi persuratan dan pengarsipan.
Kegiatan yang dilaksanakan pengawas baik pada
supervisi akademik maupun supervisi manajerial adalah
melakukan pemantauan/monitoring, penilaian, penilaian,
pengawasan, pembinaan dan pengembangan serta pelaporan.
Oleh sebab itu peran yang harus dimainkan seorang
pengawas pendidikan sekolah, madrasah dan pondok
pesantren adalah sebagai mitra guru dan kepala sekolah
sekaligus sebagai pelopor, inovator, kolabolator,
motivator, penilai, pembimbing, peneliti dan konsultan
pendidikan.
Agar semua tugas dan peranan tersebut bisa
dilaksanakan seperti yang diharapkan, maka pengawas
perlu meningkatkan pengembangan dirinya. Dalam upaya
meningkatkan profesi dan pengembangan diri para
pengawas tergabung dalam satu wadah kelompok kerja
14
Page 15
yaitu Kelompok Kerja Pengawas ( Pokjawas ). Sekalipun
sudah tergabung dalam pokjawas masih banyak terjadi
ketidak berdayaan dalam melakukan berbagai aktivitas
organisasi dan pembinaan peningkatan kompetensi dan
profesi, sehingga terjadi kelambanan bahkan
ketertinggalan informasi dan komunikasi dan dinamisasi
yang berkaitan dengan kebijakan- kebijakan baru tentang
pendidikan dan pengajaran di sekolah,Madrasah dan
pondok pesantren. Untuk mengoptimalkan tugas dan
peranan, pengembangan diri serta kiprah para pengawas,
perlu adanya perhatian dan pembinaan yang berkelanjutan
dari pihak berwenang terhadap wadah organisasi yang
telah ada.
Tugas pengawas adalah “melaksanakan pengawasan
Akademik dan pengawasan manajerial” ( Zainal Aqib
2009 : 48 ). Oleh karena itu setiap pengawas wajib
memiliki kemampuan yang professional dalam dua bidang
tersebut.
3.1. Bidang Tehnis Pendidikan
Hal-hal pokok yang berkaitan dengan tehnis
pendidikan adalah kurikulum, proses belajar
mengajar, evaluasi, keterpaduan pendidikan agama
Islam dengan mata pelajaran lain.
3.2. Kurikulum
15
Page 16
Kurikulum yang dimaksud dalam konteks ini
adalah kurikulum yang berlaku secara nasional
saat ini. Kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang berorientasi dan mengacu pada taksonomi
tujuan pendidikan,seperti yang dikemukakan oleh
S. Bloom yang mencakup “domain kognitif,domain
psikomotorik dan domain apektif” ( prof. Dr. Piet
A Sahertian, 2008 : 29 ). Pengawas Pendidikan
Agama Islam harus menguasai kurikulum tersebut
secara rinci. Hal ini sangat penting, karena atas
dasar kurikulum itulah para pengawas melakukan
pembinaan teknis edukatif, tanpa menguasai
kurikulum akan sangat sulit dalam melakukan
pembinaan kepada guru.
3.3. Proses Belajar Mengajar
Pada dasarnya proses belajar mengajar adalah
kegiatan interaksi dua arah antara guru dan siswa
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dikatakan belajar mengajar
karena dalam interaksi tersebut terjadi pengaruh
timbal balik, artinya bukan hanya siswa yang
belajar dari gurunya, tetapi guru juga banyak
belajar dari kegiatan tersebut. Dengan kata lain
guru dan siswa merupakan dua komponen yang
menentukan dalam kegiatan belajar mengajar
16
Page 17
disamping komponen- komponen yang lain seperti
materi, metode dan tujuan.
Disamping memperhatikan masalah pendekatan,
guru juga harus memperhatikan metodologi
pengajaran yang akan digunakankarena dengan
penggunaan metode pengajaran yang tepat akan turut
menentukan efektifitan dan efisiensi pembelajaran.
Mengingat situasi dan kondisi sarana sekolah yang
berbeda satu sama lain dan juga beragamnya
kemampuan guru-guru dalam mengajar, maka guru
perlu memilih sendiri metode-metode mengajar yang
akan digunakan. “Metode pembelajaran harus dipilih
dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan
kreativitas peseta didik” ( E. Mulyasa, 2010 :
107 ).
Jadi dalam memilih metode pembelajaran
hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Metode yang dipilih disesuaikan dengan tujuan
dan materi
b. Metode yang dipilih disesuaikan dengan sarana
atau fasilitas yang ada
c. Metode yang dipilih dapat dikembangkan sesuai
dengan perubahan yang diperkirakan
d. Metode yang dipilih disesuaikan dengan
kemampuan guru
17
Page 18
e. Metode yang dipilih harus mampu mendorong siswa
aktif
Pada dasarnya metode yang digunakan merupakan
alat untuk mencapai tujuan pembelajaran, oleh
karena itu harus diusahakan agar penggunaan metode
pembelajaran disesuaikan dengan hal-hal yang
disebutkan diatas dengan prinsip memberikan materi
kepada siswa semudah mungkin dan diusahakan pula
agar materi yang diberikan dengan cara yang
menyenangkan dan menarik minat belajar peserta
didik.
Selain menggunakan metode pembelajaran yang
tepat guru juga harus menggunakan strategi yang
tepat dalam mengajar, Jadi dalam kegiatan belajar
mengajar disamping menggunakan pendekatan dan
metode yang tepat, guru juga diharapkan mampu
menerapkan strategi yang tepat.
3.4. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek
pembelajaran yang paling kompleks, kerena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan,
serta variabel lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak
mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi
penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian,
karena penilaian merupakan proses penetapan
18
Page 19
kualitas hasil belajar, atau proses untuk
menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran
dalam aspek kognitif,apektif maupun psikomotorik
oleh peserta didik.
Mengingat kompleksnya proses penilaian, guru
perlu memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang memadai. Kemampuan lain yang harus dikuasai
oleh guru sebagai evaluator adalah kemampuan dalm
memahami tehnik evaluasi, baik tes maupun nontes
yang meliputi jenis masing-masing tehnik. Hal
penting yang perlu diperhatikan oleh evaluator
adalah perlunya melakukan penilaian secara adil
agar penilaian tersebut bisa lebih objektif.
Kegiatan pengawasan edukatif yang mencakup
kurikulum, proses belajar mengajar dan evaluasi
dapat dilakukan oleh pengawas dengan melakukan
wawancara dengan kepala sekolah, pengamatan kelas,
observasi dokumen, diskusi dengan guru tentang
masalah proses belajar mengajar dan evaluasi dalam
rangka pembinaan.
3.5. Bidang Tehnis Administratif
Hal pokok yang menjadi tugas pengawas yang
berkaitan dengan tehnis administratif yang tertera
dalam Jurnal Direktur Tenaga Kependidikan Surya
Darma ( 2008 : 4 ) adalah untuk membantu kepala
sekolah/madrasah dan tenaga kependidikan di
19
Page 20
sekolah di bidang administrasi sekolah/madrasah
yang meliputi:
a. Administrasi kurikulum,
b. Administrasi keuangan,
c. Administrasi sarana prasarana/perlengkapan,
d. Administrasi tenaga kependidikan,
e. Administrasi kesiswaan,
f. Administrasi hubungan/madrasah dan masyarakat
g. Administrasi persuratan dan pengarsipan.
Dalam melaksanakan tugas ini pengawas harus
mempunyai tehnik-tehnik yang efektif,Kemampuan
profesional pengawas dalam bidang tehnis edukatif
dan tehnis administratif merupakan kompetensi
dasar yang harus dikuasai oleh pengawas, bila
tidak maka kehadiran pengawas tidak akan membwa
pengaruh apapun dalam meningkatkan profesionalisme
guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
Jadi secara garis besarnya tugas pokok seorang
pengawas yaitu:
a. Melaksanakan pengawasan akademik yaitu
pembinaan terhadap guru agar dapat meningkatkan
mutu proses pembelajaran, pembinaan dan hasil
belajar siswa.
b. Melaksanakan pengawasan manajerial dengan
memberikan pembinaan kepada kepala sekolah
20
Page 21
beserta seluruh stafnya agar dapat meningkatkan
mutu penyelenggaraan pendidikan pada sekolah
yang dibinanya.
Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan
seorang pengawas yaitu:
a. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pendidikan
b. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
di sekolah yang dibinanya
c. Pengawas harus meningkatkan kemampuannya karena
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
pengawas harus memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang lebih unggul dari guru dan
kepala sekolah yang dibinanya.
4. Ciri-ciri Pengawas Yang Baik
Seorang pengawas/supervisor yang baik, hendaknya
memiliki pribadi guru yang baik,memiliki pembawaan
kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai
proses pendidikan, kepribadian yang menyenangkan dan
kecakapan melaksanakan human relition yang baik.
Menurut M. Ngalim Purwanto ( 2005 : 85 ) “Disamping
harus memiliki ilmu administrasi dan memahami fungsi-
fungsi admnistrasi dengan sebaik-baiknya untuk
menjalankan fungsinya dengan baik,seorang supervisor
harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sepeti berikut
:
21
Page 22
1. Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua
pekerjaan yang berada dibawah pengawasannya.
2. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan
program yang telah digariskan yang akan dicapai
oleh setiap lembaga atau bagian.
3. Berwibawa dan memiliki kecakapan praktis
tentang tehnik-tehnik kepengawasan, terutama
human relation.
4. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen,
ramah dan rendah hati.Berkemauan keras, rajin
bekerja demi tercapainya tujuan atau program
yang telah digariskan/disusun”.
5. Profesionalisme Guru
5.1. Pengertian Profesionalisme Guru
Sebelum lebih lanjut menjelaskan tentang
profesionalisme guru terlebih dahulu dijelaskan
tentang profesionalisme. menurut Tumadi, ( 2008 :
3 ) Profesionalisme adalah “ide, aliran atau
pendapat suatu profesi yang harus dilaksanakan
dengan professional dengan mengacu kepada norma-
norma profesionalisme”. Profesionalisme bukan
sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi
lebih merupakan sikap, pengembangan
profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan
hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi
memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
22
Page 23
Jadi profesionalisme adalah seseorang yang bekerja
terampil dalam profesinya dan mampu mengembangkan
profesi dan keterampilannya sekalipun keterampilan
tersebut merupakan produk dari minat belajar dan
pembiasaan.
Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap
pekerjaan. Apalagi profesi guru yang sehari-hari
menangani benda hidup yang berupa anak-anak atau
siswa dengan berbagai karakteristik yang masing-
masing tidak sama. Pekerjaaan sebagai guru menjadi
lebih berat tatkala menyangkut peningkatan
kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan
dirinya mengalami stagnasi. Jadi jelaslah profesi
guru harus didukung oleh ilmu atau teori yang
memberikan konsepsi yang teoritis ilmu pendidikan.
Demikian juga untuk menjadi guru yang profesional
memerlukan waktu,pendidikan dan latihan yang lama,
mulai dari pendidikan dasar untuk taraf sarjana
ditambah dengan pendidikan profesional. “Guru yang
profesional adalah mereka yang memiliki mereka
yang memiliki kemampuan profesional dengan
berbagai kapasitasnya sebagai pendidik”
( Sabaruddin. 2010 : 8 ). Sedangkan menurut Udin
Syaefuddin Saud ( 2009 : 49 ) mengemukakan bahwa
“Guru yang Profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi ( pengetahuan, Keterampilan dan prilaku
23
Page 24
) yang harus dimilki, dihayati dan dikuasai oleh
guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah
seseorang yang memiliki pengetahuan serta mampu
mengembangkan profesinya sebagai guru sehingga
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan anak didik.
Dengan demikian seorang guru/pendidik yang
profesional adalah seorang yang memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
profesional, yang mampu mengembangkan profesinya
sebagai guru yang profesional.
5.2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Sebelum menguraikan tentang tugas dan
tanggung jawab seorang guru, terlabih dahulu perlu
untuk menguraikan siapa yang dimaksud dengan guru,
Guru adalah:“suatu jabatan professional yang
memiliki peranan dan kompetensi professional”.
Jadi guru memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan kualitas pengajaran yang
dilaksanakan. Oleh karena itu” (Oemar Hamalik,2002
: 8)
Jadi guru adalah seseorang yang menyebabkan
orang lain mengetahui atau mampu melaksanakan
sesuatu atau yang memberikan pengetahuan atau
keterampilan kepada orang lain. Dari pengertian
24
Page 25
diatas dapat disimpulkan bahwa guru bukan hanya
memberikan ilmu pengetahuan kepada murid-mudridnya
didepan kelas saja tetapi guru merupakan tenaga
profesional yang dapat menjadikan siswa mampu
merencanakan,mengumpulkan dan menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Mengenai pelaksanaan tugas selaku seorang
guru harus didukung dengan perasaan bangga akan
tugas yang dipercayakan kepadanya, yaitu
mempersiapkan masa depan bangsa, walaupun banyak
rintangan dan tantangan yang dihadapi dalam
melaksanakan tugasnya. Guru dalam mengahadapi
tantangan dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia, sudah seharusnya meningkatkan kualitas
dirinya dengan jalan meningkatkan keprofesionalan
dalam mengelola pelajaran dan meningkatkan wawasan
dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang setiap
hari berkembang terus, hal ini diperlukan sekali
dalam rangka peningkatan sumber daya manusia
Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia,
maka ada beberapa pendapat para ahli pendidikan
mengenai tugas dan tanggung jawab seorang guru dan
pendapat para ahli tentang tugas dan tanggung jawab
guru ternyata bervariasi tergantung kepada cara
25
Page 26
memandang atau persepsi tentang tugas dan tanggung
jawab guru.diantaranya yaitu :
Dalam buku Pengembangan Profesi Guru, Udin
Syaefuddin Saud, ( 2008 : 40 ) merumuskan
tugas dan tanggung jawab guru antara lain:
a. Guru sebagai pengajar
b. Guru sebagai pengajar dan juga pendidik
c. Guru sebagai pengajar, pendidik dan juga agen
pembaharuan dan pembangunan masyarakat
d. Guru yang berkewenangan berganda sebagai
pendidik profesional dengan bidang keahlian
lain selain kependidikan
Dalam buku Pendidikan Guru Oemar Hamalik
( 2008 : 28 ) mengemukakan tugas seorang guru
professional antara lain yaitu
a. Bertindak sebagai model bagi para anggota
lainnya.
b. Merangsang pemikiran dan tindakan
c. Memimpin perencanaan dalam mata pelajaran atau
daerah pelajaran tertentu.
d. Memberikan nasihat kepada executive teacher
sesuai dengan kebutuhan tim.
e. Membina/memelihara literature professional
dalam daerah pelajarannya.
f. Bertindak atau memberikan pelayanan sebagai
manusia sumber dalam daerah pelajaran tertentu
26
Page 27
dengan referensi pada in-service, training dan
pengembangan kurikulum.
g. Mengembangkan file sumber kurikulum dalam
daerah pelajaran tertentu dan mengajar kelas-
kelas yang paling besar.
h. Memelihara hubungan dengan orang tua murid dan
memberikan komentar atau laporan.
i. Bertindak sebagai pengajar dalam timnya.
Dari beberapa pendapat para ahli pendidikan
diatas mengenai tugas seorang guru maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa secara umum seorang guru
itu bertugas mengajar dan mendidik yang
direalisasikan melalui perencanaan, proses
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
Perbedaan yang penulis lihat dari pendapat
diatas yaitu bahwa pendapat pertama menekankan
pada kegiatan mengajar dan tentunya mengajar yang
efektif. Dimana mengajar yang efektif adalah
mengajar yang dapat membawa siswa belajar yang
efektif pula. Mengajar yang efektif ini memiliki
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mengusai bahan pelajaran
b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi:
merumuskan tujuan instruksional, mengenal dan
dapat menggunakan prosedur intruksional yang
tepat.
27
Page 28
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media dan sumber
e. Menggunakan landasan-landasan pendidikan
f. Mengelola interkasi-interaksi belajar belajar
mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pelajaran
h. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan
penyuluhan disekolah
Sedangkan pendapat yang kedua selain
mengajar, mendidik dan melatih anak didik guru
professional juga berkewajiban memberikan contoh
kepada timnya. Jadi tugas dan tanggung jawab guru
secara umum antara lain yaitu : mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Kompetensi professional diatas merupakan
profil dan kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh seorang guru, kompetensi ini dikembangkan
berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh guru. Melalui pengembangan
kompetensi profesi dan juga guru dituntut agar
menguasai akademis secara serasi dengan kemampuan
mengajar. Hal ini perlu karena seorang guru
diharapkan mampu mengambil keputusan yang
28
Page 29
mengandung akademis dan praktis secara
kependidikan.
Dari beberapa uraian diatas penulis
menyimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab
seorang guru pada masa sekarang ini adalah sangat
kompleks, karena disamping tugas`mengajar juga
melakukan tugas bimbingan maupun tugas
administrasi yang merupakan tugas dan tanggung
jawab professional, oleh karenanya, seorang guru
memerlukan dukungan ilmu keguruan yang melandasi
pelaksanaan operasional tugas dan tanggung
jawabnya dimana tugas keguruan bukanlah tugas yang
dapat dilakukan secara amatir atau dengan cara
trial dan eror. Jadi seorang guru dituntut agar
bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab secara
professional guna meningkatkan prestasi belajar
siswa agar menjadi kader-kader bangsa yang kuat
dan trampil, pintar, beriman dan bertaqwa.
5.3. Ciri-Ciri Guru yang profesioanl
a. Mempunyai komitmen pada proses belajar siswa
b. Menguasai secara mendalam materi pelajaran dan
cara mengajarkannya.
c. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya.
29
Page 30
d. Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya yang memungkinkan mereka
untuk meningkatkan profesionalismenya.
Ciri-ciri tersebut dapat digunakan sebagai
kreteria atau tolak ukur keprofesioanalan guru.
Selanjutnya kreteria ini akan berfungsi ganda
yaitu: untuk mengukur sejauh mana guru-guru di
Indonesia ini telah memenuhi kreteria professional
dan untuk dijadikan titik tujuan yang akan
mengarahkan segala upaya menuju profesionalisasi
guru.
5.4. Ciri dan Syarat-syarat Profesi
Menurut Robert W. Richey yang dikutip
Arikunto ( Udin Syaefuddin Saud, 2009 : 15 )
mengemukakan bahwa cirri dan syarat suatu profesi
antara lain yaitu:
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang
ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi
b. Seorang pekerja professional, secara aktif
memerlukan waktu ang panjang mempelajari
konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan
khusus yang mendukung keahliannya.
c. Memiliki kualifikasi untuk memasuki profesi
tersebut serta mampu mengikuti perkembangan
dalam pertumbuhan jabatan.
30
Page 31
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan,
tingkah laku, sikap dan cara kerja.
e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang
tinggi
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan
standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi,
serta kesejahteraan anggotanya’
g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan,
spesialisasi dan kemandirian’
h. Memandang profesi suatu karier hidup ( a live
career ) dan menjadi seorang anggota yang
permanen.
Sedangkan menurut chandler yang dikutip
Sahertian(1992; 11) mengemukakan ciri mengajar sebagai
suatu profesi sebagai berikut:
a. Hakekat suatu profesi adalah mengutamakan
layanan sosial
b. Suatu profesi dilandasi dengan memiliki
sejumlah pengetahuan yang sistematis
c. Suatu profesi derajat otonomi yang tinggi
d. Suatu profesi yang dikatakan telah memiliki
otonomi kalau orang itu dapat mengatur dirinya
sendiri dan dapat mengontrol fungsinya sebagai
orang bertanggung jawab secara ilmu pengetahuan
e. Suatu profesi yang umumnya menyadari
pertumbuhan terus menerus.
31
Page 32
Profesioanlisme dibidang pendidikan mendapat
pengakuan karena tiga alasan:
a. Lapangan kerja keguruan atau pendidikan bukan
merupakan lapangan kerja ritin yang dilakukan
karena pengulangan-pengulangan atau pembiasaan.
Lapangan kerja ini tidak dapat dilaksanakan
berdasarfkan amatirisme, akan tetapi
berdasarkan perencanaan yang mantap serta
manajemen yang memperhitungkan komponen-
komponen sistemnya.
b. Lapangan pekerjaan ini memerlukan dukungan ilmu
atau teori yang akan member konsesi teoritis
ilmu kependidikan dengan cabang-cabangnya
c. Lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan
dan latihan yang lama, berupa pendidikan dasar
(basic education) untuk tarap sarjana ditambah
dengan pendidikan professional. (Roestyah,NK,
1986 : 172)
Setiap spesialisasi tenaga kependidikan perlu
berkualifikasi professional, berimbang serta utuh
dan mempribadi. Dengan demikian seorang guru/
pendidik yang professional adalah seorang yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
professional, mampu dan setia mengembangkan
profesinya menjadi anggota professional
pendidikan, memegang teguh kode etik profesinya,
32
Page 33
ikut serta di dalam mengkomunikasikan usaha
pengembangan profesi dan berkerja sama dengan
profesi yang lain.
6. Peranan Pengawas Pendidikan dalam Pembinaan
Profesionaisme Guru.
Peranan adalah aspek dinamis yang melekat pada
posisi atau status seseorang di dalam suatu
organisasi.Peranan pengawas dapat dilihat dari tugas
yang dikerjakannya. Suatu tugas yang dilaksanakan
memberi status dan fungsi pada seseorang. Dalam
berfungsi nampaknya bagi seorang pengawas terlihat
jelas peranannya. Sesuai dengan pengertian dari
supervisi maka peranan pengawas ialah membantu dan
memberi suport kepada guru-guru dalam melaksanankan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Peranan
pengawas dalam hal ini adalah menciptakan suasana yang
bisa membuat guru-guru merasa aman dan bebas dalam
mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan
penuh tanggung jawab. Suasana yang demikian hanya dapat
terjadi apabila seorang pengawas menganut faham
demokrasi. Kebanyakan guru-guru seolah-olah mengalami
tanpa inisiatif dan daya kreatif karena pengawas dalam
berinteraksi dan interelasi human relation yang
dikembangkan seorang pengawas bersifat mematikan
kemungkinan-kemungkinan perkembangan profesi guru-guru.
33
Page 34
DirekturTenaga Kependidikan Vol. 3 Surya Dharma
( 2008 : 2 ) mengemukakan bahwa “peranan umum pengawas
sekolah/madrasah adalah sebagai: observer
( pemantau ), supervisor,evaluator ( pengevaluasi )
pelaporan, dan successor ( penindak lanjut hasil
pengawasan )”.
Peraranan sebagai pemantau adalah mengawasi
kegiatan belajar mengajar, Peranan sebagai supervisor
adalah kegiatan melaksanakan supervisi yang meliputi
supervisi akademik dan supervisi manajerial.Peranan
sebagai pengevaluasi/evaluator pelaporan adalah
kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada
setiap jalur, jenjang,dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Jadi yang menjadi peranan utamanya adalah mengkaji,
menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan
mutu proses pembelajaran yang dilakukan bersama dengan
guru (perorangan atau kelompok) melalui pendekatan
dialog, bimbingan, nasihat dan konsultasi dalam nuansa
kemitraan yang profesional.
Menurut Zanal Aqib ( 2009 : 50 ) peranan pengawas
pendidikan antara
lain;supervisor/mensuparvisi,evaluator/menilai,counselo
r/menyuluh,motivator/memotifasi, konsultan/menasehati.
34
Page 35
Dilihat dari sifat kerjanya ada empat jenis
peranan pengawas pendidikan yaitu “Pengawasan yang
bersifat korektif, Pengawasan yang bersifat preventif,
Pengawasan yang bersifat konstruktif dan Pengawasan
yang bersifat kreatif” ( Sahertian, 1981 : 32 ).
6.1. Pengawasan yang bersifat Korektif
Suatu kekurangan harus diartikan sebagai
penemuan kearah perbaikan dalam keseluruhan usaha.
Bertolak dari pendirian ini, maka jelaslah bahwa
pekerjaan seorang pengawas yang bermaksud hanya
untuk mencari kesalahan akan mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tujuan. Kesalahan-
kesalahan dalam setiap pekerjaan sering kali
terjadi contohnya seperti salah ucapan, keliru
berbicara, salah dalam penggunaan istilah. Sebagai
pengawas perlu menyadari bahwa mencari kesalahan
orang lain sangat bertentangan dengan tujuan
pengawasan. Perbuatan ini akan menimbulkan akibat
ketidak puasan kedua belah pihak baik guru maupun
pengawas itu sendiri. Selain itu guru tidak akan
berubah dan berkembang akan tetapi akan timbul
sikap yang menentang atau acuh tak acuh.
Permasalahan penting yang perlu disadari oleh
pengawas adalah bagaimana menempatkan setiap
persoalan dan kekurangan pada tempatnya dalam
seluruh proses pendidikan dan pengajaran. Apabila
35
Page 36
persoalan persoalan itu sangat penting dan butuh
perhatian dan penanganan dari pengawas maka
pengawas berkewajiban membantu dan membimbing
guru-guru dalam menyelesaikan persoalan tersebut
agar kedepannya dapat menyusun dan merencanakan
tata kerja yang konstruktif menuju kearah
peningkatan profesionalisme yang lebih baik.
6.2. Pengawasan yang bersifat Preventif
Dalam hal ini pengawas berperan guru-guru
pada persoalan yang mungkin akan dihadapi pada
masa yang akan datang. Ini bertujuan untuk menekan
sekecil mungkin efek-efek yang mungkin terjadi dan
sekaligus membantu guru-guru untuk mempersiapkan
diri bila menghadapi suatu masalah. Merupakan
suatu kebijakan bila pengawas mempunyai pandangan
kemasa depan, ia dapat menyusun rencana kerja yang
sitematis dan dapat dipertaanggung jawabkan. Dalam
penyusunan rencana ini sebaiknya guru-guru ikut
dilibatkan.
Pengawasan yang besifat preventif ini akan
membantu guru dalam menjaga loyalitas dan membantu
guru meningkatkan profesionalime sebab guru akan
merasa pengawas telah mempercayai guru-guru
tersebut mampu melanjutkan dan meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya secara profesional. Dengan demikian
36
Page 37
guru-guru merasa siapmenghadapi situasi baru dan
opti,is dalam melihat masa depan bahwa tugas yang
diterimanya akan memberi harapan dalam
perkembangan profesinya.
6.3. Pengawasan yang bersifat Konstruktif
Pengawasan yang di lakukan oleh pengawas
bukanlah merupakan suatu kesalahan juga bukan
hanya usaha perbaikan. Lebih baik pengawasan
diarahkan kepada tugas-tugas yang bersifat
konstruktif. Pengawasan yang bersifat konstruktif
pada hakekatnya erat sekali hubungannya dengan
pengertian pendidikan yang sesungguhnya. Permulaan
yang terbaik bagi pengawas adalah ia sendiri
meninjau masalah dari segi pendidikan. Baik
pengawas maupun guru-guru wajib memandang masa
depan lebih banyak dari masa lampau. Prosedur yang
sehat adalah mengembangkan pertumbuhan lebih
banyak daripada memindahkan kesalahan. Tidak ada
guru yang tidak mempunyai kesalahan. Dari
kesalahan-kesalahan inilah mereka dapat
memperbaiki diri dan memperoleh kecakapan dan
kesanggupan.
Sekolah-sekolah terkenal dan baik bukanlah
karena gurunya tidak mempunyai problema. Dengan
banyaknya problema-problema yang dihadapi
memberikan kreasi baru dan pengawas dalam hal ini
37
Page 38
harus melihatnya dari segi konstruktif. Guru-guru
lebih senang dan lebih giat bekerja dalam situasi
perkembangan yang sehat daripada mereka menderita
kelumpuhan paedagogis.
6.4. Pengawasan yang bersifat Kreatif
Perbedaan antara pengawasan yang berkreatif
dengan pengawasan yang bersifat konstruktif hanya
terletak dalam aksentuasinya yaitu kebebasan yang
lebih besar. Kebebasan menghasilkan suatu ide.
Pada pengawasan kreatif lebih ditekankan pada
kebebasan agar guru-guru dengan kemampuanya
berpikirnya dapat mencapai hasil dengan lebih
efektif.
Dalam hubunganya dengan kebebasan ini
Cubbberley pernah mengemukakan yang dikutip
(Sahertian, 1991: 37) bahwa tujuan utama dari
semua supervisi dalam kelas ialah “memberi
kebebasan guru-guru, kebebasan terhadap prosedur-
prosedur yang pasti dan kaku, perintah-perintah
yang terten sejauh mungkin agar guru-guru menjadi
seorang yang kritis dan kreatif. Pendek kata guru-
guru diberi kebebasan dalam batas-batas
keterikatan untuk mengembangkan daya kreasi dan
daya karya, sehingga tugas pengawasan hanya
memberi rangsangan untuk menimbulkan daya kreatif
guru-guru. Namun demikian selalu dipelihara
38
Page 39
kerjasama yang erat dan harmonis maka kerjasama di
dalam melaksanakan tugas harus selalu dipupuk.
39
Page 40
BAB III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Lappariaja,
Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu
penelitian dimulai bulan juni 2015 sampai bulan
September 2015.
B. Subyek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah
Pengawas, Kepala Sekolah dan guru-guru SMAN 1
Lappariaja.
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan secara kualitatif ini penulis pilih agar
dapat memperoleh keterangan-keterangan yang detil dan
mendalam mengenai Peranan Pengawas Terhadap Pembinaan
Profesionalisme Guru-guru di SMAN 1 Lappariaja
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini diarahkan untuk menelusuri
peran pengawas terhadap profesionalisme guru di SMAN 1
Lappariaja
E. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman data
Adapun metode yang digunakan sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi ini peneliti gunakan untuk
melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial
40
Page 41
di lingkungan SMAN 1 Lappariaja. Dalam hal ini
peneliti mengamati proses kegiatan Pengawas serta
bagaimana peranannya terhadap pembinaan
profesionalisme guru-guru yang ada di SMAN 1
Lappariaja. Observasi yang peneliti gunakan adalah
observasi partisipatif dimana peneliti melibatkan
diri dan berbaur dan ikut aktif dengan aktivitas
subyek penilitian.
2. Metode Wawancara ( Interview )
Sehubungan dengan penelitian ini peneliti akan
mewawancarai orang-orang yang mengetahui dan
memahami tentang serta bagaimana peranan Pengawas
dalam membina profesionalisme guru di SMAN 1
Lappariaja. Adapun yang akan di wawancara adalah :
a. Pengawas SMAN 1 Lappariaja
b. Kepala SMAN 1 Lappariaja
c. Guru-guru di SMAN 1 Lappariaja
Adapun hal-hal yang perlu diwawancarai adalah
berkaitan dengan Peranan Pengawas Pendidikan Agama
Islam dalam pembinaan profesionalisme Guru-guru di
SMAN 1 Lappariaja.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ini penelitian gunakan untuk
mengumpulkan data tertulis yang dapat memberikan
keterangan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan
seperti program Pengawas dalam membina
41
Page 42
profesionalisme guru-guru di SMAN 1 Lappariaja,
seperti persiapan mengajar guru dan catatan-
catatan lain yang terkait dengan pembinaan
professionalisme guru di SMAN 1 Lappariaja.
F. Teknik Analisis data
Setelah data itu semua terkumpul maka data
tersebut dianalisis diolah, dalam hal ini penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Induksi yaitu cara menganilisis data dengan
mengambil kesimpulan dari permasalahan-
permasalahan yang bersifat khusus ke yang bersifat
umum.
b. Metode deduksi yaitu suatu cara menganalisis data
dengan mengambil atau menarik kesimpulan dari
permasalahan-permasalahan yang bersifat khusus.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Tujuan dari kredibilitas data ini adalah
membuktikan apa yang diamati peneliti sesuai dengan
kenyataan yang terdapat didalamnya, dan apakah
penjelasan yang diberikan tentang kenyataan sebenarnya
ada atau terjadi.
Kemudian dalam menganalisis data tersebut
berangkat dari sesuatu yang bersifat khusus menuju
penjelasan yang bersifat umum. Dalam arti lain
menganalisisa data yang terkumpul peneliti dengan
menggunakan data yang diperoleh dari observasi dan
42
Page 43
kemudian data itu dipergunakan sebagai dasar pembahasan
selanjutnya.
Menurut Maleong (1991 : 175 ), “Untuk memperoleh
keabsahan temuan-temuan dapat dilakukan dengan jalan
perpanjangan keikutsertaan, observasi yang mendalam,
tringulasi, pembahasan dengan sejawat, kecukupan
referensi, kajian kasus negativ, dan pengecekan
anggota”.
Dari tujuh tehnik yang dikedepankan oleh Meleong
tersebut di atas, penulis hanya akan menggunakan empat
cara, hal ini disebabkan dengan fokus dan tujuan
penelitian yaitu memperpanjang kehadiran peneliti
dilapangan, pembahasan dengan sejawat, observasi yang
mendalam dan kecukupan referensi.
43
Page 44
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2007. Permendiknas RI No 41 Tahun 2007 tentangStandar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: BNSP.
Depdiknas. Permendiknas RI No 74 Tahun 2008 tentang guru.Jakarta: BNSP
Depdiknas. 2009. Permendiknas RI No 10 Tahun 2009 tentangSertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan. Jakarta: BNSP.
Depdiknas. 2010. Buku 1 Pedoman Penetapan Peserta SertifikasiGuru. Jakarta: Depdiknas.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik,dan Implementasi. Bandung: Rosda Karya.
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya:Unesa University Press.
Sudibyo Bambang (Menteri Pendidikan). 2007. PermendiknasRI No 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.Jakarta: BNSP.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Edisi Ketujuh.Bandung: CV. Alfabeta
Surya Darma. 2008. Jurnal Direktur Tenaga Kependidikan
Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. tentang SistemPendidikan Nasional.
Undang – Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. tentang Gurudan Dosen.
Undang – Undang Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan.
44
Page 45
Tumadi. 2008. Menjadi Guru Yang Profesional,Tumadi,Jurnal Al- Marhalah.
45
Page 46
o Dalam buku Pendidikan Guru, Oemar Hamalik ( 2002 :8 )
o Pengawas adalah sekelompok jabatan fungsional yangbertugas memonitoring, membimbing dan membinakehidupan lembaga persekolahan” (. Nadjamuddin S.Baropo, 2009 : 11 ).
o Surya Darma dalam Jurnalnya ( 2008 : 3 )o Tugas pengawas adalah “melaksanakan pengawasan
Akademik dan pengawasan manajerial” ( Zainal Aqib2009 : 48 ).
o ( prof. Dr. Piet A Sahertian, 2008 : 29 )o “Metode pembelajaran harus dipilih dan
dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dankreativitas peseta didik” ( E. Mulyasa, 2010 :107 ).
o Jurnal Direktur Tenaga Kependidikan Surya Darma( 2008 : 4 )
o Menurut M. Ngalim Purwanto ( 2005 : 85 )“Disamping harus memiliki ilmu administrasi danmemahami fungsi-fungsi admnistrasi dengan sebaik-baiknya untuk menjalankan fungsinya denganbaik,seorang supervisor harus memiliki ciri-ciridan sifat-sifat sepeti berikut
o menurut Tumadi, ( 2008 : 3 ) Profesionalismeadalah “ide, aliran atau pendapat suatu profesiyang harus dilaksanakan dengan professional denganmengacu kepada norma-norma profesionalisme”
o Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki
mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan
berbagai kapasitasnya sebagai pendidik”
( Sabaruddin. 2010 : 8 ). Sedangkan menurut Udin
Syaefuddin Saud ( 2009 : 49 ) mengemukakan bahwa
46
Page 47
“Guru yang Profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi ( pengetahuan, Keterampilan dan prilaku
) yang harus dimilki, dihayati dan dikuasai oleh
guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”.
o Jadi guru memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan kualitas pengajaran yang
dilaksanakan. Oleh karena itu” (Oemar Hamalik,2002
: 8)
o Dalam buku Pendidikan Guru Oemar Hamalik ( 2008 :
28 ) mengemukakan tugas seorang guru professional
antara lain yaitu
o Menurut Robert W. Richey yang dikutip Arikunto
( Udin Syaefuddin Saud, 2009 : 15 ) mengemukakan
bahwa cirri dan syarat suatu profesi antara lain
yaitu
o Sedangkan menurut chandler yang dikutip
Sahertian(1992; 11) mengemukakan ciri mengajar
sebagai suatu profesi sebagai berikut:
o Lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan
latihan yang lama, berupa pendidikan dasar (basic
education) untuk tarap sarjana ditambah dengan
pendidikan Menurut Zanal Aqib ( 2009 : 50 )
peranan pengawas pendidikan antara
lain;supervisor/mensuparvisi,evaluator/menilai,cou
nselor/menyuluh,motivator/memotifasi,
47
Page 48
konsultan/menasehati.professional. (Roestyah,NK,
1986 : 172)
o Dalam hubunganya dengan kebebasan ini Cubbberley
pernah mengemukakan yang dikutip (Sahertian, 1991:
37) bahwa tujuan utama dari semua supervisi dalam
kelas ialah “memberi kebebasan guru-guru,
kebebasan terhadap prosedur-prosedur yang pasti
dan kaku, perintah-perintah yang terten sejauh
mungkin agar guru-guru menjadi seorang yang kritis
dan kreatif.
o
48