PERANAN PENGAJIAN BIMBINGAN KONSELING PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KERJA PEGAWAI MUSLIM PEMDA DEPOK DI MASJID BAITUL KAMAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I ) Oleh : SOFIAN SYAHURI NIM : 108053000030 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435/2015
98
Embed
PERANAN PENGAJIAN BIMBINGAN KONSELING PEGAWAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26791/1/SOFIAN... · maupun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di dalam Masjid
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERANAN PENGAJIAN BIMBINGAN KONSELING PEGAWAI NEGERISIPIL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KERJA PEGAWAI
MUSLIM PEMDA DEPOK DI MASJID BAITUL KAMAL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan KomunikasiUntuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
Oleh :
SOFIAN SYAHURINIM : 108053000030
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAHFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1435/2015
v
ABSTRAK
Sofian Syahuri, 2014. Peranan Pengajian Bimbingan konselingPegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan Kualitas Kerja Pegawai MuslimPemda Depok Di Masjid Baitul Kamal, Depok. Skripsi Jurusan ManajemenDakwah, Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi, Universitas Islam NegeriJakarta. Drs. H. M.Sungaidi, MA
Kata kunci : Pengajian Bimbingan Konseling, Masjid Baitul Kamal.
Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Peranan Pengajian BimbinganKonseling Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan Kualitas Kerja PegawaiMuslim Pemda Depok Di Masjid Baitul Kamal”.dikarenakan lembaga nonformalseperti pengajian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pegawaimuslim di Pemda Depok untuk menanamkan dan meningkatkan pengetahuanagama yang nantinya akan membina sikap keagamaan pada pribadi para pegawai.Menurut pengamatan penulis, pengajian Bimbingan Konseling Pegawai NegeriSipil yang berada di Masjid Baitul Kamal merupakan salah satu lembaganonformal yang dapat meningkatkan pendidikan agama Islam khususnya parapegawai negeri sipil. Semenjak berdirinya hingga kini telah banyak memberikankontribusi bagi para Pegawai Negeri Sipil.
Pendidikan Islam merupakan kebutuhan, karena sebagai makhluk manusiadilahirkan dengan membawa potensi dapat didik dan mendidik sehingga mampumenjadi khalifah di bumi.
Secara strategi keberadaan pengajian sebagai salah satu sarana dakwah dantablig yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan danmeningkatkan kualitas hidup umat islam sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.Jadi peranan secara fungsional pengajian adalah mengkokohkan landasan hidupmanisia khususnya di bidang mental dan spritual keagamaan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif-Kualitatif. Diharapkandengan menggunkan pendekatan tersebut penulis mendapatkan gambaran yangobjektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah-masalah yang ada diobyek penelitian. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan interview danobservasi. Kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis dengan tahapan reduksidata, penyajian data dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik kesimpulan
Hasil dari penelitian ini adalah : pertama: kegiatan pengajian bimbingankonseling pegawai negeri sipil di Pemda Depok mampu memberikan kontribusibaik kegiatan syiar maupun kegiatan operasionalnya, kedua : posisi Masjid BaitulKamal yang strategis dan memiliki manajemen yang dikelola secara profesional.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan karunianya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat dan Salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-
mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam Ilmiah yaitu Dinul Islam.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah menbantu penulisan skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Bapak Suparto PhD selaku Wadek I, Bapak
Drs Jumroni. M.Si selaku Wadek II, dan Bapak Dr. H. Sunandar
MA selaku Wadek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MM selaku ketua Jurusan
Manajemen Dakwah, dan Bapak H.M. Mulkannasir, BA, SPD,
MM selaku sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah.
3. Bapak Drs. M. Sungaidi, MA selaku Dosen Pembimbing, yang
telah membimbing dan mengarahkann penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta , yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama 4 tahun.
vii
5. Kedua Orang tua tercinta ( Bapak Mugeni dan Ibu Sulastri )
yang senantiasa berdoa dan memberikan semangat juang tak
kenal lelah, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kakak dan adikku tercinta yang selalu mendukungku ( Murniati,
S.Ag, Sonny Ismail, Abdul Gopur, Wardah, fitri, Iqbal) dan Calon
Istriku yang selalu menyemangati di setiap saat ( Nur Laily Maulida ).
7. Bapak Zainal Arifin, S.Ag selaku Ketua DKM Masjid Baitul
Kamal, yang telah menberikan izin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di Masjid Baitul Kamal.
8. Segenap pegawai muslim PNS Pemda Depok yang telah
meluangkan waktunya Untuk membantu penulis mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
9. Teman- teman seangkatan Manajemen Dakwah yang telah setia
bersama selama empat tahun ( Hilman, Syahrully, Adul, Fauzi,
A. Latar Belakang Masalah .....................................................1B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................5C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................6D. Tinjauan Pustaka ................................................................. 7E. Metodologi Penelitian ........................................................ 8F. Sistematik Penulisan ...........................................................13
1. Pengertian Masjid ........................................................ 382. Fungsi Masjid ............................................................... 423. Macam-macam Masjid ................................................ 464. Manfaat dan Tujuan Masjid ......................................... 475. Peranan Masjid ............................................................ 51
D. Kualitas kerja
1. Pengertian Kualitas Kerja .............................................. 562. Faktor-faktor Untuk Meningkatkan Kualitas Kerja ........ 58
x
BAB III GAMBARAN UMUM MASJID BAITUL KAMAL PEMDADEPOK
A. Latar Belakang Berdirinya Masjid Baitul Kamal ........................ 61B. Visi dan Misi Masjid Baitul Kamal ............................................. 62C. Struktur Organisasi Masjid Baitul Kamal .................................... 63D. Program Kerja Masjid Baitul Kamal ............................................ 67
BAB IV ANALISIS PERANAN KEGIATAN PENGAJIAN BIMBINGANKONSELING PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAMMENINGKATKAN KUALITAS KERJA PEGAWAI MUSLIMPEMDA DEPOK DI MASJID BAITUL KAMAL
A. Analisis Kegiatan Pengajian Bimbingan KonselingPegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan KualitasKerja Pemda Depok ..................................................................... 70
B. Analisis Pengaruh Kegiatan Pengajian BimbinganPegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan KualitasKerja Pemda Depok ..................................................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 82B. Sarah ............................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid adalah rumah Allah SWT, (Baitullah) yang dibangun sebagai
sarana bagi umat Islam untuk mengingat, mensyukuri, dan menyembah Allah
SWT dengan baik.1 Selain itu masjid juga sebagai tempat ibadah kaum
muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat
Islam. Masjid bukan hanya sebagai tempat shalat, tetapi juga sebagai pusat
pendidikan, pengajian keagamaan dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya.2
Masjid juga sebagai sarana utama untuk mengaplikasikan risalah agama
Islam, dan masjid sebagai institusi yang paling berkompeten dalam
menentukan tegak dan semaraknya agama Islam.
Di masjidlah umat Islam bersujud mendekatkan diri kepada sang
khalik.3 Sebagaimana makna atau arti dari kata masjid itu sendiri yaitu tempat
sujud.4 Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat at-Taubat ayat 18 :
ئك أن یكونوا من المھتدین فعسى أول یخش إال هللا
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan
1 Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek (Bogor: TitianNusa Press, 2010), h. 3.
2 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1998), h. 462.3 Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid Petunjuk bagi Para Pengurus (Jakarta:
Gema Insani Press, 1996 ), h. 13.4 Sidi Ghazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (Jakarta : Pustaka
Al-Husna, 1989), cet. Ke-5, h. 126.
2
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada
Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah:18)
Masjid selain tempat yang suci bagi umat Islam, tempat bersujud
kepada Allah SWT sebagai bukti realisasi taqwa kepada sang pencipta Allah
SWT dan yang membangunnya pun akan mendapatkan balasan setimpal.5
Oleh karena itu, masjid dibangun atas dasar takwa dan iman kepada Allah
SWT, dengan peranan sebagai pusat pembinaan jamaah dan umat Islam di
segala bidang kehidupan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an
surat al-Jin ayat 18.6
أحدا ﴾١٨﴿هللا
Artinya: “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.”(QS. Al-Jin:18)
Keberadaan masjid merupakan tempat atau rumah ibadah bagi umat
Islam dan merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan
kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi.
Semuanya bisa berjalan dan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis
kebajikan manajemen masjid. Namun dalam kenyataan, fungsi masjid yang
berdimensi duniawiyah kurang memiliki peran yang maksimal dalam
5 Abdullah Faruk, Mimbar Ceramah Kultum (Surabaya: Amalia, 2005), h. 436 Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid Petunjuk Bagi Para Pengurus (Jakarta:
Gema Insani Press,1996), h. 13
3
pembangunan umat dan peradaban Islam.7 Maka dari itu, masjid harus
difungsikan semaksimal mungkin, maksudnya masjid harus difungsikan
sebagai wadah untuk menampung berbagai kegiatan sosial dengan
manajemen yang sebaik-baiknya sehingga masjid bukan hanya dijadikan
tempat ibadah ritual saja.
Masjid selain sebagai tempat ibadah dapat pula berfungsi sebagai
tempat kegiatan masyarakat Islam, baik yang berkenaan dengan sosial
keagamaan, sosial kemasyarakatan maupun yang berkenaan dengan sosial
ekonomi, sosial budaya, sosial politik.8
Berkaitan dengan yang di atas, masjid berfungsi sebagai pusat
pembinaan umat, pusat dakwah Islamiah dan secara fisik sebagai unsur
pengikat lingkungan, maka jelas Masjid harus mempunyai daya tarik yang
kuat terhadap masyarakat di sekitarnya agar mereka senang dan tidak segan
untuk datang ke Masjid.
Sebenarnya ada dua faktor yang dapat berperan sebagai besi
sembrani itu, yakni segi fisiknya (kebersihan, keindahan, dan kenyamanan)
maupun kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan di dalam Masjid itu sendiri.
Masjid di masa Rasulullah tidak hanya digunakan untuk sekedar
tempat shalat dan ibadah-ibadah yang sejenisnya, tapi masjid juga
difungsikan sebagai lembaga untuk mempererat hubungan dan ikatan
jama’ah Islam yang baru tumbuh. Nabi SAW mempergunakan masjid
7 Muhammad Zen, Dakwah “Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi” (Jakarta :Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 253-245
8Bachrun Rifa’I dan Fakhruroji, Manajemen Masjid Mengoptimalkan FungsiSosial Ekonomi Masjid (Bandung : Benang Merah Press, 2005), h. 35.
4
sebagai tempat menjelaskan wahyu yang diterimanya, memberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan para sahabat tentang berbagai masalah, memberi
fatwa, mengajarkan agama Islam, membudayakan musyawarah,
menyelesaikan perkata-perkara dan perlisihan-pelisihan, tempat mengatur
dan membuat strategi militer, dan tempat menerima perutusan – perutusan
dari semenanjung Arabia.9
Rasulullah menjadikan masjid sebagai pusat pengajaran ilmu yang
telah diperoleh dari Allah berupa wahyu. Dengan demikian, masjid juga
berperan sebagai sekolah, tempat umat Islam menimba ilmu pengetahuan.10
Selain itu, Rasulullah beserta sahabat-sahabatnya yang menggunakan masjid
sebagai tempat peradilan, tempat sidang dua badan penasehat khalifah,
tempat musyawarah, tempat pemilihan khalifah, tempat pernikahan dan
sebagainya.11
Masjid di setiap era harus menjadi tempat pembinaan umat, sehingga
dalam era informasi dan era reformasi pun masjid harus tetap dapat berperan
sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan spiritual umat, mewujudkan
pelayanan sosial, kesehatan dan pendidikan, pembinaan anak dan remaja,
serta penyaluran bakat mereka dalam bidang seni dan olah raga, bahkan
sampai kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. dengan kata
lain masjid harus tetap dapat berperan sebagai pusat pembinaan umat dan
dakwah islamiyah sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
9 Achmad Yani dan Achmad Satori Ismail. Menuju Masjid Ideal ( Jakarta: LP2SIHarmain,2001 ), h.17
10 Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek ( Bogor:Titian Nusa Press, 2010 ), h. 23
11 Nana Rukmana D.W, Masjid dan Dakwah ( Jakarta: Al-Mawardi 2002 ), h. 52
5
Maka di sinilah pentingnya mengemas materi dakwah agar tidak
menbosankan jamaah. Di samping itu juga dakwah yang di kemas dengan
baik akan memberikan input positif bagi jamaah .sehingga diharapkan
pelaksanaan dakwah yang di lakukan masjid dapat tepat sasaran dan
efektif.12
Masjid Baitul Kamal membentuk kegiatan pengajian bagi
kalangan Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah Kota Depok. Bagaimana
pun juga Masjid Baitul Kamal tetap menjadi sesuatu kebutuhan, karena akan
perannya yang begitu besar dan berarti bagi Peagawai Negeri Sipil
Pemerintah Daerah Kota Depok.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul “Peranan Pengajian
Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan
Kualitas Kerja Pegawai Muslim Pemerintah Daerah Kota Depok Di
Masjid Baitul Kamal”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang telah dipaparkan di atas tidak melebar dan
fokus, maka penulis membatasi masalah yang diteliti hanya pada
Pengajian Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil dalam
meningkatkan kualitas kerja Pemerintah Daerah Kota Depok di Masjid
Baitul Kamal.
12 Nana Rukmana D.W, Masjid dan Dakwah ( Jakarta: Al-Mawardi 2002 ), h 57-58
6
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, perumusan yang
penulislakukan yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimana kegiatan pengajian bimbingan konseling pegawai negeri
sipil dalam meningkatkan kualitas kerja pegawai muslim Pemerintah
Daerah Kota Depok?
b. Apakah ada pengaruh pengajian bimbingan konseling pegawai
negeri sipil dalam meningkatkan kualitas kerja pegawai muslim
Pemerintah Daerah Kota Depok di Masjid Baitul Kamal?
C. Tujuan Dan Mamfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah bagaimana mengoptimalkan
fungsi dan peran pengajian Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan
kualitas kerja Pegawai Muslim Pemerintah Daerah Kota Depok, di mana
hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi pengembangan
tujuan sejenis di tempat lain, baik dilakukan oleh pemerintah, swasta,
maupun masyarakat.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memambah
kontribusi khazanah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa khususnya
mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah agar dapat mengetahui
bahwasanya begitu banyak potensi-potensi yang dapat digali melalui
kegiatan-kegiatan Masjid.
7
b. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan acuan bagi para praktisi pengurus masjid yang lain,
dalam mengoktimalkan fungsi masjid sehingga masjid menjadi pusat
kegiatan keagamaan dan sosial.
c. Manfaat Masjid Baitul Kamal : Sebagai bahan evaluasi bagi
manajemen masjid baitul kamal dalam mengembangkan kegiatan-
kegiatan masjid kedepannya.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka
langkah awal yang penulis tempuh dengan mengkaji terhadap penelitian
terdahulu diantaranya:
1. Wahyudi ( 104051001771 ) dengan judul : “ Masjid sebagai pusat
Kegiatan Dakwah : Analisis terhadap Masjid Baitul Faizin Pemkab
Bogor”. Yang menitikberatkan pada dakwah yang dilakukan Masjid
Baitul Faizin.
2. Hani Ma’rifati (102051025500 ) dengan judul : Masjid sebagai Pusat
Dakwah : Analisis tentang strategi Dakwah Masjid At-Ta’awun”,
yang menitikberatkan tentang strategi dakwah di Masjid At-Ta’awun.
Sedangkan judul yang penulis ambil yaitu “Peranan pengajian
Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan kualitas
kerja pegawai muslim Pemerintah Daerah Kota Depok di Masjid Baitul
Kamal”
8
E. Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu
Pada penelitian ini penulis mengambil tempat di Masjid Baitul Kamal
Kantor Wali Kota Depok, Jl. Margonda Raya No.54 Depok (Depan Polres
Depok). Dan dari segi waktu, penelitian ini di mulai pada tanggal 5
november sampai 12 Februari 2014.
2. Unit Analisis
Satuan kajian menurut Lexy J. Moleong biasanya di tetepkan juga
dalam rancangan penelitian. Dalam penelitian ini ada tiga satuan kajian
yang terdiri dari staf pegawai muslim Pemerintah Daerah Kota Depok yang
telah menjadi anggota pengajian Bimbingan Konseling Pegawai Negeri
Sipil, Staf pengurus Masjid Baitul Kamal, dan fasilitator Masjid Baitul
Kamal.
Peneliti mewawancarai siapa saja yang dapat memberikan informasi
kepada penulis, baik itu kepala bagian maupun para staf pegawai Masjid
Baitul Kamal dan staf Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah Kota
Depok.
Penelitian penjajagan atau eksploratif bersifat terbuka, masih mencari-
cari. Pengetahuan penelitian tentang masalah yang akan diteliti masih
terlalu tipis untuk dapat melakukan studi deskriptif. Warwick dan Lininger
umpamanya memberikan contoh pertanyaan studi eksploratif sebagai
berikut: apakah yang paling mencemaskan anda akhir-akhir ini?”Apa yang
diinginkan Wali Kota Depok dengan diadakannya Pengajian Pegawai
9
Negeri Sipil dalam Meningkatkan Kualitas Kerja Pegawai Muslim
Pemerintah Daerah Kota Depok” kelihatannya sederhana: tetapi sebelum
terkumpul sejumlah jawaban, belum jelas diketahui kira-kira bagaimana
jawaban respon terhadap pertanyaan tersebut.13
Pencatatan data dilakukan dengan menggunakan sample bertujuan
untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Hal
ini didasarkan pada pendapat Moleong bahwa “ Pada penelitian tidak ada
sample acak tapi sample bertujuan.14
3. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,
karena penulis bermaksud untuk meneliti sesuatu secara mendalam. Dalam
hal ini yang akan diteliti adalah Bagaimana Kegiatan Pengajian Bimbingan
Konseling Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan kualitas kerja
pegawai muslim Pemerintah Daerah Kota Depok lalu apakah ada pengaruh
pengajian Bimbingan Konsuling Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan
kualitas kerja pegawai muslim Pemrintah Daerah Kota Depok, seandainya
dengan adanya pengajian Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil itu
dapat meningkatkan kualitas kerja pegawai muslim Pemerintah Daerah
Kota Depok berperan dengan positif. Maka pengajian tersebut memenuhi
yang diinginkan oleh wali kota depok.
13 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta:LP3ES,Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial 1989), cet. Ke-1,h.4.
Dalam penelitian ini metode yang peneliti gunakan yaitu metode
observasi ( pengamatan), metode obsevasi adalah metode pengumpulan
data yang dilakukan secara sitematis dan sengaja melalui pengamatan dan
pencatatan terhadap gejala objek yang akan diteliti langsung di lapangan,
karena metode observasi merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat
penting bagi seorang peneliti secara langsung di lapangan, yang artinya
pengamatan dengan menggunakan panca indera langsung. Menurut Agus
Sujanto pengamatan diartikan, “sebagai proses mengenal dunia luar dengan
menggunakan indera”15 pengamatan dilakukan secara langsung, karena
merupakan alat ampuh untuk menguji suatu kebenaran.
Obervasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu bentuk
wawancara baku terbuka. Bentuk wawancara baku terbuka adalah
wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku, kata-katanya
dan cara penggunaannyapun sama untuk setiap responden.
Menurut Guba dan Lincoin jenis wawancara yang peneliti gunakan
adalah gabungan antara wawancara terbuka dan wawancara terstruktur,
wawancara terbuka adalah suatu wawancara yang para subjeknya tahu
bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan
tujuan wawancara itu. Sedangkan wawancara terstuktur adalah wawancara
yang pewawancaranya telah menciptakan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan, wawancara ini bertujuan mencari jawaban
15 Agus Sujanto, Psikologi Umum (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), cet. Ke-2, h. 21.
11
terhadap hipotesis kerja. Untuk itu sebelum penulis melakukan wawancara
terlebih dahulu penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang disusun
dengan rapih dan siap diajukan langsung ke responden.
Wawancara ini dilakukan untuk memperluas informasi yang
diperoleh dari orang lain, dan pendengaran secara langsung dengan
menganalisa masalah-masalah yang terjadi atau data-data yang ada
dilembaga tersebut, yang mana berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian
dan memperoleh sumber yang stabil, kaya dan mendorong.16
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah manusia
(peneliti) itu sendiri, di mana peneliti di sini harus berperan aktif terhadap
sesuatu masalah yang akan di teliti di lapangan, karena manusia (peneliti)
menjaga segalanya dari keseluruhan proses penelitian, hal ini bermaksud,
karena jika menggunakan alat yang bukan manusia, maka sangat tidak
mungkin mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada di
lapangan.
5. Teknik Pencatatan Data
Teknik pencatatan data menggunakan berupa alat tulis dan tape
recorder. Pada waktu pencatatan data, keberadaan penulis di ketahui oleh
staf pengurus Masjid Baitul Kamal. Teknik pencatatan data yang digunakan
yaitu pedoman wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
16 Lexy J. Moleong, op. Cit., h.189-190
12
(interviewer) yang mengajikan pertanyaan dan terwawancara (intervie) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
6. Analisis Data
Pada saat menganalisa data hasil observasi penulis
menginterprestasikan hasil wawancara yang ada kemudian
menyimpulkannya, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak
pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri
suatu objek dan kejadian. Kategori dan analisa data di peroleh berdasarkan
fenomena yang nampak pada kegiatan pengajian Bimbingan Konsuling
Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan kualitas kerja muslim di Pemda
Depok. Modus yang digunakan dalam analisa data adalah hermeneutik yaitu
landasan filosofi pada pemahaman manusia untuk interpretativisme.
Hermeneutik terutama berkaitan dengan pemaknaan artinya pemahaman
teks secara secara menyeluruh dan interpretasi bagian-bagianya yang
deskripsinya di harapkan membawa makna dengan di bimbing oleh
penjelasan yang ada.
7. Teknik keabsahan data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria :
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan kebsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,hal itu
dapat di capai dengan jalan : (a) Membandingkan data hasil wawancara
misalnya untuk mengetahui kegiatan pengajian bimbingan konseling
pegawai negeri sipil di Masjid Baitul Kamal (b) Membandingkan
13
keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain misalnya dalam hal ini penelitian membandingkan
jawaban yang di berikan oleh pengurus masjid baitul kamal dengan yang
di berikan pegawai negeri sipil mengenai kualitas kerja (c)
Membandingkan dokumen dengan unit analisis.
b. Ketekunan atau keajengan pengamatan ketekunan pengamatan bermaksud
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang di cari kemudian memutuskan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Maksudnya penulisan hanya
memutuskan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
c. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit kepastian. Auditor dalam hal
ini adalah dosen pembimbing. Disini pemastian bahwa sesuatu itu adalah
objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap
pandangan,pendapatan dan penemuan seseorang. Dapatlah di katakan
bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika di sepakati oleh
beberapa orang barulah dikatakan objektif.
F. Sistematika Penulisan
Pedoman yang di jadikan sandaran penulis dalam menyusun skripsi
ini adalah “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang di
terbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun dalam menyusun
skripsi ini penulis menyusunnya dalam bab dan masing-masing memiliki
sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai berikut:
14
BAB I: Merupakan bab pendahuluan yang di awali dari Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metodologi Panelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Pada bab ini menjelaskan kerangka teoritis mengenai
tentang Pengertian Peranan, Tinjauan Sosiologi Tentang
Peranan, Pengertian Pengajian, Tujuan Pengajian, Unsur-
unsur Pengajian, Obyek Pengajian, Materi Pengajian,
Media Pengajian, Metode Pengajian, Bentuk-bentuk
Pengajian, Pengertian Masjid, Macam-macam Masjid,
Manfaat dan tujuan Masjid, Fungsi Masjid, Peranan Masjid,
Pengertian Kualitas Kerja, Faktor-faktor Untuk
Meningkatkan Kualitas Kerja.
BAB III: Isi bab ini merupakan gambaran umum tentang Masjid
Baitul Kamal, meliputi Latar Belakang Berdirinya, Visi
dan Misi, Tujuannya, Struktur Orgnisasinya serta Program
Kerja Masjid Baitul Kamal.
BAB IV: Bab ini membahas tentang A. Analisis Kegiatan Pengajian
Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil Dalam
Meningkatkan Kualitas Kerja Pemerintah Daerah Kota
Depok Di Masjid Baitul Kamal. B. Analisis Pengaruh
Pengajian Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil
15
Dalam Meningkatkan Kualitas Kerja Pegawai Muslim
Pemerintah Daerah Kota Depok di Masjid Baitul Kamal.
BAB V: Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan
saran-saran
16
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Pengajian
1. Pengertian Pengajian
Pengajian berasal dari kata “kaji” yang artinya meneliti atau
mempelajari tentang ilmu- ilmu agama Islam.1 Jadi, pengajian merupakan
pengajaran agama Islam yang menanam norma-norma agama melalui
media tertentu, sehingga terwujud suatu kehidupan yang bahagia dan
sejahtera di dunia dan akhirat dalam ridho Allah SWT.2
Dengan demikian, maka pengajian merupakan bagian dari dakwah
Islamiyah yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang
mungkar. Sehingga keduanya harus sering sejalan dan kedua sifat ini
merupakan satu-satunya yang tidak dapat dipisahkan.
Dakwah tidak akan tercapai kalau seorang da’I hanya menegakkan
yang ma’ruf saja, tanpa menghancurkan yang mungkar, atau sebaliknya
hanya menghancurkan yang mungkar tanpa menyampaikan yang ma’ruf.
Oleh karena itu melaksanakan dakwah wajib bagi mereka yang
mempunyai pengetahuan tentang dakwah Islamiyah, hal ini merupakan
perintah Allah dalam surat al-Imran ayat 104 yang berbunyi :
1 Tim Penyusun Kamus Besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:BalaiPustaka,1994), h. 431
2 Nanih Machendrawati, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ediologi StrategiSampai Tradisi (Bandung:PT.Remaja Rosda Karya Offset,2001), h. 152
17
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umatyang menyeru kepada kebajikan,menyuru kepada yang ma’ruf danmencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(QS.Al-Imran:104)
Sebagaimana seperti yang disebutkan, bahwa pengajian adalah satu
wadah yang mempunyai tujuan untuk membentuk muslim yang baik,
beriman dan bertakwa serta berbudi luhur. Dalam penyelenggaraan
pengajian, metode ceramah adalah salah satu metode yang dipakai oleh
da’i untuk menyampaikan materi dakwahnya, sebagai seorang da’I supaya
ceramah agamanya berhasil, maka harus betul-betul mempersiapkan diri.
Pada hakekatnya, ceramah agama atau pengajian adalah menyeru dan
mengajak umat beragama kepada jalan yang benar, sesuai dengan ajaran
agama masing-masing, guna meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan demi kebahagiaan hidup lahir dan batin.
Disamping itu metode ceramah sebagai salah satu metode atau
teknik berdakwah tidak jarang digunakan oleh da’i maupun para utusan
Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya.3
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengajian merupakan
salah satu wadah pendidikan keagamaan yang di dalamnya ditanamkan
aqidah dan akhlak sesuai dengan ajaran –ajaran agama, sehingga
diharapkan timbul kesadaran pada diri mereka untuk mengamalkannya
3 Asmuni Syukir, Dasar- Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya:Al-Ikhlas,1983)h. 105
18
dalam konteks kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan
Allah maupun dengan sesama manusia.
1. Tujuan Pengajian
Pengajian merupakan salah satu unsur pokok dalam syiar dan
pengembangan agama Islam. Pengajian ini sering juga dinamakan
dakwah Islamiyah, karena salah satu upaya dalam dakwah Islamiyah
adalah lewat pengajian. Dakwah Islamiyah diusahakan untuk
terwujudnya ajaran agama dalam semua segi kehidupan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Amrullah Ahmad bahwa:
Dakwah Islam merupakan aktualisasi iman yang dimanifestasikan
secara teratur dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara
tertentu, untuk mengetahui cara merasa, berpikir, bersikap dan
bertindak pada dataran kenyataan individual dan sosio-kultural.4
Dengan demikian maka tujuan pengajian merupakan tujuan
dakwah juga, karena di dalam pengajian antara lain berisi muatan-
muatan ajaran Islam. Oleh karena itu usaha untuk menyebarkan Islam
dan usaha untuk merealisir ajaran di tengah-tengah kehidupan umat
manusia adalah merupakan usaha dakwah yang dalam keadaan
bagaimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam.
H.A. Solaiman menjelaskan bahwa tujuan pengajian terbagi
menjadi 2 (dua) tujuan utama, yakni: tujuan kurikuler dan tujuan
4Ahmad Amrullah, Dakwah Islam dan Pembaruan Sosial(Yoyakarta:PLP2M,1985) h. 2
19
Final.Tujuan kurikuler mengandung konsep teoritis untuk mencapai
target sasaran dakwah secara bertahap sampai batas final. Tujuan ini
mengandung 2 (dua) sub tujuan yaitu:
a. Menghidupkan fitrah hati manusia dari kemungkinan kelumpuhan
dan kematiannya akibat polusi mental yang merayapi dan merusak
dirinya, sehingga fitrah dan hati itu kembali memiliki daya tanggap
yang benar dalam membedakan mana yang hak dan yang bathil,
ma’ruf dan mungkar dan memiliki kembali daya tindak untuk
hanya berbuat di atas yang hak, ma’ruf dan manfaat serta
mempunyai daya kesanggupan untuk meninggalkan segala
perbuatan yang bathil dan mungkar.
b. Amal ma’ruf nahi mungkar
1) Mengembangkan manusia yang sudah berada pada posisi ma’ruf
supaya lebih meningkat nilai-nilai ma’rufnya dan menjaga serta
melindunginya jangan sampai tergeser pada posisi yang mungkar.
2) Membawa lingkup hidup manusia yang berada pada posisi
mungkar pada posisi yang ma’ruf.
3) Menyakinkan mereka yang ragu-ragu betapa yang ma’ruf itu
dengan segala pengaruhnya yang konstruktif dan yang mungkar itu
dengan segala pengaruhnya yang destruktif kemudian
membawanya secermat mungkin kepada lingkup yang ma’ruf dan
mengamankannya dari gangguan mungkar.
20
Tujuan final merupakan akhir yang akan dicapai yaitu ajaran Islam
akan menjadi sikap sehari-hari dalam kehidupan pemeluknya yang
dilandasi dengan iman yang kokoh dan dilatarbelakangi oleh harapan
mendapatkan keridhoan Allah.
2. Unsur- unsur Pengajian
Sebagaimana dikatakan bahwa pengajian merupakan dakwah
Islamiyah maka unsur pengajian sama dengan unsur dakwah di mana
terdiri dari da’I, mad’u, materi, media dan metode.
a. Da’I (subjek pengajian)
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang
berusaha mengubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individual maupun bentuk
kelompok (organisasi).
Da’I merupakan unsur terpenting dalam melaksanaan dakwah,
dengan demikian diperlukan persyaratan- persyaratan sebagai berikut:
1) Persyratan jasmani
Persyaratan jasmani yang disebut adalah meliputi: kesehatan jasmani
secara umum, keadaan tubuh bagian dalam dan keadaan tubuh
mengenai cacat atau tidak.
2) Persyaratan ilmu pengetahuan
Persyaratan ilmu pengetahuan ini mempunyai kaitan dengan
pemahaman da’I terhadap keseluruhan unsure-unsur dakwah yang
ada.
21
Pertama: tentang obyek dakwah, yaitu pemahaman bahwa orang
yang dihadapi beraneka ragam dalam segala seginya.
Kedua: tentang dasar dakwah, yaitu: pemahaman tentang latar
belakang secara yuridis dalam melakukan dakwah, baik landasan
yang bersifat agamis maupun landasan yang berbentuk undang-
undang, peraturan-peraturan, norma-norma lainnya.
Ketiga: tentang tujuan dakwah, yaitu: tujuan pemahaman terhadap
apa yang akan dicapai dalam usaha dakwah.
Keempat: tentang materi dakwah, yaitu pemahaman terhadap
pesan/informasi atau ajaran agama yang akan disampaikan kepada
orang lain secara benar dan baik.
Kelima: tentang metode dakwah, yaitu: pemahaman terhadap cara-
cara yang akan dipakai dalam melaksanakan dakwah.
Keemam: Tentang alat dakwah, yaitu: pemahaman terhadap alat-alat
yang perlu dipergunakan untuk melancarkan usaha dakwah terutama
di dalam mencapai tujuan yang diinginkan.5
3) Persyaratan kepribadian/Rohaniah
Sifat-sifat da’i:
a) Iman dan taqwa kepada allah
b) Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri
pribada.
c) Ramah dan penuh perhatian
5Hafi Ansori, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas,1993) h.103-108
22
d) Tawadlu
e) Sederhana
f) Sabar dan tawakal
g) Memiliki jiwa toleran
h) Memiliki sifat terbuka
i) Tidak memiliki penyakit
Sikap-sikap da’i
a) Berakhlak mulia
b) Disiplin dan bijaksana
c) Wira’I dan bijaksana
d) Tanggung jawab
e) Berpengalaman yang luas.6
b. Mad’u
Mad’u merupakan sasaran yang akan dijadikan obyek dakwah
dalam pelaksanaan dakwah Islam, sasaran dakwah dalam hal ini
adalah seluruh umat manusia tampa kecuali. Seperti halnya tugas yang
diperintahkan Allah SWT kepada Rasul, agar seorang juru dakwah
dapat mencapai hasil yang efektif dalam mencapai dakwahnya, maka
sudah barang tentu dia harus mengetahui kondusi sasaran dakwahnya.
Hal ini bisa ditinjau dari beberapa obyek diantaranya:7
6 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas,1983) h. 35- 47
7 Hafi Ansori, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: al-Ikhlas,1993) h. 118
23
1) Obyek pengajian ditinjau dari segi jumlahnya
a) Individu (perorangan)
b) Kelompok dimana sasarannya adalah orang banyak, bisa
dalam jumlah dikit (terbatas).
2) Obyek ditinjau dari segi profesinya
a) Sebagai petani
b) Sebagai pedagang
c) Sebagai buruh
d) Sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
e) Sebagai pegawai negeri
f) Sebagai pekerja swasta
3) Obyek ditinjau dari segi pendidikannya
a) Tidak berpendidikan
b) Berpendidikan sekolah dasar
c) Berpendidikan lanjutan menengah
d) Berpendidikan tinggi
e) Campuran
4) Obyek ditinjau dari tingkat umur
a) Kalangan anak-anak
b) Kalangan remaja
c) Kalangan tua
d) Campuran
24
5) Obyek ditinjau dari jenis kelamin
a) Wanita
b) Laki-laki
c) Campuran
6) Obyek ditinjau dari lingkungan
a) Lingkungan rumah tangga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
7) Obyek ditinjau dari segi tingkatan sosial ekonominya
a) Tingkat ekonomi rendah
b) Tingkat ekonomi cukup
c) Tingkat ekonomi tinggi
d) Campuran
8) Ditinjau dari segi macam keagamaannya
a) Terdiri dari orang muslim
b) Terdiri dari orang non muslim
c) Campuran
9) Obyek ditinjau dari tingkatan keagamaannya
a) Muslim sekedar nama
b) Muslim yang tidak aktif
c) Muslim yang aktif
d) Campuran
25
10) Obyek ditinjau dari segi daerah pemukimannya
a) Daerah pesisir
b) Daerah pedalaman, pegunungan, daerah transmigran
c) Daerah perkotaan8
Berbagai ragam penerimaan dakwah diatas secara sosiologis,
mereka terpencar atau terkumpul pada bentuk – bentuk kelompok
manusia yang disebut dengan:
a) Crowd yaitu istilah kelompok orang yang sedang berkumpul
pada suatu tempat atau ruangan tertentu yang sedang terlibat
dalam suatu persoalan atau kepentingan bersama secara tatap
muka.
b) Publik yaitu kelompok yang abstrak dari orang-orang yang
menaruh perhatian dan minat pada suatu persoalan atau
kepentingan yang sama di mana mereka telibat dalam sutu
pertukaran pikiran melalui komunikasi tidak langsung untuk
mencari penyelesaian atau kepuasan atas persoalan atau
kepentingan mereka.
c) Massa adalah orang banyak yang sangat heterogen, tidak
terikat oleh suatu tempat dan interaksinya sangat kurang,
8 Hafi Ansori, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: al-Ikhlas,1993) h. 120
26
demikian persoalan yang mereka hadapi masih terpencar-
pencar.9
c. Materi Pengajian
Materi pengajian adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang
harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, yaitu
keseluruhan ajaran agama Islam yang ada dalam kitabullah maupun
Sunnah rasul. Pada pokoknya materi pengajian mengandung 3 (tiga)
prinsip yaitu :
1) Aqidah, yaitu menyangkut sistem keimanan atau kepercayaan
terhadap Allah SWT.
2) Syari’at, yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas
manusia muslim di dalam semua aspek hidup dan kehidupannya,
mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh
dilakukan, mana yang halal dan mana yang haram dan
sebagainya.
3) Akhlaq, yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik secara
vertikal dengan Allah SWT. Maupun secara harisontal dengan
sesama manusia dan seluruh makluk-makluk Allah SWT.10
Sedang Ali syafi’I menyebutkan 5 (lima) pokok materi
pengajian yaitu:
9 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2014) h. 9010Hafi Ansori, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: al-
Ikhlas,1993) h. 146
27
a) Masalah kehidupan
b) Masalah manusia
c) Masalah harta benda
d) Masalah ilmu pengetahuan
e) Masalah aqidah11
Seperti yang penulis tahu bahwa materi pengajian adalah sangat
luas sekali, maka sangat penting sekali bagi seorang da’idi dalam
memilih materi yang akan disajikan kepada obyek dakwah.
d. Media Pengajian
Media dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai alat atau perantaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
dengan demikian media pengajian adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajian yang telah
ditentukan. Untuk menyampaikan ajaran agama Islam kepada umat,
pengajian dapat menggunakan sebagai media dakwah.
Menurut Hamzah Yaqub media dakwah diantaranya yaitu:
1) Lisan, dakwah yang menggunakan lidah atau suara, dakwah
dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.
11M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2014) h. 96
28
2) Audio visual yaitu suatu cara penyampaian yang sekaligus
merangsang pengelihatan dan pendengaran, bentuk ini
dilaksanakan dalam bentuk audio visual seperti televise,
sandiwara, kethoprak, wayang dan lain sebagainya.12
e. Metode Pengajian
Metode pengajian merupakan cara yang ditempuh oleh subyek
(da’i) dalam melaksanakan tugasnya. Agar tujuan pengajian dapat
diterima dan dipahami oleh sasaran pengajian (masyarakat luas), maka
da’i harus memperhatikan metode yang akan ia gunakan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat
125 yang berbunyi:
Artinya : serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yangbanik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentangsiapa yang tersesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahuiorang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S.An-Nahl:12
Berdasarkan ayat di atas terdapat tiga pokok metode dakwah yaitu :
1) Dengan hikmah, yaitu dakwah yang dilakukan dengan bijaksana,
ilmiah, filosofis dan arif. Dalam menghadapi mad’u yang beragam
12 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2014) h. 120
29
tingkat pendidikan, strata sosial, latar belakang budaya, para da’I
memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki
ruang hati para mad’u dengan tetap.13
2) Dengan Al-Maudzatil Hasanah, dakwah yang dilakukan dengan
ungkapan yang mengandung unsure bimbingan, pendidikan,
pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan
positif, yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
3) Dengan Al-Mujadalah adalah dakwah dengan menggunakan tukar
pendapat atau tukar pikiran yang sebaik-baiknya.
Dalam menyampaikan dakwah ada bermacam-macam
metode dakwah antara lain:
a) Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian yang menggunakan
lisan. Metode ini tergolong yang paling tua yang pernah
digunakan dalam sejarah dakwah, namun sampai saat ini metode
ini masih tetap digunakan dalam berbagai proses dakwah yang
berlangsung baik dalam lingkungan formal maupun non formal.
Metode ini memiliki kelebihan dan juga memiliki
kelemahan diantaranya:
13Dzikorn Abdullah, Metodologi Dakwah (Semarang: Fakultas DakwahIAIN Walisongo Semarang, 2001) h. 19
30
1) Kelebihan dan keistimewaannya diantara lain :
a) Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan
(materi dakwah) sebanyak-banyaknya.
b) Memungkinkan mubalig/da’i menggunakan
pengalamannya, kebijaksanaannya sehingga audien
mudah tertarik dan lebih bersifat fleksibel, artinya
mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
c) Dapat cepat tersiar dengan bantuan teknologi.
2) Kekurangan metode ceramah
a) Dari segi materi, bahwa materi yang disampaikan
kurang terkontrol dan sering hanya itu-itu saja,
sehingga menimbulkan kebosanan.
b) Ada unsur paksaan, yakni da’i aktif ceramah dan
terkesan mengharuskan mad’u-nya untuk
mendengarkan, walaupun terkadang ada hal-hal yang
kurang cocok dengan hatinya.
c) Dari segi kegunaannya, terbatas pada kalangan
masyarakat kehidupan menengah yang sudah tidak
terhimpit pencahariannya. Dan metode ini tidak pernah
member jawaban konkrit atas kemajuan dan
perkembangan zaman.14
14Dzikorn Abdullah, Metodologi Dakwah (Semarang: FakultasDakwah IAIN Walisongo Semarang, 2001) h. 20
31
b) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah menyampaikan dakwah
dengan cara mendorong sasaran untuk menyatakan sesuatu
masalah yang dirasa belum mengerti dan da’I sebagai penjawab.
Metode ini maksudnya adalah untuk melayani masyarakat
sesuai dengan kebutuhannya, sebab dengan Tanya jawab berarti
orang ingin mengerti dan dapat mengamalkannya. Metode ini
dapat berbentuk tulisan dan juga berbentuk lisan.
Metode Tanya jawab terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut:
1) Kelebihannya
a) Membiasakan mad’u menghafal fakta,
mengembangkan ingatan tentang materi dakwah.
b) Dapat digunakan untuk menyelingi ceramah dalam
rangka menyemangatkan mad’u supaya tidak terjadi
penyimpangan.
c) Dapat berfaedah mengurangi kekeliruan, kesalahan dan
kekaburan.
d) Dapat memperdalam tentang materi dakwah
e) Mad’u ikut aktif berpikir mengenai pertanyaan dan
jawaban
f) Dapat menambah tentang materi dakwah
32
2) Kelemahan
a) Dari segi motivasi bertanya, kemungkinan sering
digunakan untuk niat negatif, misalnya pertanyaan
yaitu untuk aib orang lain dan bisa juga untuk
menjatuhkan kewibawaan da’i.
b) Materi bertanya sering menyimpang dari pokok
permasalahan dan akan mengundang perseketaan.
c) Metode Tanya jawab sifatnya hanya perlengkap,
sehingga perlu dibarengi metode lainnya.15
c) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah sebagai pemecah masalah secara
bersama-sama baik dalam kelompok kecil maupun kelompok
besar.
Dakwah dengan menggunakan metode ini diperlukan untuk
melawan isolasi buah pikiran perorangan yang mudah dapat
menjurus kepada prasangka dan penilaian yang berat sebelah
tentang pemahaman materi dakwah.
d) Metode Home Visit
Metode home visit (mengunjungi rumah) adalah metode
dakwah yang mengunjngi rumah obyek dakwah. Metode ini
15 Dzikorn Abdullah, Metodologi Dakwah (Semarang: FakultasDakwah IAIN Walisongo Semarang, 2001) h. 32
33
efektif digunakan dalam rangka mengembangkan maupun
membina umat Islam.
Metode ini dapat digunakan dengan dua cara yaitu:
1) Atas undangan tuan rumah : cara ini biasanya tuan rumah
sudah memeluk Islam, namun belum secara sadar
berminat untuk memperdalam keislamannya.
2) Atas kehendak da’i, cara ini biasanya dilakukan terhadap
orang yang belum memeluk agama Islam untuk diajak
masuk Islam.
Kedua cara dalam pelaksanaan metode home visit, da’i
23 Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid (Jakarta:Pustaka Al-Kausar, 2005), cet. Ke-1, h.23
40
Karena itu Al-Qur’an menegaskan dalam surat Al-jin ayat 18 :
Artinya : Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalahkepunyaan Allah maka janganlah kamu menyembah sesorang didalamnya di samping menyembah (menyembah) Allah”(Q.S.Al-Jin:18).24
Menurut Aidh bin Abdullah al-Qarni, “Masjid adalah tempat
saling mengenal dan mengakrabkan diri diantara kaum muslimin,
karena disaat di dalam masjid mereka dapat mengetahui informasi
tentang saudaranya yang absen atau tidak hadir, apakah mereka dalam
kesusahan atau yang lainnya.
Dengan demikian maka akan timbul rasa tolong menolong
sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh
ikatan kasih sayang antara jamaah masjid kaum mukmin.25
Sedangkan Syaikh Sayid Sabiq, dalam Bukunya Fiqhus
Sunnah mengertikan bahwa Masjid sebagaimana Allah telah
mengkhususkan kepada umat ini yaitu menjadikan bumi dalam
keadaan suci dan sebagai Masjid, dimana saja seorang Muslim telah
24Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah TransliterasiLatin (Jakarta:PT Pena Pundi Aksara,2008), cet. Ke-3, h. 1343
25 Aidh bin Abdullah al-Qarni, Memakmurkan Masjid, langkah majukebangkitan Islam (Jakarta:Pustaka Al-Sofwa,2005), h. 44
41
sampai pada waktu shalat, shalatlah dimana saja ia berada atau
mendapatinya.26
Sedangkan pengertian Masjid menurut istilah adalah sebagai
berikut: “Tempat sujud, yaitu tempat umat Islam mengertjakan shalat,
dzikir kepada Allah SWT dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan
Dakwah Islamiyah.27
Menurut yusuf qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah
rumah, seperti makna yang bersirat dalam firman Allah SWT An- Nur
ayat 36-37
.
Artinya : bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yangtelah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut namanya didalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidakdilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli darimenginggati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)membayar zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu)hati dan penglihatan menjadi guncang.
26Syaid Sabiq, fiqhus Sunnah (Beirut: Dar-Alfik, 1981), Jilid 127 M. Abdul Mujieb, et. Al, Kamus Istilah Fiqh (Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus, 1994), h.201
42
Dengan demikian, Masjid adalah rumah allah SWT, yang
dibangun agar umat mengingat, mensyukuri dan menyembah-Nya
dengan baik.28
2. Fungsi Masjid
Masjid sebagai tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat,
dan tempat beribadah kepadanya. Lima waktu dalam sehari semalam
umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat
berjama’ah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak
dikumandangkan nama Allah SWT melalui adzan, iqamat, tasbih,
tahmid, tahlil, istighfar dan ucapan lain dianjurkan dibaca di masjid
sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma
Allah SWT.
Dalam perkembangan dewasa ini, fungsi dan peranan masjid
sangat meningkat. Masjid pada saat ini bukan saja sebagai tempat
ibadah semata, tetapi peran masjid sangat kompleks dalam
pemberdayaan umat untuk lebih meningkatkan keimanan, ketakwaan
dan muamalah sesama makhluk Allah SWT, agar mendapatkan rahmat
dari Allah SWT. Fungsi masjid semacam ini perlu terus dikembangkan
dengan pengelolahan yang baik dan teratur, sehingga dari masjid lahir
insane-insan muslim yang berkaulitas dan masyarakat yang sejahtera.
Dari masjid diharapkan juga tumbuh kehidupan khaira ummatin,
28 Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: GemaInsani Press, 1999), cet. Ke-1, h.7
43
predikat yang diberikan allah SWT kepada umat Islam.29 Allah SWT
berfirman: Q. S. Ali Imran : 110
Artinya: kamu adalah umat yang baik yang dilahirkan untukmanusia menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah yangmungkar, dan beriman kepada Allah, sekiranya ahli kitab beriman,tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yangberiman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Memfungsikan masjid secara maksimal, harus terus menerus
dilakukan. Kondisi lingkungan masjid harus mendapatkan perhatian
dalam rangka penyusun program kegiatan, masjid desa mungkin akan
berbeda di pondok pesantren, masjid di kampus, masjid di lingkungan
pemukiman, masjid di lingkungan pabrik ataupun kawasan industri.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan kajian-kajian keislaman yang teratur dan
terarah kea rah pembentukan pribadi muslim, keluarga muslim,
dan masyarakat muslim. Di samping materi al-Qur’an, hadist,
fiqih ibadah, akhlak, perlu juga disampaikan materi sirah
Nabawiyah (Sejarah Kenabian).
29 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an ( Bandung: Mizan, 1997 ), cet ke -3, h. 349
44
b. Memaksimalkan pelaksanaan khutbah jum’at, baik yang
bersangkutan dengan materinya maupun dengan khutbahnya.
Khutbah jum’at sesunguhnya merupakan media pembinaan media
pembinaan jama’ah yang cukup efektif.
c. Melaksanakan diskusi, seminar, ataupun lokakarya tentang
masalah-masalah aktual.
d. Membuat data jama’ah, dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan,
tingkat penadapatan, dan lain-lain.
e. Mengefektifkan pelaksanaan zakat, infak, sedekah, baik dalam
cara memungutnya maupun cara membagikannya.
f. Melaksanakan training-training keislaman, terutama untuk
generasi muda.
g. Di samping dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal perlu mendapatkan
perhatian, seperti memberikan santunan bagi yang membutuhkan