BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan murni mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging,tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Dari sudut kimiawi, pertumbuhan murni adalah suatu penambahan jumlah protein dan zat-zat mineral yang tertimbun dalam tubuh. Penambahan berat akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukalah pertumbuhan murni. Semua bagian dari tubuh hewan dengan cara yang teratur. Kaki dan tangan (pada manusia) tubuh sebanding dengan tinggi dan panjang tubuh. Akan tetapi kepala tumbuh lebih lambat daripada anggota badan. Meskipun demikian terdapat suatu variasi yang luas dalam ukuran dan perbandingan tubuh di dalam spesies. Misalnya saja ayam strain murni jauh lebih besar daripada ayam local. Juga di dalam berbagai bangsa, terdapat variasi yang besar sekali mengenai ukuran dan berat di antara individu masing-masing. Nutrisi pertumbuhan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan murni mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat
jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging,tulang, jantung, otak dan semua
jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Dari sudut
kimiawi, pertumbuhan murni adalah suatu penambahan jumlah protein dan zat-zat
mineral yang tertimbun dalam tubuh. Penambahan berat akibat penimbunan lemak
atau penimbunan air bukalah pertumbuhan murni.
Semua bagian dari tubuh hewan dengan cara yang teratur. Kaki dan tangan
(pada manusia) tubuh sebanding dengan tinggi dan panjang tubuh. Akan tetapi
kepala tumbuh lebih lambat daripada anggota badan. Meskipun demikian terdapat
suatu variasi yang luas dalam ukuran dan perbandingan tubuh di dalam spesies.
Misalnya saja ayam strain murni jauh lebih besar daripada ayam local. Juga di dalam
berbagai bangsa, terdapat variasi yang besar sekali mengenai ukuran dan berat di
antara individu masing-masing.
Meskipun berbagai bagian tubuh tumbuh secara teratur, tubuh tidak tumbuh
sebagai suatu kesatuan, karena berbagai jaringan tumbuh dengan laju yang berbeda
dari lahir sampai dewasa. Misalnya saja urat daging, jantung, dan jaringan tubuh
berturut-turut memperlihatkan kenaikan sebesar 45 sampai 50, 12 sampai 15 kali, 20
sampai 22 kali, masing-masing dalam bentuk dan berat jika dibandingkan dengan
otak yang memperlihatkan pembesaran sebesar 3 sampai 4 kali.
Pertumbuhan hewan sangat dipengaruhi akan zat-zat nutrisi. Pertumbuhan
akan berjalan baik bila didukung oleh zat-zat yang masuk dalam tubuh hewan oleh
karena itu kebutuhan akan zat nutrisi yang diperlukan oleh hewan. Berdasarkan hal
tersebut maka penulis akan mencoba menulis peranan zat nutrisi bagi hewan ternak,
khususnya ternak unggas.
Nutrisi pertumbuhan 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan
Menurut Soeharsono (1976) organisme yang sedang tumbuh mengalami
perubahan konformasi, berat atau ukuran tubuhnya dengan cara sangat teratur.
Pertumbuhan merupakan menifestasi dari perubahan-perubahan unit pertumbuhan
terkecil yaitu sel yang mengalami perbanyakan atau pertambahan jumlah
(hyperplasi) dan bertambah besarnya ukuran (hypertrophy) (Maynard dan Loslie,
1981). Mc Donald dkk., (1988) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan
perubahan dalam berat badan yang meliputi perubahan bagian-bagian komponen
karkas yaitu daging, lemak, dan kulit dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Selanjutnya Ensminger (1997) memberikan pengertian bahwa pertumbuhan
merupakan perubahan jaringan tulang-tulang, organ-organ bagian dalam serta
bagian-bagian lain dari tubuh. Menurut Yasin (1111) pada kehidupan embrio, kedua
proses yang meliputi hyperplasi dan hypertrophy terjadi pada semua sel. Pada
individu dewasa dapat ditemui tiga macam sel, yaitu :
1. Sel permanen yang terdapat di urat syaraf. Sel tersebut tidak membagi lagi
jauh sebelum individu dilahirkan dan jumlahnya tidak bertambah sesudah
individu dilahirkan.
2. Sel stabil, yang terus membagi dan bertambah jumlahnya selama
pertumbuhan akan tetapi pembagiannya berhenti dan jumlah menjadi tetap bila
individu menjadi dewasa. Sel tersebut merupakan sel pada sebagian besar alat-
alat tubuh.
3. Sel labil, terdiri dari jaringan-jaringan epitel dan epidermis yang terus
membagi dan bertambah dalam bentuk sepanjang kehidupan. Pada individu
dewasa prosesnya hanya terbatas pada pergantian sel-sel yang telah usang.
Ketiga macam sel tersebut mengalami hypertrophy selama pertumbuhan dan
beberapa daripadanya dapat membesar sesuai dengan kebutuhan faali tertentu.
Nutrisi pertumbuhan 2
Misalnya saja pembesaran urat daging dapat ditingkatkan dengan cara latihan.
Sel ginjal indivudi dewasa dapat mengalami pembesaran bila ginjal tersebut
bekerja berat. Kesanggupan sel individu dewasa untuk mengalami hypertrophy
berkurang dengan bertambahnya umur.
Ada pun beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya :
1. Genetik
Potensi genetik merupakan faktor kelanggengan yang diperoleh setiap
individu dari masing-masing induk dan bapaknya (Soeharsono,1976). Lain
halnya dengan pendapat North dan Bell (1990), bahwa untuk broiler
pertumbuhan itu 45 persen dipengaruhi oleh lingkungan dan 55 persen
dipengaruhi oleh genetik. Faktor genetik merupakan faktor pembatas bagi
penampilan produksi seekor ayam. Ayam broiler merupakan hasil perkawinan
silang dengan sistem seleksi yang berkelanjutan, sehingga mutu genetiknya
boleh dikatakan cukup memuaskan. Mutu genetik yang baik akan muncul secara
maksimal apabila didukung dengan kondisi lingkungan yang maksimal pula
(Abidin, 2003).
2. Ransum
Ransum adalah pakan yang diberikan pada ternak untuk periode 24 jam
(Hartadi, 1990). Lebih lanjut dijelaskan Wahyu (1992) bahwa ransum
merupakan salah satu faktor yang menduduki prioritas utama dalam menentukan
kecepatan pertumbuhan. Dengan ransum yang berkualitas baik, proses metabolis
yang terjadi di dalam tubuh ternak akan berlangsung secara sempurna, sehingga
akan menghasilkan pertumbuhan yang sesuai dengan harapan (Ichwan, 2003).
Supaya memperoleh pertumbuhan yang baik, salah satu faktor yang perlu
diperhatikan yaitu kandungan protein dan energi dalam ransum, karena
imbangan antara energi dan protein tidak tepat akan mengganggu laju
petumbuhan (Mihardja, 1981). Ransum dikatakan berkualitas tinggi apabila
mengandung zat-zat nutrisi dan energi metabolis dari tiap campuran bahan pakan
berada dalam keseimbangan (Lesson dan Summers., 2001). Kandungan energi
Nutrisi pertumbuhan 3
dan protein dalam ransum telah banyak disarankan oleh beberapa ahli. Lesson
dan Summers (2001) menyarankan kandungan energi metabolis dan protein
dalam ransum starter adalah 2800 Kkal/Kg dengan protein 21 persen, finisher
adalah 3300 Kkal/Kg dengan protein 24,9 persen, sedangkan Daghir (1995)
menyarankan energi rasum periode finisher adalah 3000 Kkal/Kg dengan protein
22 persen, energi finisher adalah 3050 Kkal/Kg dengan protein 20 persen, dan
North dan Bell (1990) menyarankan energi starter dan finisher 3200 Kkal/Kg
dengan protein starter 20 persen dan finisher 23 persen.
3. Temperatur dan Kelembaban Udara
Secara tidak langsung temperatur berpengaruh terhadap performan ayam
broiler. Seperti yang dikemukakan oleh Soeharsono (1976) dan Wahju (1992)
bahwa temperatur lingkungan memegang peranan penting karena hal tersebut
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum. Ayam
broiler akan tumbuh optimal dan efisien apabila dipelihara pada temperatur yang
ideal. Temperatur lingkungan ideal untuk tumbuh broiler berkisar 19-21oC
(Rasyaf, 1999). Menurut Soeharsono (1976) bahwa untuk dataran tinggi
(Bandung dan Lembang, 700 - 1000 meter diatas permukaan laut) sangat
menunjang pertumbuhan ayam broiler, karena temperatur di dataran tinggi
berkisar 19-26oC. Pertumbuhan dan efisiensi ransum yang maksimal tidak akan
tercapai bila unggas dipelihara di bawah atau diatas temperatur lingkungan yang
optimal untuk unggas tersebut.
Pada kondisi daerah tropis yang temperaturnya relatif tinggi unggas
** selama Fase I dan Fase II jumlah pengambilan protein sehari-hari berturut-turut dianjurkan sebesar 18 dan 16 gram. Oleh karenanya nilai-nilai tersebut mewakili pula jumlah pengambilan sehari-hari yang dianjurkan untuk asam-asam amino. Fase I adalah periode dari mulai bertelur sampai umur empat puluh dua minggu. Fase II adalah periode setelah umur empat puluh dua minggu.Sumber : Wahju, 1992
Pencernaan protein
Pada waktu bahan makanan dihaluskan dan dicampur di dalam empedal,
campuran pepsin hidrokhlorik memecah sebagian protein ke dalam bagian-bagian
Nutrisi pertumbuhan 11
yang lebih sederhana seperti proteosa dan pepton. Pada saat lemak dan karbohidrat
dicerna dalam lekukan duodenal maka tripsin getah pancreas memecah sebagian
proteosa dan peptone ke dalam hasil-hasil yang lebih sederhana, yaitu asam-asam
amino. Erepsin yang dikeluarkan ke dalam usus halus melengkapi percernaan hasil
pemecahan protein ke dalam asam-asam amino. Zat-zat tersebut merupakan hasil
akhir percernaan protein.
Nutrisi pertumbuhan 12
Gambar 2. menggambarkan penggunaan protein dalam tubuh
Gejala dan tanda-tanda defisiensi protein atau asam amino esensial
Pada ayam yang sedang tumbuh suatu defisiensi protein ringan atau salah
satu asam amino esensial hanya mengakibatkan pertumbuhan menurun, berbanding
langsung dengan derajat defisiensi. Karena tingkatan protein diucapkan dalam istilah
kandungan energi ransum, maka defisiensi protein menyebabakan kenaikan dalam
penimbunan lemak dalam jaringan disebabkan oleh ketidak sanggupan ayam untuk
menggunakan energi secara produktif karena ransum tidak cukup mengandung
protein atau asam amino untuk pertumbuhan optimum atau produksi. Jadi ayam
harus mengubah energi yang berlebihan ke dalam lemak.
Suatu defisiensi protein yang parah atau suatu asam amino mengakibatkan
penghentian pertumbuhan dengan segera dan kehilangan pertumbuhan yang
mencolok. Kehilangan pertumbuhan tersebut berjumlah sekitar 6-7% dari bobot
badan per hari.
2.2.3. Peranan energi
Energi dibutuhkan untuk semua proses-proses faali pada hewan, yaitu
pergerakan, pernafasan, peredaran, penyerapan, ekskresi, susunan syaraf, reproduksi,
dan pengaturan suhu, pendeknya semua proses-proses kehidupan.
Hewan yang dipelihara untuk tujuan-tujuan produksi harus diberi makan
untuk mempertahankan hidup karena merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi. Kebutuhan hidup pokok untuk energi termasuk di dalamnya keperluan
untuk metabolis basal dan aktivitas normal.
Energi yang dibutuhkan ayam untuk pertumbuhan jaringan tubuh, produksi
telur, melakukan aktivitas fisik vital dan mempertahankan suhu normal, berasal dari
karbohidrat, lemak, dan protein dalam ransum. Energi ransum yang dikonsumsi
hewan dapat digunakan dalam 3 cara yang berbeda, dapat menyediakan energi untuk
kerja, dapat dirubah menjadi panas atau dapat disimpan sebagai jaringan tubuh.
Nutrisi pertumbuhan 13
Energi ransum yang melebihi energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal
dan fungsi-fungsi lainnya dalam tubuh disimpan sebagai lemak. Kelebihan energi
metabolis tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh hewan.
Energi untuk pertumbuhan berkisar antara 1,5-3,0 kkal per gram
pertambahan bobot badan. Hal ini tergantung dari jumlah lemak dalam hubungannya
terhadap protein pada pertambahan bobot badan. Jumlah kebutuhan energi metabolis
ayam dara Leghorn Putih per hari telah dihitung untuk berbagai fase pertumbuhan.
Meskipun jumlah kebutuhan pada ayam-ayam jantan yang sedang tumbuh
adalah tinggi dalam kilokalori per hari, ayam-ayam jantan tersebut dapat
memperoleh kebutuhannya dengan mengkonsumsi lebih banyak ransum yang sama
yang diberikan untuk ayam betina setiap harinya. Laju pertumbuhan, metabolis
basal, jenis jaringan yang ditimbun dan efisiensi penggunaan ransum, semuanya
sedikit banyak ditentukan oleh kadar sekresi bermacam-macam hormone, terutama
hormone pertumbuhan thiroksin dan hormone kelamin.
Nutrisi pertumbuhan 14
Gambar 3. menggambarkan penggunaan dan penyebaran energi yang dikonsumsi ayam
Gejala defisiensi energi
Pertumbuhan ayam berkurang dan jumlah lemak yang ditimbun dalam
karkas menurun, fungsi-fungsi tubuh vital untuk hidup pokok akan terpengaruhi dan
tidak menutup kemungkinan hewan itu akan mati.
Pada kondisi kekurangan energi, penimbunan energi dalam tubuh digunakan
berturut-turut sebagai berikut: pertama-tama glikogen yang biasanya dalam jumlah
sedikit disimpan dalam tubuh telah dihabiskan, kedua sebagian besar cadangan
lemak dihabiskan, dan akhirnya jaringan-jaringan protein digunakan untuk
mempertahankan kadar gula darah dan untuk membantu fungi-fungsi vital lainnya.
2.2.4. Peranan lemak
Lemak merupakan suatu bentuk untuk menyimpan energi dalam tubuh dan
dalam telur. Pada hewan yang sangat kurus, persentase lemak jarang di bawah 6,
sedangkan pada hewan yang sedang gemuk, persentase tersebut dapat naik sampai
40. dalam bahan makanan dan dalam tubuh sering terdapat senyawa-senyawa lain
bersama-sama dengan lemak. Senyawa-senyawa tersebut di antaranya adalah lilin,
fosfolipida dan juga berbagai zat vitamin. Hanya lemak murni sajalah merupakan
sumber energi baik bagi hewan.
Pencernaan lemak
Sebagian lemak yang ditelan unggas dihidrolisis dalam usus menjadi mono-
dan digliserida. Sebagian lagi dihidrolisa menjadi asam lemak dan gliserol. Apabila
lemak sampai ke dalam usus halus, enzim yang mencerna lemak yaitu lipase, akan
membagi lemak tersebut menjadi asam lemak dan gliserol.
Gliserol akan menuju ke hati dan digunakan tubuh seperti halnya glukosa.
Sebagian asam lemak hasil metabolis akan bergabung dengan empedu yang
Nutrisi pertumbuhan 15
disekresi hati dan disimpan dalam kantong empedu. Karena reaksi empedu adalah
alkalis, maka empedu tersebut akan bergabung dengan asam lemak dan akan
terbentuk sabun yang akan diserap melalui system limfatik (pengaliran getah
bening).
Sebagian asam lemak setelah memasuki dinding usus akan bergabung
kembali dengan gliserol dengan membentuk butir-butir kecil lemak. Lemak tersebut
berbeda dengan lemak yang terdapat dalam ransum, tetapi mempunyai sifat-sifat
masuki system limfatik dan diserap sebagian lemak netral.
Sebagian lemak yang masuk ke dalam usus halus, tidak terurai menjadi asam
lemak da ngliserol, akan tetapi langsung diserap dalam bentuk lemak-lemak emulsi
sangat kecil. Sebagian besar lemak akan menuju hati, akan tetapi sebagian dari
lemak tersebut langsung ditimbun dalam jaringan.
Asam-asam lemak akan memasuki siklus asam sitrat dalam bentuk asam
asetat. Enzim yang disebut ko-enzim A, membantu menyempurnakan pekerjaan
tersebut. Ko-enzim A mengandung asam pantothenat yang tergolong ke dalam
vitamin B-kompleks. Lemak yang diserap dapat disimpan langsung dalam jaringan
lemak atau dipindahkan ke lemak telur.
Nutrisi pertumbuhan 16
Gambar 4. menggambarkan penggunaan lemak dalam tubuh
Gejala defisiensi lemak
Sebagian besar asam lemak dapat disintesis di dalam tubuh. Namun, asam
lemak linoleat danarkhidonat tidak dapat disintesis sehingga haris terdapat dalam
pakan (esensial). Apabila pakan defisien asam lemak linoleat esensial, menyebabkan
pertumbuhan terhambat, akumulasi lemak di hati, dan lebih mudah terserang infeksi
pernafasan. Pada ayam petelur, defisien asam lemak arakhidonat mengakibatkan
ukuran telur kecil dan daya tetas rendah. Asam lemak arakhidonat dapat disintesis
dari asam lemak linoleat.
2.2.5. Peranan Mineral
Agar tubuh ternak unggas dapat berfungsi dengan sempurna, maka sebagai
tambahan terhadap protein, lemak, dan karbohidrat, diperlukan pula zat-zat mineral
dalam jumlah lebih sedikit untuk mencegah penyakit-penyakit defisiensi. Zat-zat
mineral tersebut merupakan zat nutrisi, yang karena jumlahnya relatif sedikit dalam
tubuh, sering tidak dapat dibedakan dengan vitamin.
Beberapa zat mineral merupakan bagian esensial ransum hewan, tumbuh-
tumbuhan, atau mikroorganisme. Zat-zat mineral yang dibutuhkan dalam jumlah
besar digunakan untuk sintesis jaringan structural, sedangkan zat-zat mineral yang
diperlukan dalam jumlah sedikit umumnya berfungsi sebagai bagian susunan enzim.
Zat mineral esensial adalah zat mineral yang telah membuktikan mempunyai
fungsi metabolik dalam tubuh unggas. Bukti bahwa suatu mineral khusus adalah
Nutrisi pertumbuhan 17
esensial, didasarkan atas penelitian dengna satu atau lebih spesies hewan yang diberi
ransum cukup nutrisi, kecuali zat mineral yang diteliti untuk menimbulkan gejala-
gejala defisiensi. Gejala defisiensi tersebut kemudian dicegah dengan menambahkan
zat mineral yang diteliti ke dalam ransum.
Pada umumnya zat-zat mineral disusun ke dalam dua golongan, yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Zat mineral mikro esensial betul-betul dibutuhkan
untuk metabolis normal sel-sel tubuh.
Adapun fungsi umum mineral dalam tubuh :
1. Membentuk bagian dari kerangka, gigi dan hemoglobin.
2. Berfungsi dalam mempertahankan keseimbangan asam basa yang tepat
dalam cairan tubuh dan karenanya esensial untuk kehidupan.
3. Mempertahankan tekanan osmotic sellulair yang diperlukan untuk
pemindahan zat-zat makanan melalui selaput sel.
4. Mempertahankan kontraksi yang tepat dari urat daging, teristimewa
kontraksi dari janting, dan memainkan peranan penting dalam berfungsinya
urat syaraf secara normal.
5. Mempertahankan keasaman yang tepat dari getah pencernaan sedemikian
rupa sehingga enzim pencernaan dapat menunaikan fungsinya yang
diperlukan.
6. Mencegah kekejangan.
7. Ada hubungannya dengan fungsi vitamin tertentu dalam pembentukan
tulang.
Berdasarkan hasil penelitian di Amerika Serikat menurut seorang ahli, bahwa
unggas memerlukan tujuh macam mineral yang pokok disamping mineral-mineral
lainnya, sebab ke tujuh mineral tersebut selalu kekurangan di dalam ransum. Mineral
terseut adalah Kalsium, Posphor, Natrium, Khlor, Besi, Seng, Iodium. Sedangkan
Anggorodi menambahkan lagi dua mineral yaitu Magnesium, dan Mangan.
Nutrisi pertumbuhan 18
Mineral FungsiKalsium (P) - Pembentukan kulit telur
- Pertumbuhan dan hidup pokok
Posphor - pembentukan tulang dan kerangka- metabolis lemak dan karbohidrat- bagian sel hidup- pengangkutan asam lemak
Natrium (Na) - penghantar implus syaraf dan dalam kontraksi otot- mengatur metabolis air
Khlor (Cl) - pengontrol keseimbangan asam basa- mengatur tekanan osmotic
Besi (znFe) - pembawa oksigenSeng (Zn) - produksi dan reproduksi
- pertumbuhanIodium (J) - zat mineral esensial untuk pembentukan hormon