PERAN YAYASAN RUHIYAT SULAIMAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM DI LINGKUNGAN ANAK JALANAN (Studi Kasus Anak Jalanan di Kolong Jembatan Mataraman– Jakarta Timur) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun Oleh: Anasrudin 1113011000038 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERAN YAYASAN RUHIYAT SULAIMAN DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM DI LINGKUNGAN
ANAK JALANAN
(Studi Kasus Anak Jalanan di Kolong Jembatan Mataraman– Jakarta Timur)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun Oleh:
Anasrudin 1113011000038
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
i
ABSTRACT
Anasrudin (NIM: 1113011000038). Role of Ruhiyat Sulaiman Foundation in
Studying Islamic education in Street Children Environment (Case Study on
Street Children in Under Matraman Bridge – Jakarta Pusat). Studies Program
Islamic Education. Faculty of Tarbiyah and Teaching. State Islamic University
of Syarif Hidayutullah Jakarta 2017.
This research aims to identify Role of Learning Islamic Education for Street Children
who given by Ruhiyat Sulaiman Foundation. This research focuses on how process
studying Islamic Education in Street Children, how is the relationship between
facilities and infrastructure in studying Islamic Education in Street Children, what are
obstacles faced by Street Children in Studying and what is the role of parents in
guiding their children.
The writer uses descriptive qualitative method. This method tries to describe about
the phenomena that exist in Studying Islamic Education for Street Children. It aims to
find information that will be used to become theoretical design in this thesis. Data
collected from books, newspaper, journal, documentations, and constitutions. In
addition, data also collected from many observations, field notes, and interview with
Ruhiyat Sulaiman Foundation and Street Children’s parent.
The result of the research; first, learning program that is used by Ruhiyat Sulaiman
Foundation refers to a shape of handling of social service. This program makes an
approach that involves parents and society in order to prevent children return to work
in street. The foundation fulfills need for education for street children especially
Islamic Education.
After the children finish the program, they can practice to pray and read Al-Quran. In
General, the children has a problem in perform wudu and they forget about what they
learned. Furthermore, the children are too spoiled and they are not confident. It makes
the learning process becomes more difficult. On the other side, the children do not
have guidance from their parent. Thus, they do not have a chance to study in their
house.
Key words: Studying Islamic Education, Street Children, and Ruhiyat Sulaiman
Foundation.
ii
ABSTRAK
Anasrudin (NIM: 1113011000038). Peran Yayasan Ruhiyat Dalam Pembelajaran
Pendidikan Islam Di Lingkungan Anak Jalanan (Studi Kasus anak jalanan di Kolong
Jembatan Mataraman– Jakarta Pusat). Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayadatullah Jakarta.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengungkapkan Peran pembelajaran
Pendidikan Islam pada anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Ruhiyat Sulaiman.
Penelitian ini focus bagaimana proses pembelajaran Pendidikan Islam pada anak
jalanan, sarana dan prasarana dan bentuk kesulitan yang dihadapi anak-anak selama
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan juga peran orang tua dalam
membimbing anak mereka.
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskrptif, yakni mendekrispsikan tentang fenomena-fenomena yang ada.
Hal ini guna menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan teori yang
muncul. Data diperoleh dari buku-buku, surat kabar, jurnal, dokumentasi dan undang-
undang. Selain itu juga data juga dihimpun melalui observasi, catatan lapangan,
wawancara dengan pihak Yayasan Ruhiyat Sulaimandan wawancara dengan orang
tua anak yang ada di Kolong jembatan. Hasil penelitian yang didapat bahwa: pertama, program pembelajaran yang dilakukan
oleh Yayasan Ruhiyat Sulaiman mengacu pada bentuk penanganan pelayanan sosial, yaitu
pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat yang bertujuan untuk mencegah anak-
anak turun ke jalanan dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan yang lebih ditekankan
kepada pembelajaran nonformal, yakni Pendidikan Islam.
Kompetensi Pendidikan Islam yang dikuasai anak jalanan pada Yayasan Ruhiyat pada
umumnya adalah diharapkan anak-anak memperhatikan ibadahnya dan dapat membaca Al-
Qur’an. Kesulitan yang terjadi pada tata cata praktik berwudhu, umumnya mereka sering lupa
dengan materi yang telah disampaikan. Anak-anak umumnya bersikap manja dan kurang
percaya diri, sehingga proses pembelaran Pendidikan Islam kurang berjalan baik. Selain itu
mereka pun kurang mendapatkan bimbingan dari orang tua, sehingga kesempatan belajar
dirumah kurang di manfaatkan dengan baik.
Kata Kunci: Pembelajaran Pendikan Islam, Anak Jalanan, Yayasan Ruhiyat
Sulaiman.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamua’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Segala Puji bagi Allah atas limpahan rahmatNya, atas segala nikmat yang telah
diberikan, baik nikmat islam, iman dan sehat wal afiat. Shalawat dan salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diberikan ke istimewaan oleh Allah SWT yakni
Jawami’ul kalim (ungkapan yang singkat namun maknanya padat).
Penulis bersyukur atas rahmat dan berkahNya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan judul “Peran Yayasan Ruhiyat dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Lingkungan Anak Jalanan (Studi Kasus anak jalanan di Kolong Jembatan Mataraman–
Jakarta Pusat). Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Penelitian ini terselesaikan tentunya tidak
dengan hasil kerja penulis pribadi, melainkan mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka dari itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah
Bapak Prof. Dr.Ahmad Thib Raya, MA. beserta Staf dan Jajarannya.
3. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Dr. Abdul Majid Khon M.Ag selaku
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Terima kasih pula kepada Ibu Marhamah Saleh, Hj. Lc. MA. selaku Sekretaris
Jurusan Pendidikan Agama Islam selaku dosen pembimbing penulisan Skripsi
yang telah meluangkan waktu dan tenaganya sehingga skripsi ini
terselesaikan. Semoga Allah swt membalas segala amal baik beliau dengan
sebaik-baiknya balasan.
iv
5. Bapak Muhammad Sholeh Hasan Lc. MA., selaku dosen pembimbing
akademik.
6. Segenap para Dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
banyak ilmu dan membantu baik prihal akademik maupun hal lainnya.
7. Kedua Orangtua Ayahanda Abah Akhirudin dan Ibunda Marnialis yang tanpa
henti memberikan Do’a, Support dan bimbingannya kepada penulis. dan
teruntuk adik-adikku tercinta Ayu Aprilia dan Shafwah Wahyuni yang selalu
memberikan keceriaan. Semoga Allah swt menghadiahi surga untuk mereka
kelak dan selalu dalam lindungan Allah swt.
8. Kepada teman-teman se-Angkatan Pendidikan Agama Islam 2013 terutama
kelas PAI-A yang telah memberikan banyak kesan baik selama berkecimpung
didunia perkuliahan. Semoga Allah membalas segala amal baik kalian.
9. Keluarga Besar asrama UICCI SULAIMANIYAH Cabang Ciputat, segenap
para Abi yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan serta motivasi
kepada penulis semoga Allah melimpahkan segala Rahmat dan kebaiakn-Nya.
Tak lupa para Talebe-Talebe Asrama yang telah memenuhi aktifitas sehari-
hari penulis dengan canda tawa dan hal bahagia terutama Kelas angkatan
Panduan wawancara mengenai alsan dan peran orang tua terjadap pendidikan
Data Hasil Wawancara Mengenai Alsan dan Peran Orang Tua
Terhadap Anak (subjek I)
Data Hasil Wawancara Mengenai Alsan dan Peran Orang Tua
Terhadap Anak (subjek II)
Data Hasil Wawancara Mengenai Alsan dan Peran Orang Tua
Terhadap Anak (subjek II)
Data Hasil Wawancara Mengenai Alsan dan Peran Orang Tua
Terhadap Anak (subjek IV)
Panduan wawancara mengenai Yayasan Ruhiyat Sulaiman
Data Hasil Wawancara Mengenai Yayasan Ruhiyat Sulaiman
Panduan wawancara mengenai system pembiayaan
Yayasan Ruhiyat Sulaiman
Data Hasil wawancara mengenai system pembiayaan
Yayasan Ruhiyat Sulaiman
Hasil Pengamatan/Observasi Mengenai Pemahaman Konsep
Iman Kepada Allah Pada Anak (Subjek I)
ix
Hasil Pengamatan/Observasi Mengenai Pemahaman Konsep
Iman Kepada Allah Pada Anak (Subjek II)
Hasil Pengamatan/Observasi Mengenai Pemahaman Konsep
Iman Kepada Allah Pada Anak (Subjek III)
Hasil Pengamatan/Observasi Mengenai
Keadaan Lingkungan
Agenda Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Islam
Surat Domisili Yayasan
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Surat Bimbingan Skripsi
Surat Permohonan Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pengajaran dan pendidikan adalah dua hal yang satu, mereka saling
keterkaitan. Bagi penulis dua hal ini haruslah bersamaan. Di dalam
pendidikan hal ini merupakan pokok dari keberlangsungan suksesnya
pendidikan. Menurut Bruner sebagaimana dikutip oleh Sigit mangun
wardoyo menjelaskan “learning is an active, social; process in which
learnest construct new ideas and concepts based on their current
knowledge”.1 Proses pembelajaran dari generasi ke generasi di tuntut untuk
lebih berkualitas lagi, karena dengan seiring perubahan zaman yang
semakin hari semakin berkembang. Proses pembelajaran diharapkan
menjadi landasan pokok yang mampu menyiapkan anak-anak bangsa untuk
menghadapi tantangan serta kompetensi yang di butuhkan di masa depan.
Kebutuhan pendidikan terhadap anak bangsa merupakan sesuatu yang
wajib sampai kepada seluruh anak bangsa, untuk itu setiap dari kita berhak
mendapatkan pendidikan. Karena pendidikan adalah suatu jalan untuk
membangun generasi yang lebih baik. Pendidikan bukan sekedar
mengoptimal kan segi Kognitif, namun juga dari segi afektif. Karena
hakikat pendidikan itu membawa seorang kepada kebaikan baik dari segi
intelektual maupun dalam sikap. Kewajiban menuntut ilmu atau belajar itu
juga dijelaskan dalam hadis Nabi yang berbunyi:
ك ل ع ة ض ي ر ف م ل لع ا ب ل ط ؤ ل ؤ الل و ر ه و ل ا ر ي از ن ل ا د ل ق م ك ه ل ه ا ي غ د ن ع م ل لع ا ع اض و و م ل س م ل ى
2)أخرجهابنماجةعنانس(ب ه الذ و
1 Sigit mangun wardoyo, pembelajaran berbasis riset,(Jakarta: academia permata, 2013)
h.11 2 Abi Abdillah Bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, (Al-Qozwiri, Darul Ihya’ Kutub, Jus 1) h.
81
2
”meneuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang
meletakan ilmu yang bukan pada ahlinya , seperti orang yang
mengalungkan mutiara, intan emas ke leher babi” . (HR. Ibnu Majah dan
Anas).
Hadis ini menjelaskan bahwa berpendidikan atau menuntut ilmu
sangatlah penting. Menutut ilmu hukumnya wajib bagi setiap Muslimin baik
laki-laki dan perempuan.3 Dengan demikian urgensi menunut ilmu sangatlah
penting dari kalangan manapun baik dalam kehidupan makmur maupun
sulit. karena Pendidikan merupakan ruh bagi setiap insan dalam
membimbing dirinya ke jalan yang sesuai.
Bahkan Allah SWT. Memerintahkan kepada hambanya untuk belajar
dan menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Sebagaimana dijelaskan
di dalam Al-Qur’an Surah Al-’Alaq ayat 1-5.
ر أل ق ٱق خ ٱل ذ ي ر ب ك م ن﴾١﴿ب ٱسم ن نس ٱل خ ل ق ﴾۲﴿ع ل ق و ر ب ك
ر أٱق
﴾٣﴿ٱل كر م ي عل م﴾٤﴿ٱل ذ يع ل م ب ٱلق ل م ن م ال نس ﴾٥﴿ع ل م ٱل
Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakanmu. Dia telah mrnciptakan dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan
perantarakalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.4
Pendidikan adalah kebutuhan bagi setiap orang, karenanya setiap
orang pasti pernah mengalami pendidikan. Namun tidak setiap orang paham
dan mengerti apa makna dan penjelasan pendidikan tersebut.5 Dengan
demikian Ilmu pendidikan menjelaskan sistematis dalam dan tata cara
pengajaran yang sesuai yang mana sudah memiliki syarat-syarat dan
3 Abdul Madjid Khon, Hadis Tarbawi (Jakarta: 2014 kencana cetakan ke-2) h.144-45 4 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI. 5 Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya,(Jakarta : Rajawali press 2013)
h.7
3
ketentuan yang sesuai untuk di ajarkan. Ilmu pendidikan juga dapat
dipahami bahwa ilmu pendidikan itu memberikan suatu pegangan dan
sumber dalam pengajaran tata cara mendidik agar tercapai sesuatu yang di
cita citakan. Pendidikan membantu untuk menumbuh kembangkan
kecerdasan intlektual dan membentuk kepribadian yang memiliki karakter
yang baik.6
Pendidikan menjadi sesuatu yang bersifat urgens, karena pengaruhya
terhadap anak bangsa sebagai penerus generasi. Dengan pendidikan bangsa
ini akan mampu membangun kesejahteraan masyarakatnya menjadi lebih
baik. Pendidikan adalah faktor penting sebagai gerbang dalam membangun
Bangsa. Pendidikan berperan penting dalam membangun bangsa ini. karena
sama sama kita ketahui pendidikan mencetak orang orang ahli dalam bidang
bidang tertentu. Sebagaima di kuatkan dalam penjelasan oleh Syahraini
Tambak, Pendidikan, tempat untuk melahirkan manusia menjadi ahli dalam
bidang, seperti ekonomi, politik, hukum antropologi, pertanian, militer, dan
lain sebagainya.7
Menjemput harapan demi mencerdaskan masyarakat yang cerdas
yakni melalui pendidikan. Pendidikan menjadi dasar bagi berkembang
kehidupan seseorang. Dengan pendidikan akan mampu membangun untuk
Indonesia lebih baik lagi. Pendidikan haruslah menyebar ke seluruh pelosok
negeri, karena dengan pendidikan akan memberikan investasi untuk masa
depan Bangsa ini. Karena tidak bisa dipungkiri perkembangan dunia
globalisasi dan informasi sudah menyebar keseluruh lini kehidupan. Untuk
itu Bangsa ini harus bersiap menghadapi hal ini, maka dengan
pendidikanlah yang mampu menghadapi hal ini. Dan pendidikan menjadi
investasi masa depan yang harus dipersiapkan sejak dini untuk.8
6 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999) h. 1-2 7 Syahraini Tambak, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Yogyakarta: Grahan
Ilmu, 2013) h. 3 8 Syahraini Tambak, Ibid. h. 7-8
4
Untuk membangun bangsa haruslah dari generasi sekarang, yakni dari
anak-anak. Memberikan pendidikan pada anak-anak sejak dini merupakan
keharusan. Selain itu untuk membangun karakter dalam mengenal Tuhannya
serta kewajibannya anak-anak harus belajar pendidikan Islam. Dengan
pendidikan Islam sebagai landasannya, bagi penulis apapun yang menjadi
tantangan akan terfilter dengan baik.
Di dalam Buku Ilmu Pendidikan Islam yang di tulis oleh Sri Minarti di
jelaskan pendidikan Islam bukan hanya sekedar menyangkut aspek normatif
ajaran Islam, tetapi juga terapannya dalam ragam materi, institusi, budaya,
nilai, dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat.9 Pendidikan Islam
meliputi segala hal, dan karenanya harus tertanam dan dipersiapkan saat
anak-anak. Karena dengan pendidikan Islam, karakter anak akan terarahkan.
Dan diharapkan anak mampu memelihara atas dasar ketaataan menjalankan
syariat Islam atau yang biasa disebut dengan maqashid al syariah. yang
pertama adalah memelihara agama (Hifz al Din), memelihara jiwa (Hifz an
Nafs), memelihara akal (Hifz al aql), memelihara keturunan(Hifz Nasl),
memelihara harta (Hifz al Mal).10 Ini merupakan tujuan dari keselamatan
diri, dan di harapkan anak mampu. Untuk mencapai hal ini nampaknya
dengan melalui pendidikan Islam dan harus dipersiapkan pada generasi
anak-anak. Untuk itu pembelajaran pendidikan agama Islam harus
didapatkan oleh anak-anak sejak dini.
Menurut pandangan Islam, tujuan pendidikan Islam sangat diwarnai
dan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu sangat dilandasi oleh
nilai nilai Al-Qur’an dan hadis seperti yang termaktub dalam rumusan, yaitu
menciptakan pribadi pribadi yang selalu bertaqwa kepada Allah, sekaligus
mencapai kebahagian dunia dan akhirat.11 Bila nilai-nilai Islam itu terpatri
9 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2013), h. 25 10 Fauzan, Potret dan Pandangan Islam Tentang Pendidikan Anak, Tahdzib Jurnal
Pendidikan Islam Volume 1, no 2, Juli 2007 (Jakarta: 2007 Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) h. 53. Lihat juga
Sapiudin. Ushul Fiqh. (Jakarta:2011 kencana) h. 227-228 11 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam. Op.Cit. h. 105
5
didalam jiwa anak-anak, hal ini akan menjadi bekal nya dala mengarungi
samudra kehidupan yang akan dijalaninya kelak. Karena tujuan akhir dari
pendidikan agama Islam yakni membawa seseorang terhadap prilaku atau
akhlak yang mulia dan senantiasa tunduk kepada Allah SWT. dan
bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat luas.
Dalam istilah lain, Ahmad D. Marimba sebagaimana dikutip oleh
Abd. Halim Soebahar, menyatakan bahwa “tujuan pendidikan Islam adalah
terbentuknya kepribadaian muslim”.12 Ini mengisyaratkan bahwa
pendidikan Islam sangatlah penting untuk ditanamkan. Penulis sebelumnya
juga pernah melakukan kunjungan ke anak jalanan daerah sentiong, mereka
semua beragama Islam. Namun, disayangkan sekali umat Islam sedikit
sekali yang tergerak untuk membantu dan perhatian kepada mereka,
sesungguhnya mereka juga adalah saudara muslim kita.
Seseorang yang tidak di bentengi dengan landasan pondasi pendidikan
Islam, akan sulit nantinya dalam mengahadapi gejolak tantangan kehidupan
dan globalisasi. Dengan dasar pendidikan agama Islam, anak-anak akan
mampu membentengi dirinya dan memfilter hal tersebut dengan baik.
Semua anak-anak berhak memiliki setiap cita-citanya. Anak-anak harus
mulai tertanam di dalam dirinya untuk menggantungkan cita citanya
setinggi langit. Dengan cita-cita yang tertanam pada seorang anak, maka
anak-anak mempunyai semangat juang dalam belajar dan meraih
kesuksesan. Ada Sya’ir Arab mengatakan:
ل ح ز الو ي ر الث ق و ف ه ت ه #و ال ب ل ا ت ت ه ل ج ر لاج ر ن ك
Artinya :”jadilah engkau seorang sekalipun kakinya dibawah gunung
tetapi cita cita nya di atas bintang Tsurayya dan zuha”.l13
12 Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2002), h. 18 13Abdul Madjid Khon, Hadis Tarbawi (Jakarta: 2014 Kencana Cetakan ke-2) h.160
6
Syai’r ini memberitahu kepada kita bahwa setiap anak harus
mempunyai cita citanya masing masing. Hal ini untuk memotivasi agar
mendorong mereka untuk semangat belajar. Dengan pendidikan agama
Islam, anak-anak akan menjadi teguh hati nya dalam segala kemungkinan
yang akan terjadi padanya.
Pendidikan Islam merupkan pondasi bagi anak dalam menghadapi gejolak
kehidupan yang terjadi dalam masa pertumbuhan dan perkembangnnya,
untuk itu kesadaran untuk mendapatkan pendidikan Islam sangatlah penting
bagi anak-anak bangsa, lebih mengerucut lagi adalah pendidikan Islam.
Karena dengan pendidikan Islam anak-anak akan memilki pondasi dalam
menghadapi gejolak kehidupan dan mampu mengarahkannya kepada nilai-
nilai Islam yang taat kepada Allah SWT.
Adapun asal mula komposisi manusia tersebut menurut Al-Qur’an
terdiri dari tiga hal: 1. Jasad 2. Ruh 3. Intelektualitas. Seperti yang
dituliskan dalam QS. As Sajadah ayat 7-9:
ٱل أ خ لق و ب د ۥ خ ل ق ه ك ل ش يء م نط ي ٱل ذ يأ حس ن ن ث ج ع ل ن سل ه ۥم نس ل ل ة )٧(نس
و ٱل ف )٨(م ه ي م اء م ن ر و ٱل بص ٱلس مع ل ك م و ج ع ل ه ۦ م نر وح ف يه ث س و ىه و ن ف خ د
) ٩(م ات شك ر ون ق ل يلا
Artinya; “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-
baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.Kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”. (Q.S As Sajadah: 7 – 9)14
Semua manusia termasuk anak adalah sama dalam komposisinya.
Mereka semua tercipta dan dilahirkan ke alam dunia ini dengan dasar
14 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI.
7
penciptaan dan kehidupan yang berbeda. Setiap anak yang dilahirkan tentu
mempunyai hak yang sama, dan tanggung jawab orang tua terhadap
pemenuhan hak tersebut salah satunya yaitu dalam hal pendidikan.
Sebagaimana firman Allah Ta’la didalam surat At-Tahrim ayat 6:
را ن و أ هل يك م أ نف س ك م ق وا ء ام ن وا ٱل ذ ين ظ و ق ود ه ااي ي ه ا غ ل ئ ك ة م ل ا ه ع ل ي و ٱل ج ار ٱلن اس
اد د م اأ م ر ه مي عص ون ل ش (٦)الت حريم:و ي فع ل ون م اي ؤم ر ون ٱلل
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(QS. At-Tahrim : 6)15
Namun tidak semua anak bernasib baik, ada anak yang sudah tidak
memiliki keluarga, atau juga berada dalam keluarga yang berkehidupan
yang tida layak sehingga mereka tidak mendapatkan pendidikan baik dari
orang tuanya maupun dari lingkugan sekitarnya baik pelajaran formal
maupun non formal. Keadaan seperti ini banyak terjadi pada anak jalanan
yang berada di kota-kota metropolitan.
Menjadi anak jalanan bukanlah menjadi pilihan, namun keadaanlah
yang membuatnya demikian. Anak jalanan pun berhak mengenyam
pendidikan. Karena penulis sadar bahwa pendidikan diperuntukan bagi
semua orang. Dan semua anak bangsa haruslah mendapatkan pendidikan
dan merasakan pendidikan. Sebagaimana juga dijelaskan dalam ketentuan
umum Undang-undang tentang perlindungan anak bahwa: “Hak anak adalah
bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi
orang tua, keluarga, Pemerintah dan Negara.16
15 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI. 16 “Undang Undang Republik Indonesia No. 23 Tentang Perlindungan Anak”
8
Didalam deklarasi tentang hak anak pada tanggal 20 November 1959
yang di sahkan oleh Majelis PBB, sebagian kutipannya menyatakan antara
lain, “Umat manusia berkewajiban memberikan yang terbaik bagi anak-
anak”. Sebagian kutipan teks Deklarasi ini menegaskan bahwa anak-anak
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan khusus, kesempatan dan
fasilitas yang memungkinkan mereka berkembang secara sehat dan wajar
dalam keadaan bebas dan bermanfaat yang sama, memilki nama dan
kebangsaan sejak lahir mendapat jaminan sosial termasuk gizi yang cukup,
perumahan, rekreasi dan pelayanan kesehatan, menerima pendidikan,
perawatan, dan perlakuan khusus jika mereka cacat; tumbuh dan dibesarkan
dalam suasana yang penuh dengan kasih dan rasa aman dan sedapat
mungkin dibawah asuhan serta tanggung jawab orang tua mereka sendiri:
mendapat pendidikan dan andaikata terjadi malapetaka mereka termasuk
yang pertama menerima perlindungan serta pertolongan; memperoleh
perlindungan baik atas segala bentuk penyia nyiaan, kekejaman dan
penindasan bentuk diskriminasi. Akhirnya Deklarasi ini menegaskan bahwa
anak-anak harus dibesarkan dalam “jiwa yang penuh dengan pengertian,
toleransi, persahabatan antar bangsa, perdamaian dan persaudaraan
semesta”.17
Pendidikan Islam sangatlah penting untuk menjadi landasan pada anak
jalanan, ini akan membawa kepada kearifan moral dan tabiat yang mulia.
Keutamaan-keutamaan moral, perangai dan tabiat merupakan salah satu
buah iman yang mendalam dan perkembangan religious yang benar. Jika
masa anak-anak-anak tumbuh dan berkembang berpijak pada landasan iman
kepada Allah Swt dan terdidik untuk selalu takut, ingat, bersandar, meminta
pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, anak akan memiliki potensi dan
respon secara instingstif di dalam menerima setiap keutamaan dan
kemuliaan, disamping terbiasa melakukan akhlak mulia. Sebab banteng
pertahanan religius yang berakar pada hati sanubarinya, kebiasaan
17 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1985) h. 130-
131
9
mengingat Allah yang telah dihayati dalam dirinya dan instropeksi diri yang
telah menguasai seluruh pikiran dan perasaannya, telah memisahkan anak-
anak dari sifat sifat negatif yang merusak. Bahkan penerimaannya terhadap
setiap kebaikan akan menjadi salah satu kebiasaan, dan kesenangannya
keutamaan dan kemuliaan akan menjadi akhlak dan sifat yang paling
menonjol.18
Triologi pendidikan sangatlah erat kaitannya dalam memajukan
pendidikan itu sendiri. Seperti pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan
bahkan lingkungan itu sendiri. Dengan demikian setiap anak untuk
mendapatkan nilai-nilai kognitif dan afektif, haruslah baik dalam segi
pendidikan keluarga, sekolah dan bahkan lingkungan. Karena tiga aspek ini
sangatlah memberikan pengaruh terhadap anak-anak. Dan Hal ini jugalah
yang akan membawa dan menuntun anak mencapai pendidikan yang
dibutuhkan. Setiap lininya sangatlah berpengaruh.
Untuk itu idealnya seorang anak itu bisa diajarkan dan dididik oleh
orang tuanya dengan baik, dan juga lingkungan sekolah dan bahkan
lingkungan rumah tempat anak itu bermain. Karena dari situlah mereka
mendapatkan pengaruh dari lingkungan tersebut. Bila baik lingkungan
keluarga, sekolah dan tempat tinggalnya, maka secara umum akan baik pula
pendidikan karakter yang anak itu dapatkan, namun bila sebaliknya, anak
juga akan terpengaruh hal-hal yang negatif.
Namun kenyataannya pendidikan yang terjadi pada anak jalanan tidak
demikian. Orang tua mereka tidak mampu mendidik mereka dengan baik,
bahkan sebagian dari mereka pun juga tidak bersekolah dan lingkungan
tempat mereka tinggal pun sangat jauh dari nilai-nilai pendidikan. Karena
sebagian dari mereka banyak yang sambil bekerja dan membantu kedua
orang tuanya untuk menambahkan keuangan keluarga.
18 Nur’aini Ahamad, komparasi pemikiranj plato dan al ghazali, Tahdzib Jurnal
pendidikan Islam volume 1, no 2, juli 2007 (Jakarta: 2007 Jurusan pendidikan agama Islam
fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN syarif hidayatullah Jakarta). H. 53-54
10
Disinilah letak kepekaan sosial, yang mana pendidikan merupakan
penting dan hak bagi seluruh bangsa Indonesia, tidak menyeluruh
didapatkan oleh anak-anak bangsa. Kalau diperhatikan gedung gedung yang
menjulang tinggi di tanah Jakarta ini, ternyata masih ada orang-orang
kehidupannya tidak layak, sampai merekapun tidak memikirkan lagi tentang
pendidikan. Karena lingkungan mereka yang sulit jadi lebih memikirkan
bagaimana keadaan ekonomi mereka dalan hal makanan. Padahal
pendidikan dan pemberdayaan warga merupakan kewajiban Pemerintah
sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 2 tentang sistem pendidikan Indonesia bahwa “setiap warga Negara
mempunyai hak yang untuk memperoleh pendidikan.”19 Di perkuat juga
dengan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31, bahwa tiap warga Negara
berhak mendapatkan pendidikan.
Fenomena yang terjadi pada masyarakat Indonesia sangat berbeda,
masih banyak orang orang yang belum bisa mengecam pendidikan nya
dengan baik, dikarenakan ekonomi yang sulit. Diantara mereka yang
memiliki keterbatasan ini, seperti yang tinggal di bantaran Rel, di kolong
jembatan dan lain sebagainya mereka pun mempunyai hak yang sama untuk
mendapatan pendidikan Islam. Mereka belum mendapat hak mereka untuk
belajar. Mereka kurang mendapat perhatian dari pemerintah, padahal
undang undang sudah jelas dalam hal ini. Untuk itu anak-anak haruslah
mendapatkan pendidikan. Karena diluar sana tantangan mereka sangat berat,
bila pondasi pendidikan Islam jauh dari mereka. Mereka akan hidup dengan
sebebas bebasnya tanpa aturan yang mereka pahami. Maka pendidikan
agama Islam sangat lah penting bagi anak jalanan untuk membawa mereka
kepada ketaatan kepada Allah dan memilki kepribadian yang yang baik baik
di lingkungan teman nya maupun lingkungan yang luas.
Anak jalanan pun membutuhkan perhatian dan kepedulian atas
kelangsungan hidup mereka baik dari pemerintah, masyarakat sekitar dan
19 Hasbullah, Dasar-Dasar ilmu pendidikan, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2013) h.286
11
juga para relawan mahasiswa. Karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin,
untuk itu kepedulian kepada saudara saudara kita satu bangsa, dan satu
keyakinan (muslim) haruslah ada. Kalau anak jalanan di biarkan begitu saja
dalam menghadapi pergaulannya sejak dini, maka ketika dewasa nanti
mereka akan sangat sulit untuk memilki kehidupan yang layak. Mereka juga
mempunyai hak untuk bercita cita dan memilki kehidupan yang layak.
Dengan demikian, bila masa anak-anak pada anak jalanan tidak
dilandasi dengan pendidikan Islam, hal ini akan membuat mereka jauh dari
kesadaran yang mengarahkan mereka untuk menjadi hamba Allah yang taat
dan mereka akan jauh dari banteng keimanan yang menjaga dari pengaruh
buruk. Sudah lagi di tambah keseharian mereka dalam bergaul dan
berinteraksi di di jalanan. Anak jalanan akan terombang ambing dan
terbawa pengaruh yang buruk bila dasar keimanan mereka belum kuat. Di
ibu kota Jakarta, banyak sekali anak jalanan, mereka tinggal di kolong
jembatan, di bantaran rel, di Stasiun. Mereka adalah bagian dari kita yang
sangat membutuhkan bantuan kita dan perhatian, mulai dari pendidikan dan
kesejahteraan. Mereka adalah warga Negara Indonesia yang keamanan dan
kesejahteraan mereka di tanggung oleh pemerintah. Namun, banyak sekali
orang yang takut dan tidak mau membantu mereka dalam perbaikan moral
dan kesejahteraan. Mereka juga berharap uluran tangan dari kita.
Anak jalanan kehilangan haknya dalam memperoleh perlindungan dan
kasih dan sayang dari orang tua bahkan kehilangan kesempatan untuk
mengenyam pendidikan. Sementara disisi lain, anak-anak perlu mendapat
perhatian dan penanganan seperti anak lain seusianya. Tidak hanya sebagai
insan Tuhan, mereka juga amanah dan karunia dari Allah Swt yang tidak
boleh dilihat dengan sebelah mata karena keterbatasan nasibnya. Islam
mengajarkan bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi
juga masyarakat bahkan Negara. Sebagaimana di dalam Undang Undang
kesejahteraan anak Bab IV pasal 11 yang berbunyi “ usaha kesejahteraan
12
anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat”.20 Seperti juga
pendidikan yang merupakan nilai-nilai luhur yang tidak dapat dipisahkan
dan dipilah–pilah dalam kehidupan manusia karena dapat menimbulkan
disintegrasi yang pada konsekuensinya dapat melahirkan ketidakharmonisan
dan kehidupannya sendiri karena manusia mempunyai komposisi yang tidak
dapat terpisahkan.
Pendidikan Islam haruslah menjadi dasar mereka, karena semua anak
tidak terkecuali juga sangatlah membutuhkan untuk membentuk karakter
dan kepribadian muslim. Pendidikan Islam menuntunnya dalam kebaikan,
bukan hanya hal itu mereka juga akan mengetahui kewajiban sebagai
seorang muslim dan mampu menjalankannya. Agar setelahnya mereka tidak
goyah dengan hal hal yang menggiurkan pada pemberian orang yang
beragama lain.
Pendidikan Islam sangat dibutuh dalam kehidupan karenanya
pendidikan Islam membangun kepribadian karakter yang baik yang
sempurna pada manusia. Pendidikan Islam mampu membangun sikap bijak
lagi arif, hal ini lah yang dibutuh kan sesama muslim agar terjadi hubungan
yang harmoni. Keadilan dalam Islam sangatlah diutamakan, dan keadilan
yang baik dan bijak sangatlah dibutuhkan oleh manusia untuk membangun
komunitas manusia yang lebih baik lagi. Jelaslah pendidikan Islam sangat
dibutuhkan dan perlu diterapkan, karena dengan pendidikan Islam kita
mampu membawa anak-anak memilki karakter mandiri, dan mampu
membantu dari keterpurukan dan penindasan. Pendidikan agama Islam juga
mampu menjadi banteng kita dalam penanaman penghormatan dan
penghargaan kepada manusia yang lainnya.21 Akan sangat berdampak buruk
bila anak jalanan tidak mengenyam pendidikan Islam, karena sejatinya
setiap muslim harus memahami agamanya supaya menjadi insan kamil.
20 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Op.Cit. h.155 21 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Dirumah Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insan Press, 1996), h. 27
13
Hal inilah yang membuat hati tergerak dari Yayasan Ruhiyat
Sulaiman untuk senantisa membantu mengajarkan agama Islam pada anak
jalanan. Kegiatan yang dilakukan pada Yayasan Ruhiyat Sulaiman ini rutin
dilakukan pada setiap hari minggu. Biasanya Yayasan Ruhiyat sulaiman
mengunjungi dan mengajarkan agama Islam pada tiga tempat yakni, kolong
jembatan Matraman, bantaran rel gang Sentiong dan anak jalanan di Stasiun
Gambir. Namun pada hal ini penulis memfokuskan penelitian pada anak
jalanan di Kolong Jembatan Matraman.
Dengan demikian pendidikan Islam perlu sampai kepada anak jalanan,
untuk menjadi pondasi mereka. Saat ini anak jalanan sedikit sekali
diperhatikan baik deri segi ekonomi ataupun segi pendidikan. Pendidikan,
terutama pendidikan agama Islam bagi anak jalanan sangatlah dibutuhkan.
Perhatian dari Pemerintah dan segelintir orang yang mampu sangatlah
dibutuhkan untuk meningkatnya taraf pendidikan dan pemikiran anak
jalanan. Dan dalam pembelajaran Pendidikan Islam faktor faktor pendukung
untuk suksesnya pengajaran pada anak jalanan juga tidak terlepas dari hal
hal seperti sarana dan prasarana metode pembelajaran yang digunakan,
tenaga pengajar, keadaan lingkungan dan lain lain. Keseluruhan faktor
tersebut tentu saling berkaitan satu sama lainnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut dan penulis juga sering mengikuti
kegiatan pembelajaran Pendidikan Islam ke lingkungan anak Jalanan di
Kolong Jembatan Matraman, dan penulis tertarik dalam mencari tau untuk
mengetahui dan mengungkapkan Pendidikan agama Islam teraplikasi disana
atau sebaliknya Pendidikan agama Islam hanya sekedar nama tanpa tau
karena mereka tidak mempelajarinya karena dengan segala kekurangan yang
ada. Oleh sebab itu Penulis terpacu untuk mengangkat hal ini dalam
penelitian tentang “Peran Yayasan Ruhiyat Sulaiman dalam
Pembelajaran Pendidikan Islam di Lingkungan Anak Jalanan (Studi
Kasus anak jalanan di Kolong Jembatan Mataraman– Jakarta
Timur)”.
14
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya tabiat anak jalanan yang jauh dari nilai-nilai
Pendidikan
2. Kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap anak
jalanan di Kolong Jembatan Matraman.
3. Kesulitan anak jalanan dalam melaksanakan Pembelajaran
Pendidikan Islam
4. Kurangnya Sarana dan prasarana yang melengkapi
Pembelajaran Pendidikan Islam di Lingkungan Kolong
Jembatan Matraman.
5. Kurang perhatiannya Guru agama dalam memberikan
Pendidikan Islam di lingkungan Kolong Jembatan Matraman.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
penelitian ini sebagai berikut:
1. Pembelajaran Pendidikan agama Islam bertempat di Kolong
Jembatan Matraman.
2. Materi saat pembelajaran Pendidikan Islam yakni tentang dan
Iman kepada Allah.
3. Anak jalanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
“Anak Binaan”, yaitu anak-anak yang setiap minggu mengikuti
pembelajaran Pendidikan Islam di Kolong Jembatan
Matraman.
4. Penelitian yang dimaksud pada anak jalanan ini dikhususkan
pada anak-anak berusia 7-12 tahun.
15
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yakni: “Bagaimana
Peran Yayasan Ruhiyat Sulaiman dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Lingkungan Anak Jalanan Kolong Jembatan Matraman ?”.
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar Pendidikan Islam di
Kolong Jembatan Matraman.
2. Untuk Mengetahui materi dalam Pembelajaran Pendidikan Islam
di Lingkungan Anak Jalanan Kolong Jembatan Matraman.
3. Untuk Mengetahui peran Yayasan Ruhiyat Sulaiman dalam
Pembelajaran Pendidikan Islam di Lingkungan Anak Jalanan
Kolong Jembatan Matraman.
Adapun Manfaat dengan diadakannya penelitian ini ialah agar
Pemerintah, masyarakat umum, dan mahasiswa/i dapat lebih memperhatikan
saudara kita di Lingkungan Anak Jalanan Kolong Jembatan Matraman.
antara lain:
1. Pemerintahan
a. Pemerintah dapat memperhatikan keberlangsungan hidup
anak jalanan.
b. Pemerintah lebih memperhatikan tempat tinggal mereka.
c. Pemerintah juga bisa membuat banyak program untuk taraf
hidup anak jalanan lebih baik lagi.
16
2. Masyarakat umum
a. Masyarakat umum bisa terketuk hatinya dan bisa
membantu mereka baik dalam pendidikan maupun
ekonomi.
b. Masyarakat umum juga sadar ternyata banyak saudara kita
anak jalanan membutuhkan perhatian kita
c. Masyarakat umum juga bisa memberikan kontribusi pada
anak jalanan baik berupa moril maupun materil
3. Mahasiswa/i
a. Mahasiswa/i bisa turun langsung dan mengajar anak
jalanan.
b. Mahasiswa/i juga bisa mengalihkan program program
kampus mereka ke acara sosial pada anak jalanan.
c. Mahasiswa/i juga paham dan sadar bahwa mereka sangatlah
membutuhkan bantuan kita, karena mahasiswa selalu
digaungkan agent of sosial.
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Peran
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Peran adalah “bagian dari
tugas utama yang harus dilakukan”.22 Sedangkan menurut Hessel Nogi S.
Tangkilisan Peran adalah “dinamisasi dari status atau penggunaan hak hak
dan kewajiban, atau bisa juga disebut status subjektif”.23
2. Pembelajaran Pendidikan Islam
a. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Islam
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara
guru dan peserta didik. Dalam pembelajaran ada guru yang
mengarahkan dan memberikan pengetahuannya kepada murid. Proses
pembelajaran juga dapat di artikan suatu proses melihat, mengalami,
mengamati dan memahami sesuatu yang dipelajari untuk memperoleh
hasil yang ditentukan, melalui pembinaan, pemberian penjelasan,
pemberian bantuan dan dorongan dari pendidik.24 Dengan belajar
seorang guru akan mampu mengarahkan muridnya, dalam kontek ke
ilmuan dan praktek dalam kehidupan sehari harinya.
Ada juga beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang Belajar
yang di kutip oleh Udin Syaefudin Saud sebagai berikut :
a. Menurut Pandangan Skinner, bahwa belajar yaitu suatu prilaku
pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.
Sebaliknya, bila tidak belajar responnya menjadi menurun
22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
BalaiPustaka, 1998), h. 669 23 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik, (Jakarta: PT. Grasindo 2007 Cet.
Kedua) h. 43 24 Saud, Udin Syaefudin, Pembelajaran Terpadu, (Bandung: UPI Press 2006), h. 3
18
b. Menurut pandangan Gagne, belajar merupakan kegiatan yang
kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar
orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
c. Menurut pandangan Piaget, bahwa pengetahuan dibentuk oleh
individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus
dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami
perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka
fungsi intelek semakin berkembang.
d. Menurut pandangan Roger, belajar adalah praktek pendidikan
menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang
belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang
dominan siswa hanya menghafalkan pelajaran.25
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah mengarahkan siswa kepada kepada kecerdasasan,
keterampilan, pengetahuan dan membentuk karakter yang baik.
Semua itu ditempuh dengan cara membina, mengajarkan, memberikan
penjelasan, memberikan contoh, dan juga mendorong siswa untuk
semangat belajar. Dalam lingkungan pembelajaran juga membawa
murid dan menyiapkannya untuk menghadapi kemajuan teknologi
yang semakin berkembang dan senantiasa memberikan kemanfaatan
baik untuk dirinya sendiri lebih luas lagi untuk orang lain di
sekitarnya. Dalam pembelajaran juga membentuk murid kepada
karakter yang mencerminkan tabiat yang baik.
Pendidikan adalah kebutuhan bagi setiap orang, karenanya
setiap orang pasti penah mengalami pendidikan. Namun tidak setiap
orang paham dan mengerti apa makna dan penjelasan pendidikan
tersebut.26 Dengan demikian Ilmu pendidikan menjelaskan sistematis
25 Dimyati, Belajar dan Pembelajara,. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) h. 9-16 26 Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya,(Jakarta : Rajawali Press
2013) h.7
19
dalam dan tata cara pengajaran yan sesuai yang mana sudah memiliki
syarat syarat dan ketentuan yang sesuai untuk di ajarkan. Ilmu
pendidikan juga dapat dipahami bahwa ilmu pendidikan itu
memberikan suatu pegangan dan sumber dalam pengajaran tata cara
mendidik agar tercapai sesuatu yang di cita citakan. Pendidikan
membantu untuk menumbuh kembangkan kecerdasan intlektual dan
membentuk kepribadian yang memiliki karakter yang baik.27
Sebagaimana ditegas oleh Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, MA
menurutnya “Pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan keterampulan peserta didik dalam
Pendidikan juga memberikan pengaruh kepada setiap orang,
karena setiap orang lahir dengan masing potensi potensi yang dimana
akan kembangkan sesuai dengan nilai nilai yang ada dilingkungan dan
kebudayaan. Usaha usaha yang dilakukan untuk membuat kehidupan
menjadi lebih baik dan memberikan warisan peradaban yang baik
kepada generasi selanjutnya untuk melestarikan hidupnya dengan
menekankan nilai nilai karakter dan mengembangkan kecerdasan.29
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan dari penjelasan di
atas bahwa pendidikan adalah suatu yang sudah menyatu dalam
kehidupan, karena nya manusia mestilah membutuhkan pendidikan.
Pendidikan akan membawa manusia kepada kehidupan pembinaan
yang sempurna. Pendidikan menumbuh kembangkan kemampuan atau
potensi yang ada dan menekankan nilai nilai karakter dan social serta
kebudayaan. Yang paling terpenting lagi dengan pendidikan manusia
akan terbentuk karekter pribadi yang baik dan mewariskannya kepada
27 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 1-2 28 Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islama Kontemporer, ( Bandung : Yayasan
Masyarakat Indonesia Baru, 2015), h. 1 29 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), h. 1-2
20
generasi generasinya untuk mencapai pada peradaban yang lebih baik
dan maju.
Selanjutnya Penjelasan tentang pengertian pendidikan Islam bila
diperhatikan dan diamati dari para ahli perlu dikutip dan dijadikan
sumber.
Muhammad SA. Ibrahimi (Bangladesh) sebagaimana dikutip
oleh Abdul Mujib dkk, menyatakan bahwa pendidikan Islam “Islamic
education in true sense of the lern, is a system of education which
enable a man to lead his life according to the Islamic ideology, so that
he may easily mould his life in accordance with tenets of Islam”30
dalam pengertian ini dijelaskan bahwa pendidikan Islam yang
sebenarnya adalah berlandaskan atas ideology Islam yang dimana
seseorang mampu mengarahkan dirinya kepada ajaran Islam.
Penjelasan di atas menjelaskan bahwa pendidikan Islam mememilki
kompenen atau system yang yang saling keterkaitan yang dimana
pendidikan agama Islam membawa hal hal seperti kognitif, afektif dan
psikomotorik diarahkan sesuai kepada landasan ideologi Islam.
Selanjutnya menurut Omar Muhammad al-Toumi al Syaibani
sebagaimana dikutip oleh Abdul mujib dkk, mendefinisikan
pendidikan Islam sebagaimana dikutip di dalam Buku Ilmu
Pendidikan Islam yakni : “proses mengubah tingkah laku individu
pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara
pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara
profesi profesi asasi dalam masyarakat”.31 Yang penulis pahami dari
kutipan di atas bahwa pendidikan memiliki urgensi untuk membentuk
karakter pribadi menjadi lebih baik. Bila ada seseorang yang memiliki
kecerdasan yang baik namun dalam hal attitude nya masih jauh
menurut penulis ia masih belum berpendidikan Islam. Karena
30 Abdul mujib dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana 2008), h.25 31 Ibid, h. 26
21
pendidikan Islam bukan hanya sekedar kita belajar formalitas tapi
bagaimana pendidikan Islam itu sampai kedalam hati kita.
Muhammad Javed al Sahlani dalam al Tarbiyah wa al –ta’lim Al
qur’an Al karim sebagaimana dikutip oleh Abdul mujib dkk,
mengartikan pendidikan dengan “proses mendekatkan manusia kepada
tingkat kesempurnaan dan mengembangkan kemampuannya.”32
Pendidikan Islam adalah proses dimana siswa bertahap untuk mampu
mengembangkan potensinya serta menjadi manusia yang sebaik
baiknya manusia yakni sebaik baiknya manusia adalah yang
bermanfaat kepada orang lain demikianlah sabda yang pernah Rasul
sampaikan.
Menurut Asrorun Ni’am Sholeh hakikat pendidikan Islam yakni
gagasan utama pendidikan, termasuk didalamnya pendidikan Islam,
terletak pada pandangan bahwa setiap manusia mempunyai nilai
positif tentang kecerdasan, daya kreatif, dan keluhuran budi. Peran
pendidikan ialah bagaimana nilai positif ini tumbuh menguat. Jika
tidak tepat bisa tumbuh sifat negatif, prilaku kekerasan, tidak peduli
terhadap sesama atau kejahatan lain. Pendidikan Islam yang tidak
melahirkan pribadi yang berprilaku positif bisa dipastikan gagal.
Faktor yang mempengaruhi tentu bermacam macam. Salah satunya
adalah imbas pendidikan seperti ini sepatutnya untuk direformasi
secara integral, sistematif, liberatif, dan radikal.33
Demikianlah penjelasan tiga tokoh yang menjelaskan tentang
pendidikan Islam dapat kita pahami bahwa pendidikan Islam
merupakan landasan ideology Islam, dan kita harus mampu
mengarahkannya sesuai dengan ajaran Islam. Yang dimana haruslah
32 Ibid, 26-27 33 Asrosrun Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta : Elsas Jakarta 2008),
Cet. Ke-enam. h. 91-92
22
terbentuk karakter yang berkepribadi yang lembut. Pedidikan agama
Islam adalah proses perubahan sikap menjadi lebih baik.
Pendidikan Islam saling keterkaitan yang mana semua nya
haruslah tercapai kecerdasan, keterampilah, dan kepribadian yang
berkarakter sesuai dengan ideologi Islam. Kecerdasan haruslah diraih
karena itu merupakan salah satu dari tujuan menuntut ilmu. Proses
yang dijalani akan memberikan kcerdasan dan keterampilan. Namun
kecerdasan luarbiasa dan keterampilan yang sudah mumpuni akan
menjadi hambar bila karakter atau sikap masih jauh dari kata baik.
Karena puncak pendidikan agama Islam ialah kepribadian yang
berkarakter. Untuk itu semua haruslah saling bersinergi antara
kecerdasan dan keterampilan dengan karakter yang baik. Inilah yang
disebut dengan mendorong kepada kehidupan yang sempurna dan
meningkatkan kempuannya yang dijelaskan oleh para ahli di atas.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Banyak sekali tokoh yang menjelaskan tentang tujuan Islam
mulai dari Marimba yang mengatakan pendidikan Islam tujuannya
berkepribadian muslim. Al Attas juga mnejelaskan tujuan pendidikan
Islam adalah menjadi manusia yang baik. Al Abrasyi juga
menjelaskan tujuan akhir pendidikan Islam adalah berakhlak mulia.
Dari para tokoh masih sangat umum dalam menjelaskan tentang
tujuan pendidikan Islam. Islam menjelaskan bahwa manusia dididik
agar mampu mencapai apa yang telah digariskan oleh Allah.34
Dijelaskan dalam surat ad-Dzariat ayat 56 yang bunyinya:
ل ي عب د ون إ ل ٱل ن و ٱل نس ل قت )٥٦(و م اخ
34 Ahmad tafsir. Ilmu pendidikan dalam perspektif Islam, ( Bandung : PT ROSDA karya
remaja, 2010) h. 46
23
“dan aku telah ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka
beribadah kepada Allah”35 tujuan manusia hidup menurut Allah
adalah beribadah kepadaNya.
Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid
‘Irsan Al-Kaylani yang dikutip lagi oleh Bukhari Umar, tujuan
pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek, yaitu:
1) Tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari ayat
Allah SWT dalam wahyu-Nya dan ayat-ayat fisik (afaq) dan
psikis (anfus);
2) Mengetahui ilmu Allah SWT melalui pemahaman kebenaran
makhluk-Nya;
3) Mengetahui kekuatan (qudrah) Allah melalui pemahaman
jenis-jenis, kuantitas, dan kreativitas makhluk-Nya;
4) Mengetahui apa yang diperbuat Allah SWT (sunnah Allah)
tentang realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.36
Menurut Al Ghazali yang dikutip oleh Asrosrun Ni’am Sholeh,
bahwa Al Ghazali secara ekplisit menempatkan dua hal penting
sebagai orientasi pendidikan, pertama, mencapai kesempurnaan
manusia untuk secara kualitatif mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kedua, mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih kebahagian
dunia akhirat.37
Konsepsi al-Ghazali ini menarik jika dikaitkan dengan konsepsi
pendidikan mutakhir. Al Ghazali merumuskan orientasi pendidikan
secara makro dan berupaya menghindar dari dari problematika yang
bersifat situasional. Sehingga konsepsi Al Ghazali tersebut dapat
dikatakan sebagai ujung orientasi (al –Ahadaf al-‘ulya) yang dapat
35 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI. 36 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 9 37 Asrosrun Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam. Op.cit. h. 78-79
24
dijabarkan ke dalam orientasi orientasi yang lenih spesifik, yakni
orieantasi intruksional/umum dan orientasi dan orientasi khusus38
Ibadah bukan hanya meliputi tentang sholat, zakat, puasa
dibulan ramadhan dan bahkan berqurban dan lain sebagainya. Dan
diluar itu bukanlah ibadah. Padahal ibadah itu ialah segala sesuatu
yang daisandarkan kepada Allah semata. Mulai dari pemikiran
perasaan, perbuatan tingkah laku, perkataan semua aspek dalam
kehidupan kita haruslah semuanya karena Allah yang menjadi jalan
hidup dan tujuan kita. Maka jelaslah pendidikan Agama Islam
bertujuan untuk mengarahkan seseorang untuk samapai seperti itu.39
c. Dasar filosofis Pendidikan Islam
Menurut Drs. Abd. Halim Soebahar MA. “Masalah pendidikan
adalah masalah semua umat. Pada bangsa yang primitif sekalipun,
aktivitas pendidikan pasti terjadi, karena sebenarnya pendidikan
merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dalam mempertahankan
dan melangsungkan kehidupannya”.40
Pendidikan sangatlah memberikan pengaruh kepada manusia,
dengan pendidikan manusia akan terbantu. Karena manusia adalah
makhluk Allah yang sempurna dan diberikan oleh Allah. Berbeda
dengan makhluk yang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia adalah
manusia yang derajatnya tinggi dari makhluk yang lain
Namun manusia, jika tidak menggunakan akal nya dengan baik
maka sesungguhnya ia tidak belajar. Manusia akan terjatuh dari
derajat yang paling rendah dan hina bahkan lebih hina dari binatang.41
Untuk itu manusia sangatlah membutuhakan pendidikan Islam agar
38 Asrosrun Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam. H. 78-79 39 Op.cit. h. 47 40 Abd. Halim Soebahar, wawasan baru pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam mulia, 2002),
h. 13 41 Abd. Halim Soebahar, wawasan baru pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam mulia, 2002),
h. 14
25
menjadi pegangan untuk mengarah kepada kehidupan yang lebih baik
lagi serta membentuk kepribadian masyarakat dan kebudayaan.
d. Pendidikan Islam untuk Anak
Anak-anak mempunyai pikiran yang terbatas dan pengalaman
yang sedikit dan percobaan yang kurang. Mereka hidup dengan akal
pikirannya dalam alam yang nyata, yang dapat mereka ketahui dengan
salah satu panca indra.42 Anak-anak tidak akan berpikir sangat dalam
atau berfilsafat dan berpikir abstrak. Mereka melihat dengan apa yang
mereka dapatkan dan mereka ketahui. Untuk itu masa anak-anak
sangatlah urgen sekali dalam tumbuh kembang. Karena anak-anak
mudah sekali dipengaruhi. Bila pengaruh baik yang ia dapatkan dan ia
terima maka anak-anak pun akan berjalan pada kebaikan tersebut. Bila
sebaliknya, mereka mendapatkan dan menerima pengaruh buruk maka
jalan keburukan akan anak-anak itu terima. Mereka juga suka
mencontoh dan suka meniru apa yang anak-anak lihat baik dari orang
tua dan temannya.
Pada fase ini perkembangan pada anak merupakan fase
terpenting sebagai orang tua jangan sampai melewati fase
perkembangan anak mulai umur tiga tahun sampai tujuh tahun.
Apabila anak diarahkan secara baik dan ditumbuh suburkan
kecendrungan yang baik, ia akan mampu menempuh jalan hidupnya
dengan luwes. 43 untuk itu pran orang tua sangatlah penting pada masa
perkembangan anak-anak umur tiga tahun sampai tujuh tahun. Oleh
sebab itu orang tua senantiasa mengajarkan pendidikan Agama Islam
kepada anaknya karena hal ini adalah tanggung jawab dari kedua
orang tua anak tersebeut. Kesadaran terhadap Pendidikan Agama
Islam baik akidah, tingkah laku dan amal perbuatannya. Dengan
42 Mammud Yunus, Metodik khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung),
h. 9 43 Muhammad ali quthb. Sang anak dalam naungan Islam. (Bandung: Cv. Diponegoro),
h. 86-87
26
demikian anak-anak akan terbentuk menjadi generasi cikal bakal
manusia yang baik bagi anggota masyarakatbaik secara individu
maupun keluarga. Dari keluarga demikianlah akan terbentuk suatu
umat yang dicita-citakan.44
Untuk itu periode masa perkembangan anak ini sangat kritis dan
paling penting. Masa ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam
dalam pembentuka pribadinya.45
3. Konsep Anak Jalanan
a. Pengertian Anak (Anak Usia Dini)
Anak adalah penerus generasi untuk masa depan. Anak
merupakan asset penting dimiliki suatu bangsa. Karenanya anak
adalah harapan bagi keluarga, masyarakat dan Negara. Untuk itu
pembekalan dan bimbingan bagi anak sangatlah penting dan harus di
lakukan sedini mungkin. Menurut Yuliani “anak usia dini berada pada
usia rentan 0-8 tahun.46 Seorang anak yang masih belia dalam
kehidupan sehari harinya juga mengalami berbagai macam emosi,
sama seperti orang dewasa. Dan pada saat itu mereka juga belajar
memahami perasaan dan reaksi emosional orang lain.47
Setiap anak memilki potensi nya masing masing, untuk itu
sebagai anak sebagai generasi penerus haruslah bisa di arahkan sesuai
minat bakat dan potensinya. Untuk itu anak perlu bimbingan dan
perhatian jangan sampai anak itu terlantar. Karena anak adalah asset
bangsa dan kebanggan keluarga yang akan meneruskan perjuangan
selanjutnya.
44 Muhammad ali quthb. Sang anak dalam naungan Islam Ibid. h. 87 45 Yusuf Muhammad hasan. Pendidikan anak dalam Islam. (Jakarta: Yayasan Al-Sofwa
1997) h. 31 46 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT
Indeks 2012) h. 6 47 John w. santrock. Perkembangan anak ,(Jakarta: Erlangga 2007 jilid 2), h.16
27
Untuk mengarahkan potensi anak kita harus mengenali anak-
anak terlebih dahulu. Kita juga harus memberikannya stimulus dan
rangasangan kepada anak.48 Dengan demikian anak akan mampu
berkembang dan tumbuh dengan baik. Karena kepedulian kepada
anak-anak adalah penting untuk membangun bangsa lebih baik lagi.
Oleh sebab itu pendidikan agama yang akan diberikan kepada anak-
anak, haruslah sesuai dengan keadaan mereka itu, sesuai dengan akal
pikirannya, sesuai dengan sifat sifatnya, sebagai tersebut itu. Berikan
lah pendidikan agama yang mudah dipahami oleh anak mulai dari
pembelajaran amal perbuatan dan akhlak yang mulia dan kelakuan
baik.49
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Pertumbuhan
berasal dari kata tumbuh yang artinya “hidup dan bertambah besar
atau sempurna”.50 Sedangkan perkembangan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berasal dari kata kembang yang artinya “menjadi
bertambah sempurna”.51
Kata pertumbuhan dan perkembangan itu sering kali kita
mendengarnya adalah hal yang sama. Sebagaimana biasa kita
mendengar kata tumbuh kembang. Sebenarnya tumbuh dan kembang
memiliki makna dan paham yang berbeda. Kata pertumbuhan
sebenarnya menjelaskan tentang sesuatu yang dapat di ukur dan
terlihat dengan jelas. Seperti tinggi badan berat badan dan lain
48 Ahmad Susanto, perkembangan anak usia dini, ( Jakarta: Kencana 2011) h.12 49 Mammud Yunus, Metodik khusus Pendidikan Agama, Ibid. h.10 50 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
BalaiPustaka, 1998), h. 1745 51 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
BalaiPustaka, 1998), h. 724
28
sebagainya. Sedang perkembangan memilki makna tentang mental
atau psikis. Seperti kecerdasan, sikap dan tingkah laku.52
Didalam penelitian dibidang Neorologi dijelaskan bahwa bahwa
kecerdasan anak itu mencapai 50% ketika umur anak tersebut 0-4
tahun. Dan umur anak mencapai 80% ketika memasuki umur 8
tahun.53 Masa anak-anak merupakan masa keemasan karena
pembekalan di usia dini sangat lah penting pada anak.
c. Pengertian Anak Jalanan
Menurut Bagong suyanto anak jalanan adalah “ anak yang
tersisih, marginal dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan
dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan
lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat.”54
Mereka berbeda dengan anak pada umumnya, bahkan untuk mereka
belajar pun mereka kesulitan. Kita perlu mengetahui dan sadar bahwa
mereka pun berhak untuk menerima pendidikan.
Anak jalanan disekitaran kota besar masih banyak sekali,
dibalik gedung gedung yang menjulang tinggi, dengan bangunan yang
begitu mewah. Anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-cara
sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima masyrakat umum,
sekedar untuk membantu keluarganya. Tidak jarang pula mereka dicap
sebagai pengganggu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor,
sehingga yang namanya razia atau penggarukan bukan lagi hal yang
mengagetkan mereka.55
Anak kecil yang kurang dalam makanan, pakaian yang cukup
dan keadaan orang tua yang sulit dari segi ekonomi. Membuat anak
kecil ni ingin terjun langsung mencari uang untuk membantu orang
52 Ahmad Susanto, perkembangan anak usia dini, ( Jakarta: Kencana 2011), h. 20 53 Ibid, h. 22 54 Bagong suyanto, masalah sosial anak,, (Jakarta : Kencana 2013) h. 199 55 Ibid, h. 199-200
29
tuanya.56 Mereka yang disebut sebagai anak jalanan yang memilki
keadaan ekonomi sulit dan dalam garis kemiskinan.
Menurut Kartodirjo sebagaimana yang dikutip oleh Soetomo,
dia menempatkan dua jenis sindrom yaitu sindrom kemiskinan dan
sindrom inertia sebagai permasalahan pokok yang harus dipecahkan
dalam usaha pembangunan.57 Kemiskinan menjadi hal yang mendasar
bagi anak jalanan dalam permasalahan hidup mereka. Anak jalanan itu
sulit mendapatkan pendidikan. Padahal kita ketahui pendidikan
merupakan proses untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.
Kemiskinan bukan semata mata karena pendapatan yang kurang.
Kompleksitas masalah kemiskinan mencerminkan kesengsaraan dan
tertekannya harga diri manusia karena ketiadaan pendapatan,
kekuasaan dan pilihan untuk memperbaiki taraf hidupnya. Oleh karena
itu profil kemiskinan secara keseluruhan dicirikan oleh pendapatan
rendah, kondisi kesehatan buruk, pendidikan rendah dan keahlian
terbatas, akses dan terhadap tanah dan modal rendah, sangat rentan
terhadap gejolak ekonomi, bencana alam, konflik sosial dan resiko
lainnya, partisipasi rendah dalam proses pengambilan kebijakan, serta
keamanan individu yang sangat kurang.58 Penduduk yang termasuk
dalam kategori miskin tersebut dapat dipastikan sulit untuk
mendapatkan pendidikan , pangan, kesehatan, maupun perumahan.59
Sebagaimana diketahui, tujuan utama pembangunan masyarakat adalah
masyrakat adalah peningkatan taraf hidup.60
56 Abdul Nashin Ulwan. Pendidikan Anak Menurut Islam.(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 1990) h.99-100 57 Drs. Soetomo. Masalah Sosial dan Pembangunan. (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
1995) h. 313 58 Ali Khomsan dkk. Indikator Kemiskinan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2005) h. 8 59 Sukardi Weda(Alumni International Fellowships Program IFP). Menuju Indonesia
Berkeadilan. (Jakarta: Indonesia Social Justice Network (ISJN). h. 245 60 Drs. Soetomo. Masalah Sosial dan Pembangunan. (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
1995) h. 116
30
d. Pembagian Anak Jalanan
Didalam Buku Masalah Sosial anak yang dikutip dari Bagong
Suyanto sosial anak dijelaskan bahwa hasil penelitian Surbakti dkk
membagi secara garis besar dengan tiga kelompok .
1) Children on the street, kelompok anak jalanan seperti ini adalah
mereka yang ambil bekerja membantu ekonomi keluar untuk
membantu dan memenuhi keurangan pada keluarganya. Yang mana
hasil uang dan kerja mereka diberikan kepada orang tua mereka.
Mereka seperti ini karena beban kemiskinan yang mereka rasakan,
dan mereka merasa bertanggung jawab untuk memenuhi dan
membantu kekurang ekonomi orang tuanya.
2) Children of the street, kemudian kelompok yang kedua ini lebih
berat lagi, mereka termasuk kelompok yang berpartisipasi
maksimal dijalanan, baik dari segi social maupun segi ekonomi.
Dari ekonomi mereka harus bekerja membantu kekurangan
keluarga mereka. Dan dalam segi social mereka kebanyakan anak
yang lari dari rumah, yang mendapat perlakuan kekerasan dalam
keluarganya. Kelompok anak jalanan yang seperti ini lah yang
rawan dengan pergaulan yang salah, baik dari perlakuan, fisik dan
bahkan sampai seksual.
3) Children from families of the street, kelompok ketiga anak jalanan
ini adalah anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup
dijalanan. Mereka yang hidup serba kekurangan dan kesulitan.
Kelompok seperti ini kita dapat melihatnya I kolong jembatan,
bantaran rel dan lain sebagainya. Kolong jembatan dan bantaran rel
ini lah yang menjadi rumah mereka singgah. Mereka juga yang
disebut dengan pemukiman kumuh dan kotor. Anak jalanan ini
31
bahkan mereka ada yang sejak bayi sudah menempati tempat
tersebut, ini pun sebenarnya tidak sedikit.61
B. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan pada penelitian ini adalah anak jalanan ini
adalah:
1. Nursya Aini Utami (2007) Mahasiswa fakultas ilmu Tarbiyah dan
keguruan, dalam Skripsi yang berjudul Pembelajaran Matematika
Pada Anak Jalanan, Studi Kasus Di Bengkel Kreativitas Yayasan