-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
PERAN WELLSITE GEOLOGIST PADA AKTIVITAS PEMBORAN EKSPLORASI DI
LAPANGAN MELIA CEKUNGAN SALAWATI
KABUPATEN SORONG, PAPUA BARAT
Semuel Mefri P.H. Datu Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN
Veteran Yogyakarta
ABSTRAK
Minyak bumi sampai saat sekarang merupakan sumber energi yang
utama dan sangat dibutuhkan. Untuk itu diperlukan usaha-usaha dalam
meningkatkan dan mengoptimalkan produksi lapangan minyak yang sudah
ada atau mencari sumber cadangan baru dengan menerapkan kemajuan
teknologi serta perhitungan ekonomi pada suatu lapangan minyak.
Sampai saat ini kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di daerah Papua
terutama bagian Barat masih terus dilakukan untuk menambah cadangan
dan meningkatkan produksi hidrokarbon.
Lokasi penelitian terletak di lapangan MELIA yang terletak
diarah Tenggara Kota Sorong. Lokasi dapat ditempuh selama 30 menit
dari Kota Sorong dengan kendaraan bermotor. Penelitian dilakukan di
Pemboran onshore di lapangan MELIA Distrik Aimas Kabupaten
Sorong.
Secara sistematik, terdapat 5 perangkat sistem utama dalam
pemboran, yaitu : Sistem Tenaga, Sistem Pengangkatan, Sistem
Pemutar, Sistem Sirkulasi, dan Sistem Pencegah Semburan Liar. Dan 1
perangkat sistem penunjang yaitu sistem penyemenan.
Wellsite Geologist adalah bagian yang penting dalam suatu
operasi pemboran. Mereka bertugas untuk memonitoring aktivitas
aktivitas vital selama pemboran berlangsung. Salah satunya adalah
mengidentifikasi data cutting hasil pemboran, mengawasi proses
mudlogging dan wireline logging, kemudian yang terpenting yaitu
menentukan batas formasi guna mendapatkan zona zona yang memiliki
prospek hidrokarbon maupun gas berdasarkan data litologic log,
wireline log, serta data data lainnya yang mendukung.
PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya industri yang diiringi dengan permintaan
pasar dunia akan minyak dan gas bumi yang terus meningkat,
mengakibatkan cadangan minyak bumi semakin menipis sehingga
diperlukan peningkatan usaha dalam memperoleh minyak bumi.
Disamping melakukan eksplorasi baik penyelidikan geologi permukaan
(surface investigation) maupun penyelidikan geologi bawah permukaan
(subsurface investigation) untuk menemukan lapangan minyak baru.
Sampai saat ini kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di daerah Papua
Barat khusunya Cekungan Salawati masih terus dilakukan untuk
menambah cadangan dan meningkatkan produksi hidrokarbon.
Lokasi penelitian terletak di lapangan MELIA yang terletak
diarah Tenggara Kota Sorong. Lokasi dapat ditempuh selama 30 menit
dari Kota Sorong dengan kendaraan bermotor. Kerja Praktek dilakukan
di Pemboran onshore di lapangan MELIA Distrik Aimas Kabupaten
Sorong.
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SALAWATI Kerangka Tektonik Cekungan
Salawati
Lokasi penelitian terletak pada cekungan salawati, dalam tatanan
kerangka tektonik regional cekungan Salawati terletak pada komplek
tektonik daerah Indonesia bagian timur pada bagian kepala burung
yang dipengaruhi oleh tiga lempeng besar yaitu : Lempeng Benua
Eurasia berupa batuan metamorf yang sudah sangat terdeformasi
sebagai hasil interaksi dari lempeng Autralia dan lempeng Pasifik,
Lempeng Samudra Pasifik yang tersusun oleh ofiolit dan kompleks
vulkanik busur kepulauan dan Lempeng Benua Australia yang terdiri
dari endapan sedimen (Hamilton,1978). Cekungan Salawati yang
menempati bagian sudut utara dari lempeng Benua Australia dengan
batas sebelah utaranya adalah Zona Patahan Sorong yang terbentuk
akibat persinggungan lempeng tersebut dengan Lempeng Samudra
Pasifik. Cekungan ini di sebelah selatan dibatasi oleh jalur
lipatan geantiklin Misol Onin, di sebelah barat dibatasi oleh
kelanjutan dari jalur patahan Sorong dan di bagian timur berbatasan
dengan Dataran Tinggi Ayamaru (Gambar 2).
Elemen elemen Cekungan Salawati secara umum didominasi oleh
struktur patahan dan lipatan yang berarah timur barat. Hampir
seluruh patahan berkembang sebagai sesar normal ekstensional. Di
bagian utara terdapat beberapa patahan mendatar berupa shear dari
sesar geser Sorong. Sabuk ini berakhir oleh sesar geser kontinental
berarah barat timur yang dikenal dengan nama zona Sesar Tarera
Aiduna pada bagian leher burung. Pada wilayah leher burung
didominasi oleh struktur lipatan yang berarah utara sampai
baratlaut yang dikenal dengan nama Lengguru Fold Belt, pada sabuk
lipatan ini sebagian besar struktur didominasi oleh sistem sesar
yang berarah barat timur. Kemudian evolusi tektonik regional di
wilayah Kepala Burung berlangsung sejak awal Paleozoikum.
Gerakan
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
tektonik yang cukup intensif terjadi pada kala Plio Pleistosen
paska pengendapan fasies batugamping terumbu yang berumur Miosen
(Hamilton,1978).
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 2. Pembagian Cekungan Salawati (Hamilton, 1978)
Stratigrafi Cekungan Salawati Batuan Dasar (Devon, 406.5 262.5 juta
tahun)
Di daerah Kepala Burung atau Cekungan Salawati Bintuni, Batuan
Dasar yang berumur Pra-Tersier terutama tersingkap di sebelah timur
Kepala Burung yang dikenal sebagai Tinggian Kemum, serta di sekitar
Gunung Bijih Mining Access (GBMA) yaitu di sebelah Barat Daya
Pegunungan Tengah. Batuan Dasar tersebut disebut Formasi Kemum yang
tersusun oleh batusabak, filik dan kuarsit. Formasi ini di sekitar
Kepala Burung diintrusi oleh granit yang berumur Karbon disebut
sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh sebab itu Formasi Kemum
ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai awal Karbon.
Formasi Aifam (Perm, 290 - 250 juta tahun)
Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh
Group Aifam. Di sekitar Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3
Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat dan Ainim. Group ini terdiri
dari suatu seri batuan sedimen yang taktermalihkan dan terbentuk di
lingkungan laut dangkal sampai fluvio-delataik. Satuan ini di
daerah Bintuni ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Tipuma
yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999). Formasi
Kembelengan (Jura Akhir Kapur Akhir, 152 66.5 juta tahun)
Formasi Kembelengan, pada bagian bawah merupakan endapan
paralis-laut dangkal yang terdiri dari batupasir, batulempung,
mudstone dan batubara berumur Jurasik Tengah sedangkan pada bagian
atas merupakan endapan laut dangkal-dalam terdiri dari mudstone dan
serpih berumur Kapur.Endapan dengan umur Mesozoikum berkembang di
bagian selatan Cekungan Salawati, karena pada saat pengendapan
sedimen tersebut cekungan terbuka ke arah selatan.
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Formasi Waripi (Paleosen, 66.5 54 juta tahun) Formasi Waripi
terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupsir kuarsa
diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai
Eosen. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Faumai secara selaras
dan terdiri dari batugamping berlapis tebal (sampai 15 meter) yang
kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan perlapisan
batupasir kuarasa dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh
formasi ini sekitar 500 meter. Formasi Faumai (Eosen, 54 36 juta
tahun)
Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi
yang juga merupakan sedimen yang diendapkan di lingkungan laut
dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan karbonat berbutir halus
atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang
menunjukkan umur Eosen. Formasi Sirga (Oligosen, 36 25.2 juta
tahun)
Kemudian secara selaras di atas Formasi Faumai diendapkan
Formasi Sirga . Formasi ini berumur Oligosen, formasi ini
dipengaruhi oleh regresif pada Oligosen Tengah menyebabkan
terbentuknya daratan yang luas, Transgresi yang terjadi pada kala
Oligosen Akhir telah berperan dalam proses pengendapan batuan
sedimen klastik berupa batupasir, lanau, serpih gampingan serta
sedikit batugamping yang berasal dari Tinggian Kemum di sebelah
utara. Formasi Kais (Miosen Awal Miosen Tengah, 25.2 10.2 juta
tahun)
Formasi Kais didominasi oleh litologi batugamping, secara umum
Formasi Kais terdiri atas dua tipe karbonat utama, yaitu
batugamping terumbu dan batugamping paparan. Batugamping paparan
Formasi Kais diendapkan pada Miosen Awal Miosen Tengah dan diatas
paparan karbonat Formasi Kais berkembang batugamping terumbu
Formasi Kais, semakin ke arah Tinggian Kemum batuan karbonat
Formasi Kais berubah fasies menjadi sedimen klastik pembentuk
Formasi Klasafet.
Fasies batugamping terumbu hanya berkembang setempat-setempat di
daerah tinggian, sedangkan fasies batugamping klastik berkembang
hingga daerah dalaman. Umumnya batugamping terumbu ini berkembang
selama fase muka air laut naik atau selama muka air laut tertinggi.
Formasi Kais merupakan reservoar yang berkembang baik di Cekungan
Salawati.
Formasi Klasafet (Miosen Akhir, 10.2 5.2 juta tahun)
Formasi Klasafet yang berumur Miosen Akhir dan terdiri dari
sedimen klastik, yaitu berupa batulempung gampingan dan batugamping
serpihan. Formasi Klasafet merupakan beda fasies dengan batugamping
terumbu Formasi Kais. Formasi Klasaman (Pliosen, 5.2 1.65 juta
tahun )
Pengangkatan dalam periode Mio Pliosen sepanjang zona sesar
Sorong di utara dan Dataran Tinggi Ayamaru di timur, membagi
Cekungan Salawati di barat dan Cekungan Bintuni di timur. Peristiwa
pengangkatan ini mengakibatkan pengendapan sedimen klastik yang
terdiri dari batulempung dengan sisipan tipis batulanau dan
batugamping. Formasi Klasaman berumur Pliosen.
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Formasi Sele (Pleistosen, 1.65 juta tahun) Lalu pada kala
Pliosen Pleistosen setelah pengangkatan regional
cekungan, diendapkan sedimen fluvial Formasi Sele yang berumur
Pleistosen berupa batupasir dan konglomerat diendapkan secara tidak
selaras diatas formasi formasi yang lebih tua.
Gambar 3. Stratigrafi Regional Cekungan Salawati (Tamuloi &
Salqenst, 2001) Petroleum System Cekungan Salawati Batuan Induk
(Source Rock)
Batuan klastik halus dari formasi formasi yang diendapkan pada
lingkungan laut dangkal berupa batuan sedimen batupasir, lanau,
serpih gampingan dari Formasi Sirga dapat bertindak sebagai batuan
induk hidrokarbon yang ditemukan dalam fasies batugamping terumbu
Formasi Kais Batuan Reservoar (Reservoir Rock)
Batuan yang berpotensi sebagai batuan reservoar di daerah
telitian adalah batuan karbonat pada reef build up Formasi Kais.
Hasil studi fasies batugamping Formasi Kais di Cekungan Salawati
(JOB Pertamina Santa Fe,2000) terdapat lima fasies utama, yaitu :
Patch Reefs Over Arar High, Lagoonal Mud/Reef Mounds, Ridge Over
Salawati Ridge, Lagoonal Pinnacle Reefs dan Patch Reefs Over Walio
Bank. Lapangan Klamono dan sekitarnya termasuk dalam Lagoonal
Deeper Carbonates Facies. Secara umum terdiri dari lime mudstone
berwarna abu abu kecoklatan yang berbutir halus dan wackstone pada
beberapa tempat terdapat argillaceous dengan material skeletal
berkisar 8 25 % yang terdiri dari foraminifera plankton dan sedikit
foraminifera bentonik.
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Batuan Penutup (Seal Rock) Batuan yang bertindak sebagai lapisan
penutup yang baik pada daerah
telitian adalah sedimen klastik yang terdiri dari batulempung
dengan sisipan tipis batulanau dan batugamping dari Formasi
Klasafet dan Formasi Klasaman. Jebakan Hidrokarbon (Trap of
Hidrocarbon)
Perangkap umum secara regional di daerah telitian adalah jebakan
stratigrafi. Jebakan stratigrafi adalah adanya fasies terumbu dari
Formasi Kais yang porous. Perangkap Formasi Kais pada umumnya
didominasi oleh batugamping berumur miosen awal miosen tengah.
Batugamping Formasi Kais di daerah Klamono diendapkan di lingkungan
lagoonal hingga carbonate reef bank. Sehingga reservoar pada
umumnya terbentuk dari patch reef atau reef bank. Pola sturktur
carbonate build-up pada umumnya mempunyai orientasi timurlaut -
baratdaya, sejajar dengan orientasi garis pantai pada saat
pengendapan. Perangkap - perangkap tersebut berkembang sejak awal
hingga akhir pembentukan Formasi Kais. Migrasi Hidrokarbon
(Migration of Hidrocarbon)
Pola migrasi minyak dan gas di daerah telitian, mengikuti jalur
migrasi lateral melewati media batuan porous yang dikontrol oleh
slope lapisan ke arah tinggian serta jalur patahan. OPERASI
PEMBORAN EKSPLORASI
Pemboran eksplorasi merupakan puncak dari seluruh kegiatan
eksplorasi, pekerjaan ini biasanya dilakukan kerjasama antara
bagian eksplorasi dan pemboran. Operasi pemboran bertujuan membuat
lubang secara cepat, murah, dan aman hingga menembus formasi
produktif di bawah permukaan. Hasil pemboran yang dinamakan Lubang
sumur atau Well Hole tersebut dilanjutkan dengan pemasangan pipa
selubung berupa casing dan dilanjutkan dengan penyemenan. Langkah
selanjutnya adalah pemasangan peralatan produksi untuk
memproduksikan minyak atau gas dari formasi produktif. PERANGKAT
PEMBORAN
Perangkat pemboran terbagi atas 2 sistem, yaitu Sistem Utama dan
Sistem Penunjang. Sistem Utama Sistem Utama terbagi atas 5 sistem,
yaitu :
Sistem Tenaga (Power System) Sistem tenaga adalah merupakan
salah satu bagian utama dalam suatu rig.
Fungsi utamanya adalah untuk mendukung seluruh sistem yang lain
dengan menyediakan suatu sumber tenaga yang diperlukan dalam
operasi pemboran modern.
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 4. Sumber tenaga utama
Sistem Pengangkatan (Hoisting System) Sistem pengangkat adalah
satu diantara komponen komponen utama dalam rig. Tugas utamanya
adalah membantu sistem pemutar didalam mengebor sumur dengan
menyediakan alat alat yang sesuai dan ruang kerja yang dibutuhkan
untuk mengangkat dan menurunkan, juga menggantung beban yang sangat
berat dari sistem alat alat pemutar.
Gambar 5. Sistem Pengangkatan di Lokasi Penelitian
Sistem Pemutar ( Rotating System) Sistem pemutar adalah salah
satu dari komponen komponen utama
dalam suatu rig. Tugas utamanya adalah untuk memutar batang bor
dan memberikan beban pada mata bor untuk mengebor ulang.
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 6. Sistem Pemutar di Lokasi Penelitian
Sistem Sirkulasi (Circulating System) Sistem sirkulasi adalah
salah satu bagian utama dari rig. Tugas utamanya adalah membantu
sistem pemutar dalam mengebor sumur dengan menyediakan perlengkapan
perlengkapan yang patut, bahan bahan dan tempat tempat kerja, untuk
mempersiapkan, merawat, dan mengganti darah kehidupan dari pemboran
putar, yaitu lumpur pemboran.
Gambar 7. Sistem Sirkulasi di Lokasi Penelitian
Sistem Pencegah Semburan Liar (Blow Out Prevention System)
Sistem Pencegah Semburan Liar merupakan komponen utama yang paling
akhir dari rig. Fungsi utamanya adalah untuk mengendalikan ancaman
blow out, yaitu suatu aliran yang tak terkendali dari fluida
formasi menuju permukaan. Blow out biasanya dimulai dengan adanya
kick yang merupakan suatu intrusi fluida bertekanan tinggi. Intrusi
ini dapat berkembang menjadi blow out bila tidak segera ditangani.
Fungsi dari BOP sendiri yaitu menutup lubang bor ketika hal itu
terjadi.
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 8. Sistem Sistem Pencegah Semburan Liar di Lokasi
Penelitian Sistem Penunjang
Sistem Penyemenan (Cementing System) Penyemenan suatu sumur
merupakan salah satu faktor yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu operasi pemboran. Berhasilnya atau
tidaknya suatu pemboran, diantaranya tergantung dari berhasil
tidaknya penyemenan sumur tersebut. Pada umumnya penyemenan
bertujuan untuk melekatkan casing pada dinding lubang sumur,
melindungi casing dari masalah masalah pada saat pemboran (tekanan
formasi), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat
korosi untuk memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di
belakang casing. Peralatan yang digunakan pada sistem penyemenan
terbagi atas 2, yaitu : 1. Peralatan Diatas Permukaan
a. Cementing unit Adalah suatu unit pompa yang mempunyai fungsi
untuk memompakan bubur semen dan lumpur pendorong dalam proses
penyemenan.
Jenis-jenis cementing unit : Truck mounted cementing unit,
Marine cementing unit, Skit mounted cementing unit
b. Flow line
Merupakan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur semen yang
dipompakan dari cementing unit ke cementing head.
c. Cementing head Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen
yang masuk ke lubang bor.
2. Peralatan Dibawah Permukaan a. Casing
Merupakan pipa selubung yang berfungsi untuk : Melindungi lubang
bor dari pengaruh - pengaruh fluida formasi dan
tekanan-tekanan di sekitarnya. Melindungi lubang bor dari
keguguran. Memisahkan formasi produktif satu dengan lainnya.
Bersama-sama memperkuat dinding lubang bor serta mempermudah
operasi produksi nantinya. Jenis-jenis casing :
Conductor casing, Intermediate casing, Production casing
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
WELLSITE GEOLOGIST
Wellsite geologist adalah seorang ahli geologi yang bertugas di
lokasi pengeboran. Dia yang memutuskan kapan special test diadakan
dan kapan saatnya menghentikan pengeboran. Dia mengirimkan laporan
periodik dan log yang lengkap kepada operator geologist dan memberi
saran geologi ke perusahaan minyak. Dia juga berdiskusi dengan
engineer, teknisi perminyakan dan mud logger selama proyek
berlangsung. Wellsite geologist mempelajari Cutting dari sumur
minyak dan gas untuk membedakan formasi batuan yang sedang dibor
dan bagaimana proses pengeboran dilakukan. Wellsite juga
mengidentifikasi bagian spesifik dari sample core dan data Cutting
dan merencanakan pola struktur yang akan dibor. Tugas utama seorang
Wellsite Geologist adalah : a. Menganalisa Cutting yang diambil
dari shale shaker oleh sample catcher
dengan melakukan pengamatan mikroskop terhadap sample Cutting
tersebut serta mengeplotnya ke dalam suatu litologic log.
b. Menyaksikan pelaksanaan logging, menganalisa hasil logging
berapa grafik data log yang disediakan oleh logging service company
dan memantau pengamatan gas dan pressure yang dilakukan service oil
company.
c. Menentukan apakah batas formasi telah dicapai, zona zona yang
diharapkan menghasilkan minyak pada waktu pengeboran berlangsung
dengan berdasarkan data litologic log, wire line log, dan data data
lain yang mendukung.
d. Memastikan formasi produce oil dengan melakukan side wall
core. e. Analisis, korelasi, evaluasi dengan menggunakan data
selama pengeboran
(serbuk bor, gas, dan data wireline). f. Membandingkan kumpulan
data selama pengeboran dengan prediksi yang
dibuat pada tahap prognosis. g. Bertindak dengan efektif dan
mewakili team geologi pada perusahaan minyak
dalam hal mengambil keputusan untuk mempertimbangkan dan
melanjutkan pengeboran.
ANALISA SERBUK BOR (CUTTING) Cutting merupakan serbuk bor yang
berupa hancuran dari batuan yang ditembus oleh mata bor (bit),
serbuk bor ini diangkat dari dasar lubang bor ke permukaan oleh
gerakan lumpur pemboran yang digunakan untuk mengebor pada waktu
kegiatan pemboran berlangsung. Kemudian dianalisa oleh Wellsite
Geologist. Analisa cutting yang dilakukan oleh Wellsite Geologist
dapat dilakukan dengan beberapa cara, tentunya mempunyai tujuan
masing masing. Antara lain yaitu : Deskripsi dengan menggunakan
mikroskop binokular. Dengan mendeskripsi
cutting kita mendapatkan informasi tentang sifat fisik dan kimia
dari batuan tersebut.
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 9. Deskripsi Cutting dengan Mikroskop binokular
Menentukan ada tidaknya jejak minyak pada formasi tertentu,
Cutting di analisa dilakukan dengan alat alat seperti Fluoroscope
dan cairan - cairan kimia (Hcl, Fenopthaline, Triclorethane)
Gambar 10. Fluoroscope Gambar 11. Cairan cairan kimia
INTERPRETASI DATA MASTER LOG
Berdasarkan data pada kolom Masterlog, pada interval kedalaman
1200 2000 feet terdapat 1 satuan batuan yaitu satuan batulempung.
Pada satuan batulempung pada daerah telitian terdapat 3 jenis
litologi, yaitu litologi batulempung, batupasir, dan batugamping.
Pada interval kedalaman ini litologi batupasir dan batugampingan
hadir sebagai perselang selingan dengan batulempung (dominan).
Hasil Deskripsi Serbuk bor (cutting) : Claystone, Med Lt gray Lt
gray, Occasionall med gray, Very soft soft, Loccaly firm, Amorph,
Stky, Blocky i/p, Silty i/p, Carbon mat i/p, Trace shell fragmen,
Trace foram fossil, Trace Pyrite, Slightly Calcite. (interval 1200
1600 ft) Limestone, Off White White, Occasionall gray, Medium hard
hard, brittle i/p, Wackstone Packstone, Crystalline
Microcrystalline, Tr glauconite, Carbon mat i/p, Tr shell fragmen,
Tr foram fossil, Tr Pyrite, Vug Porosity, Intercrystalline
porosity, No oil show. (1205 ft, 1250 ft, 1265 ft, 1310 ft, 1330
ft, 1360 ft, 1400 ft, 1410 ft) Sandstone, Med gray gray, Compact lt
gray, Loose quarzt, Clear, Transl, Very fine fine grain, Occ Med
grain, Friable Med hard, Anggular Subrounded, Moderately sorted, Tr
glau, Carbon mat i/p, Tr shell fragmen, Tr foram fossil, Calcite
cement, Tr argillaceous, Tr Pyrite, Poor Visible Porosity, No oil
show. (1210 ft, 1240 ft, 1260 ft, 1290 ft, 1300 ft, 1320 ft, 1340
ft, 1380 ft, 1395 ft, 1475 ft, 1510 ft) Limestone, Med gray gray,
White i/p, Occasionall gray, Medium hard hard, brittle i/p,
Wackstone Packstone, Crystalline Microcrystalline, Tr glauconite,
Carbon mat i/p, Tr shell fragmen, Tr foram fossil, Tr Pyrite, Vug
Porosity,
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Intercrystalline porosity, No oil show. (1460 ft, 1495 ft, 1530
ft, 1565 ft, 1610 ft, 1630 ft) Sandstone, Med gray gray, Compact lt
gray, Loose quarzt, Clear, Transl, Very fine fine grain, Occ Med
grain, Friable Med hard, Anggular Subrounded, Moderately sorted, Tr
glau, Carbon mat i/p, Tr shell fragmen, Tr foram fossil, Calcite
cement, Tr Pyrite, Poor Visible Porosity, No oil show. (1510 ft,
1540 ft, 1590 ft, 1640 ft, 1660 ft, 1690 ft) Claystone, Med gray Lt
gray, Occasionall lt gray, Very soft soft, Loccaly firm, Amorph,
Sol, Stky, Blocky Subblocky i/p, Silty i/p, Carbon mat i/p, Trace
shell fragmen, Trace foram fossil, Trace Pyrite, Slightly Calcite.
(1600 ft 1860 ft) Limestone, Med gray gray, White i/p, Occasionall
gray, Medium hard hard, brittle i/p, Wackstone Packstone,
Crystalline Microcrystalline, Tr glauconite, Carbon mat i/p, Tr
shell fragmen, Tr foram fossil, Tr Pyrite, Vug Porosity,
Intercrystalline porosity, No oil show. (1660 ft, 1705 ft, 1730 ft,
1750 ft) Sandstone, Med gray gray, Compact lt gray, Loose quarzt,
Clear, Transl, Very fine fine grain, Occ Med grain, Friable Med
hard, Anggular Subrounded, Moderately sorted, Tr glau, Carbon mat
i/p, Tr shell fragmen, Tr foram fossil, Calcite cement, Tr Pyrite,
Poor Visible Porosity, No oil show. (1740 ft, 1795 ft) Limestone,
Off White White Medium hard hard, Wackstone Packstone, Crystalline
Microcrystalline, Tr shell fragmen, No oil show. (1780 ft, 1790 ft,
1840 ft, 1890 ft) Claystone, Med gray Lt gray, lt gray, Very soft
soft, firm i/p, Loc Blocky, Silty i/p, Sol, Stky, Carbon mat i/p,
Trace shell fragmen, Trace foram fossil, Trace Pyrite, Slightly
Calcite. (1860 ft 2000 ft) Sandstone, Med gray gray, Loc brn, Loose
quarzt, Clear, Transl, Sft firm, Very fine fine grain, Occ Med
grain, Friable Med hard, Subanggular Subrounded, Moderately - Well
sorted, Tr glau, Tr Mafic, Calcite cement, Poor Visible Porosity,
No oil show. (1910 ft, 1925 ft) KESIMPULAN 1. Perangkat Pemboran
terbagi atas 2 sistem, yaitu :
Sistem Utama
Sistem Tenaga (Power System)
Sistem Pengangkatan (Hoisting System)
Sistem Pemutar (Rotating System)
Sistem Sirkulasi (Circulating System)
Sistem Pencegah Semburan Liar (Blow Out Prevention System)
Sistem Penunjang
Sistem Penyemenan (Cementing System) 2. Wellsite geologist
mempelajari cutting dari sumur minyak dan gas untuk
membedakan formasi batuan yang sedang dibor dan bagaimana proses
pemboran. Wellsite geologist juga mengidentifikasi bagian spesifik
dari sample core dan data cutting, serta interpretasi data master
log untuk mengetahui adanya jejak - jejak dari hidrokarbon.
3. Berdasarkan hasil interpretasi dari data Master log maka
dapat disimpulkan
bahwa pada daerah telitian bukan merupakan zona prospek
hidrokarbon. Hal ini
-
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
didukung oleh beberapa parameter pemboran seperti TG,
chromatograph ,fluoroscene, dan deskripsi cutting.
DAFTAR PUSTAKA Adimir Aryo, Windiarto Boedi, 2003, Basic
Drilling Engineering and Technologie
Course, Yogyakarta.
Baker Huges Inteq, 1996, Wellsite Geology Rereference Guide,
Houston : Baker Huges Inteq
Koesoemadinata, R. P, 1978, Geologi Minyak Dan Gas Bumi,
Bandung, Penerbit ITB.
Rubiandini Rudi, 2004, Drilling Fluid Design and Solid Control
Course, Bandung.
Syaiful, Muhammad, Presentation : Introduction to Wellsite
Geology, Eni Indonesia