DATA COLLECTION Nama Responden : Bapak Pramin (Ketua adat/orang tua Sdr. Danto) Alamat Responden : Desa Pasir Mayang Waktu Wawancara : 30 mei 2013 Tempat Wawancara : Rumah Bapak Pramin Apa pekerjaan bapak? Menoreh (petani karet), berladang tapi kalau berladang setahun sekali. Ada berapa luas lahan/tanah bapak? Saya punya tanah banyak, mungkin 5 hektar. Berapa penghasilan bapak sebulan? Rp 800.000 – Rp 900.000, ndak nentu. Apakah ada yang ditabung untuk sekolah anak? Ndak ada, makan jak susah. Apa pendidikan terakhir bapak? Saya ni cuma tamat SD. Ada berapa jumlah anak bapak? Ada 4 orang, tapi 2 orang udah ninggal. Ada berapa orang yang sedang sekolah? Udah ndak ada lagi, yang bungsu Danto ni udah ndak mau sekolah lagi, pulang kelas 1 SMP. Apa yang menjadi pertimbangan bapak tidak menyekolahkan anak bapak? Danto ini udah ndak mau sekolah lagi katanya. Saya bah kenak am, ndak repot-repot ngantar dia sekolah, uang pun ndak lari kemana-mana, sejak dia sekolah kemarin tu makan minum pun susah. Nama Responden : Ibu Sidalai (orang tua Sdr. Pran) Alamat Responden : Desa Pasir Mayang Waktu Wawancara : 14 Juni 2013 Tempat Wawancara : Rumah Ibu Sidalai Apa pekerjaan ibu? Menoreh (petani karet), belakau (berladang) cuma itu jak. Ada berapa luas lahan/tanah ibu? 1 hektar. Berapa penghasilan ibu sebulan? Rp 700.000 – Rp 800.000, sekitar segitu ini getah tengah turun. Apakah ada yang ditabung untuk sekolah anak? Mana ada yang ditabung.
32
Embed
PERAN STAKEHOLDER DALAM PELAKSANAAN WAJIB …...DATA COLLECTION . Nama Responden : Bapak . Pramin (Ketua adat/ orang tua Sdr. Danto) Alamat Responden : Desa Pasir Mayang. Waktu Wawancara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DATA COLLECTION
Nama Responden : Bapak Pramin (Ketua adat/orang tua Sdr. Danto)
Alamat Responden : Desa Pasir Mayang
Waktu Wawancara : 30 mei 2013
Tempat Wawancara : Rumah Bapak Pramin
Apa pekerjaan bapak? Menoreh (petani karet), berladang tapi kalau berladang setahun
sekali.
Ada berapa luas lahan/tanah bapak? Saya punya tanah banyak, mungkin 5 hektar.
Berapa penghasilan bapak sebulan? Rp 800.000 – Rp 900.000, ndak nentu.
Apakah ada yang ditabung untuk sekolah anak? Ndak ada, makan jak susah.
Apa pendidikan terakhir bapak? Saya ni cuma tamat SD.
Ada berapa jumlah anak bapak? Ada 4 orang, tapi 2 orang udah ninggal.
Ada berapa orang yang sedang sekolah? Udah ndak ada lagi, yang bungsu Danto ni udah
ndak mau sekolah lagi, pulang kelas 1 SMP.
Apa yang menjadi pertimbangan bapak tidak menyekolahkan anak bapak? Danto ini udah
ndak mau sekolah lagi katanya. Saya bah kenak am, ndak repot-repot ngantar dia sekolah,
uang pun ndak lari kemana-mana, sejak dia sekolah kemarin tu makan minum pun susah.
Nama Responden : Ibu Sidalai (orang tua Sdr. Pran)
Alamat Responden : Desa Pasir Mayang
Waktu Wawancara : 14 Juni 2013
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Sidalai
Apa pekerjaan ibu? Menoreh (petani karet), belakau (berladang) cuma itu jak.
Ada berapa luas lahan/tanah ibu? 1 hektar.
Berapa penghasilan ibu sebulan? Rp 700.000 – Rp 800.000, sekitar segitu ini getah
tengah turun.
Apakah ada yang ditabung untuk sekolah anak? Mana ada yang ditabung.
Apa pendidikan terakhir ibu? tamat SD.
Ada berapa jumlah anak ibu? 6 orang.
Ada berapa orang yang sedang sekolah? Ndak ada, Pran nan dah ndak mau sekolah ntah
kenapa. Udah malas sekolah. Tamat SD jak.
Apa yang menjadi pertimbangan ibu tidak menyekolahkan anak ibu? Jaman sekarang ni
makan jak susah, gimana mau sekolah. Yang penting makan untuk sehari-hari jak.
Sekolah nanti jak. Pran maunya sekolah tapi kita harus ikut, sedangkan aku ni harus
menoreh
Nama Responden : Bapak Nurbitus Parto
Jabatan : Kepala Desa Pasir Mayang
Alamat Responden : Desa Pasir Mayang
Waktu Wawancara : 1 Juli 2013
Tempat Wawancara : Rumah Bapak Nurbitus Parto
Kapan Desa ini berdiri? Tanggal 17 juni 2005 sesuai dengan peraturan Bupati
Ketapang nomor 32 tahun 2005 tentang pembentukan desa Pasir Mayang,
Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang.
Apa mata pencaharian penduduk di Desa ini? Kebanyakan penoreh (petani karet),
ada yang kerja kayu, berladang.
Bagaimana situasi pendidikan di Desa ini? Penduduk di sini rata-rata tamat SD,
yang lanjut ke SMP masih sedikit, jarak SMP ni jauh, jalan rusak. Kesadaran
sekolah ni masih kurang belum tau arti pendidikan.
Apa pernah ada sosialisasi dari Desa tentang program wajib belajar 9 tahun?
Kalau wajib belajar itu kami ndak tau, yang jelas belum ada dari Desa. Kalau desa
tergantung orang-orang pusat.
Bagaimana keadaan ekonomi di Desa ini? Kalau disini harga karet murah, Rp
6.000 sekilonya. Penduduk pun banyak tergolong menengah kebawah. Untuk
lebih jelasnya, ada didata desa.
Nama Responden : Vitalis Andi S. Pd.
Jabatan : Sek Jend AMA JK (Aliansi Masyarakat Adat Jalai-Kendawangan)
Waktu Wawancara : 17 Juli 2013
Tempat Wawancara : Sekretariat AMA JK, Jl. Upui Damang Gelancuq 30 Tanjung
Apa yang melatarbelakangi terbentuknya AMA JK? Dasar-dasar terbentunya AMA JK
adalah hasil dari Musyawarah Adat (Musdat) dan banyaknya persoalan yang dihadapi
Masyarakat Adat sehubungan dengan adat istiadat Dayak.
Bagaimana peran AMA JK terhadap pendidikan di wilayah adat Dayak Jalai? Sejauh ini,
kami selalu memotivasi anak-anak agar mau sekolah. Dengan pihak sekolah khususnya
SD, kami bekerjasama mengajarkan Mulok (Muatan Lokal) tentang adat jalan jamban
titiq (adat istiadat) agar adat istiadat kita tidak hilang, karena adat kita ni adalah adat
lisan.
Menurut pandangan AMA JK, mengapa anak-anak Dayak Jalai yang ada dipasir Mayang
banyak yang hanya tamat SD? Kalau itu persoalan kesadaran orang tua dan anak itu
sendiri. Kalau ada anak yang tida mau sekolah, orang tua biasa-biasa saja, tidak ada
tindakan, nda marah kalau istilah kasarnya. Padahal pendidikan kan untuk masa depan.
Udah tu anak-anak sudah kenal uang. Apalagi dengan munculnya perusahaan-perusahaan
disini. Pikirnya, untuk apalah sekolah, ujung-ujungnya cari duit juga.
Nama Responden : Marlius A. Md
Jabatan : Pranata Komputer Tingkat Kecamatan
Waktu Wawancara : 22 Juli 2013
Tempat Wawancara : Kantor camat Jelai Hulu
Bagaimana tanggapan bapak dengan situasi pendidikan di Desa Pasir Mayang,
terutama dengan program wajib belajar 9 tahun? Sebenarnya yang menjadi
penyebab rendahnya tingkat pendidikan disana adalah latar belakang pendidikan
orang tua, minat untuk sekolah yang kecil, ada beberapa juga yang mengeluhkan
biaya.
Bagaimana peran pemerintah dalam mendorong kesadaran terhadap program
wajib belajar 9 tahun ini? Pernah dibahas dalam Musyawarah rencana
pembangunan desa. Disitu ada usulan-usulan dari desa, apa yang mau dibangun di
desa tersebut, termasuk dalam hal pendidikan. Mungkin saat ini sedang dalam
proses karena desa disini kan cukup banyak.
Nama Responden : Ir. Jon Henri Pardamean Purba Girsang
Jabatan : Camat Jelai Hulu
Waktu Wawancara : 22 Juli 2013
Tempat Wawancara : Kantor Camat Jelai Hulu
Pendidikan merupakan ilmu yang kekal, harta yang kekal tidak akan pernah habis, jika
mungkin di Pasir Mayang tingkat pendidikan yang begitu rendah mungkin disebabkan
oleh latar belakang pendidikan orang tua atau kesadaran orang tua, atau motivasi dari
keluarga. Itu baru dugaan saya ya. Kalau saya tidak mau menghakimi, nanti tergantung
hasil survey dari penelitiannya lah, mana yang lebih dominan, lagi pula yang menguasai
itukan kepala desanya mungkn bisa ditanyakan langsung. Di daerah kita ini, potensi SDA
(Sumber Daya Alam) sangat bagus, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya. Banyak
yang tidak sekolah tapi berhasil, itukan tergantung keuletan dan keinginan untuk berubah
untuk maju. Tetapi jika kita berubah dan menjadi maju, budaya kita jangan sampai
ditinggalkan. Kita tahu sendiri istilah minum-minum, tapi tidak harus tiap hari, harus ada
batasnya. Budaya harus dijunjung tinggi. Sering juga pendidikan ini menjadi polemik,
banyak yang tidak sekolah, namun ulet dan punya kreativitas menjadi orang sukses,
namun ada yang punya pendidikan malah jadi pengangguran. Mungkin itu juga yang
menjadi pikiran mereka untuk tidak sekolah. Pemerintah sudah berusaha dengan
membangun SMP satu atap didekat situ, didesa sebelah itu. Kan pemerintah juga tidak
bisa jor-joran dengan dana yang ada, masih banyak yang juga harus dibenahi, bukan
hanya pendidikan. Pokoknya bertahaplah.
Nama Responden : Syaipollah
Jabatan : Kepala UPPK (Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan) Jelai Hulu
Waktu Wawancara : 22 Juli 2013
Tempat Wawancara : Kontor Dinas Pendidkan Kecamatan Jelai Hulu
Bagaimana bapak melihat situasi pendidikan di Desa Pasr Mayang? Memang disana
tertinggal, kesadaran akan pendidkan itu kurang, juga dipengaruhi oleh finansial yang
kurang memadai.
Bagaimana peran UPPK sendiri dalam meningkatkan kesadaran akan pendidikan? Kita
dari UPPK berupaya bagaimana cara menggalakkan program paket (paket A, B, C).
kemudian di setiap Desa harus ada sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). PAUD
ini juga mempengaruhi kesadaran pendidikan, sebagai langkah umtuk memotivasi
mengenai pendidikan.
Nama Responden : Bapak Acong
Jabatan : Sekretaris DAD (Dewan Adat Dayak)
Waktu Wawancara : 22 Juli 2013
Tempat Wawancara : Rumah Bapak Acong
Bagaimana bapak melihat situasi Pendidikan di Pasir Mayang? Tertinggal jauh, tenaga
pendidik pun kurang. Motivasi anak untuk sekolah pun kurang. Dukungan orang tua juga.
Ditambah lagi transportasi kurang memadai, keadaan jalan yang rusak.
Bagaimana peran DAD untuk mendukung pendidikan di kalangan Dayak Jalai ini
khususnya wajib belajar di Pasir Mayang? DAD lebih mendukung melalui buku-buku
muatan lokal yang berkaitan dengan budaya setempat. Kalau wajib belajar sih belum.
Baru sebatas himbauan.
Bagaimana tanggapan mengenai budaya kita? Istilah kita kan “Makan kanyang minum
mabuk” kalau dah pesta tu. Kalu yang itu harus di sesuaikan lah dengan jaman. Kalau ada
acara kawin nikah, begendang sampai 3 hari 3 malam tu kan imbasnya kepekerjaan kita.
Imbasnya lagi ke pendidikan.
Nama Responden : Datuk Stevanus Djinar
Jabatan : Tokoh Masyarakat Adat Dayak Jalai
Waktu Wawancara : 22 Juli 2013
Tempat Wawancara : Rumah Datuk Stevanus Djinar
Berikut adalah adat istiadat yang menjadi tradisi Sub Suku Dayak Jalai:
Adat bujang bebiniq, dara belakiq atau kawin nikah (pernikahan):
cincin kejariq, galang ketangan (cincin dipasang ke jari, gelang dipasang
ketangan) atau upacara adat pertunangan
Diawali dengan pertanyaan keseriusan antara kedua calon pasangan, kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan antara bisan tulan, ngalap duai (orang tua dari
kedua belah pihak calon pengantin) untuk menetapkan pertunangan. kemudian,
diundang ketua RT, ketua RW, dan kerabat untuk dapat hadir pada upacara adat
pertunangan dalam bahasa adatnya cincin kejariq, galang ketangan (cincin
dipasang ke jari, gelang dipasang ketangan) dihadapan para demung adat (ketua
adat), agar orang-orang mengetahui bahwa pasangan tersebut sudah bertunangan.
Jika pertunangan dibatalkan, sehingga menghambat teradnya pernikahan maka
pihak yang membatalkan dikena hukum adat.
Jadiq payuq tuntung udah (pernikahan secara adat)
Didahului dengan pakat betamuq, haum bedapat (musyawarah) antara keluarga
dari kedua belah pihak calon pengantin. Pembicaraan atau musyawarah oleh
keluarga kedua belah pihak bertujuan menentukan jatuhnya pernikahan secara
adat, serta menunjuk dua orang untuk mengantarkan barang berupa beras, tuak,
telur ayam, sirih dan pinang kepada demung adat sebagai tanda bahwa akan
diadakan pernikahan. Kemudian beduman ragi bansalan (membagikan ragi untuk
membuat tuak pada saat upacara adat pernikahan). Pada pernikahan adat Dayak
Jalai, mas kawinnya antara lain: 2 buah tajau (tempayan), 8 buah piring, 3 buah
mangkok, 2 buah labah (tempayan kecil), 2 helai kain batik, 1 buah tikar, 1 buah
parang, 1 ekor ayam. Pada pernikahan adat Dayak Jalai jika pada suatu saat
terjadi perceraian maka akan dikenai hukum adat berupa 1 buah tajau (tempayan).
Jika terjadi perselingkuhan (barabutan) dikenakai hukum adat berupa 6 buah
tajau (tempayan).
Betanam Betumbuh Belakau Behumaq (adat berladang)
Adat berladang diawali dengan menabas (menebas tumbuhan-tumbuhan yang berukuran
kecil), kemudian menyakat (menebang pohon-pohon yang berukuran sedang), menabang
(menebang pohon yang berukuran besar), mencucul (membakar), menugal (menanam