Page 1
PERAN PUNGUAN IKATAN KELUARGA BATAK DURI SEKITARNYA
(1999-2014)
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
Program Studi Sejarah
Oleh:
Claudia Gianini
154314018
PROGRAM STUDI SEJARAH, FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 4
iv
MOTTO
Kemenangan hanya diberikan kepada mereka yang memimpikannya
Charles de Gaulle
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 5
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan teruntuk Orangtuaku yang telah berkorban untuk
masa depanku. Saudara-saudariku dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan
bantuan, dukungan dan motivasi serta Almamater tercinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 8
viii
ABSTRAK
Claudia Gianini, Peran Punguan Ikatan Keluarga Batak Duri Sekitarnya Tahun
(1999-2014). Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma, 2020.
Penulisan skripsi yang berjudul ―Peran Punguan Ikatan Keluarga Duri
Sekitarnya (1999-2014)‖ ini berusaha untuk menjawab tiga permasalahan dalam
penelitian ini. Pertama, mengapa orang Batak mendirikan punguan Ikatan
Keluarga Batak Duri Sekitarnya (IKBDS). Kedua, bagaimana peran punguan
IKBDS dalam penyelesaian konflik ditengah masyarakat. Ketiga, bagaimana
pengaruh punguan IKBDS terhadap masyarakat Duri.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan studi pustaka dengan
memanfaatkan sumber tertulis seperti buku, laporan penelitian dan jurnal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tujuan orang Batak mendirikan
IKBDS adalah untuk mempersatukan kembali orang Batak yang ada di kota Duri,
dan sekitarnya yang terpecah akibat konflik yang terjadi dalam kepengurusan
organisasi gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang berimbas kepada
kehidupan jemaatnya.
Pendirian punguan IKBDS memiliki dampak yang positif terhadap
kehidupan orang Batak yang ada di kota Duri dan sekitarnya. Punguan IKBDS
melakukan pendekatan secara perorangan maupun komunal dengan mengusung
filosofi Dalihan Na Tolu yang setiap orang Batak harus menghidupinya. Punguan
IKBDS berperan menjadi mediator ataupun mediasi bagi setiap permasalahan
yang terjadi dalam kehidupan orang Batak, baik itu permasalahan yang terjadi di
dalam rumah tangga, sesama marga ataupun permasalahan terhadap
lingkungannya.
Kata kunci : Ikatan Keluarga Batak Duri Sekitarnya (IKBDS), Orang Batak,
konflik Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan masyarakat Duri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 9
ix
ABSTRACT
Claudia Gianini, , Peran Punguan Ikatan Keluarga Batak Duri Sekitarnya Tahun
(1999-2014). An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Department of History,
Faculty of Letters, Sanata Dharma University, 2020.
The writing of this thesis entitled “Peran Punguan Ikatan Keluarga
Batak Duri Sekitarnya Tahun (1999-2014)” tries to answer 3 questions in this
research. First, why the Batak people founded the IKBDS. Second, how the role
of IKBDS in conflict resolution in the community. Third, how the IKBDS
influences the Duri community.
This research is a qualitative research. The method used in this research is
interview and literature review by using written resources like books, research
report, and journal.
The result showed that the goal of the Batak people to establish IKBDS
was to reunite the Batak people in Duri, and its surroundings which were split due
to conflicts that occurred in the management of the HKBP church organization
which impacted the life of the congregation.
The establishment of IKBDS association has a positive impact on the lives
of Batak people in Duri and its surroundings. The IKBDS association takes an
individual or communal approach by carrying out the philosophy of Dalihan Na
Tolu that every Batak person must live on. The IKBDS association has the role of
being a mediator for every problem that occurs in the household, fellow clans or
problems with the environment.
Keyword: IKBDS, Batak people, HKBP conflict, and Duri community.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 10
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat,
dan perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul
―Peran Punguan Ikatan Keluarga Batak Duri Sekitarnya (1999-2014)‖ ini
telah selesai penulis susun. Karya ini tidak lepas dari bantuan orang-orang yang
berada disekitar penulis, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya bapak dan mamak, kakak dan adek penulis Hillery
Sucihati, Megawati Maria Putri, dan Simon Petrus yang selalu
memberikan dukungan, doa, dan motivasi kepada penulis.
2. Seluruh dosen Program Studi Sejarah, yang selama ini telah mengajarkan
dan berbagi banyak ilmu pengetahuan.
3. Bapak Drs. Silverio R. L. Aji Sampurno M. Hum., selaku dosen
pembimbing, yang banyak memberi ilmu, bimbingan dan arahan dengan
penuh kesabaran dalam pengerjaan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Yerry Wirawan, selaku DPA, yang selama ini sudah
memberikan banyak pengalaman dan ilmu yang bermanfaat.
5. Mas Heri Priyatmoko, M.A, yang selama ini sudah memberikan ilmu yang
bermanfaat serta ilmu lapangan yang mengasyikkan.
6. Romo Dr. Fx Baskara T. Wardaya SJ, yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman yang luar biasa kepada saya.
7. Mendiang Bapak Hb. Hery Santosa M. Hum, yang sudah membimbing
dan berbagi ilmu yang bermanfaat kepada saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 11
xi
8. Mendiang Ibu Dr. Lucia Juningsih, M. Hum, yang sudah memberikan ilmu
yang bermanfaat.
9. Sekretariat Fakultas Sastra yaitu Mas Doni yang sudah banyak membantu
saya dalam menyiapkan surat izin penelitian ini serta selama perkuliahan.
10. Para informan yang sudah mau saya wawancarai yaitu, pengurus IKBDS,
11. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Laili, Nita, Luci. Terima kasih buat
waktu, kebersamaan, dukungan dan semangatnya terhadap penulis.
Semoga kita sukses dijalannya masing-masing.
12. Kepada Zenriko, terimakasih bimbingan dan masukannya selama penulis
mengerjakan tugas akhir ini.
13. Teman-teman Sejarah 2015 terima kasih banyak buat waktu dan
kebersamaan yang terasa singkat ini. Sukses buat kalian semua.
14. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Skripsi ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis, dan pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 12
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN AKADEMIS ........................................................ vii
ABSTRAK………………………………………………………………….....
viii
ABSTRACT…………………………………………………………………..... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..... xii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan ............................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah ........................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 8
1.5 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 8
1.6 Kerangka Teori ................................................................................... 10
1.7 Metode Penelitian ................................................................................ 13
1.8 Sistematika Penulisan ......................................................................... 14
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................... 16
2.1 Kecamatan Mandau ............................................................................. 16
2.2 Kependudukan .................................................................................... 17
2.3 Potensi Mata Pencaharian di Kota Duri .............................................. 29
2.4 Sarana dan Prasarana Daerah .............................................................. 32
BAB III. IKATAN KELUARGA BATAK DURI SEKITARNYA TAHUN 1999
.............................................................................................................. 35
3.1 Kedatangan Orang Batak ke Duri ....................................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 13
xiii
3.2 Kehidupan Orang Batak di Duri ......................................................... 37
3.3 Berdirinya Punguan Batak di Duri Tahun 1999 .................................. 45
BAB IV. Peran IKBDS dalam Penyelesaian Konflik Orang Batak Tahun 1999-
2014 .............................................................................................................
49
4.1 Pengantar………… ............................................................................. 49
4.2 Pendirian HKBP .................................................................................. 52
4.3 Konflik HKBP di Duri ........................................................................ 62
4.4 Dampak Konflik HKBP Terhadap Umat ............................................ 63
4.5 Konflik Etnik Batak dengan Etnik Minang dan Melayu ..................... 66
4.6 Peran IKBDS dalam Penyelesaian Konflik......................................... 67
4.6.1 Peran dalam Penyelesaian Konflik HKBP ................................ 70
4.6.2 Peran dalam Penyelesaian Konflik dengan Etnik Minang dan
Melayu Tahun 2012-2014 .................................................................. 72
BAB V. Penutup .................................................................................................. 75
5.1 Kesimpulan………… ......................................................................... 75
5.2 Saran………… .................................................................................... 79
DATAR PUSTAKA ........ . ................................................................................... 81
LAMPIRAN ..................... . ................................................................................... 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 14
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1. Duri................. . ................................................................................... 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Batak merupakan salah satu suku yang memiliki tradisi yang kuat dalam
berprinsip dan bersifat kekeluargaan. Suku Batak lebih suka bergaul dan menjalin
hubungan kekeluargaan dengan sesama orang Batak saja, karena mereka tidak
ingin kehilangan identitasnya sebagai suku Batak. Walaupun demikian, suku
Batak selalu menghargai budaya lain dan memiliki keunikan tersendiri jika
dibandingkan dengan kebudayaan suku lain.
Suku Batak memiliki tradisi yang selalu mereka pegang teguh, yang
disebut dengan dalihan na tolu1, yang dapat mempersatukan mereka di setiap
tempat, bahkan ketika mereka memiliki perbedaan dalam keyakinan agama. Adat
budaya Batak ini memiliki tiga hal penting yang selalu mereka junjung tinggi,
yaitu hagabeon (memiliki keturunan dan berumur panjang), hasangapon (jabatan
yang baik), dan hamoraon (kehormatan).
Sangatlah penting mengenal asal-usul atau sejarah dan adat-istiadat suku
sendiri. Bagaimana asal-usul tempat tinggal, pekerjaan serta budaya2, dan adat
1 Salah satu aspek budaya Batak adalah kinship sistem, yang mengatur hubungan
relasional antara sesama masyarakat Batak, yang dikenal dengan sebutan Dalihan Na
Tolu. Dalihan ialah tiga batu tersusun tempat tungku memasak, yang sama tingginya,
sehingga tungku yang diletakkan di atasnya tidak oleng atau tidak miring. Ketiga batu
tungku tersebut merupakan gambaran dari unsur-unsur kekerabatan masyarakat adat
Batak, yaitu dongan tubu, hula-hula, dan boru. Ketiga unsur DNT tersebut berperan
penting di dalam semua aspek pelaksanaan adat sesuai dengan budaya Batak.
2 Budaya merupakan suatu sistem penilaian terhadap akhlak, identitas
kepribadian, dan norma suku bangsa tertentu. Di samping itu, budaya juga merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 16
2
istiadat suku Batak. Permasalahan akan muncul dalam menjaga tradisi
kebudayaan Batak apabila mereka telah lama meninggalkan tempat asal-usul
mereka. Sejarah dan tradisi banyak yang akan berubah, bahkan dilupakan.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini akan mencoba menjelaskan sejarah
berdirinya IKBDS (Ikatan Keluarga Besar Duri Sekitarnya) yang merupakan
sebuah organisasi suku Batak yang berada di Duri.
Budaya Batak adalah salah satu bagian dari kekayaan budaya bangsa yang
patut untuk dipelihara, dilestarikan, serta dijaga nilai-nilai kebaikan yang
terkandung dalam tujuh falsafah Batak, yaitu: Mardebata (Bertuhan),
Marpinompar (Berketurunan), Marturtur (Punya Kekerabatan), Marpangkiriman
(Berpengarapan), Maradat (Mempunyai Adat Istiadat), Marpatik (Mempunyai
Aturan), dan Maruhum (Mempunyai Hukum).3
Dalam masyarakat Batak, terutama di daerah asal, sistem kekerabatan
suku Batak sangat dihormati. Mereka memiliki nilai persaudaraan dan solidaritas
yang tinggi antarsesama suku Batak. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
hidup mereka dalam menjalani segala tradisi kebudayaan suku yang sangat rumit
dan beragam.
Untuk menjaga rasa persaudaraan dan solidaritas agar tetap terjaga,
mereka kemudian membentuk punguan (organisasi) kesukuan di setiap daerah
media berkomunikasi dalam kehidupan sosial yang dapat membentuk, mengontrol dan
mendorong setiap pribadi untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma-norma yang
dianutnya. Oleh karena itu, di samping agama, maka budaya selalu berfungsi sebagai
sumber nilai moral dan hal-hal yang baik di dalam kehidupan manusia
3 Djapiter Tinambunan, Orang Batak Kasar?: Membangun Citra Dan Karakter,
Jakarta, Gramedia, 2010. hlm. XIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 17
3
yang ditempati. Seperti halnya di bona pasogit (daerah asal) dan di daerah
perantauan.
Punguan merupakan suatu kumpulan pada suatu kelompok masyarakat
Batak yang secara keluarga dan iman telah bersatu dalam rasa persaudaraan.
Terbentuknya punguan ini didasari oleh ikatan emosional sesama orang Batak.
Punguan ini biasa dijumpai pada masayarakat yang masih berada di bona pasogit
maupun masyarakat Batak yang sudah meninggalkan kampung halamannya
(perantauan).
Dalam kehidupan modern, mengglobal, dan penuh dengan persaingan
yang amat keras, tidak sedikit orang Batak yang merasa terasingkan serta sulit
mendapatkan bantuan. Dengan demikian, mereka mencari kembali tempat atau
lingkungan asal tempat mereka mendapatkan kembali rasa aman dan tenteram
layaknya berkumpul seperti di persekutuan keluarga, marga, suku, dan juga
agama.
Berhubungan dengan hal itu, fungsi dari Punguan Batak ialah untuk
memelihara identitas dan akar budaya. Seperti Contohnya mengunjungi atau
dikunjungi oleh para saudara dan kerabat secara rutin, bertutur kembali dalam
bahasa asal mereka, menikmati makanan khas suku Batak, dan melakukan
kebiasaan-kebiasaan adat. Oleh karena itu, orang Batak tetap merasakan
identitasnya terpelihara. Selanjutnya, suku Batak juga merasa tetap mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 18
4
akar budaya agar tidak hilang dan runtuh di tengah kehidupan yang semakin
modern. 4
Dalam masyarakat Batak terdapat berbagai punguan yang didirikan oleh
setiap kelompok. Jika digolongkan, keseluruhan punguan itu akan terbagi menjadi
dua jenis. Pertama, punguan marga. Punguan ini ialah kumpulan warga Batak
yang didasarkan atas marga5, yaitu punguan yang dibuat berdasarkan keturunan
nenek moyang. Contoh punguan ini adalah Punguan marga Sihombing, punguan
marga Ginting, punguan marga Pakpak, punguan marga Sibagariang, dan lain-
lain. Kedua, punguan parsahutaon. Punguan ini didirikan dengan
mengatasnamakan sebuah nama kampung atau daerah, misalnya IKBDS (Ikatan
Keluarga Batak Duri Sekitarnya), punguan daerah tempat tinggal, punguan DOS
NI ROHA PACCA (Pondok Jagung, Adena, Carisa, dan Calesta).
Keberadaan suku Batak di Kota Duri, tentunya mempengaruhi keberadaan
suku yang mendiami daerah itu sebelumnya. Suku yang pertama berada di Duri
ialah suku Melayu dan suku Sakai. Keberadaan suku Melayu di wilayah Duri
masih mendominasi hingga saat ini, namun keberadaan suku Sakai lambat laun
semakin tergusur karena jumlah suku pendatang yang berada di wilayah ini
semakin banyak. Semakin berkembang dan merosotnya peradaban kedua suku ini
dipengaruhi oleh faktor kemajuan zaman. Indikator kemerosotan suku Sakai ialah
semakin berkurangnya jumlah mereka dalam menempati wilayah-wilayah yang
ada di Duri. Suku ini semakin terpinggirkan dan tertinggal dalam hal imu
4 O.H. Purba, dkk. Migrasi Spontan Batak Toba (Marserak), Medan, Monora,
1997, hlm. 5-16.
5 Dalam suku Batak, marga adalah identitas diri yang paling utama, karena tidak
ada orang Batak yang tidak memiliki marga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 19
5
pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat dari cara kehidupan mereka yang
nomaden dan mata pencaharian berburu dan mencari ikan di sungai. Suku
Melayu mampu beradaptasi dan menerima dengan cepat proses kemajuan zaman.
Suku Melayu juga membuka diri dan menerima dengan cepat terhadap suku
pendatang, sedangkan suku Sakai sangat lambat untuk menerima kemajuan zaman
dan juga sangat tertutup terhadap masyarakat pendatang.
Secara kultural daerah Duri mempunyai kultur sendiri, yaitu kultur
Melayu. Setiap suku yang berada di Duri ini mempunyai kultur yang berbeda
antarsuku yang lain. Salah satunya, yaitu suku Batak. Secara kultural suku Batak
dan suku Melayu sangat berbeda. Untuk menjaga kultur daerah asal agar tidak
terkontaminasi dengan kultur Melayu, dari perbedaan inilah mendorong suku
Batak yang ada di daerah Duri untuk membentuk suatu punguan agar tetap terjaga
budaya mereka, yaitu budaya persaudaraan dan solidaritas yang tinggi serta
budaya adat istiadat.6
Dengan melihat konsep Dalihan Na Tolu, dapat diketahui bahwa
hubungan kekerabatan sangat penting bagi kehidupan orang Batak. Hal ini yang
menjadi dasar mengapa dalam kehidupan orang Batak yang berada di perantauan
sangatlah penting menjaga tradisi mereka. Dengan status sebagai suku perantau di
Duri, tentunya orang Batak tidak ingin meninggalkan tradisi-tradisi kesukuan
mereka. Kekhawatiran orang Batak akan kepunahan tradisi leluhur mereka
menjadi faktor utama orang Batak mendirikan sebuah punguan kesukuan di mana
pun mereka merantau. Suku Batak yang merantau ke daerah Duri berharap dengan
6 Bungaran Antonius Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak
Toba: Bagian Sejarah Batak, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009. hlm. 87.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 20
6
berdirinya punguan Batak, semakin terjalinlah hubungan yang baik antara sesama
orang Batak di daerah Duri. Orang Batak melihat bahwa tantangan mereka dalam
menjaga tradisi adat leluhur mereka di Duri sangatlah sulit. Hal ini disebabkan
karena Duri adalah daerah perantauan dan beberapa suku berbaur di daerah ini.
1.2 Pembatasan Masalah
Penelitian mengambil rentang waktu 1999—2014. Tahun 1999 dipilih
sebagai awal periode, karena pada tahun ini IKBDS (Ikatan Keluarga Batak Duri
Sekitarnya) dibentuk oleh orang Batak di Duri dan merupakan tahun rekonsiliasi
terjadi atas konflik ditengah-tengah punguan orang Batak. Permasalahan yang
terjadi dalam gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) mengakibatkan
perpecahan kesatuan punguan suku Batak di berbagai daerah. Demikian juga
dengan suku Batak yang tinggal di daerah Duri terpengaruh oleh perpecahan
tersebut sehingga terjadi konflik antara suku Batak.
Tahun 2014 dipilih sebagai akhir periode penelitian tentang punguan
Batak di Duri karena adanya peran IKBDS dalam pemulihan pascakonflik dengan
masyarakat lokal7. Dengan mengacu pada tahun awal berdirinya suatu punguan
suku Batak terbesar di Duri inilah, penelitian ini akan dibatasi dari tahun 1999—
2014.
7 Menurut Mac Iver dan Page, masyarakat merupakan manusia yang hidup
bersama, hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan
pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan.
Mayarakat ada tiga jenis, yaitu: Indigineous (masyarakat asli, seperti orang Sakai), native
(pendatang yang lahir, dan tinggal disana, dan memakai bahasa ibu asli daerah yang
ditempati) ,lokal (suatu masyarakat yang berasal dari daerah sendiri, dan bertempat
tinggal di daerah yang ditempati, seperti Minang, Jawa, Batak)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 21
7
Penelitian ini dilakukan di daerah Duri. Secara administratif wilayah ini
menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Mandau yang berada di Provinsi Riau.
Wilayah ini secara geografis terletak di 0o56’12‖LU—1
o28’17’’LU dan
100o56’10 BT—101
o43’26‖BT, sebelah utara yang berbatasan dengan Kecamatan
Bathin Batuah, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Pinggir, serta sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Rokan Hilir. Wilayah ini sangat berbeda
dengan daerah asal suku Batak yang berada di wilayah Sumatra Utara. Dengan
adanya perbedaan letak geografis dan budaya antara daerah asal mereka dengan
daerah Duri, secara perlahan tradisi budaya asal mereka akan berubah karena
faktor tersebut. Salah satu contohnya adalah bahasa Batak akan dipengaruhi oleh
bahasa budaya yang ada di daerah Duri, bahkan pola pikir mereka akan berubah
sesuai dengan pola pikir budaya yang mereka jumpai di daerah tersebut. Dengan
demikian, perubahan kebudayaan disebabkan oleh perkembangan zaman yang
dimulai dengan adanya perubahan penduduk, penemuan baru, dan sebuah konflik
yang terjadi di dalam masyarakat.8
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah sebagai
berikut.
1. Mengapa orang Batak mendirikan IKBDS?
8 Prof.Dr.S.Nasution. M.A, Sosiologi Pendidikan, Bandung, Jemmars, 1983,
hlm.23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 22
8
2. Bagaimana peran IKBDS dalam penyelesaian konflik di tengah
masyarakat?
3. Bagaimana pengaruh IKBDS terhadap masyarakat Duri?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui peran IKBDS terhadap
orang Batak di Duri dan masyarakat sekitar. Peneliti juga ingin mengetahui
bagaimana kehidupan orang Batak dalam hal sosial, ekonomi, dan budaya setelah
punguan (organisasi) kesukuan itu didirikan.
Manfaat penelitian ini ialah untuk memberikan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai sejarah berdirinya punguan orang Batak yang berpindah ke
daerah Melayu. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang sebesar-
besarnya bagi semua kalangan, termasuk bagi kalangan mahasiswa yang bergelut
di bidang sejarah.
1.5 Tinjauan Pustaka
Ada beberapa peneliti yang menghasilkan kajian mengenai punguan,
antara lain, sebagai berikut.
Dalam jurnal Apriyana Dewi Silalahi, dkk, yaitu ―Migrasi Suku Batak
Toba Asal Tapanuli Utara (Sumatera Utara) Tahun 1965-1975 Ke Kelurahan
Bandarjaya‖ dijelaskan bahwa faktor penyebab orang Batak berpindah ke daerah-
daerah lain ialah untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan sebagai tradisi
orang Batak yang suka merantau. Dalam sisi lain diperlihatkan bagaimana orang
Batak ingin mempertahankan hubungan kekerabatan mereka dalam satu suku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 23
9
dengan cara mendirikan punguan di daerah perantauan mereka.9 Dalam jurnal ini
hanya memperlihatkan bagaimana suatu organisasi dibentuk atas tradisi turun-
temurun. Namun, dalam jurnal ini tidak dibahas mengenai fungsi dari suatu
punguan yang dapat mengayomi setiap permasalahan di sebuah organisasi.
Di dalam karya Etika Siburian, yaitu ―Fungsi Perkumpulan Marga
Simatupang di Surabaya Bagi Para Anggotanya‖ dibahas bagaimana organisasi
Simatupang membentuk suatu punguan marga di Surabaya yang bertujuan untuk
mempertahankan nilai budaya dan adat Batak Toba di daerah yang sulit untuk
mempertahankan nilai adat. Walaupun mereka bertempat tinggal di daerah
metropolitan, mereka juga mampu mempertahankan keutuhan marganya.10
Dalam
jurnal ini hanya dibahas mengenai suatu organisasi, yang dibentuk untuk
melestarikan adat budaya Batak di perantauan. Namun, dalam jurnal ini tidak
dibahas bagaimana suatu organisasi yang mereka bentuk tidak mengalami konflik
yang besar.
Dalam karya Shinta Romaulina Nainggolan, yaitu ―Eksistensi Adat
Budaya Batak Dalihan Na Tolu Pada Masyarakat Batak: Studi Kasus Masyarakat
Batak Perantauan Di Kabupaten Brebes,‖ dibahas bahwa masyarakat Batak
perantauan yang berada di Kabupaten Brebes dapat menyesuaikan diri terhadap
situasi dan perkembangan yang dihadapi di daerah tersebut. Punguan yang berada
di Kabupaten Brebes ini masih tetap melaksanakan adat budaya Batak, yakni
9 Apriyana Dewi Silalahi, dkk, ―Migrasi Suku Batak Toba Asal Tapanuli Utara
(Sumatera Utara) Tahun 1965-1975 Ke Kelurahan Bandarjaya‖, Jurnal Penelitian
Geografi Volume 1 Nomor 2, 2013, hlm.2-3.
10 Etika Siburian, ―Fungsi Perkumpulan Marga Simatupang Di Surabaya Bagi
Para Anggotanya‖,Jurnal Antropologi Volume 5 Nomor 3,2016, hlm. 565-566.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 24
10
Dalihan Na Tolu. Adat budaya Batak akan selalu ada di Kabupaten Brebes ini
karena masyarakat perantauan di Kabupaten Brebes tersebut sangat menghormati
Dalihan Na Tolu. Masyarakat di Kabupaten Brebes selalu mengingat falsafah dari
Dalihan Na Tolu yang tidak akan pernah diubah atau hilang meskipun jauh dari
perantauan. 11
Dalam buku ini hanya dibahas mengenai adat budaya Batak
Dalihan Na Tolu yang masih dilaksanakan dan dipakai pada masyarakat Batak di
perantauan dalam setiap aktivitas kegiatan adat. Namun, tidak dibahas mengenai
konflik-konflik yang ada di tengah-tengah kehidupan mereka.
1.6 Kerangka Teori
Teori yang digunakan untuk menjelaskan punguan Batak di Duri ialah
teori organisasi. Organisasi merupakan suatu wadah atau tempat dua orang atau
lebih yang memiliki ikatan kerja sama guna mewujudkan suatu tujuan bersama.
Menurut Herbert A. Simon, organisasi merupakan suatu pola komunikasi
yang kompleks dan hubungan-hubungan lain di dalam suatu kelompok manusia.12
Menurut Drs. Sutarto, organisasi bukan sekadar kumpulan orang dan
bukan pula sekadar pembagian kerja sebab pembagian kerja hanyalah salah satu
asas organisasi. Untuk itu ia menekankan bahwa organisasi merupakan suatu
11 Shinta Romaulina Nainggolan, ―Eksistensi Adat Budaya Batak Dalihan Na
Tolu Pada Masyarakat Batak: Studi Kasus Masyarakat Batak Perantaun Di Kabupaten
Brebes‖, skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2011, hlm. 3-4.
12 Herbert A.Simon, Administrative Behavior, New York, MacMillan, 1958, hlm.
xvi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 25
11
sistem saling pengaruh antarorang dalam kelompok yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu. 13
Menurut Stephen P. Roobins, pada dasarnya organisasi merupakan disiplin
ilmu yang mempelajari struktur dan desain organisasi, yang menjelaskan
bagaimana organisasi sebenarnya distruktur dan menawarkan tentang bagaimana
organisasi dapat dikonstruksi guna meningkatkan keefektifan mereka. Pada
intinya bahwa organisasi merupakan bentuk lembaga yang dominan dalam
masyarakat yang meresap ke dalam semua aspek kehidupan masyarakat secara
menyeluruh, baik ekonomi dan bahkan kehidupan pribadi.14
Dengan memakai teori organisasi, tulisan ini akan melihat bagaimana
orang Batak dapat melaksanakan punguan yang berpengaruh terhadap sistem
sosial ekonomi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Organisasi inilah yang
merupakan fondasi mereka untuk menuju masa depan yang lebih maju.
Topik tulisan ini dianalisis berdasarkan teori Stephen P. Roobins bahwa
organisasi merupakan bentuk lembaga yang dominan dalam masyarakat yang
meresap ke dalam semua aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh, baik
ekonomi dan bahkan kehidupan pribadi.
Selain mempergunakan Teori Organisasi dari Stephen P. Roobins,
penelitian ini juga mempergunakan Teori Peran. Peran merupakan seperangkat
patokan yang membatasi perilaku yang mesti dilakukan seseorang yang
menduduki suatu posisi. Dalam setiap pergaulan sosial, sudah ada skenario yang
13 Drs. Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, 1979, hlm.36.
14 Stephen P. Robbins, Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi Edisi
3,Jakarta, Arcan, 1994,hlm. 7-9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 26
12
disusun oleh masyarakat yang mengatur bagaimana peran setiap orang dalam
pergaulannya. 15
.
Menurut Merton, peran merupakan pola tingkah laku yang diharapkan
masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Merton mendefinisikan
kumpulan peran sebagai pelengkap hubungan-hubungan peran yang dimiliki
sesorang berdasarkan suatu status sosial tertentu yang dipegangnya.16
Menurut Udai Pareek, peran merupakan sekumpulan fungsi yang
dilakukan seseorang sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan dari para
anggota penting sistem sosial yang bersangkutan dan harapan-harapanya sendiri
dari jabatan yang ia duduki dalam sistem sosial tersebut. Daya guna peran
mempunyai beberapa dimensi. Makin banyak dimensi terdapat dalam suatu peran,
membuat semakin tinggi daya guna peran itu17
.
Menurut Katz dan Khan, peran merupakan sebuah tindakan yang
dilakukan seseorang dengan sebuah karakter dan kedudukannya. Hal tersebut
didasarkan pada fungsi yang dilakukan dalam menunjukkan kedudukannya serta
setiap karakter kepribadian manusia yang menjalankannya18
.
Topik tulisan ini didukung oleh Udai Pareek yang menyatakan bahwa
peran merupakan sekumpulan fungsi yang dilakukan seseorang sebagai
15 Edy Suhardono, Teori Peran Konsep, Derivasi dan Implikasinya, Jakarta,
Gramedia, hlm.15.
16 R.K, Merton. Sosial Theory And Social Structure, Gleneoe: Free Press, 1957,
hlm 369
17 Udai, Pareek, Role Efficacy Scale, California: University Associates, 1980,
hlm. 100-105.
18 Daniel, Katz dan Robert L. Khan, The Social Psychology Of Organizations,
New York: John Wiley, 1966, hlm. 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 27
13
tanggapan terhadap harapan-harapan dari para anggota penting sistem sosial yang
bersangkutan dan harapan-harapanya sendiri dari jabatan yang ia duduki dalam
sistem sosial tersebut. Daya guna peran mempunyai beberapa dimensi. Makin
banyak dimensi terdapat dalam suatu peran, membuat semakin tinggi daya guna
peran itu.
Penelitian ini memiliki perspektif sejarah sosial dalam memperkuat
penelitian. Adapun yang akan diulas meliputi unsur kelembagaan dari punguan
tersebut serta melihat bagaimana interaksi sosial dalam punguan, status sosial, dan
juga kehidupan sosial para anggota punguan.
1.7 Metode Penelitian
Sejarah adalah sebuah ilmu yang memiliki metode penelitian. Metode
sejarah ini digunakan sebagai cara untuk terselesaikannya suatu penelitian atau
proses rekonstruksi peristiwa masa lampau. Adapun metode sejarah ini tertuang
dalam langkah-langkah sebagai berikut, yaitu pemilihan topik, pengumpulan
sumber, kritik sumber, interpretasi sumber, dan historiografi. Historiografi
dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk
penulisan sejarah. Setelah melakukan seleksi terhadap data-data yang ada, seorang
sejarawan harus mengerti bahwa tulisan itu bukan hanya sekadar kepetingan
seorang saja, melainkan kepentingan para pembaca. Maka dari itu, perlu
dipertimbangkan struktur dan gaya penulisan.19
19 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta, Tiara Wacana, 2013) hlm.
69.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 28
14
Penyajian data penelitian ini berdasarkan studi pustaka dan arsip, yaitu
dokumen-dokumen yang berada di Gereja HKBP Immanuel dan dokumen-
dokumen yang berada di IKBDS.
Penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif, yakni dengan penyajian
data berdasarkan pengamatan dan penelitian secara langsung di lapangan.
Penelitian ini akan memakai teknik wawancara yang akan berguna untuk
melengkapi sumber yang sudah ada. Teknik wawancara yang dipakai ialah dengan
bertanya secara langsung kepada masyarakat yang hidup satu masa dengan tahun
penelitian tersebut, seperti mantan ketua punguan dan juga masyarakat yang
pernah terjun langsung dalam mengikuti punguan ini.
1.8 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri atas lima bab dan lampiran dengan rincian sebagai berikut.
Bab I menjelaskan latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,
sistematika penulisan, serta jadwal penelitian.
Bab II menjelaskan latar gambaran umum lokasi penelitian.
Bab III menyajikan hasil dan pembahasan mengenai sejarah suku Batak,
kedatangan suku Batak ke Kota Duri, kehidupan suku Batak di Kota Duri, dan
latar belakang dari pendirian punguan IKBDS serta perannya dalam masyarakat.
Bab IV membahas permasalahan yang terjadi dalam Gereja HKBP serta
peran IKBDS dalam pemulihan kesatuan suku Batak di Duri sebagai akibat dari
konflik Gereja HKBP Tarutung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 29
15
Peran IKBDS dalam penyelesaian konflik yang terjadi di dalam
masyarakat Batak di Duri sebagai akibat dari konflik HKBP Tarutung.
Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari
pembahasan terhadap hasil penelitian ini. Dalam bab ini juga terdapat saran untuk
pengembangan penelitian ini yang berkaitan dengan orang Batak di Duri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 30
16
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Kecamatan Mandau
Duri merupakan kota yang terdapat di wilayah Kecamatan Mandau20
yang
merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah Kabupaten Bengkalis,
Provinsi Riau. Kota Duri memiliki letak wilayah yang strategis, yaitu sebagai
jalur lintas yang menghubungkan setiap kota yang ada di Provinsi Riau dan juga
merupakan jalur lintas Sumatra. Luas wilayah Kota Duri 937,47 dengan
letak wilayah berada di titik koordinat 0⁰ 56’12 LU—1⁰ 28’17’’LU dan 100⁰
56’10 BT—101⁰ 43’26’’BT21
.
Kota Duri berbatasan dengan beberapa wilayah, seperti bagian utara
berbatasan dengan Kecamatan Bahtin Batuah, Bukit Datuk, dan Kota Dumai.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pinggir, sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Rokan Hulu, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Bukit Batu.
Wilayah Kota Duri berada di dataran dengan ketinggian wilayah 15—200
meter di atas permukaan laut. Sama dengan kebanyakan wilayah Indonesia
lainnya, Duri memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga Duri memiliki
20 Kecamatan Mandau termasuk kecamatan yang asli (tertua) terbentuk
bersamaan dengan terbentuknya Kabupaten Bengkalis. Kecamatan Mandau pertama kali
berada di Muara Kelantan yang sekarang berada di wilayah Kabupaten Siak yaitu
Kecamatan Sungai Mandau. Tahun 1960 ibukota Kecamatan Mandau pindah ke Kota
Duri dengan kantor pertamanya di Pokok Jengkol. Pada tahun 1977 kantor Camat
Mandau pindah ke kantor yang sekarang berada di Jalan Sudirman Duri.
21Kecamatan Mandau Dalam Angka 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 31
17
iklim tropis basah. Walaupun memiliki tingkat curah hujan yang tinggi, Kota Duri
tergolong pada daerah yang memiliki cuaca panas dengan suhu 24—26⁰C pada
pagi hari, 30—34⁰C pada siang hari dan 26—30⁰C pada malam hari. Sebagian
besar wilayah Duri adalah rawa yang sangat sulit untuk diubah menjadi daratan.
2.2 Kependudukan
Berdasarkan data pada tahun 2014, jumlah penduduk Kota Duri sebanyak
270.822 jiwa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1: Jumlah Penduduk Kota Duri
No Keadaan Penduduk Jumlah
1 Jumlah Kepala Keluarga 70.417
2 Penduduk Laki-laki 140.918
3 Penduduk Perempuan 129.904
Sumber: UPT Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kecamatan Mandau, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kota Duri
sangat pesat. Kota Duri sudah menjadi kota yang padat penduduk. Perbandingan
penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Duri cukup berimbang. Walaupun
demikian, dapat diketahui bahwa penduduk laki-laki di Kota Duri lebih banyak
11.014 dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.
Tabel 2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 32
18
No Tingkat Usia Jumlah
1 0-9 Tahun 51.575
2 10-19 Tahun 55.988
3 20-29 Tahun 46.290
4 30-39 Tahun 49.229
5 40-49 Tahun 36.328
6 50-59 Tahun 19.559
7 60-69 Tahun 8.145
8 70-75 Tahun 3.708
Jumlah 270.822
Sumber: UPT Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kecamatan Mandau, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata penduduk yang ada di Kota
Duri memiliki umur yang produktif, yakni umur 20-29 tahun 5, 85%, umur 30-39
tahun 5,5%, umur 40-49 tahun 7,45%, dan umur 50-59 tahun 1,40% .
Penduduk Kota Duri terdiri atas penduduk asli dan pendatang yang terdiri
atas berbagai jenis suku, agama, budaya, dan sosial kemasyarakatan, seperti:
- Suku Sakai
Sakai adalah komunitas asli yang hidup di daratan Riau. Mereka selama ini sering
dicirikan sebagai kelompok terasing yang hidup berpindah-pindah di hutan.
Mereka meyakini bahwa leluhur mereka memang berasal dari Negeri Pagaruyung.
Kehidupan mereka biasanya berada di daerah kampung, di tepi-tepi hutan, di
hulu-hulu anak sungai, dan di tempat yang memiliki banyak ikan yang berguna
untuk kehidupannya. Komunitas suku Sakai ini banyak terdapat di Kabupaten
Bengkalis dan di Kecamatan Mandau22
.
- Suku Melayu
22 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Riau, Monografi
Propinsi Riau 1981, Pekanbaru, Keluarga Berencana. hlm.11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 33
19
Suku Melayu adalah suku asli Riau. Mereka berdomisili di daerah Duri sejak
zaman pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berkuasa di Nusantara. Penduduk suku
Melayu banyak tersebar mulai dari Sumatra sampai ke Negara Malaysia.
Mayoritas penduduk ini memeluk agama Islam. Namun seiring berjalannya
waktu, jumlah suku Melayu yang menduduki daerah Riau semakin berkurang. Hal
ini disebabkan karena para pendatang menggeser posisi mereka sebagai tuan
rumah.23
- Suku Minang
Suku ini sering juga disebut dengan sebutan orang Padang. Mereka berasal dari
daerah Sumatra Barat. Dalam tradisi kebudayaan mereka, setiap anggota suku
yang sudah dianggap dewasa haruslah pergi merantau ke tempat lain untuk
mencari pekerjaan. Faktor tradisi inilah yang mendorong banyak suku ini
dijumpai di setiap daerah yang ada di Indonesia. Mayoritas orang Minang
memeluk agama Islam dan kebudayaan mereka sangat mirip dengan kebudayaan
Melayu.24
23 Sa’Diah Musthafa Yatim, Adat Dan Upacara Perkawinan Daerah Riau,
Pekanbaru, Biro Bina Sosial Tingkat I Riau, 1998/1999, hlm.11
24 Syahrial De Saputra, dkk, Persepsi Tentang Etos Kerja: Kaitannya dengan
Nilai Budaya Masyarakat Melayu Daerah Riau, Riau, Proyek Pengkajian Dan Pembinaan
Nilai-Nilai Budaya Riau, 1996/1997, hlm. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 34
20
- Suku Jawa
Suku Jawa adalah pendatang yang berasal dari Pulau Jawa. Kedatangan mereka
banyak disebabkan oleh faktor pekerjaan. Mayoritas suku Jawa banyak yang
tinggal di daerah perkebunan kelapa sawit dan mayoritas mereka memeluk agama
Islam.25
- Suku Batak
Batak merupakan suku pendatang yang berasal dari Sumatra Utara. Awal mula
kedatangan orang Batak ke daerah Duri berlangsung sekitar tahun 1950. Sejak
kedatangan itu orang Batak semakin berkembang di daerah Duri dan semakin
banyak jumlahnya. Suku Batak terdiri atas enam bagian, yaitu Batak Toba, Batak
Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkola, dan Batak Pakpak
Dairi. Keenam kelompok ini dapat ditemui keberadaannya di daerah Duri.
Berdirinya Gereja HKBP sebagai tanda bahwa di daerah ini memiliki suku
Batak.26
Deskripsi Orang Batak
Batak merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan kelompok suku
yang mendiami daratan tinggi wilayah Sumatra bagian utara. Kelompok ini
berasal dari keturunan yang disebut sebagai Raja Batak. Suku Batak berasal dari
suku bangsa Melayu Tua yang mendiami Indocina atau Hindia belakang. Banyak
25 Sa’Diah Musthafa Yatim, op.cit. hlm.12.
26 Wawancara dengan Aleteng Pakpahan dirumahnya, Jalan Jawa, pada tanggal
31 Mei 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 35
21
pendapat yang mengatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari utara
kemudian berpindah ke wilayah Filipina dan berpindah lagi ke wilayah Sulawesi
Selatan. Setelah itu, mereka berlayar hingga akhirnya menempati wilayah Barus.
Dari sanalah mereka menyebar hingga ke pedalaman dan wilayah kaki gunung
Pusuk Buhit yang berada di tepi Pulau Samosir. Hal ini juga disebut sebagai asal
mula peradaban orang Batak.27
Suku Batak terbagi menjadi enam jenis, yakni suku Batak Toba, suku
Batak Karo, suku Batak Pakpak, suku Batak Simalungun, suku Batak Angkola,
dan suku Batak Mandailing. Keenam suku Batak tersebut memiliki ciri khas
budaya yang berbeda-beda. Namun, pada prinsipnya akar budaya mereka sama,
yakni budaya Batak.28
Sistem Religi
Di daerah Batak khususnya di Tapanuli Utara, pada umumnya menganut
agama Kristen dan sebagian lagi ada yang beragama Islam, Katolik, dan Malim.
Orang Batak secara tradisional memiliki pemahaman bahwa alam ini beserta
dengan isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi Na Bolon.29
Debata Mulajadi
Nabolon adalah Tuhan yang Maha Esa yang dianggap orang Batak memiliki
kekuasaan yang terwujud dalam Debata Natolu, yaitu Siloan Nabolon yang
menyangkut jiwa dan roh. Orang Batak mengenal tiga konsep, yaitu Tondi (jiwa
27 Simanjuntak Bungaran Antonius, Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak
Toba, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2006, hlm. 25
28 Ibid., hlm. 18
29 Simanjuntak Bungaran Antonius, dkk, Karakter Batak; Masa Lalu, Kini dan
Masa Depan, Jakarta, YOI, 2014, hlm. 168-169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 36
22
atau roh seseorang yang sekaligus merupakan kekuatannya), Sahala (jiwa atau roh
kekuatan yang dimiliki seseorang), dan Begu (Tondi yang sudah meninggal)30
.
Sistem Perkawinan
Dalam tradisi suku Batak, kebebasan seorang laki-laki dalam mencari
pasangan hidup sangat terbatas dan diatur oleh orang tua. Anak laki-laki lebih
ditekankan untuk menikahi pariban31
. Hal ini banyak dilakukan oleh orang tua
suku Batak zaman dahulu untuk menghindari pernikahan terlarang. Pernikahan
terlarang dalam suku Batak adalah pernikahan antara satu marga (inces) dan juga
pernikahan dengan suku lain.
Sistem Kekerabatan
Dalam kehidupan masyarakat Batak, ada sebuah tradisi yang tidak bisa
lepas dari kehidupan sehari-hari, yaitu hubungan kekerabatan. Hubungan
kekerabatan terjadi dalam kelompok kekerabatan seseorang, yaitu antara
kelompok kerabat tempat istrinya berasal dengan kelompok kerabat suami saudara
perempuannya. Tiap-tiap kelompok kekerabatan tersebut memiliki nama sebagai
berikut:
1) Hula-hula
2) Anak boru
3) Dongan tubu
Hula-hula adalah keluarga dari pihak istri (pemberi istri). Hula-hula ini
menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat istiadat Batak
30
Ketika kematian terjadi, dalam kepercayaan tradisional Batak dipahami bahwa:
daging I gabe tano, hosa i gabe alogo, tondi I gabe begu.
31 Anak perempuan dari saudara laki-laki dari ibunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 37
23
(semua suku bangso Batak) sehingga semua orang Batak harus hormat kepada
hula-hula (somba marhula-hula). Hula-hula mempunyai sifat yang peka dan
rapuh. Jika tidak hati-hati dalam tindakan atau perlakuan terhadap hula-hula,
mudah saja hubungan yang telah ada menjadi putus dan biasanya tidak bisa
diperbaiki dan akhirnya terhapus sama sekali.32
Boru/anak boru (penerima istri) adalah pihak keluarga yang mengambil
istri dari suatu marga (keluarga lain). Boru di dalam budaya Batak memiliki peran
yang sangat penting. Tanpa boru orang Batak tidak akan mampu melakukan adat
dengan baik. Peran boru dalam adat Batak adalah sebagai pelayan (parhobas).
Dalam kehidupan orang Batak, seorang boru harus bisa diambil hatinya, dimanja,
dan juga dibujuk. Walaupun tugasnya sebagai pelayan, tidak menjadikan boru
mendapat perlakuan semena-mena. Seorang Batak menekankan istilah Elek Mar
Boru.
Dongan tubu atau dongan sabutuha adalah saudara satu marga dari pihak
laki-laki (dari perut yang sama). Dongan tubu memiliki peran dalam mengatasi
permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh keluarganya. Dengan adanya dongan
tubu, segala beban di dalam hidup akan semakin mudah dihadapi, baik dalam
kebutuhan ekonomi maupun sosial. Dalam kehidupan, setiap orang Batak harus
bijaksana kepada saudara semarganya. Apabila tidak bijaksana dalam
berhubungan, akan terjadi keretakan dan pertikaian. Namun demikian, semua
orang Batak (berbudaya Batak) harus bijaksana kepada saudara semarga atau
dalam artian Bataknya Manat Mardongan Tubu.
32 T.M. Sihombing, Filsafat Batak: Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat,
Jakarta, Balai Pustaka,1986, hlm.76.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 38
24
Melihat sistem kekerabatan yang terdapat dalam budaya Batak, banyak
yang beranggapan bahwa dalam budaya Batak ada sistem pengkastaan di
kehidupan sehari-hari. Hal itu merupakan anggapan yang salah. Walaupun adat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari orang Batak, tidak ada sistem
pengkastaan di dalamnya. Hal ini terjadi di dalam kehidupan orang Batak karena
mereka menerapkan sistem kekerabatan yang disebut dengan Dalihan Na Tolu.
Dengan menerapkan sistem seperti ini, semua orang Batak memiliki peran
masing-masing dalam kehidupannya dan peran itu bukan untuk merendahkan
status sosial mereka, melainkan lebih untuk menempatkan kedudukan mereka di
dalam setiap kegiatan penting adat Batak.
Dalam kehidupan masyarakat Batak, sistem kepemimpinan terdiri atas tiga
bagian, yaitu sebagai berikut.
1) Bidang adat. Kepemimpinan pada bidang adat ini tidak berada
dalam tangan seorang tokoh, tetapi berupaya menjadikan
musyawarah Dalihan Na Tolu. Dalam pelaksanaanya, sidang
musyawarah adat ini dipimpin oleh suhut (orang yang mengundang
para pihak kerabat dongan sabutuha, hula-hula dan boru dalam
Dalihan Na Tolu).
2) Bidang agama. Agama Kristen Protestan dan Katolik dipegang
oleh Pendeta dan Pastor, agama Islam dipegang oleh Kyai atau
Ustaz, dan agama suku/tradisional dipegang oleh Malim.
3) Bidang pemerintahan. Kepemimpinan dalam bidang pemerintahan
ditentukan melalui pemilihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 39
25
Suku Batak juga memiliki tradisi lain yang lebih unik yang tidak dimiliki
oleh suku lain. Suku Batak memiliki pandangan bahwa sesama orang Batak
adalah raja dan boru ni raja. Hal demikian dilakukan mereka untuk menjaga strata
sosial dan kedudukan yang sama rata di antara orang Batak. Dengan demikian,
seorang laki-laki dalam adat Batak disebut dengan raja dan perempuan dalam adat
Batak disebut dengan boru ni raja. Dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut
dengan istilah raja hula-hula, raja ni dongan tubu, dan raja ni boru.
Dalam bidang pertanian suku Batak mengenal tradisi gotong royong yang
dalam istilah Batak disebut dengan Marsirumpa/marsiadapari (saling
membantu).33
Sistem yang terjadi dalam tradisi marsirumpa adalah masing-
masing anggota dari kelompok akan saling membantu dalam menyelesaikan lahan
pertanian mereka, mulai dari masa mengolah tanah, menanam bibit, sampai masa
panen. Keanggotaan dari kelompok marsirumpa adalah tidak terbatas dan
sukarela. Kelompok ini terbentuk karena ada beberapa orang yang memiliki
kebutuhan yang sama dan bersedia saling membantu.
Dalam menyelesaikan pekerjaannya, kelompok marsirumpa akan saling
bergantian mengerjakan lahan setiap anggota kelompok. Perhitungan yang
dilakukan untuk mencapai keadilan dalam setiap pekerjaannya adalah ketika
kelompok marsirumpa mengerjakan ladang si A selama lima hari, kelompok
tersebut akan menyelesaikan ladang si B selama lima hari dan demikian
seterusnya sampai ladang semua anggota kelompok dikerjakan dengan waktu lima
hari. Setiap anggota tidak akan memperoleh upah dalam bentuk materi. Dengan
33 H. Billy Situmorang, Ruhut-ruhut Ni Adat Batak, University of California,
1983, hlm. 127-128.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 40
26
demikian, anggota kelompok marsirumpa yang ladangnya dikerjakan tidak perlu
mengeluarkan banyak materi, cukup hanya memberikan makanan dan minuman
saat bekerja.
Dalam bercocok tanam, suku Batak selalu mempelajari perubahan yang
terjadi terhadap iklim. Misalnya saat musim hujan orang Batak akan menanam
tanaman yang cocok untuk musim hujan dan ketika musim kemarau, orang Batak
akan menanam tanaman yang cocok untuk musim kemarau. Tidak hanya itu saja,
suku Batak juga selalu mempelajari struktur tanah dan jenis tanaman yang cocok
untuk ditanam di wilayah mereka. Hal ini dipelajari suku Batak secara tradisional
di dalam kehidupannya yaitu, Maniti Ari.34
Suku Batak merupakan suku yang sangat fanatik terhadap adat istiadat.
Segala kegiatan kehidupan sehari-hari mereka tidak pernah terlepas dari
kebudayaan dan hukum adat yang mereka miliki. Jadi, dapat dikatakan bahwa
kehidupan sehari-hari orang Batak diatur oleh sistem adat yang sudah berlaku.
Orang yang di dalam kehidupannya berperilaku tidak sesuai dengan adat yang
berlaku, maka dia akan disebut sebagai orang naso maradat (yang tidak memiliki
etika, moral, atau melanggar aturan adat). Ungkapan naso maradat di dalam
kehidupan orang Batak adalah ungkapan yang sangat menyakitkan karena orang
yang disebut demikian adalah orang yang dikucilkan dan dianggap ―kotor‖ dalam
kehidupan komunitas.
Ungkapan naso maradat akan disampaikan kepada orang-orang yang
melakukan perkawinan semarga dan perkawinan incest, pencurian pencemaran
34 Bungaran Antonius Simanjuntak, Sistem Perpindahan Penguasaan Sawah
Pada Masyarakat Batak Toba, Medan, UNIMED 2005, hlm. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 41
27
nama baik, pemerkosaan, serta perilaku lain yang dianggap meresahkan
masyarakat pada umumnya. Orang Batak memercayai bahwa orang yang
melakukan pelanggaran akan menerima sanksi yang diterima dari Tuhan yang
mereka percayai, seperti penyakit, kesusahan hidup, bahkan sampai kematian.
Ketika seseorang mengatakan naso maradat terhadap orang Batak, dia akan
marah. Orang Batak lebih baik dikatakan tidak beragama daripada tidak punya
adat. Demi menjaga adatnya, orang Batak akan melakukan hal apa pun. Mereka
tidak peduli mengeluarkan materi sebanyak apa pun bahkan sampai miliaran.
Tabel 3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku
Suku Jumlah
Melayu 81.246 Jiwa
Minang 108.328 Jiwa
Batak 27.084 Jiwa
Jawa 27.082 Jiwa
Daerah Lainnya 27.082 Jiwa
Jumlah 270.822 Jiwa
Sumber: UPT Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kecamatan Mandau, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk yang tinggal di
Kota Duri adalah suku Minang dan suku Melayu. Sementara itu, jumlah suku
yang lain memiliki jumlah yang hampir sama dengan minoritas. Berdasarkan tabel
di atas dapat disimpulkan bahwa budaya yang lebih berpengaruh di Kota Duri
adalah budaya Minang dan Melayu. Walaupun demikian, tidak berarti budaya lain
menjadi terbuang dan tertolak. Akan tetapi, masing-masing masyarakat saling
menghargai dan menghormati dalam perbedaan budaya.
Dilihat dari komposisi penduduk Kota Duri yang penuh kemajemukan
dengan latar belakang sosial budaya, bahasa, dan agama yang berbeda, pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 42
28
dasarnya merupakan warisan bagi daerah Duri. Agama yang dianut oleh
penduduk Duri ini sangat beragam, seperti Islam, Kristen Protestan, Katolik,
Hindu, Buddha.
Tabel 4: Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Sumber: UPT Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kecamatan Mandau, 2014
Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Kota Duri
adalah beragama Islam. Jadi apabila bepergian ke kota Duri, kita akan merasakan
nuansa Islamiah yang berpadu dengan nuansa budaya Melayu di kota tersebut.
Akan tetapi walaupun penduduk kota Duri mayoritas Islam, hal ini bukan menjadi
hambatan bagi agama lain untuk berbaur dan bersosial. Tingkat kerukunan
beragama di Kota Duri sangat baik dan jarang sekali terjadi konflik antaragama di
kota tersebut.
Berbagai sarana dan prasarana peribadatan terdapat di seluruh penjuru
Duri. Berikut salah satu tempat peribadatan bagi masyarakat Duri, seperti:
- Bagi umat Islam terdapat Masjid Raya Arafah Duri, Masjid Agung Ushuludin
PT Chevron, dan Masjid Agung AL-Kautsar.
Agama Jumlah
Islam 221.657
Kristen 43.193
Katolik 3.501
Hindu 69
Buddha 2.307
Konghuchu 19
Aliran Kepercayaan 76
Jumlah 270.822
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 43
29
- Bagi umat Kristen terdapat HKBP CPI Ressort Duri, HKBP Simpang Padang,
HKBP Bukit Karmel, GPIB Bukit Zaitun, Gereja Katolik Santo Yosef, dan
GBKP Duri.
- Bagi umat Buddha terdapat Vihara Pubbrama Duri.
Bahasa pengantar masyarakat Duri pada umumnya menggunakan bahasa
Melayu dan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Minang dan bahasa Batak juga
banyak digunakan oleh penduduk Duri. Selain itu bahasa Hokkien juga banyak
digunakan oleh kalangan suku Tionghoa di Duri.
2.3 Potensi Mata Pencaharian di Kota Duri
Secara letak geografis, Kota Duri merupakan sebuah kota yang kaya akan
sumber daya alam. Keberadaan sumber daya alam minyak bumi menjadi salah
satu pendorong utama dalam peningkatan perekonomian daerah tersebut. Selain
itu, perkebunan kelapa sawit juga banyak dijumpai di daerah ini. Kota Duri
terbagi atas dua wilayah. Yang pertama ialah wilayah yang sudah maju
(perkotaan) dan yang kedua ialah wilayah tertinggal (pinggiran kota/pedesaan).
Perbedaan wilayah akan membuat perbedaan sistem pekerjaan. Sistem mata
pencaharian layaknya perkotaan sangat variatif, yakni dari pekerjaan ―kotor‖,
yang dianggap rendah seperti pemulung atau pembersih jalan dan parit, sampai
pekerjaan yang ―bersih‖, yaitu pegawai pemerintah dan swasta.
Sementara itu, masyarakat yang berada di luar kota, sebagian besar
berprofesi sebagai pedagang dan petani, khususnya orang Sakai. Mereka
mayoritas menggantungkan hidupnya dari berladang, berkebun, dan bertani. Pada
mulanya mereka sebagai peladang yang berpindah ladang dan sekaligus berpindah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 44
30
tempat tinggal. Sekarang ini mereka rata-rata sudah memiliki ladang yang tetap
karena memang untuk mengadakan perladangan berpindah sudah terbatas. Hal
tersebut disebabkan oleh hutan di sekitarnya sudah banyak yang dikuasai
penguasa dengan Hak Penguasaan Hutan (HPH) yang dimilikinya. Oleh karena
itu, jika mereka sesuka hatinya untuk berpindah berladang, mereka akan
berhadapan dengan pemegang HPH.
Namun dengan kondisi seperti itu, adakalanya hal yang terjadi
menimbulkan sisi yang positif bagi orang Sakai. Saat ini orang Sakai sudah mulai
menetap di suatu tempat dan tidak berpindah lagi, bahkan seiring berjalannya
waktu telah terjadi peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dalam kehidupan
orang Sakai. Rumah yang dulunya seadanya sekarang sudah banyak yang
permanen dan memiliki perabotan rumah tangga yang sama dengan orang-orang
Melayu atau suku bangsa lainnya yang ada di Duri. Kaum muda Sakai sudah
mulai mencari sektor ekonomi lainnya yang dianggap lebih baik, yakni sebagai
pegawai negeri maupun swasta seperti bekerja di pertambangan minyak35
Caltex36
. Kehadiran industri menciptakan pola pikir baru bagi para suku yang
tertinggal dalam hal modernisasi. Masyarakat suku tertinggal yang selama ini
bergantung pada tanah sebagai sarana produksi mereka kini telah berubah. Kini
35 Drs. Syahrial De Saputra, Dra. Nurbaiti Usman (ed), Kearifan Lokal Yang
Terkandung Dalam Upacara Tradisional Kepercayaan Masyarakat Sakai – Riau,
Tanjung Pinang, Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata Balai Pelestarian Sejarah Dan
Nilai Tradisional, 2010, hlm. 21 – 20.
36 Caltex merupakan perusahaan yang didirikan oleh Amerika dan seiring
perkembangan waktu Caltex berganti nama menjadi Chevron (perusahaan internasional)
yang merupakan gabungan dari perusahan-perusahaan besar yang ada di dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 45
31
masyarakat yang tinggal di wilayah Duri menggantungkan kehidupan mereka
pada industri pertambangan minyak.37
Dengan pembangunan industri, hal itu akan mengundang kondisi-kondisi
positif dan negatif pada lokasi-lokasi industri yang dahulunya merupakan lokasi
masyarakat agraris. Sehubungan dengan hal itu, untuk meningkatkan kemakmuran
masyarakat industri yang diharapkan, perlu pula disiapkan pola pembinaan
masyarakat agar dapat menjadi masyarakat industri yang serasi38
.
Tabel 5: Potensi Mata Pencaharian di Kota Duri
No Mata Pencaharian Jumlah
1 PNS/Honorer 2.085
2 TNI/POLRI 264
3 Guru 2.891
4 Karyawan BUMD 27
5 Wiraswasta 15.948
6 Petani 10.554
7 Pedagang 503
8 Tukang 199
9 Peternakan 10
10 Tidak Bekerja 82.493
Jumlah 114.974
Sumber: UPT Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kecamatan Mandau, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk yang tinggal di
Kota Duri adalah wiraswasta dan petani. Namun, peningkatan jumlah penduduk
yang sangat tinggi menjadi suatu tantangan yang besar bagi pemerintah daerah.
Pengaruhnya adalah akibat peningkatan jumlah penduduk yang sangat tinggi,
37 Dra. S. Wahjoeni, Perubahan Pola Kehidupan Mayarakat Akibat Pertumbuhan
Industri Di Daerah Riau, Tanjung Pinang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1989. hlm. 3.
38Ibid.,hlm. 4-5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 46
32
angka pengangguran di Kota Duri juga meningkat setiap tahun. Hal ini
berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat yang
tinggal di kota tersebut.
2.4 Sarana dan Prasarana Daerah
Sebuah daerah yang telah maju seperti Kota Duri harus diiringi dengan
sarana dan prasarana masyarakat sebagai penunjang untuk peningkatan nilai
pendidikan, ekonomi, dan kerohanian demi kesejahteraan masyarakat. Potensi
sarana dan prasarana yang dimiliki Kota Duri dapat dilihat dalam tabel berikut ini
Tabel 6: Fasilitas Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 TK 27
2 SD 32
3 SMP 33
4 SMA 7
6 Universitas 2
JUMLAH 101
Sumber: Dokumentasi Pemerintahan Kecamatan Mandau, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa pemerintah sudah mempersiapkan
fasilitas pendidikan yang baik bagi masyarakat di kota Duri. Masyarakat Kota
Duri tidak perlu lagi meninggalkan daerah mereka untuk menimba ilmu
pendidikan. Dengan berdirinya beberapa fasilitas pendidikan ini, dapat dipastikan
bahwa jumlah penduduk yang buta huruf akan semakin berkurang setiap
tahunnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 47
33
Tabel 7: Data Penduduk Menurut Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD 40.395
2 SLTP 34.284
3 SLTA 71.485
4 Diploma 7.403
5 Sarjana/S1 9.581
6 S2 318
7 S3 13
Jumlah 163.379
Sumber: UPT Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kecamatan Mandau, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di Kota Duri
sangat peduli dengan pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penduduk yang tinggal di Kota Duri adalah orang-orang yang berpendidikan.
Tabel 8: Tempat Ibadah
Sumber: Dokumentasi Pemerintahan Kecamatan Mandau, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa agama yang terdapat di Kota Duri
cukup beragam. Masyarakat yang tinggal di Kota Duri adalah masyarakat yang
sangat peduli dan taat beribadah. Pembangunan rumah ibadah adalah sebuah bukti
yang menunjukkan bahwa mereka adalah umat yang taat dan tunduk kepada
Tuhan. Keberagaman pendirian rumah ibadah di Kota Duri menunjukkan bahwa
masyarakat saling menerima satu sama lain dalam hal keberagaman agama.
No Tempat Ibadah Jumlah
1 Masjid 116
2 Mushalla 50
3 Gereja 98
4 Kelenteng 1
5 Vihara 1
Jumlah 266
No Sarana dan Prasarana Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 48
34
Tabel 9: Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sumber: Dokumentasi Pemerintahan Kecamatan Mandau, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat Duri sudah mengenal
sistem atau cara pengobatan yang modern. Masyarakat yang tinggal di Kota Duri
juga tidak perlu khawatir dalam hal kesehatan dan mencari pengobatan ketika
sakit sebab di daerah mereka sudah memiliki fasilitas yang memadai. Hal ini
sangat menunjang kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat Kota Duri.
1 RSU 5
2 Puskesmas 2
3 Poliklinik 14
4 Toko Obat 17
5 Posyandu 1
Jumlah 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 49
35
BAB III
IKATAN KELUARGA BATAK DURI SEKITARNYA TAHUN 1999
3.1 Kedatangan Orang Batak ke Duri
Keberadaan Duri sebagai kota yang maju pada saat ini merupakan
pengaruh dari ditemukannya sumber minyak bumi yang berlimpah. Sebelum
ditemukannya sumber daya alam minyak tersebut, Duri hanyalah sebuah daerah
hutan yang lebat dengan beragam hewan liar yang buas. Tidak ada kehidupan dan
peradaban manusia yang maju seperti saat ini. Pada waktu itu masih banyak orang
yang belum mengenal daerah Duri karena pada zaman itu sama sekali tidak ada
pembangunan jalan lintas dari Minas ke Duri dan ke daerah lainnya. Hubungan
antara Pekanbaru dan Duri hanya dapat dilakukan melalui sungai Siak dan sungai
Pungut hingga Terminal Balai Pungut.39
Sejarah kehidupan Duri berkaitan erat dengan perkembangan usaha
perminyakan di daerah ini. Lapangan minyak pertama yang ditemukan di Riau
adalah di Sebangah pada tahun 1940 dan disusul lapangan minyak Duri pada
tahun 1941. Kegiatan eksplorasi perusahaan terhenti pada tahun 1942 karena
pecahnya Perang Dunia II. Pada saat itu Indonesia diduduki Jepang. Pada tahun
1944 tentara Jepang juga melakukan pencarian minyak bumi dan berhasil
menemukan lapangan minyak Minas. Setelah berakhirnya Perang Dunia II Caltex
meneruskan kegiatannya mencari minyak di daerah Riau. Pada tahun 1952
39 50 Tahun HKBP Duri 1957-2007, HKBP, Ressort Duri, Distrik XXII Riau,
hlm. i.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 50
36
dimulai produksi perdana dari lapangan minyak Minas I yang sekarang lazim
disebut lapangan minyak bersejarah. Pada tahun 1956 perusahaan Caltex banyak
menerima karyawan di lapangan dan pekerja eksplorasi di hutan.40
Sejak tahun 1956 situasi dan keadaan Duri berubah drastis, yang dulunya
hanya kampung kecil berubah menjadi kota yang ramai karena daerah ini banyak
mengandung minyak yang berisi emas hitam yang dibutuhkan manusia. Banyak
orang datang ke Duri untuk mencari pekerjaan, termasuk di antara mereka adalah
orang-orang Batak yang beragama Kristen yang kemudian membentuk
perkumpulan sosial sesama mereka. Pada awalnya jumlah mereka hanya sedikit,
namun lama-kelamaan jumlah mereka semakin banyak dan berhasil mendirikan
Gereja Huria Kristen Batak Protestan) Duri. Mereka berasal dari beberapa sekte
atau gereja yang berbeda di kampung asal, tetapi di daerah Duri ini mereka
sepakat untuk mendirikan Gereja HKBP Immanuel.41
Pada tahun 1957 terdengarlah berita bahwa ada sebuah perusahaan asing
yang berusaha mencari sumur minyak yang baru di wilayah Duri. Berita ini
sampai ke telinga orang-orang Batak yang bertempat tinggal di Tapanuli Utara.
Akibatnya, mereka berdatangan ke Riau untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
Pada saat itu mereka ada yang datang bersama keluarganya, namun ada juga yang
datang sendiri, sementara keluarganya tinggal di kampung halaman sebelum
mendapatkan pekerjaan. Selain mereka yang sudah berkeluarga, banyak juga pria
lajang yang datang mencari pekerjaan ke Riau.
40 Ibid., hlm. i-ii.
41 Pada 8 Maret 1959 telah diresmikan Gereja HKBP Duri yang saat itu memiliki
anggota 13 KK dan 25 orang pemuda dan pemudi yang lajang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 51
37
Setelah mereka sampai di Riau, mereka mulai melamar kerja kepada
perusahaan yang bernama Caltex Pacific Oil Company(CPOC). Banyak di antara
mereka yang diterima menjadi pegawai perusahaan itu. Sementara itu, keluarga
mereka tinggal di Pekanbaru, Rumbai, atau Minas karena pada waktu itu
perusahaan tidak menyediakan tempat tinggal untuk keluarga. 42
Para pegawai baru itu, kemudian tinggal di bedeng-bedeng yang dibangun
oleh perusahaan. Seiring dengan perubahan waktu dan situasi, CPOC membuka
operasi yang baru di hutan belantara yang bernama daerah Duri dan Sebangah.
Banyak orang Batak yang ditugasi bekerja di daerah baru itu. Berbagai macam
pekerjaan mereka lakukan di sana. Selain ada yang sudah menjadi pegawai tetap,
banyak juga yang bekerja di kontraktor-kontraktor Seismic/GSI (Geophysical
Service Internasional.
3.2 Kehidupan Orang Batak di Duri
Banyaknya suku Batak yang hidup dan tinggal di Duri menunjukkan
bahwa Duri memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Menurut mereka, jika
hidup di Duri, tingkat perkembangan kehidupan baik dari segi jumlah maupun
pengetahuan mengalami peningkatan. Kedatangan mereka ke kota Duri untuk
melakukan perubahan kehidupan mereka secara ekonomi dan juga keinginan
mereka untuk mengenal dunia luar yang lebih luas. Keberadaan Duri sebagai kota
penghasil minyak dan juga perkebunan sawit menjadi daya tarik orang Batak
untuk merantau ke daerah itu.
42Ibid., hlm.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 52
38
Perkembangan yang pesat dan perubahan yang lebih besar dalam hal
ekonomi telah terjadi dalam kehidupan orang Batak yang tinggal di kota Duri.
Kebanyakan orang Batak yang merantau ke kota Duri bekerja sebagai karyawan
perusahaan pertambangan minyak seperti Chevron Pasific Indonesia (CPI). Bukan
hanya sebagai karyawan biasa, melainkan ada juga yang memiliki jabatan penting
di dalam perusahaan pertambangan itu. Orang Batak yang merantau di kota Duri
juga sudah ada yang mendirikan perusahaan sendiri, seperti Panca Sona yang
didirikan oleh marga Manurung (2001) dan Alam Sesa yang didirikan oleh Bonar
Gultom (1998). Dengan berdirinya kedua perusahaan ini sangat membantu orang
Batak untuk mendapatkan pekerjaan.43
Selain bekerja di dalam perusahaan
pertambangan minyak, sebagian masyarakat perantau yang ada di Kota Duri
bekerja sebagai PNS, bekerja di kebun sawit, dan bekerja lainnya. Dengan
demikian, tingkat perekonomian masyarakat Batak yang ada di Kota Duri
terbilang cukup baik.
Kehidupan suku Batak yang tinggal di Kota Duri dalam hal tradisi dan
kebudayaan, tidak jauh berbeda dengan tradisi dan kebudayaan suku Batak yang
tinggal di daerah asal atau kampung halaman. Tradisi tersebut mencakup adat
kekerabatan, pernikahan, kelahiran, dan sampai kematian.
a. Kekerabatan Orang Batak di Kota Duri
Sistem kekerabatan orang Batak di Kota Duri hampir sama dengan sistem
kekerabatan orang Batak pada umumnya. Hampir semua orang Batak yang ada di
Kota Duri mengikuti punguan-punguan marga mereka masing-masing. Misalnya
43 Wawancara dengan James, Kelurahan Balik Alam, pada Tanggal 14 Mei 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 53
39
marga Silaban, Sihombing, Nababan, dan Hutasoit. Mereka membangun punguan
yang disebut dengan punguan Toga Siopat Ama atau Toga Sihombing. Di dalam
kegiatan punguannya, mereka melakukan pertemuan satu kali dalam setiap
minggu dan pertemuan itu disebut dengan istilah partangiangan Toga Siopat Ama
atau Toga Sihombing.
Dalam kegiatan pertemuan itu mereka melakukan ibadah terlebih dahulu
dengan tata ibadah yang dipakai adalah tata ibadah Gereja HKBP (Huria Kristen
Batak Protestan). Setelah selesai melakukan ibadah, mereka mengumpulkan iuran
bulanan yang mereka pakai untuk membiayai program-program punguan tersebut.
Di dalam pertemuan itu juga mereka akan berdiskusi tentang permasalahan-
permasalahan yang dihadapi setiap anggota punguan. Banyak permasalahan yang
dihadapi setiap anggota punguan, seperti permasalahan kehidupan rumah tangga,
permasalahan ekonomi, permasalahan kesehatan, dan masih banyak lagi. Namun
dengan mengikuti punguan marga, permasalahan yang dihadapi setiap anggotanya
akan semakin ringan dan semakin mudah ditemukan solusinya44
.
Kekerabatan orang Batak di Kota Duri juga ada yang berbentuk punguan-
punguan antar wilayah atau orang Batak yang ada di Kota Duri menyebutnya
sebagai punguan parsahutaon. Sama halnya dengan punguan marga, punguan ini
juga melakukan ibadah terlebih dahulu dalam setiap kegiatannya dan juga
membahas permasalahan-permasalahan yang terjadi pada setiap anggota
punguannya. Pada akhir tahun, tepatnya pada bulan Desember, baik punguan
44 Wawancara dengan Marudut Sihombing dirumahnya, Kelurahan Batang
Serosa, pada Tanggal 7 Mei 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 54
40
marga maupun punguan parsahutaon akan merayakan dan memaparkan hasil dari
program mereka selama setahun. 45
Dalam kehidupan sehari-hari, orang Batak selalu saling membantu dalam
segala hal, baik dalam permasalahan pribadi maupun permasalahan sosial lainnya.
Orang Batak di Kota Duri menyadari bahwa mereka adalah para pendatang yang
mencoba mengadu nasib merantau ke kota minyak tersebut. Setiap hari mereka
saling menghormati dan menghargai. Tidak hanya dalam pertemuan punguan saja
mereka bersatu, tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka juga selalu berkumpul
dan berdiskusi. Hal ini terlihat dengan adanya kaum bapak orang Batak yang
selalu berkumpul di dalam kedai kopi dan tempat bersantai lainnya.
b. Budaya dan Adat Orang Batak di Kota Duri
Budaya dan adat adalah sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan orang Batak. Orang Batak selalu menjunjung tinggi budaya dan adat
istiadat yang mereka miliki. Orang Batak sangat marah dan malu apabila mereka
dikatakan sebagai orang yang tidak memiliki adat. Di mana bumi diinjak, di situ
langit dijunjung. Orang Batak memiliki Umpasa46
untuk menggambarkan
kehidupan orang Batak, yaitu Bahenma dirimu songon laut naluas, manang
songon dia pe masalah naroh tungolumu, jalo ma dohot roha naserep dohot iman
na gogo, yang artinya ketika menghadapi masalah apapun dalam kehidupan ini
maka terimalah dengan hati yang sabar dan iman yang kuat. Demikian istilah
45 Wawancara dengan Diana Simanjuntak di rumahnya, Kelurahan Balik Alam,
pada tanggal 8 Mei 2019.
46 Pantun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 55
41
yang dipakai untuk menggambarkan kehidupan orang Batak dalam budaya
mereka.
Kehidupan budaya dan adat orang Batak di Kota Duri sama halnya
dengan kehidupan budaya dan adat yang dipakai orang Batak yang berada di
daerah asal dan juga daerah lain. Contohnya adat pernikahan, adat kelahiran, dan
adat kematian.
Dalam adat pernikahan, orang Batak yang ada di Kota Duri juga memakai
sistem adat yang berlaku. Setiap laki-laki dan perempuan yang ingin menikah
akan melalui beberapa tahap sehingga mereka sah secara adat dan agama sebagai
suami istri. Tahap pertama yang harus mereka lalui adalah tahap mangaririt,
mangalehon tanda, marhori-hori dinding atau marhusip, martumpol, marhata
sinamot, martonggo raja atau maria raja, manjalo pasu-pasu parbagason
(pemberkatan nikah), ulaon unjuk (pesta adat), paulak une, dan manjae.47
a) Mangaririt adalah tahap yang dilakukan kaum laki-laki orang
Batak untuk memperkenalkan diri kepada calon pengantin
perempuan dan kedua orang tua perempuan yang akan dijadikan
istri.48
47 F. X. Tito Adonis, Harry Waluyo, Perkawinan Adat Batak di kota Besar,
Universitas Michigan, 1993, hlm. 16,20,69.
48 Bambang Suwondo, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera Utara,
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1977/1978, hlm. 28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 56
42
b) Mangalehon tanda adalah tahap saat laki-laki telah berhasil
menemukan calon istrinya dan memperkenalkan kepada kedua
orang tuanya49
.
c) Marhori-hori dinding atau Marhusip adalah tahap saat kedua orang
tua calon pengantin berdiskusi untuk menentukan sikap dari
masing-masing pihak. Dalam tahap ini akan disepakati jumlah mas
kawin yang akan diberikan pihak laki-laki kepada pihak keluarga
perempuan. Namun tahap ini adalah tahap yang sangat tertutup dan
tidak boleh diketahui oleh umum. Hal ini dilakukan untuk
menghindari rasa malu apabila tidak tercapai kesepakatan
bersama50
.
d) Martumpol adalah tahap adat selanjutnya. Tahap ini disebut juga
sebagai tunangan di dalam budaya Batak. Acara martumpol
diserahkan ke lembaga gereja tempat mereka terdaftar sebagai
jemaat. Namun, tahap ini biasanya dilalui oleh orang Batak yang
menganut agama Kristen. Martumpol adalah kesepakatan pertama
mereka di hadapan Allah sebelum melangsungkan tahap
pemberkatan nikah dan adat pernikahan51
e) Marhata sinamot adalah pertemuan antara keluarga calon
pengantin laki-laki dan perempuan. Di dalam tahap ini akan
49 Ibid., hlm. 31.
50 Ibid., hlm. 34.
51 Bungaran Antonius Simanjuntak , Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak
Toba: Bagian Sejarah Batak, Jakarta, Yayasan Obor, 2009. hlm. 310.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 57
43
disepakati jumlah sinamot (uang) yang akan diberikan keluarga
laki-laki kepada keluarga perempuan. Dalam tahap ini juga akan
disepakati adat yang akan berlangsung dan jumlah ulos dan hewan
yang akan disembelih dalam pesta pernikahan52
.
f) Martonggo raja adalah acara yang dilakukan oleh keluarga pihak
laki-laki untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam pesta pernikahan. Biasanya tahap ini tanpa dihadiri keluarga
pihak perempuan. Orang-orang yang hadir dalam tahap ini adalah
masyarakat Batak yang tinggal di lingkungan pihak keluarga laki-
laki53
.
g) Manjalo pasu-pasu parbagason/pemberkatan nikah adalah acara
yang diadakan di dalam gereja. Kedua calon mempelai akan
diberkati di dalam gereja. Tahap ini terlebih dahulu diadakan
sebelum berlangsungnya acara adat Batak54
.
h) Ulaon unjuk/Pesta adat adalah pemberkatan adat yang diikuti oleh
seluruh keluarga kedua mempelai. Dalam tahap ini pengantin akan
menerima pemberkatan secara adat dan juga doa-doa yang
disampaikan oleh seluruh keluarga yang hadir.
52 Bungaran Antonius Simanjuntak , Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak
Toba hingga 1945: Suatu Pendekatan Sejarah, Antropologi Budaya Politik, Jakarta,
Yayasan Obor, 2006, hlm. 118.
53 E.K. Siahaan, dkk, Makanan: Wujud, Variasi dan Fungsinya Serta
Penyajiannya Daerah Sumatra Utara, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993,
hlm. 82-84.
54 Bambang Suwondo, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera Utara,
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1977/1978, hlm. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 58
44
i) Paulak une adalah tahap saat kedua mempelai saling mengunjungi
keluarga mereka. Pihak keluarga laki-laki mengunjungi pihak
keluarga perempuan dan pihak keluarga perempuan juga
mengunjungi pihak keluarga laki-laki. Hal ini dilakukan untuk
mempererat hubungan kedua belah keluarga dan menunjukkan
bahwa mereka saling menghormati, menyayangi,dan sudah
menjadi satu keluarga.
j) Manjae adalah tahap saat kedua mempelai akan meninggalkan
keluarga mereka masing-masing dan hidup bersama tanpa campur
tangan kedua keluarga dalam menghadapi permasalahan hidup.
Dalam tahap inilah pasangan/pengantin baru akan belajar mengenal
satu sama lain.
Adat kelahiran orang Batak di Kota Duri sama halnya dengan adat Batak
pada umumnya. Orang Batak yang tinggal di Kota Duri juga akan merayakan
dengan mengadakan acara/pesta apabila anak mereka lahir. Acara adat kelahiran
yang berlangsung ini disebut orang Batak dengan Maresek-esek. Acara ini adalah
acara makan bersama dengan seluruh undangan yang hadir. Biasanya orang Batak
dalam acara ini akan mengundang keluarga kedua belah pihak, baik pihak laki-
laki maupun perempuan.
Selanjutnya, orang Batak di Kota Duri akan melakukan adat Batak mereka
dalam setiap kematian keluarga mereka. Salah satu contoh adat kematian yang
dilakukan orang Batak di Duri adalah adat Saur Matua. Adat ini adalah bentuk
sebuah perayaan dalam budaya Batak. Orang Batak percaya apabila keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 59
45
mereka meninggal dalam tahap Saur Matua, berarti selama hidupnya dia adalah
orang yang terberkati dan hal ini harus dirayakan oleh seluruh keluarga.
3.3 Berdirinya Punguan Batak di Duri Tahun 1999
Sebagai orang pendatang di Kota Duri banyak tantangan yang akan
dihadapi oleh orang Batak di kota minyak tersebut. Semakin tahun jumlah orang
Batak yang ada di Kota Duri semakin bertambah. Hal ini menjadi sebuah pertanda
bahwa kehidupan yang didapatkan orang Batak di Kota Duri adalah kehidupan
yang layak dan baik karena tidak mungkin orang Batak akan bertahan dan datang
ke kota tersebut apabila kehidupan mereka menderita. Karena jumlah yang
semakin banyak inilah ada rasa khawatir yang terjadi dalam pikiran setiap orang
Batak yang ada di Kota Duri mengenai nilai budaya mereka sebagai orang Batak.
Orang Batak di Kota Duri kuatir terhadap pudarnya nilai kebudayaan
mereka. Hal inilah yang mendorong terbentuknya punguan atau organisasi Batak
di Kota Duri. Pada awalnya punguan berdiri di Kota Duri setelah terjadi
perbincangan sesama orang Batak di salah satu kedai minuman. Di dalam
perbincangan tersebut mereka saling berbagi pendapat tentang permasalahan dan
juga rasa rindu terhadap kampung halaman. Dalam perbincangan itulah muncul
ide yang baik untuk membentuk punguan yang menyatukan seluruh orang Batak
yang ada di Kota Duri.55
Pada awalnya punguan ini adalah punguan kecil dengan anggota yang
sedikit pula jumlahnya. Hal ini disebabkan oleh kabar tentang punguan yang
didirikan oleh beberapa orang ini belum banyak diketahui. Namun setelah
55 Wawancara dengan Aleteng Pakpahan dirumahnya, Jalan Jawa, pada tanggal
31 Mei 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 60
46
informasi tersebar, semakin banyak orang Batak yang mendaftarkan diri untuk
bergabung dalam punguan tersebut. Karena jumlah anggota dari punguan itu
sudah melebihi ratusan orang, punguan itu dijadikan sebagai sebuah organisasi
yang resmi dan berbadan hukum. Selanjutnya organisasi itu diberi nama IKBDS
(Ikatan Keluarga Batak Duri dan Sekitarnya).
Organisasi ini berdiri pada tahun 1999 yang diketuai pertama kali oleh
Elie Pangaribuan. Banyak kemajuan yang terjadi di kalangan orang Batak yang
tinggal di Kota Duri setelah organisasi ini berdiri. Penyelesaian permasalahan,
baik dalam hal adat maupun kehidupan sehari-hari, serta penyatuan orang Batak
yang ada di Kota Duri adalah tujuan utama dan program kerja dari organisasi ini.
Organisasi ini menjalankan program tahunannya dengan dana yang diperoleh dari
anggotanya. Setiap anggota berhak menjadi ketua dari organisasi ini dengan
sistem pemilihan yang demokratis.
Ikatan Keluarga Batak Duri Sekitarnya sangat berperan penting dalam
menyelesaikan segala konflik permasalahan yang dihadapi oleh orang Batak di
Kota Duri. Permasalahan yang sering diselesaikan organisasi ini adalah
permasalahan rumah tangga yang merupakan kasus terbanyak, perselisihan
antarmarga yang merupakan kasus terbanyak kedua, dan juga permasalahan
ekonomi atau orang Batak yang belum mendapatkan pekerjaan. Semua
permasalahan tersebut mampu dijawab oleh organisasi ini dengan memberikan
solusi dan bantuan yang terbaik56
.
56 Wawancara Bonar Aldy Tampubolon di rumahnya, Jalan Hangtuah, pada
tanggal 21 Juni 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 61
47
Dalam organisasi Ikatan Keluarga Batak dan Sekitarnya (IKBDS) ada
beberapa jabatan, yaitu Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara. dan anggota.
Demikianlah struktur organisasi IKBDS, seperti bagan dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 62
48
Struktur Organisasi IKBDS
Gambar III.1. Berikut ini adalah gambar bagan dari kepengurusan IKBDS
Keterangan:
= Garis Komando = Garis Tanggung Jawab
DEWAN PELINDUNG
K. DEWAN PENASEHAT
KETUA BIDANG
DEWAN PERTIMBANGAN
KETUA UMUM
SEKRETARIS WAKIL KETUA BENDAHARA
D.ORGANISASI D. PEMUDA D. HUMAS D. KETENAGAKERJA D. SOSIAL BUDAYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 63
49
BAB IV
PERAN IKATAN KELUARGA BATAK DURI SEKITARNYA
DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ORANG BATAK TAHUN
1999-2014
4.1 Pengantar
Permasalahan yang hadir di dalam kehidupan tidak akan ada habisnya.
Konflik akan selalu hadir di setiap kehidupan siapa pun, baik itu kehidupan per
orangan maupun kelompok. Konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang,
dua kelompok, atau lebih yang salah satu pihaknya berupaya menyingkirkan yang
lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.57
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu yang terlibat dalam
suatu interaksi. Perbedaan itu bisa menyangkut ciri fisik, tingkat kemampuan,
adat, tata cara, keyakinan, dan lain sebagainya.
Konflik juga bisa muncul dalam skala yang berbeda, yaitu konflik antara
orang (inter personal conflict), konflik antarkelompok (inter group conflict),
konflik antarkelompok dengan negara (vertical conflict), dan konflik antarnegara
(inter state conflict).58
Konflik akan selalu hadir selama kehidupan masih
57 Puline Pudjiastiti, Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XI, ovri Susan, Jakarta:
Grasindo, hlm. 4.
58 Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2009, hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 64
50
berlangsung. Pernyebab utama dari hal ini adalah karena tingkat kebutuhan dan
keinginan setiap manusia berbeda-beda.59
Banyak hal yang telah dilakukan agar konflik tidak terjadi, namun hal itu
sangat mustahil dan tidak akan mungkin bisa terwujud. Dalam kehidupan,
seseorang hanya mampu untuk meredam dan mengurangi sebuah konflik. Dalam
penanganan sebuah konflik memerlukan identifikasi yang baik terhadap konflik
tersebut, yaitu memahami konflik yang terjadi dan berusaha mengelola konflik
dengan baik supaya konflik tersebut dapat menjadi sebuah acuan untuk
mengarahkan ke arah yang lebih baik.
Keinginan manusia tidak terbatas, sedangkan kemampuan terbatas. Hal
tersebut dapat menjadi landasan bahwa di dalam kehidupan sangat sulit untuk
menghindari konflik. Terlebih lagi dalam hidup ini manusia saling berdampingan
dan saling membutuhkan. Pendirian sebuah organisasi yang bertujuan untuk
membantu dan mendukung juga tidak akan terlepas dari sebuah konflik. Setiap
anggota organisasi tentunya memiliki kepribadian, keinginan dan tujuan yang
berbeda di dalam hidupnya. Semakin besar sebuah organisasi, akan semakin besar
juga tantangan dan konflik yang dihadapi.
Konflik adalah sesuatu hal yang selalu ingin dihindari oleh setiap manusia,
bahkan banyak yang beranggapan bahwa kehadiran sebuah konflik di dalam
kehidupan adalah sesuatu yang merugikan dan mengandung makna negatif.
Namun, anggapan bahwa konflik adalah sesuatu yang negatif ternyata tidak selalu
59 W.F.G. Mastenbroek, Penanganan Konflik dan Pertumbuhan Organisasi (terj.
Pandam Gurito), Cet. 1, Jakarta: UI-Pers, 1986, hlm. 191-192.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 65
51
benar. Sebuah konflik apabila ditangani dengan baik dan benar, akan menjadi
sebuah hal positif yang menjadikan organisasi itu semakin lebih baik lagi.
Pembentukan Indonesia menjadi sebuah negara tentunya bukan sebuah hal
yang mudah dan dalam setiap prosesnya juga memiliki konflik yang dihadapi.
Masuknya berbagai budaya asing ke dalam negara Indonesia membuat konflik
yang tidak kunjung berkesudahan hingga saat ini, terutama dalam sejarah
masuknya agama-agama baru, seperti Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha, dan agama lain adalah tantangan terhadap kebudayaan yang ada di
Indonesia. Dalam proses masuknya agama baru ini, terjadi konflik yang sangat
besar di Indonesia. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia sulit untuk
melepaskan adat istiadat yang telah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang
mereka.
Banyak ajaran agama yang dibawa oleh misionaris bertentangan dengan
ajaran adat yang berlaku di dalam kehidupan mereka. Dengan demikian,
tantangan yang dihadapi para misionaris dalam penyebaran ajaran agama yang
mereka bawa ke Indonesia sangat besar. Para misionaris memerlukan strategi
yang baik dan benar agar masyarakat mampu menerima dan bersimpati terhadap
budaya baru tersebut.
Merancang sebuah strategi dengan melakukan pendekatan secara
kebudayaan adalah usaha yang dilakukan oleh para misionaris supaya ajaran yang
mereka bawa lebih mudah diterima oleh masyarakat. Hal tersebut seperti
pendekatan yang dilakukan oleh para misionaris yang berasal dari Eropa dalam
upaya menyebarkan agama Kristen di tanah Batak. Tentunya bukan sebuah hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 66
52
yang mudah untuk menjalankan misi tersebut di tanah Batak. Suku Batak sangat
terkenal dengan adat istiadat yang sangat kental, bahkan setiap pergerakan
kehidupan mereka tidak pernah terlepas dari adat. Butuh waktu yang sangat lama
supaya agama Kristen diterima dengan baik di tanah Batak.
Penjajahan dan penguasaan Belanda terhadap wilayah Sumatra Utara yang
merupakan tempat berdiam orang Batak menjadikan suku Batak tertutup terhadap
kebudayaan asing, terutama kebudayaan yang berasal dari Eropa. Suku Batak
sangat membenci orang-orang yang berkulit putih dan bola mata berwarna selain
hitam karena suku ini selalu menganggap mereka adalah musuh yang harus diusir
dan dibunuh.
4.2. Pendirian HKBP
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang pertama didirikan
pada 7 Oktober 1861 di Sipirok. Pendirian gereja ini merupakan hasil pertemuan
para misionaris Kristen yang berasal dari Jerman (Heine dan Klamer), dan
misionaris dari Belanda (Van Asselt dan Bets) yang diselenggarakan oleh badan
zending yang bernama Rheinische Mission Gesselschaf (RMG).
Berdirinya gereja baru kesukuan di tanah Batak ini menjadi sebuah
persoalan di dalam ruang lingkup kehidupan orang Batak. Hal ini disebabkan
karena adanya pertentangan antara budaya asli dengan kekristenan yang dibawa
oleh para misionaris. Para misionaris membutuhkan strategi yang baru kemudian
mereka mengelaborasikan antara budaya dan adat asli dengan budaya dan adat
Kristen yang mereka bawa. Dengan demikian, budaya kekristenan yang mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 67
53
bawa tidak akan menghilangkan unsur budaya lama yang dimiliki oleh orang
Batak. Artinya, para misionaris lebih kepada mengarahkan budaya mereka untuk
mengarah ke dalam kekristenan.
Gereja HKBP berdiri dari hasil pengolaborasian antara budaya Batak
dengan budaya kekristenan. Budaya Batak memengaruhi pembentukan konsep
doktrin dan tata peribadahan yang berlangsung di HKBP. Begitu juga dengan
kitab suci kekristenan diubah ke dalam bentuk bahasa Batak sehingga para jemaat
mampu mengenal dan mengerti firman Tuhan sesuai dengan budaya mereka.
Dr. Ingwer Ludwig Nomensen60
adalah salah satu dari beberapa orang
Eropa yang mampu menyebarkan agama Kristen di tanah Batak. Tahun 1862
Nomensen untuk pertama sekali menginjakkan kaki di tanah Batak, tepatnya
Barus. Dari sanalah Nomensen memulai perjalanannya dalam menyebarkan
agama Kristen kemudian dia melanjutkan perjalanannya ke daerah yang disebut
dengan Rura Silindung pada tahun 1864.
Sebelum melakukan misi penyebaran agama Kristen di tanah Batak,
Nomensen terlebih dahulu mempelajari kebudayaan orang Batak. Kehadiran
Nomensen di tanah Batak sangat bersejarah bagi kekristenan yang ada di
Indonesia karena dari misi yang dilakukan oleh Nomensen ini terbentuk sebuah
60 Nomensen adalah salah satu dari beberapa missionaris yang diutus oleh badan
zending Rheinische Mission Gesselschaf (RMG) untuk membantu misi mereka dalam
menyebarkan agama Kristen di tanah Batak. Dia juga sebagai missionnaris yang paling
berhasil dan satu-satunya yang diakui oleh orang Batak sebagai rasul mereka, karena
Nomensen lah yang mampu melakukan pendekatan secara kebudayaan, serta dari
pelayananya gereja HKBP semakin besar dan bertumbuh jemaatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 68
54
organisasi gereja HKBP yang menganut aliran Lutheran yang semakin diterima
masyarakat Batak.
Kehadiran agama Kristen di tanah Batak sangat berpengaruh besar dalam
kemajuan dan perkembangan masyarakat Batak. Banyak hal-hal yang berubah di
tanah Batak, seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan lain-lain. Faktor itu
menjadikan masyarakat Batak dengan cepat menerima ajaran tersebut. Dalam
kurun waktu sepuluh tahun, ada sekitar 1.200 orang Batak yang sudah menjadi
Kristen. Setiap tahun banyak orang Batak yang dulunya memiliki kepercayaan
tradisional menjadi masuk Kristen. Karena semakin banyaknya orang Batak yang
menjadi Kristen, terjadilah penambahan misionaris dari Jerman ke tanah Batak
untuk melayani seluruh jemaat.61
Keberhasilan HKBP beradaptasi terhadap kebudayaan yang ada di tanah
Batak menjadi sebuah prestasi yang membanggakan. Perkembangan dan
kemajuan yang dialami Gereja HKBP setiap tahunnya semakin baik. Melihat
kemajuan tersebut badan zending yang selama ini mengayomi mereka
memberikan kemandirian dalam hal kepengurusan terhadap misionaris pribumi.
Tidak hanya hal itu saja yang menjadi kabar baik bagi Gereja HKBP, pemerintah
pada zaman penjajahan Belanda juga memberikan pengakuan resmi melalui
keputusan pemerintah tertanggal 11 Juni 1931 N.D. 48, Indisch Steatblad 1931,
No. 360.62
61
A. M. Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, ter.
K.M. Lumbantobing, Cet. Ke-2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1966, hlm. 79.
62
Ephorus HKBP, Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan
HKBP, 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 69
55
Seiring dengan kemerdekaan bangsa Indonesia dan berakhirnya kekuasaan
Belanda, segala bentuk pengakuan pemerintahan Belanda diubah dan harus
disesuaikan dengan pengakuan yang berlaku. Pengakuan itu ialah dari pemerintah
bangsa Indonesia sendiri. Dengan demikian, HKBP melakukan pembaruan
pengakuan pemerintahan Indonesia yang pertama pada 2 April 1968 No.
Dd/DAK/d/135/68 yang memutuskan dan mengesahkan gereja Huria Kristen
Batak Protestan yang berpusat di Pearaja-Tarutung, Tapanuli selaku gereja dan
oleh karena itu mengakui gereja tersebut sebagai badan hukum.
Selanjutnya, HKBP mendapat pengakuan yang kedua dari pemerintah
Indonesia pada 6 Februari 1988n RI Cq. Depertemen Agama RI No.33.
Berdasarkan pengakuan dari pemerintah bangsa Indonesia, HKBP resmi menjadi
sebuah lembaga yang berbadan hukum dan memiliki hak penuh atas segala
ketentuan-ketentuan kebebasan beragama yang berlandaskan Pancasila dan UUD
1945. HKBP juga memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang
disebut sebagai AP HKBP (Aturan Peraturan HKBP).63
Seiring berjalannya waktu, HKBP menjadi gereja yang besar, bahkan
menjadi salah satu organisasi gereja terbesar di Indonesia dan Asia. Penyebaran
gereja HKBP juga semakin luas dan berdiri di berbagai daerah, bahkan sampai
menjangkau luar negeri seperti Eropa. Perkembangan ini terjadi berkat migrasi
yang dilakukan oleh orang-orang Batak ke seluruh dunia.
Semakin besar sebuah organisasi, semakin rentan pula terhadap sebuah
konflik. Hal inilah yang dialami oleh organisasi Gereja HKBP. Pada tahun 1917
63 J. S. B. P. Simanjuntak, ―Konflik Intern Organisasi Kemasyarakatan Kasus;
Huria Kristen Batak Protestan‖, Tesis, UGM, 1998, hlm. 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 70
56
Gereja HKBP mengalami konflik pertama. Berdirinya sebuah organisasi politik
bukan gereja yang disebut dengan HKB (Hatopan Kristen Batak) menjadi pemicu
utama dari konflik ini. Keinginan besar dari para pendeta pribumi untuk keluar
dari campur tangan orang Jerman adalah keinginan dari organisasi ini.
Selanjutnya, pada tahun 1962 terjadi konflik kedua setelah kepengurusan
dari Gereja HKBP dipegang oleh pendeta pribumi yang berasal dari suku Batak.
Akibat dari konflik ini, Gereja HKBP menjadi pecah dan melahirkan sebuah
gereja baru yang disebut dengan GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia) yang
lebih nasionalis pada 30 Agustus 1964. Penyebab konflik yang terjadi ialah karena
adanya perubahan anggaran dasar dari Gereja HKBP dan pemecatan terhadap 22
orang pendeta pribumi pada Maret 1963 karena tidak menjalankan surat
keputusan pelayanan yang diberikan oleh pimpinan HKBP.64
Namun walaupun demikian, banyak konflik yang terjadi tidak menjadi
penghalang organisasi HKBP untuk semakin maju. Setelah kedua konflik itu
terjadi, HKBP semakin besar dan berkembang pesat di tengah-tengah Indonesia
dan luar negeri. Seiring berjalannya waktu di dalam perkembangannya, timbul
konflik baru di tengah-tengah organisasi Gereja HKBP setelah berlangsung
pemilihan pemimpin yang baru dalam organisasi HKBP.65
64B. A. Simanjuntak, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba,
(Yogyakarta:Jendela, 2002), hlm. 386-392.
65 Huria Kriten Batak Protestan memiliki satu pemimpin didalam
kepengurusannya, dan pemimpin itu disebut dengan Ephorus. Para pendeta menyebut
Ephorus sebagai Ompu i. ―Ompu‖ di dalam istilah budaya Batak adalah sebagai gelar
kehormatan tertinggi. Orang yang disebut ―Ompu‖ di dalam budaya Batak adalah yang
memiliki pengaruh besar dan berjasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 71
57
Pada tahun 1992 ketika menjelang perayaan Natal, baru enam tahun
HKBP merayakan yubelium ke-125 tahun. Selama enam tahun itu warga HKBP
dalam suasana bahagia. Namun, tiba-tiba Gereja HKBP mendapatkan masalah
kembali.
Pada masa itu pengaruh industrialisasi sudah berada di depan mata.
Dampak positif dan negatif juga terdapat di dalamnya. Industrialisasi pasti
membuka peluang lapangan kerja. Namun, juga tidak dapat dimungkiri bahwa
akan ada bencana sosial. Tentu masalah itu bukan hanya basa-basi, dan bukan
sensasi. Oleh karena itu, HKBP melakukan persiapan mengantisipasi supaya
gereja tidak hanya menjadi penonton pada zaman industrialisasi.
Selanjutnya HKBP menyusun program pelayanannya, konkret dan
terjangkau, real/nyata, terkontrol, dan dapat dipantau. Tujuannya agar gereja
partisipatif mengisi pembangunan bangsa serta secara aktif mengantisipasi
masalah kehidupan sepanjang masa. Namun, ternyata ada pihak tertentu yang
pesimis dan sinis, baik warga jemaat maupun pelayan sendiri, mereka mengatakan
bahwa program mengatasi problem industrialisasi adalah lip service (ucapan
bibir) saja yang tidak ada manfaatnya.
Tidak begitu lama, sikap sinis itu berubah menjadi semakin parah sampai
pada perlawanan dan penolakan dengan tindakan anarkis. Sikap itu semakin
mengkristal menjelang Sinode Godang Ke-51, yaitu Sinode Periodisasi atau
Sinode Pemilihan. Terlebih setelah Ephorus memegang jabatan, ternyata semakin
kuat pendukungnya dan dirasakan semakin sulit menggantikannya. Setelah itu,
dibuatlah rekayasa dengan membuat berbagai isu bohong. Hal inilah kebiasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 72
58
buruk yang acap kali terjadi terhadap setiap calon yang diperhitungkan akan
menang. Black campaign yang biasanya terjadi di dalam dunia politik akhirnya
merebak ke kawasan gereja.
Setelah itu, diciptakan kekacauan, kegaduhan, keributan, dan huru-hara di
dalam dan di luar gereja. Tujuan dari semua itu adalah agar Ephorus HKBP
menyerah karena tidak mampu mengatasi permasalahan yang terjadi. Namun
semua usaha dan rencana yang dilakukan tidak dapat melemahkan Ephorus yang
menjabat. Ternyata semua rencana yang dirancang menjadi malapetaka tidak
berhasil. Setelah itu, terjadi penangkapan oleh pihak kepolisian terhadap pelaku
huru-hara. Saat itu suhu politik menjelang Sinode Godang HKBP Ke-51
menanjak naik sampai berimbas kepada kehidupan jemaat.66
Akhirnya, pada Minggu, 28—31 November 1992 digelarlah Sinode
Godang HKBP ke-51 yang bertempat di Seminari HKBP Sipaholon. Ketika
pendaftaran peserta dibuka, sudah ada masalah, yaitu ada dua pengurus panitia
Sinode Godang HKBP ke-51. Panitia pertama yang dibentuk berdasarkan surat
keputusan Ephorus HKBP dan panitia kedua yang dibentuk berdasarkan surat
keputusan Sekretaris Jenderal HKBP.
Keputusan Ephorus HKBP sebenarnya mempunyai legalitas kuat dan
keabsahan resmi atas dasar aturan peraturan HKBP yang berlaku. Namun pada
waktu itu, Sekretaris Jenderal HKBP, Pdt. O.P.T. Simorangkir, telah membuka
jaringan dan hubungan kepada berbagai pihak, pejabat pemerintah, dan tokoh
masyarakat sehingga keberadaannya sebagai Sekretaris Jenderal HKBP yang
66 Moksa Nadeak. dkk, Krisis HKBP Ujian Bagi Iman dan Pengalaman
Pancasila, Tarutung: Biro Informasi HKBP, 1995, hlm. 64-65.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 73
59
beroposisi terhadap Ephorus mendapat dukungan. Akhirnya, Danrem Kawal
Samudera, Kol. Inf. Toding, menggabungkan dan menyatukan kedua kepanitiaan
tersebut. Inilah bentuk intervensi awal yang dilakukan pemerintah melalui meliter
untuk campur tangan atas kepanitiaan Sinode Godang HKBP.
Seyogianya, agenda Sinode Godang HKBP ke 51 itu adalah Sinode Kerja,
yang salah satunya agendanya dijadwalkan dengan pembahasan dan pengesahan
Aturan dan Peraturan HKBP 1982—1992. Sinode berikutnya direncanakan
periodisasi, yaitu pergantian pimpinan HKBP. Hubungan Sekretaris Jenderal
HKBP terhadap pejabat pemerintah sangat berpengaruh menentukan arah Sinode
tersebut. Oleh karena itu, intervensi pemerintah melalui militer yang sangat
dominan tidak terelakkan lagi sehingga periodisasi tersebut turut diagendakan.
Selanjutnya, ditetapkanlah bahwa Sinode Godang ke-51 sebagai Sinode
Periodisasi dengan dua kandidat calon Ephorus yang akan dipilih, yaitu Pdt. Dr.
S.A.E. Nababan dan Pdt. Dr. P.W.T. Simanjuntak. Hal inilah bentuk intervensi
lanjutan dari pemerintah pada Sinode Godang HKBP ke-51.67
Hari pertama sampai hari terakhir selama Sinode Godang, selalu diwarnai
dengan keributan. Ibadah pagi dibuka dengan khidmat. Setelah masuk sesi
terjadilah keributan kemudian ditutup dengan ibadah malam. Hal itulah yang
terjadi setiap hari. Pada hari terakhir dan penutupan Sinode Godang HKBP ke-51,
sidang ditutup dengan skors oleh Ephorus Pdt. Dr. S.A.E. Nababan. Semestinya
Sinode Godang HKBP ke-51 telah usai. Hanya satu keputusan yang sempat
67 Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing, HKBP DO HKBP: Penggalian Teologis
Dalam Sejarah, Tradisi, Dan Dogma HKBP, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2017,
hlm.309.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 74
60
diambil, yaitu penetapan Aturan HKBP 1992—2002. Sementara itu, bagian
Peraturan belum dibahas dan belum ditetapkan. Sinode Godang HKBP ke-51 itu
berakhir dengan sidang yang diskors.68
Pada 23 Desember 1992, dalam suasana perayaan Natal yang biasanya
dirayakan dengan kedamaian, lahirlah peristiwa sejarah hitam di HKBP.
Intervensi pemerintah melalui militer sangat luar biasa. Pangdam Bukit Barisan,
Mayor Jenderal Pranowo, bertindak sebagai Badan Koordinasi Bantuan
Pemantapan Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda) Sumatra bagian Utara
memanggil oposan Ephorus HKBP untuk bertemu dengan Pangdam di Medan. Di
antaranya hadir Pdt. Dr. Adelbert A. Sitompul, Pdt. Dr. Wilmar Sihite, Pdt.
Sountilon M. Siahaan, dan lain-lain. Kepada ketiga pendeta disebut, ditawarkan
siapa yang bersedia menggantikan Pdt. Dr. S.A.E. Nababan. Setelah mendengar
tawaran itu, dua di antara pendeta tersebut menolak tawaran itu. Namun, Pdt. Dr.
Sountilon M. Siahaan menerima tawaran tersebut.
Selanjutnya, Badan Koordinasi Stabilitas Nasional Daerah
(Bakorstanasda) yang dibentuk oleh pemerintah menerbitkan Surat Keputusan No.
Skep/3/Stada/XII/1992 pada 23 Desember 1992 yang berisi keputusan mengenai
pengangkatan Pdt. Dr. Sountilon M. Siahaan sebagai pejabat Ephorus HKBP.
Akan tetapi pengangkatan ini tidak di akui oleh lembaga HKBP karena Ephorus
HKBP hanya diangkat dan dipilih berdasarkan Sinode Godang HKBP sesuai
68 Moksa Nadeak. dkk, Krisis HKBP Ujian Bagi Iman dan Pengalaman
Pancasila, Tarutung: Biro Informasi HKBP, 1995, hlm. 66.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 75
61
dengan Aturan Peraturan (AP) HKBP 2002 amandemen Ke-2, Bab IV/Pasal
11/1.2/69
.
Konflik yang terjadi pada Sinode Godang periodisasi tetap berlanjut.
Konflik yang terjadi berdampak besar terhadap Gereja HKBP secara keseluruhan,
bahkan sampai merambat ke wilayah desa. Konflik ini berlangsung sampai pada
periode tahun 1999. Konflik ini merambat menjadi sebuah bencana besar bagi
seluruh Gereja-gereja HKBP. Tidak hanya Gereja HKBP yang ada di Indonesia
saja, tetapi Gereja HKBP yang ada di luar negeri, seperti Malaysia, Amerika, dan
Jerman juga ikut terdampak konflik. Permasalahan konflik berimbas ke warga
jemaat setelah terjadi dua kepemimpinan di HKBP. Pimpinan pertama, yaitu
Ephorus Pdt. Dr. S.A.E. Nababan disebut SSA70
(Setia Sampai Akhir) dan
pimpinan kedua Ephorus Pdt. Dr. P.W.T. Simanjuntak disebut Monjo (Sai
Tiara)71
.
Dalam internal Gereja HKBP warga menjadi terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok pertama pendukung SSA dan kelompok kedua
pendukung Monjo. Permasalahan ini berdampak juga dalam peribadahan di dalam
gereja dan terjadi perebutan kepemilikan gedung gereja antara SSA dan Monjo.
Masing-masing pendukung setiap pimpinan mengklaim bahwa gedung gereja
69 Aturan Dan Peraturan HKBP 2002 Amandemen Ke-2, hlm.95.
70 SSA (Setia Sampai Akhir) adalah sebutan untuk kelompok pendukung Ephorus
Pdt. Dr. S.A.E. Nababan.
71 ―Monjo‖ adalah sebutan untuk kelompok pendukung Ephorus Pdt. Dr. P.W.T.
Simanjuntak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 76
62
adalah milik kelompok mereka dan hanya mereka yang beribadah di dalamnya,
sampai masing-masing pendukung melakukan hal yang anarkis.72
4.3 Konflik HKBP di Duri
Setiap konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi akan memberikan
dampak besar bagi setiap anggota yang terlibat dalam organisasi tersebut. Apalagi
organisasi tersebut adalah organisasi yang memiliki pengaruh besar terhadap
kehidupan anggotanya. Hal tersebut seperti HKBP yang merupakan organisasi
yang segala aktivitas dan programnya langsung bersentuhan dengan kehidupan
sehari-hari dan rohani setiap anggotanya. Apabila terjadi konflik dalam
keorganisasiannya, seluruh anggotanya akan terlibat dan merasakan dampaknya.
Konflik yang terjadi di dalam badan keorganisasian HKBP merupakan
konflik yang sangat besar dan sampai mengakibatkan terjadinya kekerasan verbal
maupun nonverbal antara anggota kelompok. Hal tersebut karena perpecahan
yang terjadi semakin meluas, bahkan sampai menyentuh ke berbagai daerah
tempat Gereja HKBP berada. Konflik HKBP memengaruhi intern kegerejaan
mulai dari pendeta, Penatua73
, dan juga jemaatnya.
Hal demikian ini juga bisa dirasakan di gereja-gereja HKBP yang ada di
wilayah Duri. Salah satu gereja di Duri yang merasakan dampak dari konflik
internal di HKBP ini adalah HKBP Simpang Padang yang beralamat di Jalan
72 Majalah Tempo, No. 48, Tanggal, 30 Januari 1993, hlm. 29.
73 Seseorang yang dituakan, yang berpikir matang, sesepuh, dan juga Pemimpin
Kristen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 77
63
Hangtuah, Duri, Kab. Bengkalis, Prov. Riau. Gereja tersebut merupakan Gereja
HKBP terbesar di Duri. Pengaruh konflik merambat ke warga jemaat HKBP
Simpang Padang. Jemaat HKBP Simpang Padang terbagi atas dua kelompok. Satu
kelompok adalah pendukung Ephorus Pdt. Dr, S.A.E. Nababan atau disebut
dengan kelompok SSA dan satu kelompok lagi pendukung Ephorus Pdt. Dr.
P.W.T. Simanjuntak yang disebut dengan kelompok Monjo. Masing-masing
kelompok saling mengklaim bahwa pimpinan merekalah yang merupakan
pimpinan HKBP yang sah.
Pada awalnya gereja HKBP Simpang Padang dikuasai oleh kelompok
Monjo hingga beberapa bulan lamanya. Namun, kelompok SSA tidak terima hal
tersebut karena mereka percaya bahwa pimpinan HKBP adalah pimpinan yang
mereka dukung dan berhak atas gereja yang diduduki oleh mereka. Selanjutnya,
kelompok SSA melakukan berbagai cara untuk merebut kembali gedung gereja
dari kelompok Monjo. Karena dengan cara damai mereka tidak mendapat apa
yang mereka inginkan, kemudian terjadilah cara kekerasan hingga ada perang
antara warga jemaat demi menguasai gedung gereja. Pada akhirnya gedung gereja
berhasil direbut oleh kelompok SSA. Namun, konflik tidak berakhir sampai di situ.
Peperangan terus berlanjut di antara kedua kelompok warga jemaat gereja. Hal ini
berlangsung selama lima tahun lamanya, mulai tahun 1994—1999.74
4.4 Dampak Konflik HKBP Terhadap Umat
74 Wawancara dengan Parhalado HKBP Bukit Karmel: St. Parasian Hutapea dan
St. Efendi Simanjuntak, pada tanggal 06 Juli 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 78
64
Permasalahan yang terjadi dalam tubuh HKBP merupakan permasalahan
yang muncul akibat adanya ambisi seseorang atau kelompok dalam mencapai
sesuatu yang mereka inginkan. Untuk mencapai kepentingan itu mereka mencoba
menyebarkan isu-isu yang mengakibatkan konflik menyebar ke seluruh Gereja
HKBP yang ada di berbagai wilayah. Pada saat terjadinya konflik, jemaat di
gereja HKBP yang ada di Kota Duri terpecah menjadi dua kelompok, yaitu jemaat
yang pro dengan Ephorus Pdt. Dr. S.A.E. Nababan sebagai Ephorus terpilih dan
jemaat yang pro terhadap Pdt. Dr. P.W.T. Simanjuntak. Akibatnya, terjadi
kericuhan pada saat menjalankan peribadahan.
Munculnya pengelompokan peribadahan dalam satu gereja adalah dampak
dari konflik yang terjadi. Masing-masing anggota jemaat menentukan sikap dan
pandangan mereka terhadap konflik tersebut. Perpecahan yang terjadi dalam
jemaat sudah mengarah kepada hal yang negatif bagi perkembangan dan
kemajuan Gereja HKBP dan juga fungsi gereja sebagai sebuah persekutuan di
dalam tubuh Kristus.75
Dalam praktik peribadahan ketika terjadi pengelompokan dan perpecahan
dalam jemaat, mereka tetap melakukan ibadah di gedung gereja yang sama.
Namun dalam penggunaan gedungnya, mereka menggunakan secara bergilir.
Kelompok pertama beribadah menggunakan gedung gereja pada pagi hari dan
kelompok kedua menggunakan gedung Gereja setelah kelompok pertama selesai.
Permasalahan di dalam jemaat tidak hanya mengenai gedung gereja, tetapi juga
termasuk masalah tentang pemimpin ibadah, yaitu pendeta. Dalam satu gereja ada
75 Ibid.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 79
65
dua pendeta yang melayani. Kedua pendeta itu adalah utusan masing-masing
pemimpin HKBP yang berselisih. Satu pendeta utusan dari Ephorus Pdt. Dr.
S.A.E. Nababan dan satu pendeta lagi utusan Ephorus Pdt. P.W.T. Simanjuntak.
Hal ini terjadi karena di dalam jemaat mereka tidak saling memercayai satu sama
lain. Demikian juga dengan para pendetanya.
Kesepakatan berbagi waktu dalam menggunakan gedung gereja sebagai
tempat ibadah tidak selamanya berjalan dengan baik. Konflik di badan HKBP
semakin memuncak pada tahun 1996—1998 saat kekerasan antara sesama pelayan
gereja dan antara sesama jemaat sudah mencapai titik krisis. Masing-masing
kelompok saling mengklaim bahwa gedung gereja adalah milik kelompok mereka
dan bahkan sampai melakukan perang antarkelompok. Gereja HKBP Simpang
Padang sebagai central Gereja HKBP yang terdapat di Duri yang memulai hal ini.
Pada awalnya kelompok Ephorus Pdt. P.W.T. Simanjuntak (Monjo) menguasai
dan mendiami gedung gereja HKBP Simpang Padang, sedangkan kelompok
Ephorus Pdt. S.A.E. Nababan (SSA) mendirikan tempat ibadah baru yang disebut
dengan istilah parlapelapean.76
Namun seiring berjalannya waktu, kelompok pendukung SSA memilih
untuk merebut kembali gedung gereja dan melakukan penyerangan terhadap
kelompok Monjo yang mendiami gedung gereja. Penyerangan dilakukan setelah
beberapa angota jemaat pendukung SSA melakukan pengintaian ke gedung gereja
tempat kelompok Monjo mendiami tempat tersebut. Setelah penyerangan yang
76 ―Parlapelapean‖ dalam istilah batak adalah ―tempat berteduh‖ atau tempat
sementara sebelum sampai ke tempat yang dituju. Dalam tradisi Batak kata
―Parlapelapean‖ sering dipakai untuk menunjukan sebuah tempat peribadahan sementara
karena gedung gereja belum berdiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 80
66
dilakukan kelompok SSA, akhirnya gedung gereja berhasil direbut dan kelompok
Monjo berpindah ke Jln. Pokok Jengkol, Gg. Horas, ke. Mandau Duri. Di sana
mereka mendirikan tenda pengungsian yang mereka gunakan sebagai tempat tidur
dan beribadah.77
Banyak teror dan kekerasan yang terjadi pada masa peperangan ini, mulai
dari pembakaran rumah jemaat salah satu dari kelompok monjo sampai pada teror
penculikan yang akan dilakukan terhadap anggota kedua kelompok. Keadaan ini
berlangsung sangat lama sampai pada akhirnya kelompok Monjo menyerahkan
gedung gereja secara utuh kepada kelompok SSA. Setelah itu, kelompok Monjo
mendirikan gedung gereja mereka di tempat lain di Jln. Trisakti, Kec. Mandau,
Duri dan sekarang gereja ini disebut dengan Gereja HKBP Bukit Karmel.
Akibat dari konflik yang terjadi ini beberapa Gereja HKBP yang terdapat
di Kota Duri terpecah dan berdiri gereja HKBP yang baru, seperti: HKBP
Simpang Padang terpecah dan berdiri Gereja baru, yaitu HKBP Bukit Karmel;
Gereja HKBP Kana terpecah dan berdiri gereja HKBP baru, yaitu HKBP Kana
Ressort Kana; Gereja HKBP Maranatha terpecah dan berdiri gereja baru, yaitu
HKBP Tapian Nauli, dan gereja lain. Hal positif yang bisa diambil dari konflik ini
adalah jumlah Gereja HKBP di Kota Duri menjadi bertambah banyak.
4.5 Konflik Etnik Batak dengan Etnik Minang dan Melayu
Konflik yang terjadi antara jemaat HKBP yang ada di kota Duri tidak
hanya berimbas kepada anggota jemaatnya saja, tetapi konflik ini juga turut
77 Mengapa masing-masing kelompok mengungsi dan meninggalkan rumah
mereka? Hal ini dilakukan oleh mereka karena mereka takut dengan teror yang dilakukan
masing-masing kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 81
67
memancing amarah dari suku lain yang ada di Kota Duri. Suku Minang dan
Melayu adalah suku yang merasa tersinggung dan tidak senang dengan apa yang
terjadi dalam konflik ini. Suku Minang dan Melayu yang merasa mayoritas
menjadi marah dan melakukan penyerangan terhadap suku Batak.
Pemicu kemarahan dari suku Minang dan Melayu adalah karena
peperangan yang dilakukan kelompok SSA (kelompok pendukung Ephorus Pdt.
Dr. S.A.E. Nababan) dan Monjo (kelompok pendukung Ephorus Pdt. Dr. P.W.T.
Simanjuntak) yang turut merusak permukiman mereka. Tidak hanya itu saja,
kejadian ini juga dipicu dari kelompok SSA yang melakukan salah penyerangan.
Mobil sekumpulan orang Minang dan Melayu yang baru saja pulang bekerja
dilempari batu oleh kelompok SSA. Selanjutnya, suku Minang dan Melayu yang
ada di Kota Duri membalas perbuatan mereka dengan melakukan pembakaran
terhadap beberapa rumah suku Batak, menculik, serta mengeroyok setiap orang
Batak yang mereka temukan. Suku Minang dan Melayu tidak lagi memandang
apakah itu kelompok SSA atau kelompok Monjo karena yang mereka percayai
adalah bahwa orang Bataklah penyebab dari semua kekacauan ini.78
4.6 Peran IKBDS dalam Penyelesaian Konflik
Seiring dengan kemajuan Kota Duri menjadi sebuah kota yang maju, hal
tersebut menjadi sebuah daya tarik bagi para pendatang untuk tinggal dan
menetap di kota tersebut. Banyak masyarakat yang tinggal di Kota Duri mayoritas
adalah perantau. Kota Duri juga terkenal sebagai kota minyak, sehingga ada
78 Wawancara dengan Diana Simanjuntak di Gg Belanak, pada tanggal 07 Juli
2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 82
68
istilah orang-orang menyebut sebagai kota ―minyak di atas dan minyak di bawah‖.
Orang-orang beranggapan bahwa di Duri terdapat banyak lapangan pekerjaan
yang mampu mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Begitu juga orang Batak yang datang ke Kota Duri, mereka memiliki
anggapan yang sama dengan kebanyakan orang tentang Kota Duri. Sejak tahun
1950-an, orang Batak sudah mulai berdatangan dan menetap di Kota Duri.
Semakin tahun jumlah mereka semakin bertambah banyak. Karena sudah semakin
banyak, orang Batak membentuk sebuah punguan yang diberi nama sebagai
IKBDS (Ikatan Keluarga Batak Duri Sekitarnya).
Secara harafiah IKBDS merupakan sebuah kepengurusan keluarga Batak
yang ada di Duri yang memiliki fungsi untuk membentuk suatu persekutuan yang
mempererat hubungan antara sesama suku Batak yang ada di Kota Duri dan
sekitarnya. Keberadaan IKBDS sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari
orang Batak. Banyak hal positif yang diberikan organisasi ini dalam membentuk
keluarga Batak ke arah yang lebih baik lagi.79
IKBDS adalah organisasi yang di dalamnya terdapat enam etnis suku
Batak atau bisa disebut dengan keluarga simar Batak-Batak yang artinya keluarga
yang terdiri atas seluruh suku Batak (suku Batak Toba, Batak Karo, Batak
Simalungun, Batak Mandailing, Batak Pakpak Dairi, dan Batak Angkola).
Organisasi IKBDS memiliki peran yang sangat penting dalam segala
permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Batak di Kota Duri
karena visi dan misinya adalah demi kesejahteraan seluruh suku Batak.
79 Wawancara dengan Fransisca di rumahnya, di Rangau, pada tanggal 20 Juni
2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 83
69
Pada periode tahun 1999 terjadilah rekonsiliasi80
di HKBP secara
keseluruhan. Masing-masing dari pimpinan kelompok menyatakan sikap untuk
berdamai setelah ada kesadaran akan pentingnya menjaga kekudusan dalam
gereja. Masing-masing kelompok juga menyatakan sikap bahwa gereja adalah
tubuh Kristus yang universal dan tidak hanya dimiliki orang per orangan maupun
kelompok. Masing-masing kelompok juga menyatakan bahwa Yesus Kristus
adalah Raja gereja dan satu-satunya pimpinan di dalam gereja.
Sejak tahun 1999 juga terjadi pemulihan kembali di tengah-tengah gereja
yang ada di Kota Duri. Namun karena pengaruh konflik, berdirilah beberapa
bangunan Gereja HKBP baru yang bisa disebut juga sebagai pecahan Gereja
HKBP Simpang Padang, seperti Gereja HKBP Bukit Karmel, HKBP Kana, dan
HKBP Maranatha. Proses pemulihan dan pendamaian di antara warga jemaat
berlangsung cukup lambat dan membutuhkan dukungan dari berbagai organisasi.
Salah satu organisasi yang membantu proses pemulihan sesudah konflik adalah
IKBDS.
Peran IKBDS dalam proses pemulihan usai konflik yang terjadi di badan
kepengurusan HKBP yang memengaruhi kekerabatan suku Batak yang tinggal di
Kota Duri sangat besar. Kesadaran akan begitu pentingnya hidup saling
bergandengan tangan dan tolong-menolong harus tetap dipertahankan, terutama
suku Batak sangat memegang teguh budaya dan adat Dalihan Na Tolu yang sudah
turun temurun diwariskan oleh nenek moyang.
80 http://kbbi.web.id/rekonsiliasi.html, diambil pada tanggal, Senin 23 September
2019, Pukul. 13:40. (Rekonsiliasi adalah Perbuatan memulihkan hubungan persahabatan
pada keadaan semula; perbedaan menyelesaikan perbedaan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 84
70
IKBDS menggunakan berbagai cara untuk membentuk kehidupan yang
baru dan pengembalian nilai-nilai adat yang rusak akibat konflik yang terjadi.
Pendekatan secara individual maupun secara komunal dilakukan organisasi ini
supaya terjalin kekerabatan yang lebih erat. Mudahnya masyarakat Batak untuk
menerima organisasi ini karena organisasi ini berdiri atas kepentingan suku Batak
dan di dalamnya mengandung falsafah suku Batak, yaitu Dalihan Na Tolu.
4.6.1. Peran Dalam Penyelesaian Konflik HKBP
Dalam menjalankan misinya untuk menyatukan suku Batak yang tercerai-
berai akibat konflik, organisasi IKBDS melakukan beberapa cara sebagai berikut.
Pendekatan pertama yang dilakukan organisasi IKBDS adalah pendekatan
secara per orangan. IKBDS akan mendekati orang yang dianggap lebih tua dan
dihormati atau dalam istilah Batak disebut sebagai natuatua81
. Natuatua menjadi
poros kehidupan orang Batak di dalam melakukan segala hal. Organisasi IKBDS
yakin bahwa dengan melakukan pendekatan kepada natuatua akan mampu
memberikan kontribusi yang besar dalam proses pendamaian.82
Pendekatan kedua yang dilakukan oleh organisasi IKBDS adalah
pendekatan terhadap rumah tangga/keluarga. Dalam menjalankan proses
rekonsiliasi, organisasi ini melakukan pendekatan kepada setiap rumah tangga
suku Batak yang tinggal di Kota Duri. Hal ini dilakukan agar dalam rumah tangga
suku Batak menyadari betapa penting bersatu sesama suku Batak di dalam
81 Di dalam adat Batak, natuatua adalah orang yang paling berpengaruh dan
berperan penting di dalam setiap kegiatan adat.
82 Wawancara Bonar Aldy Tampubolon di rumahnya, Jalan Hangtuah, pada
tanggal 21 Juni 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 85
71
perantauan. Kesadaran akan nilai adat istiadat harus dipupuk dalam kehidupan
rumah tangga setiap masyarakat Batak. Dengan pendekatan ini organisasi IKBDS
mampu menyadarkan banyak keluarga Batak yang ada di Kota Duri untuk
kembali berdamai dan bersatu demi kesejahteraan masyarakat Batak di Kota
Duri.83
Pendekatan ketiga adalah pendekatan secara wilayah (parsahutaon).
Dalam prosesnya, organisasi IKBDS akan mengundang masyarakat Batak yang
tinggal di dalam satu wilayah atau kelurahan. Selanjutnya, mereka akan
melakukan sebuah kegiatan seperti acara ibadah dan setelah itu memberikan
sosialisasi tentang pentingnya kekerabatan di dalam menjalani hidup di daerah
perantauan. Dalam kegiatan ini organisasi IKBDS juga mengingatkan kembali
masyarakat Batak yang hadir tentang betapa pentingnya mengingat adat istiadat
yang diturunkan nenek moyang sejak dulu.
Pendekatan keempat adalah pendekatan secara menyuluruh terhadap
masyarakat Batak yang tinggal di perantauan Kota Duri dan sekitarnya. Dalam
prosesnya IKBDS terlebih dahulu mengurus izin dan meminta dukungan kepada
pemerintah kabupaten untuk mengadakan kegiatan tersebut. Dalam kegiatan ini,
IKBDS menyosialisasikan visi dan misi organisasi ini terhadap masyarakat Batak
yang hadir dalam acara. Sosialisasi pentingnya kebersamaan dan kesatuan
masyarakat Batak yang ada di Kota Duri untuk menjaga adat istiadat yang
diwariskan oleh nenek moyang sejak dahulu kala juga dilakukan dalam kegiatan
ini. Hidup saling tolong-menolong dan sikap saling menghargai adalah salah satu
83 Ibid.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 86
72
kunci untuk mewujudkan kesejahteraan di sebuah Kota perantauan. Ketika ada
satu orang Batak yang terluka, seluruh orang Batak yang ada di Kota Duri dan
sekitarnya harus turut juga merasakan. Hal tersebut artinya seluruh masyarakat
Batak harus bisa hidup dalam satu penderitaan. 84
Dalam menjalankan adat Batak orang Batak juga harus bersatu dan saling
mendukung. Tidak ada satu pun orang Batak yang bisa menjalankan adat istiadat
tanpa dukungan dan bantuan masyarakat Batak yang ada di sekitarnya. Kehidupan
seperti inilah yang harus dilestarikan dalam diri orang Batak. Setiap orang Batak
harus mampu menyadari pentingnya kebersamaan. Hal seperti inilah yang
ditunjukkan organisasi IKBDS dalam kegiatan ini dan kegiatan ini mampu
membuka hati para masyarakat Batak untuk hidup saling berdampingan dan
menghormati.
4.6.2. Peran Dalam Penyelesaian Konflik dengan Etnik Minang dan Melayu
Tahun 2012-2014
Keberhasilan IKBDS dalam melakukan pendekatan terhadap bangsa Batak
yang ada di Kota Duri dan sekitarnya adalah sebuah prestasi yang baik dan
membanggakan. Akan tetapi, IKBDS juga memiliki tugas lain yang lebih besar,
yaitu melakukan pendekatan dan proses pendamaian antara masyarakat Batak
dengan masyarakat Melayu dan Minang yang ada di Kota Duri dan sekitarnya.
Proses pendekatan dan pendamaian ini dilakukan dengan sebuah kegiatan. Pada
tahun 2012 IKBDS mengundang dan mengajak seluruh masyarakat suku Melayu
84 Ibid.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 87
73
dan Minang yang ada di Kota Duri untuk berdiskusi untuk mencapai kesepakatan
yang terbaik.
Hasil diskusi tersebut yang dilakukan masyarakat Melayu dan Minang
adalah bersedia untuk berdamai dan hidup saling berdampingan lagi dengan
masyarakat. IKBDS mewakili seluruh masyarakat Batak yang tinggal di Kota
Duri menyampaikan permohonan maaf terhadap segala kekacauan yang terjadi
dan IKBDS juga memberikan bantuan kepada masyarakat Melayu dan Minang
yang mengalami kerugian akibat konflik yang terjadi pada masa sebelumnya.
Segala upaya yang dilakukan oleh organisasi IKBDS menghasilkan sesuatu yang
baru dan baik dalam kehidupan masyarakat Batak. Masyarakat Batak menjadi
semakin bersatu dan saling menghargai.85
Pada tahun 2014 segala rencana dan proses yang dilakukan IKBDS untuk
mencapai kesejahteraan dan kekerabatan yang baik dalam kehidupan orang Batak
mengalami proses perkembangan yang baik. Pada tahun 2014 terbentuk
punguan-punguan dan organisasi kecil dalam masyarakat Batak yang merupakan
perwakilan dari IKBDS untuk mempertahankan keadaan damai yang sudah
terjalin.86
Dalam punguan-punguan atau organisasi kecil ini kemudian dipilihlah
ketua kelompok. Peran dari ketua kelompok ini adalah sebagai pengurus harian
yang akan memperhatikan segala kebutuhan anggota kelompoknya dan apabila
85 Wawancara dengan Fransisca di rumahnya, di Rangau, pada tanggal 20 Juni
2019.
86 Ibid.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 88
74
terjadi perselisihan ringan dalam kelompok kecil ini, ketua kelompok harus
mampu memberikan solusi bagi anggotanya.
Keberadaan organisasi IKBDS menjadi solusi yang baik dalam segala
permasalahan kehidupan masyarakat Batak yang tinggal di Kota Duri dan
sekitarnya. Setelah konflik selesai, IKBDS tetap menjalankan visi dan misinya
sebagai penengah dan pemberi solusi dalam setiap permasalahan.
Hingga saat ini IKBDS tetap berperan aktif dalam menyelesaikan konflik
di tengah masyarakat. Sejak tahun 2014 IKBDS telah membantu banyak rumah
tangga masyarakat Batak yang memiliki permasalahan. Organisasi IKBDS juga
menjadi bagian perlindungan masyarakat Batak untuk mendapatkan hak-hak
mereka sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam
menjalani kehidupannya di Kota Duri sebagai daerah perantauan.87
87 Ibid.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 89
75
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Suku Batak merupakan suku yang selalu memegang erat adat dan tradisi
yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Dalam kehidupan masyarakat
Batak, ada sebuah tradisi yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari, yaitu
hubungan kekerabatan. Hubungan kekerabatan dalam budaya Batak sangat
terstruktur karena di dalam hubungan kekerabatan ada dua kelompok besar yang
berperan. Kedua kelompok itu ialah kelompok pihak laki-laki/keluarga suami dan
kelompok pihak perempuan/keluarga istri. Namun, di dalam kedua kelompok
besar itu merupakan gabungan dari tiga kelompok kecil yang memiliki peran
masing-masing. Suku Batak juga terkenal sebagai salah satu suku yang suka
merantau. Bagi masyarakat Batak migrasi telah menjadi kebiasaan. Mobilitas
orang Batak yang cukup tinggi mengantarkan mereka ke berbagai pejuruh tanah
air Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Salah satu daerah di Indonesia yang
dijadikan tempat oleh masyarakat suku Batak untuk merantau adalah Kota Duri.
Jumlah penduduk suku Batak di kota Duri setiap tahun jumlahnya semakin
bertambah. Sebagai suku yang selalu memegang erat adat dan budaya, tentunya
ada rasa kekhawatiran yang timbul dalam kehidupan mereka yang tinggal
diperantauan. Rasa khawatir itu ialah takut terhadap nilai-nilai kebudayaan yang
akan luntur, karena berbaur dengan suku lain yang memiliki kebudayaan yang
berbeda. Hal ini mendorong beberapa suku Batak berkumpul dan berencana
membentuk suatu punguan besar untuk menyatukan seluruh suku Batak yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 90
76
di kota Duri. Setelah punguan terbentuk, kemudian mereka memberi nama
punguan tersebut sebagai IKBDS (Ikatan Keluarga Batak Duri dan Sekitarnya).
IKBDS adalah organisasi yang di dalamnya terdapat enam etnis suku
Batak atau bisa disebut dengan keluarga simar Batak-Batak yang artinya keluarga
yang terdiri atas seluruh suku Batak ( Batak Toba, Batak Karo, Batak
Simalungun, Batak Mandailing, Batak Pakpak Dairi, dan Batak Angkola).
Organisasi IKBDS memiliki peran yang sangat penting dalam segala
permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Batak di Kota Duri
karena visi dan misinya adalah demi kesejahteraan seluruh suku Batak.
Pada tahun 1992 ketika menjelang perayaan Natal, baru enam tahun
HKBP merayakan yubelium ke-125 tahun. Selama enam tahun warga HKBP
dalam suasana bahagia. Namun, tiba-tiba Gereja HKBP mendapatkan masalah
kembali. Dalam internal Gereja HKBP jemaat menjadi terbagi dua kelompok.
Kelompok pertama pendukung SSA (Setia Sampai Akhir) dan kelompok kedua
pendukung Monjo (Tiara). Permasalahan ini berdampak juga dalam peribadahan
di dalam gereja dan terjadi perebutan kepemilikan gedung gereja antara SSA dan
Monjo. Masing-masing pendukung setiap pemimpin mengklaim bahwa gedung
Gereja adalah milik kelompok mereka dan hanya mereka yang beribadah di
dalamnya, sampai masing-masing melakukan hal yang anarkis.
Hal demikian ini juga bisa dirasakan di gereja-gereja HKBP yang ada di
wilayah Duri. Salah satu gereja di Duri yang merasakan dampak dari konflik
internal di HKBP ini adalah HKBP Simpang Padang yang beralamat di Jalan
Hangtuah, Duri, Kab. Bengkalis, Prov. Riau. Gereja tersebut merupakan Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 91
77
HKBP terbesar di Duri. Pengaruh konflik merambat ke dalam warga jemaat
HKBP Simpang Padang. Jemaat HKBP Simpang Padang terbagi atas dua
kelompok. Satu kelompok pendukung Ephorus Pdt. Dr. S.A.E. Nababan atau SSA
dan satu kelompok lagi pendukung Ephorus Pdt. Dr. P.W.T. Simanjuntak atau
Monjo. Masing-masing kelompok saling mengklaim bahwa pimpinan merekalah
yang merupakan pimpinan HKBP yang sah.
Akibat dari konflik yang terjadi ini beberapa Gereja HKBP yang terdapat
di Kota Duri terpecah dan berdiri Gereja HKBP yang baru, seperti: HKBP
Simpang Padang terpecah dan berdiri Gereja baru, yaitu HKBP Bukit Karmel;
Gereja HKBP Kana terpecah dan berdiri Gereja HKBP baru, yaitu HKBP Kana
Ressort Kana; Gereja HKBP Maranatha terpecah dan berdiri Gereja baru, yaitu
HKBP Tapian Nauli, dan gereja lain. Konflik yang terjadi antara jemaat HKBP
yang ada di Kota Duri tidak hanya berimbas kepada anggota jemaatnya saja, tetapi
konflik ini juga turut memancing amarah dari suku lain yang ada di Kota Duri.
Suku Minang dan Melayu merupakan suku yang merasa tersinggung dan tidak
senang dengan apa yang terjadi dalam konflik ini. Suku Minang dan Melayu yang
merasa mayoritas menjadi marah dan melakukan penyerangan terhadap suku
Batak.
Peran IKBDS dalam proses pemulihan usai konflik yang terjadi di badan
kepengurusan HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) yang memengaruhi
kekerabatan suku Batak yang tinggal di Kota Duri sangat besar. Kesadaran akan
begitu pentingnya hidup saling bergandengan tangan dan tolong-menolong harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 92
78
tetap dipertahankan, terutama suku Batak sangat memegang teguh budaya dan
adat Dalihan Na Tolu yang sudah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang.
IKBDS menggunakan berbagai cara untuk membentuk kehidupan yang
baru dan pengembalian nilai-nilai adat yang rusak akibat konflik yang terjadi.
Pendekatan secara individual maupun secara komunal dilakukan organisasi ini
supaya terjalin kekerabatan yang lebih erat. Mudahnya masyarakat Batak untuk
menerima organisasi ini karena organisasi ini berdiri atas kepentingan suku Batak,
dan di dalamnya mengandung falsafah suku Batak, yaitu Dalihan Na Tolu.
1. Ada beberapa cara yang dilakukan IKBDS dalam melakukan
pendekatan terhadap suku Batak yang ada di kota Duri: Pendekatan
pertama yang dilakukan organisasi IKBDS adalah pendekatan secara
per orangan. IKBDS akan mendekati orang yang dianggap sebagai
orang yang lebih tua dan dihormati atau natuatua.
2. Pendekatan kedua yang dilakukan oleh organisasi IKBDS adalah
pendekatan terhadap rumah tangga/keluarga. Dalam menjalankan
proses rekonsiliasi, organisasi ini melakukan pendekatan kepada
setiap rumah tangga suku Batak yang tinggal di Kota Duri.
3. Pendekatan ketiga adalah pendekatan secara wilayah (parsahutaon).
Dalam prosesnya, organisasi IKBDS akan mengundang masyarakat
Batak yang tinggal di dalam satu wilayah atau kelurahan.
4. Pendekatan keempat adalah pendekatan secara menyuluruh terhadap
masyarakat Batak yang tinggal di perantauan Kota Duri dan
sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 93
79
Keberadaan punguan IKBDS sangatlah penting ditengah-tengah
kehidupan masyarakat yang ada di Kota Duri. Banyak permasalahan masyarakat
yang sudah ditangani oleh punguan IKBDS, seperti permasalahan dalam
pemulihan konflik akibat perpecahan HKBP (Huria Kristen Batak Protestan),
permasalahan keluarga, permasalahan marga, dan juga permasalahan antara suku
Batak dengan suku lain
5.2. Saran
Kekerabatan sangatlah penting dalam kehidupan orang Batak sebagai suku
yang selalu memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang
sejak dahulu. Setiap orang Batak tidak akan pernah mampu menjalankan adatnya
tanpa adanya orang Batak lain di dalam kehidupannya. Oleh karena itu, sangat
penting untuk hidup saling berdampingan yang harmonis sesama orang Batak.
Setiap orang Batak harus menghidupi filosofi Dalihan Na Tolu yang berbunyi
Somba Marhulahula, Manat Mardongan Tubu, dan Elek Marboru.
Masyarakat Batak yang tinggal di Kota Duri sudah merasakan kerugian
yang diakibatkan oleh perpecahan yang terjadi di antara mereka. Mereka harus
mampu bertahan dan mengambil hal yang positif dari semua konflik yang mereka
alami. Kesalahan yang dilakukan oleh masyarakat Batak yang tinggal di Kota
Duri adalah mereka percaya terhadap hasutan dari sekolompok orang yang tidak
bertanggung jawab yang mencoba menyebarkan isu di tengah-tengah masyarakat
Batak demi kepentingan pribadi. Dengan segala yang terjadi, masyarakat yang
tinggal di Kota Duri akan semakin dewasa dalam hal berpikir dan bertindak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 94
80
Keberhasilan organisasi IKBDS dalam mempersatukan masyarakat Batak
dan juga mendamaikan masyarakat Batak dengan suku Melayu dan Minang yang
ada di Kota Duri adalah sebuah prestasi yang besar. Berdirinya organisasi ini di
tengah-tengah masyarakat Batak adalah hal yang sangat positif karena masyarakat
Batak mengalami kemajuan dalam mempertahankan kebudayaan mereka. Oleh
karena itu, organisasi ini harus tetap dipertahankan oleh suku Batak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 95
81
DAFTAR PUSTAKA
Arsip dan Dokumen Penting
Kecamatan Mandau Dalam Angka 2014
Surat Kabar
Majalah Tempo, Sabtu 30 Januari 1993.
Buku, Jurnal, Tugas Akhir
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Riau, Monografi
Propinsi Riau 1981, Pekanbaru: Keluarga Berencana.
Drs. Sutarto, 1979. Dasar-dasar Organisasi, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Drs. Syahrial De Saputra, Dra. Nurbaiti Usman (ed), 2010. Kearifan Lokal Yang
Terkandung Dalam Upacara Tradisional Kepercayaan Masyarakat Sakai
– Riau, Tanjung Pinang: Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata Balai
Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional.
Ephorus HKBP, 2019. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan
HKBP.
F. X. Tito Adonis, Harry Waluyo, 1993. Perkawinan Adat Batak di kota Besar,
Universitas Michigan.
Katz, D, dan Khan R.L, 1966. The Social Psychology Of Organizations, New
York: John Wiley.
Kuntowijoyo, 2012, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lumbantobing, A.M, 1966. Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, ter.
K.M. Lumbantobing, Cet. Ke-2, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lumbantobing, Darwin, 2017. HKBP DO HKBP: Penggalian Teologis Dalam
Sejarah, Tradisi, dan Dogma HKBP, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Merton, R.K, 1957. Sosial Theory And Social Structure, Gleneoe: Free Press.
Nadeak, Moksa, dkk, 1995. Krisis HKBP Ujian Bagi Iman dan Pengalaman
Pancasila, Tarutung: Biro Informasi HKBP.
Nasution, Prof. Dr. S, 1974, Sosiologi Pendidikan, Bandung, Jemmars, 1983
Nainggolan, Shinta Romaulina, 2011.―Eksistensi Adat Budaya Batak Dalihan Na
Tolu Pada Masyarakat Batak: Studi Kasus Masyarakat Batak Perantaun Di
Kabupaten Brebes‖, Skripsi,Universitas Negeri Semarang, unpublished.
Novri Susan, 2009. Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta:
Kencana Prenada Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 96
82
P. Jubelium, 50 Tahun HKBP Duri 1957-2007, HKBP: Ressort Duri, Distrik XXII
Riau.
Pareek, Udai, 1980. Role Efficacy Scale, California: University Associates.
Puline Pudjiastiti, Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XI, ovri Susan, Jakarta:
Grasindo, hlm. 4.
Purba, O.H, dkk, 1997. Migrasi Spontan Batak Toba (Marserak), Medan:
Monora.
Robbins ,Stephen P, 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi Edisi 3,
Jakarta: Arcan.
Sa’Diah Musthafa Yatim, 1998/1999. Adat Dan Upacara Perkawinan Daerah
Riau, Pekanbaru: Biro Bina Sosial Tingkat I Riau.
Siahaan. E.K dkk, 1993. Makanan: Wujud, Variasi dan Fungsinya Serta
Penyajiannya Daerah Sumatra Utara, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Siburian, Etika.(2016): ―Fungsi Perkumpulan Marga Simatupang Di Surabaya
Bagi Para Anggotanya‖Jurnal Antropologi Volume 5 Nomor 3,Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Sihombing, T.M, 1986. Filsafat Batak: Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat
Istiadat, Jakarta: Balai Pustaka.
Silalahi. Apriyana Dewi, dkk. (2013)―Migrasi Suku Batak Toba Asal Tapanuli
Utara (Sumatera Utara) Tahun 1965-1975 Ke Kelurahan
Bandarjaya‖Penelitian Geografi Volume 1 Nomor 2, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Situmorang. H. Billy , 1983. Ruhut-ruhut Ni Adat Batak. University of California.
Simanjuntak, Bungaran Antonius, 2002. Konflik Status dan Kekuasaan Orang
Batak Toba, Yogyakarta:Jendela.
Simanjuntak, Bungaran Antonius, 2005. Sistem Perpindahan Penguasaan Sawah
Pada Masyarakat Batak Toba, Medan: UNIMED.
Simanjuntak, Bungaran Antonius, 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak
Toba, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Simanjuntak, Bungaran Antonius, 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang
Batak Toba: Bagian Sejarah Batak,Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Simanjuntak, Bungaran Antonius, dkk, 2014. Karakter Batak; Masa Lalu, Kini
dan Masa Depan, Jakarta: YOI.
Simanjuntak, J. S. B. P, 1998. ―Konflik Intern Organisasi Kemasyarakatan Kasus;
Huria Kristen Batak Protestan‖, Tesis, UGM, unpublished.
Simon, Herbert A, 1958. Administrative Behavior, New York: MacMillan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 97
83
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press.
Suhardono, Edy, 1994. Teori Peran Konsep, Derivasi dan Implikasinya, Jakarta:
Gramedia.
Suwondo. Bambang, 1977/1978. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah
Sumatera Utara, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Syahrial De Saputra, dkk, 1996/1997. Persepsi Tentang Etos Kerja: Kaitannya
dengan Nilai Budaya Masyarakat Melayu Daerah Riau, Riau: Proyek
Pengkajian Dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Riau.
Tinambunan, Djapiter, 2010. Orang Batak Kasar?: Membangun Citra Dan
Karakter, Jakarta: Gramedia.
W.F.G. Mastenbroek, 1986. Penanganan Konflik dan Pertumbuhan Organisasi
(terj. Pandam Gurito), Cet. 1, Jakarta: UI-Pers.
Wahjoeni. S, 1989. Perubahan Pola Kehidupan Mayarakat Akibat Pertumbuhan
Industri Di Daerah Riau, Tanjung Pinang: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Internet
“Rekonsiliasi”
http://kbbi.web.id/rekonsiliasi.html. Diakses tanggal 23 September 2019.
Daftar Narasumber:
NO NAMA UMUR PEKERJAAN ALAMAT
1 Fransisca 54 tahun Anggota DPR
Kabupaten
Bengkalis
Jalan Rangau
2 Bonar Aldy 50 tahun Pengusaha Hangtuah
3 Effendi 59 tahun Sintua Gg.
Nusaindah
4 Parasian 50 tahun Sintua Jalan Jawa
5 Aleteng Pakpahan 83 tahun Penatua Jalan Jawa
6 Diana Simanjuntak 78 tahun - Gg. Belanak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 98
84
LAMPIRAN
Gambar.1
Duri tahun 1958
(Sumber:
https://www.instagram.com/p/B2AutuEg4K4/?utm_source=ig_web_copy_link )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI