Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Perawat terampil & tepat saat memberikan obat. Tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian : perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
Perawat terampil & tepat saat memberikan obat. Tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi
obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Dengan demikian : perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan / medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan terapeutik / menyembuhkan. Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara, antara lain berdasarkan : bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan baik didalam laboratorium maupun tubuh manusia.
Pemberian Obat. Perawat harus memperhatikan hal berikut :
Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai
dengan resep
Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan
Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.
PRINSIP 5 BENAR PENGOBATAN :
1. Benar Klien2. Benar Obat
3. Benar Dosis Obat
4. Benar Waktu Pemberian
5. Benar Cara Pemberian
1. Benar Klien
dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri
hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat,
hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat
2. Benar Obat
berarti klien menerima obat yang telah diresepkan tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang
tepat
menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali :
1.
1. pada saat melihat botol atau kemasan obat,
2. sebelum menuang / mengisap obat dan
3. setelah menuang / mengisap obat
3. Benar Dosis Obat
Dosis yang diberikan untuk klien tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas
yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut :
tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta),
dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/h ari.
4. Benar Waktu Pemberian
saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan . dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam
sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ) , t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.
jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu .
beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan
5. Benar Cara Pemberian
perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1.
1. oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ;
2. sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
3. topikal ( dipakai pada kulit ) ;
4. inhalasi ( semprot aerosol ) ;
5. instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;
6. empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
Ini adalah tembolok Google' untuk http://aqos-gombong08.blogspot.com/2009/03/skripsi-ku-hubungan-tingkat-pengetahuan.html. Gambar ini adalah jepretan laman seperti yang ditampilkan pada tanggal 23 Jan 2010 00:37:07 GMT. Sementara itu, halaman tersebut mungkin telah berubah. Pelajari Selengkapnya
Versi hanya teksBerikut adalah frasa penelusuran yang disorot: prinsip dosis obat untuk dewasa Kata kunci yang dipakai untuk penelusuran hanya tampak pada tautan/link yang mengacu pada halaman ini: penghitungan
Mantri Qosim tempat kawan S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong angkatan
dokumentasi. Hal ini juga akan diukur menggunakan skala ordinal baik (4), cukup
baik (3), kurang baik (2), dan tidak baik (1).
E. Teknik Pengumpulan data.
Tehnik pengumpulan data dengan cara pembagian angket, serta observasi
berperanserta (participant observation) pada perawat di RSU PKU Muhammadiyah
Gombong. Pengumpulan data yang pertama yaitu. penerapan prinsip 6 benar akan
dilakukan secara obesrvasi langsung untuk pengambilan data tingkat penerapan
prinsip enam benar yang dilakukan oleh perawat. Sedangkan tingkat pengetahuan
perawat tentang prinsip enam benar dengan cara pembagian angket / kuistioner
yang tersetruktur
F. Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu format ceklist yang berfungsi sebagai
alat bantu observasi untuk mengetahui tingkat penerapan prinsip enam benar yang
diadopsi dari kuistioner penelitian yang dilakukan oleh Kuntarti (2005) pada
penelitian Tingkat penerapan prinsip enam tepat dalam pemberian obat oleh
perawat diruang rawat inap. Dan angket / kuesioner untuk mengetahui tingkat
pengetahuan perawat terhadap prinsip enam benar.
Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengatahuan dibuat oleh
peneliti berdasarkan kuntarti (2005) dan Joyce (1996) adalah angket terstruktur,
yaitu angket dengan alternatif jawaban yang disediakan oleh penulis. Angket dibuat
seperti lembar tes (pilihan ganda).
Ceklist observasi menggunakan Skala Guttman., skala pengukuran Guttman yaitu
responden diminta pendapatnya mengenai setuju atau tidak setuju terhadap suatu
hal (Sugiyono, 2004). Yaitu dengan “ya” atau “tidak”. Namun dalam penelitian ini
observer (peneliti) yang mengisi “ya” dan “tidak” setelah mengobservasi kerja
perawat dalam pemberian obat kepada pasien.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas.
Instrument penelitian akan diuji validitasnya pada perawat RSI Purbowangi, dengan
jumlah 10 orang. Dan akan diujikan hanya 1 kali saja.
a. Validitas.
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan
instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dimana uji validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan rumus “Product moment” (Nursalam, 2003 ; Arikunto, 1998)
Keterangan :
X : (Xi─X) r : Koefisien korelasi
Y : (Yi─Y)
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dalam waktu pengukuran yang
berlainan. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya
dapat dipercaya (Nursalam, 2003 ; Arikunto, 1998 ).
Pengujian instrument penelitian ini menggunakan internal consistency, dan akan
diujikan hanya sekali
1) Angket / kuesioner.
Untuk angket hasil yang diperoleh akan dianalisis menggunakan tehnik belah dua
dari Spearman-Brown.
2) Ceklist observasi.
Untuk ceklist observasi dilakukan analisis menggunakan rumus H.J.K Fernandes
yang sudah dimodifikasi oleh arikunto (2002) sebagai berrikut :
2 S
KK =
N1 + N2
Dengan keterangan :
KK = koefisien kesepakatan.
S = sepakat, jumlah yang sama untuk obyek yang sama.
N1 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1.
N2 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
H. Teknik Analisa data.
Analisa data yang digunakan yaitu dengan cara :
a. Tingkat pengetahuan perawat tentang prinsip enam benar
1. Menghitung jumlah angket yang kembali
2. Memeriksa kelengkapan jawaban dari responden
3. Melakukan tabulasi data untuk masing-masing soal
4. Menentukan skor tertinggi dari tiap soal
5. Menghitung presentase jawaban dengan skor tertinggi
6. Menentukan kedudukan presentase jawaban dengan kategori menurut Arikunto
(1998), dengan kriteria :
≤ 40 % : pengetahuan tidak baik
40-55 % : pengetahuan kurang baik
56-75 % : pengetahuan cukup baik
> 75 % : pengatahuan baik
7. Uji univariat untuk mengetahui distribusi dan frekuensi responden.
8. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang prinsip enam benar
yaitu data dianalisis secara manual.
b. Tingkat penerapan prinsip enam benar
1. Menghitung jumlah lembar ceklist observasi yang sudah terisi.
2. Memeriksa jumlah lembar ceklist dengan jumlah sample yang digunakan.
3. Melakukan tabulasi data untuk masing-masing soal
a. Jawaban angket ya, diberi nilai (1)
b. Jawaban angket tidak, diberi nilai (0)
4. Menentukan skor tertinggi dari tiap soal
5. Menghitung presentase jawaban dengan skor tertinggi
6. Menentukan kedudukan presentase jawaban dengan kategori menurut Arikunto
(1998), dengan kriteria :
≤ 40 % : tingkat penerapan tidak baik
40-55 % : tingkat penerapan kurang baik
56-75 % : tingkat penerapan cukup baik
> 75 % : tingkat penerapan baik
7. Uji univariat untuk mengetahui distribusi dan frekuensi responden
8. untuk mengetahui tingkat penerapan prinsip enam benar yaitu dengan dianalisis
manual.
c. Korelasi / hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang prinsip enam benar
dengan penerapannya dalam pemberian obat oleh perawat di bangsal rawat inap.
Untuk mengetahui Korelasi / hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang
prinsip enam benar dengan penerapannya dalam pemberian obat oleh perawat di
bangsal rawat inap yaitu dengan menggunakan analisis korelasi bivariat untuk
menganalisis korelasi dari keduanya.
Korelasi bifariat yang akan digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan
hubungan antara kedua variable yang diteliti yaitu menggunakan rumus Korelasi
Sperman Rho (ρ).
r =
I. Personil yang melakukan.
Personil yang akan melakukan penelitian ini yaitu mahasiswa semester delapan
(VIII) Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah
Gombong.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2001. Dasar-Dasar keperawatan profesional. Jakarta : Widya Medika
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
Kozier, Barbara. Et.al. 2004. Fundamental Of Nursing : Concepts, Process, and
Practice . New Jersey : Prentice Hall.
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :
EGC
Kuntarti. 2005. Tingkat Penerapan Prinsip Enam Tepat Dalam Pemberian Obat Oleh
Perawat Diruang Rawat Inap. Jakarta. FKUI
Kee. Joyce.L dan Hayes. Evelyn.R,1996. Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Dr. Peter Anugrah (Alih Bahasa). EGC, Jakarta.
Nainggolan, Nancy. 2003. pemakaian antibiotik dosis tinggi merusak ginjal Anne.
Suara Pembaharuan. 9 Desember 2003
Nurhidayati, 2005, Hubungan Kejadian ISPA Pada Balita Dengan Tingkat Kecemasan
Ibu, Jurna Kebidanan dan keperawatan : Yogyakarta
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Priharjo, Robert. 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A. dan Anne, Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundametal Keperawatan
: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Suriasumantri, Jujun S. 1984. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta : Gramedia.
Tambayong. Jan. 2001. Farmakologi Untuk Keperawatan. Widiya Medika, Jakarta.
Diposkan oleh qosim@klopogodo di 06:13
A.PENGERTIANFarmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.Empat proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi, distribusi, metabolisme (atau biotransformasi), dan ekskresi (atau eliminasi). Farmakokinetika pada manusia, yakni mempelajari proses-proses biologik yang dialami oleh obat (nasib obat) pada manusia, baik manusia sehat atau pasien. Juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses-proses biologik ini, baik faktor internal maupun faktor eksternal dari tubuh manusia.(refraksioptisi.blogspot.com/.../pengertian-tentang-farmakologi.html -)Farmakokinetika pada manusia, yakni mempelajari proses-proses biologik yang dialami oleh obat (nasib obat) pada manusia, baik manusia sehat atau pasien. Juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses-proses biologik ini, baik faktor internal maupun faktor eksternal dari tubuh manusia.
Farmakodinamika pada manusia, yakni mempelajari efek yang terjadi pada manusia atau respons yang terjadi terhadap pemberian obat. Disini juga mencakup keanekaragaman respons obat dan faktor-faktor yang mempengaruhi respons obat. (Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ refraksioptisi.blogspot.com/.../pengertian-tentang-farmakologi.html -)
B. ABSORBSIAbssorbsi adalah merupakan proses yang membuat obat tersedia didalam cairan tubuh untuk didistribusikan. Absorbsi dipengaruhi oleh faktor cara pemberian obat, pormulasi obat dan cara obat bergerak membran sel diseluruh tubuh . Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis. Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili mukosa yang luas. Jika sebagain dari vili ini berkurang, karena pengangkatan sebagian dari usus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang mempunyai dasar protein, seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk menembus membran. Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan konsentrasi. Sebuah enzim atau protein dapat membawa obat-obat menembus membran. Pinositosis berarti membawa obat menembus membran denganprosesmenelan. Obat-obat asam lemah, seperti aspirin, menjadi kurang bermuatan di dalam lambung, dan aspirin melewati lambung dengan mudah dan cepat. Asam hidroklorida merusak beberapa obat, seperti penisilin G; oleh karena itu, penisilin oral diperlukan dalam dosis besar karena sebagian hilang akibat cairan lambung.INGAT: Obat-obat yang larut dalam lemak dan tidak bermuatan diabsorpsi lebih cepat daripada obat-obat yang larut dalam air dan bermuatan. Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, rasa nyeri, stres, kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat vasokonstriktor, atau penyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan makanan yang padat, pedas, dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah dengan mengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi ke saluran gastrointestinal.(refraksioptisi.blogspot.com/.../pengertian-tentang- farmakologi.html,buku Penuntun/pratiku//farmakolog/akbi/SM)
C.DISRTIBUSIDistribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan, dan efek pengikatan dengan protein. Ketika obat didistribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan dengan protein (terutama lbumin) dalam derajat (persentase) yang berbeda-beda. Obat-Obat yang lebih besar dari 80% berikatan dengan protein dikenal sebagai obat-obat yang berikatan dengan tinggi protein. Salah satu contoh obat yang berikatan tinggi dengan protein adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan dengan protein. Aspirin 49% berikatan dengan protein clan termasuk obat yang berikatan
sedang dengan protein. Bagian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan bagian obat selebihnya yang tidak berikatan dapat bekerja bebas. Hanya obat-obat yang bebas atau yang tidak berikatan dengan protein yang bersifat aktif dan dapat menimbulkan respons farmakologik. Dengan menurunnya kadar obat bebas dalam jaringan, maka lebih banyak obat yang berada dalam ikatan dibebaskan dari ikatannya dengan protein untuk menjaga keseimbangan dari obat yang dalam bentuk bebas. Jika ada dua obat yang berikatan tinggi dengan protein diberikan bersama-sama maka terjadi persaingan untuk mendapatkan tempat pengikatan dengan protein, sehingga lebih banyak obat bebas yang dilepaskan ke dalam sirkulasi. Demikian pula, kadar protein yang rendah menurunkan jumlah tempat pengikatan dengan protein, sehingga meningkatkan jumlah obat bebas dalam plasma. Dengan demikian dalam hal ini dapat terjadi kelebihan dosis, karena dosis obat yang diresepkan dibuat berdasarkan persentase di mana obat itu berikatan dengan protein.Jadi penting sekah untuk memeriksa persentase pengikatan dengan protein dari semua obat-obat yang diberikan kepada klien untuk menghindari kemungkinan toksisitas obat. Seorang perawat juga harus memeriksa kadar protein plasma dan albumin plasma klien karena penurunan protein (albumin) plasma akan menurunkan tempat pengikatan dengan protein, sehingga memungkinkan lebih banyak obat bebas dalam sirkulasi. Tergantung dari obat (obat-obat) yang diberikan, akibat dari hal ini dapat mengancam nyawa. Abses, eksudat, kelenjar dan tumor juga mengganggu distribusi obat. Antibiotika tidak dapat didistribusi dengan baik pada tempat abses dan eksudat. Selain itu, beberapa obat dapat menumpuk dalam jaringan tertentu, seperti lemak, tulang,hati,mata,danotot.(refraksioptisi.blogspot.com/.../pengertian-tentang- Farmakologi.html.)Obat akan didistribusikan keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah . proses ini dipengaruhi oleh faktor : 1. penigkatan protein plasma, 2. kelarutan obat dalam lipit yaitu apakah obat tersebut larut dalam jaringan lemak. 3. karakteristik pengikatan obat, 4. aliran darah kedalam organ dan keadaan sirkulasi, 5. stadium dalam siklus kehidupan (masa kehamilan, 6. kondisi penyakit misalnya preeklamsi atau gagal jantung.( buku Penuntun/pratiku//farmakolog/akbi/SM)
D.METABOLISMEMetabolisme atau Biotransformasi, Hati merupakan tempat utama untuk metabolisme. Kebanyakan obat diinaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau ditransformasikan oleh enzim-enzim hati menjadi metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air untuk diekskresikan. Waktu paruh, dilambangkan dengan t1/2, dari suatu obat adalah waktu yang dibutuhkan oleh separuh konsentrasi obat untuk dieliminasi. Semua obat yang diberikan lewat mulut harus melintasi hati sebelum mencapai sirkulasi . metabolisme dalam hati berlangsung lewat dua tahap : 1.produk pencernaan ditransformasikan oleh metabolisme atau detoksifikasi, 2. metabolik dibuat larut dalam air oleh proses konjugasi agar mudah diekskresikan melaluiginjal.(refraksioptisi.blogspot.com/.../pengertian-tentang-farmakologi.html,buku Penuntun/pratiku//farmakolog/akbi/SM).
E.EkskresiEkskresi obat oleh ginjal tergantung proses laju filtrasi glomerolus , sekresi dan reabsorsi tubular .Waktu
parur eliminasiadalah waktu yang diperlukan untuk penurunan kontsentrasi obat tersebut dalam darah atau plasma sehingga separuh dari nilai maksimumnya. Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obat dilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya akan diekskresikan melalui urin.faktor faktor yang berpengaruh pada kecepatan eliminasi antara lain kelarutan dalam air.. Metabolisms dan eliminasi mempengaruhi waktu paruh obat, contohnya, pada kelainan fungsi hati atau ginjal, waktu paruh obat menjadi lebih panjang dan lebih sedikit obat dimetabolisasi dan dieliminasi. Jika suatu obat diberikan terns menerus, maka dapat terjadi penumpukan obat.(refraksioptisi.blogspot.com/.../pengertian-tentang-farmakologi.html,buku Penuntun/pratiku//farmakolog/akbi/SM).
BAB IIIANALISA DATADalam menganalisa data , diambil dalam praktek farakokinetik obat dengan menggunakan ,model, bahan percobaan dan alat-alat yang digunakan. A.alat, bahan dan percobaan.Alat : - menggunakan probandus yaitu mahasiswa yang memenuhi sarat sebagai probandus : 1. tidak ada riwayat penyakit lambung2. tidak ada riwayat penyakit ginjal3. tidak ada riwayat penyakit alergi terhadap iodiumBahan percobaan1. KI 0,3 gram2. Larutan KI 1 %3. Larutan NaNO2 4. Larutan H2SO4 1 N5. Larutan amilum 1%Alat yang digunakan1. Tabung reaksi dan rak2. Pipet tetes3. Pipet ukur4. Gelas beaker5. Lampu spritus
6. Klem atau pegangan tabung7. Stopwach dan jamB.Cara kerja1. Sebelum minum obat yang diselidiki (bahan uji),probandus diminta mengosongkan kandung kencing2. Ambil 5,0 ml untuk reaksi kontrol3. Reaksi kontrol juga dilakukan untuk saliva sebanyak 2,0 ml sebelum minum obat4. Probandus kemudian diminta meminum obat kapsul berisi KI dengan air putih 200 ml5. Selanjutnya sampel saliva dan urine diambil tiap interval waktu tertentu (saliva tiap 5 menit dan urine tiap 15 menit)6. Dari sampel urin dan saliva tersebut ditetapkan dalam jumlah (semikuantitatif) iodium dalam masing-masing sampel tersebut
Reaksi yang dikerjakan1. 1,0 KI 1% +1,0 ml amilum1% selanjutnya amati perubahan warna yang terjadi2. 1,0 ml KI 1% +1,0 amilum 1% +2-3 tetes asam sulfat dilutus +2-3 tetes NaNO2 10% amati perubahan warna3. 1,0 urine +2-3 tetes asam sulfat dilutus +2-3 tetes NaNO2 10 % amati perubahan warna4. 1,0 saliva +2-3 tetes asam sulfat dilutus +2-3 tetes NaNO2 10 % amati perubahan warna5. 1,0 ml urine +1,0 ml amilum 1% +2-3 tetes asam sulfat dilutus +2-3 tetes NaNO2 10 % diamati perubahan warna6. 1,0 ml saliva +1,0 ml amilum 1% +2-3 tetes asam sulfat dilutus +2-3 tetes NaNO2 10 % diamati perubahan warnaC.HasilKELOMPOK SALIVA URINE10 20 30 40 50 60 70 15 30 45 60 75 90 105I 3 - - - - 0 0 -4 - - +++ +++ 0 0 +++5 - - - - - - - 6 - - ++ +++ ++ ++ ++ II 3 - - - - - - -4 - - +++ +++ +++ +++ +++5 - - - - - - - 6 - - - - + + + III 3 - - - - - - -4 - + ++ ++ ++ ++ ++5 - - - - - - - 6 - + + ++ ++ ++ ++ IV 3 - - - - - - -4 - - +++ +++ +++ +++ ++
BAB IVPEMBAHASANDari hasil data yang didapat dengan menggunakan media saliva dan urin dari lima kelompok dan probandus masing-masing terlihat bahwa setiap reaksi yang terjadi menghsilkan berbagai macam reaksi yang terjadi didalam tubuh ,hal ini tergamgar pada data dan grafik yang tertera pada analisa data .Dari hasil yang didapat menjelaskan bahwa setiap probandus mengalami ADME yang berbada-beda prosesnya dalam tubuh .secara garis besar uji praktek ini. dilakukan dalam berbagai fase waktu misalkan saliva dilakukan sample dengan waktu 10 menit sekali sedangkan urin 15 menit sekali dengan metode pencampura zat kimia yang telah ditentukan dengan menggunakan Ki, NaNo2, Amilum, Asam sulfat. Dengan pembanding urin dan saliva sebagai pembanding yang menggunakan amilum dan tidak dan hasilnya akan kelihatan dalam tabung reaksi yang konsentrasi warnanya akan bertambah dan mendekati akhir penelitian konsentrasi warnanya berkurang mendekati semula hal ini menunjukkan hasil yang signifikan sesuai dengan proses adme tubuh masing-masing.
A. KESIMPULAN Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.
Empat proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi, distribusi, metabolisme (atau biotransformasi), dan ekskresi (atau eliminasi). Farmakokinetika pada manusia, yakni mempelajari proses-proses biologik yang dialami oleh obat (nasib obat) pada manusia, baik manusia sehat atau pasien. Juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses-proses biologik ini, baik faktor internal maupun faktor eksternaldaritubuhmanusia.Abssorbsi adalah merupakan proses yang membuat obat tersedia didalam cairan tubuh untuk didistribusikan. Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan, dan efek pengikatan dengan protein.Metabolisme atau Biotransformasi, Hati merupakan tempat utama untuk metabolisme. Kebanyakan obat diinaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau ditransformasikan oleh enzim-enzim hati menjadi metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air untuk diekskresikan. Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal.
B. SARANo INGAT: Obat-obat yang larut dalam lemak dan tidak bermuatan diabsorpsi lebih cepat daripada obat-obat yang larut dalam air dan bermuatan.Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan sehubungan dengan absorpsi obat pada anak,o Beberapa saat setelah lahir akan terjadi perubahan-perubahan biokimiawi dan fisiologis pada traktus gastrointestinal. Pada 24 jam pertama kelahiran/kehidupan, terjadi peningkatan keasaman lambung secara menyolok. Oleh sebab itu obat-obat yang terutama dirusak oleh asam lambung (pH rendah) sejauh mungkin dihindari.o Pengosongan lambung pada hari I dan II kehidupan relatif lambat (6-8 jam). Keadaan ini berlangsung selama + 6 bulan untuk akhirnya mencapai nilai normal seperti pada dewasa. Pada tahap ini obat yang absorpsi utamanya di lambung akan diabsorpsi secara lengkap dan sempurna, sebaliknya untuk obat-obat yang diabsorpsi di intestinum efeknya menjadi sangat lambat/tertunda.o Absorpsi obat setelah pemberian secara injeksi i.m. atau subkutan tergantung pada kecepatan aliran darah ke otot atau area subkutan tempat injeksi. Keadaan fisiologis yang bisa menurunkan aliran darah antara lain : syok kardiovaskuler, vasokonstriksi oleh karena pemberian obat simpatomimetik, dan kegagalan jantung.o Absorpsi obat yang diberikan perkutan meningkat pada neonatus, bayi dan anak, terutama jika terdapat ekskoriasi kulit atau luka bakar. Dengan meningkatnya absorpsi ini kadar obat dalam darah
akan meningkat pula secara menyolok, yang kadang mencapai dosis toksik obat. Keadaan ini sering dijumpai pada penggunaan kortikosteroid secara berlebihan, asam borat (yang menimbulkan efek samping diare, muntah, kejang hingga kematian), serta aminoglikosida/polimiksin spray pada luka bakar yang dapat menyebabkan tuli.o Pada keadaan tertentu di mana injeksi diperlukan, sementara oleh karena malnutrisi, anak menjadi sangat kurus dan volume otot menjadi kecil, pemberian injeksi harus sangat hati-hati. Pada keadaan ini absorpsi obat menjadi sangat tidak teratur dan sulit diduga oleh karena obat mungkin masih tetap berada di otot dan diabsorpsi secara lambat. Pada keadaan ini otot berlaku sebagai reservoir. Tetapi bila perfusi tiba-tiba membaik, maka jumlah obat yang masuk sirkulasi meningkat secara mendadak dan menyebabkan tingginya konsentrasi obat dalam darah yang dapat mencapai kadar toksik. Obat-obat yang perlu diwaspadai penggunaannya antara lain: glikosida jantung, aminoglikosida, dan anti kejang.o Gerakan peristaltik usus bayi baru lahir relatif belum teratur, tetapi umumnya lambat. Sehingga jumlah obatobat yang diabsorpsi di intestinum tenue sulit diperkirakan. Jika peristaltik lemah maka jumlah obat yang diabsorpsi menjadi lebih besar, yang ini memberi konsekuensi berupa efek toksik obat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan peristaltik, misalnya pada diare, absorpsi obat cenderung menurun oleh karena lama kontak obat pada tempat-tempat yang mempunyai permukaan absorpsi luas menjadi sangat singkat.