26
TPERAN PERAWAT DALAM MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK
DIRUANG PERAWATAN ANAK RSUD TENRIAWARU BONEA. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada
lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam
perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan
penyakitnya (Wong, 2000). Sedangkan menurut Supartini, (2004)
hospitalisasi merupakan suatu proses yang mengharuskan anak untuk
tinggal dirumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan yang
sampai pemulangan kembali ke rumah.Hospitalisasi pada anak dapat
menyebabkan kecemasan dan stress (Nursalam, 2005). Hospitalisasi
juga dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat
menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi
kesembuhan dan perjalan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit
(Posted, 2009). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi
sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak
aman dan nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya
dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Supartini, 2004).Dampak
hospitalisasi pada anak berbeda-beda tergantung oleh perkembangaan
usia, pengalaman sakit dan dirawat di rumah sakit, support system,
serta keterampilan koping dalam menangani stress. Kecemasan dan
ketakutan sangat mempengaruhi proses pengobatan anak. Menurut Laili
(2006) apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di
rumah sakit maka besar sekali kemungkinanan anak akan mengalami
disfungsi perkembangan. Anak akan mengalami gangguan, seperti
gangguan somatik, emosional dan psikomotor. Reaksi terhadap
penyakit atau masalah diri yang dialami anak seperti perpisahan,
tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing, hilangnya
kasih sayang, body image maka akan bereaksi seperti regresi yaitu
hilangnya control, agresi, menarik diri, tingkah laku protes, serta
lebih peka dan pasif seperti menolak makanan dan lain-lain (Alimul,
2005).Reaksi hospitalisasi dan dampak yang ditimbulkan seringkali
menjadi permasalahan pokok yang dihadapi dalam dunia kesehatan.
Sebagaimana komitmen dalam mengatasi hal tersebut baik secara
individual maupun secara sosial yaitu upaya meminimalisirkan dampak
serta memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi
(Hawari,2006).Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh
peran perawat, dalam hal ini perawat harus dapat memberikan
pelayanan keperawatan , dan mampu menfasilitasi keluarga dalam
berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan
keperaatan langsung maupun pendidikan kesehatan pada anak. Selain
itu perawat dapat memberikan kenyamanan dan dukungan pada anak baik
dengan mempertahankan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi
keluarga yang dapat menentukan pola kehidupan anak.Perawat dapat
memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua anak atau
dengan menolong orang tua/anak dalam memahami pengobatan dan
perawatan anaknya. Ketika anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan
psikologis berupa dukungan atau motivasi maka, sebagai konselor,
perawat dapat memberikan konseling keperawatan ketika anak dan
orang tuanya membutuhkan, dengan cara mendengarkan segala keluhan,
melakukan sentuhan, dan hadir secara fisik, perawat dapat saling
bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua anak tentang masalah
anak dan keluarganya, dan membantu mencari alternatif pemecahannya
(Supartini, 2004).Wong (2001) mengatakan bahwa populasi anak yang
dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan yang sangat dramatis.
Persentase anak yang dirawat di rumah sakit saat ini mengalami
masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan kejadian
hospitalisasi pada tahun- tahun sebelumnya. Mc. Cherty dan Kozak
mengatakan hampir 40 juta anak dalam setahun mengalami
hospitalisasi (Hikmawati, 2000).Dilihat dari berdasarkan hasil
observasi di di ruang perawatan anak RSU Tenriawaru Bone bahwa
peran perawat masih kurang dalam pencegahan dampak hospitalisasi
pada anak antara lain diakibatkan kurangnya pendekatan perawat
terhadap anak saat membutuhkan pertolongan sewaktu-waktu anak
merasa kesakitan. Di dalam memberikan pemahaman tentang pengobatan
kurang melakukan pendekatan terhadap orang tua maupun anak,
sehingga timbul keluhan dan ketidakpuasan selama anak dirawat. Dan
kurangnya pelatihan khusus perawat anak sehingga perawat tidak bisa
memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan si
anak.Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana Peran Perawat Dalam Pencegahan Dampak Hospitalisasi Pada
Anak Di Ruangan Perawatan Anak RSU Tenriawaru Bone.B. Rumusan
MasalahBagaimana peran perawat dalam pencegahan dampak
hospitalisasi pada anak di ruangan ruangan perawatan anak RSUD
Tenriawaru Bone?C. Tujuan PenelitianUntuk mengidentifikasi peran
perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan
ruangan perawatan anak RSUD Tenriawaru Bone.D. Manfaat penelitian1.
Pendidikan KeperawatanHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi tambahan yang berguna untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, baik di bagian keperawatan anak maupun di bagian
keperawatan komunitas.2. Praktek KeperawatanHasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan pada perawat
khususnya yang ada di RSUD Tenriawaru Bone mengenai peran perawat
dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan ruangan
perawatan anak RSUD Tenriawaru Bone.3. Penelitian LanjutanSebagai
refrensi dalam penelitian lanjutan dan bahan pertimbangan bagi yang
berkepentingan untuk melanjutkan penelitian dan sebagai tamahan
dalam teori keperawatan anakE. Tinjauna Pustaka1. Anaka) Pengertian
AnakAnak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa
anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari
bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah
(2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun).
Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat
latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan
pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam
proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak
tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai
perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan
kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya
anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga adakalanya
perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat
dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini
sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna
dan akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia
pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hamper sama
dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak
juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat
bayi anak menangis.Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah
menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan
keinginannya, dan lain sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada
anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada
masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat dilihat seperti
bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan
menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan
terbentuknya perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia.
Perubahan perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan
lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain
dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).Anak adalah
individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di
setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak
juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan
memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan
persepsi mereka mengenai dunia. Awitan penyakit bagi mereka
seringkali mendadak, dan penurunan dapat berlangsung dengan cepat.
Faktor kontribusinya adalah sistem pernapasan dan kardiovaskular
yang belum matang, yang memiliki cadangan lebih sedikit
dibandingkan orang dewasa, serta memiliki tingkat metabolisme yang
lebih cepat, yang memerlukan curah jantung lebih tinggi, pertukaran
gas yang lebih besar dan asupan cairan serta asupan kalori yang
lebih tinggi per kilogram berat badan dibandingkan orang dewasa.
Kerentanan terhadap ketidak seimbangan cairan pada anak adalah
akibat jumlah dan distribusi cairan tubuh. Tubuh anak terdiri dari
70-75% cairan, dibandingkan dengan 57-60% cairan pada orang dewasa.
Pada anak-anak, sebagian besar cairan ini berada di kompartemen
cairan ekstrasel dan oleh karena itu cairan ini lebih dapat
diakses. Oleh karena itu kehilangan cairan yang relatif sedang
dapat mengurangi volume darah, menyebabkan syok, asidosis dan
kematian (Slepin, 2006).b) Pertumbuhan dan Perkembangan AnakAspek
tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut
merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan
seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian
orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka
menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak
mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman
bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama (
Nursalam, 2005).1) PertumbuhanPertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya
karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga karena bertambah
besarnya sel. Adanya multiflikasi dan pertambahan ukuran sel
berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi
sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma
hingga dewasa (IDAI, 2000). Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada
bertambahnya ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau
lebih matang bentuknya, seperti bertambahnya ukuran berat badan,
tinggi badan dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada masa anak-anak
mengalami perbedaan yang bervariasisesuai dengan bertambahnya usia
anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke
kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung
lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh
bagian bawah. Pada masa fetal pertumbuhan kepala lebih cepat
dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50 % dari
total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan
bertambah secara teratur. Pada usia dua tahun, besar kepala kurang
dari seperempat panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran
ekstremitas bawah lebih dari seperempatnya.2)
PerkembanganPerkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi
sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi
(IDAI, 2000). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat
kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing
bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk
memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak
untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-benda di
sekelilingnya serta kematangan emosi dan sosial anak.\c)
Prinsip-prinsip Keperawatan AnakTerdapat prinsip atau dasar dalam
keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami
filosofi keperawatan anak. Perawat harus memahaminya, mengingat ada
beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan. Di antara
prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah:Pertama, anak
bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik.
Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh
memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa
melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola
pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola-pola
inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya
saja tetapi kemampuan dan kematangannya.Kedua, anak adalah sebagai
individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap
perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai
kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia
tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan
fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas,
eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain. Selain kebutuhan
fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang juga
membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal
tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada
saat yang bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang
dialami oleh anak.Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi
pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan,
bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi
penerus bangsa. Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu
kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat
bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan
keperawatan anak.Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak
dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi,
dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses
keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum
(legal).Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk
meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan
remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks
keluarga dan masyarakat.Ketujuh, pada masa yang akan datang
kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang
sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan mempelajari aspek kehidupan
anak (Azis, 2005).d) Peran PerawatPeran adalah serangkaian perilaku
yang diharapkan oleh masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada
dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan diri seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat
(Hidayat, 2006). Sedangkan menurut Kozier dan Barbara (1995) yang
dikutip dari Mubarak (2006), mendefinisikan peran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system.Peran dipengaruhi
oleh keadaan social dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi social tertentu (Mubarak, 2006).Peran
perawat adalah cara untuk mengatasi aktifitas perawat dalam
praktik,dimana telah menyelesaikan pendidiksan formalnya yang
diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan
tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik profesionalnya.Dimana setiap peran yang dinyatakan
sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan (Mubarak,
2006).Sedangkan menurut supartini (2004) Perawat adalah salah satu
tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua. Beberapa
peran penting seorang perawat anak, yaitu: sebagai pembela,
pendidik, konselor, kordinator, pembuat keputusan etik, perencana
kesehatan, dan penelitiSebagai pembela, perawat dituntut sebagai
pembela bagi keluarganya pada saat mereka membutuhkan pertolongan
tidak dapat mengambil keputusan/ menentukan pilihan, dan
menyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersendiri,
pengobatan/ dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan
keluarga.Sebagai pendidik, perawat berperan sebagai pendidik baik
secara langsung dengan memberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
pada orangtua anak maupun secara tidak langsung dengan menolong
orangtua/ anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Sebagai
konselor, perawat dapat member konseling keperawatan ketika anak
dan orangtuanya membutuhkan. Sebagai kordinator, perawat berada
pada posisi kunci untuk menjadi kordinator pelayanan kesehatan
karena 24 jam berada di samping pasien.Sebagai pembuat keputusan
etik, perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat
keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini
dengan menekankan pada hak pasien untuk mendapat otonomi,
menghadapi hal-hal yang merugikan pasien, dan keuntungan asuhan
keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Sebagai
perencana kesehatan, perawat harus bias merumuskan rencana
pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan (Supartini, 2004).2.
Hospitalisasia) Pengertian HospitalisasiHospitalisasi merupakan
suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses
tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang
menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang
sangat traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).Berbagai
perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih,
takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan tersebut dapat
timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami
sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan
sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakannya
menyakitkan. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua
menjadi stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres
anak semakin meningkat (Supartini, 2000).b) Dampak Hospitalisasi
Pada AnakHospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan
stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi
oleh banyaknya faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter,
dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan
keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa
cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya
perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung
terhadap anak, secara fisiklogis anak akan merasakan perubahan
perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Marks,
1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada
proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah
dibuktikan oleh Robert Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami
kegoncangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi
stress akan terjadi penekanan system imun (Subowo, 1992). Pasien
anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan
social keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap
perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses
penyembuhan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pasien anak yang
dirawat di rumah sakit masih sering mengalami stres hospitalisasi
yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing dengan
lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta
tersebut merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian
perawat dalam pengelolah asuhan keperawatan (Nursalam, 2005)c)
Reaksi Anak Terhadap HospitalisasiSeperti telah dikemukakan di
atas, anak akan menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi
terhadap pengalaman hospitalisasi. Reksi tersebut bersifat
individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan
anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang
tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya,
reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,
kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Berikut ini reaksi
anak terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sesuai dengan
tahapan perkembangan anak.\1) Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)Masalah
yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan
orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih
sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger
anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak
dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul
pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan
gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya,
bayi akan merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang
ditunjukkan adalah dengan menangis keras. Respons terhadap nyeri
atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh
yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.2) Masa
Todler (2 sampai 3 tahun)Anak usia todler bereaksi terhadap
hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang
utama adalah cemas akibat perpisahan. Respons perilaku anak sesuai
dengan tahapannya,yaitu tahap protes, putus asa, dan pengingkaran
(denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah
menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian
yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang
ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang
menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada
tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar
mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan
anak mulai terlihat menyukai lingkungannya. Oleh karena adanya
pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada
lingkungannya. Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan
sebelumnya atau regresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri
yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasive, seperti
injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan meringis, menggigit
bibirnya, dan memukul.Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan
lokasi rasa nyeri dan mengomunikasikan rasa nyerinya.
3) Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun)Perawatan anak di rumah
sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya
aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah,
permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan
yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan,
sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak
kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit
juga membuat anak kehilangan control terhadap dirinya. Perawatan di
rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga
anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit
sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga
anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak
terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan
prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini
menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi
verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama
dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua.4) Masa Sekolah
(6 sampai 12 tahun)Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk
berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan
terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan
control juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya
pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut berdampak pada
perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya
karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial,
perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap
perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik
secara verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu
mengomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol
perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir
dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.5) Masa Remaja
(12 sampai 18 tahun)Anak usia remaja memersepsikan perawatan di
rumah sakit menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus
berpisah dengan teman sebayanya. Apabila harus dirawat di rumah
sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena
perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat
anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung
pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang
sering muncul terhadap pembatasan aktivitias ini adalah dengan
menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak
tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri
dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi).
Perasaan sakit karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respons
anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak
kehadiran orang lain (Supartini,2004) .d) Pencegahan Dampak
HospitalisasiDirawat di rumah sakit bisa menjadi sesuatu yang
menakutkan dan pengalaman yang mengerikan bagi anak-anak. Anak
seringkali mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan selama di
rumah sakit, mulai dari lingkungan rumah sakit yang asing, serta
pengobatan maupun pemeriksaan yang kadang kala menyakitkan bagi si
anak. Oleh karena itu, peran perawat sangat diperlukan dalam upaya
pencegahan dampak tersebut.1) Menurunkan atau mencegah dampak
perpisahan dari keluargaDampak perpisahan dari keluarga, anak
mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan,
kurangnya kasih sayang, gangguan ini akan menghambat proses
penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak.2) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan
pada anakMelalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak
diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu
berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap
waspada dalam segala hal. Serta pendidikan terhadap kemampuan dan
keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak.3) Mencegah
atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak
psikologis)Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan
dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak
bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui
berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila
tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan
berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.4) Tidak melakukan kekerasan pada
anakKekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang
sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat
anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian
kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada
anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi
anak.5) Modifikasi Lingkungan FisikMelalui modifikasi lingkungan
fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan
aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu
berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya (Aziz, 2005).F.
Kerangka Konseptual
BaikPeran Perawat Dalam Mencegah Dampak Hospitalisasi Pada
AnakPembelaPendidikKonselerKordinatorPembuat kode etikPerencana
kesehatan
Cukup
Kurang
G. Metode Penelitian1. Desain PeelitianPenelitian ini
menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada
anak di ruangan ruangan perawatan anak RSUD Tenriawaru Bone.2.
Populasi dan Sampel a) Populasi Penelitian Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2005). Populasi dari penelitian ini adalah perawat yang ada di
ruangan perawatan anak RSUD Tenriawaru Bone sebanyak 30 orang.b)
Sampel PenelitianSampel penelitian adalah sebagian objek yang
diambil dari keseluruhan objek yang akan diteliti dianggap memiliki
seluruh populasi (Notoatmodjo,2005). Apabila jumlah populasi kurang
dari seratus, maka sampel dapat diambil seluruhnya. (Total
Sampling). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada di
perawatan anak RSUD Tenriawaru Bone, dengan kriteria bersedia
menjadi responden penelitian.3. Pengumpulan DataPengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan setelah dahulu peneliti mengajukan
permohonan izin pelaksana peneliti pada institusi pendidikan dan
kemudian permohonan izin penelitian yang telah diperoleh
disampaikan ketempat peneliti (RSUD Trenriawaru Bone). Peneliti
menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya.Setelah memperoleh respoden, peneliti menjelaskan pada
responden tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuisioner,
kemudian responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan.
Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuisioner dan diberi
kesempatan bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti oleh
responden. Setelah kuisioner diisi, dikumpulkan kembali dan
diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap maka dapat
dilengkapi juga saat itu.4. Analisa DataSemua data yang terkumpul,
maka analisa data akan dilakukan melalui beberapa tahapan, antara
lain tahap pertama editing, yaitu mengecek nama dan keleng kapan
identitas serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai
petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu
pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan
analisa, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari
kueisoner ke dalam program komputer, tahap keempat adalah melakukan
cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidakA. Rancangan IsiBABI:Pendahuluan
yang berisi:1.Latar Belakang2.Rumusan Masalah3.Tujuan
Penelitian4.Manfaat PenelitianBABII:Tinjauan pustaka mengenai
konsep anak dan hospitalisasi.BABIII:Keragka Konseptual dan
Hipotesis.BAB IV:Metode Penelitian yang berisi:1.Desain
Penelitian2.Populasi dan Sampel3.Lokasi dan waktu
Penelitian4.Pertimangan Etik5.Instrumen Penelitian6.Pengumpulan
Data7.Analisa DataBABV:Hasil dan pembahasan mengenai peran perawat
dalam mencegah dampak hospitalisasi pada anak.BABVI:Penutup
mengenai kesimpulan dan hasil
DAFTAR PUSTAKA
Arsial. (2006). Keeperawatan Profesional, dibuka dari
http://wwwirakedua .tblog.com//pada tanggal 19 Juni 2010
Bafford, Dkk, (2006), Teori & Praktek Keperawatan,
Pendekatan Integral Pada Asuhan Pasien, Jakarta EGC
Beger.K (2003). Pundamentals of nursing colaborating for optimal
health. United states oa America; Simon and Schuter Bussiness and
professional group.
Dadang. (2006). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta:
Universitas Indonesia/Gaya Baru
Dorothy (1999), Dasar Dasar Riset Keperawatan, Jakarta : EGC
Gunarsa.S.D (2000), Pendekatan Psikologis Terhadap Anak yang
dirawat dan sikap orang tua, diakses melalui
http://sru/www/portable/files/42 pendekatan
psikologisterhadapanakyang dirawatdan
sikaportu81.p.padatanggal29juni2010
Hidayat, A.A 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Edisi 1,
Salemba Medika, Jakarta
Hidayat.A.A (2000), Pengantar Ilmu Keperawatan, Edisi 1,
Jakarta. Salemba Medika
Hidayat, A.A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi
2. Jakarta: Salemba Medica
Kusnanto. S. R. (2007), Hubungan Motivasi Kerja dengan
Karakteristik Individu Perawat di RSD Dr. H. Moh Anwar Madura,
diakses melalui http://irc-kmpk.ugm.ac.id. Pada tanggal 3 Juli
2010.
Mubarak, W. H. (2006). Pengantar Keperawatan Komunitas 2.
Jakarta: Sagung Seto
Mustikasar (2007). Komunikasi dalam pelayanan keperawatan,
diakses dari http://inna ppni.or.id/html/index.php? name, News
& File= artcle & sid = 139 pada tanggal 28 Juni 2010.
Notoademodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: PT: Rineka Cipta
Nursalam, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk
Perawat Dan Bidan),
Polit & Hungler, (1995), Nursing Research Princip Les &
Methods, Philadelphia Lippincot
Potter &Perry, 2005, Fundamental Keperawatan, Volume 1,
edisi , EGC Rahmat. J. (2005). Psikologi Komunikasi, Rineka Cipta,
Jakarta. Roper. N (2002). Prinsip-prinsip keperawatan. Yogyakarta :
Essentia.
Satiadarma,M.P (2001), Persepsi orangtua membentuk perilaku anak
: dampak pymalio terhadap keluarga
Setiadi. (2007). Konsep dan Penuisan Riset Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sofiana.N.A (2004), Analisis Faktor lingkungan dan individu yang
mempengaruhi terhadap peningkatan kinerja perawat (study kasus
instalasi rawat inap Rumah Sakit Annisa Cikarang, diakses melalui
http://chigili.itb.ac.id/gdl.php?mod:browswe & op ; read &
id = jbptsmit gdl nooraridas 86 & 1 = factor pada tanggal 5
juli 2010.
Sujono. R. (2005) Kepuasan Kerja Perawat yang Profesional.
Dibuka dari http://www. Irc-kmpk.ugm.ac.id/id/up-pd fworking/ no.
170408. Pada tanggal 15 Juni 2010.
Supartini, Yupi, (2004), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan
Anak, Jakarta: EGC
Soediman. (2006 ), The Soediman jurnal of nursin, dibuka dari
http//ojc,lib; unair.ac.id/indekx.php/SJN/article/view/1833/1822
pada tanggal 15 Juni 2010
Suan. C.G (2005), Nursing of Jumlah, Diakses dari
http://app.healthsciencepro.gov sg/nursing/research.local research.
asp. pada tanggal 30 juni 2010.
Wong and Whaleys, 2001, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja,
Remaja Rosda Karya, Bandung Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika
Zaidin. A (2002), Dasar Dasar Keperawatan Propesional, Jakarta:
Widia Medika
PROPOSAL
PERAN PERAWAT DALAM MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK
DIRUANG PERAWATAN ANAK RSUD TENRIAWARU BONE
OLEH :JEFRI0914 201 020
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATANPUANGRIMAGGELATUNG BONE2013DAFTAR ISI
Halaman SAMPULiHALAMAN PENGESAHANiiDAFTAR ISIiiiA. Latar
Belakang1B. Rumusan Masalah4C. Tujuan Penelitian4D. Manfaat
Penelitian4E. Tinjauan Teoritis51. Konsep Anak52. Hospitalisasi13F.
Kerangka Konseptual21G. Metode Penelitian211. Desain Penelitian212.
Populasi dan Sampel213. Teknik Pengumpulan Data224. Analisa
Data22H. Rancangan Isi21
iiiDAFTAR PUSTAKA