-
28
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBINA AKHLAK ANAK
DI DESA PEMATANG RAHIM KECAMATAN
MENDAHARA ULU KABUPATEN
TANJUNG JABUNG TIMUR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
AHYAR
NIM. TP.140787
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
2018
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode
Dokumen
Kode
Formulir
Berlaku
Tanggal
No. Revisi Tanggal
Revisi
Halama
n
In. 08-PP-05-
01
In.08-FM-PP-
05-03
26-02-2018 R-O - 1-1
Perihal : Nota Dinas
Lampiran :
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi
Di-
Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi
serta mengadakan perbaikan
seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa
skripsi saudara:
Nama : Ahyar
NIM : TP. 140787
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membina Akhlak Anak Di Desa
Pematang Rahim Kecematan
Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Telah dapat diujikan dihadapan sidang munaqasyah sebagai salah
satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha
Syaifuddin Jambi. Demikian Pengajuan ini disampaikan, atas
perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Jambi, November 2018
Pembimbing I
Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M.Pd NIP.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode
Dokumen
Kode
Formulir
Berlaku
Tanggal
No. Revisi Tanggal
Revisi
Halama
n
In. 08-PP-05-
01
In.08-FM-PP-
05-03
26-02-2018 R-O - 1-1
Perihal : Nota Dinas
Lampiran :
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi
Di-
Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi
serta mengadakan perbaikan
seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa
skripsi saudara:
Nama : Ahyar
NIM : TP. 140787
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membina Akhlak Anak Di Desa
Pematang Rahim Kecematan
Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Telah dapat diujikan dihadapan sidang munaqasyah sebagai salah
satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha
Syaifuddin Jambi. Demikian Pengajuan ini disampaikan, atas
perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
196911171994011001
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya
susun sebagai sarat
memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Syaifuddin
Jambi seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya
kutip dari hasil karya orang
lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan
ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi
bukan hasil karya sendiri
atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Jambi, November 2018
Penulis
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
PERSEMBAHAN
Seiring do’a dan tetesan kerinduan yang mendalam dan kebahagiaan
saya
persembahkan skripsi ini dengan rasa kasih sayang dan penuh
kehormatan kepada
ayahanda H.M. Sayuti dan Ibunda HJ. Rusmi tercinta yang selalu
tabah dan
dengan penuh kasih sayang mengasuh, membimbing dan membesarkan
hingga
saya dewasa.
Semoga Allah ’Azza Wajalla membalas semua amal serta pahala
bagi
saudara-saudariku semua, Amiin Ya Rabbal ’Alamiin.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
MOTTO
َويمََ وَة َ َحَسَنةَ لَِمنَي ََكنََ يَريُجو اّلَلََ َواْلي سيُ
لََقدَي ََكنََ لَُكمَي ِفَ رَُسولَِ اّلَلَِ أ
ِخرََ َوَذَكرََ اّلَلََ َكثرًِيا (األحزاب: ٢١) اْليArtinya:
“Seseungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).(Al-
Qur’an dan Terjemahannya, 2003, hal. 670)
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
KATA PENGANTAR
َنِِ اارَِّحمي ْحم ــــــــــــــــــم اِهللا الرَّ بِسم
Alhamdulillah puji syukur kepda Allah SWT, Tuhan Yang Maha
’Alim
yang kita tidak mengetahui keculi apa yang diajarkannya, atas
iradahnya hingga
skripsi ini dapat dirampungkan. Salawat dan salam atas Nabi SAW
pembawa
risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat
kademik guna mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. penulis menyadari sepenuhnya
bahwa
penyelesaian skripsi ini tidak banyak melibatkan pihak yang
telah memberikan
motivasi baik moril maupun materil.
Untuk itu, sebagai ungkapan kebahagiaan, penulis ucapkan
terimakasih dan
rasa hormat yang tulus kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Dr. HJ. Armidah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi
3. Bapak Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M.Pd dan Ibu Hindun, S. Ag,
M.Pd.I
selaku Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam
menyelsaikan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabat mahasiswa Kelas PAI B angkatan 2014-2015 yang
telah
menjadi partner diskusi dalam menyusun skrpsi ini.
5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada
henti
hingga menjadi pendorong dan penyemangat bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
hikmah
dan manfaat bagi semua pihak dan khususnya bagi penulis sendiri.
Amiin Ya
Rabbal ’Alamin.
Jambi, November 2018
Penulis
Akhyar________
NIM. TP. 140787
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
ABSTRAK
Nama : Ahyar
Jurusan : TP. 140787
Judul : Peran Orang Tua Dalam Membina Akhlak Anak Di Desa
Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran orang tua
dalam
membina akhlak anak di desa pematang rahim kecematan mendahara
ulu
kabupaten tanjung jabung timur mengetahui bagaimana peran orang
tua dalam
membina akhlak anak di desa pematang rahim kecmatan mendahara
ulu
kabupaten tanjung jabung timur dan mengetahui bagaimana upaya
orang tua
dalam menanggulangi kendala dalam membina akhlak anak tersebut
di desa
pematang rahim keceamatan mendara ulu kabupaten tanjung jabung
timur.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, tujuan
menggunakan penelitian ini
adalah untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang
dibentangkan. Adapun
cara yang ditempuh mendapatkan data/fakta yang terjadi pada
subjek penelitian
untuk memperoleh data yang valid adalah dengan menggunakan
teknik
pengumpulan data melalui metode obsevasi, wawancara,
dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah dengan reduksi data,
penyajian data, dan
verifikasi/penarikan kesimpulan
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Pertama ingin mengetahui
bagaimana
kondisi Akhlak anak di Desa Pematang Rahim Kecematan Mendahara
Ulu
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kedua ingin mengetahui Bagaimana
upaya
dan kendala orang tua dalam membina akhlak anak di Desa Pematang
Rahim
Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur vKetiga
ingin
mengetahui Bagaimana peran orang tua dalam pembinaan akhlak anak
di Desa
Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
Kata Kunci: Peran Orang Tua, Akhlak, Anak.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
ABSTRACT
Name : Ahyar
NIM : TP. 140787
Major : Islamic Religious Education
Title : The Role Of Parent In Fostering Children’s Morals In
The
Wombdwelling Village Of The Sub-District Of Ulu Tanjung
Jabung Timur Regency
This thesis aims to find out how the role of parents in
fostering children’s Morals
Morals In The Wombdwelling Village Of The Sub-District Of Ulu
Tanjung
Jabung Timur Regency and knowing the efforts of parents in
overcoming
obstacles in developing childre’s morals Morals In The
Wombdwelling Village Of
The Sub-District Of Ulu Tanjung Jabung Timur Regency
This research is a qualitative research, the purpose of using
this research is to
provide answers to the problems that unfold. The way taken to
obtain data / facts
that occur on the subject of research to obtain valid data is to
use data collection
techniques through obsevation methods, interviews,
documentation. Data analysis
techniques used are with data reduction, data presentation, and
verification /
withdrawal of conclusions.
The purpose of this study is to first know how the moral
condition of the child In
The Wombdwelling Village Of The Sub-District Of Ulu Tanjung
Jabung Timur
Regency, secondly wan to know how the efforts and contrainst of
parents in
developing the morality of children In The Wombdwelling Village
Of The Sub-
District Of Ulu Tanjung Jabung Timur Regency, third want to know
how the role
of parents in helping children morals In The Wombdwelling
Village Of The Sub-
District Of Ulu Tanjung Jabung Timur Regency.
Keywords: The Role Parents, Morals, Childr
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
................................................................................................
i
NOTA DINAS
...........................................................................................................
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
..........................................................................
iii
PERSEMBAHAN
.....................................................................................................
iv
MOTTO
....................................................................................................................
v
KATA PENGANTAR
..............................................................................................
vi
ABSTRAK
................................................................................................................
vii
ABSTRACT
..............................................................................................................
viii
DAFTAR ISI
.............................................................................................................
ix
DAFTAR
TABEL.....................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR
................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
...................................................................................
1 B. Fokus Penelitian
.............................................................................................
8 C. Rumusan Masalah
..........................................................................................
8 D. Tujuan dan manfaat Penelitian
.......................................................................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
...............................................................................................
10 1. Peranan
..............................................................................................................
10
2. Orang Tua
..........................................................................................................
10
3. Akhlak
...............................................................................................................
11
4. Anak
..................................................................................................................
14
5. Peran Orang Tua Dalam Membina Akhlak
....................................................... 14
B. Studi
Relevan.........................................................................................................
25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
............................................................... 28
B. Setting dan Subjek
Penelitian.......................................................................
28
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
C. Jenis dan Sumber Data
.................................................................................
29 D. Teknik Pengumpulan Data
...........................................................................
31 E. Teknik Analisis Data
....................................................................................
32 F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
.......................................................... 33 G.
Jadwal Peneltian
...........................................................................................
36
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan
Umum.............................................................................................
37 1. Historis
.....................................................................................................
37
2. Orbitasi Desa
............................................................................................
37
3. Batas dan Luas Wilayah
...........................................................................
37
4.
Etnis..........................................................................................................
38
5. Bahasa
......................................................................................................
38
6. Religi
........................................................................................................
38
8. Kesenian
...................................................................................................
39
B. Temuan Khusus
...........................................................................................
50
1. Kondisi Akhlak Anak Di Desa Pematang Rahim
.................................... 50
2. Kendala Orang Tua Dalam Membina Akhlak Anak Di Desa
Pematang
Rahim
......................................................................................................
57
3. Peran Orang Tua Dalam Membina Akhlak Anak Di Desa
Pematang
Rahim
......................................................................................................
60
BAB V PENUTUP
H. Kesimpulan
..................................................................................................
64 I. Saran
.............................................................................................................
65 J. Penutup
.........................................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA
...............................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
......................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
................................................................................
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Keadaan Etnis di Desa Pematang Rahim Tahun 2018
............................ 38
Tabel IV.2 Religi / Agama Di Desa Pematang Rahim Tahun 2018
.......................... 39
Tabel IV. 3 Keadaan Fasilitas Pendidikan
.................................................................
41
Tabel IV. 4 Keadaan Fasilitas Kesehatan
..................................................................
41
Tabel IV.5 Keadaan Fasilitas Keagamaan
.................................................................
41
Tabel IV. 6 Keadaan Fasilitas Perekonomian
............................................................ 41
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Struktur Pemerintahan Desa Pematang Rahim
........................................ 47
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia dilahirkan kemuka bumi ini dalam keadaan suci
bagaikan sehelai kertas putih. Orang tua memiliki kebebasan
untuk menulis
apa saja di atas kertas tersebut. Akan tetapi, orang tua juga
harus menyadari
bahwa setiap anak merupakan amanah dari Allah Swt, dan akan
diminta
pertanggung jawaban kepada orang tua mengenai tugas mereka
sebagai
orang tua di akhirat kelak. Selain itu orang tua juga
memerintahkan agar
orang tua juga berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam
keluarganya serta
berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api neraka,
sebagaimana
firman Allah Swt,
َها يَُّأ ۡهلِيُكۡمَنَاٗراَينَََّلَِٱَيَٰٓ
َنُفَسُكۡمََوأ
َأ َي قُٓوا َي ََ)٦َ(َءاَمُنوا
Artinya:‘’Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan
keluargamu dari api neraka’’( Q.S At-tahrim 6 ).
Imam Al-Ghazali menuturkan, ‘’anak adalah amanat dari Allah
Swt,
bagi orang tuanya. Hatinya putih bagaikan mutiara yang indah
nan
cemerlang, bersih dari setiap lukisan dan gambar, ia akan
menerima setiap
yang di lukiskan dan mengikuti arah mana pun yang di tunjukan,
jika di
ajarkan dan di biasakan melakukan kebaikan, ia akan menjadi
manusia yang
baik dan akan membahagiankan orang tua, guru, pengajar dan
pendidiknya di
dunia dan akhirat. Tapi, jika di biasakn melakukan keburukan dan
di biarkan
seperti hewan, ia kan celaka dan rusak, sementara dosa untuk itu
akan di
timpakan ke pundak para pendidik dan orang tuanya. (Muhammad
Fadlail,
2010, hal. 170-171).
Ibnu Al-Qoyyim menegaskan peran penting keluarga dalam
pendidikan anak, menurutnya, ‘’kerusakan moral anak sebagian
besar di
sebabkan karena orang tua tidak mencurahkan perhatian besar, dan
tidak pula
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
mengajarkan prinsip-prinsip agama kepada anak mereka sejak
dini.
Akibatnya, masa masa kecil anak terbuang sia-sia tanpa
mendapatkan
manfaat apapun dari orang tua mereka. (Basya, 2011, hal.
170-171). Orang
tua harus menyadari tanggung jawab dan amanah yang mereka
emban,
sehingga di dalam mendidik mereka harus dihadapi dengan penuh
kesabaran
karena seorang anak merupakan sebuah cobaan, Firman Allah
Swt.
َٓ وَََإَِنَما َٞۚ ۡوَلَُٰدُكۡمَفِۡتَنة ََٰلُُكۡمََوأ ۡمَو
َََعِظيمَ َۥَِٓعنَدهََُّلَلَُٱأ ۡجر
َ )١٥ََ(أ
Artinya: ‘’sesungguhnya harta dan anak-anak itu adalah cobaan
(ujian),
dan di sisi ALLAH ada pahala yang besar’’(Q.S At-Taghaabuun,
64:15).
Berangkat dari ayat di atas maka bagaimana sikap kedua orang tua
di
dalam menghadapi dan memperlakukan cobaan ‘’anak’’ akan
sangat
mempengaruhi kondisi anak dalam perkembangannya. Maka sudah
menjadi
kewajiban orang tua untuk mengarahkan dan membimbing anak-anak
menuju
hal-hal yang baik dan benar serta menjauhkan mereka dari
pengaruh-
pengaruh buruk yang dapat mewarnai keimanan serta kepribadian
mereka
(Muhammad fadlail, 1976, hal. 154). Seiring dengan pertumbuhan
seorang
anak, tanggung jawab orang tua akan semakin besar terutama
dalam
menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam. Ketika seorang anak memasuki
usia
SD (Sekolah Dasar) mereka akan mengalami hal-hal yang belum
mereka
temukan sebelumnya. Dalam menghadapi situasi seperti ini, orang
tua harus
bijak dalam bersikap. Orang tua harus selalu menanamkan
Nilai-Nilai Agama
Islam kepada anak-anak mereka agar terciptnya iptek dan imtaq
anak.
Pembinaan berasal dari kata ‘bina’ yang berarti
bangun/bangunan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berarti
membina,
memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina, usaha,
tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna
untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan adalah kegiatan
yang
dilakukan secara sadar, terencana, teratur dan terarah untuk
meningkatkan
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pengetahuan, sikap dan ketrampilan objek dengan tindakan
pengarahan serta
pengawasan untuk mencapai tujuan. Akhlak yang baik merupakan
sifat nabi
dan orang-orang siddiq sedangkan akhlak yang buruk merupakan
sifat
syaithan dan orang-orang yang tercela. (Mahjudin, 2009, hal.
10)
Pembinaan merupakan suatu usaha atau kegiatan memberi
bimbingan.
Bimbingan merupakan arti dari kata ‘guidance’ berasal dari kata
dasar
‘guide’ yang mempunyai beberapa arti, yaitu: (a) menunjukkan
jalan
(showing the way),(b) memimpin (leading), (c) memberikan
petunjuk (giving
instruction), (d)mengatur (regulating), (d) mengarahkan
(governing), dan (e)
memberi nasehat (giving advice).
Keluarga tidak terlepas dari ayah, ibu dan anak, di dalam
keluargalah
anak pertama kali mendapatkan pendidikan, dan di dalam keluarga
ibu yang
paling berperan dalam mendidik anak-anaknya karena ibu adalah
madrasah
yang paling utama bagi anakanaknya. Pembinaan budi pekerti anak,
karena
pendidikan yang paling utama yang didapatkan oleh anak adalah
dari
keluarganya. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi (2004, hal.
108)
“Keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu
dan
group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana
anakanak menjadi anggotanya”.
Dan keluargalah yang sudah tentu menjadi tempat untuk
mengadakan
sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan
saudara-saudaranya serta
keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama
dimana anak-
anak mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk mengajar pada
anak-
anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Jadi keluarga
adalah
sekumpulan individu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dari
penjelasan
diatas, jelas bahwa keluarga sangat memiliki peran yang sangat
penting dalam
pembinaan budi pekerti anak, karena keluarga menjadi contoh yang
paling
utama yang dapat dilihat langsung oleh anak-anaknya, keluarga
harus
menjadi panutan untuk anaknya agar budi pekerti anak bisa lebih
baik.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Keluarga harus memberikan contoh yang baik bagi anakanaknya.
Peran keluarga terhadap anak yang paling penting adalah peran
ibunya,
karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak, jadi kasih sayang
yg paling
utama di dapatkan dari ibunya, selain itu peran keluarga
terhadap anak sangat
penting karena dengan adanya perhatian dari orang tua anak akan
menjadi
lebih baik, karena itu perhatian dan kedisiplinan sangat penting
dalam
keluarga. Peran keluarga terhadap anak yang paling berperan
adalah ibu,
karena ayah tidak mempunyai waktu untuk mendidik anak, peran
keluarga
terhadap anak adalah mendidik, melatih membimbingnya kejalan
yang benar,
peran keluarga terhadap anak adalah menjaga anak-anaknya dengan
baik. Jadi
keluarga sangat berperan dalam mendidik anak-anaknya, karena di
dalam
keluarga anak mendapatkan kasih sayang yang paling utama. Hal
ini sesuai
dengan yang diungkapkan Sarbin dalam Affan (2014, hal. 7)
menyebutkan:
“Istilah peranan menggambarkan perilaku yang diharapkan dari
pemegang satu posisi atau status tertentu, definisi ini
menekankan: a)
Harapan yang tertentu mengenai perilaku yang tepat bagi
pemegang
posisi tertentu; b) Pemeran yaitu tingkah laku seseorang
yang
ditugaskan menempati suatu posisi tertentu”.
Jadi yang dimaksud dengan peran adalah serangkaian perilaku
yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik
secara formal maupun seacara informal. Peran didasarkan pada
ketentuan dan
harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan
dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan
mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran
tersebut.
Keluarga biasanya terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya.
Anak-
anak inilah yang nantinya berkembang dan mulai bias melihat dan
mengenal
diri sendiri, kemudian belajar dari segala yang dilihatnya dan
akhirnya akan
memberinya suatu pengalaman individual. Dari sinilah si anak
mulai dikenal
sebagai individu. Individu ini pada tahap selanjutnya mulai
merasakan bahwa
telah ada individu-individu lain yang berhubungan dengannya
secara
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
fungsional. Individual-individual tersebut adalah keluarganya
yang
menyebutkan cara pandang dan cara menghadapi
masalah-masalah,
membinanya dengan cara menyelusuri dan meramalkan hari
esoknya,
mempersiapkan pendidikan, keterampilan dan budi pekertinya
(Ahmadi,
2009, hal. 222).
Adapun cara membina anak usia sekolah dasar itu melalui
perbuatan
ataupun ungkapan-ungkapan yang baik untuk ditiru oleh anak,
perhatian
orang tua terhadap anaknya, karena ketika di sekolah guru tidak
semua
memberikan perhatian terhadap siswa/anak, jadi orang tua dirumah
yang
paling berperan dalam memperhatikan anak, mempelajari
permasalahan yang
ada dalam diri anak baru kemudian dibina oleh orang tuanya,
memberikan
waktu terhadap anak untuk belajar, bermain dan mengaji. Budi
pekerti
terhadap anak adalah ahklak, karena akhlak adalah pondasi yang
pertama
yang harus diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya, jadi
orang tua sangat
penting dalam mengajarkan anak ke akhlak yang lebih baik,
adanya
pembagian waktu, tidak membatasi pergaulan dalam berteman.
Berdasarkan penjelasan di atas maka budi pekerti terhadap
anak
adalah akhlak yang baik, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
Gunawan
(2012:13) mengemukakan:
“Secara etimologis budi pekerti dapat dimaknai sebagai
penampilan
diri yang berbudi. Secara leksikal, budi pekerti adalah tingkah
laku,
perangai akhlak dan watak. Budi pekerti memiliki hubungan
dengan
etika, akhlak, dan moral”.
Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk yang diterima
umum
mengenaiperbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Moral juga
berarti
akhlak, budi pekerti dan susila. Budi pekerti adalah kesopana
pada anak, dan
budi pekerti anak adalah akhlak yang lebih utama yang harus
dimiliki oleh
anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mujib dan Jusuf (2008, hal.
1)
menyatakan:
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
“Budi pekerti sering kali dipersamakan dengan istilah sopan
santun,
susila, moral, etika, adab atau akhlak. Kesemua memiliki makna
yang
sama, yaitu sikap, perilaku, dan tindakan individu yang mengacu
pada
norma baik-buruk dalam hubungannya dengan sesame individu,
anggota keluarga, masyarakat, hidup berbangsa, bernegara
bahkan
sebagai umat beragama, yang bertujuan untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas diri”.
Akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia. Karena
itu
suatu perbuatan baru dapat disebut pencerminan akhlak, jika
memenuhi
beberapa syarat. Syarat itu antara lain adalah: (1) dilakukan
berulang-ulang.
Jika dilakukan sekali saja, atau jarang-jarang, tidak dapat
dikatakan akhlak.
(2) timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau ditimbang
berulang-
ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya.
(Daud Ali, 2005,
hal. 348)
Akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan
nilai
dan norma agama; nilai serta norma yang terdapat dalam
masyarakat,
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah
segala sesuatu
yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama
serta nilai dan
norma masyarakat. (Daud Ali, 2005, hal. 355)
Akhlak berarti watak, budi pekerti, karakter, keperwiraan,
kebiasaan.
Kata akhlâq ini berakar kata khalaqa yang berarti menciptakan,
seakar
dengan kata Khâliq (pencipta), makhlûq (yang diciptakan), dan
khalq
(penciptaan). Kesamaan akar kata ini mengandung makna bahwa tata
perilaku
seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya harus
merefleksikan dan
berdasarkan nilai-nilai kehendak Khâliq (Tuhan). (Mahjuddin,
2011, hal. 19)
Menurut bahasa (Etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak
dari
khuluq (Khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku, atau
tabi’at.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Akhlak dalam bahasa arab merupakan jama’ dari Khuluq yang
mengandung beberapa arti diantaranya: a) Tabiat, yaitu sifat
dalam diri yang
terbentuk oleh manusia tanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan.
b) Adat,
yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan,
yakni
berdasarkan keinginannya. c) Watak, cakupannya meliputi hal-hal
yang
menjadi tabiat dan hal-hal yang diupayakan hingga menjadi adat.
Kata akhlak
juga bisa berarti kesopanan dan agama.
Secara sadar, terencana, teratur dan terarah untuk
meningkatkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan objek dengan tindakan
pengarahan serta
pengawasan untuk mencapai tujuan. Secara etimologis, kata akhlak
berasal
dari bahasa Arab alakhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata
khuluq
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
(Marzuki, 2009,
hal. 8)
Menurut Abdullah Darraz, perbuatan-perbuatan manusia yang
dapat
dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila memenuhi
dua syarat,
yaitu : 1) Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam
bentuk yang
sama, sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi pelakunya; 2)
Perbuatan-
perbuatan itu dilakukan karena dorongan jiwanya, bukan karena
adanya
tekanan dari luar, seperti adanya paksaan yang menimbulkan
ketakutan atau
bukan bujukan dengan harapan mendapatkan sesuatu. (Ahmad
Supadie, 2011,
hal.217)
Ketika memasuki usia anak-anak menuju remaja, dalam membina
Akhlak anak tidak cukup hanya dengan menyerahkan tanggung jawab
anak
kepada guru di sekolah. Namun, orang tua memiliki peran yang
penting
dalam membina Akhlak mereka. Jika hal demikian terjadi, maka
anak-anak
cenderung tidak memiliki Akhlak baik, karena mereka tidak lagi
diberikan
binaan Akhlak dan nilai ajaran Agama Islam yang cukup dari kedua
orang
tua mereka.
Hal ini banyak di jumpai di masyarakat desa Pematang Rahim
kecematan mendahara ulu kabupaten Tanjung jabung timur, dimana
orang tua
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
merasa lepas dari tanggung jawab mereka sebagai orang tua,
akibat nya
anak-anak tumbuh dalam keadaan pengetahuan Agama yang kurang,
serta
prilaku yang tidak baik, hal demikian terjadi karena mereka
tidak
mendapatkan pengetahuan dan penerapan Nila-Nilai Agama Islam
yang baik
dari kedua orang tuanya. Di samping itu, pengaruh teknologi yang
serba
canggih seperti televisi dan handpone, serta internet perlahan
lahan juga
sudah memudarkan Nilai-Nilai Agama Islam yang ada.
Berdasarkan pengamatan awal (grand tour) bahwa pertama masih
banyak anak yang kurang sopan terhadap orang tua, seperti tidak
memberi
salam ketika masuk rumah, kedua masih banyak anak yang akhlak
nya
kurang baik seperti Kebiasaan merokok, sering berkata kotor,
sering
berbohong. Bertolak belakang dari dari permasalahan ini, oleh
karena itu
penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang di
angkat dengan
judul: ‘Peran Orang Tua Dalam Membina Akhlak Anak Di Desa
Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung
Jabung Timur.
B. Fokus penelitian
Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula maka
perlu
adanya pembatasan masalah yaitu: penelitian ini difokuskan pada
anak usia 7-
12 tahun di Desa Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu
Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi
pokok-pokok permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi Akhlak anak di Desa Pematang Rahim
Kecematan
Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
2. Apa kendala orang tua dalam membina Akhlak anak di Desa
Pematang
Rahim Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung
Timur?
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3. Bagaimana peran orang tua dalam Membina akhlak anak di
Desa
Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung
Jabung
Timur?
D. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Ingin mengetahui bagaimana kondisi Akhlak anak di Desa
Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung
Jabung Timur.
b. Ingin mengetahui kendala orang tua dalam membina akhlak
anak
di Desa Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten
Tanjung Jabung Timur
c. Ingin mengetahui Bagaimana peran orang tua dalam
pembinaan
akhlak anak di Desa Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2. Kegunaan penelitian
a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Orang tua
dalam
membina Akhlak anak di Desa Pematang Rahim Kecematan
Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
b. Sebagai materi untuk wawasan berpikir dan sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penulis.
c. Sebagai salah satu persyaratan guna mencapai gelar sarjana
strata
satu (S1) di fakultas tarbiyah dan keguruan UIN STS Jambi.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Peranan
Peranan adalah “tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
suatu peristiwa" (Riwayadi dan Suci, 2013, hal. 541). Peranan
adalah
sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang
utama
(di dalam terjadinya sesuatu hal). Peranan juga berarti yang
dimainkan,
tugas kewajiban suatu pekerjaan. Peranan berarti bagian yang
harus
dilakukan di dalam suatu kegiatan(Nasir, 2002, hal. 9). Dari
pengertian ini
dapat dipahami bahwa peranan adalah tindakan yang dilakukan
seseorang
dalam berbuat sesuatu.
2. Orang tua
Orang tua adalah orang yang sudah tua, bapak atau ibu, orang
yang
lebih tua, atau orang yang dianggap tua (Zakiyah Darajat, 1996,
hal. 71).
"Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup
anak.
Kepribadian orang tua, sikap dan care hidup mereka merupakan
unsur-
unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan
masuk ke
dalam kepribadian anak yang sedang tumbuh. Orang tua
sebagaimana
pemahaman umum yang berkembang terdiri dari ayah dan ibu.
Keduanya
adalah orang tua secara kodrati telah ditakdirkan oleh Allah
sebagai orang
tua. Untuk itu yang dimaksud dengan orang tua dalam penelitian
ini adalah
orang tua yang meliputi bapak dan ibu yang melahirkan atau bapak
dan
ibu yang mengasuh dari kecil hingga dewasa. Orang tua dan anak
hidup
dalam wadah yang disebut dengan keluarga atau famili.
Keluarga adalah kesatuan keluarga yang besar itu, selain
merupakan kesatuan kekeluargaan juga merupakan kesatuan ekonomi
dan
kesatuan hukum; ia mengenal upacara-upacara ibadat dan juga
cara
pendidikan anak-anak mereka (Poerwanto, 1995, hal. 77). Keluarga
harus
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
mengusahakan membina individu umat dengan segala kekhususan
dan
keistimewaannya. Juga mengandung arti telah menciptakan
kondisi
keluarga shaleh dengan segala kekhususan dan
keistimewaannya.
Kemudian baik disadari maupun tidak, berarti ia telah ikut andil
dalam
membina masyarakat teladan yang nyata dengan segala kekhususan
dan
keistimewaannya, di dalam rangka menciptakan individu masyarakat
dan
keluarga yang shaleh.
3. Akhlak
Menurut Abdullah Darraz, perbuatan-perbuatan manusia yang
dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila
memenuhi dua
syarat, yaitu : 1) Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang
kali dalam
bentuk yang sama, sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi
pelakunya; 2)
Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan jiwanya, bukan
karena
adanya tekanan dari luar, seperti adanya paksaan yang
menimbulkan
ketakutan atau bukan bujukan dengan harapan mendapatkan
sesuatu.
(Muhjidin Mawardi, 2011, hal. 19)
Secara sadar, terencana, teratur dan terarah untuk
meningkatkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan objek dengan tindakan
pengarahan
serta pengawasan untuk mencapai tujuan. Secara etimologis, kata
akhlak
berasal dari bahasa Arab alakhlaq yang merupakan bentuk jamak
dari kata
khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabiat.
(Marzuki, 2009, hal. 8)
Akhlak (Al-Khuluq) adalah perangai (As-Sajiyyah) dan tabi'at
(At-
Thab). Al-Khuluq menurut bahasa adalah sesuatu menjadi
kebiasaan
seseorang yang berupa adab. Al-Khuluq itu adalah tabiat yang
bisa
dibentuk (Suwaid, 2006, hal. 222). Akhlak adalah kelakuan yang
sesuai
dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang timbul dari
hati dan
bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung
jawab atas
kelakuan tersebut. Tindakan itu haruslah mendahulukan
kepentingan
umum daripada kepentingan atau keinginan pribadi (Zakiyah
Darajat,
2001, hal. 56).
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan pengenalannya, maka akhlak memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Perbuatan tersebut telah mendarah daging dan mempribadi.
b. Perbuatan tersebut dilakukan dengan mudah dan tanpa
memerlukan
pikiran lagi.
c. Perbuatan tersebut dilakukan atas kemauan dan pilihan
sendiri.
d. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sebenarnya, bukan
pura-pura.
e. Perbuatan tersebut dilakukan atas dasar niat kepada Allah SWT
(Nata,
1994, hal. 4-6)
Berdasarkan ciri-ciri dari suatu akhlak di atas, maka
seorang
pendidik Muslim yang merniliki akhlak yang baik tentunya
memenuhi
kriteria ciri-ciri tersebut. Begitupun sebaliknya, seorang yang
memiliki
akhlak yang buruk tentu tidak masuk dalam ciri-ciri Muslim
yang
berakhlak.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya
dan pendidikan pada umunya, ada tiga aliran yaitu:
a. Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap
diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya
dapat
berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah
memiliki
bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut
lebih
baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak
kurang
menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.
b. Aliran Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap
pembentukan diri seorang adalah faktor dari luar, yaitu
lingkugan sosial
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
penddidikan
dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka
baiklah
anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya
kepada
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan penjajahan. (H.
A.
Mustofa, 1999, hal. 91)
c. Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi
pembentukan akhlak yakni faktor internal (pembawaan) dan faktor
dari
luar (lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah yang
lebih
baik yang dibina secara intensif secara metode.
Pembinaan akhlak kepada siswa merupakan pendidikan dasar
bagi
siswa tersebut, karena pada masa perkembangan dan pertumbuhan
ini siswa
akan dapat terbiasa dalam melaksanakan kebiasaan baik yang telah
diajarkan
oleh guru mereka. Agama Islam memberikan bimbingan dan
pengarahan
kepada manusia sejak masa kanak-kanak hingga ke akhir hayat
yaitu Islam
mengajarkan tiga konsep yaitu iman, ibadah dan akhlak. Mereka
yang beriman
dan mengamalkan kewajiban agama dengan sebaik-baiknya akan
berbuah pula
dalam penampilan akhlak yang semakin luhur terpuji. Segala
sesuatu
dipikirkan dengan pertimbangan agama Sesuatu yang berdosa dan
dilarang agama
akan ditinggalkannya, walaupun tidak ada orang yang melihatnya.
(Yudho
Porwoko, 2001, hal. 37)
Pembinaan merupakan suatu usaha atau kegiatan memberi
bimbingan. Bimbingan merupakan arti dari kata ‘guidance’ berasal
dari
kata dasar ‘guide’ yang mempunyai beberapa arti, yaitu: (a)
menunjukkan
jalan (showing the way),(b) memimpin (leading), (c) memberikan
petunjuk
(giving instruction), (d)mengatur (regulating), (d)
mengarahkan
(governing), dan (e) memberi nasehat (giving advice)
4. Anak
Anak adalah karunia dari Allah yang diberikan kepada
manusia.9
Menurut Al-Ghazali, dikutip Syarifuddin, bahwa anak adalah
amanah di
tangan ibu bapaknya (Syarifuddin, 2007:59). Dalam penelitian ini
adalah
anak yang berusia 715 tahun yang membutuhkan bimbingan dan
pendidikan dari orang tua pada aspek agama.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis
meliputi:
a. Tahap enam tahun pertama (0-6 tahun); tahap perkembangan
fungsi pengindaran yang memungkinkan anak mulai mampu untuk
mengenai lingkungannya.
b. Tahap enam tahun kedua (7-12 tahun); tahap perkembangan
fungsi ingatan dan imajinasi individu yang memungkinkan anak
mulai
mampu menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal
dan
menganalisis lingkungannya.
c. Tahap enam tahun ketiga (13-18 tahun); tahap perkembangan
fungsi intelektual yang memungkinkan anak mulai mampu
mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan-hubungan
antar variabel di dalam lingkungannya.
d. Tahap enam tahun keempat (19-24 tahun); tahap perkembangan
fungsi kemampuan berdedikari, self derection dan self controle.
e. Tahap 25 tahun lebih sebagai kematangan pribadi; tahap dimana
intelek memimpin perkembangan semua aspek kepribadian menuju
kematangan pribadi dimana manusia berkemampuan mengasihi
Allah dan sesama manusia (Dalyono, 2005, hal. 101-102).
Tahap-tahap pertumbuhan pada diri manusia dapat dijadikan
acuan
bagi para pendidik seperti atau terutama orang tua untuk
memahami dan
melandasinya dengan pendidikan yang tepat sesuai dengan
perkembangannya.
5. Peranan Orang Tua dalam Membina Akhlak Anak
Pendidikan dimulai dari rumah tangga, dilanjutkan di sekolah
sekaligus dalam masyarakat. Maka syarat-syarat yang diperlukan
dalam
mendidik anak di sekolah: sekolah maupun masyarakat adalah
kebutuhan-
kebutuhan pokoknya harus dijamin, baik kebutuhan jasmani
maupun
kebutuhan psikis dan sosial. Dimana harus terjamin makan minum
yang
cukup memenuhi syarat kesehatan untuk pertumbuhannya di
rumah,
sekolah dan masyarakat. Di rumah anak harus:
a. Merasa disayangi, oleh ibu bapak, guru dan kawan-kawan. Anak
yang merasa kurang disayangi, atau kurang diperhatikan
kepentingan akan kebutuhannya, akan merasa hidupnya
menderita.
b. Merasa aman dan tenteram dimana ia tidak sering dimarahi,
dihina, diperlakukan tidak adil, diancam oleh orang-orang
disekelilingnya.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c. Merasa dihargai misalnya ia berbicara atau bertanya didengar
dan dijawab seperlunya jika ia bersalah ditegur atau dimarahi
tidak
dihadapan kawan-kawan yang dia sukai.
d. Merasa sukses sejak kecil ia harus mendidik dan mengajar anak
sesuai dengan kemampuan bakat dan pertumbuhannya, jangan
sampai ia merasa bahwa terlalu jauh yang harus dijangkaunya.
e. Terpenuhi kebutuhannya dan kepadanya diberikan kesempatan
untuk dapat mengenal sesuatu yang diinginkan (Zakiyah Drajat,
hal. 42-44).
Orang tua di Sini sebagai pedoman dan suri tauladan bagi
anakanak
mereka dalam mengerjakan perintah Allah yakni ibadah shalat oleh
karena
itu, pembentukan kepribadian anak di rumah melalui
peningkatan
pertimbangan moral anak yang dipakukan oleh orang tua. Orang
tua
adalah pendidik utama anak-anak dan sekaligus figur utama yang
akan
ditiru dan diteladani. Oleh karena itu, seharus para orang tua
Muslim
bertindak sebagai figur teladan yang baik, bukan figur teladan
yang buruk
(Halim, 2000, hal. 135). Pemberian teladan yang baik kepada
anak-anak
tetap lebih afdhal dalam menetapkan pokok-pokok pendidikan
kepada
mereka, termasuk dalam bimbingan ibadah shalat. Maka sebaiknya
para
orang tua muslim bertindak sebagai figur yang baik diteladani
oleh anak-
anaknya. Dan sekiranya tidak mampu bertindak demikian, setidak
harus
mengungkapkan kekurangan dirinya secara jujur di hadapan
anak-anak.
Menurut Hasbullah, ada lima dasar tanggung jawab orang tua
terhadap pendidikan anaknya, di antaranya:
a. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai
hubungan orang tua dan anak
b. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi
kedudukan orang tua terhadap keturunannya.
c. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada
gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan
negara.
d. Memelihara dan membesarkan anaknya. e. Memberikan pendidikan
dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak,
sehingga
bila ia telah dewasa akan mampu mandiri (Hasbullah, 2007,
hal.
15).
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah
(suci)
dari segala noda dan dosa, karena itu mereka dilahirkan ke dunia
ini
adalah untuk memegang tanggung jawab sekaligus sebagai khalifah
di
muka bumi, untuk menjalankan ajaran-ajaran agamanya atau
perintahNya,
serta meninggalkan segala apa yang telah dilarang dalam
agama.
Allah SWT berfirman dalam Al Beqarah ayat 128 sebagai
berikut:
َََكَ َل لَِمًة َمًةَُمسيُاَأ تِنَ ِيَ ر َذُ َلََكََومِني ِ
لَِمْيي نَاَُمسي
َعلي َبنَاََواجي َ َر ُ َواُبَالَرِحيم َتَاتلَ
ي نَََكَأ ِن ََۖإ ا ََعلَيينَ رِنَاََمنَاِسَكنَاََوتُبي
َ َوأ
Artinya: “Ya Robb kami, jadikanlah kami berdua sebagai orang
yang
tunduk patuh kehendak-Mu dan jadikanlah di antara anak cucu
kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu” (Al-Baqarah, hal.
128)
Kepribadian menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi dan
merupakan interaksi antara kesanggupan-kesanggupan bawaan yang
ada
pada individu dengan lingkungannya (Purwanto,1991, hal. 156).
Pribadi
Muslim yang dikehendaki setiap orang tua kepada
anak-anaknya,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ghazali memiliki ciri-ciri
sebagai
berikut:
a. Memiliki wawasan keilmuan, dengan meningkatkan kemampuan
intelektualnya dengan tidak henti-hentinya belajar dan menimba
ilmu pengetahuan, baik dari literatur atau alarn sekitarnya.
b. Memiliki wawasan keagamaan dengan mempertebal keimanan dan
ketakwaannya.
c. Memiiki wawasan kebangsaan dengan membekali diri dengan
wawasan kebangsaan meliputi ilmu politik, ilmu tata negara,
sejarah dan lain sebagainya.
d. Memiliki wawasan kemasyarakatan dengan menambah wawasan
kemasyarakatan seperti menanamkan jiwa kepedulian sosial dan
Iain sebagainya.
e. Memiliki wawasan keorganisasian dengan mempelajari wawasan
organisasi (Haqani, 2004, hal. 103-104).
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Artinya pribadi muslim pada diri anak harus menggabungkan
lima
wawasan utama yaitu merniliki wawasan keilmuan, merniliki
wawasan
keagamaan, wawasan kebangsaan, wawasan kemasyarakatan dan
memiliki
wawasan keorganisasian.
Pada hakikatnya tanggung jawab itu adalah tanggung jawab
yang
besar, dimulai dari masa kelahiran sangat penting, sebab
tanggung jawab
itu dimulai dari masa kelahiran sampai berangsur-angsur anak
mencapai
masa balita, pubertas dan sampai anak menjadi dewasa yang
wajib
memikul segala kewajiban. Tidak diragukan lagi bahwa orang
tua
melaksanakan tanggung jawab secara sempurna dan menjalankan
hak-hak
dengan penuh amanah dan kemauan sesuai dengan tuntunan
Islam.
Islam sangat memperhatikan terhadap perkembangan jiwa
manusia,
terutama pengawasan yang menyeluruh terhadap pendidikan yang
meliputi
terhadap individu dan masyarakat. Juga seluruh tahap
pertumbuhan
manusia, yaitu; sejak dari masa kehamilan, proses kelahiran,
masa tumbuh
kembang, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa (dewasa
awal),
dan masa tua (dewasa menengah serta akhir) (Zuhaili, 2002, hal.
17).
Berarti sejak anak lahir hingga menjadi dewasa semua proses
pendidikan telah diatur di dalam Islam. Islam juga memperhatikan
posisi
manusia sebagai makhluk individu dengan segala kebutuhannya
dan
manusia sebagai makhluk sosial dengan kebutuhannya pula.
Islam
mengatur bagaimana seorang muslim bisa menjadi orang yang tidak
egois
di satu sisi dan tidak menjadi sosial di sisi yang lain. Islam
mengajarkan
bagaimana pendidikan itu dilakukan etas prinsip keseimbangan
manusia
sebagai makhluk individu dan manusia sebagai makhluk sosial.
Firman
Allah SWT :
َ رِ يكََ ن مُي ل ا َ ِن َعَ يهَ ن ا َو َ وِف ُر عي يمَ ل ِا ب َ
ري مُ
يأ َو َ َ ة ََل الَص َ ِِم ق
َأ َ ََنَ بُ َ ا َ ي
َِ ور مُُ َاألي ِم زي َعَ ني َمِ َِك َٰل َذَ َِن إ َ َۖ ََك ب ا
َص
َأ َ ا َمَ ََٰ َََعَ ي ِِب اصي َو
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah) (Q S. Lukman, hal. 17).
Syari'at Islam tidak dihayati dan diamalkan begini saja, tetapi
harus
dididik melalui proses pendidikan, sebab pendidikan Islam lebih
harus
dididik melalui sikap mental yang terwujud dalam amal perbuatan,
baik
segi keperluan diri sendiri maupun orang lain- dilihat dari segi
lain
pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetani juga
bersifat
praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal
sholeh
Sebab pendidikan sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal
ajaran
Islam merupakan ajaran yang berisi tentang sikap dan tingkah
laku pribadi
seseorang dalam bermasyarakat, menuju kesejahteraan hidup
individu dan
kelompok, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu
dan
pendidikan masyarakat. Adapun orang yang pertama bertugas
dalam
mendidik adalah para Nabi dan Rasul selanjutnya para ulama,
sebagai
penerus dan kewajiban mereka. (Idrus, 2006, hal. 233)
Secara kodrati, anak memerlukan pendidikan atau bimbingan
dari
orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari
kebutuhan-
kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di
dunia ini.
Tujuan pendidikan itu adalah untuk meningkatkan kualitas
manusia
sebagai sumber daya pembangunan yang mernpunyai keimanan,
ketaqwaan dan memiliki kepribadian yang luhur dan bertanggung
jawab
terhadap pembangunan bangsa. Merealisasikan tujuan pendidikan
tersebut
perlu pembinaan dan menerapkan dasar pendidikan sejak usia
dini.
Keluarga merupakan tahap awal untuk menerapkan dasar pendidikan
dan
pengenalan dasar agama, sebab anak sebelum mengenal dunia luar
banyak
mendapatkan pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya,
terutama
dari rumah tangga (lingkungan keluarga). Anak sejak lahir telah
banyak
mendapatkan pengaruh, terutama dari orang tuanya, saudaranya
serta
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
seluruh anggota keluarganya, disamping itu juga dipengaruhi oleh
teman-
teman sebayanya.
Pendidikan keluarga adalah kebiasaan yang dimiliki anak-anak
sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak anak
bangun
tidur hingga ke saat akan tidur kernbali, anak-anak menerima
pengaruh
dan pendidikan dari lingkungan keluarga. (Jalaluddin, 2006, hal.
20).
Dalam pendidikan keluarga, ibu memegang peranan yang sangat
penting dan utama. Jika seorang ayah memiliki tanggung jawab
untuk
menjadi pemimpin dan menafkahi keluarga melalui tanggung
jawab
kepemimpinannya, maka seorang ibu memiliki tanggung jawab
untuk
mendidik anak-anak mereka agar memiliki kepribadian yang luhur
dan
mulia.
Pendidikan terhadap anak dan pemberian perhatian terhadap
mereka ketika kecil sering dikenal dengan istilah pengasuhan.
Kaum
perempuan (ibu) dalam hal ini lebih mampu dari pada kaum pria,
karena
mereka memang diciptakan mempunyai kemampuan seperti itu.
Ditambah
lagi dengan adanya sifat kelembutan, kasih sayang dan ibu
lebih
didahulukan daripada ayah (Suwaid, hal. 185).
Anak adalah generasi penerus bangsa. Anak akan meneruskan
cita-
cita dan perjuangan agama bangsa dan negara. Dia juga yang
akan
menduduki roda pemerintah kelak. Maka dari itu, orang tua lah
yang harus
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak baik fisik
maupun
mentalnya. Sebagaimana yang dikatakan al-Ghazali dalam Nur
Uhbiyati
sebagai berikut:
Anak adalah amanat Allah dan harus dijaga dan dididik untuk
mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada
Allah. Semua bayi yang dilahirkan ke dunia ini, bagaikan
sebuah
mutiara yang belum diukir den belum terbentuk tapi amat
bernilai
tingi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan
membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan
disenangi sernua oreng. Maka ketergantungan anak kepada
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pendidiknya termasuk kepada kedua orang tuanya, tampak
sekali.
Maka ketergantungan ini hendaknya dikurangi secara bertahap
sampai akil baligh (Uhbiyati, 1998, , hal. 91-92).
Pembinaan pribadi Muslim pada anak tidak terjadi begitu saja,
akan
tetapi melalui pembinaan dan pendidikan.
Segi praktisnya adakah melatih anak mentaati perintah Allah
dan
menjauhi larangan-Nya. Jika pendidik mendidik anak
mengerjakan
perbuatan munkar atau berbuat dosa, seperti mencuri, atau
mengeluarkan kata-kata kotor, hendaknya diperingatkan dan
dikatakan kepadanya bahwa ini perbuatan munkar, keji, busuk
dan
hukumnya haram (Ulwan, 1981, hal. 61).
Pendidikan agama, dalam pembinaan kepribadian sebenarnya
telah
mulai sejak anak lahir, bahkan sejak dalam kandungan. Keadaan
orang
tua, ketika si anak dalam kandungan, mempengaruhi jiwa anak yang
akan
dilahirkan, hal ini banyak terbukti dalam perawatan jiwa
(Zakiyah Darajat,
1976, hal. 130).
Pendidikan yang berlangsung di keluarga (rumah tangga)
adalah
sebelum anak mengenal atau menerima berbagai macam bentuk
atau
berbagai macam yang datangnya dari luar lingkungan keluarga,
disini
keberadaan orang tua lebih dituntut untuk berperan aktif untuk
mendidik
anak-anaknya dalam upaya untuk membentuk manusia yang
berkepribadian luhur, berkualitas dan bertaqwa, ajaran Islam
telah
menganjurkan dan merupakan suatu kewajiban untuk mendidik diri,
anak
dan keluarga.
Sikap orang tua terhadap agama, akan memantul kepada si
anak.
Jika orang tua menghormati ketentuan-ketentuan agama, maka
akan bertumbuhlah pada anak sikap menghargai agama, demikian
pula sebaliknya jika sikap orang tua terhadap agama itu
negatif,
acuh tak acuh, atau meremehkan, maka itu pulalah sikap yang
akan
bertumbuh peda anak (Zakiyah Darajat, 1976, hal. 130).
Orang tua dituntut untuk mendidik, terutama dirinya sendiri,
anaknya, keluarganya kemudian barulah kepada orang lain, sebab
anak
sebelum mengenal dunia luar telah banyak mendapatkan pengaruh
dari
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
lingkungan keluarganya, terutama dari ibunya, sebab ibulah yang
pertama
kali mendidik anak-anaknya
Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui
pengalaman
hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam
masyarakat lingkungan, semakin banyak pengalaman yang
bersifat
agarna, akan semakin banyak unsur agama dalam pribadi anak,
apabila dalam pribadinya banyak unsur agama, maka sikap,
tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai
dengan ajaran Islam (Zakiyah Darajat, 1976, hal. 70).
Orang tua adalah pusat kehidupan rohani sianak dan sebagai
penyebab berkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi
emosi anak
dan pemikirannya dikemudian hari, terpengaruh oleh sikapnya
terhadap
orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu (Zakiyah Darajat,
1976, hal.
61). Di lingkungan keluarga yang menjadi pemirnpin adalah orang
tua,
orang tua harus mampu dan pandai mengurus dan mendidik
anak-anaknya,
tahu akan segala sesuatu akan kewajiban yang harus dilaksanakan,
maka
anak tersebut akan menjadi anak yang berguna baik bagi dirinya,
orang
tuanya, saudaranya, keluarganya, masyarakat maupun bagi bangsa
dan
agamanya. Akan tetapi sebaliknya apabila orang tua tidak
pandai-pandai
mendidik mengurus anak-anaknya, maka anak tersebut akhirnya
hanya
akan mencelakakan dan menyusahkan kepada dirinya, orang
tuanya.
saudaranya, masyarakat maupun bangsa dan agamanya
Pembinaan kepribadian enak telah mulai dalam keluarga sejak
ia
lahir, bahkan sejak dalam kandungan. Kepribadian yang masih
dalam
permulaan dan pertumbuhan itu sangat peka dan mendapatkan
unsur
pembinaannya melalui pengalaman yang dirasakan; baik melalui
pendengaran, penglihatan, perasaan dan perlakuan yang
diterimanya
(Zakiyah Darajat, 1976, hal. 71).
Pada masa kini orang tua harus bisa mendidik, membina dan
mengembangkan bakat (potensi) yang dibawa anak semenjak lahir,
apabila
potensi (pembawaan) yang dibawa anak sejak lahir tidak
dikembangkan,
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
maka potensi tersebut tidak berguna, baik bagi dirinya, orang
tuanya,
keluarganya, saudaranya, masyarakatnya maupun bagi agamanya.
Akhlak yang ada pada diri seseorang merupakan perbuatan yang
telah ada dan melekat pada dirinya, yang menunjukkan dirinya
yang
sebenarnya dan dilakukan dengan niat ibadah kepada Allah. Ada
beberapa
macam akhlak serta contoh yang termasuk ke dalam golongan
akhlakul
karimah, diantaranya:
a. Akhlak yang berhubungan dengan Allah. Beberapa contoh
akhlakul karimah yang termasuk kedalam akhlak yang berhubungan
dengan
Allah yaitu: mentauhidkan Allah, takwa, berdo'a, dzikrulloh
dan
tawakkal.
a. Akhlak diri sendiri. Contoh akhlakul karimah terhadap diri
sendiri yaitu: sabar, syukur, tawadhu, benar, iffah, menahan diri
dari
marah, amanah, syaj'ah, serta kona'ah.
b. Akhlak terhadap keluarga. Contoh akhlakul karimah terhadap
keluarga yaitu: birrul walidain, adil terhadap saudara, serta
membina dan mendidik keluarga
c. Akhlak terhadap masyarakat. Contoh akhlakul karimah dalam
akhlak terhadap masyarakat yaitu: ukhuwah, ta'awun, adil,
pemurah, penyantun, pemaaf, menepati janji, musyawarah, dan
wasiat di dalam kebenaran
d. Akhlak terhadap alam. Contoh akhlakul karimah dalam akhlak
terhadap alam yaitu memperhatikan dan merenungkan penciptaan
alam dan memanfaatkan alam (Ahmadi dan Nur Salimin, 2004,
hal.
207).
Mahjuddin dalam bukunya yang berjudul Membina Akhlak anak,
menjelaskan bahwa secara umum ada dua cara yang dapat dilakukan
oleh
orang tua dalam upayanya membina akhlak anak dalam keluarga,
yaitu:
a. Menanamkan nilai-nilai akhlak baik terhadap anak. Beberapa
hal yang harus dilakukan orang tua dalam upayanya menanamkan
nilai-nilai akhlak baik terhadap anak dalam keluarga,
diantaranya:
1) Menanamkan nilai akhlak baik sebelum anak lahir (masa
pranatal).
2) Menanamkan nilai akhlak baik pada bayi (masa vital) dan masa
kanak-kanak.
3) Menanamkan nilai akhlak baik pada anak periode intelektual 4)
Memberikan bimbingan akhlak baik peda anak remaja.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
5) Memberikan bimbingan akhlak baik peda anak yang sudah
dewasa.
b. Mengadakan tindakan preventif, represif den kuratif terhadap
akhlak buruk anak. Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua
sebagai tindakan preventif, represif dan kuratif dalam
upayanya
membina akhlak anak dalam keluarga diantaranya
1) Mengawasi anak dari pergaulan bebas (free sex) dan
menanggulanginya bila terlibat di dalamnya.
2) Mengawasi anak agar tidak terlibat dalam pemakaian bahan
narkotika dan menanggulanginya bila terjerumus didalamnya.
3) Mengawasi anak agar tidak terlibat dalam perbuatan
kriminalitas dan menanggulanginya bita terjerumus
didalamnya (Mahjuddin, 1999, hal. 73).
Akhlak yang berlandaskan ajaran agama lebih memungkinkan
setiap muslim menjadi seorang hamba Allah yang sejati.
Pembentukan jati
diri seorang muslim tentu membutuhkan dimensi akhlak yang
berasal dari
ajaran agama yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits. Akhlak
yang
terbentuk benar-benar berdasarkan kriteria-kriteria yang
diinginkan Allah
sebagai pencipta manusia.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dalam keluarga anak pertama-tama mendapatkan
didikan
dan bimbingan. Dikatakan sebagai lingkungan yang utama,
karena
sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga,
sehingga
pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam
keluarga
seperti dikemukakan oleh Hasbullah: "Tugas utama keluarga
bagi
pendidikan anak ialah sebagai peletak desar bagi pendidikan
akhlak dan
pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar
diambil
dari kedua orang tuanya den dari anggota keluarga yang lain”
(Hasbullah,
hal. 38). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bentuk
pertama
pendidikan akhlak terdapat dalam keluarga yakni para orang
tua.
Sebagai salah satu penanggung jawab dalam memberikan bantuan
dan bimbingan terhadap upaya menanamkan nilai-nilai akhlak pada
anak,
peran orang tua juga turut menentukan keberhasilannya.
Karena
kepribadian, sikap dengan cara hidup mereka merupakan
unsur-unsur
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan
masuk ke
dalam pribadi anak yang sedang bertumbuh. Bahkan sikap anak
terhadap
guru agama dan pendidikan agama di sekolah sangat dipengaruhi
oleh
sikap orang tuanya terhadap agama dan guru agama khususnya.
Menurut Mahjuddin, ada beberapa cara yang harus dilakukan
orang
tua dalam membimbing kepribadian agama anaknya pada masa
intelektual, yaitu:
a. Membiasakan anak selalu beribadah dan mengikutsertakan dalam
acara-acara keagamaan.
b. Selalu mengingatkan anak ketika hendak berangkat ke sekolah
dan ketika ia pulang agar selalu berbuat baik.
c. Tetap mengawasi pergaulan anak ketika bermain dengan temannya
dan dilarang bersama-sama dengan anak yang nakal.
d. Menitipkan kepada gurunya agar menegur anak tersebut bila
kurang baik tingkah lakunya dan melaporkan kepada orang tuanya
bila guru tidak bisa mengatasinya.
e. Selalu mengontrol buku-buku bacaan anak karena kadang-kadang
ia menemukan dari teman-temannya buku-buku yang bisa merusak
akhlaknya. Dan membiasakannya senang membaca buku-buku
agama, sejarah pahlawan bangsa, ilmuwan-ilmuwan yang
terkemuka dan melihat gambar-gambar bisa merangsang dirinya
berbuat luhur dan sebagainya (Mahjuddin, 2009, hal. 89)
Lingkungan keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama
untuk mengembangkan potensi-potensi yang dibawa oleh anak;
anak
belum mengenal dunia luar telah banyak mendapatkan
pengaruh-pengaruh
dari lingkungan keluarganya baik yang sifatnya menyenangkan
maupun
yang menyedihkan.
Keluarga harus berusaha membina individu umat dengan segala
kekhususan den keistimewaannya. Dengan demikian, keluarga
tersebut
telah menciptakan kondisi keluarga shaleh dengan segala
kekhususan dan
keistimewaannya. Kemudian baik disadari maupun tidak, berarti ia
telah
ikut andil dalem membina masyarakat teladan yang nyata dengan
segala
kekhususan dan keistimewaannya, di dalam rangka menciptakan
individu
masyarakat dan keluarga yang shaleh. Tentang cara menanamkan
nilai-
nilai akhlak pada anak juga dikemukakan oleh Halim dengan
mengatakan:
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Dalam rangka mendidik akhlak kepada anak-anak, selain harus
kita
berikan keteladanan yang tepat juga harus kita tunjukkan
tentang
bagaimana kita harus bersikap, bagaimana kita harus
menghormat
dan seterusnya. Kalau kita ingin dihormati oleh orang Iain,
terutama Oleh anak-anak kita sendiri tentulah harus kita awali
dari
diri kita sendiri untuk berbuat baik kepada sesama dan
berbakti
kepada kedua orang tua kita. Maka dengan mengawalinya
demikian, niscaya orang Iain pun akan menghormati kita dan
anak-
anak pun akan berbakti kepada kita (Halim, 2003, hal.
110-111).
Banyak cara yang dapat dilakukan orang tua dalam rangka
menanamkan atau mendidik nilai-nilai akhlakul karimah kepada
anak-
anak dalam lingkungan keluarga. Pendidikan anak-anak harus
diarahkan
kepada pendidikan akhlak berdasarkan syariat. Islam, karena
dengan
pendidikan akhlak tersebut anak-anak akan terbiasa dalam
kehidupannya
setelah mereka menginjak usia remaja dan dewasa.
B. Studi Relevan
Penelitian Junaidi 34 Tahun 2007 mengenai Pelaksanaan
Pendidikan
Akhlak anak dalam Keluarga di Rukun Tetangga (RT) 02 Desa Muaro
Jambi
Kecamatan Muaro Sebo Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini
menemukan
bahwa kondisi pendidikan anak dalam keluarga di RT. 02 Desa
Muaro Jambi
dimana anak tetap diberikan pendidikan yang layak meskipun
dengan kondisi
ekonomi yang masih belum stabil bagi setiap keluarga.
Pelaksanaan
pendidikan akhlak bagi anak yang dilakukan oleh orang tua di RT.
02 Desa
Muaro Jambi melalui pembiasaan berakhlak baik, melalui
keteladanan
berprilaku sebagai orang tua, memberikan nasehat untuk tetap
berakhlak
mulia kepada anak dan memberikan perhatian terhadap perkembangan
akhlak
anak. Kendala yang dihadapi orang tua dalam pendidikan akhlak
bagi anak di
RT. 02 Desa Muaro Jambi adalah kesibukan orang tua dan bekerja
dan
rendahnya pendidikan orang tua sehingga kurang mengetahui
konsep
pendidikan akhlak yang baik dan benar kepada anak. Solusinya
dengan
mengurangi kerja dan berkonsultasi dengan tokoh agama
mengenai
pendidikan akhlak anak. Upaya yang dilakukan orang tua untuk
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
meningkatkan pendidikan akhlak bagi anak di RT. 02 Desa Muaro
Jambi
dengan peningkatan perhatian kepada perkembangan akhlak anak dan
selalu
konsultasi dan bekerja sama dengan tokoh agama dalam membina
akhlak
anak. memotivasi anak dengan memberikan pujian, hadian dan
hukuman agar
selalu berakhlak baik. Hasil yang dicapai dari pendidikan akhlak
bagi anak di
RT. 02 Desa Muaro Jambi dimana ada yang berhasil dengan wujud
prilaku
anak yang patuh kepada orang tua dan memiliki akhlak yang mulia
seperti
bersikap jujur, tidak mencuri dan berkelahi serta rajin sekolah
dan ada yang
tidak berhasil dimana anak masih tidak berakhlak mulia seperti
masifh
berbohong, mencuri, berkelahi, bolos sekolah dan melawan orang
tua.
Penelitian Syukri (2011) mengenai Pembinaan Kepribadian Islam
bagi
Remaja di Desa Pagar Puding Kecamatan Tebo Ulu Kabupaten Tebo.
Hasil
temuan penelitian ini adalah pelaksanaan pembinaan kepribadian
islam bagi
remaja Desa Pagar Puding melalui usaha-usaha yaitu pembiasaan
berprilaku
terpuji, memberikan keteladanan dalal berprilaku, memberikan
nasehat
kepada anak yang menjunjung nilai-nilai agama dan memperhatikan
prilaku
sehari-hari dari anak agar tidak menyimpang dari agama. Kendala
pembinaan
kepribadian Islam bagi remaja di Desa Pagar Puding adalah
kesibukan orang
tua dalam bekerja dan rendahnya pendidikan orang tua, sehingga
banyak
pendidikan agama yang tidak terlaksana, di samping banyaknya
pengangguran den pengaruh lingkungan sosial yang buruk.
Upaya
meningkatkan pembinaan kepribadian Islam bagi remaja di Desa
Pager
Puding dengan menyempatkan diri lagi untuk mendidik dan
berkonsultasi
dengan tokoh agama tentang bagaimana memberikan pendidikan
agama
kepada anak di dalam keluarga, dan mengikutsertakan remaja dalam
PI-IBI
yang bisa bermanfaat untuk menambah wawasan keislamannya.
Penelitian Patimah 36 tahun 2012 mengenai Pendidikan Agama
Islam
pada Anak di Rukun Tetangga 05 Desa Tanjung Pauh Kecamatan
Mestong
Kabupaten Muaro Jambi. Hasil penelitian ini adalah pendidikan
agama Islam
pada anak di RT. 05 Desa Tanjung Pauh belum berlangsung dengan
baik, di
mana orang tua telah memberikan pendidikan akhlak secara
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
berkesinambungan dalam bentuk keteladanan, pembiasaan dan
nasehat agar
anak selalu dalam kondisi akhlak yang terpuji atau mulia.
Kendala dalam
pendidikan agama Islam pada anak di RT. 05 Desa Tanjung Pauh
adalah
kesibukan orang tua bekerja yang sulit membagi waktu dengan
pendidikan
anak, pengaruh negatif media informasi seperti televisi,
handphone dan Play
station yang membuat orang tua kesulitan mengarahkan anak untuk
dididik,
dan rendahnya pendidikan orang tua, sehingga semua hal ini
menjadi kendala
bagi orang dan pengaruh lingkungan pergaulan sebaya. Upaya
meningkatkan
pendidikan agama Islam pada anak di RT. 05 Desa Tanjung Pauh
dengan
memperbanyak memberi perhatian terhadap kegiatan agarna dari
anak dan
meningkatkan pengawasan terhadap dalam menjalan syariat.
Penelitian Junaidi merniliki kedekatan dengan penelitian
ini,
samasama meneliti tentang akhlak anak yang dilakukan orang tua
dalam
keluarga, hanya saja settingnya berbeda dengan penelitian ini
yaitu Rukun
Tetangga (RT) 02 Desa Muaro Jambi Kecamatan Muaro Sebo
Kabupaten
Muaro Jambi. Penelitian Syukri dikhususkan mengenai remaja,
bukan anak-
anak dengan setting di Desa Pager Puding Kecamatan Tebo Ulu
Kabupaten
Tebo. Sedangkan penelitian Patimah mengenai pendidikan agama
Islam bagi
anak secara umum, bukan pembinaan akhlak seperti penelitian
ini.
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekataan dan Metode Penelitian
Sesuai dengan metode penetitian dan permasalahan yang
dipaparkan
sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Menurut
Sugiyono, metode penelitian kualitatif merupakan metode
penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di
mana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan
hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi
(Sugiono,2009, hal.
1).
Menurut Bogdan dan Taylor metode kualitatif adalah penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-
orang atau perilaku yang dapat diamati (Moelong,2007, hal. 4).
Menurut
Suparlan mengemukakan bahwa biasanya bila dikaitkan dengan
pengertian
yang sama dengan pendekatan yang dalam antropologi dikenal
dengan nama
pendekatan Holistik (Pattifima.2007, hal. 3).
B. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam lingkup Desa Pematang
Rahim
Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dengan
tidak
mengabaikan lembaga terkait lainnya, maka penelitian ini
terfokus pada peran
orang tua dalam membina akhlak anak di Desa Pematang Rahim
Kecamatan
Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Dalam penetitian Kualitatif tidak dikenal konsep
"Keterwakilan"
contoh atau sampel dalam rangka generalisasi yang berlaku bagi
populasi.
Yang dikenal adalah keluasan dan pencakupan rentangan informasi.
(Faisal,
1999, hal. 38). "Subjek yang diteliti diambil menggunakan teknik
snowball
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada
awalnya
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan
karena dari
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu
memberikan data
yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat
digunakan
sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data
akan
semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama
menjadi
besar. (Sugiyono,2009, hal. 54).
Menyebarnya pilihan sampel baik untuk informan yang hendak
diwawancarai maupun untuk situasi yang diobservasi, pada
akhirnya akan
sampat kepada titik terminal, dalam artian bahwa penelitian
sampel terminal
tersebut dapat terjadi karena keterbatasan waktu dan dana bagi
peneliti untuk
meneruskan penelitiannya bahkan dapat juga disebabkan karena
dianggap sudah tidak banyak lagi akan memperoleh tambahan
data/informasi
baru.
Dasar pertimbangan digunakan snowball sampling karena teknik
penarikan sampel dengan cara ini dianggap lebih repsentatif baik
dari sudut
pengumpulan data maupun dalam pengembangan data. Penelitian
ini
menerapkan orang tua sebagai infoman kunci sedangkan anak
sebagai informan tambahan.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua
jenis
yaitu sebagai berikut :
1) Data Primer
"Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data
tersebut
menjadi data sekunder bila digunakan orang yang tidak
berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan.
(Mukhtar,2007, hal. 87).
Data primer yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah
data tentang peran orang tua dalam membina akhlak anak di
desa
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Pematang rahim kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung
Jabung Timur.
Adapun yang termasuk keda1am data primer antara lain
sebagai berikut :
a) peran orang tua dalam membina akhlak anak di desa
Pematang
rahim kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
b) Bagaimana peran orang tua dalam membina akhlak anak di
desa
Pematang rahim kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung
Jabung Timur.
c) Bagaiamana upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam
menanggulangi kendala peran orang tua dalam membina akhlak
anak di desa Pematang rahim kecamatan Mendahara Ulu
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara
langsung dari responden. Data sekunder yang diambil dalam
penelitian ini adalah berupa dokumentasi, geografis, historis
desa
Pematang rahim kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Keadaan penduduk dan ekonomi, keadaan
pendidikan
dan agama, keadaan sarana dan prasarana. struktur Organisasi
serta
keadaan yang berkenaan dengan penelitian.
b. Sumber data
Sumber data yang mendukung dan akan dipergunakan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Orangtua
2. Anak
3. Masyarakat
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam melafrukan penelitian. Karena tujuan datam suatu
penelitian adalah
mendapatkan informasi atau data yang akurat, penulis menggunakan
metode
yang cocok dan sesuai dengan jenis data yang akan diambil,
tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, penulis tidak akan
mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang titetapkan, adapun tekinik
pengumpulan
data yang penulis gunakan ada tiga macam, yaitu, observasi,
wawancara dan
dokumentasi.
a) Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan
hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai
dunia
kenyataan yang diperoteh melalui observasi.
Penulis menggunakan metode observasi untuk melihat penerapan
nilai agama islam dalam membina akhlak anak usia 7sampai 12
tahun di
desa Pematang Rahim Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten
Tanjung
Jabung Timur. Bagaimana peran orang tua dalam membina akhlak
anak
di desa Pematang rahim kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten
Tanjung
Jabung Timur.
b) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang di
ajukan
oleh pewawancara. (Moleong, 2011, hal. 186).
Kegunaan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh data
secara langsung antara penefiti dan subjek penelitian, adapun
yang
terlibat dalam wawancara ini adalah tokoh masyarakat, orangtua
dan
anak yang berada di desa pematang rahim kecematan mendahara
ulu
kabupaten tanjung jabung timur.
Jenis wawancara ini terstruktur dan tertutup dengan
menggunakan
pedoman wawancara yang berkenaan dengan:
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
1. Bagaimana kondisi Akhlak anak di Desa Pematang Rahim
Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
2. Bagaimana kendala orang tua dalam membina Akhlak anak di
Desa Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten
Tanjung Jabung Timur?
3. Bagaimana peran orang tua dalam Membina akhlak anak di
Desa
Pematang Rahim Kecematan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung
Jabung Timur?
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, catatan harian,
agenda dan
sebagainya yang masih berkenaan dengan penelitian. Metode
dokumentasi ini penulis gunakan untuk mendapatkan data
tentang:
1. Sejarah tentang Desa Pematang Rahim Kecamatan Mendahara
Ulu
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2. Struktur Organisasi
3. Keadaan sarana dan prasarana
4. Keadaan penduduk dan ekonomi
5. Keadaan pendidikan dan agama
Data lain yang masih ada hubungannya dengan penelitian ini.
Dengan adanya metode tersebut maka penulis akan mudah
mendapatkan
data yang tidak ditemukan dalam observasi dan wawancara.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematisdata yang di peroleh dari hasil wawanacara, catatan
lapangan, dan
dokumentasi,dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori,
menjabarkan ke unit- unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari. dan
membuat
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun
orang lain
(Sugiyono, 2010, hal. 89).
Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai
tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data.
yaitu data
reduction, data display, dan conclusion
drawing/verffication.
a. Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.
Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan
gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya,dan mencarinya bila di
perlukan.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Melalui penyajian data, maka data
terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami.
c. Conclusion Drawing/verification
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan
berubah bila tidak ditemukan bukti bukti yang kuat yang
mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2010:89).
F. Tekinik Pemeriksaan Keabsahan Data
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutertaan tidak hanya dilakukan dalam waktu
singkat.
tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
latar
penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan
memungkinkan
meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal
tersebut penting artinya karena penelitian kualitatif
berorientasi pada
situasi, sehingga dengan perpanjangan keikutsertaaan dapat
memastikan apakah kontek itu dipahami dan dihayati. Disamping
itu
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
membangun kepercayaan antara subjek dan peneliti memerlukan
waktu yang cukup lama. (saudagar, 2008:89).
2. Diskusi teman sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik
dengan
rekan-rekan sejawat.adapun maksudnya adalah sbb:
a. Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap
terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut
kemelencengan peneliti disingkap dan pengertian mendalam
ditela’ah yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi
penafsiran.
b. Diskusi dengan teman sejawat memberikan kesempatan awat
yang baik untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul
dari pemikiran peneliti. Ada kemungkina hipotesis yang
muncul
dalam benak peneliti sudah dapt dikonfirmasikan , tetapi
dalam
diskusi analitik ini mungkin sekali dapat terungkap
segi-segi
lainya justru membongkar pemikiran peneliti.sekiranya
peneliti tidak dapat mempertahankan posisinya , mak dia
perlu mempertimbangkan kembali arah hipotesisnya itu
(Sugiyono, 2010, hal. 90).
3. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui
sumber lainya. Denzim membedakan empat macam trianggulasi
sebagi teknik pemeriksaaan yang memanfaatkan sumber, metode,
penyidik dan teori (Saudagar.2008:90)
a. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek
-
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif Patton
tersebut
dapat dicapai metalui:
1) Membandingimn data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara,
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakanya secara pribadi,
3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi
penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu,
4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menegah atau tinggi , orang berada
,
orang pemerintahan;
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang
berkaitan.
b. Trianggulasi degan metode menurut Patton terdapat dua
strategi,yaitu:
1) pengecekkan derajat kepercayaaan menemukan hasil
peneilitian
beberapa teknik penggumpulan data dan
2) Pengecekan derajat kepercayaan bebrapa sumber data dengan
metode yang sama (Saudagar ,2008, hal. 90).
c. Tria