PERAN NYERI KATASTROPIK DALAM MEMEDIASI HUBUNGAN ANTARA ANXIETAS PREOPERASI DENGAN NYERI AKUT PASCA HISTEREKTOMI ABSTRAK Studi ini menilai peranan variabel demografi, klinis dan psikologis sebagai prediktor nyeri akut pasca operasi pada wanita yang menjalani histerektomi akibat tumor jinak. Sebanyak 203 sampel diambil secara konsekutif sampling dan dinilai 24 jam pre (T1) dan 48 jam pasca (T2) operasi. Nyeri pada awal sebelum menjalani operasi dan beberapa prediktor dinilai pada T1 dan analgetic dinilai setelah operasi. Beberapa faktor yang membedakan wanita yang tidak nyeri atau nyeri ringan dengan wanita yang mengalami nyeri sedang dan berat adalah usia lebih muda, memiliki nyeri preoperasi dan memiliki kondisi psikologis yang kurang baik. Usia muda (odds ratio [OR] = 0.90, p<0.001), nyeri preoperasi (OR=2.50, P<0.05), nyeri akibat penyebab lain (OR=4.39, P=0.001), dan nyeri katastropik (OR=3.37, p=0.001) menjadi predictor utama severitas nyeri pada T2. Hasil ini telah dikonfirmasi dengan regresi linear bertingkat (masing-masing = - 0.187, P<0.05 ; = 0.146, P<0.05 ; = 0.136, P,0.05 ; = 0.245, P<0.01). Ansietas preoperasi dapat memprediksi intensitas nyeri pasca operasi. Studi ini mendapatkan bahwa faktor demografi, klinis dan psikologis menentukan intensitas dan severitas nyeri pasca operasi. Melalui analisis mediasi lebih lanjut, nyeri katastropik muncul sebagai mediator penuh antara ansietas preoperasi dengan intensitas nyeri pasca operasi. Pada studi ini dibahas implikasi klinis potensial untuk memahami, menilai dan mengintervensi nyeri pascaoperasi. Pengantar 1
27
Embed
Peran Nyeri Hebat Dalam Hubungannya Dengan Anxietas Pre Operasi Dan Nyeri Akut Pos Histerektomi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERAN NYERI KATASTROPIK DALAM MEMEDIASI HUBUNGAN
ANTARA ANXIETAS PREOPERASI DENGAN NYERI AKUT PASCA
HISTEREKTOMI
ABSTRAK
Studi ini menilai peranan variabel demografi, klinis dan psikologis sebagai prediktor nyeri akut pasca operasi pada wanita yang menjalani histerektomi akibat tumor jinak. Sebanyak 203 sampel diambil secara konsekutif sampling dan dinilai 24 jam pre (T1) dan 48 jam pasca (T2) operasi. Nyeri pada awal sebelum menjalani operasi dan beberapa prediktor dinilai pada T1 dan analgetic dinilai setelah operasi. Beberapa faktor yang membedakan wanita yang tidak nyeri atau nyeri ringan dengan wanita yang mengalami nyeri sedang dan berat adalah usia lebih muda, memiliki nyeri preoperasi dan memiliki kondisi psikologis yang kurang baik. Usia muda (odds ratio [OR] = 0.90, p<0.001), nyeri preoperasi (OR=2.50, P<0.05), nyeri akibat penyebab lain (OR=4.39, P=0.001), dan nyeri katastropik (OR=3.37, p=0.001) menjadi predictor utama severitas nyeri pada T2. Hasil ini telah dikonfirmasi dengan regresi linear bertingkat (masing-masing = -0.187, P<0.05 ; = 0.146, P<0.05 ; = 0.136, P,0.05 ; = 0.245, P<0.01). Ansietas preoperasi dapat memprediksi intensitas nyeri pasca operasi. Studi ini mendapatkan bahwa faktor demografi, klinis dan psikologis menentukan intensitas dan severitas nyeri pasca operasi. Melalui analisis mediasi lebih lanjut, nyeri katastropik muncul sebagai mediator penuh antara ansietas preoperasi dengan intensitas nyeri pasca operasi. Pada studi ini dibahas implikasi klinis potensial untuk memahami, menilai dan mengintervensi nyeri pascaoperasi.
Pengantar
Histerektomi merupakan jenis operasi yang paling banyak dijalani oleh
wanita. Di Portugal, setiap tahunnya dilakukan sekitar 11.000. Di Amerika Serikat,
histerektomi dilakukan 600.000 setiap tahunnya. Nyeri akut merupakan masalah yang
sering timbul setelah operasi, ini kemungkinan terjadi akibat respon fisiologis
terhadap noxious, termis atau stimulus mekanis yang berhubungan dengan
pembedahan, trauma dan penyakit akut. Pasien dengan prosedur operasi yang sama
memiliki respon nyeri yang berbeda sehingga memerlukan analgetik yang berbeda
pula, hal ini karena nyeri bukan hanya sebuah pesan sensorik primitif akibat trauma
jaringan, namun merupakan sebuah pengalamam psikologis yang kompleks. Kondisi
psikologis bisa memicu atau menghambat rangsang nosiseptif melalui modulasi
traktus desenden. Teori nyeri “Gate control” dan “neuromantix teory” menyatakan
1
bahwa nyeri merupakan pengalaman subjektif yang multidimensional, yang terdiri
dari interaksi kompleks antara sensorik - diskriminatif, motivasi - afektif serta
kognitif – dimensi evaluasi.
Sebuah sitematik review baru-baru ini menduga bahwa nyeri yang sudah ada
sebelum operasi, ansietas, umur dan jenis operasi merupakan faktor prediktor yang
paling berperan pada intensitas nyeri pasca operasi. Nyeri hebat dan nyeri kronik yang
sudah ada sebelumnya juga merupakan prediktor signifikan pada nyeri pasca operasi.
Studi terbaru oleh dokter anestesi di New Zealand dan Australia mendapatkan
ansietas preoperasi, katastropik, neurocritism dan depresi berhubungan dengan
intensitas nyeri pascaoperasi.
Nyeri akut pascaoperasi meningkatkan morbiditas dan mortalitas pascaoperasi,
serta meningkatkan biaya perawatan dan memperpanjang masa rawat inap. Secara
keseluruhan memberikan efek yang merugikan secara fisiologis dan psikologis.
Secara psikologis, hal ini bisa memperngaruhi metabolik, imunitas, sistem
kardiovaskuler, sistem gastrointestinal (melalui terapi nyeri, terutama opioids), dan
berbagai sistem lainnya, dengan komplikasi dan biaya tinggi. Secara psikologis, hal
ini berhubungan dengan tingginya tingkat distress, meningkatnya ansietas, kesulitan
tidur, merasa diri tidak bisa tertolong lagi, kehilangan kontrol, kesulitan berfikir dan
berinteraksi dengan orang lain. Semua hal diatas bisa merubah persepsi nyeri dan
menginisiasi lingkaran setan yang mengakibatkan berkembangnya nyeri kronik.
Kesimpulannya, nyeri pasca operasi dapat dianggap sebagai sebagai masalah,
terutama masalah klinis, ekonomis, humanisme dan sosial, sehingga penting untuk
menambah pengetahuan dalam menentukan prediktor mengenai faktor-faktor yang
secara potensial dapat dimodifikasi pada nyeri akut pascaoperasi untuk memfasilitasi
dan mengintervensi dini pasien yang berisiko.
Sangat sedikit diketahui kontribusi demografi, psikologis dan faktor-faktor
operasi terhadap nyeri akut pasca operasi. Terlebih lagi, sangat sedikit penelitian
mengenai nyeri akut pasca operasi histerektomi. Kebanyakan studi berfokus pada
pengaruh operasi terhadap emosi dan seksual, dan beberapa penelitian ditujukan
terhadap pengaruh histerektomi terhadap nyeri kronik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai prediktor independen atau
prediktor gabungan variabel demografi, klinis dan psikologis pada pasien yang
menjalani histerektomi. Studi ini juga menilai efek potensial langsung dan mediasi
prediktor psikologis.
2
2. Metode
2.1. Partisipan dan Prosedur
Penelitian dilakukan di rumah sakit pusat di Portugal utara. Prosedur
penelitian sudah disetujui oleh Komite etik rumah sakit. Penelitian ini merupakan
studi prospektif kohort, dengan 2 kali penilaian (T1 dan T2) yang diadakan dari bulan
Maret 2009 sampai dengan September 2010. Setelah mengisi lembar persetujuan,
sebanyak 203 pasien menjalani histerektomi. Kriteria inklusi adalah umur 18-75 tahun
dan mampu memahami materi kuisioner. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan
diagnosis gangguan psikiatri atau neurologi dan menjalani histerektomi akibat tumor
ganas dan histerektomi emergensi.
Peserta penelitian dinilai 24 jam sebelum (T1) dan 48 jam (T2) setelah operasi
di rumah sakit. Follow up nyeri kroniknya, dilakukan malalui telepon ( 4 bulan dan 12
bulan kemudian). Dari T1 dan T2, 8 wanita tidak bisa difollow up (3,94%) karena
operasi dibatalkan (n=3), pulang lebih cepat pascaoperasi (n=2), dan tidak ada
penilaian pasca operasi (n=1). Sisanya sebanyak 195 wanita diikutsertakan dalam
penelitian. Karakteristik klinis dan sosiodemografi ditampilkan pada tabel 1. Umur
rata-rata 51.0 tahun (SD=9.22), 124 (63,6%) wanita memiliki pendidikan formal
kurang dari 4 tahun dan 60 (30,8%) tinggal di daerah terpencil.
2.2. Pengukuran
Sebelum penelitian, semua kuesioner dan prosedur kerja dicobakan kepada 20
wanita untuk menilai kemampuan mereka. Semua wanita ini menjalani histerektomi
di rumah sakit tempat dilakukan penelitian, dan memiliki karakteristik demografi dan
klinis yang sama dengan sampel penelitian.
2.2.1. Penilaian preoperasi - Ukuran prediktif
Saat masuk RS, 24 jam sebelum operasi (T1), mengisi kuesioner awal melalui
wawancara dengan seorang psikolog terlatih.
3
2.2.1.1. Kuesioner data klinis dan demografik
Kuesioner ini meliputi pertanyaan mengenai umur, pendidikan, alamat, status
pernikahan, profesi, kondisi rumah tangga dan paritas, nyeri sebelumnya, nyeri akibat
penyebab lain, riwayat operasi sebelumnya, tinggi dan berat badan, menopause,
diagnosis/indikasi hirterektomi dan onset penyakit, dan penggunaan obat
psikotropika.
2.2.1.2. Brief pain inventory – Short Form
Digunakan untuk pasien yang mengalami nyeri preoperasi. Brief Pain Inventory –
Short Form (BPI-SF) digunakan untuk mengukur intensitas nyeri dengan mengukur
11 poin Numerical Rating Scale (NRS) dengan nilai mulai dari 0 (tidak ada nyeri)
sampai 10 (nyeri terberat yang dirasakan), analgetik, persepsi terhadap pereda nyeri
(0-100%), pengaruh nyeri terhadap aktivitas harian (aktifitas umum, mood, berjalan,
bekerja, hubungan dengan orang lain, tidur dan menikmati hidup, skala 0-10), dan
lokasi nyeri. Pada penelitian ini, konsistensi reliabilitas internal untuk subskala pain
interfensi sangat tinggi ( = 0,93).
2.2.1.3. Hospital Anxiety and Depression Scale.
Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) terdiri dari 7 subskala yeng
mengukur ansietas (HADS-A) dan depresi (HADS-B) diantara pasien nonpsikiatrik.
Respon kuesioner berupa skor dari 0-30. Sedangkan skor untuk subskala terdiri 0
sampai 21. Skor yang tinggi mengindikasikan tingginya tingkat ansietas dan depresi.
Pada percobaan ini, konsistensi reliabilitas internal cukup adekuat, baik untuk ansietas
(T1: =0,79) dan depresi (T1 : = 0,79).
2.2.1.4. Pain Catastrophizing Scale of the Copying Strategies Questionnaire – Revised
form (CSQ-R).
Pain Catastrophizing Scale of the Copying Strategies Questionnaire – Revised form
(CSQ-R) dengan 6 subskala untuk menilai beratnya nyeri. Item dibuat menjadi 5
skala (1= tidak pernah, 2=hampir tidak pernah, 3=kadang-kadang, 4=hampir selalu,
dan 5=selalu). Kuesioner ini berbeda dengan versi original yang terdiri dari 7 skala
yang pada studi pendahuluan membuat pasien kesulitan dalam membedakan 7 skala
4
tersebut. Untuk mendapatkan skor total, jumlah skor seluruh item dibagi dengan
jumlah item. Skor berkisar antara 1 sampai 5, dengan semakin tinggi skor
mengindikasikan penggunaan strategi coping yang spesifik. Pada sampel ini,
konsitensi koefisian reliabilitas internal cronbach alpha 0,87, yang menandakan
reliabilitas yang baik.
2.2.2. Prosedur operasi dan teknik anestesi
Data klinis yang berkaitan dengan operasi dan anestesi diperoleh dari rekam medis.
Dari 195 wanita yang menjalani operasi, 142 (72,8%) menjalani histerektomi total
abdominal, 34 (17,4%) menjalani vaginal histerektomi, 13 (6,7%) menjalani total
laparaskopi vaginal histerektomi. Prosedur yang juga dijalani adalah ooporektomi,
sistektomi ovarium, salpingektomi, sistoskopi, atau repair vagina. Pada abdominal
histerektomi (n=142), sebanyak n=119 menjalani insisi abdominal Pfannenstiel atau
vertikal (n=23), dengan Pfannenstiel menjadi pilihan pertama dan insisi vertical
menjadi pilihan jika terdapat scar bekas operasi sebelumnya yang vertikal dan pada
pasien laparatomi eksplorasi. Seluruh pasien diukur panjang dan berat uterus. Tipe
anestesi diklasifikasikan sebagai : anestesi umum (n=57, 29,2%), lokoregional (n=24,
12,3%) atau kombinasinya (umum dan lokoregional n=114, 58,4%) dan skor
American Society of Anesthesiologist (berdasarkan klasifikasi dari status fisik pada
American Society of Anesthesiologist) telah dicatat termasuk kasus-kasus yang
didapatkan dari American Society of Anesthesiologist grade I (58, 29,7%), grade II